salinitas air laut klmpk 1.docx

29
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Unsur-Unsur Dalam Air Laut Dan Salinitas”. Salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi ini. Walaupun berbagai macam tantangan yang dihadapi, tapi semua itu telah memberikan pengalaman yang berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Makassar, 20 Februari 2013 Penyusun

Upload: nuraqlia1234

Post on 09-Dec-2014

30 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kimia

TRANSCRIPT

Page 1: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Unsur-Unsur Dalam Air Laut Dan Salinitas”. Salam dan salawat kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi

ini. Walaupun berbagai macam tantangan yang dihadapi, tapi semua itu telah

memberikan pengalaman yang berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang

akan datang.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan

akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang

setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis

harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Makassar, 20 Februari 2013

Penyusun

Page 2: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………..i

Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………...iii

BAB I  PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang …………………………………………………………………1

B.   Rumusan Masalah …………………………………………………………….1

C.   Tujuan Penulisan ……………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Salinitas Air Laut…………………………………………………4

B.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Salinitas…………………………….4

C.   Sebaran Salinitas Di Laut……………………………………………………6

D.    Hubungan Densitas Ikan Dan Salinitas………………………………….10

E.   Pengaruh Faktor Salinitas Di Laut Pada Tingkah Laku

Dan Kelimpahan Ikan………………………………………………………..11

F.   Penentuan Nilai Salinitas…………………………………………………..15

G.      Desalinisasi………………………………………………………………..…16

BAB III  PENUTUP

A.   Kesimpulan……………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..21

Page 3: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai pada tahap

penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus melalui pengolahan terlebih

dahulu, mengingat salinitas air laut sangat tinggi. HYDRO sea water membran dapat

mengubah air laut dengan salinitas tinggi menjadi air tawar untuk penggunaan sehari-hari.

Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik

dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air

laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi

maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya

serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat

ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan

tekanan osmosis.

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium

(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari

1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama

garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi

lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.

B.           Rumusan Masalah

1.            Apa pengertian Salinitas ?

2..           Apa faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas ?

3.            Bagaimana sebaran salinitas dilaut ?

4.            Apa dan bagaiman hubungan antara densitas ikan dan salinitas ?

5.            Apa pengaruh faktor salinitas di laut pada tingkah laku dan kelimpahan ikan ?

6.            Bagaiman cara menentukan nilai salinitas ?

C.           Tujuan Penulisan

1.            Untuk mengetahui pengertian Salinitas ?

2..            Untuk mengetahui  faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas ?

3.          Untuk mengetahui  sebaran salinitas dilaut ?

4.          Untuk mengetahui hubungan antara densitas ikan dan salinitas ?

7.             Untuk mengetahui pengaruh faktor salinitas di laut pada tingkah laku dan kelimpahan ikan ?

8.          Untuk mengetahui  cara menentukan nilai salinitas ?

9.          Untuk mengetahui devenisi desalinisasi

Page 4: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan

garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil

sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam

sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air

dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai

5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

B.           Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Salinitas

1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka

salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat

penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.

2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka

salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah

hujan yang turun salinitas akan tinggi.

3.    Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang

bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya

makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar

3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam

lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam

sekitar 30%. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar

Page 5: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah

di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut

Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi

terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai.

Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.

Tabel 1. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut

Salinitas Air Berdasarkan Persentase Garam Terlarut

Air Tawar Air Payau Air Saline Brine

< 0.05 % 0.05 – 3 % 3 – 5 % > 5 %

Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang

berasal dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama

yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat

(7,68%), magnesium (3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang

dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga

sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-

gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut

dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:

densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi

maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat

(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas.

Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya

hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.

