pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Lingga Periode 2010-2014
SULAIMAN
110462201028
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Kota Tanjungpinang
Abstraksi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pengaruh Pajak Hotel,
Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Penerangan
Jalan, Dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga
baik secara parsial maupun secara simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak
Penerangan Jalan Tahun 2010-2014.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda dengan uji t, uji f, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Reklame, dan Pajak Mineral Bukan
Logam Dan Batuan berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Lingga. Sedangkan Pajak Hotel, Penerangan Jalan, dan Pajak
Restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Namun
secara simultan Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan
Batuan, Pajak Penerangan Jalan, Dan Pajak Restoran berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Periode 2010-2014
Kata Kunci : Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan
Batuan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Restora, Dan Pendapatan
Asli Daerah.
I. PENDAHULUAN
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah menurut prakarsa dan aspirasi demi tercapainya tujuan
kemakmuran untuk kepentingan masyarakat.yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu, Kabupaten Lingga yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No 31 Tahun 2003 harus memastikan
penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan aspirasi dan prakarsa
masyarakat demi tercapainya kemakmuran.
2 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak daerah dan Retrebusi Daerah Pasal 1 menyebutkan bahwa.Daerah
Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kabupaten Lingga yang merupakan salah satu daerah otonom tentu harus
bisa bersaing dalam meningkatkan PAD demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat, selain mengandalkan PAD yang sebagian besar masyarakat di Lingga
bergantung pada penghasilan dari pemanfaatan hasil laut, pemerintah Kabupaten
Lingga juga meningkatkan PAD dari berbagai sektor seperti pemungutan Pajak
Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Penerangan Jalan, dan juga Pajak Restoran. Namun tidak hanya dari pemungutan
pajak saja, pemerintah juga melakukan konstribusi lain seperti pemungutan
Retrebusi daerah untuk meningkatkan PAD salah satunya yaitu pemungutan pada
lahan-lahan pemerintahan dan juga perumahan-perumahan dinas.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemungutan Pajak daerah dan
retrebusi daerah pemerintah Kabupaten Lingga sudah melakukan yang terbaik,
setiap tahunnya pajak daerah mengalami peningkatan meskipun terdapat kendala
dalam pelaksanaan pemungutan pajak seperti adanya keterlambatan pembayaran.
Namun melihat fenomena yang terjadi di Kabupaten Lingga belakangan
ini, masih terjadinya kesenjangan sosial yang mendominasi pada kehidupan
masyarakat setempat. Selain itu dalam melaksanakan pemerintahan, masih sering
mengalami kekurangan anggaran (devisite anggaran) dan juga kendala dalam
pembayaran pajak untuk pelaksanan proyek pembangunan daerah Kabupaten
Lingga tersebut yang disebabkan belum adanya pencairan anggaran.
Berdasarkan alasan tersebut dan penjelasan yang sudah diterangkan diatas,
maka menarik perhatian untuk diteliti dan bermaksud menuangkannya dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Periode
2010-2014”.
3 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.Optimalisasi penerimaan
Pendapatan Asli Daerah hendaknya didukung upaya Pemerintah Daerah dengan
meningkatkan kualitas layanan publik (Mardiasmo, 2002).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.2 Pengertian Pajak
Menurut Siahaan, (2005;7). Secara umum pajak adalah pungutan dari
masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat
dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak
mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung yang
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retrebusi Daerah.Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 pasal 2 tentang jenis pajak
daerah terdiri dari :
1. Pajak Provinsi
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB)
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
d. Pajak air permukaan
e. Pajak rokok
2. Pajak Kabupaten atau Kota
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung wallet
4 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
2.3 Pengertian Pajak Hotel
Menurut Siahaan, (2005;245), Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan
hotel. Pengertian pajak hotel disini termasuk juga rumah penginapan yang
memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada diindonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan
yang diberikan kepada pemerinth daerah kabupaten atau kota untuk mengenakan
atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 11, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2.3.1 Dasar Pengenaan Pajak Hotel dan Tarif Pajak Hotel
1. Dasar pengenaan pajak hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada hotel.Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang
wajar pada saat pemakaian jasa hotel.
2. Tarif Pajak Hotel
Tarif Pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Hal ini
dimaksud untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai
dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.
2.4 Pengertian Pajak Reklame
Menurut Siahaan, (2005;323), Pajak Reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada
seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada diindonesia.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 17,Pajak Reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame.
2.4.1 Dasar Pengenaan Pajak Reklame dan Tarif Pajak Reklame
1. Dasar pengenaan pajak reklame
Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame (NSR),
yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya
pajak reklame.NSR diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi
penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media
reklame.
5 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
2. Tarif Pajak Reklame
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Hal
ini dimaksud untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai
dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.
