jenis dan karakteristik sedimen di ... -...

Download Jenis dan Karakteristik Sedimen Di ... - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 6 Pengukuran salinitas dilakukan pada setiap stasiun

If you can't read please download the document

Upload: phamthuy

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Jenis dan Karakteristik Sedimen Di Daerah Mangrove Perairan Teluk Antang

    Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas

    Encik Nuris Febriawan Mahasiswa Jurusan ilmu kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

    Arief Pratomo Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea [email protected]

    Arief Pratomo Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea [email protected]

    ABSTRAK

    Encik, Nuris F. 2014. Jenis dan Karakteristik Sedimen Di Daerah Mangrove Perairan Teluk Antang Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing 1: Arief Pratomo, ST, M.Si. pembimbing 2: Andy Zulfikar, S.Pi, M.Si.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Jenis Mangrove dan Karakteristik sedimen

    yang berada di perairan teluk Antang Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas dengan melihat dari jenis mangrove dan fraksi sedimen 10 Oktober 2013-20 Januari 2014 dengan pengambilan sampel mangrove menggunakan transek kuadran di 3 stasiun pengamatan dan sampel sedimen di ambil didekat plot mangrove dimana sampel tersebut di ambil pada mangrove yang paling dominan di plot tersebut. Metode yang digunakan adalah metode puposive sampling. Pengukuran parameter kualitas perairan secara in situ dan sampel sedimen permukaan dianalisis menggunakan metode pengayakan basah di laboratorium.

    Diketahui jenis mangrove yang didapat di perairan teluk antang ada 7 jenis yaitu Avicenia lanata, Bruguira gymnorhiza, Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra, Rhizophora apikulata, Rhizophora Mucronata, Nypa fruticans, dan berdasarkan hasil analisis laboratorium didapat 2 tipe sedimen yaitu pasir berkerikil dan pasir dengan rata-rata kategori penyusunannya adalah pasir berukuran sedang. Gambaran pengaruh kondisi arus dan gelombang cendrung tidak stabil, kecepatan arus terhadap ukuran fraksi sedimen teluk Antang bergerak secara menggelinding atau melompat.

    Kata Kunci : Mangrove, Sedimen, Ukuran Fraksi, Teluk Antang Kecamatan Siantan

  • 2

    Types and Characteristics of Mangrove Sediments in Gulf waters Antang Regional

    District of Siantan Anambas Island

    Encik Nuris Febriawan Mahasiswa Jurusan ilmu kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

    Arief Pratomo Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea [email protected]

    Arief Pratomo Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea [email protected]

    ABSTRACT

    Encik, Nuris F. 2014. Types and Characteristics of Mangrove Sediments in Gulf waters Antang Regional District of Siantan Anambas Island, Thesis. Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor 1: Arief Pratomo, ST, M.Si. supervising 2: Andy Zulfikar, S.Pi, M.Si.

    This study aims to determine the type and characteristics of Mangrove sediments that are in the waters of the bay Antang District of Siantan Anambas Island with a view of mangrove species and sediment fractions 2013-20 October 10th January 2014 with mangrove using transect sampling quadrant in three observation stations and sediment samples taken near the mangrove plots where the sample was taken at the most dominant mangrove in the plot. The method used is purposive sampling method. Measurement of water quality parameters in situ and surface sediment samples were analyzed using wet sieving method in the laboratory.

    Known mangrove species obtained in the bay there are 7 types Antang Avicenia lanata, Bruguira gymnorhiza, Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra, Rhizophora apikulata, Rhizophora mucronata, Nypa fruticans, and based on the results of laboratory analysis obtained two types of sediment is sand gravel and sand with average -rata category formulation is a medium-sized sand. Illustrates the effect of currents and wave conditions tend to unstable, current speed of the bay sediment size fraction Antang move rolling or jumping.

    Keywords: Mangrove, Sediment, Size Fraction, Antang Gulf District of Siantan

  • 3

    PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan perairan

    yang mempunyai nilai sumber daya hayati yang tinggi, supriharyono (2008) menyatakan wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan yang pesat akan memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya. Apabila pembangunan tidak direncanakan dengan baik akan terjadi penurunan kualitas perairan lalu masuk ke muara dan terakumulasi di pantai

    Pesatnya pertumbuhan wilayah pesisir Desa Antang dalam hal pengembangan kegitan pemukiman penduduk, jalur pelayaran, pelabuhan, serta penebangan hutan mangrove. Telah memberikan dampak terhadap ekosistem pesisir, material-material yang masuk kedalam perairan dibawa sungai ke laut dan mengendap di dasar perairan. Material-material tersebut berupa organik dan anorganik yang di sebut sedimen. Nybakken (1992) menyebutkan bahwa perairan laut banyak merima bahan organik dari daratan. Chapman (1977) dan Bunt dan Williams (1981), menyatakan hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir, atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut. Pasang surut dan arus yang membawa meterial sedimen dan subtrat yang terjadi secara periodikmenyebabkan perbedaan dalam pembentukan zonasi mangrove, subtrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan rhizoopora mucronata dan avecennia marina (Kint, 1934). Jenis-jenis lain seperti rhizoopora stylosa tumbuh dengan baik pada subtrat berpasir.

