pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan...
TRANSCRIPT
3
PELATIHAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN PEMBUKUAN (AKUNTANSI)
PADA PENGERAJIN TENUN DI DESA TANGLAD KECAMATAN NUSA PENIDA
Oleh
I Wayan Bagia
Fridayana Yudiaatmaja
I Ketut Kirya
ABSTRAK
Kegiatan pelatihan dan pendampingan pada pengerajin tenun di desa Tanglad
dilakukan dengan tujuan untuk (1) mendeskripsikan pengetahuan awal, (2) meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan, dan (3) mendeskripsikan tanggapan peserta pelatihan terhadap
pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) yang telah
diikutinya. Pelatihan ini dilakukan selama dua hari dari tanggal 2-3 Agustus 2015 bertempat di
SDN No. 1 Tanglad yang diikuti oleh 50 orang pengerajin tenun yang tersebar di tujuh
dusun/banjar di desa Tanglad. Kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) ceramah dan
tanya jawab, (2) pelatihan dan pembimbingan, dan (3) evaluasi. Data yang dikumpulkan
dalam kegiatan ini adalah pengetahuan awal, pengetahuan dan ketrampilan setelah pelatihan
dan pendampingan, data praktik pelaksanaan akuntansi, dan data tanggapan peserta pelatihan
terhadap pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi).
Data pertama dan kedua dikumpulkan dengan tes tertulis, data ketiga dengan praktik
pelaksanaan pembukuan (akuntansi), dan data keempat dengan angket. Data dianalisis
secara deskriptif. Pelaksanaan kegiatan menunjukkan hasil sebagai berikut. Pertama,
pengetahuan awal peserta tentang penulisan artikel ilmiah termasuk dalam kategori rendah.
Kedua, pengetahuan dan ketrampilan peserta tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan
pelatihan dan pendampingan termasuk dalam kategori tinggi. Ketiga, kemampuan praktik
pelaksanaan pembukuan (akuntansi) selama pelatihan dan pendampingan termasuk kategori
tinggi. Keempat, tanggapan peserta pelatihan terhadap pelaksanaan dan proses pelatihan dan
pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) adalah positif. Secara
iiumum, pelatihan dianggap sudah relatif mampu mengoptimalkan peningkatakan
pengetahuan, ketrampilan, dan praktik manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
pada pengerajin tenun. Di samping itu, pengerajin tenun sebagai peserta pelatihan dan
pendampingan juga telah menunjukkan antusiasme yang relatif tinggi dalam mengikuti
pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi).
Kata kunci: pelatihan manajemen dan pelaksanaan akuntansi
ii ii
4
THE TRAINING OF MANAGEMENT AND IMPLEMENTATION OF
BOOKKEEPING (ACCOUNTING) AT WEAVING ARTISAN IN
TANGLAD VILLAGE NUSA PENIDA SUBDISTRIC
By
I Wayan Bagia
Fridayana Yudiaatmaja
I Ketut Kirya
The training and guiding activity at weaving artisan in Tanglad Village had been
done by the porpuse of (1) descripting the prior knowledge, (2) increasing the knowledge
and skills, and (3) descripting the response of the training and guiding participant on the
training of management and implementation of bookkeeping (accounting) at weaving
artisan in Tanglad Village. The training and guiding were conducted in two days, from
August 3 until 4 2015 which was located in SDN No. 1 Tanglad. The training activity
were attended by the 50 weavers artisan which have been spread at seven of
orchards/banjar in Tanglad Village. The activity was conducted by three stages, i.e. (1)
takactive and question and answer, (2) training and guiding of management and
implementation bookkeeping (accounting), and (3) evaluation. The data w e r e collected in
this activities are prior knowledge, knowledge and skills, and response of the training and
guiding participant on the training of management and implementation of bookkeeping
(accounting) at weaving artisan in Tanglad Village. The first and the second data were
collected the test, the third data was collected by pracitical performance, and
questionaire. Data were analysed by the descriptive technique. The results of the activity
were as followes. Firstly, prior knowledge o f t he weavers artisan in training of
management and implementation of bookkeeping (accounting) were still low. Secondly,
the knowledge and skills o f t he weavers artisan in training of management and
implementation of bookkeeping (accounting) were high. Thirdly, the response of the
training and guiding participant on the training of management and implementation of
bookkeeping (accounting) were positive. Generally, the training and guiding of management
and implementation of bookkeping (accounting) had been relative considered to ability in
optimizing the raising of the knowledge, skills, and pracitce a management and accounting
in weaver artisan in Tanglad Village. However, the weavers artisan were very enthusiastic in
the the training and guiding of management and implementation of bookkeeping
(accounting).
Keywords: training of management and implementation of accounting
iii ii
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat-Nya, laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
yang bertema “Pelatihan Manajemen dn Pelaksanaan Pembukuan (Akuuntansi) Pada
Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida” dapat diselesaikan tepat waktu.