2.5 Pengertian Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Siahaan, (2005) mineral bukan logam dan batuan adalah unsur-
unsur kimiamineral-mineral, bijih-bijih, dan segala macam batuan termaksuk
batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam.
Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C atau yang saat ini
diubah menjadi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Pada Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yang dimaksud subjek
pajak dan wajib pajak adalah:
1. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral
bukan logam dan batuan.
2. Wajib pajak adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil mineral bukan
logam dan batuan
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah Bab II Pasal 29yaitu :
1. Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dipungut Pajak
atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan
2. Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan batuan adalah Kegiatan
pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi :
a. asbes, b. batu tulis, c. batu setengah permata, d. batu kapur, e. batu
apung, f. batu permata, g. bentonite, h. dolomit, i. feldspar, j. garam batu
(halite), k. grafit, l. granit / andesit, m. gips, n. kalsit, o. kaolin, p. leusit, q.
magnesit, r. mika, s. marmer, t. nitrat, u. opsidien, v. oker, w. pasir dan
kerikil, x. pasir kuarsa, y. perlit, z. phospat, aa. Talk, bb.tanah serap (filler
earth), tanah urug/tanah timbunan, cc. tanah diatome, dd. tanah liat, ee.
tawas (alum), ff. tras, gg. Yarosit, hh.Zeolite, ii.Basal, jj. Trakkit,
hh.Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah :
a. kegiatan Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-
nyata tidak dimanfaatkan secara komersil, seperti kegiatan
pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan
tiang listrik / telepon, penanaman kabel listrik / telepon, penanan tan
pips air / gas
b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
merupakanikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak
dimanfaatkan secara komersil.
6 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang pajak Daerah Bab II Pasal 32 yaitu Tarif Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan sebesar 20 % (Dua puluh persen).
2.5.1 Potensi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Potensi merupakan sesuatu yang sebenarnya sudah ada, hanya belum
didapat atau diperoleh di tangan. Ada pun untuk mengetahui data Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan Yaitu sudah tersedianya data dari dinas DP2KAD
Kabupaten Lingga.
2.6 Pengertian Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
Menurut Siahaan, (2005;349), Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah pajak
atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut
tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 19, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak
atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh
dari sumber lain.
2.6.1 Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan dan Tarif Pajak
Penerangan Jalan
1. Dasar pengenaan PPJ
Dasar pengenaan PPJ adalah nilai jual tenaga listrik (NJTL). NJTL
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, maka NJTL
adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian
kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik.
b. Jika tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut
bayaran, NJTL dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan
listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku diwilayah daerah yang
bersangkutan.
c. Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas
alam, NJTL ditetapkan sebesar 30%. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menghindari pembebanan yang pada akhirnya akan memberatkan
masyarakat dan APBN karena pembayaran atas jenis pajak ini
dilakukan dari bagi hasil penerimaan negara dari sektor pertambangan
minyak bumi dan gas alam.
2. Tarif PPJ
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Hal
ini dimaksud untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai
dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.
7 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
2.7 Pengertian Pajak Restoran
Menurut Siahaan, (2005;271), Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan
restoran. Pemungutan pajak restoran diindonesia saat ini didasarkan pada undang-
undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas undang-undang
No 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retrebusi daerah dan peraturan
pemerintah No 65 tahun 2001 tentang pajak daerah. Semula menurut Undang-
Undang No 18 Tahun 1997 Pajak atas Hotel disamakan dengan Restoran dengan
nama Pajak Hotel dan Restoran. Akan tetapi, berdasarkan Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2000 jenis pajak tersebut dipisahkan menjadi dua jenis pajak yang
berdiri sendiri, yaitu Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011
Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 13, Pajak Restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran, rumah makan, kafetaria / pujasera,
kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga / katering.
2.7.1 Dasar Pengenaan Pajak Restoran dan Tarif Pajak Restoran
1. Dasar pengenaan pajak restoran
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran.Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang
wajar pada saat pembelian makanan atau minuman.
2. Tarif Pajak restoran
Tarif Pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen
dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
2.8 Kerangka Pemikiran
(X6)
Pajak Hotel (X1)
Pajak Reklame (X2)
Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan (X3)
Pajak Penerangan Jalan (X4)
Pajak Restoran (X5)
Pendapatan Asli
Daerah( Y )
8 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
2.10 Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat di
tinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori.Sebagai hasil dedukasi
dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya sehingga lebih siap untuk
di uji secara empiris Tukiran dan Effendi (2012:40).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H1 =Diduga Pajak Hotel berpengaruh terhadap Pendapatan asli
Pajak Asli Daerah.
b. H2= Diduga Pajak Reklame berpengaruh terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
c. H3= Diduga Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.
d. H4= Diduga Pajak Penerangan Jalan berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
e. H5 = Diduga Pajak Restoran berpengaruh terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
f. H6 = Diduga pemungutan Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Penerangan Jalan, dan
Pajak Restoran berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.
III. PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan mengenai pengertian
teoritis variabel sehingga dapat diamati dan diukur dan parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
3.1.1 Variabel Dependen (Y) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3.1.2 Variabel Independen (X) 1. Pajak Hotel (X1)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun
2011 Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 11, Pajak Hotel adalah
pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2. Pajak Reklame (X2)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun
2011 Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 17,Pajak Reklame adalah
pajak atas penyelenggaraan reklame.
3. Pajak mineral bukan logam dan batuan (X3)
9 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun
2011 Tentang Pajak Daerah Bab II Pasal 29 yaitu.Dengan nama Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan dipungut Pajak ataskegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, Objek Pajak Mineral
Bukan Logam dan batuan adalah Kegiatan pengambilanmineral Bukan
Logam dan Batuan.
4. Pajak Penerangan Jalan (X4)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun
2011 Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 19, Pajak Penerangan Jalan
adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
5. Pajak Restoran (X5)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun
2011 Tentang pajak Daerah Bab I Pasal 1 Ayat 13, Pajak Restoran adalah
pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran, rumah makan,
kafetaria / pujasera, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga / katering.
3.2 Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) Populasi adalah kumpulan dari
semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi
objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan Pajak Hotel,
Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Penerangan
Jalan, dan Pajak Restoran yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli
Daerah yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lingga.
3.2.2 Sampel Penelitian
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) Sampel adalah suatu bagian
dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Penarikan sampel yang diambil
oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu sampel
merupakan keseluruhan populasi yang berasal dari penerimaan pajak daerah yaitu
Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Penerangan Jalan dan Pajak Restoran dari tahun 2010 sampai dengan 2014.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lingga dari tahun
2010-2014.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data skunder
10 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi
3.6 Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik
dan uji hipotesis.
3.6.1 Statistik Deskriptif Menurut Yulius (2010:20) deskriptif berarti memberi gambaran.Statistik
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran dan menyajikan data.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Menurut Wijaya (2012:132) Uji Normalitas dilakukan untuk melihat
apakah dalam model regresi variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Wijaya (2012:125) Uji Multikolinieritas merupakan uji yang
ditunjuk untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (variabel independen).
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Wijaya (2012:127) Heterokedastisitas menunjukkan bahwa
varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
ataua tidak terjadi heterokedastisitas karena data cross section memiliki
data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
4. Uji Autokorelasi
Menurut Wijaya (2012:127) Tujuan uji autokorelasi adalah menguji
tentang ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan periode t-1 pada persamaan regresi linier. Apabila terjadi korelasi
maka menunjukkan adanya problem autokorelasi.
3.6.3 Uji Hipotesis
Menurut Priyatno (2010:9) Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi
(dapat digeneralisasi).
Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus regresi linear berganda
yang digunakan adalah sebagai berikut:
11 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5+ e
Keterangan :
Y = Pendapatan Asli Daerah
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Pajak Hotel
X2 = Pajak Reklame
X3 = Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
X4 = Pajak Penerangan Jalan
X5 = Pajak Restoran
e = Standart eror
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
2.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi
Menurut Priyatno (2010:66) Uji determinasi digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1,
X2,....Xn) secara serentak terhadap variabel Y.
2.6.3.2 Uji t
Menurut Priyatno (2010:68) Uji t digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, ....Xn)
secara parsial berpengaruh terhadap variabel Y.
2.6.3.3 Uji f
Menurut Priyatno (2010:67) Uji f digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X1, X2,....Xn) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan Pajak Hotel,
Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Penerangan
Jalan, dan Pajak Restoran yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli
Daerah yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lingga.
Penarikan sampel yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus, yaitu sampel merupakan keseluruhan populasi yang
berasal dari penerimaan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Restoran
dari tahun 2010 sampai dengan 2014.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Yulius (2010:20) deskriptif berarti memberi gambaran.Statistik
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran dan menyajikan data.
12 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pendapatan Asli Daerah 60 14.847.024 5.125.359.707 962.863.872,00 1.019.821.325,735
Pajak Hotel 60 2.125.667 10.000.800 5.080.760,13 1.809.034,149
Pajak Reklame 60 2.067.900 100.100.250 19.471.092,67 23.492.395,253
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
60 11.550.000 103.990.000 47.303.823,92 27.477.784,280
Pajak Penerangan Jalan 60 10.770.032 105.909.700 90.040.887,05 14.606.975,962
Pajak Restoran 60 5.503.250 14.250.000 9.527.787,67 2.341.891,961
Valid N (listwise) 60
Sumer : Output Data Olahan SPSS Versi 20
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat hasil dari analisis statistic
deskriptif menunjukkan bahwa:
1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki nilai minimum sebesar
14.847.024. Nilai maximum sebesar 5.125.359.707. Dan nilai mean sebesar
962.863.872,00.Serta memiliki nilai standar devisiasi sebesar
1.019.821.325,735 dan jumlah data sebanyak 60.
