tingkat kelangsungan hidup dan laju …nyata. parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas,...

59
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN Enhalus acoroides YANG DITRANSPLANTASI DENGAN METODE STAPLE PADA APO (Alat Pemecah Ombak) DAN TANPA APO DI KABUPATEN PANGKEP SKRIPSI Oleh: JUMNIATY. S JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

i

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN Enhalus acoroides YANG

DITRANSPLANTASI DENGAN METODE STAPLE PADA APO (Alat Pemecah Ombak) DAN TANPA APO

DI KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Oleh:

JUMNIATY. S

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

ii

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN Enhalus acoroides YANG

DITRANSPLANTASI DENGAN METODE STAPLE PADA APO (Alat Pemecah Ombak) DAN TANPA APO

DI KABUPATEN PANGKEP

Oleh:

JUMNIATY. S

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 3: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

iii

ABSTRAK

Jumniaty S. L111 09 263. Tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode staple APO (alat pemecah ombak) dan tanpa APO di kabupaten Pangkep. Di bawah bimbingan Mahatma Lanuru sebagai pembimbing utama dan Rohani AR selaku pembimbing anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas APO bambu dalam mengurangi energi gelombang yang tiba di area penanaman lamun (area transplantasi) dan pengaruh APO dalam meningkatkan keberhasilan dari lamun yang ditransplantasi dengan metode staple dan Ruang lingkup penelitian ini adalah tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan lamun (pertambahan panjang daun lamun) dan penambahan jumlah daun baru. Parameter oseanografi yang diukur adalah suhu, salinitas, kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS), sedimen, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang, Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai awal Desember 2012. Pengambilan data laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides baik pada daun tua maupun daun muda untuk tiap lokasi penelitian yaitu APO dan tanpa APO dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Untuk tingkat kelangsungan hidup lamun diukur dari awal penelitian sampai akhir penelitian. Dan penambahan jumlah daun baru diukur setiap minggu selama 6 minggu. Berdasarkan uji t-student didapatkan bahwa APO bambu efektif meredam gelombang. Untuk pengaruh APO terhadap tingkat keberhasilan lamun yang ditransplantasi dengan metode staple tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang di kedua lokasi masih dalam untuk rentang pertumbuhan lamun Enhalus acoroides. Kata kunci : Lamun Enhalus acoroides, tingkat kelangsungan hidup, laju

pertumbuhan, APO (alat pemecah ombak), APO bambu.

Page 4: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Enhalus acoroides yang Ditransplantasi dengan Metode Staple pada APO (Alat Pemecah Ombak) dan Tanpa APO Di Kabupaten Pangkep.

Nama Mahasiswa : Jumniaty. S

Nomor Pokok : L111 09 263

Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Dr. Mahatma Lanuru, ST, M. Sc NIP. 197010291995031001

Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si NIP. 19690913 199303 2004

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP Dr.Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si NIP. 196112011987032002 NIP. 196311201993031002

Tanggal Lulus: Mei 2013

Page 5: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis, lahir pada tanggal 16 Juni 1990 di Benteng,

Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan,

merupakan anak ke 7 dari 9 bersaudara dari pasangan

Sunusi dan Bau. Sebelum masuk ketingkat Universitas

penulis telah menempuh berbagai pendidikan formal

yakni pada tahun 2002 lulus Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Benteng, tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Benteng,

dan tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Benteng Kab.

Kepulauan Selayar.

Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di fakultas Ilmu Kelautan

dan Perikanan, jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar melalui

jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten

dibeberapa mata kuliah, pengurus Mushallah Bahrul Ulum (MBU), bergabung di

Marine Science Diving Club (MSDC), dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Gelombang 82 di Desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.

Selain itu, penulis juga melakukan Praktek Kerja Mandiri (PKM) di Desa Wiring

Tasi dengan judul Identifikasi Jenis dan Tingkat Kerapatan Padang Lamun

di Perairan Desa Wiring Tasi, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.

Penulis kemudian melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir di

jurusan Ilmu Kelautan dengan judul Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju

Pertumbuhan Enhalus acoroides yang Ditransplantasi dengan Metode

Staple pada APO (Alat Pemecah Ombak) dan tanpa APO di Kabupaten

Pangkep.

Page 6: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb

Alahmdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis

persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing dan

mengarahkan manusia menuju keselamatan dan kesejahteraan dunia dan

akhirat.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala dan hambatan yang penulis

hadapi, namun berkat adanya, saran, kritik, koreksi dan motivasi dari berbagai

pihak, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda dan Ayahanda yang tercinta, atas segala do’a restu, nasehat,

bimbingan dan kasih sayangnya yang begitu berlimpah kepada penulis.

2. Bapak Dr. Mahatma Lanuru, ST, M. Sc dan Dr. Ir. Rohani AR., M.Si, selaku

pembimbing penulis dalam kegiatan penelitian ini, atas seluruh bantuan,

petunjuk, saran, dan motivasi dan bimbingan yang telah diberikan baik dari

awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Tim penguji Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA., Prof. Dr. Ir. Chair Rani, M.Si,

Dr. Inayah Yasir, M. Sc, dan Dr. Ir. Muh. Hatta, M.Si atas saran dan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Lukman, ST. M. Sc selaku pembimbing akademik

yang senang hati membantu serta membimbing saya.

Page 7: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

vii

5. Prof.Dr. Ir. A Niartiningsih, MP selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan Dan

Perikanan.

6. Dr. Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Kelautan.

7. Terima kasih kepada bapak Dr. Supriadi, ST. M. Si, Dr. Khaerul amri, ST. M.

Stud. Dan Prof. Dr. Amran Saru, ST. M.Si Atas arahan yang telah diberikan

selama penelitian.

8. Terima kasih kepada seluruh dosen pengajar di jurusan ilmu kelautan yang

telah memberikan dan membagi pengetahuannya kepada penulis.

9. Terima kasih kepada teman-teman (Nurwahidah, Eko yunianto, Tarsan,

Chudo, dan Steven) yang telah membantu saya selama di lapangan atau

telah menjadi teman dalam bertukar pikiran dengan saya dalam proses

penulisan Skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa ilmu kelautan Universitas Hasanuddin khususnya

angkatan 2009 yaitu Trie, Lisda, Upik, Arnie, Novi, Jesy, Dillah, Imma, Ifha,

Cana, Mayang, dan teman-teman saya yang lain tanpa terkecuali yang telah

membantu dan menyemangati saya.

11. Seluruh rekan, sahabat serta pihak-pihak yang tidak sempat disebutkan satu

persatu atas segala bantuannya dalam hal moril maupun materil, semoga kita

selalu dalam ridho Allah SWT.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

sangat berterima kasih bila ada kritikan, dan masukan yang bersifat membangun

guna perbaikannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Makassar,

Penulis

Page 8: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

viii

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................... 2

C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

A. Lamun ....................................................................................................... 3

1. Deskripsi Lamun .................................................................................... 3

2. Fungsi Lamun ........................................................................................ 3

B. Enhalus acoroides ..................................................................................... 4

C. Transplantasi Lamun ................................................................................. 6

1. Pembibitan/pembenihan (Seed/ Seeding) .............................................. 6

2. Metode sprig dengan jangkar atau tanpa jangkar .................................. 7

3. Metode plug ........................................................................................... 7

D. Pertumbuhan Lamun ................................................................................. 7

E. Alat Pemecah Ombak (APO)..................................................................... 8

F. Parameter Penunjang Kehidupan Lamun .................................................. 8

1. Suhu ...................................................................................................... 8

2. Salinitas ................................................................................................. 9

3. Kekeruhan ............................................................................................. 9

4. Sedimen ................................................................................................ 9

5. Sedimentasi ......................................................................................... 10

6. TSS (Total Suspended Solid) .............................................................. 11

7. Arus ..................................................................................................... 11

8. Gelombang .......................................................................................... 12

III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 13

A. Waktu Dan Tempat ................................................................................. 13

B. Alat dan Bahan........................................................................................ 13

1. Di Lapangan ........................................................................................ 13

2. Di laboratorium .................................................................................... 14

C. Prosedur Kerja ........................................................................................ 15

Page 9: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

ix

1. Penentuan Lokasi Penelitian ............................................................... 15

2. Pemasangan APO ............................................................................... 15

3. Pengambilan Material Lamun (transplant) ........................................... 15

4. Transplantasi Lamun ........................................................................... 16

D. Pengolahan Data .................................................................................... 20

1. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun yang Ditransplantasi .................. 20

2. Laju Pertumbuhan Daun Lamun .......................................................... 20

3. Gelombang .......................................................................................... 21

4. Efektivitas APO .................................................................................... 21

5. Kecepatan Arus ................................................................................... 22

E. Analisis Statistik ...................................................................................... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 23

A. Parameter Oseanografi ........................................................................... 23

1. Suhu dan Salinitas ............................................................................... 23

2. Kekeruhan ........................................................................................... 23

3. TSS ..................................................................................................... 24

4. Sedimen .............................................................................................. 25

5. Laju Erosi Sedimen .............................................................................. 26

6. Arah dan Kecepatan Arus .................................................................... 28

7. Gelombang .......................................................................................... 29

B. Keberhasilan lamun yang diTransplantasi ............................................... 31

1. Tingkat Kelangsungan Hidup ............................................................... 31

2. Laju Pertumbuhan Panjang Daun Enhalus acoroides .......................... 32

3. Jumlah Daun Baru ............................................................................... 38

C. Pengaruh APO (Alat Pemecah Ombak) Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Enhalus acoroides ............................................................ 40

1. Lebar APO ........................................................................................... 40

2. Desain APO ......................................................................................... 40

V. PENUTUP ..................................................................................................... 42

A. Simpulan ................................................................................................. 42

B. Saran ...................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

Page 10: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen (Hutabarat dan Evans, 2000). ........................................................................ 10

2. Kategori Tingkat Efektifitas APO yang didasarkan pada Nilai Efisiensi .......... 22

3. Hasil pengukuran arah dan arus selama seminggu........................................ 28

Page 11: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Morfologi tegakan lamun jenis Enhalus acoroides (Waycott et al. 2004). ........ 5

2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 13

3. Rata-rata nilai suhu dan salinitas pada APO dan tanpa APO ........................ 23

4. Rata-rata nilai kekeruhan pada APO dan tanpa APO ................................... 24

5. Rata-rata nilai TSS pada APO dan tanpa APO .............................................. 25

6. Nilai diameter sedimen pada APO dan tanpa APO ........................................ 26

7. Laju sedimentasi yang ada di belakang APO dan tanpa APO ........................ 27

8. Grafik rata-rata nilai gelombang signifikan yang diukur selama seminggu berturut-turut (Hasil uji t-test menunjukkan perbedaan nyata antara yang dilindungi APO dan tanpa APO ..................................................................... 29