    II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove

    Mangrove adalah sekumpulan tumbuhan-tumbuhan Dicotyledoneae atau Monocotyledoneae terdiri atas jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan taksa kelas (unrelated families) tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    Wibisono (2005) menyatakan bahwa mangrove merupakan salah satu tipe tumbuhan hujan tropis yang terdapat disepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik.

    Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur dan teluk, goba dan estuari yang didomonasi oleh halofita (Halophyta), yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok dan beradaptasi tinggi, yang berkaitan dengan anak sungai, rawa dan banjiran, bersama-sama dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan (Romimohtarto dan juawana 2005).

    Berbagai pengertian mangrove tersebut sebenarnya mumpunyai arti yang sama, yaitu formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit subtropika, terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir serta mendapat pengaruh pasang surut air laut. Mangrove juga merupakan mata rantai penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi si suatu perairan (Arief, 2003).

    METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat

  • 4

    Penelitian ini akan dilaksanakan dan dimulai pada bulan Agustus 2014 di perairan Desa Antang, Kelurahan Tarempa Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas. Analisis sampel dilakukan secara in situ dan ex situ. Analisis in situ dilakukan di lokasi penelitian dan analisis ex situ yaitu sampel yang diambil di lokasi penelitian kemudian dianalisis di Laboratotirum Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

    Gambar 3. Peta Pulau Siantan Kabupaten Anambas

    B Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis (pena, buku tulis, kertas label, spidol), alat pengambilan sampel air yaitu water multytaster (Aquaread 2000), eckman grab dan kantong gula kg untuk pengambilan dan pengemasan sedimen sampel mangrove.

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan kimia untuk sampel sedimen agar sampel tersebut tetap awet dalam perjalanan pengiriman untuk dianalisis di laboratorium. Untuk lebih jelasnya alat dan bahan dapat dilihat pada Tabel 2. No.

    Paramete

    r Pengukur

    an

    Satuan

    Alat dan

    Bahan

    Metode

    Analisis Sampel

    Fisika air 1.

    Suhu oC Aquaread (Water Multytester)

    Pemuaian

    In situ

    2.

    Data pasut

    m DIHIDROS TNI AL

    3.

    Kecepatan arus

    cm/dt

    Modifikasi alat

    In situ

    4.

    Salinitas

    ppt (

    )

    Aquaread (Water Multytester)

    In situ

    C Metode Penelitian

    1) Penentuan titik stasiun pengamatan

    Layout pulau siantan

  • 5

    Stasiun penelitian ditentukan dengan

    metode purposive sampling, yaitu penentuan lokasi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi (Arikunto, 2006). Stasiun penelitian ditentukan berdasarkan observasi awal sebelum penelitian dilakukan.

    Berikut ini dijabarkan mekanisme pengukuran penentuan titik stasiun, diantaranya yaitu : a. Wilayah kajian yang ditentukan untuk

    pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zone mangrove yang terdapat di wilayah kajian (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    b. Pada setiap wilayah kajian ditentukan stasiun-stasiun pengamatan secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    c. Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove yang terjadi) di daerah intertidal (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    d. Pada setiap zona mangrove yang berada disepanjang transek garis,

    letakkan secara acak petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m sebanyak paling kurang 3 (tiga) petak contoh (plot) (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    D Prosedur Pengambilan Sampel Air Pada Sedimen

    Pengukuran parameter perairan dilakukan 1 kali sehari pada tiap stasiun, yaitu pada siang hari.

    1) Suhu Pengukuran suhu dilakukan pada

    permukaan perairan. Pengukuran suhu ini dilakukan dengan menggunakan instrument Aquaread (Water Multytester). Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya Aquaread dikalibrasi dengan menggunakan larutan Rapidcal, nyalakan instrumen dan tunggu hingga pembacaan temperatur stabil, pilih menu calibration dan ok pada pilihan rapidcal, tunggu loading maksimum 100%, tekan OK lalu ESC. Masukan Probe (batang multytester) pada perairan hingga setengah tinggi probe, akan terlihat tampilan parameter dan nilai pengukurannya, lalu tekan tombol M+ untuk menyimpan data.

    Cara / prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa dengan menggunakan skala derajat celsius (0C). pengukuran suhu perairan dilakukan di setiap titik sampling dengan mencelupkan batang termometer kedalam perairan selama 5 menit, dimana waktu yang diberikan cukup untuk mendapatkan suhu perairan yang sesungguhnya, kemudian termometer diangkat dan dibaca.