Kandungan garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena

mengandung garam, titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 0 0C (air laut

yang bersalinitas 35 %o titik bekunya -1,9 0C), sementara kerapatannya meningkat

sampai titik beku (kerapatan maksimum air murni terjadi pada suhu 4 0C). Sifat ini

sangat penting sebagai penggerak pertukaran massa air panas dan dingin,

memungkinkan air permukaan yang dingin terbentuk dan tenggelam ke dasar

sementara air dengan suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas. Sedangkan

titik beku dibawah 00 C memungkinkan kolom air laut tidak membeku. Sifat air laut

yang dipengaruhi langsung oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan osmosis.

Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan

bahwa halida-halida terutama klorida adalah anion yang paling banyak dari elemen-

Page 6: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen

tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt) atau permil (‰), kira-kira

sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan.

Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰ dengan

didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap “Copenhagen water”,

air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978,

oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit

Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar.

Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama

dengan 35 gram garam per liter larutan.

Tabel 2. Perbedaan kandungan garam dan ion utama antara air laut dan

air sungai

NAMA UNSUR % jumlah berat seluruh gram

AIR LAUT AIR SUNGAI

Klorida 55,04 5,68

Natrium 30,61 5,79

Sulfat 7,68 12,14

Magnesium 3,69 3,41

Kalsium 1,16 20,29

Kalium 1,10 2,12

Bikarbonat 0,41 -

Karbonat - 35,15

Brom 0,19 -

Asam borak 0,07 -

Strontium 0,04 -

Flour 0,00 -

Silika - 11,67

Oksida - 2,75

Nitrat - 0,90

Page 7: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

C.           Sebaran Salinitas di Laut

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi

air, penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar

kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan

pertemuan antara air tawar yang relatif lebih ringan  dan air laut yang lebih berat,

juga pengadukan air sangat menentukan.

Pertama adalah perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi

di mana air tawar merupakan lapisan yang tipis di permukaan sedangkan di

bawahnya terdapat air laut. Ini bisa ditemukan di depan muara sungai yang

alirannya kuat sedangkan pengaruh pasang-surut kecil. Nelayan atau pelaut di

pantai Sumatra yang dalam keadaan darurat kehabisan air tawar kadang-kadang

masih dapat menyiduk air tawar di lapisan tipis teratas dengan menggunakan piring,

bila berada di depan muara sungai besar.

Kedua, adalah perairan dengan stratifikasi sedang. Ini terjadi karena adanya

gerak pasang-surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air

hingga terjadi pertukaran air secara vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir

keluar sedangkan air laut merayap masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi

percampuran. Akibatnya garis isohalin (=garis yang menghubungkan salinitas yang

sama) mempunyai arah yang condong ke luar. Keadaan semacam ini juaga bisa

dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra.

Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan

pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal

50-70 m atau lebih bergantung intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan

homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu

juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity

layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara

lapisan di atas dan di bawahnya.

Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi ditentukan

oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di lapisan dalam.

Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran

salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti (core layer method).

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga

mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik)

Page 8: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara

23,5o – 40oLU atau 23,5o – 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di

kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500

sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara

monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di

permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi

(curah hujan).

1.    Dinamika Salinitas di Daerah Estuaria

Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan

bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur

dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang

air laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya pada zaman es mencair)

atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab tektonis. Estuaria

juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai yang sebagian terlindungi oleh

beting pasir atau lumpur.

Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu

komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:

a)    Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan

menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan

ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.

b)   Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan

khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.

c)   Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas

mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.

d)   kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya

aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.

2.   Sifat-sifat Ekologis

Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat

bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.

Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas

wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat

di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di

lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini

Page 9: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

disebabkan karena air tawar cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat

oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’

(salt wedge estuary).

Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan

karenanya dinamai ‘estuaria negatif’. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air

tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju

penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke

estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya.

Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah

permukaan. Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada

“estuaria positif’’.

Dalam pada itu, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi

perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola ini juga

ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.

Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung

cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat

lambat. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang

berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut.

Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara

partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya

berlangsung dengan lamban.