9. Tingkat kelangsungan hidup lamun yang ditransplantasi dengan metode

Staple (Hasil uji t-test menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO) ............................................................... 31

10.Rata-rata perubahan panjang daun tua Enhalus acoroides yang

ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO) ............. 33 11.Rata-rata perubahan panjang daun muda Enhalus acoroides yang

ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO .............. 33 12.Rata-rata perubahan panjang daun tua yang dibandingkan dengan daun

muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple pada APO .............................................................................................................. 34

13.Rata-rata perubahan panjang daun tua yang dibandingkan dengan daun

muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple pada APO .............................................................................................................. 35

14.Rata-rata laju pertumbahan panjang daun tua Enhalus acoroides yang

ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO. ............. 36 15.Rata-rata laju pertumbahan panjang daun muda Enhalus acoroides yang

ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO. ............. 37

Page 12: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

xii

16.Rata-rata laju pertumbuhan panjang daun tua dan muda Enhalus acoroides

yang ditransplantasi dengan metode staple (Hasil uji t-test menunjukkan laju pertumbuhan panjang daun Enhalus acoroides tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO). ................................................................................... 38

17.Rata-rata pertambahan daun baru pada lamun yang ditransplantasi

dengan metode Staple (Hasil uji t-student menunjukkan pertambahan daun baru tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO) ........................ 39

Page 13: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sepenuhnya menyesuaikan diri

untuk hidup terbenam di bawah permukaan air laut. Tumbuhan ini kadang-

kadang membentuk komunitas yang lebat yang disebut padang lamun. Padang

lamun ini merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktfitasnya dan

merupakan sumber daya laut yang penting baik secara ekologi maupun ekonomi

(Nontji, 2002).

Beberapa fungsi ekologi padang lamun adalah sebagai penghasil bahan

organik, mengikat sedimen dan menstabilkan substrat, daerah pemijahan,

daerah asuhan, daerah mencari makan, sebagai daerah perlindungan berbagai

jenis biota, dan sebagai peredam ombak. Sedangkan secara ekonomi padang

lamun dapat dimanfaatkan sebagai tempat budidaya, sumber bahan aktif untuk

obat-obatan, dan lain-lain (Den Hartog, 1977, Nontji , 2010 dalam Tuwo, 2011).

Keberadaan ekosistem lamun tidak terlepas dari gangguan atau

ancaman. Ancaman-ancaman ini baik berupa ancaman alami seperti badai

maupun aktivitas manusia seperti pengerukan, reklamasi, dan pencemaran yang

dapat merusak ekosistem lamun (Tuwo, 2011). Selain itu adanya dampak

perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut akan menimbulkan efek

negativ terhadap padang lamun karena akan terjadi peningkatan kedalaman

yang mengakibatkan kurangnya cahaya yang masuk ke perairan, meningkatnya

energi gelombang dan terjadinya perubahan arus yang mengakibatkan terjadinya

erosi, peningkatan kekeruhan, dan lain-lain juga merusak ekosistem lamun

(Short dan Neckles, 1998). Rusak atau hilangnya padang lamun dapat

mengakibatkan terjadinya pengikisan di pantai oleh ombak dan arus yang

meningkat.

Page 14: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

2

Karena hal tersebut di atas maka perlu dilakukan pengelolaan lamun

yang efektif dan berkelanjutan. Salah satu strategi pengelolaan yang efektif dan

berkelanjutan untuk membantu pemulihan kerusakan lamun adalah restorasi.

Jenis restorasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah transplantasi lamun

dengan menggunakan metode staple. Alasan dipilihnya metode transplantasi ini

karena menurut Davis dan Short (1997) metode staple memiliki tingkat

kelangsungan hidup lamun yang ditransplantasi tinggi.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingkan metode staple tanpa

APO (Alat Pemecah Ombak) dengan metode staple yang dikombinasikan

dengan APO terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan lamun yang

ditransplantasi.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Efektivitas APO dalam mengurangi energi gelombang yang tiba di area

penanaman lamun (area transplantasi).

2. Pengaruh APO dalam meningkatkan keberhasilan dari lamun yang

ditransplantasi dengan metode staple

Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini nantinya dapat

digunakan untuk upaya restorasi padang lamun yang telah mengalami kerusakan

melalui transplantasi.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengukur tingkat kelangsungan

hidup dan pertumbuhan lamun (pertambahan panjang daun lamun). Parameter

oseanografi yang diukur adalah suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sedimen, laju

akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang.

Page 15: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun

1. Deskripsi Lamun

Lamun merupakan kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat

di lingkungan laut dan hidup pada habitat perairan dangkal. Lamun memiliki

tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang merayap serta memiliki bunga,

buah dan biji. Selain itu lamun juga memiliki akar dan sistem internal untuk

mengangkut gas dan za-zat hara (Romimohtarto dan Juwana, 2000).

Lamun hidup di perairan yang agak berpasir namun sering pula dijumpai

di terumbu karang. Kadang-kadang lamun membentuk komunitas yang cukup

lebat yang disebut padang lamun. Padang lamun merupakan ekosistem penting

tetapi pemanfaatan secara langsung tumbuhan ini belum banyak dilakukan untuk

kebutuhan manusia. Berbeda dengan tumbuhan berbunga di darat yang jenisnya

banyak, tumbuhan berbunga di laut jenisnya sedikit. Terdapat 12 jenis lamun di

perairan Indonesia yang tergolong kedalam 7 marga, yaitu tiga marga dari suku

Hydrocharitaceae (Enhalus, Thalassia, dan Halophila) dan empat marga dari

suku Potamogetonaceae (Halodule, Cymodocea, Syrongodium dan

Thalassodendron) (Nontji, 2002).

2. Fungsi Lamun

Menurut Philips dan Menez (1988); Fortes (1990) dalam Tangke (2010)

fungsi dari komunitas lamun pada ekosistem perairan dangkal yang telah

dikemukakan oleh peneliti dari berbagai belahan bumi antar lain:

1. Stabilisator perairan dengan fungsi system perakarannya sebagai

perangkap dan penstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi

lebih jernih.

Page 16: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

4

2. Lamun menjadi sumber makanan langsung untuk berbagai jenis biota

laut (ikan dan non ikan).

3. Lamun sebagai produser primer.

4. Komunitas lamun menyediakan tempat hidup dan perlindungan untuk

spesies hewan.

5. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara, khususnya yang

dibutuhkan oleh algae epifit.

B. Enhalus acoroides

Enhalus acroides adalah jenis lamun terbesar di daerah tropis yang

memiliki daun berbentuk pita yang panjang serta apabila air surut rendah maka

akan terekspos. Enhalus memiliki bunga jantan yang berwarna putih dengan

tangkai yang pendek sedangkan bunga betina mempunyai tangkai yang panjang

dengan kelopak kemerah-merahan dan mahkota yang putih serta mempunyai

buah yang berambut. Biji pada Enhalus di manfaatkan oleh penduduk Pulau

Seribu sebagai bahan makanan dengan cara dikumpulkan dan dimasak seperti

kita menanak nasi (Nontji, 2002).

Menurut Den Hartog (1977) Enhalus acroides dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Regnum: Plantae

Divisio : Angiospermae

Classis : Liliopsida

Ordo : Hydrocharitales

Familia : Hydrocharitaceae

Genus: Enhalus

Species : Enhalus acoroides (Linnaeus f.) Royle

Page 17: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

5

Gambar 1. Morfologi tegakan lamun jenis Enhalus acoroides (Waycott et al. 2004).

Enhalus acoroides memiliki akar rimpang yang berdiameter 13,15-17,20

mm yang tertutup dengan rambut-rambut kaku dan keras. Lamun ini mempunyai

akar seperti tali, berjumlah banyak, tidak bercabang, dan panjangnya antara

18,50-157,65 mm serta diameternya antara 3-5 mm. Bentuk daunnya seperti

sabuk, tepinya rata, dan ujungnya tumpul, panjang daun 65-160 cm dan lebar

antara 1,2-2 cm. Enhalus acoroides tumbuh di perairan dangkal sampai

kedalaman 4 meter pada substrat berpasir, pasir lumpur atau lumpur. Lamun

jenis ini mempunyai kecenderung untuk selalu membentuk vegetasi murni dan

kelimpahannya rendah bila tumbuh di daerah pasang surut (Kiswara, 1992).

Enhalus acoroides memiliki akar yang kuat yang berfungsi untuk

menahan sedimen dari arus, ombak, dan badai. Akar ini juga dapat mengikat dan

menembus sedimen akan tetapi jika ombak menyapu dengan sangat kuat maka

akar ini tidak akan mampu bertahan dan akan terlepas hingga akhirnya

terdampar di pinggir pantai. Selain itu, akar lamun juga berfungsi sebagai

penyerap nutrien yang terdapat dalam sedimen. Kondisi seperti ini dapat

memberikan keuntungan bagi vegetasi lamun pada massa air yang memiliki

kandungan unsur-unsur nutrien yang rendah (Susetiono, 2004 dalam Badria,

2007).

Page 18: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

6

C. Transplantasi Lamun

Restorasi adalah membuat kembali padang lamun pada suatu lokasi

yang direkomendasikan untuk mendukung padang lamun yang pernah ada.

Transplantasi adalah memindahkan dan menanam di tempat lain; mencabut dan

memasang pada tanah lain atau situasi lain (Bethel, 1961 dalam Azkab, 1999).

Transplantasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki atau

mengembalikan habitat yang telah mengalami kerusakan. Menurut Azkab (1999),

beberapa ahli dari luar negeri yang pernah melakukan metode transplantasi

adalah Addy tahun 1947 pada jenis Zostera marina, Fuss dan Kelly pada jenis

Thalassia testudinum dan Halodule wrightii, dan Thorhaug pada tahun 1974 pada

jenis Thalassia testudium .

Metode-metode transplantasi lamun yaitu transplantasi melalui

pembibitan/ pembenihan (Seed/Seeding), transplantasi dengan metode tanpa

sedimen (sprig) dengan jangkar atau tanpa jangkar (Sprigs anchored and

unanchored) dan metode dengan sedimen (plug) (Azkab, 1999).