2. Variabel Pajak Hotel (PH) memiliki nilai minimum sebesar 2.125.667. Nilai
maximum sebesar 10.000.800. Dan nilai mean sebesar 5.080.760,13. Serta
memiliki nilai standar devisiasi sebesar 1.809.034,149 dan jumlah data
sebanyak 60.
3. Variabel Pajak Reklame (PRE) memiliki nilai minimum sebesar 2.067.900.
Nilai maximum sebesar 100.100.250. Dan nilai mean sebesar 19.471.092,67.
Serta memiliki nilai standar devisiasi sebesar 23.492.395,253 dan jumlah data
sebanyak 60.
4. Variabel Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan (PMBLDB) memiliki nilai
minimum sebesar 11.550.000. Nilai maximum sebesar 103.990.000. Dan nilai
mean sebesar 47.303.823,92. Serta memiliki nilai standar devisiasi sebesar
27.477.784,280dan jumlah data sebanyak 60.
5. Variabel Pajak Penerangan Jalan (PPJ) memiliki nilai minimum sebesar
10.770.032. Nilai maximum sebesar 105.909.700. Dan nilai mean sebesar
90.040.887,05. Serta memiliki nilai standar devisiasi sebesar
14.606.975,962dan jumlah data sebanyak 60.
6. Variabel Pajak Restoran (PR) memiliki nilai minimum sebesar 5.503.250.
Nilai maximum sebesar 14.250.000. Dan nilai mean sebesar 9.527.787,67.
Serta memiliki nilai standar devisiasi sebesar 2.341.891,961dan jumlah data
sebanyak 60.
13 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
4.3 Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Menurut Wijaya (2012:132) Uji Normalitas dilakukan untuk melihat
apakah dalam model regresi variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang berdistribusi
normal.
Berikut pengujian dengan grafik histogram dan grafik P-Plot dapat dilihat
pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.1
Hasil Grafik Histogram
Sumber : Output Data Olahan SPSS Versi 20
Gambar 4.2
Hasil Grafik P-Plot
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
14 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Berdasarkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 diatas, pada grafik histogram
terlihat seperti pola terdistribusi normal.Namun kesimpulan dengan grafik
histogram ini belum dapat dipastikan kenormalan datanya untuk jumlah yang
kecil. Begitu juga pada grafik P-Plot, sekilas memang terlihat normal karena
distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normal. Namun, hasil dengan
grafik P-Plot ini juga masih belum bisa dipastikan kenormalannya.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti dan meyakinkan
dilakukan uji statisti non parametrik dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dengan nilai signifikansi diatas 0,05 (> 0,05), maka data terdistribusi dengan
normal. Hasil pengujian dengan uji K-S dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel diatas, dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnovdan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah > 0,05 yaitu nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,863 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,446.Hal ini berarti data
residual terdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Wijaya (2012:125) Uji Multikolinieritas merupakan uji yang
ditunjuk untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (variabel independen). uji multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Suatu model
dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila nilai VIF yang kurang dari 10 dan
nilai tolerance lebih dari 0,1. Hasil dari pengujian multikolinearitas dapat dilihat
pada tabel 4.3 sebagai berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean 1E-7
Std. Deviation 738382579,197511
70
Most Extreme Differences Absolute ,111
Positive ,111 Negative -,083
Kolmogorov-Smirnov Z ,863
Asymp. Sig. (2-tailed) ,446
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
15 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 328833767,40
0 850172308,68
7 ,387 ,700
Pajak Hotel -60,389 94,705 -,107 -,638 ,526 ,344 2,907
Pajak Reklame 22,567 4,900 ,520 4,606 ,000 ,762 1,312
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
18,264 5,905 ,492 3,093 ,003 ,384 2,607
Pajak Penerangan Jalan 8,107 7,453 ,116 1,088 ,282 ,852 1,174
Pajak Restoran -114,666 65,542 -,263 -1,750 ,086 ,429 2,333
a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil perhitungan menunjukkan
nilai tolerance variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan hasil
perhitungan nilai VIF juga menunjukkan variabel independen memiliki nilai VIF<
10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel independen dalam model regresi.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pola pada suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan
periode sebelumnya. Dalam hal ini menggunakan perhitungan statistik untuk uji
ini yaitu dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,690a ,476 ,427 771810295,758 1,388
a. Predictors: (Constant), Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Hotel b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Kriteria pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
a. Bila angka DW < -2 berarti ada autokorelasi yang positif
b. Bila angka DW = -2 sampai dengan +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Bila angka DW > 2 berarti ada autokorelasi negative
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,388. Dan
berdasarkan kreteria pengujian DW bila angka DW= -2 sampai dengan + 2 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
16 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain.
Prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat
menggunakan grafik scatterplot yaitu seperti pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi PAD berdasarkan
masukan variabel independen PH, PRE, PMBLDB, PPJ dan PR.