D.   Hubungan Densitas Ikan Dengan Salinitas

Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di bagian utara hingga bagian

tengah perairan, dan massa air tawar dari daratan yang mempengaruhi massa air di

bagian selatan dan bagian utara dekat pantai. Kondisi ini mempengaruhi densitas

ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9

ikan/mł) pada daerah bagian selatan dengan salinitas antara 29,36-31,84 %, dan

densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara  dengan salinitas 29,97-32,59 % . Densitas ikan

tertinggi pada lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan pada daerah

dengan salinitas ≥31,5 % yaitu pada bagian utara perairan. Dibagian selatan,

densitas ikan tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah dengan

salinitas ≤30,0 %. Pola pergeseran nilai salinitas hampir sama di tiap kedalaman,

dengan nilai yang makin bertambah sesuai dengan makin dalam perairan. Pada

Page 10: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

lapisan kedalaman 15-25 m, kisaran salinitas meningkat hingga lebih dari 32 %, dan

konsentrasi densitas ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł dengan areal yang lebih

besar pada konsentrasi salinitas ≤31,5 %. Konsentrasi ikan yang ditemukan pada

daerah dengan salinitas ≥32,0 %, yaitu di bagian utara perairan sebesar 0,2-0,3

ikan/mł.

Pada lapisan kedalaman 25-35 m dan 35-45 m dijumpai kisaran salinitas

yang hampir sama yaitu 31,43-32,53 % dan 31,77-32,73 %, dengan distribusi

densitas ikan lebih banyak ditemukan pada daerah dengan salinitas 32,0-32,5 %

yaitu sebesar 0,1-0,8 ikan/mł, dan kelompok ikan dengan densitas lebih kecil dari 0,1

ikan/mł banyakditemukan pada perairan dengan salinitas ≤32,0 %. Pada lapisan

kedalaman 35-45 m, konsentrasi densitas ikan makin berkurang. Densitas tertinggi

di lapisan ini hanya sebesar 0,17 ikan/mł, atau rata-rata densitas ikan yang

ditemukan di bawah 0,1 ikan/mł. Hal ini sesuai dengan ukuran ikan yang terdeteksi,

yang umumnya merupakan ikan-ikan berukuran kecil. Dimana lebih condong

terkonsentrasi pada daerah permukaan dan dekat pantai.

E.           Pengaruh Faktor Salinitas Di Laut Pada Tingkah Laku Dan Kelimpahan Ikan.

1. Suhu air laut

Ikan adalah hewan berdarah dingin, yang suhu tubuhnya selalu

menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan

mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu tertentu yang

memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum dan pada

akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Pengaruh suhu terhadap ikan

adalah dalam proses vertikall, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan,

aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh

suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut

dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis

ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang

paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada

spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada

daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa

Page 11: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu

jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan (spawning

ground) dan fishing ground secara vertikal.

Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena

mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan

teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan

tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu lapisan

teratas ini sering pula disebut lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus dan

pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan

vertikal ini sampai ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari

lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat

yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan

permukaan adalah seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang

sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer

mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara pasif mengapungkan plankton, telur

ikan, dan larva, sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung

kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam.

Pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling), lapisan termoklin ini

bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga massa air

yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke lapisan atas.jangka pendek dari

kedalaman termoklin dipengaruhi oleh pergerakan permukaan, pasang surut, dan

arus. Di bawah lapisan termoklin suhu menurun secara perlahan-lahan dengan

bertambahnya kedalaman.

Kedalaman termoklin di dalam lautan Hindia mencapai 120 meter. Menuju ke

selatan di daerah arus equatorial selatan, kedalaman termoklin mencapai 140 meter.

2.    Pengaruh arus

Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang

dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus.

Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada

tubuh ikan. Mechanoreceptoradalah reseptor yang ada pada vertikal yang mampu

memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti gerakan,

tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju arus.

Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua

Page 12: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan

divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi

tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga

menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang

penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus eddies.

Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.

Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi

(melalui rantai makanan).