Laporan pengabdian kepada masyarakat ini telah dikerjakan secara optimal namun
hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah mendapatkan uluran
tangan dari berbagai pihak, baik moral maupun finansial. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
kami menghaturkan terima kasih pada pihak-pihak berikut.
1. Bapak Rektor Universitas Pendidikan Ganesha atas izin dan dukungan yang telah
diberikan dalam pelaksanaan kegiatan ini.
2. Bapak Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan
Ganesha (UNDIKSHA) atas dukungan moral dan izin yang diberikan serta atas
koordinasinya dalam pemerolehan hibah dari dana DIPA Undiksha.
3. Staf LPM Undiksha atas dukungan moral dan bantuan administrasi yang diberikan
demi kelancaran terlaksananya kegiatan ini.
4. Rekan-rekan panitia pelaksana dan tim monitoring kegiatan ini atas partisipasinya.
5. Kepala Desa Tanglad, Kepala Dusan dan pengerajin tenun di Dusun/Banjar Tanglad,
Julingan, Watas, Anta, Soyor, Penyancangan, dan Caruban yang terlibat dalam
kegiatan ini atas antusiasme dan partisipasinya yang baik.
Akhirnya, atas kerja sama yang baik, semoga Tuhan senantiasa memberkati kita
semua dan diberikan kesejahteraan lahir dan batin. Semoga laporan pengabdian pada
masyarakat ini dapat memberikan manfaat yang optimal dalam meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan para pengerajin tenun dalam bidang manajemen dan pelaksanaan
pembukuan/akuntansi sehingga dapat mendukung kelancaran binis kerjinan tenun yang
ditekuni untuk bisa bersaing baik ditataran lokal, regional , nasional maupun global.
Singaraja, 30 September 2015
Penulis,
iv ii
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
ABSTRACT..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Analisis Situasi.................................................................................. 2
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah................................................. 3
1.3 Tujuan Kegiatan................................................................................ 4
1.4 Manfaat Kegiatan.............................................................................. 4
1.5 Target Luaran.................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.1 Pengertian dan Cara Kerja SPSS....................................................... 6
2.2 Window yang Tersedia Dalam SPSS............................................... 7
2.3 Cara Membuka Program SPSS.......................................................... 8
2.4 Cara Membuat Variabel dan Mangisi Data dalam SPSS 8
2.5 Langkah-Langkah Pemasukan Data ke SPSS................................... 9
2.6 Cara Mendefinisikan Variabel.......................................................... 10
2.7 Cara Menyimpan Data dalam SPSS.................................................. 10
BAB III METODE KEGIATAN...................................................................... 11
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah.......................................................... 11
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah.......................................................... 11
3.3 Khalayak Sasaran.............................................................................. 12
3.4 Metode Kegiatan............................................................................... 12
3.4.1 Keterkaitan Kegiatan........................................................... 12
3.4.2 Tahapan Kegiatan................................................................. 13
3.4.3 Rancangan Evaluasi.............................................................. 13
3.4.4 Teknik Analisis Data............................................................. 13
BAB IV HASIL KEGITAN DAN PEMBAHASAN....................................... 15
4.1 Deskripsi Kegiatan............................................................................ 15
4.2 Hasil Kegiatan................................................................................... 17
4.3 Pembahasan....................................................................................... 21
BAB V PENUTUP........................................................................................... 23
v ii
7
5.1 Simpulan............................................................................................ 23
5.2 Saran.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
LAMPIRAN..................................................................................................... 26
8
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Halaman
3.1 Kriteria Penggolongan Nilai Peserta.................................................. 14
4.1 Nilai Pre-test, Post-test, dan Ketrampilan Peserta Pelatihan Analisis
dan Pengolahan Data Statistik dengan Program SPSS.......................
18
4.2 Sebaran Jawaban Peserta Dalam Angket Tentang Tanggapannya
Terhadap Pelatihan Pengolahan dan Analisis Data Statistik Dengan
Program SPSS....................................................................................
20
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar
Judul Halaman
3.1 Kerangka Pelaksanaan Pelatihan Aplikasi Komputer SPSS.............. 11
10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Judul Halaman
1 Makalah Statistical Package for Social Science (SPSS) dan
Aplikasinya Menganalisis dan Mengolah Data Statistik.................