Menurut Ghozali (2013 : 141) analisis dengan gafik plots memliki
Kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi
hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterprestasikan hasil garfik plot.Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang
lebih dapat menjamin keakuratan hasil.Uji statistik yang di pakai dalam penelitian
ini adalah uji spearman’s rho.
Tabel 4.5
17 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Uji Speaman Rho
Sumber : Data sekunder yang diolah spss 20, 2016.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai korelasi untuk
variabel PH yaitu sebesar 0.701, variabel PRE sebesar 0.189, variabel PMBLDB
sebesar 0.744, variabel PPJ sebesar 0.762 dan variabel PR 0.832. Dari semua
nilai korelasi semua variabel dengan Unstandardized Residual > 0,05, dengan ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas pada
model regresi.
4.4 Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis regresi linear
bergada.Regresi linear berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh
beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Hasil dari analisis
regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Correlations
Unstandardized
Residual
Pajak Hotel
Pajak Rekla
me
Pajak Mineral Bukan
Logam Dan Batuan
Pajak Peneranga
n Jalan
Pajak Restoran
Spearman's rho
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
1,000 ,051 -,172 ,043 ,040 ,028
Sig. (2-tailed) . ,701 ,189 ,744 ,762 ,832
N 60 60 60 60 60 60
Pajak Hotel
Correlation Coefficient
,051 1,000 ,332** ,735** -,049 ,700**
Sig. (2-tailed) ,701 . ,009 ,000 ,711 ,000
N 60 60 60 60 60 60
Pajak Reklame
Correlation Coefficient
-,172 ,332** 1,000 ,398** -,445** ,085
Sig. (2-tailed) ,189 ,009 . ,002 ,000 ,520
N 60 60 60 60 60 60
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
Correlation Coefficient
,043 ,735** ,398** 1,000 -,115 ,621**
Sig. (2-tailed) ,744 ,000 ,002 . ,382 ,000
N 60 60 60 60 60 60
Pajak Penerangan Jalan
Correlation Coefficient
,040 -,049 -,445** -,115 1,000 ,104
Sig. (2-tailed) ,762 ,711 ,000 ,382 . ,430
N 60 60 60 60 60 60
Pajak Restoran
Correlation Coefficient
,028 ,700** ,085 ,621** ,104 1,000
Sig. (2-tailed) ,832 ,000 ,520 ,000 ,430 .
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
18 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Tabel 4.6
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 328833767,400 850172308,687 ,387 ,700
Pajak Hotel -60,389 94,705 -,107 -,638 ,526
Pajak Reklame 22,567 4,900 ,520 4,606 ,000
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
18,264 5,905 ,492 3,093 ,003
Pajak Penerangan Jalan 8,107 7,453 ,116 1,088 ,282
Pajak Restoran -114,666 65,542 -,263 -1,750 ,086
a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Berdasarkan tabel diatas dapat disusun persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
PAD= 328.833.767,400 + -60,389 PH + 22,567 PRE + 18,264 PMBLDB +8,107
PPJ + -114,666PR
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Nilai konstanta (α) sebesar 328.833.767,400 artinya apabila variabel PH, PRE,
PMBLDB, PPJ dan PR bernilai 0, maka Pendapatan Asli Daerah pada
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014 sama dengan 328.833.767,400.
2. Nilai koefisien regresi variabel PH adalah -60,389. Nilai PH yang
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel PAD dengan PH
yang artinya jika PH mengalami peningkatan Rp1.000.000, maka PAD akan
mengalami penurunan sebesar Rp 60.389.000 dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya tetap.
3. Nilai koefisien regresi variabel PRE adalah 22,567. Nilai PRE yang
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel PAD dengan PRE
yang artinya jika PRE mengalami peningkatan Rp. 1.000.000, maka PAD
akan mengalami peningkatan sebesar Rp 22.567.000 dengan asumsi bahwa
variabel bebas lainnya tetap.
4. Nilai koefisien regresi variabel PMBLDB adalah 18,264. Nilai PMBLDB
yang menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel PAD dengan
PMBLDB yang artinya jika PMBLDB mengalami peningkatan Rp. 1.000.000,
maka PAD akan mengalami peningkatan sebesar Rp.18.264.000 dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya tetap.
5. Nilai koefisien regresi variabel PPJ adalah 8,107. Nilai PPJ yang
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel PAD dengan PPJ
yang artinya jika PPJ mengalami peningkatan Rp. 1.000.000, maka PAD akan
mengalami peningkatan sebesar Rp. 8.107.000 dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya tetap.