1. Pembibitan/pembenihan (Seed/ Seeding)

Biji umumnya diambil dari buah yang sudah tua. Buah dipotong dari

tangkainya dan dibuka maka akan terlihat 4 atau 5 biji. Biji ini segera ditanam di

lapangan atau di laboratorium dan disiram dengan air laut yang mengalir

(Thorhaug, 1974).

Kelebihan dari metode dengan bibit adalah jika telah ditemukan bibit

yang cocok maka dapat dengan mudah dan cepat untuk ditebar pada area yang

luas sedangkan kekurangannya jumlah bibit yang banyak ini akan lebih mudah

dimangsa oleh predator pemakan bibit lamun dan hanya sedikit bibit lamun yang

ditebar dapat tumbuh menjadi dewasa (Olesen, 1999).

Page 19: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

7

2. Metode sprig dengan jangkar atau tanpa jangkar

Pada metode transplantasi sprig (jangkar atau tanpa jangkar)

pengambilan bibit tanaman dengan pisau dan ditransplantasi tanpa substrat.

Contoh metode tranplantasi lamun tanpa substrat dengan menggunakan jangkar

adalah metode staple yang telah banyak digunakan secara luas dan

menghasilkan tingkat kelangsungan hidup lamun yang ditranplantasi tinggi. Pada

metode ini tegakan lamun dipasangi jangkar secara satu persatu dan

penanaman pada daerah subtidal (daerah yang selalu tergenang air laut

meskipun surut terendah) (Davis dan Short, 1997).

3. Metode plug

Untuk metode plug, pengambilan bibit tanaman dengan menggunakan

patok paralon (diameter 10 cm untuk jenis Halodule, Zostera dan Thalassia serta

Syringodium dengan diameter 15-20 cm) lalu dipindahkan dengan substratnya.

Pada metode ini tanaman bersama substratnya ditransplantasi pada lubang yang

sama dengan kedalaman 15-20 cm (Azkab, 1999).

D. Pertumbuhan Lamun

Pertumbuhan daun lamun yang berbeda-beda antara lokasi terjadi

karena kecepatan atau laju pertumbuhan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

internal seperti fisiologi dan metabolisme dan faktor eksternal seperti zat-zat

hara, tingkat kesuburan substrat dan parameter lainnya (Supriadi dkk, 2006).

Pertumbuhan daun lamun dapat dilihat pada pertambahan panjang

bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizoma. Untuk pertumbuhan rhizoma

lebih sulit diukur karena umumnya rhizoma berada dibawah substrat. Sedangkan

untuk pertumbuhan daun relatif lebih mudah diamati karena daun lamun berada

diatas substrat (Brouns, 1985 dalam Irwanto, 2010).

Di Indonesia, penelitian tentang laju pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode plug

Page 20: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

8

pernah dilakukan oleh Irwanto (2010) di Pulau Barrang Lompo Provinsi Sulawesi

Selatan. Dari hasil penelitian tersebut di dapatkan laju pertumbuhan daun muda

pada lamun yang ditransplantasi yaitu 0,78 cm/hari dan pada daun tua yaitu 0,56

cm/hari. Selain itu, Azkab (1988) di Pulau Pari dengan jenis yang sama juga

menemukan laju pertumbuhan panjang daun muda lebih cepat dibandingkan

dengan daun tua yaitu daun muda 0,78 cm/hari sedangkan daun tua 0,56

cm/hari.

E. Alat Pemecah Ombak (APO)

APO adalah singkatan dari Alat Peredam/Pemecah Ombak yang terbuat

dari bambu. APO merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam upaya

rehabilitasi daerah pesisir dan lautan. Disamping itu APO juga berfungsi sebagai

penahan sedimen. Hasil sedimentasi yang terbentuk menyebabkan pantai dapat

bertambah lebar ke arah laut, sehingga pantai tersebut dapat berfungsi sebagai

media penanaman mangrove (Bappedal, 1999 dalam Dewi, 2004).

Alat pemecah ombak (APO) pada mangrove berfungsi melindungi bibit

mangrove dari serangan gelombang semasa pertumbuhannya. APO ini

diletakkan di depan tanaman bakau yang akan dilindungi. Gelombang yang

datang dari laut lepas akan mengalami difraksi dan refleksi setelah mengenai

APO. Untuk gelombang terdifraksi memungkinkan adanya sedimen yang terbawa

ke daerah yang terlindungi sedangkan terjadinya gelombang refleksi dapat

menyebabkan berkurangnya energi gelombang jika mengenai APO. Maka bibit

mangrove yang ditanam dapat terlindungi dari gelombang yang relatif besar

(Yulistiyanto, 2009).

F. Parameter Penunjang Kehidupan Lamun

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

kehidupan dan penyebaran organisme. Kisaran temperatur suhu yang optimal

Page 21: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

9

untuk spesies lamun adalah 28-300C. Pengaruh suhu di perairan sangat besar,

yaitu mempengaruhi proses-proses fisiologi seperti proses fotosintesis, laju

respirasi pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologi ini akan menurun

tajam apabila temperatur perairan berada diluar kisaran optimum tersebut

(Nyabakken, 1992).

2. Salinitas

Setiap lamun mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam

mentolerir salinitas tergantung jenisnya akan tetapi umumnya dapat mentolerir

salinitas kisaran 10-40%0. Kisaran optimum toleransi terhadap salinitas air laut

adalah 35%0. Jika terjadi penurunan salinitas maka akan mengakibatkan

menurunnya kemampuan spesies lamun untuk melakukan proses fotosintesis

(Dahuri dkk, 2001).

3. Kekeruhan

Suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya

partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan yang terkandung dalam air

disebut kekeruhan air. Kekeruhan dapat menggambarkan sifat optik air yang

ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh

bahan-bahan yang terdapat dalam air. Penyebab kekeruhan adalah adanya

bahan organik dan anorganik yang tersuspensi serta larut baik berupa lumpur

dan pasir halus maupun plankton dan mikroorganisme lain (Effendi, 2003).

Menurut Bengen (2004) Enhalus acroides tumbuh pada substrat

berlumpur dan perairan yang keruh.

4. Sedimen

Pada umumnya hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun,

mulai dari substrat berlumpur sampai sampai dengan berbatu. Namun padang

lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur sampai berpasir yang

berada diantara hutan mangrove dan terumbu karang (Bengen, 2004).

Page 22: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

10

Untuk lamun jenis Enhalus acoroides dapat hidup pada substrat pasir

berlumpur sampai pasir kasar di daerah perairan dangkal sampai estuaria

(Tomascik et al., 1997 ). Dalam menentukan jenis sedimen atau substrat

digunakan skala Wentworth untuk mengklasifikasikannya (Tabel 1).

Tabel 1. Skala Wentworth untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen (Hutabarat dan Evan, 2000).

Keterangan Ukuran (mm) Boulders Gravel (kerikil) Very coarse sand (Pasir sangat kasar) Coarse sand (Pasir Kasar) Medium sand (Pasir Sedang) Fine sand ( Pasir Halus) Very fine sand (Pasir Sangat Halus) Silt (Lanau) Clay (Lempung) Dissolved material

>256 2 - 256 1 - 2

0.5 - 1 0.25 - 0.5

0.125 - 0.25 0.0625 - 0.125 0.002 - 0.0625 0.0005 - 0.002

<0.0005

5. Sedimentasi

Di wilayah pesisir/pantai terjadinya banyak erosi disebabkan oleh

konstruksi yang dibangun di pantai, seperti jetti pelabuhan atau pemecah

gelombang. Umumnya konstruksi tersebut akan mengahadang aliran litoral alami

di wilayah pantai tersebut, maka pemasukan pasir ke pantai di bagian hilir aliran

litoral tersebut akan terganggu. Kondisi seperti ini akan memicu proses erosi di

wilayah pantai tersebut. Terjadinya proses erosi di suatu tempat maka akan terjai

proses sedimentasi di tempat lain. Karena materi yang tergerus oleh aktivitas

gelombang akan diangkut oleh aliran litoral dan dideposito di daerah lain. Arti

aliran litoral ini adalah gerakan pasir yang terdapat di daerah litoral (kawasan

pantai yang dipengaruhi oleh pasut). Selain itu, beberapa parameter lingkungan

yang mempengaruhi proses sedimentasi dan erosi yaitu gelombang, arus

menyusur pantai dan arus meretas pantai, pasut, angin, dan lain-lain (Dahuri dkk,

2001).

Page 23: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

11

Menurut Goudie (1981) sedimentasi merupakan salah satu faktor alami

yang mengakibatkan terjadinya akresi selain yang diakibatkan oleh pemadatan

sedimen pantai. Dimana, akresi adalah majunya garis pantai ke arah laut atau

peristiwa majunya daratan (Hadisumarno, 1981 dalam Hermanto dan Suwartana,

1986).

6. Total Suspended Solid (TSS)

Salah satu parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air

adalah Total Suspended Solid (TSS). Pengukuran TSS didasarkan pada berat

kering partikel yang terperangkap oleh filter yang umumnya memiliki ukuran pori

tertentu. Biasanya digunakan filter yang berukuran pori 0,45 μm (Clescerl, 1905).

Kandungan TSS mempunyai hubungan erat dengan kecerahan

perairan. Hal ini terjadi karena keberadaan padatan tersuspensi akan

menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan TSS

dan kecerahan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik (Blom, 1994).

Umumnya semakin kearah laut nilai TSS semakin rendah. Hal ini terjadi

karena padatan tersuspensi ini disuplay oleh daratan melalui sungai. Keberadaan

padatan tersuspensi dapat berdampak posistif jika tidak melebihi standar yang

telah ditentukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup tentang toleransi sebaran

suspense baku mutu kualitas air yaitu 70 mg/l (Herfinalis, 2005).

Keberadaan partikel tersuspensi didalam kolom air menyebabkan

perairan menjadi keruh yang dapat menghalangi cahaya masuk ke perairan

sehingga proses fotosintesis lamun dapat terganggu.

7. Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat

disebabkan oleh tiupan angin karena perbedaan dalam densitas air laut atau

disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang (pasut) (Nontji, 1993). Menurut

Romomohtarto dan Juwana (2001) bahwa arus laut permukaan merupakan

Page 24: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

12

pencerminan langsung dari pola angin yang bertiup pada waktu itu, jadi arus

permukaan ini digerakkan oleh angin.

Kaharuddin (1994), menyatakan arus sebagai media transportasi

sedimen yang dapat ditemukan di daerah pantai sebagai hasil dari pada

bentukan gelombang, pasang surut atau pecahan arus dari lepas pantai yang

energinya sudah berkurang. Arus-arus tersebut menyebarkan material sedimen

sepanjang pantai, bahkan dapat mengangkut sedimen lebih jauh yang tidak

behubungan dengan pembentukan delta.