27
2 Angket Untuk Peserta Pelatihan Pengolahan Data Statistik............ 36
3 Soal Pra-test dan Pasca-test............................................................. 37
4 Daftar Absen Peserta Pelatihan........................................................ 40
5 Foto Dokumentasi Kegiatan............................................................ 42
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Tanglad merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Nusa Penida yang
terdiri dari tujuh banjar, yaitu Banjar (1) Tanglad, (2) Watas, (3) Julingan, (4) Anta, (5) Soyor,
(6) Nyancangan, dan (7) Caruban. Jumlah peduduk Desa Tanglad kurang lebih mencapai 1.040
jiwa orang dengan mata pencaharian: 60% sebagai petani, 5% sebagai PNS, 10% sebagai buruh
tukang, 8% sebagai pedagang, 5% sebagai pengerajin tenun, dan sisanya 12% bekerja di sektor
jasa lainnya. Mata pencaharian sebagai pengerajin tenun kain “ endek” ini sudah cukup lama
ditekuni oleh masyarakat di Desa Tanglad dan kerajinan ini diwariskan secara turun temurun
dalam keluarga. Salah satu produk kerajinan tenun kain endek masyarakat Desa Tanglad yang
unik dan terkenal coraknya adalah rangrang. Rangrang adalah suatu corak desain produk
kerajinan tenun Desa Tanglad berbentuk segi tiga yang dibuat dari bahan baku benang sutera
dengan warna alami dari tumbuh-tumbuhan dan peralatan tenunnya masih menggunakan alat
yang tradisional. Harga kain endek rangrang yang menggunakan warna alami dari tumbuh-
tumbuhan per lembar harganya mencapai Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,- sedangkan untuk
kain endek yang diproduksi dengan warna buatan (tidak alami) harganya mencapai Rp
250.000,- sampai Rp 300.000,- Harga kain endek rangrang yang relatif tinggi disebabkan
karena pembuatannya masih tradisional, harga benang sutera yang mahal, sulitnya untuk
mencari bahan pewarnaan yang alami, serta belum memiliki pengetahuan tetang pengeloaan
tenun kerajinan kain endek rangrang yang profesional, padahal produk tenun kerjinan endek
rangrang cukup diminati oleh konsumen baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
Hal ini memberikan indikasi bahwa produk kerajinan kain endek rangrang Desa Tanglad
memiliki pangsa pasar yang cukup potensial.
Hasil pengamatan sementara terhadap 5 orang pengerajin tenun rangrang di Desa
Tanglad menunjukkan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pengerajin tenun, antara lain: (1)
lemahnya kemampuan para pengerajin untuk memberdayakan dan menggunakan (mengelola)
sumber daya manusia dan fisik yang dimilikinya; (2) para pengerajin belum bisa melakukan
pencatatan administrasi keuangan dalam bentuk akuntansi (pembukuan) yang sistematis dan
12
logis sehingga belum ada ketegasan yang memisahkan aset pribadi/pemilik dengan aset sebagai
pengrajin; (3) keterbatasan kemampuan untuk mengakses modal dalam rangka untuk
meningkatkan kapasitas usaha; (4) terjadi persaingan harga yang tidak sehat di antara para
pengerajin tenun; (5) lemahnya kemampuan untuk membuat desain produk tenun kain rangrang
yang inovatif dan memenuhi selara konsumen yang cepat berubah; (6) belum mampu
membangun jaringan saluran distribusi pemasaran di tingkat nasional dan pemasaran
internasional melalui e-marketing sehingga yang diuntungkan adalah eksportir bukan
pengerajin; (7) kualitas SDM yang masih relatif rendah; dan (8) belum menguasai dan tidak
memiliki teknologi produksi yang memadai sehingga tidak dapat memenuhi pesanan dalam
jumalah besar dengan waktu yang pendek.
Bertitik tolak dari analisis situasional tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk
melakukan kegiatan P2M yang dituangkan dalam judul kegiatan “Pelatihan Manajemen dan
Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi) Pada Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa
Penida”
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi dan fakta yang terungkap dari observasi dan survei pada
Pengerajin Tenun Di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut.
(1) Para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida belum pernah
mendapatkan pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pebukuan (akuntansi). Dampak
dari hal ini adalah para pengrjin tenun belum bisa memberdayakan dan menggunakan
(mengelola) sumber daya manusia dan fisik yang dimilikinya serta belum mimisahkan
antara aset pribadi pemilik dengan aset sebagai pengerajin tenun.
(2) Para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida sebagian besar mengalami
permasalahan (a) terjadi persaingan harga kain tenun yang tidak sehat di antara para
pengerajin tenun; (b) lemahnya kemampuan untuk membuat desain produk tenun kain
rangrang yang inovatif dan memenuhi selara konsumen yang cepat berubah; (c) belum
mampu membangun jaringan saluran distribusi pemasaran di tingkat nasional dan
pemasarn internasional melalui e-marketing sehingga yang diuntungkan adalah eksportir;
(d) kualitas SDM yang masih relatif rendah; dan (e) belum menguasai dan tidak memiliki
13
teknologi produksi yang memadai sehingga tidak memenuhi pesanan dalam jumlah besar
dengan waktu yang pendek.
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas, maka berikut ini diajukan
rumusan masalah yang diupayakan pemecahannya dalam pelaksanaan program pengabdian
melalui pelatihan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Bagaimana pengetahuan pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida
terhadap manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)?
(2) Apakah pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dapat meningkatkan
pengetahuan manajemen dan akuntansi pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa
Penida?
(3) Bagaimana respon pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida terhadap
pelaksanaan pelatihan manajemen dan akuntansi?
1.3 Tujuan Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah pengerajin tenun di
Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida yang jumlahnya mencapai 50 orang pengerajin. Tujuan
dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan manajemen
dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) para pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan
Nusa Pnida dalam menglola kerajinan tenunnya.