    2) Salinitas

  • 6

    Pengukuran salinitas dilakukan pada setiap stasiun dengan menggunakan hand refractometer. Sebelum digunakan alat dikalibrasi dahulu supaya berada dalam keadaan standar. Air sampel diambil dari permukaan perairan dengan menggunakan botol sampel, kemudian air sampel ini diteteskan pada hand refractometer, maka salinitasnya akan ditunjukkan pada alat dengan satuan . (Standar Nasional Indonesia, 1991).

    3) Arus Pengukuran kecepatan arus

    dilakukan dengan menggunakan current drouge yang dilepaskan ke perairan, dibiarkan hanyut terbawa oleh arus sampai tali menegang, dan hitung waktunya dengan menggunakan stopwatch. Kecepatan arus dapat dihitung dengan rumus (Standar Nasional Indonesia,1991) :

    Dimana: V= Kecepatan t = Waktu

    s = Jarak

    4) Derajat Keasaman (pH) Pengukuran pH dilakukan dengan

    menggunakan instrument Aquaread (Water Multytester). Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya Aquaread di kalibrasi dengan menggunakan larutan Rapidcal, nyalakan instrumen dan tunggu hingga pembacaan pH stabil, pilih menu calibration dan ok pada pilihan rapidcal, tunggu loading maksimum 100%, tekan OK lalu ESC. Masukan Probe (batang multytester) pada perairan hingga setengah tinggi probe, akan terlihat tampilan

    parameter dan nilai pengukurannya, lalu tekan tombol M+ untuk menyimpan data.

    Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH suatu larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi larutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter. Pengukur pH tingkat asam dan basa perairan ini bekerja secara digital, pH air disebut asam bila kurang dari 7, pH air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan pH air disebut netral bila pH sama dengan 7. Sebelum menggunakan alat ini terlebih dahulu pH meter dikalibrasi menggunakan larutan standar.

    E Pengamatan identifikasi jenis mangrove

    Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi mangrove adalah dengan menggunakan Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot). Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Transect Line Plot) adalah metode pencuplikan contoh populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut (Kepmen LH No. 201 Tahun 2004).

    Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

    1. Tarik Transek dari arah laut ke arah darat dimulai dari bagian terluar mangrove sampai ke daratan. Transek tegak lurus dengan garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove.

    2. Di setiap transek garis, letakkan plot (petak contoh)

  • 7

    berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m dengan interval antar plot 10 meter. Skema penempatan plot dapat dilihat pada gambar 3.

    Darat

    Gambar 4. Skema penempatan petak contoh

    3. Pengamatan jenis mangrove

    dan pengambilan sample vegetasi dilakukan secara langsung dilapangan. Sample vegetasi mangrove dimasukkan ke kantong sample untuk diidentifikasi menggunakan panduan buku identifikasi jenis mangrove.

    F Sedimen Sedimen diambil dengan

    menggunakan eckmen grab yang ditenggelamkan ke permukaan dasar perairan. Sedimen yang diperoleh kemudian dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi label kemudian disimpan kedalam ice box untuk dianalisis di laboratorium.

    Prosedur pelaksanaan pengayakan basah sebagai berikut :

    1) Subsampel yang berada dalam cawan direndam dengan larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 3-5%, larutan ini berfungsi untuk

    memisahkan partikel-partikel yang masih berkohesive satu sama lainnya.

    2) Subsampel yang sudah direndam dengan larutan hidrogen peroksida 3-5% diayak dengan ayakan yang mempunyai mesh size 63um.

    3) Pengayakan dilakukan dengan menyemprotkan air pada ayakan tersebut, dan air yang keluar dari ayakan ini ditampung dalam sebuah cawan yang volumenya minimal 2 liter.

    4) Usahakan air yang keluar bersama sedimen yang ditampung dalam cawan besar mempunyai volumenya 1 liter. Hasil tampungan inilah yang digunakan untuk menganalisis populasi lumpur.

    5) Sedimen yang tertahan dalam ayakan diatas adalah populasi kerikil dan pasir.

    6) Gunakan ayakan bermesh size 2.000 um untuk memisahkan populasi kerikil dari pasir. Sedimen yang tertahan dalam ayakan ini adalah populasi kerikil dan yang lolos adalah populasi pasir.

    7) Masukan populasi pasir dalalam ayakan paling atas, dimana sebelumnya ayakan telah disusun berdasarkan ukuran mesh size yaitu uurutan mesh size dari atas ke bawah sebagai berikut: 1 mm (0 ), 0,5 mm (1 ; 500 um), 0,25 mm (2 ; 250 um), 1/8 mm (3 ; 125 um), 1/16 mm (4 ; 63 um).

  • 8

    8) Semprotkan air pada ayakan paling atas dengan menyemprotkan air sehingga populasi pasir akan mengalir ke ayakan dibawahnya sesuai dengan ukuran butirnya.

    9) Ulangai beberapa kali untuk masing-masing ayakan sampai ukuran butir yang tertahan dimasing-masing ayakan adalah ukuran butir yang sesuai dengan mesh size ayakan tersebut.