3.    Pengaruh cahaya

Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. Banyak ikan yang

tertarik pada cahaya buatan pada malam hari, satu fakta yang digunakan dalam

penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi terhadap waktu dalam sehari.

Secara umum, sebagian besar ikan pelagis naik ke permukaan sebelum matahari

terbenam. Setelah matahari terbenam, ikan-ikan ini menyebar pada kolom air, dan

tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah matahari terbit. Ikan demersal biasanya

menghabiskan waktu siang hari di dasar selanjutnya naik dan menyebar pada kolom

air pada malam hari.

Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu memijah dan pada larva. Jumlah

cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah cahaya

juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung, hal ini diduga

berkaitan dengan jumlah produksi organik yang sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan cahaya. Cahaya juga mempengaruhi tingkah laku larva. Penangkapan

beberapa larva ikan pelagis ditemukan lebih banyak pada malam hari dibandingkan

pada siang hari.

4.    Upwelling

Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan

permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas

tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Proses upwelling ini dapat terjadi

dalam tiga bentuk.

Page 13: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan

seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus

tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.

Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa

air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator

bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan

menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman di mana massa

air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi

ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya

divergensi pada perairan laut tersebut.

Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai

akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini

membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang

kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.

Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena

terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air

yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat

hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke permukaan. Selain itu proses air naik

tersebut disertai dengan produksi plankton yang tinggi.

Di perairan Selat Makasar bagian selatan diketahui terjadi upwelling. Proses

terjadinya upwelling tersebut disebabkan karena pertemuan arus dari Selat Makasar

dan Laut Flores bergabung kuat menjadi satu dan mengalir kuat ke barat menuju

Laut Jawa. Dengan kondisi demikian dimungkinkan massa air di permukaan di dekat

pantai Ujung Pandang secara cepat terseret oleh aliran tersebut dan untuk

menggantikannya massa air dari lapisan bawah naik ke atas. Proses air naik di Selat

Makasar bagian selatan ini terjadi sekitar Juni sampai September dan berkaitan erat

dengan sistem arus. Air laut di lapisan permukaan umumnya mempunyai suhu

tinggi, salinitas, dan kandungan zat hara yang rendah. Sebaliknya pada lapisan yang

lebih dalam air laut mempunyai suhu yang rendah, salinitas, dan kandungan zat

hara yang lebih tinggi.

Pada waktu terjadinya upwelling, akan terangkat massa air dari lapisan

bawah dengan suhu rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang tinggi.

Keadaan ini mengakibatkan air laut di lapisan permukaan memiliki suhu rendah,

salinitas, dan kandungan zat hara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan massa

Page 14: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

air laut sebelum terjadinya proses upwelling ataupun massa air sekitarnya. Sebaran

suhu, salinitas, dan zat hara secara vertical maupun horizontal sangat membantu

dalam menduga kemungkinan terjadinya upwelling di suatu perairan. Pola-pola

sebaran oseanografi tersebut digunakan untuk mengetahui jarak vertikal yang

ditempuh oleh massa air yang terangkat. Sebaran suhu permukaan laut merupakan

salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses

upwelling di suatu perairan.

Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan

tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kadar zat

hara tersebut merangsang perkembangan fitoplankton di permukaan. Karena

perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan

perairan, maka proses air naik selalu dihubungkan dengan meningkatnya

produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan meningkatnya

populasi ikan di perairan tersebut. Upwelling di perairan Indonesia dijumpai di Laut

Banda, Laut Arafura, selatan Jawa hingga selatan Sumbawa, Selat Makasar, Selat

Bali, dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut Halmahera, Barat Sumatra, serta di

Laut Flores dan Teluk Bone. Upwelling berskala besar terjadi di selatan Jawa,

sedangkan berskala kecil terjadi di Selat Bali dan Selat Makasar. Upwelling di

perairan Indonesia bersifat musiman terjadi pada Musim Timur (Mei-September), hal

ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara upwelling dan musim.