6. Nilai koefisien regresi variabel PR adalah -114,666. Nilai PR yang
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel PAD dengan PR
19 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
yang artinya jika PR mengalami peningkatan Rp. 1.000.000, maka PAD akan
mengalami penurunan sebesar Rp. 114.666.000 dengan asumsi bahwa variabel
bebas lainnya tetap.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk
megetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak
terhadap variabel dependen. Adapun hasil analisis koefisien determinasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,690a ,476 ,427 771810295,758
a. Predictors: (Constant), Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Hotel b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Dari tabel diatas dapat dilihat ahwa angka R disebut koefisien korelasi
antara variabel PH, PRE, PMBLDB, PPJ, PR dengan Pendapatan Asli Daerah
adalah 0,690. Ini artinya hubungan antara PH, PRE, PMBLDB, PPJ, PR dengan
Pendapatan Asli Daerah adalah sangat kuat (signifikan) sebesar 69,0%. Adjuster
R2 dalam penelitian ini sebesar 0,427, hal ini menujukkan bahwa sebesar 42,7 %
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga dipengaruhi oleh PH, PRE, PMBLDB,
PPJ, dan PR. Sedangkan sisanya sebesar 26,3 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian F adalah pengujian untuk melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan.Hasil pengujian F dapat dilihat pada
tabel Anova. Hasil pengujian F pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8
dibawah ini: Adapun hasil pengujian uji F dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 2919477548652
1760000,000 5
5838955097304352800,000
9,802 ,000b
Residual 3216732116247
9780000,000 54
595691132638514430,000
Total 6136209664900
1540000,000 59
a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah b. Predictors: (Constant), Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Hotel
20 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi
0,000 dan nilai F hitung9,80. Ini berarti nilai sig lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05).
Dan berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel (F tabel α=0,05, df=60-5-1=54)
didapat F hitung 9,80 lebih besar dari F tabel yaitu 2,39 (9,80>2,39). Maka dalam hal
ini Ha diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa PH, PRE, PMBLDB,
PPJ, dan PR berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten
Lingga Tahun 2010-2014.
4.5.3 Signifikansi Parameter Individual (Uji T) Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikanHasil dari
uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 328833767,400 850172308,687 ,387 ,700
Pajak Hotel -60,389 94,705 -,107 -,638 ,526
Pajak Reklame 22,567 4,900 ,520 4,606 ,000
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
18,264 5,905 ,492 3,093 ,003
Pajak Penerangan Jalan 8,107 7,453 ,116 1,088 ,282
Pajak Restoran -114,666 65,542 -,263 -1,750 ,086
a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Output Data Olahan SPSS Versi 20
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa:
1. Variabel PH memiliki nilai sig 0,526 dan nilai t hitung-0,638. Ini berarti nilai
sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung -0,638 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (0,370<1,67356). Maka dalam
hal ini Ha gagal diterima dan H0 gagal ditolak sehingga PH tidak
berpengaruh terhadap PAD.
2. Variabel PRE memiliki nilai sig 0,000 dan nilai t hitung4,606. Ini berarti
nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung4,606 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (4,606>1,67356). Maka dalam
hal ini Ha diterima dan H0 ditolak sehingga PRE berpengaruh terhadap
PAD.
3. Variabel PMBLDB memiliki nilai sig 0,003 dan nilai t hitung 3,093. Ini
berarti nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan
berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-
1=54) didapat t hitung 3,093 lebih kecil dari t tabel 1,67356
(3,093>1,67356). Maka dalam hal ini Ha diterima dan H0 ditolak sehingga
PMBLDB tidak berpengaruh terhadap PAD. .
21 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
4. Variabel PPJ memiliki nilai sig 0,282 dan nilai t hitung1,088. Ini berarti nilai
sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung1,088 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (1,088<1,67356). Maka dalam
hal ini Ha gagal diterima dan H0 gagal ditolak sehingga PPJ tidak
berpengaruh terhadap PAD.
5. Variabel PR memiliki nilai sig 0,086 dan nilai t hitung-1,780. Ini berarti nilai
sig lebih keil dari taraf signifikansi 0,05 (<0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung-1,780 lebih besar dari t tabel 1,67356 (-1780<1,67356). Maka dalam
hal ini Ha gagal diterima dan H0 gagal ditolak sehingga PR berpengaruh
terhadap PAD.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
4.6.1 Pengaruh Pajak Hotel (PH) terhadap Pendapatan Asli Daerah pada
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa PH memiliki nilai sig 0,526 dan nilai t hitung-0,638. Ini berarti
nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t hitung -
0,638 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (0,370<1,67356). Maka dalam hal ini Ha
gagal diterima dan H0gagal ditolak sehingga PH tidak berpengaruh terhadap
PAD. Maka hipotesis yang menyatakan Pajak Hotel berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah tidak dapat di terima.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Suartini dan Utama, (2013) yang
menyatakan secara parsial Pajak Hotel berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Namun sejalan dengan penelitian Nirbeta
(2014) yang menyatakan secara parsial Pajak Hotel tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Namun peningkatan Pajak Hotel suatu daerah belum tentu
diikuti dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, tergantung pada situasi dan
kondisi tiap-tiap daerah.