    10) Masukan butiran pasir yang tertahan pada masing-masing ayakan kedalam cawan yang telah disiapkan dan ketahui beratnya.

    11) Panaskan cawan-cawan yang berisi sampel pasir tersebut dalam oven pada suhu 65oC sampai kering.

    12) Setelah kering dan dikeluarkan dari oven, tunggu sampel tersebut sampai dingin, lalu timbang masing-masing sampel dan catat beratnya dalam tabel.

    13) Sedimen yang lolos dari ayakan 1/16 mm (4; 63 um), bersama airnya ditampung dalam sebuah cawan, kemudian dimasukan dalam tabung silinder atau tabung ukur yang mempunyai volume 1 liter.

    14) Tambahkan larutan dispersan yaitu sodium hexametaphospate sehingga volumenya persis 1.000 ml.

    15) Aduk larutan tersebut dengan menggunakan sebatang stick dan biarkan agar partikel-

    partikel yang berkohesive (lengket) satu sama lainnya berpisah.

    16) Letakan pada ruang yang bertempratur 20OC.

    17) Aduk lagi dengan cara menutup bagian atas silinder dengan telapak tangan, setelah itu balikkan silinder tersebut dan diulangi 1 menit. Jangan sampai larutan tersebut terbuang.

    18) Setelah selesai mengaduk, letakkan silinder pada meja datar dan langsung hidupka stopwatch.

    19) Ambil larutan dari tabung silinder dengan menggunakan pipet yang bervolume 20 ml. Pipet harus diberi tanda sesuai dengan kedalaman pengambilan pada tabung silinder. Jadwal dan kedalaman pengambilan harus disesuaikan kelas ukuran butir.

    20) Masukan pipet secara perlahan sehingga tidak terjadi pengadukan oleh pergerakan pipet tersebut. Jika larutan yang terambil melebihi 20 ml, maka jangan masukkan larutan tersebut kedalam tabung silinder tetapi harus dibuang. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya goncangan pada sampel yang ada dalam tabung tersebut.

    21) Masukan larutan yang sudah diambil (sampel) kedalam cawan yang telah disiapkan sebelumnya. Bersihkan pipet dengan cara memasukan air destilasi kedalam pipet

  • 9

    tersebut, air hasil bilasan dimasukan kedalam cawan yang sama.

    22) Keringkan larutan (sampel) yang berada dalam cawan dalam oven, kemudian ditimbang dan hasilnya dimasukan dalam tabel.

    1) Analisis statistik sedimen Data tekstur sedimen berupa data

    ukuran butiran sedimen digunakan untuk menggambarkan lingkungan pengendapan khususnya yang berperan dalam proses pengendapan (sedimentasi).

    Gambaran lingkungan pengendapan dapat diperoleh dengan beberapa metode diantaranya dengan cara menghitung parameter statistika sedimen sebagai berikut:

    Mean size (Mz)

    Pengukuran terbaik dari rata-rata besar dihitung dari ukuran sebaran partikel melalui suatu kisaran nilai persentil. Dalam bentuk yang paling sederhana nilai rata-rata (Mz) dihitung melalui rumus sebagai berikut.

    Rumus tersebut dengan asumsi bahwa hanya 3 nilai dianggap cukup untuk meberi nilai rata-rata besar butir. Maksud dari tulisan 050 artinya bahwa harga phi pada frekuensi 50% yang kemudian ditransformasi kembali kedalam bentuk ukuran diameter partikel, begitu seterusnya dilakukan sesuai rumus. Diantara rata-rata (Mz) atau diameter tengah (Md) sedimen adalah ukuran partikel

    sedimen yang berguna untuk menggambarkan :

    Perbedaan jenis. Ketahanan partkel terhadap

    weathering, erosi dan abrasi.

    Proses transportasi dan pengendapan.

    Sorting (1)

    Secara statistik yang dimaksud dengan sortasia dalah sebaran dari rata-rata. Bagaimanapun untuk menentukan ukuran partikel yang terbesar atau yang terkecil dengan tepat dalam suatu ukuran distribusi merupakan kemungkinan yang sangat jarang. Yang terpenting adalah mengukur sebaran rata-rata partikel atau yang biasanya disebut sebagai sortasi dari sediment yang digambarkan oleh lebarnya kurva frekuensi atau bentuk (shape) dari kumulatif distribusi frekuensi. Sorting adalah penilaian partikel sedimen yang menggambarkan tingkat keseragaman butiran.

    Klasifikasi:

  • 10

    1,0 2,0 : poorlysorted

    >2,0 : verypoorlysorted

    Skewness (Sk1)

    Pada saat kita membentuk grafik frekuensi sebenarnya sudah tampak apakah grafik tersebut berbentuk distribusi normal (sepertibel) atau miring kekiri atau miring kekanan. Apabila berbentuk distribusi normal maka nilai median akan berimpit dengan nilai rata-rata (mean). Penyimpangan dari bentuk distribusi normal tersebut mengakibatkan perbedaan antara nilai median dan nilai rata-rata sehingga digunakan untuk memberi ciri tertentu pada grafik bersangkutan yang disebut sebagai kemiringan atau kecondongan. Kemiringan dikatakan sebagai mempunyai nilai positif atau negative apabila dalam partikel sediment yang diperiksa terkandung lebih banyak partikel kasar atau lebih banyak partikel halus. Nilai skewness dipengaruhi oleh karakteristik gelombang dan arus sehingga nilai ini sering digunakan oleh sedimentologi untuk menggambarkan kekuatan gelombang dan arus yang berperan dalam proses pengendapan.