1.3 Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan manajemn dan pelaksanaan
pembukuan (akuntansi) pada pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
(1) Bagi pengerajin tenun, hal ini akan memberikan bekal dan landasan pengetahuan serta
keterampilan yang kuat kepada pengerajin tenun dalam mengelola kerajinan tenunnya
sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan para pengerajin.
(2) Bagi dosen sebagai pelaksana kegiatan akan memberikan manfaat terutama untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan melaksanakan dharma perguruan tinggi,
yaitu pengabdian kepada masyarakat dan laporan pelaksanaan kegiatan ini dapat dipakai
sebagai bahan untuk kenaikan pangkat maupun jabatan dosen ke jenjang yang lebih tinggi.
14
1.5 Target Luaran
Adapun yang menjadi target luaran dari kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
(1) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan pengerajin tenun pada bidang manajemen dan
akuntansi dalam mengelola kerajinan tenunnya.
(2) Artikel ilmiah yang siap dipublikasikan pada jurnal nasional.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen
Banyak para ahli manajemen yang memberikan pengertian manajemen dengan
ungkapan bahsa yang berbeda-beda, namun makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut
pada hakekatnya adalah sama, yaitu bahwa manajemen adalah proses pemberdayaan dan
prnggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada dalam organisasi agar organisasi bisa
ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen. Jadi manajemen itu proses memberdayakan dan menggunakan sumber daya
manusi dan sumber daya fisik. Kalau sumbser daya manusia dan fisik hanya diberdayakan
tetapi tidak digunakan maka ini bukan manajemen. Pencapaian tujuan organisasi dengan
ekonomis, efektif, dan efisien. Ekonomis, yaitu kemampuan organisasi untuk mendapatkan
sumber daya yang paling hemat dalam menjalankan aktivitasnya. Efisiensi adalah optimalisasi
penggunaan sumber daya dalam operasi organisasi, dan efektivitas adalah tingkat keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan (Bayangkara, 2008). Hal ini didukung oleh pendapat pakar
manajemen seperti Schermerhorn (1999), Stoner (1999), dan Jackson dan Musselman (2001)
yang menungkapkan bahwa manajemen adalah proses perencnaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi agar organisasi bisa
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen
Banyak pakar manajemen yang mengelompokkan fungsi amnajemen dengan fungsi
yang yang berbeda-berbeda sesuai dengan daya pandang mereka, namun sesungguhnya ada tiga
fungsi yang harus ada dalam fungsi manajemen, yaitu fungsi (1) perencanaan (planning), (2)
pengorganisasian (organizing), dan (3) pengendlian (cotrolling). Fungsi-fungsi yang lain
seperti fungsi actuating (menggerakkan), directing (mengarahkan), leading (memimpin), dan
staffing (kepegawaian). Fungsi actuating (menggerakkan), directing (mengarahkan), leading
(memimpin), dan staffing (kepegawaian) sebenarnya sudah masuk dalam fungsi organizing.
Perencanaan (planning) adalah sustu proses untuk menentukan tujuan serta sasaran yang
ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah yang strategis guna mencapai tujuan tersbut.
16
Melalui fungsi perencnaan ini pengelola organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan
dan bagaimana cara melakukannya. Dalam proses perencanaan akan diidentifiksi sasaran
organisasi, strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran, dan penyusunan serangkaian rencana
yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan dalam organisasi.
Pengorganisasian adalah proses membangun hubungan tingkah laku yang efektif antara
orang-orang sehingga mereka dapat bekerja sama dengan efisien dalam melaksanakan tugas
dalam kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini dilakukan penyatuan
dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota-anggota organisasi agar tujuan organisasi bisa
dicapai secara efisien. Dalam pengorganisasian ini dilakukan pengelompokan aktivitas yang
diperlukan untuk merealisasikan rencana-rencana ke dalam administratif dan para pekerja ke
dalam unit kerja, penyatuan individu dan sumber daya perusahaan agar bekerja sama mencapai
tujuan, dan menciptakan/mendesain struktur organisasi.
Pengendalian adalah upaya sistematik untuk menetapkan standar kinerja, proses yang
berupaya untuk memperoleh keyakinan bahwa kegiatan sesuai dengan perencanaan, dan
koreksi terhadap penyimpangan. Jadi proses pengendalian mencakup tiga hal, yaitu (1)
mengukur kinerja yang ditetapkan sebelumnya, (2) membandingkan kinerja aktual dengan yang
direncanakan, dan (3) mengambil tindakan perbaikan. Pengendalian perlu dilakukan karena
pengendalian dapat menciptakan kualitas yang lebih baik, beradaptasi dengan perubahan,
menciptakan keunggulan dan menambah nilai, serta mempermudah delegasi dan kerja tim.