Arus perairan menjadi salah satu faktor pembatas bagi produktivitas

padang lamun. Lamun berproduktivitas maksimal menghasilkan standing crop

pada saat kecepatan arus 0,5 m/s (Dahuri dkk, 2001).

8. Gelombang

Gelombang selalu menimbulkan ayunan air yang melakukan pergerakan

tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan air laut dan jarang dalam keadaan

diam sama sekali. Selain itu, pada cuaca yang tenang sekalipun sudah akan

menimbulkan adanya riak gelombang dan sebaliknya jika terjadi badai yang

besar dapat menimbulkan gelombang besar yang mengakibatkan kerusakan

yang hebat (Hutabarat dan Evans, 2000).

Gelombang yang ada dipermukaan laut umumnya terbentuk karena

adanya alih energi dari angin kepermukaaan laut atau pada saat terjadinya

gempa di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energy

yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak (Dahuri

dkk, 2001).

Page 25: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

13

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Desember 2012 di

pesisir Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan.

Analisis Total Suspended Solid (TSS) dilakukan pada laboratorium Oseanografi

Kimia, dan analisis sedimen dilakukan pada Laboratorium Geomorfologi Pantai,

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

B. Alat dan Bahan

1. Di Lapangan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat selam dasar

berfungsi sebagai alat bantu saat melakukan pengamatan, GPS berfungsi untuk

Page 26: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

14

menentukan koordinat lokasi pengambilan data, layang-layang arus berfungsi

untuk mengukur arus, tiang skala berfungsi untuk mengukur gelombang,

Stopwatch berfungsi untuk mengukur kecepatan arus, kompas bidik berfungsi

untuk mengukur sudut layang-layang arus terhadap arus, sabak berfungsi alat

menulis dalam air laut agar tidak mudah terhapus di dalam air laut, ember

berfungsi untuk menyimpan sampel, water quality checker sebagai alat untuk

mengukur suhu, dan kekeruhan, Handrefraktometer berfungsi untuk mengukur

salinitas, underwater camera berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan

penelitian, kantong sampel digunakan untuk menyimpan sampel sedimen, pipa

berfungsi sebagai penanda (plot) yang memudahkan dalam pengamatan, bambu

berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan APO, patok yang terbuat dari bambu

berfungsi sebagai alat yang memudahkan dalam melakukan pengamatan

pertumbuhan lamun, tegel berfungsi sebagai alat untuk mengukur laju

akresi/erosi sedimen, dan botol sampel untuk menyimpan sampel air.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah lem berfungsi untuk

melekatkan pipa yang dijadikan sebagai plot, aquades berfungsi untuk

mensterilkan alat yang digunakan, dan lamun.

2. Di laboratorium

Untuk pengukuran TSS dilakukan di laboratorium Oseanografi Kimia

dan untuk pengukuran sedimen di lakukan di laboratorium Geomorfologi dan

Manajemen Pantai.

Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, erlenmeyer 100 ml, gelas

ukur 50 ml, gelas piala 100 ml, karet Bulp, cawan Goch atau alat penyaring lain

yang dilengkapi pengisap atau penekan (Filtering Flash), tempat khusus untuk

menaruh kertas saring yang terbuat dari baja nir karat atau aluminium foil, oven

untuk pemanasan pada suhu 103-105 oC, desikator, neraca analitik dengan

Page 27: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

15

kapasitas 200 gram dan ketelitian 0,1 mg, penjepit/pinset, serta ayakan sedimen

untuk mengukur butiran sedimen.

Sedangkan bahan yang digunakan pada laboratorium adalah kertas

saring Wathman yang berpori 0,45 μm.

C. Prosedur Kerja

Berikut ini adalah prosedur kerja dalam penelitian ini :

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah donor (daerah lamun induk) yang dipilih adalah daerah yang

mempunyai lamun Enhalus acoroides dengan tingkat kerapatan yang tinggi

sedangkan untuk daerah transplantasi dicari lokasi yang tidak ada lamun.

2. Pemasangan APO

APO yang digunakan dalam penelitian ini, berada di depan area

penanaman yang berfungsi untuk melindungi lamun yang ditransplantasi dari

gelombang yang besar (mengurangi kekuatan gelombang). Tipe APO yang

digunakan adalah awalnya APO pancang yang telah dikembangkan oleh Thaha

et al (2009) yaitu serangkaian bambu diikat berdiri dan dipancang dalam tanah

atau sedimen dasar serta mempertimbangkan stabilitas dan arah datangnya

gelombang. Akan tetapi APO pancang ini tidak mampu menahan hempasan

gelombang maka diganti dengan APO yang ditancapkan satu persatu kedalam

tanah. Lebar APO yang digunakan adalah 10 m dan tingginya 1,5 m.

3. Pengambilan Material Lamun (transplant)

Dalam penelitian ini jenis lamun yang ditransplantasi adalah Enhalus

acoroides karena jenis lamun ini mendominasi lokasi penelitian. Selain itu jenis

ini juga memiliki sistem perakaran yang kuat dan merupakan lamun terbesar

sehingga mudah untuk diamati.

Material lamun diambil dari lamun donor yang sehat dan berlokasi di

sekitar lokasi penelitian. Material lamun diambil satu persatu dengan tangan

Page 28: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

16

untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan yang terjadi pada lamun

induknya. Setiap tegakan material lamun yang akan ditransplantasi mempunyai

daun sehat 3 atau 4. Material lamun yang sudah diambil disimpan dalam ember

besar yang diisi dengan air laut untuk menghindari kekeringan selama

pengangkutan ke lokasi transplantasi dan harus ditanam secepat mungkin (tidak

lebih dari 24 jam dari pengambilan).

4. Transplantasi Lamun

Jenis transplantasi lamun yang digunakan pada penelitian ini adalah

transplantasi dengan menggunakan metode staple dan metode staple yang

dikombinasikan dengan APO (Alat Pemecah Ombak).

a. Metode Staple

Pada metode ini, material lamun ditransplantasi tanpa substratnya. Satu

unit material transplant terdiri dari dua tegakan lamun dewasa yang ditempatkan

dalam sebuah lubang kecil pada substrat (dalamnya kira-kira 8 cm) lalu ditutup

dengan substrat yang sama. Agar tidak terbawa arus atau gelombang, setiap unit

material lamun dipasangi jangkar yang terbuat dari bambu yang dibengkokkan

sampai berbentuk “U” dan dibenamkan ke dalam sedimen. Alasan bambu yang

dijadikan jangkar karena bambu merupakan material “biodegrable” sehingga

tidak mencemari lingkungan perairan. Selain itu bambu juga relatif lebih murah

dan tidak berbahaya bagi manusia. Bambu ini, sebaiknya direndam selama 48

jam agar bambu penuh/jenuh dengan air dan untuk mengurangi daya apung

sebelum digunakan. Dan setiap plot ditanam 10 unit material transplant dan

jumlah plot yang ditanami yaitu 4 plot dibelakang APO dan 4 plot yang tidak

terdapat APO.

Page 29: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

17

b. Metode Staple yang Dikombinasikan dengan APO (Alat Pemecah Ombak)

Metode pengambilan material lamun (transplant) dan metode

penanaman lamun sama persis dengan metode staple yang dijelaskan

sebelumnya yang membedakannya adalah pemakaian dua APO yang

ditempatkan didepan area penanaman untuk melindungi lamun yang

ditransplantasi. Jarak antara lokasi yang ada APO dengan yang tidak ada APO

adalah ± 6 meter dan jarak antara APO dengan plot yang ada dibelakang APO

adalah ± 1 meter.

c. Monitoring Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Lamun yang Ditransplantasi

Tingkat kelangsungan hidup lamun yang ditransplantasi dihitung

sebagai persentase lamun yang masih hidup sampai dengan akhir penelitian.

Jumlah daun dihitung jika ada daun baru yang muncul saat penelitian

berlangsung. Sedangkan untuk pengukuran pertumbuhan panjang daun lamun

digunakan metode Zieman (1974) dalam Kiswara (1997). Pada setiap plot yang

telah ditentukan dipilih pilih 5 tegakan lamun secara acak. Kemudian, patok

sepanjang 30cm ditancapkan ke substrat sebagai standar awal pengukuran

pertumbuhan daun lamun dan batas ujung patok sejajar dengan jarak referensi

yang telah ditentukan pada masing-masing tegakan. Untuk masing-masing

tegakan lamun dipilih satu helaian daun (daun tua dibagian luar dan daun muda

dibagian dalam). Setelah itu di setiap tegakannya dilubangi sejajar dengan ujung

patok. Penandaan dilakukan setelah enam minggu penanaman dan dilakukan

untuk mengukur pertumbuhan daun lamun. Pengukuran pertama untuk

pertumbuhan daun lamun dilakukan satu minggu setelah penandaan.

Pengukuran kedua dan seterusnya dilakukan setiap minggu setelah pengukuran

pertama.

Page 30: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

18

d. Monitoring Kondisi Oseanografi Perairan

Untuk monitoring kondisi oseanografi perairan pada lokasi penelitian

dilakukan bersamaan dengan pengamatan tingkat kelangsungan hidup, jumlah

daun, dan pertumbuhan daun lamun yang ditransplantasi. Berikut ini parameter

oseanografi yang diukur adalah:

1) Suhu dan kekeruhan

Pengukuran parameter suhu dan kekeruhan menggunakan water

quality cheker.

2) Salinitas

Cara pengukuran parameter ini yaitu dengan mengambil air lalu

dengan tangan teteskan air laut pada kaca handrefraktometer kemudian tutup

kaca handrefraktometer. Setelah itu, arahnya ke cahaya matahari dan catat hasil

pembacaan.

3) Arah dan kecepatan arus

Penentuan kecepatan arus menggunakan layang-layang arus.

Untuk pengukurannya dilakukan dengan menetapkan jarak tempuh layang-

layang arus sejauh 5 meter, kemudian mengukur waktu tempuh layang-layang

arus tersebut dengan menggunakan stopwatch atau alat penghitung waktu

sejenisnya. Dan pengukuran arah arus dilakukan dengan menggunakan kompas

bidik, yakni dengan menentukan posisi awal layang-layang arus saat dilepas

sampai layang-layang arus tersebut berhenti.