    Klasifikasi:

    + 0,3 s.d + 1,0 : very fine skewed

    + 0,1 s.d + 0,3 : fineskewed

    + 0,1 s.d 0,1 : nearsymmitrical

    - 0,1 s.d 0,3 : coarseskewed

    > - 0,3 : very coarse skewed

    Kurtosis (Kg)

    Bila kita mengacup ada bentuk kurva (kurva) distribussi normal, maka tinggi rendaahnya atau runcing datarnya bentuk kurva dapat ditentukan dengan perhitungan. Pada kurva distribusi normal yang tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar bias disebut sebagai mesokurti. Selanjutnya kurva yang disebut sebagai leptokurtic, sedangkan yang datar dinamakan sebagai platikurtik. Ukuran kurtosis sebenarnya merupakan nisbah (ratio) antara sebaran ekor dengan pusat sebaran (dan oleh sebab itu bilanganya tanpa besaran).

    Klasifikasi:

    < 0,6 = very platycartic

    0,67 0,90 = platycartic

    0,90 1,11 = mesokurtic

    1,11 1,50 = leptokurtic

    1,50 3,00 = Very leptocartic

  • 11

    >3,00 = extremely leptokurtic IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil 1 Gambaran Umum Lokasi

    Penelitian DesaAntang terletak di sebuah

    pulau yang bernama pulau Anambas di Kota Tarempa Provinsi Kepulauan Riau yang terdapat dalam wilayah Kecamatan Siantan. Batas wilayahDesaAntang sebelah utara berbatasan dengan DesaBalaukuning, sebelah selatan berbatasan denganDesaTanjungmomong, sebelah timur berbatasan dengan Desa Palmatak, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Air Padang.

    Wilayah Desa Antang terletak pada LU N 0313.3348' -BT 10614.6519'dan LU 0313.3360'-BT 10614.3010'dengan luas daerahnya adalah 90 Ha, ketinggian daerah ini berkisar 120 m dari permukaan laut. Secara umum gambaran fisik (topografi) wilayah Desa Antang tanahnya sebagian merupakan daratan berbukit. Keadaan dasar perairan pantai Desa Antang mempunyai tipe subtrat pasir berbatu. Vegetasi yang umum banyak di jumpai adalah kelapa, bakau (mangrove ikutan), terumbu karang (coral massive), ilalang dan rerumputan.

    Peduduk desa Antang berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Tarempa TimurDesaAntang sampai akhir 2012 adalah sebanyak 139 jiwa yang terdiri dari laki-laki yang berjumlah 74 jiwa dan perempuan berjumlah 65 jiwa.

    2 Jenis Mangrove Dari hasil penelitian yang dilakukan di Teluk Antang ditemukan 7 jenis mangrove pada setiap stasiun dan

    masing-masing jenis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 3. Jenis Mangrove

    No Famili Genus Spesies Nama Daerah

    1 Aviceniaeceae Avicenia Avicenia lanata Api-api

    2 Bruguieraeceae Bruguira Bruguira gymnorhiza Kesemat

    3 Aegiceraseceae Aegiceras Aegiceras corniculatum Teruntun

    4 Ceriopseceae Ceriops Ceriops decandra Tingi

    5 Rhizoporaeceae Rhizopora Rhizophora apikulata

    Bakau minyak

    6 Rhizoporaeceae Rhizopora Rhizophora mucronata

    Bakau gundul

    7 Nypaeceae Nypa Nypa fruticans Nipa

    Sumber. Data Primer

    3 Fraksi Sedimen Pada Mangrove Hasil analisis fraksi sedimen pada masing-masing transek di perairan Teluk Antang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 4. Persentasi Fraksi Sedimen Stasiun 1, Transek 1, plot 1

    Fraksi

    gr

    gr Frak

    si %

    Fraksi %

    % Kumul

    atif

  • 12

    -1

    Kerikil

    20,52

    20,52

    24,908 24,908 24,908

    0

    Pasir

    8,97

    59,05 71,680

    10,888 35,797

    1

    25,73 31,233 67,030

    2

    17,14 20,806 87,836

    3 5,51 6,688 94,525

    4 1,7 2,063 96,588

    5

    Lumpur

    0,73

    2,81 3,411

    0,886 97,475

    6 0,72 0,873 98,349

    7 0,7 0,849 99,198

    >7

    0,66 0,801 100

    Sumber. Data Primer

    Dari hasil analisis laboratorium pada Stasiun 1, Transek 1, Plot 1 didapat fraksi sebesar 24,90895849, fraksi pasir sebesar 71,68001942, dan lumpur 3,411022093 yang mendominasi Stasiun 1, Transek 1, plot 1 adalah pasir di kategorikan pasir berkerikil, jenis Mangrove yg dominan Avicenia lanata untuk mengetahui tipe sedimen, dan fraksi-fraksi tersebut dicocokan dengan segitiga sheppard dapat dilihat pada lampiran 1.