2.3 Pelaksanaan Akuntansi (Pembukuan)
Dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan) bagi perusahaan di Indonesia
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab II Pasal 6 ayat 1 menyatakan
bahwa setiap orang yqng menyelenggarakan suatu perusahaan diwajibkan memebuat catatan-
catatan dengan cara demikian, sehingga sewaktu-waktu dari catatan tersebut diketahui segala
hak dan kewajibannya. KUHD inilah yang mewajibkan setiap organisasi untuk melaksanakan
akuntansi (pembukuan) agar setiap organisasi dengan mudah mengethui apa yang menjadi hak
dn kewajibannya.
2.4 Pengertian Akuntansi (Pembukuan) dan Komponenya
Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
panganalisaan data keuangan suatu organisasi. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa
17
kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut berbagai kegiatan. Pada
dasarnya akuntansi harus: (1) mengidentifikasi data yang berkaitan atau relevan dengan
keputusan yang diambil, (2) memproses atau menganalisis data yang relevan, dan (3)
mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi (pembukuan) memiliki beberapa kegunaan bagi penggunanya, yaitu untuk (1)
mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan, (2) menentukan/mengkur efisiensi
tiap-tiap bagian, proses atau produksi untuk menntukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan, (3) menilai dan mengukur kinerja tiap-tiap orang yang
diserahi wewenang dan tanggung jawab, dan (4) menentukan perlu atau tidaknya digunakan
kebijakan/prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Hasil akhir dari proses
akuntansi adalah laporan. Berkaitan dengan sistem informasi, laporan keuangan merupakan
salah satu alat yang dapat digunakan oleh pihak intern dan ekstern dalam menetapkan
keputusan bisnis yang terbaik bagi perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari 4 komponen,
yaitu (1) neraca (balance sheet), (2) laporan laba-rugi (income statement), (3) laporan
perubahan ekuitas pemilik (capital statement), dan (4) laporan arus kas (cash flow report).
18
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah yang diajukan dan sekaligus untuk mencapai tujuan
kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) di Desa Tanglad
Kecamatan Nusa Penida ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Kerangka Pelaksanaan Pelatihan Manajemen dan Akuntansi Pada Pengerajin
Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida
Sebagai langkah awal dalam realisasi pemecahan masalah ini adalah melakukan
observasi dan orientasi lapangan dengan mengadakan pertemuan bersama anatara pengerajin
tenun melalui koordinasi dengan bapak kepala dan kepala dusun di Desa Tanglad, dan
pelaksana P2M untuk melakukan kesepakatan bersama tentang waktu, tempat, dan tata cara
pelaksanaan kegiatan. Tata cara kegiatan adalah terkait dengan cara peserta, lama kegiatan
setiap hari, dan materi kegiatan. Peserta pelatihan ditetapkan berdasarkan minat para
pengerajin. Lama kegiatan 10 jam setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai dengan 18.00. Materi
kegiatan ditetapkan sesuai dengan rencana pelatihan dan pendampingan.
Subjek sasaran kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
adalah pengerajin tenun di Desa Tanglad yang jumlahnya mencapai 50 orang. Kegiatan
pelatihan manajemen dan akuntansi ini merupakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang
melibatkan tenaga dosen yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam manajemen dan
akuntansi. Kegiatan pelatihan ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahapan persiapan
pengembangan pengetahuan dan teknik operasional tentang manajemen dan akuntansi, (2)
tahapan pelatihan manajemen dan akuntansi, dan (3) tahapan evaluasi. Pada kegiatan pelatihan,
masing-masing tahapan akan dilaksanakan kegiatannya sebagai berikut.
Observasi dan
Orientasi Lapangan Identifikasi
Masalah Pemecahan Secara
Teoritik Kajian Manajemen dan
Akuntansi
Persiapan Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan Evaluasi Kegiatan
Pelatihan
19
Tahapan pertama dilakukan dengan metode diskusi dan tanya jawab dengan fasilitator
atau istruktur adalah dosen yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam manajemen dan
akuntansi sebagai pemrasaran, sedangkan pengerajin tenun berperan sebagai peserta. Antara
pemrasaran dan peserta berkolaborasi menjalankan peran sebagai kelompok belajar sehingga
secara psikologis tidak ada jurang pemisah diantara keduanya. Kegiatan ini dilaksanakan di
SDN No. 1 Desa Tanglad.
Tahap kedua, dilakukan dengan metode pelatihan dalam proses pelaksanaan pelatihan
manajemen dan akuntansi. Pengerajin mengikuti pelatihan sesuai dengan materi pelatihan yang
telah disusun dan bimbingan dilakukan secara intensif baik secara individu maupun kelompok.
Materi bimbingan mencakup kendala-kendala yang dihadapi pengerajin dalam pelatihan
manajemen dan akuntansi.
Tahap ketiga, dilakukan dengan metode pengujian secara tertulis dan penilaian kinerja.
Pengujian tertulis bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan pengerajin tenun dalam
menguasai manajemen dan akuntansi. Penilaian kinerja difokuskan untuk menilai kemampuan
praktik pembukuan (akuntansi) dalam melaksanakan pelatihan manajemen dan akuntansi di
Desa Tanglad.