4.6.2 Pengaruh Pajak Reklame (PRE) terhadap Pendapatan Asli Daerah
pada Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa PRE memiliki nilai sig 0,000 dan nilai t hitung4,606. Ini
berarti nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung4,606 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (4,606>1,67356). Maka dalam hal ini
Ha diterima dan H0 ditolak sehingga PRE berpengaruh terhadap PAD. Maka
hipotesis yang menyatakan bahwa Pajak Reklame berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah dapat diterima.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Yan dan Lili Syafitri, (2011) yang
menyatakan bahwa Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah. Hasil penelitian ini mengandung makna bahwa pemerintah daerah
memaksimalkan penggunaan Reklame untuk peningkatan Pendapatan Asli
Daerah. Jadi pemerintah daerah yang mendapatkan Pajak Reklame yang besar
akan cendrung memiliki Pendapatan Asli Daerah yang besar pula, dan
22 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
menunjukkan adanya indikasi yang kuat bahwa Pendapatan Asli Daerah akan
sangat dipengaruhi dari sumber Pajak Reklame.
4.6.3 Pengaruh Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan (PMBLDB)
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Lingga Tahun
2010-2014. Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa PMBLDB memiliki nilai sig 0,003 dan nilai t hitung 3,093. Ini
berarti nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung3,093 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (3,093>1,67356). Maka dalam hal ini Ha
diterima dan H0 ditolak sehingga PMBLDB tidak berpengaruh terhadap PAD.
Maka hipotesis yang menyatakan bahwa Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat diterima.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Purnama, (2012) yang menyatakan bahwa
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Hasil penelitian ini mengandung makna bahwa
pemerintah daerah memaksimalkan penggunaan Pajak Mineral Bukan Logam Dan
Batuan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Jadi pemerintah daerah yang
mendapatkan Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan yang besar akan cendrung
memiliki Pendapatan Asli Daerah yang besar pula, dan menunjukkan adanya
indikasi yang kuat bahwa Pendapatan Asli Daerah juga sangat dipengaruhi dari
sumber Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan.
4.6.4 Pengaruh Pajak Penerangan Jalan (PPJ) terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil pengujian hipotesis keempat dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa PPJ memiliki nilai sig 0,282 dan nilai t hitung1,088. Ini berarti
nilai sig lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (>0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t
hitung1,088 lebih kecil dari t tabel 1,67356 (1,088<1,67356). Maka dalam hal ini Ha
gagal diterima dan H0 gagal ditolak sehingga PPJ tidak berpengaruh terhadap
PAD. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa Pajak Penerangan Jalan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah tidak dapat diterima.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nirbeta (2014) yang
menyatakan bahwa secara parsial Pajak Penerangan Jalan berpengaruh positif
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Tidak adanya pengaruh Pajak Penerangan Jalan
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di karenakan kurangnya pengoptimalan
pemerintah daerah dalam pemungutan pajak penerangan jalan.
4.6.5 Pengaruh Pajak Restoran (PR) terhadap Pendapatan Asli Daerah
pada Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil pengujian hipotesis kelima dengan menggunakan uji regresi
menunjukkan bahwa PR memiliki nilai sig 0,086 dan nilai t hitung-1,780. Ini berarti
nilai sig lebih keil dari taraf signifikansi 0,05 (<0,05). Dan berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel (t tabel α=0,05, df=60-5-1=54) didapat t hitung-
1,780 lebih besar dari t tabel 1,67356 (-1780<1,67356). Maka dalam hal ini Ha
gagal diterima dan H0gagal ditolak sehingga PR berpengaruh terhadap PAD.
23 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Maka hipotesis yang menyatakan bahwa Pajak Restoran berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah tidak dapat diterima.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Suartini dan
Utama (2013) yang menyatakan bahwa secara parsial Pajak Restoran berpengaruh
positif terhadap Pendapatan Asli Daerah. Namun sejalan dengan penelitian
Nirbeta (2014) yang menyatakan bahwa Pajak Restoran tidak berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Tidak adanya pengaruh Pajak Restoran
Terhadap Pendapatan Asli Daerah dikarenakan kurangnya tempat-tempat makan
di Kabupaten Lingga dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di
Kabupaten Lingga.
4.6.6 Pengaruh Pajak Hotel (PH), Pajak Reklame (PRE), Pajak Mineral
Bukan Logam Dan Batuan (PMBLDB), Pajak Penerangan Jalan
(PPJ), dan Pajak Restoran (PR) terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil pengujian hipotesis keenam dengan menggunakan uji regresi yang
berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 dan nilai
F hitung9,80. Ini berarti nilai sig lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Dan
berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel (F tabel α=0,05, df=60-5-1=54)
didapat F hitung 9,80 lebih besar dari F tabel yaitu 2,39 (9,80>2,39).