4) Gelombang

Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan tiang

skala dan pengukuran dilakukan di belakang APO dan daerah tanpa APO

selama seminggu dengan tiga kali pengukuran sehari dilakukan saat menjelang

pasang. Untuk pengamatan gelombang dilakukan dengan mencatat puncak dan

Page 31: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

19

lembah gelombang yang datang pada tiang skala selama masing-masing 17 kali

dan mengukur waktu pengamatan dengan menggunakan stopwatch.

5) Sedimen

Pengambilan substrat (sedimen) di lapangan menggukanan skop

pada setiap stasiun. Adapun sampel substrat tersebut kemudian disimpan dalam

kantong sampel yang telah diberi label.

Penentuan tipe substrat dilakukan dengan cara substrat yang

diambil dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian diayak dengan sieve net yang

berdiameter. Hasil ayakan ditimbang dengan timbangan elektrik dan datanya

digunakan untuk menentukan besar butir berdasarkan skala wenworth.

6) Laju Akresi/Erosi

Laju akresi/erosi diukur dengan menggunakan plat tegel yang

diletakkan pada dasar perairan. Plat ini diletakkan dengan cara dikubur dengan

kedalaman yang telah ditentukan. Setelah itu, dibiarkan selama seminggu

kemudian diukur ketebalan sedimen yang ada diatas plat tegel dengan

menggunakan penggaris besi sebanyak 3 kali pengukuran dengan titik-titik yang

berbeda per tegelnya.

7) Total Suspended Solid (TSS)

Prosedur pengambilan sampel air laut pada TSS yaitu cara

pengambilan sampel air laut yaitu bagian air yang berada diantara permukaan

dan dasar perairan dengan menggunakan botol 100 ml pada lokasi transplantasi.

Setelah itu botol yang berisi sampel air laut dibawa ke Laboratorium Oseanografi

Kimia untuk dilakukan analisis kandungan TSSnya.

Setelah di laboratorium, kertas saring yang akan digunakan

ditimbang terlebih dahulu sebelum digunakan. Kertas saring yang telah ditimbang

berat kosongnya dipasang pada alat penyaring lalu dituang air sampel sebanyak

250 ml. Air sampel yang telah dituang diukur kembali dengan menggunakan

Page 32: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

20

tabung ukur sedangkan kertas saring disimpan ke dalam cawan yang telah

diketahui beratnya. Cawan yang berisi kertas saring ini dikeringkan dalam oven

dengan suhu 103-105 oC selama 1 jam lalu dinginkan dalam desikator selama 15

menit kemudian ditimbang dengan neraca analitik.

D. Pengolahan Data

1. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun yang Ditransplantasi

Untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup yang ditransplantasi

digunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie (1978) dalam Widiastuti

(2009) yaitu :

Keterangan :

SR = tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah tegakan lamun yang masih hidup pada akhir penelitian

N0 = jumlah tegakan lamun yang ditransplantasi pada awal penelitian

2. Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Laju pertumbuhan daun lamun yang ditransplantasi digunakan rumus

(Supriadi, 2003 ) sebagai berikut :

Keterangan :

P = Laju pertumbuhan panjang daun (mm)

Lt = Panjang daun setelah waktu t (mm)

Lo = Panjang daun pada pengukuran awal (mm)

t = Selang waktu pengukuran (hari)

P : tLo -Lt

SR = t × 100%

Page 33: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

21

3. Gelombang

Tinggi gelombang signifikan dihitung dengan cara menghitung tinggi

gelombang rata-rata dari 1/3 tinggi gelombang yang terbesar setelah diurutkan

dari seluruh gelombang yang terjadi dalam periode tertentu. Atau rumus yang

digunakan adalah :

H 1/3 = nilai rata-rata dari 1/3 jumlah gelombang terbesar.

Keterangan :

H1/3= Tinggi ombak signifikan

4. Efektivitas APO

Efektivitas APO diketahui dari nilai efesiensi energi ombak yang

melewati APO. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sumadji, 1980 dalam

Dewi, 2004):

%1001 xEE

ssAPO

sAPO

Keterangan :

: Efesiensi APO

ESAPO : energi ombak setelah melewati APO

EssAPO : energi ombak sebelum melewati APO

Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi diatas, maka kategori tingkat

efektivitas APO di bagi menjadi 4 (Tabel 2) dengan asumsi bahwa niai lebih

besar dari 0% menunjukkan bahwa APO telah efektif meredam energi ombak

(Dewi, 2004).

Page 34: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

22

Tabel 2. Kategori Tingkat Efektifitas APO yang didasarkan pada Nilai Efisiensi (Dewi, 2004)

Nilai Efisiensi (%) Kategori

0,01 – 24,99 Kurang Efektif 25,00 – 49,99 Cukup Efektif 50,00 – 74,99 Efektif

> 75,00 Sangat Efektif

5. Kecepatan Arus

Keterangan :

V= Kecepatan arus (m/detik)

S = Panjang lintasan layang – layang arus (m)

t = Waktu tempuh layang – layang arus (detik)

E. Analisis Statistik

Data tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lamun yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan uji t (t-test) dengan tingkat kepercayaan 95% (

= 0,05). Untuk melihat efektivitas APO bambu yang digunakan, maka akan

dilakukan uji t terhadap tinggi gelombang yang melewati APO dan gelombang

tanpa APO.

Page 35: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Parameter Oseanografi

1. Suhu dan Salinitas

Rata-rata kisaran suhu di lokasi APO dan tanpa APO relatif sama

karena jarak lokasi yang saling berdekatan. Suhu di lokasi penelitian berkisar

antara 31-32,12 0C (Gambar 3) dan tergolong suhu yang masih memperbolehkan

lamun untuk tumbuh. Menurut Phillips dan Menez (1988) lamun dapat mentolerir

suhu perairan antara 26-36 0C, akan tetapi suhu optimum untuk fotosintesis

lamun berkisar 28-30 0C.

Gambar 3. Rata-rata nilai suhu dan salinitas pada APO (A) dan tanpa APO (T.A)

Berdasarkan gambar diatas rata-rata nilai salinitas di lokasi penelitian

antara APO dan tanpa APO berkisar 33,4 ‰ dan tergolong salinitas yang

mendukung pertumbuhan lamun. Menurut Dahuri dkk (2001) lamun memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam mentolerir salinitas tergantung jenisnya

akan tetapi umumnya dapat mentolerir salinitas kisaran suhu 10-40 ‰.

2. Kekeruhan

Hasil pengukuran kekeruhan selama 4 kali (Lampiran 6) didapatkan

rata-rata nilai yang di lindungi APO memiliki tingkat kekeruhan sebesar 4,75

29.5030.0030.5031.0031.5032.0032.5033.0033.5034.0034.50

A T.A A T.A

SUHU SALINITAS(0 C) (‰)

Page 36: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

24

NTU sedangkan tanpa APO sebesar 8,25 NTU (Gambar 4). Perbedaan rata-rata

kekeruhan ini terjadi karena dengan adanya APO, gelombang dan arus yang

menjadi penyebab partikel sedimen melayang di kolom air mengalami peredam

sedangkan tanpa APO tidak. Nilai kekeruhan yang didapatkan tidak

mempengaruhi pertumbuhan lamun karena masih berada dalam ambang batas

toleransi terhadap pertumbuhan lamun dan cahaya matahari yang diterima oleh

lamun masih cukup baik untuk melakukan proses fotosintesis. Menurut

KEPMEN-LH (1998) tentang standar baku mutu kekeruhan air laut untuk biota

laut dan tumbuhan lamun adalah 5-30 NTU.

Gambar 4. Rata-rata nilai kekeruhan pada APO (A) dan tanpa APO (T.A)

Kekeruhan terjadi akibat partikel sedimen yang melayang di kolom air

yang disebabkan oleh ukuran partikel yang terlalu kecil. Menurut Wibisono (2005)

ukuran partikel yang kecil dan halus akan susah mengendap oleh karena itu

semakin tinggi kekeruhan akan menyebabkan rendahnya laju sedimentasi yang

terjadi di suatu perairan.

3. TSS

Hasil pengukuran TSS selama 2 kali (Lampiran 6) diperoleh rata-rata

nilai TSS pada APO sebesar 51,1 mg/L dan tanpa APO sebesar 56,6 mg/L

(Gambar 5). Hasil yang diperoleh ini memang lebih tinggi dari standar baku mutu

yang diperbolehkan untuk biota laut yang ditetapkan oleh peraturan Gubernur

0

2

4

6

8

10

A T.A

Keke

ruha

n (N

TU)

Page 37: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

25

Sulawesi Selatan Nomor 69 (2010) yaitu untuk lamun sebesar 20 mg/L, akan

tetapi nyatanya lamun Enhalus acoroides masih dapat tumbuh di lokasi

penelitian. Hal ini disebabkan oleh kedalaman perairan yang dangkal pada saat

surut terendah sehingga cahaya matahari yang masuk keperairan masih cukup

untuk proses fotosintesis.

`

Gambar 5. Rata-rata nilai TSS pada APO (A) dan tanpa APO (T.A)

4. Sedimen

Berdasarkan pengukuran diameter sedimen dengan menggunakan

metode ayakan didapatkan bahwa rata-rata nilai diameter sedimen yang

mendominasi kedua lokasi yaitu pada APO didominasi oleh ukuran diameter

partikel sedimen 0,125 mm dengan persen berat 81,331 % sedangkan tanpa

APO juga didominasi oleh ukuran diameter sedimen 0,125 mm dengan persen

berat 52,507 % (Gambar 6). Menurut skala Wentworth dalam Hutabarat dan

Evans (2000) ukuran diameter sedimen 0,125-0,25 mm termasuk kedalam pasir

halus (find sand).

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

A T.A

TSS

(mg/

L)

Page 38: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

26

Gambar 6. Nilai diameter sedimen pada APO dan tanpa APO

Enhalus acoroides mampu tumbuh pada daerah yang didominasi oleh

pasir halus. Menurut Dahuri (2003), bahwa E. acoroides merupakan jenis lamun

yang paling umum ditemukan pada sedimen halus hingga berlumpur tetapi pada

sedimen kasar E. acoroides masih tetap dapat tumbuh sebab akar-akarnya

panjang dan kuat hingga mampu menyerap makanan dengan baik dan dapat

berdiri dengan kokoh.

5. Laju Akresi/Erosi Sedimen

Pada Gambar 7 dan Lampiran 6 terlihat bahwa sedimen mengendap

(Akresi) pada minggu 1 baik pada lokasi APO maupun tanpa APO. Pada minggu

ke-2 terjadi erosi sedimen dasar. Sedangkan minggu ke-3, pada APO sedimen

terlihat stabil dan tanpa APO mengalami erosi sedimen dasar. Terjadinya

perbedaan laju akresi/erosi sedimen mungkin disebabkan oleh waktu

pengambilan data yang berbeda-beda.