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk
pelatihan manajemen dan akuntansi ini, adalah (1) data pengetahuan awal tentang konsep
manajemen dan akuntansi bagi pengerajin tenun sebagai peserta pelatihan, (2) data kemampuan
praktik atau penilaian kinerja pembukuan atau akuntansi pengerajin tenun, dan (3) data tentang
respon para pengerajin tenun terhadap proses pelatihan manajemen dan akuntansi yang
diikutinya. Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Pengerajin tenun di Desa Tanglad sebagai mitra dalam kegiatan P2M dari hasil
observasi dan wawancara sangat antusias dan akan memiliki tingkat partispasi yang tinggi
karena kegiatan P2M ini memiliki manfaat yang baik bagi pengerajin tenun dalam mengelola
kerajinan tenunnya dan untuk mendukung pengembangan kerajinan tenunnya baik sekarang
maupun di masa yang akan datang.
20
3.2 Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah 50 orang pengerajin tenun
rangrang di Desa Tanglad kecamatan Nusa Penida yang sudah menjalankan usaha kerajinannya
lebih dari setahun.
3.3 Metode Kegiatan
Metode yang digunakan untuk kegiatan ini Adalah metode pelatihan dan pendampingan
karena kegiatan ini adalah melatih dan mendampingi pengerajin tenun di Desa Tanglad
Kecamatan Nusa Penida dalam hal meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam
manajemen kerajinan tenun dan melakukan pencatatan dengan sistem dan prosedur akuntansi
yang benar sehingga menghasilkan informasi keuangan yang akurat serta akuntabel yang
menbantu para prngerajin dalam mengambil keputusan bisnis.
.
3.4 Rancangan Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pelatihan manajemen dan akuntansi ini
dibedakan atas dua jenis, yaitu evaluasi sebelum pelatihan dan evaluasi setelah pelatihan.
Evaluasi sebelum pelatihan bertujuan untuk mengungkapkan pengetahuan awal para pengerajin
tenun tentang pelatihan manajemen dan akuntansi. Evaluasi setelah pelatihan dilakukan dengan
dua model, yaitu pengujian tertulis dan penilaian kinerja.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk
pelatihan dan pendampingan manajemen kerajinan tenun dan pelaksanaan pembukuan
(akuntansi), adalah (1) data pengetahuan awal tentang manajemen dan akuntansi para
pengerajin tenun, (2) data kemampuan praktik atau penilaian kinerja manajemen dan
akuntansi para pengerajin tenun, dan (3) data tentang respon para pengera j in
terhadap p roses pelatihan dan pendampingan m a n a j e m e n d a n a k u n t a n s i yang
diikutinya. Semua data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
21
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kegiatan
Kegiatan pelatihan dan pendampingan manajemen dan pelaksanaan pembukuan
(akuntansi) pada pengerajin tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dilaksanakan
dua hari pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2015 dari pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul
18.00 yang diikuti oleh 50 orang pengerajin tenun. Kegiatan dilakukan di SDN No. 1
Tanglad.
Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan manajemen dan pelksanaan pembukuan
(akuntansi) dimulai pukul 08.00 WITA diawali dengan pembukaan yang diteruskan
dengan kegiatan ceramah mengenai manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi).
Sebelum melaksanakan ceramah diawali oleh kegiatan pemberian tes awal kepada peserta
pelatihan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan para peserta mengenai manajemen
dan akuntansi. Materi tes menyangkut pengetahuan manajemen dan pelaksanaan pembukuan
(akuntansi). Pelatihan dengan makalah dan pendampingan dilaksanakan selama tiga jam.
Peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan ditanggapi oleh pemateri.
Pertanyaan yang mucul dari peserta adalah (1) Manajemen seperti apa yang bisa kami
terapkan sebagai pengerajin tenun agar usaha kami hidup terus dan memberikan
kesejahteraan? (2) Uapaya apa yang bisa kami lakukan untuk mendapatkan pasokan bahan
baku tenun murah dan kualitas produk kain tenun yang berkualitas tinggi sehingga mampu
bersaing di pasar? (3) Bagaimana cara untuk mengtasi kesulitan permodalan pengerajin
tenun dan penjualan produk kain tenun yang tidak sehat di antara kami sebagai pengerajin?
(4) Bagaimana cara untuk membangun jaringan pemasaran agar produk kain tenun rangrang
bisa memasuki pasar regional, nasional, dan internasional? (5) Model pembukuan atau
akuntansi seperti apa yang paling cocok untuk pengerajin tenun sehingga informasi keungan
dan pengambilan keputusan cepat, mudah, dan bagi kami sebagai pengerajin tenun? Semua
pertanyaan tersebut dapat ditanggapi oleh pembicara dan peserta merasa puas dengan
penjelasan yang telah diberikan. Setelah pertanyaan selesai ditanggapi, dilanjutkan
dengan makan siang. Peserta menikmati santap siang yang telah disediakan oleh
pelaksana pelatihan. Setelah selesai makan siang, dilanjutkan dengan latihan pelaksanaan
22
pembukuan (akuntansi) yang sudah diaplikasikan pada kerajinan tenun. Besoknya para
peserta didampingi dalam menyusun pelaksanaan pembukuan dari menysun
persamaan dasar akuntansi sampai membuat laporan neraca, l aba/rugi ,
perubahan modal , dan perubahan arus kas oleh pemateri. Pukul 14.00 WITA,
kegiatan pendampingan usai dan diakhiri dengan penutupan hari kedua.