    4 Perhitungan Statistik Sedimen pada Mangrove

    Hasil perhitungan mengugunakan soft ware excel telah di dapati nilai dari diameter rata-rata (Mz), koefisien sorting (1), skewiness (Sk1), dan kurtosis untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel dibawah ini

    Tabel 18. Perhitungan Statistik Sedimen (Satuan mm)

    Stasiun Mz So SK1 Kg

    1.1.1 0,366667 1,452273 0,128592 0,85531

    1.1.2 0,4 1,437121 0,065297 0,802596

    1.2.1 0,466667 1,477273 0,0375 0,894188

    1.2.2 0,533333 1,57803 0,041996 0,835435

    1.3.1 0,533333 1,557576 0,08875 0,788146

    1.3.2 0,5 1,467424 -0,08374 0,772383

    2.1.1 0,433333 1,507576 0,106667 0,73185

    2.1.2 0,533333 1,542424 0,080995 1,181292

    2.1.3 0,666667 1,622727 0,029412 0,803909

    2.2.1 0,9 1,657576 -0,18667 0,788146

    2.2.2 0,7 1,537121 -0,12573 0,740858

    2.2.3 0,766667 1,592424 -0,13685 0,836749

    2.2.4 0,766667 1,607576 -0,12706 0,853825

    2.3.1 0,8 1,517424 -0,11455 1,255123

    Sumber. Data Primer

    Stasiun 1, Transek 1, Plot 1 didapat nilai mean size 0,366667, nilai koefisien sorting 1,452273 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,128592 (condong positif), nilai koefisien kurtosis 0,85531

  • 13

    (platikurtik). Stasiun 1, Transek 1, Plot 2 didapat nilai mean size 0,4, nilai koefisien sorting 1,437121 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,065297 (simetris), nilai koefisien kurtosis 0,802596 (platikurtik).

    Stasiun 1, Transek 2, Plot 1 didapat nilai mean size 0,466667, nilai koefisien sorting 1,477273 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,0375(condong positif), nilai koefisien kurtosis 0,894188 (platikurtik). Stasiun 1, Transek 2, Plot 2 didapat nilai mean size 0,533333, nilai koefisien sorting 1,57803 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,041996 (condong positif), nilai koefisien kurtosis 0,835435 (platikurtik).

    Stasiun 1, Transek 3, Plot 1 didapat nilai mean size 0,533333, nilai koefisien sorting 1,557576 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,08875 (condong positif), nilai koefisien kurtosis 0,788146 (platikurtik). Stasiun 1, Transek 3, Plot 2 didapat nilai mean size 0,5, nilai koefisien sorting 1,467424 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,08374 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 0,772383 (platikurtik).

    Stasiun 2, Transek 1, Plot 1 didapat nilai mean size 0,433333, nilai koefisien sorting 1,507576 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,106667 (condong positif), nilai koefisien kurtosis 0,73185 (platikurtik). Stasiun 2, Transek 1, Plot 2 didapat nilai mean size 0,533333, nilai koefisien sorting 1,542424 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,080995 (condong positif), nilai koefisien kurtosis 1,181292 (leptokurtik). Stasiun 2, Transek 1, Plot 3 didapat nilai mean size 0,666667, nilai koefisien sorting

    1,622727 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness 0,029412 (condong sangat negatif), nilai koefisien kurtosis 0,803909 (platikurtik).

    Stasiun 2, Transek 2, Plot 1 didapat nilai mean size 0,9, nilai koefisien sorting 1,657576 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,18667 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 0,788146 (platikurtik). Stasiun 2, Transek 2, Plot 2 didapat nilai mean size 0,7, nilai koefisien sorting 1,537121 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,12573 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 0,740858 (platikurtik). Stasiun 2, Transek 2, Plot 3 didapat nilai mean size 0,766667, nilai koefisien sorting 1,592424 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,13685 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 0,836749 (platikurtik). Stasiun 2, Transek 2, Plot 4 didapat nilai mean size 0,766667, nilai koefisien sorting 1,607576 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,12706 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 0,853825 (platikurtik).

    Stasiun 2, Transek 3, Plot 1 didapat nilai mean size 0,8, nilai koefisien sorting 1,517424 (terpilah buruk), nilai koefisien skeweness -0,11455 (condong negatif), nilai koefisien kurtosis 1,255123 (leptokurtik).