0.000

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

2 1 0,5 0,25 0,125 0,063 < 0,063

% B

erat

Ukuran Sieve Net (mm)

APO

T.APO

Page 39: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

27

Gambar 7. Laju Akresi/Erosi yang ada di belakang APO dan tanpa APO

Pengambilan data untuk minggu 1 dilakukan saat terjadinya surut,

dimana perairan relatif tenang sehingga pergerakan sedimen tidak terlalu tinggi.

Pada minggu ke-2 dan ke-3, pengambilan data dilakukan saat peralihan surut

menuju pasang, dimana mulai adanya kekuatan arus dan gelombang. Untuk

minggu ke-2, terjadi erosi sedimen dasar pada kedua lokasi karena APO

mengalami kerusakan sehingga energi gelombang dan arus dapat masuk ke

area penanaman. Pada minggu ke-3, yang dilindungi APO, sedimen terlihat stabil

karena gelombang dan arus yang melewati APO mengalami peredaman

sehingga pergerakan sedimen berkurang. Sedangkan untuk daerah tanpa APO

pada minggu ke-3 mengalami erosi sedimen dasar karena tidak ada pelindung

sehingga kekuatan gelombang dan arus bebas masuk ke daerah transplantasi

yang menyebabkan sedimen menjadi tidak stabil.

Lokasi penelitian termasuk kedalam lokasi yang dipengaruhi oleh

pasang surut sehingga salah satu arus yang berperan adalah arus pasang surut

dan sedimen yang mendominasi di lokasi tergolong pasir halus sehingga

sedimen ini susah mengendap dan mudah untuk tererosi. Menurut Triatmodjo

(1999) bahwa pada waktu titik balik yaitu di sekitar air pasang dan air surut

terendah, kecepatan aliran kecil sehingga sebagian sedimen mengendap,

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3Laju

Akr

esi/

Eros

i Sed

imen

(c

m/h

ari)

APO

T.APO

Page 40: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

28

sebaliknya di sekitar periode air surut dan air pasang, kecepatan aliran besar

sehingga sedimen yang tadinya mengendap akan tererosi kembali

6. Arah dan Kecepatan Arus

Pengukuran arah dan kecepatan arus diukur selama seminggu berturut-

turut dengan satu kali pengukuran disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran arah dan arus selama satu minggu

TANGGAL ARAH DAN KECEPATAN ARUS

KECEPATAN (m/det) ARAH

A T.A A TA

11-Nov 0.035 0.043 40°NE 20°NE

12-Nov 0.042 0.068 40°NE 30° NE

13-Nov 0.042 0.069 40°NE 50°NE

14-Nov 0.038 0.059 80°NE 100°SE

15-Nov 0.041 0.057 80°NE 90°NE

16-Nov 0.023 0.054 40°NE 70°NE

17-Nov 0.029 0.070 80°NE 100°SE

18-Nov 0.030 0.091 40°NE 100°SE

Hasil diatas menunjukkan bahwa kecepatan arus yang didapatkan pada

APO lebih rendah, berkisar antara 0,023 sampai 0,042 m/detik dari pada tanpa

APO yang berkisar antara 0,043-0,091 m/det. Perbedaan ini terjadi karena

gelombang yang melewati APO mengalami peredaman sedangkan tanpa APO

tidak, sehingga hal ini dapat mempengaruhi pergerakan massa air yang melewati

APO. Menurut Hutabarat dan Evans (1986), arus pantai timbul karena adanya

pergerakan massa air yang terjadi sepanjang perairan pantai seperti ombak,

pasang surut, arus sungai dan pengaruh arus laut atau arus musiman yang

keadaannya sudah terpecah-pecah.

Kisaran kecapatan arus APO dan tanpa APO termasuk kisaran arus

yang sangat lambat. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh

Mason (1981) bahwa berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan dapat

Page 41: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

29

dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (>1 m/detik), cepat (0,5-1 m/det),

sedang (0,25-0,50), lambat (0,1-0,25 m/det), dan sangat lambat (<0,1 m/det).

Untuk pertumbuhan lamun masih termasuk kisaran kecepatan arus yang masih

dapat ditoleransi untuk lamun tumbuh. Menurut Dahuri dkk (2001) lamun

mempunyai kemampuan maksimal pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.

Perbedaan rata-rata tingkat kecepatan arus yang APO dan tanpa APO

tidak mempengaruhi pertumbuhan lamun secara signifikan karena kecepatan

arus yang bisa diredam oleh APO masih dapat menggerakkan sedimen

walaupun pergerakannya tidak seperti pergerakan sedimen yang tidak dilindungi

APO. Hal ini terjadi karena ukuran sedimen yang mendominasi yang dilindungi

APO tergolong pasir halus sehingga untuk mengendap atau stabil membutuhkan

waktu.

7. Gelombang

Hasil pengukuran gelombang signifikan yang diukur setiap hari selama

seminggu dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 8. Grafik rata-rata nilai gelombang signifikan yang diukur selama seminggu berturut-turut (Hasil uji t-test menunjukkan perbedaan nyata antara yang dilindungi APO dan tanpa APO

0

5

10

15

20

25

1 2 3Ting

gi g

elom

bang

sign

ifika

n (c

m)

Pengukuran

APO

T.APO

Page 42: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

30

Hasil uji t-test yang telah dilakukan, menunjukkan tidak terdapat

perbedaan nyata antara tinggi gelombang yang melewati APO dan tanpa APO

pada setiap pengukuran selama seminggu berturut-turut dengan 3 pengukuran

dalam sehari akan tetapi jika hasil pengukuran dengan 3 kali pengukuran ini

digabungkan menunjukkan adanya perbedaan secara nyata.

Rata-rata tinggi gelombang signifikan dengan 3 kali pengukuran

didapatkan yang melewati APO antara 9-19 cm sedangkan tanpa APO antara

11-25 cm dengan efek peredaman sebesar 20,43 %. Pengukuran ini dilakukan

saat menuju pasang dengan selang waktu antara pengukuran 1 dengan ke-2

selama ±1 jam begitu pula antara pengukuran kedua dengan ke-3. Hasil yang

didapatkan ini membuktikan bahwa APO bambu yang digunakan ternyata

mampu meredam gelombang karena gelombang yang mengenai APO

mengalami refleksi, sehingga gelombang yang melewati APO mengalami

peredaman yang menyebabkan sedimen di daerah yang terlindungi terlihat stabil.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulistiayanto (2009) bahwa terjadinya refleksi

gelombang oleh APO menyebabkan berkurangnya energi gelombang menuju

pantai.

Peletakan APO di depan area penanaman lamun selain menyebabkan

terjadinya refleksi (pemantulan) gelombang juga menyebabkan terjadinya difraksi

gelombang. Difraksi gelombang (pembelokan gelombang) ini terjadi setelah

gelombang mengenai APO. Hal ini sesuai dengan pendapat Triatmodjo (1999)

bahwa fenomena difraksi terjadi apabila gelombang yang datang terhalang oleh

suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau, maka akan

menyebabkan gelombang tersebut membelok disekitar ujung rintangan dan akan

masuk di daerah yang terlindungi di belakangnya.

Page 43: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

31

B. Keberhasilan lamun yang diTransplantasi

1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Jenis transplantasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

staple. Metode staple adalah metode transplantasi lamun tanpa menggunakan

substrat, dimana metode ini menggunakan jangkar yang berfungsi sebagai

penahan transplant agar tidak terbawa oleh arus dan gelombang. Selain itu,

dalam penelitian ini dilakukan uji coba penggunaan APO (Alat Pemecah Ombak)

yang salah salah satu tujuannya untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup

lamun transplant. Tingkat kelangsungan hidup diukur dari jumlah unit

transplantasi waktu penanaman awal dan penanaman akhir pada interval waktu

yang telah ditentukan. Dari Lampiran 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat

kelangsungan hidup transplantasi lamun di APO 60% sedangkan tanpa APO

65%.

Gambar 9. Tingkat kelangsungan hidup lamun yang ditransplantasi dengan metode Staple (Hasil uji t-test menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO)

Hasil uji t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata

tingkat kelangsungan hidup Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan

metode Staple selama 3 bulan penanaman antara APO dan tanpa APO (Gambar

9). Hal ini disebabkan oleh APO bambu yang digunakan hanya mampu meredam

gelombang yang berasal dari arah barat sedangkan di lokasi penelitian arah

01020304050607080

APO T.APO

Rata

-rat

a Ti

ngka

t Ke

lang

sung

an H

idup

(%)

Page 44: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

32

gelombang berasal dari tiga arah yaitu arah barat, barat daya, dan barat laut

sehingga gelombang dapat masuk ke area transplantasi. Arah ini berdasarkan

hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil pengukuran arah arus pada

daerah dengan APO dan tanpa APO yang arahnya antara 200NE

(Northeas/Timur laut) sampai 1000SE (Southeast/Tenggara) (Tabel.3). Arah ini

berasal dari barat daya dan barat laut. Menurut Lanuru dkk (2012) lebar APO

bambu 10 m hanya mampu melindungi gelombang yang datang dari arah barat

sedangkan gelombang yang berasal dari arah barat daya dan barat laut tetap

dapat merambat ke dalam area penanaman. Selain itu, dalam penelitian ini

terlihat bahwa metode staple sudah cukup kuat menahan lamun dari hempasan

gelombang dan arus yang terlihat dari tingkat kelangsungan hidup lamun yang

tinggi meskipun di area tanpa APO.

2. Laju Pertumbuhan Panjang Daun Enhalus acoroides

a. Pola Perubahan Panjang Daun Enhalus acoroides pada APO dan Tanpa APO

Rata-rata pola perubahan panjang daun tua antara APO dan tanpa APO

selama 4 minggu dengan 4 ulangan (Gambar 10) didapatkan bahwa daun tua

pada APO perubahan panjang daunnya lebih tinggi daripada tanpa APO yang

terlihat pada minggu 2 sampai 4.

Page 45: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

33

Gambar 10. Rata-rata perubahan panjang daun tua Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO.

Sedangkan rata-rata perubahan panjang daun muda yang

ditransplantasi pada APO dan tanpa APO didapatkan bahwa pada minggu 1, 2,

dan 3 terlihat perubahan panjang daunnya sama akan tetapi pada minggu ke-4

APO telah menunjukkan adanya perbedaan (Gambar 11), dimana pada APO

pertambahan panjang daunnya melebihi tanpa APO.