4.2 Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan yang dilaporkan mencakup tiga hal pokok, yaitu hasil tes awal, tes akhir,
praktik pelaksanaan pembukuan, dan tanggapan peserta terhadap pelatihan yang telah
dilaksanakan.
Hasil tes awal, tes akhir, dan kinerja (praktik) pelatihan manajmen dan pelaksanaan
pembukuan (akuntansi) seperti yang nampak pada Tabel 4.1 dan tanggapan (persepsi)
peserta terhadap pelatihan seperti yang nampak pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Kinerja (Praktik) Pserta Pelatihan Pengerajin
Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida (n = 50)
N0 Aspek Penilaian Skor
Minimal Maksimal Rata-Rata Kategori
1 Tes Awal 30 60 50,00 Rendah
2 Tes Akhir 50 90 67,30 Sedang
3 Tes Praktik (Kinerja) 60 90 69,00 Sedang
Sumber: Lampiran 1
Tabel 4.2 Tanggapan Peserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan di
Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida (n = 50)
N0 Tangggapan Pserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan
Pelaksanaan Pembukuan pada Pengerajin Tenun
Frekuensi (%)
1 Sangat Setuju 58,00
2 Setuju 28,00
3 Kurang Setuju 14,00
4 Tidak Setuju 0,00
Total 100,00
Sumber: Lampiran 2
23
Hasil pelaksanaan kegiatan P2M pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan
awal peserta pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) berada
pada kategori rendah dengan skor rata-rata baru mencapai 50 yang berada di antara rentang
skor tertinggi 60 dan terendah pada skor 30.
24
Hasil tes akhir tentang pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada
pengerajin tenun di Desa Tanglad pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa setelah mengikuti
pelatihan pengetahuan peserta tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata mencapai 67,30 yang berada pada rentang
skor tertinggi 90 dan skor terendah 50. Diukur dari tes awal, nampak terjadi peningkatan
pengetahuan sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada tes
akhir).
Hasil pelaksanaan kegiatan P2M pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tes kinerja
(praktik) peserta pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
berada pada sedang dengan skor rata-rata mencapai 69 yang berada di antara rentang skor
tertinggi 90 dan terendah pada skor 60.
Hasil pelaksanaan P2M pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebanyak 86,00% peserta
pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) di Desa Tanglad Kecamatan
Nusa Penida memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan dan proses pelatihan ini
dalam upaya untuk mendukung kemampuan pengerajin tenun dalam meningkatkan
produktivitas usahanya sebagai pengerajin.
4.3 Pembahasan
Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dipandang sangat
strategis dalam memfasilitasi pengerajin tenun untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengelola usahanya melalui pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
yang selama ini belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan melalui kegiatan pengabdian
pada masyarakat baik yang dilakukan atas kerjasama terkait dengan Undiksha ataupun
lembaga atau universitas lainnya. Pelaksanaan pelatihan manajemen dan pelaksanaan
pembukuan (akuntansi) mendapat perhatian dan antusiasme dari pihak pengerajin tenun
sebagai peserta pelatihan. Namun karena keterbatasan dana yang dimiliki, kegiatan
pelatihan ini tidak bisa merekrut peserta yang terlalu banyak pada desa lain yang ada di
Kecamatan Nusa Penida.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata awal yang diketahui dari hasil pre-tes
dan pertanyaan yang dilontarkan peserta yang mencerminkan pengetahuan awalnya tentang
manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) termasuk dalam kategori rendah. Fakta
25
ini mengidentifikasikan, bahwa kegiatan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan
bagi pengerajin tenun dalam rangka untuk mengelola usahanya sangat perlu dilakukan.
Setelah dilakukan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan, peserta
menunjukkan skor rata-rata 67,30. Diukur dari peningkatan skor, pengetahuan peserta tentang
manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) telah mengalami peningkatan kuatitas
sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada tes akhir) dengan
kualifikasi dari kategori rendah sebelum pelatihan menjadi kategori sedang setelah pelatihan.
Masih rendahnya pengetahuan peserta tentang manajemen dan pel aksanaan
pembukuan , walaupun telah diadakan pelatihan, lebih disebabkan oleh relatif rendahnya
pengetahuan awal peserta tentang konsep-konsep manajemen dan pembukuan (akuntansi).