    B Pembahasan 1 Analisis Fraksi Sedimen dan Jenis

    Mangrove Dari hasil penelitian, diperoleh tipe sedimen permukaan dan jenis mangrove di teluk antang adalah sebagai berikut:

    Tabel 19. Jenis sedimen permukaan pada mangrove di teluk antang

  • 14

    Stasiun Tipe Sedimen Permukaan

    Jenis Mangrove

    1.1.1 Pasir Berkerikil Avicenia Lanata

    1.1.2 Pasir Berkerikil Bruguerra Ghymnorhiza

    1.2.1 Pasir Berkerikil Aegiceras Corniculatum

    1.2.2 Pasir Berkerikil Bruguerra Ghymnorhiza

    1.3.1 Pasir Berkerikil Aegiceras Corniculatum

    1.3.2 Pasir Berkerikil Bruguerra Ghymnorhiza

    2.1.1 Pasir Berkerikil Bruguerra Ghymnorhiza

    2.1.2 Pasir Berkerikil Ceriops Decandra

    2.1.3 Pasir Berkerikil Rhizophora Apikulata

    2.2.1 Pasir Berkerikil Bruguerra Ghymnorhiza

    2.2.2 Pasir Berkerikil Ceriops Decandra

    2.2.3 Pasir Berkerikil Rhizophora Mucronata

    2.2.4 Pasir Berkerikil Aegiceras Corniculatum

    2.3.1 Pasir Nypa Fruticans

    Sumber. Data Primer

    Pada Stasiun 1 Transek 1 Substrat yang dominan berpasir memang merupakan substrat yang sangat cocok untuk jenis Avicennia sp. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh bentuk perakaran cakar ayam yang efektif sebagai perangkap pasir. Selain itu substrat pasir berkerikil pada jenis Avicennia sp di kawasan hutan mangrove Teluk Antang, ini dikarenakan selain mempunyai bobot yang berat partikel-pertikel pasir seringkali akan mengalami hambatan untuk masuk ke dalam hutan mangrove. Nybakken (1988), bahwa Avicennia sp tidak dapat tumbuh dengan baik pada keadaan yang teduh atau berlumpur tebal yang biasanya terdapat di dalam hutan.

    Pada Stasiun 1 Transek 1 Plot 2Substrat pasir berkerikil adalah subsrat yang tidak cocok untuk pertumbuhan mangrove jenis Bruguiera sp. Substrat yang sesuai untuk jenis mangrove ini adalah substrat lumpur berpasir sama halnya dengan jenis Rhizopora sp, dimana letak zonasi Bruguiera sp tepat dibelakang Rhizopora sp. Tetapi setelah dilakukan penelitian, jenis Bruguiera sp yang ada di kawasan hutan mangrove Teluk Antang memiliki substrat pasir berkerikil. Ini dimungkinkan adanya erosi, yang pada akhirnya erosi ini akan membawa tanah yang ada di dataran tinggi (daratan) terbawa ke arah pantai yaitu kawasan hutan mangrove, Bruguirera sp ini juga di dapati pada Stasiun 1 Transek 2 Plot 2, Stasiun 1 Transek 3 Plot 2, Stasiun 2 Transek 1 Plot 1, Stasiun 2 Transek 2 Plot 1.

    Pada Stasiun 1 Transek 2 Plot 1 jenis Aegiceras sp subtrat yang sesuai untuk jenis mangrove ini subtrab

  • 15

    berlumpur. Tetapi setelah dilakukan penelitian, jenis Aegiceras sp yang ada di kawasan hutan mangrove Teluk Antang memiliki substrat pasir berkerikil. Ini dimungkinkan adanya erosi, yang pada akhirnya erosi ini akan membawa tanah yang ada di dataran tinggi (daratan) terbawa ke arah pantai yaitu kawasan hutan mangrove.Aegiceras sp ini juga di dapati pada Stasiun 1 Transek 3 Plot 1, Stasiun 2Transek 2 Plot 4.

    Pada Stasiun 2 Transek 1 Plot 2 jenis Ceriops sp subtrat yang sesuai untuk jenis mangrove ini subtrab berlumpur. Tetapi setelah dilakukan penelitian, jenis Ceriops sp yang ada di kawasan hutan mangrove Teluk Antang memiliki substrat pasir berkerikil. Ini dimungkinkan adanya erosi, yang pada akhirnya erosi ini akan membawa tanah yang ada di dataran tinggi (daratan) terbawa ke arah pantai yaitu kawasan hutan mangrove.Ceriops sp ini juga di dapati pada Stasiun 2 Transek 2 Plot 2.

    Pada Stasiun 2 Transek 1 Plot 3 Substrat jenis lumpur berpasir memang merupakan substrat yang sangat cocok untuk tempat tumbuhnya jenis Rhizophora sp.Tetapi setelah dilakukan penelitian, jenis Rhizophora sp yang ada di kawasan hutan mangrove Teluk Antang memiliki substrat pasir berkerikil. Ini dimungkinkan adanya erosi, yang pada akhirnya erosi ini akan membawa tanah yang ada di dataran tinggi (daratan) terbawa ke arah pantai yaitu kawasan hutan mangrove. Rhizophora sp ini juga di dapati pada Stasiun 2 Transek 2 Plot 3.