Maka dalam hal ini dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak yang
menunjukkan bahwa PH, PRE, PMBLDB, PPJ, dan PR berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Nirbeta (2014) yang
menyatakan bahwa secara simultan variabel Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan dan Pajak Restoran berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah, hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnama
(2012) yang menyatakan bahwa Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Penerimaan Pajak Reklame danPajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
digunakan sebagai salah satu sumber peningkatan Pendapatan Asli Daerah, daerah
yang melakukan pemungutan pemungutan pajak secara efisien akan mampu
menunjang kesejahteraan masyarakat dan peningkatan PAD yang lebih baik.
Dengan demikian semakin efisien pemungutan Pajak Hotel, Pajak
Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak Penerangan Jalan, dan
juga Pajak Restoran secara bersama-sama (simultan) maka semakin besar pula
peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2010-
2014.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh PH, PRE, PMBLDB,
PPJ, dan PR terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Lingga Tahun
2010-2014. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
24 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
1. Pajak Hotel (PH) secara individual (parsial) tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014. Dengan
demikian hipotesis pertama yang menyatakan PH tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga tidak ditolak.
2. Pajak Reklame (PRE) secara individual (parsial) berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014. Dengan
demikian hipotesis kedua diterima.
3. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan (PMBLDB) secara individual
(parsial) berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga
Tahun 2010-2014. Hipotesis ketiga juga diterima.
4. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) secara individual (parsial) tidak berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014.
Hipotesis keempat ditolak.
5. Pajak Restoran (PR) secara individual (parsial) berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014. Dengan
demikian hipotesis kelima yang menyatakan PR berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga juga ditolak.
6. Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan, Pajak
Penerangan Jalan, dan Pajak Restoran secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga Tahun
2010-2014. Hal ini berarti hipotesis yang keenam atau hipotesis yang terakhir
yang mengatakan bahwa PH, PRE, PMBLDB, PPJ, dan PR berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lingga diterima secara
signifikan.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas peneliti memberikan saran-saran
untuk peneliti selanjutnya sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel-variabel
penelitian lain seperti jenis-jenis penerimaan Pemerintah Daerah lainnya dan
variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, kondisi makro ekonomi,
aspek perilaku Pemerintah Daerah dalam efektifitas penggunaan anggaran dan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan menunjukkan apakah penelitian
dengan menggunakan sampel dan variabel yang lebih bervariasi dapat
memberikan hasil yang berbeda atau sama.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat lebih memperhatikan data dan
menggunakan data Laporan Realisasi Anggaran yang lebih lengkap.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah tahun penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, SofiandanTukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta: LP3ES.
25 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Fadhilah, Wirdatuldan Diana Sari. 2012. Analisis Potensi Penerimaan, Efektifitas
dan Taxx Effort Pajak Penerangan Jalan Serta Pengaruh Pajak
Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus
Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota bandung). Universitas
Widyatama
Kurniawan, Albert. 2009. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta:
Media Kom.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Nirbeta, Hadis. 2010. Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame, Pajak Hotel Pajak
Hiburan, pajak Peneangan Jalan, Pajak Restoran, dan Pajak parke
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang periode
2010-2012. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011.Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah,
Pasal 1 Ayat 9
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah
Bab I Pasal 1 Ayat 13
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
Bab II Pasal 19
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah
Bab II Pasal 27
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah
Bab I Pasal 1 Ayat 29
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah
Bab I Pasal 1 Ayat 32
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Jakarta:
MediaKom.
Purnama, Elfira.2012. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten.
Binus University.
Rahayuningsih. 2009. Analisis Efektifitas Pajak Reklame Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Banyuwangi.
Sani. 2013. Potensi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Dengan Analisis
SWOT di Kabupaten Sambas. Akademi PerpajakanPanca Bhakti
Pontianak
26 |Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016
Suartini, Ni Nyoman dan Made, Suyana Utama. 2013. Pengaruh Jumlah
Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan, pajak Hotel, dan Restoran
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gianyar. Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retrebusi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Suharyadi dan Purwanto, 2009. STATISTIKA :Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Edisi2. Jakarta :Salemba Empat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003..Tentang
Pembentukan Kabupaten Lingga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004.Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Wijaya, Toni. 2012. Cepat Mengurangi SPSS 20 Untuk Oleh Data dan
Interprestasi Data. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Wulandari, Suci. 2014. Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Tanjungpinang Periode 2009-2013. Universitas Maritim Raja
Ali Haji
Yan, Yan dan Lili Safitri, Kardinal. 2013. Analisis Peranan dan Konstribusi
Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Kota Jambi .Akuntansi STIE MDP.
Yulius, Oscar. 2010. Kompas IT Kreatif SPSS 18. Yogyakarta: PanserPustaka.