F.           Penentuan Nilai Salinitas

Ciri yang paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang adalah

rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut bermacam-

macam garam, yang paling utama adalah garam natrium korida (NaCl) yang sering

pula disebut garam dapur. Selain garam-garam korida, di dalam air laut terdapat

pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literatur

oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali pula disebut kadar garam atau

kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang

terlarutdalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (per mil, gram per

liter).

Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara kimia maupun fisika.

Secara  kimia untuk menentukan nilai salinitas dilakukan dengan cara menghitung

jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal ini dilakukan karena sangat susah untuk

Page 15: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

menentukan salinitas senyawa terlarut secara keseluruhan. Oleh sebab itu hanya

dilakukan peninjauan pada komponen terbesar yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida

ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu

kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini

mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.

Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-

bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi

oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-

bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida

ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan

pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03

+1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu.

Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam

satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga

salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik

perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan

untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO

memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara klorinitas

dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas

absolut dengan rumus: S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969) Namun demikian, dari

hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan definisi

sebelumnya.

Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan salinitas

dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun

1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale (Skala Salinitas

Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas. “Salinitas praktis dari

suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K) sampel air

laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu standar atmosfer terhadap larutan

kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl adalah 0,0324356 pada temperatur

dan tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini adalah: S = 0.0080 – 0.1692 K1/2 +

25.3853 K + 14.0941 K3/2 – 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2 Sebagai catatan: dari

penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka

satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35 dalam satuan

praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan “psu” dalam menuliskan

Page 16: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

harga salinitas, yang merupakan singkatan dari “practical salinity unit”. Karena

salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, jadi

penggunaan satuan “psu” sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak

diperlukan.

Kemudian untuk menghitung nilai salinitas secara fisik adalah ini untuk

menentukan salinitas melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih

menggunakan prinsip konduktivitas. Salah satu alat yang paling popular untuk

mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi ialah salinometer yang bekerjanya

didasarkan pada daya hantar listrik. Makin besar salinitas, makin besar pula daya

hantar listriknya. Selain itu telah pula dikembangkan pula alat STD (salinity-

temperature-depth recorder) yang apabila diturunkan ke dalam laut dapat dengan

otomatis membuat kurva salinitas dan suhu terhadap kedalaman di lokasi tersebut.

G.              Desalinisasi

Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi

kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat

digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa air

garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas

tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam

terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan domestik,

industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine

adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000 mg/l garam terlarut).

Distilasi merupakan metode desalinasi yang paling lama dan paling umum

digunakan. Distilasi adalah metode pemisahan dengan cara memanaskan air laut

untuk menghasilkan uap air, yang selanjutnya dikondensasi untuk menghasilkan air

bersih. Berbagai macam proses distilasi yang umum digunakan, seperti multistage

flash, multiple effect distillation, dan vapor compression umumnya menggunakan

prinsip mengurangi tekanan uap dari air agar pendidihan dapat terjadi pada

temperatur yang lebih rendah, tanpa menggunakan panas tambahan.

Metode lain desalinasi adalah dengan menggunakan membran. Terdapat dua

tipe membran yang dapat digunakan untuk proses desalinasi, yaitu reverse osmosis

(RO) dan electrodialysis (ED). Pada proses desalinasi menggunakan membran RO,

ialah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah

fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan

Page 17: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah

membran “semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran

sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari

membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang

seimbang tercapai di kedua sisi membrane. Reverse osmosis dapat diartikan proses

pemaksaan sebuah solvent dari daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah

membran ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan

melebihi tekanan osmotik.

Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi

melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan

“solvent” murni dari sisi satunya. air pada larutan garam dipisahkan dari garam

terlarutnya dengan mengalirkannya melalui membran water-permeable. Permeate

dapat mengalir melalui membran akibat adanya perbedaan tekanan yang diciptakan

antara umpan bertekanan dan produk, yang memiliki tekanan dekat dengan tekanan

atmosfer. Sisa umpan selanjutnya akan terus mengalir melalui sisi reaktor

bertekanan sebagai brine. Proses ini tidak melalui tahap pemanasan ataupun

perubahan fasa. Kebutuhan energi utama adalah untuk memberi tekanan pada air

umpan. Desalinasi air payau membutuhkan tekanan operasi berkisar antara 250

hingga 400 psi, sedangkan desalinasi air laut memiliki kisaran tekanan operasi

antara 800 hingga 1000 psi.

Dalam praktiknya, umpan dipompa ke dalam container tertutup, pada

membran, untuk meningkatkan tekanan. Saat produk berupa air bersih dapat

mengalir melalui membran, sisa umpan dan larutan brine menjadi semakin

terkonsentrasi. Untuk mengurangi konsentrasi garam terlarut pada larutan sisa,

sebagian larutan terkonsentrasi ini diambil dari container untuk mencegah

konsentrasi garam terus meningkat.

Sistem RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu:

1.            Pretreatment: Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan membran

dengan cara memisahkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan

menambahkan inhibitor untuk mengontrol scaling yang dapat disebabkan oleh

senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.

2.            Pressurization: Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui

proses pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan

salinitas air umpan.

Page 18: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

3.            Separation: Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut, sementara

membran akan memperbolehkan air produk terdesalinasi melewatinya. Efek

permeabilitas membran ini akan menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu aliran

produk air bersih, dan aliran brine terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang

sempurna pada proses pemisahan ini, sedikit garam dapat mengalir melewati

membran dan tersisa pada air produk. Membran RO memiliki berbagai jenis

konfigurasi, antara lain spiral wound dan hollow fine fiber membranes.

4.            Stabilization: Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya membutuhkan

penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat digunakan

sebagai air minum. Produk mengalir melalui kolom aerasi dimana pH akan

ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati 7.

Dua metode yang paling banyak digunakan adalah Reverse Osmosis

(47,2%)  ialah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah

sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air)

akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah

membran “semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran

sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari

membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang

seimbang tercapai di kedua sisi membrane. Reverse osmosis dapat diartikan proses

pemaksaan sebuah solvent dari daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah

membran ke sebuah daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan

melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah

mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan

membiarkan pendapatan “solvent” murni dari sisi satunya. Proses ini telah

digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-

an

Page 19: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah “Unsur-Unsur Dalam Air Laut dan Salinitas”

yaitu :

1.            Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

2.            Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas :

a.    Penguapan

b.    Curah hujan

c.    Banyak sedikitnya sungai yang bermuara dilaut

3.            Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi

air, penguapan, curah hujan, aliran sungai.

4.            Model Salinitas adalah suatu penggambaran atas kadar garam yang terdapat

pada air, baik kandungan atau perbedaannya sehingga untuk tiap daerah

dimungkinkan terdapat perbedaan ”model salinitas”nya.

5.            Pengaruh Faktor Salinitas Di Laut Pada Tingkah Laku Dan Kelimpahan Ikan:

a.    Suhu air laut

b.    Pengaruh arus

c.    Pengaruh cahaya

d.    upwelling

6.            Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara kimia maupun fisika.

Secara  kimia untuk menentukan nilai salinitas dilakukan dengan cara

menghitung jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal ini dilakukan karena

sangat susah untuk menentukan salinitas senyawa terlarut secara

keseluruhan.

7.            Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi

kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air

dapat digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan

berupa air garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan

konsentrat bersalinitas tinggi.

Page 20: SALINITAS AIR LAUT KLMPK 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gewater.com/what_we_do/water_scarcity/desalination.jsp

http://www.oas.org/dsd/publications/Unit/oea59e/ch20.htm#TopOfPage

Nontji, A. , 2007. LAUT NUSANTARA. Jakarta : Djambatan.

Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2007. BIOLOGI LAUT : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta : Djambatan.

www.oseanografi.blogspot.com/200/07/salinitas-air-laut.html

www.wikipedia.com