Gambar 11. Rata-rata perubahan panjang daun muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

1 2 3 4

Peru

baha

n Pa

njan

g Da

un T

ua(c

m/m

ingg

u)

Minggu

APO

T.APO

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 2 3 4

Peru

baha

n Pa

njan

g Da

un M

uda

(cm

/min

ggu)

Minggu

APO

T.APO

Page 46: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

34

Perbedaan pola perubahan panjang daun baik daun tua maupun daun

muda antara APO yang dibandingkan dengan tanpa APO tidak menunjukkan

perbedaan secara signifikan berdasarkan uji t-test sehingga pola perubahan ini

dianggap sama antara APO dan tanpa APO. Hal ini sesuai dengan hasil

pengukuran parameter oseanografi yang didapatkan pada APO dan tanpa APO

yang masih dalam rentang pertumbuhan Enhalus acoroides.

b. Pola Perubahan Panjang Daun Tua Enhalus acoroides yang dibandingkan dengan Daun Muda pada APO dan Tanpa APO

Hasil pengukuran perubahan panjang daun tua yang dibandingkan

dengan daun muda pada APO dan tanpa APO dapat dilihat pada Gambar 12 dan

13.

Gambar 12. Rata-rata perubahan panjang daun tua yang dibandingkan dengan daun muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple pada APO

0.002.00

4.006.00

8.0010.00

12.0014.00

16.00

1 2 3 4Peru

baha

n Pa

njan

g Du

n pa

da A

PO

(cm

/min

ggu)

Minggu

TUA

MUDA

Page 47: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

35

Gambar 13. Rata-rata perubahan panjang daun tua yang dibandingkan dengan daun

muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple pada T. APO

Pola rata-rata perubahan panjang daun tua yang dibandingkan dengan

daun muda pada APO dan tanpa APO terlihat tidak adanya perbedaan nyata (uji

t) pada minggu 1 sampai 3 di APO dan tanpa APO.Tidak adanya perbedaan ini

mungkin dikarenakan daun muda pada APO dan tanpa APO yang sebagian

merupakan daun yang baru muncul sehingga pertumbuhannya masih dalam

penyesuian sampai pada tahap kestabilan.

Sedangkan pada minggu ke-4, daun muda lebih cepat tumbuh daripada

daun tua. Hal ini terjadi karena pada minggu ke-4 daun muda telah melewati

tahap penyesuaian sehingga pertumbuhan telah menunjukkan peningkatan

sedangkan pada daun tua perubahan panjang daunnya mulai lambat karena

umurnya yang sudah tua. Menurut Erftemeijer and Middelburg (1993), daun baru

dan daun muda aktif melakukan pertumbuhan panjang sedang daun tua sudah

kurang aktif melakukan pertumbuhan.

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 2 3 4Peru

baha

n Pa

njan

g Dau

n Pa

da T

.APO

(c

m/m

ingg

u)

Minggu

TUA

MUDA

Page 48: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

36

c. Dinamika Laju Pertumbuhan Mingguan Panjang Daun Enhalus acoroides antara APO dan Tanpa APO

Pola rata-rata laju pertumbuhan panjang daun Enhalus acoroides baik

tua maupun muda antara APO dan tanpa APO setiap minggu dapat dilihat pada

Gambar 14 dan 15.

Gambar 14. Rata-rata laju pertumbahan panjang daun tua Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO.

Pola laju pertumbuhan mingguan panjang daun tua Enhalus acoroides

pada APO dan tanpa APO (Gambar 14) menunjukkan bahwa pada minggu 1

pola laju pertumbuhannya terlihat sama. Minggu ke-2 dan 3 laju pertumbuhannya

mulai berbeda dan melambat dari minggu 1, dimana pada minggu ini laju

pertumbuhan panjang daun tua APO lebih tinggi dari pada tanpa APO. Pada

minggu ke-4 menunjukkan laju pertumbuhan pada APO melambat sedangkan

tanpa APO menunjukkan laju pertumbuhan yang sedikit meningkat.

0.000.050.100.150.200.250.300.350.400.450.50

1 2 3 4Rata

-rat

a laj

u pe

rtum

buha

n pa

njan

g da

un tu

a (c

m/h

ari)

Minggu

APO

T.APO

Page 49: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

37

Gambar 15. Rata-rata laju pertumbahan panjang daun muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode Staple antara APO dan tanpa APO.

Pola laju pertumbuhan mingguan panjang daun muda Enhalus

acoroides pada APO dan tanpa APO (Gambar 15) menunjukkan pola laju

pertumbuhan panjang daun yang terus meningkat dan aktif, dimana pada APO

laju pertumbuhan panjang daunnya lebih tinggi daripada tanpa APO di minggu

ke-2 sampai 4.

Meningkat dan menurunnya laju pertumbuhan panjang daun pada

kedua lokasi kemungkinan di sebabkan oleh parameter oseanografi yang tidak

terukur saat penelitian seperti unsur hara, kecerahan, dan lain-lain. Menurut

Azkab (1999) dalam Faiqoh (2006) bahwa pertumbuhan dan tingkat produksi

daun lamun memiliki kaitan yang erat dengan karakteristik dan dinamika unsur

hara dimana pada keadaan tertentu, naiknya unsur-unsur hara secara kuantitatif

dapat menaikkan laju pertumbuhan dan produksi daun lamun.

d. Laju Pertumbuhan Panjang Daun Enhalus acoroides antara APO dan Tanpa APO

Hasil uji t yang telah dilakukan menunjukkan tidak adanya perbedaan

laju pertumbuhan antara Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode

staple yang dilindungi APO dan T.APO (Lampiran 2) selama 4 minggu

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

1 2 3 4Rata

-rat

a la

ju p

ertu

mbu

han

panj

ang

daun

mud

a (c

m/h

ari)

Minggu

APO

T.APO

Page 50: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

38

berdasarkan uji t-test menunjukkan tidak adanya perbedaan laju pertumbuhan.

Rata-rata laju pertumbuhan daun tua yaitu dilindungi APO sebesar 0,40 cm/hari

sedangkan tanpa APO sebesar 0,40 cm/hari. Dan untuk rata-rata laju

pertumbuhan daun muda yaitu sebesar 0,49 cm/hari sedangkan tanpa APO

sebesar 0,48 cm/hari (Gambar 16).

Gambar 16. Rata-rata laju pertumbuhan panjang daun tua dan muda Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode staple (Hasil uji t-test menunjukkan laju pertumbuhan panjang daun Enhalus acoroides tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO).

Di Indonesia, penelitian tentang laju pertumbuhan panjang daun

Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan metode plug pernah dilakukan

oleh Irwanto (2010) di pulau Barrang Lompo provinsi Sulawesi Selatan dengan

tiga kali ulangan menemukan laju pertumbuhan daun muda lebih cepat dari pada

daun tua yaitu untuk daun muda berkisar antara 0,51-0,78 cm/hari sedangkan

daun tua berkisar 0,36-0,56 cm/hari. Selain itu, Azkab (1988) di Pulau Pari

dengan jenis yang sama juga menemukan laju pertumbuhan panjang daun muda

lebih cepat dibandingkan dengan daun tua yaitu daun muda 0,78 cm/hari

sedangkan daun tua 0,56 cm/hari.

3. Jumlah Daun Baru

Salah satu parameter keberhasilan lamun yang ditransplantasi adalah

pertambahan jumlah daun baru yang muncul. Pertambahan daun baru pada

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

TUA MUDA

Rata

-rat

a la

ju p

ertu

mbu

han

panj

ang

daun

(cm

/har

i)

APO

T.APO

Page 51: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

39

lamun transplantasi terjadi karena mulai gugurnya daun secara berangsur-

angsur. Daun yang telah gugur tersebut akan digantikan dengan daun baru.

Gambar 17. Rata-rata pertambahan daun baru pada lamun yang ditransplantasi dengan metode Staple (Hasil uji t-student menunjukkan pertambahan daun baru tidak berbeda nyata antara APO dan tanpa APO)

Hasil uji t-student yang telah dilakukan tidak terdapat perbedaan nyata

antara jumlah daun baru pada lamun transplantasi yang dilindungi APO dan

tanpa APO selama 3 bulan penanaman dengan 6 minggu pengamatan. Hal ini

terjadi, karena jarak lokasi transplantasi lamun yang APO dan tanpa APO yang

tidak terlalu jauh (±6m) dan kedalaman perairan serta letak lokasi transplantasi

yang relatif sama yaitu di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut sehingga

jika terjadi surut terendah, lamun transplant baik yang APO dan tanpa APO akan

terekspos (terpapar) oleh sinar matahari secara bersamaan. Tereksposnya

(terpaparnya) lamun yang ditransplantasi dapat menyebabkan daun lamun

tersebut menjadi kering (rusak) atau akan terpotong sedikit demi sedikit secara

alami karena umur daun yang sudah makin tua lalu gugur. Sebelum daun tua

gugur (mati), daun baru akan muncul untuk mengganti daun yang akan gugur.

Menurut Supriadi dkk (2006) umumnya daun lamun terpotong disebabkan karena

sudah tua atau karena kering pada saat terpapar sinar matahari dan kemampuan

lamun mengganti daun yang gugur adalah kecepatan pulih daun, yaitu

banyaknya daun baru yang muncul dalam jangka waktu tertentu.

0

2

4

6

8

10

APO T.APORera

ta P

erta

mba

han

Daun

Ba

ru (L

emba

r)

Page 52: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

40

Daun yang baru muncul ini akan melanjutkan peran daun yang

sebelumnya yaitu melakukan proses fotosintesis dan penyerapan nutrisi melalui

daun. Selain itu, daun yang akan gugur akan memindahkan unsur haranya ke

daun yang masih aktif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mcroy dan Barsdate (1970) dalam Kiswara (1995) bahwa lamun mempunyai

kemampuan mengambil nutrisi melalui daun dan akarnya. Dan menurut

Erftemeijer (1993) dalam Hamid (1996) daun lamun sebelum mati terlebih dahulu

akan memindahkan unsur haranya ke daun yang sedang aktif tumbuh dan

aktivitas berfotosintesis daun E. acoroides akan semakin menurun bila daun

tersebut semakin tua.

C. Pengaruh APO (Alat Pemecah Ombak) Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Enhalus acoroides.

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan bahwa tidak ada perbedaan

(uji t-test) sintasan dan pertumbuhan Enhalus acoroides antara APO dan tanpa

APO. Hal ini terjadi karena kondisi fisik yang tidak berbeda jauh dan masih dalam

ambang batas toleransi untuk pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

lamun E. acoroides. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan

ini, yaitu:

1. Lebar APO

Lebar APO hanya mampu melindungi lamun dari parameter oseanografi

yang berasal dari arah barat sedangkan arah barat laut dan barat daya masih

dapat masuk kearea penanaman menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan

baik dari segi sintasan maupun pertumbuhan.