    Pada Stasiun 2 Transek 3 Plot 1 Substrat pasir memang merupakan subtrat yang sangat cocok untuk tempat

    tumbuhnya jenis Nypa sppada zona paling belakang yang langsung berbatasan pada hutan darat.

    2 Parameter Perairan pada Sedimen Permukaan Mangrove

    Parameter kualitas perairan yang diukur dalam penelitian adalah parameter fisika dan kimia yang meliputi: suhu, salinitas, arus, dan derajat keasaman yang mempengaruhi sedimen permukaan. Hasil pengukuran parameter lingkungan perairan Teluk Antang selama penelitian dapat dilihat pada tabel 18.

    Tabel 20. Parameter perairan pada setiap stasiun

    no parameter stasiun

    1 2

    1 Suhu (0C) 31,1 27,1

    2 Salinitas () 24,96 26,4

    3 pH 8,17 7,94

    4 Kec arus (m/s) 27,12 25,67

    Sumber. Data Perimer

    Suhu, salinitas dan densitas perairan mempengaruhi kecepatan tenggelamnya partikel sedimen Rifardi (2008). Suhu permukaan perairan di lokasi penelitian berkisar antara 31,1-27,1. Selain itu suhu dapat mempengaruhi proses pengendapan sedimen partikel dengan ukuran yang sama dideposisi lebih cepat pada suhu rendah dibandingkan denan suhu tinggi.

    Nilai pH pada lokasi penelitian berkisar 8,17-7,94. Rifardi (2008) menjelaskan pembentukan sedimen dikontrol oleh pH, perubahan pH perairan

  • 16

    mempenaruhi proses pelarutan dan presipitasi partikel-partikel sedimen.

    Arus pada lokasi penelitan berkisar 27,12-25,67 m/s. Rifardi (2008) mengatakan faktor utama yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini pula yang menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar perairan disusun oeh berbagai kelompok populasi sedimen.

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A Kesimpulan 1. Hasil penelitian yang dilakukan di

    Teluk Antang di temukan 7 jenis mangrove yang terdiri dari mangrove Avicenia Lanata, Bruguerra Ghymnorhiza, Aegiceras Corniculatum, Ceriops Decandra, Rhizophora Apikulata, Rhizophora Mucronata, dan Nypa Fruticans.

    2. Berdasarkan analisis fraksi sedimen pada mangrove didapati bahwa fraksi sedimen di teluk antang memiliki 2 jenis fraksi yaitu fraksi pasir, dan fraksi pasir berkerikil.

    3. Berdasarkan analisis fraksi lumpur di dapat bahwa perairan Teluk Antang memiliki arus dan gelombang yang tidak stabil, dan memiliki butiran sedimen yang kasar.

    B Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan

    mengenai proses sedimentasi yang terakumulasi pada zonasi mangrove dan bahan organik lainya.

    Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat faktor pembentuk zonasi

    mangrove yang paling dominan terkait dengan sedimentasi yang terjadi dari daratan.

    Daftar Pustaka

    Demoografi Kelurahan Tarempa BaratTahun 2010 (tidakditerbitkan)

    Dinas HIDROS OSEANOGRAFI. 2012. Daftar Arus Pasang Surut Tidal Sream Tables Tahun 2012

    Kepmen LH no 201 tahun 2004

    Arief, 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta.

    Amrul. N, Z, M, H. Kualitas Fisika Kimia Sedimen Serta Hubunganya Terhadap Struktur Makrozoobentos di Estuaria Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Institud pertanian Bogor 2004.

    Bunt, J. S. & W. T. Williams. 1981. Vegetational Relationship in The Mangrove of Tropcal Australia. Marine Ecology Progress Series, 4: 349-359.

    Chapman, V. J. Editor. 1977. West Coastal. Ecosystems of The World: 1. Elsevier Scientific Publishing Company

    Kint, A. 1934. De luchtfoto en de topografische terreingesteldheid in de mangrove. De Tropische Natuur, 23: 173-189.

  • 17

    Mukminin. A. Proses Sedimentasi di perairan pantai Dompak Kecamatan Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Riau 2009

    Nybakken. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. jakarta

    Nybakken. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh M. Ediman, D.G. Bangen, M. Hutomo dan S. Sukaryo. Gramedia. Jakarta.

    Rifardi. 2008. TEKSTUR SEDIMEN Sampling dan Analisis. Universitas Riau Press.

    Rifardi. 2008. Sedimen modern, Universitas Riau Press.

    Romimohtarto. K. Juawana. S. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

    Wibisono. M. S. 2005. PengantarIlmuKelautan. PT Grasindo. Jakarta

    Wibisono. M. S. 2005. PengantarIlmuKelautan.Universitas Indonesia Press.