2. Desain APO

Desain APO yang digunkan pada awal penelitian adalah desain yang

diperkenalkan oleh Thaha et. al (2009) yaitu serangkaian bambu yang dipancang

ke dalam tanah atau sedimen dasar akan tetapi karena terjadi gelombang yang

Page 53: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

41

cukup besar sekitar tanggal 12-15 September yang dapat merobohkan APO

menyebabkan desain APO diganti menjadi metode tancap satu persatu.

Pada penelitian ini, desain APO dengan metode tancap satu persatu

terbukti efektif meredam gelombang dan arus. Ini terbukti dari pengukuran laju

erosi sedimen (Gambar 7) pada minggu ke-3, dimana pada APO sedimennya

terlihat stabil sedangkan tanpa APO terjadi erosi sedimen dasar. Akan tetapi

desain ini kurang efektif melindungi lamun dari segi pertumbuhan. Hal ini terjadi

karena desain yang digunakan dalam penelitian ini hanya mampu meredam

gelombang sebesar 20,43% (Lampiran 4) dari rata-rata semua pengukuran,

dimana efek yang dihasilkan kurang efektif berdasarkan kategori tingkat

efektivitas APO (Tabel 2), sehingga efek ini kurang memberikan pengaruh

terhadap parameter oseanografi di daerah yang terlindungi. Ini terbukti dari hasil

pengukuran suhu, salinitas, kekeruhan, sedimen, laju akresi/erosi sedimen, dan

TSS yang tidak terlalu berbeda jauh antar APO dan tanpa APO.

Page 54: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

42

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Pesisir Kecamatan

Labakkang Kabupaten Pangkep maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. APO bambu yang digunakan dalam penelitian ini terbukti efektif dalam

mengurangi energi gelombang yang tiba di area penanaman lamun sehingga

sedimen terlihat stabil di daerah yang terlindungi.

2. Pengaruh APO (Alat Pemecah Ombak bambu) tidak signifikan terhadap

tingkat keberhasilan (tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan) lamun

Enhalus acoroides yang ditransplantasi dengan menggunakan metode

Staple. Hal ini menunjukkan bahwa APO bambu yang digunakan dalam

penelitian kurang efektif dalam melindungi lamun yang ditranplantasi.

B. Saran

Dalam penelitian ini, desain APO yang digunakan hanya mampu

meredam gelombang 20,43 % sehingga dalam penelitian selanjutnya diharapkan

desain APO diperbaiki agar efek peredaman yang dihasilkan lebih efektif.

Direkomendasikan jika menggunakan APO dalam melakukan restorasi lamun,

maka perlu ditempatkan minimal 3 buah APO atau APO diperpanjang dan dibuat

melengkung, sehingga gelombang yang datang dari berbagai arah dapat

terlindungi.

Page 55: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

43

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H. 1999. Petunjuk penanaman lamun. Oseana. Volume XXIV, nomor 3: 11-25.

Badria, S., 2007. Laju Pertumbuhan Daun Lamun (Enhalus acroides) pada Dua

Substrat Yang Berbeda Di Teluk Banten (Skripsi). Program Studi Ilmu dan Teknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Bengen, D. G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta

Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Laut. IPB. Bogor.

Blom G., E.H.S. Van Duin, dan L. Lijklema. 1994. Sediment Resuspencion and

Light Condition in some shallow Dutch lakes. Water Science and Technology.

Calumpong, H.P., M.S. Fonseca. 2001. Seagrass Transplantation And Other

Seagrass Restoration Methods. In: Short, F.T., Coles, R.G (Eds), Global Seagrass Research Methods. Elsivier, Amsterdam, pp. 425-443.

Clescerl, Leonore S.(Editor), Greenberg, Arnold E.(Editor), Eaton, Andrew D.

(Editor). 1905. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (20th ed.) American Public Health Association, Washington, DC.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan

Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Putaka Utama, Jakarta. Dahuri, R., J. Rais, P.S. Ginting, dan J.M. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Davis, R.C. and F. T. Short. 1997. Restoring eelgrass, Zostera marina L., habitat

using a new transplanting technique: the horizontal rhizome method. Aquatic Botany 59, 1–15.

Den Hartog 1977. Structure, Function and Clasification in Seagrasess

Communities. Marcell Dekker. New York. Dewi, I.P., 2004. Kajian Efektifitas Alat Peredam Ombak (APO) di Pulau Sagara

Kabupaten Pangkep (Skripsi). Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Kanisius. Erftemeijer P I. A. and J.J. Middelburg. 1993. Sediment-nutrient Interactions in

Tropical Seagrass Beds: a Comparison Between a Terrigenous and a Carbonate Sedimentary Environment in South Sulawesi (Indonesia). Marine Ecology Progress Series, Vol, 102: 187-198. Netherlands Institude of Ecology, Centre for Estuarine and Coastal Ecology. Netherland.

Page 56: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

44

Faiqoh, E. 2006. Laju Pertumbuhan dan Produksi Daun Enhalus acoroides (L.F) Royle di Pulau Burung, Kepulauan Seribu, Jakarta (Skripsi). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

Goudie, A. 1981. Geomorphology Technique-Coastal Process. George Allan dan

Unwin LTD, London. hal: 412. Hamid, A. 1996. Peranana Faktor Lingkungan Perairan Terhadap Pertumbuhan

Enhalus acoroides (L.f) Royle di Teluk Grenyang-Bojongara Kabupaten Serang, Jawa Barat (Tesis). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Helfinalis. 2005. Kandungan total suspended solid dan sedimen dasar di perairan

Panimbang. Makara, Sains, Vol 9, No. 2 : 45-51. Hermanto, B. dan A. Suwartana. 1986. Perubahan garis pantai pulau Ambon dari

tahun 1898-1982. Oseanologi di Indonesia, No. 21: 21-36. Hutabarat, S., dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia (UI-Press). Jakarta. Hutabarat, S., dan S.M. Evans. 2000. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia (UI-Press). Jakarta. Irwanto, N. 2010. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Enhalus

acoroides yang Ditransplantasi dengan Metode Plug Di Pulau Barrang Lompo (Skripsi). Jurusan Ilmu Kelautan. FIKP. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kaharuddin, 1994. Marine Sediment and Preparation. Jurusan Geologi.

Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Kiswara, W. 1992. Vegetasi lamun (Seagrass) di rataan terumbu Pulau Pari,

Pulau-Pulau Seribu, Jakarta. Oseanologi. Indonesia. No. 25:31-49. Kiswara, W. 1995. Kandungan hara dalam air antara dan air permukaan padang

lamun pulau Barrang Lompo dan Gusung Talang, Sulawesi Selatan. Dalam Prosiding Seminar Kelautan Nasional, Jakarta, 15-16 Nopember 1995. Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan Serta Industri Maritim, Jakarta.

Kiswara, W. 1997. Pertumbuhan dan produksi daun Enhalus acoroides di Pulau

Mapor, Kepulauan Riau. Dalam Prosiding Seminar Nasional Biologi XV. Lampung, 1997. Universitas Lampung, Badarlampung. Hal. 1448-1452.

Lanuru, M., A. Saru. Supriadi, dan K. Amri. 2012. Transpantasi Sebagai Salah

Satu Metode Untuk Restorasi Lamun Dan Meningkatkan Ketahanan Lamun Terhadap Climate Change. (Laporan Akhir). Riset unggulan berbasis Program studi Ilmu Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Mason, C. F. 1981. Biology Of Freswater Pollution Logman. London.

Page 57: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

45

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia.

Jakarta. Olesen, B., 1999. Reproduction in Danish Eelgrass (Zostera marina L) stands :

size-dependence and biomass partitioning. Aquatic Botany 65:209-219. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69. 2010. Baku Mutu dan Kriteria

Kerusakan Lingkungan Hidup. BLDH. Provinsi Sulawesi Selatan. Phillips, R. C. 1980. Planting Guidelines For Seagrasses. Coastal Engineering

Technical Aid No. 82, U. S. Army, Corps Of Engineers, Virginia, 28p. Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan tentang

Biota Laut). Djambatan. Jakarta. Short, F.T. and H.A. Neckles. 1998. The effects of global climate change on

seagrasses. Aquatic Botany 63: 169-196. Supriadi. 2003. Produktivitas Lamun E. acoroides (Linn. F) Royle dan Thalassia

hemprichii (Enrenb) Ascherson di Pulau Barrang Lompo Makassar (Tesis). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Supriadi., D. Soedharma, dan R.F. Kaswadji. 2006. Beberapa aspek

pertumbuhan lamun E. acroides (Linn.F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar. Biosfera 23 (1) : 1-8.

Tangke, U. 2010. Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi, dan rehabilitasi).

Jurnal Ilmiah agribisnis dan perikanan (agrikan UMMU-Ternate). Vol. 3 edisi 1.

Thorhaug, A. 1974. Transplantation of the seagrass Thalassia testudinum Konig.

Aquaculture 4 (2): 177-183. Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of The

Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition. Singapore. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta. Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut. Brilian Internasional.

Indonesia. Yulistiyanto, B. 2009. Mangrove Dengan Alat Pemecah Ombak (APO) Sebagai

Perlindungan Garis Pantai. Dalam Proseding pada Seminar Nasional Manajemen Sumberdaya Air Partisipasif Guna Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim Global, Yogyakarta, 8 Agustus 2009. Yogyakarta Jurusan Teknik Sipil Dan Lingkungan FT-UGM, Yogyakarta. hal. 1-10.

Waycott, M., K. McMahon, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine. 2004. A Guide

to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook University, Townsville-Queensland-Australia.

Page 58: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

46

West, R.J., N.E. Jacobs, D.E. Roberts. 1990. Experimental transplanting of seagrasses in Botany Bay, Australia. Marine Pollution Bulletin 21:197-203.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Gramedia Widiasarana

Indonesia. Jakarta. Widiastuti, I.M. 2009. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Survival Rate) ikan

mas (Cyprinus carpio) yang dipelihara dalam wadah terkontrol dengan padat penebaran berbeda. Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126-13.

Page 59: TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU …nyata. Parameter oseanografi meliputi suhu, salinitas, kekeruhan, TSS, sediman, laju akresi/erosi sedimen, arah dan kecepatan arus, dan gelombang

47