Artinya pengerajin tenun awalnya memang sangat asing dengan manajemen dan
pelaksanaan pembukuan (akuntansi). Hal ini memang merupakan sebuah kelemahan bagi
para pengerajin tenun dan merupakan tantangan bagi pelaksana kegiatan dalam pencapaian
kriteria keberhasilan pelatihan. Namun, dari segi peluang untuk pelatihan berikutnya, bahwa
peserta menunjukkan antusiasme tinggi dalam pelatihan ini, terbukti dari banyaknya
pertanyaan-pertanyaan yang esensial tentang manajemen dan akuntansi yang dilontarkan
oleh pengerajin sebagai peserta pelatihan ketika ceramah di ruangan. Ketika pembimbingan
manajemen dan akuntansi, peserta juga menunjukkan usaha-usaha yang sangat serius,
namun karena pendeknya waktu pelatihan dan banyaknya peserta, membuat pembimbingan
manajemen dan pelaksanaan pembukuan tidak terjadi secara optimal.
Implikasi dari temuan-temuan dan pembahasan kegiatan pelatihan manajemen dan
akuntansi ini, bahwa pelatihan tidak cukup dilakukan hanya sekali pelaksanaan, namun
memerlukan proses yang berulang. Semakin sering pelatihan dilakukan pada subjek yang
sama, semakin besar peluang keberhasilannya. Lebih-lebih jika pelatihan manajemen dan
pelaksanaan pembukuan (akuntansi) dilanjutkan dengan proses pendampingan secara intensif
dalam pelaksanaan pembelajaran secara atual di lapangan. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan, karena pelaksanaan pelatihan manajemen dan akuntansi (pembukuan)
merupakan salah satu cara yang efektif untuk memfasilitasi para pengerajin tenun dalam
meningkatkan kemampuan untuk mengelola usaha kerajinannya dalam rangka untuk
meningkatkan daya saing produknya baik di pasar lokal, regional, nasional maupun global.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disajikan beberapa simpulan sebagai berikut.
(1) Pengetahuan awal peserta pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan
(akuntansi) baru mencapai skor rata-rata sebesar 50,00 yang termasuk dalam kategori
rendah.
(2) Pengetahuan peserta setelah pelatihan sudah mencapai skor rata-rata sebesar 67,30 yang
sudah termasuk dalam kategori sedang. Diukur dari tes awal, nampak terjadi peningkatan
pengetahuan sebesar 34,60% (dari skor rata-rata tes awal sebesar 50 menjadi 67,30 pada
tes akhir).
(3) Knerja (praktik) peserta pelatihan tentang manajemen dan pelaksanaan pembukuan
(akuntansi) berada pada sedang dengan skor rata-rata mencapai 69 yang berada di antara
rentang skor tertinggi 90 dan terendah pada skor 60.
(4 Sebanyak 86,00% peserta pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi)
di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida memberikan tanggapan positif terhadap
pelaksanaan dan proses pelatihan ini dalam upaya untuk mendukung kemampuan
pengerajin tenun dalam meningkatkan produktivitas usahanya sebagai pengerajin.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan hasil kegitan dan simpulan di atas maka dapat dijukan
beberapa saran sebagai berikut.
(1) Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan (akuntansi) tidak cukup sekali
pelaksanaan, tetapi memerlukan proses dan pembimbingan yang lebih intensif.
Semakin sering kegiatan dilakukan pada subjek yang sama tingkat keberhasilannya
akan lebih besar. Oleh sebab itu, disarankan kepada pihak terkait terutama pelaksana
P2M berikutnya untuk melakukan koordinasi dan kerjasama yang terprogram dengan
unit-unit yang ada, terutama Undiksha melalui Lembaga Penelitian dan Lembaga
27
Pengabdian pada Masyarakat dalam rangka memfasilitasi para pengerajin tenun agar
dapat meningkatkan kemampuan mengelola usahanya khususnya dalam aspek
manajemen dan akuntansinya.
(2) Untuk menambah kemampuan manajemen dan akuntansi pengerajin tenun di
Desa Tanglad, maka pelatihan yang serupa dengan ini seyogyanya dilanjutkan
dengan proses pendampingan secara intensif dan kontinu. Untuk itu, disarankan kepada
pihak terkait dosen FEB dan unit-unit yang terkait seperti Lembaga P2M untuk
menyelenggarakan pelatihan secara lengkap dengan pendampingan yang kontinu. Jangan
hanya sekali, karena jika sekali tanpa adanya pendampingan yang kontinu dapat
dipastikan para pengerajin cukup mendengar ceramah mengenai apa yang disampaikan di
ruangan pelatihan tetapi pelaksanaan dalam praktiknya hanya menjadi impian belaka.
28
DAFTAR RUJUKAN Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan Pelajar.
Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc.
Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company.
Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Ekonomi. Universitas Pendidikan Ganesha.
29
LAMPIRAN 1
Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan Praktik Peserta Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi)
Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida
No. Nama Pengerajin Banjar
Skor
Tes Awal Tes Akhir
tes Praktik
1 Nyoman Tirtawati Tanglad 60 85 90
2 Nyoman Rentis Tanglad 50 70 80
3 Ketut Kerti Tanglad 60 80 80
4 Wayan Resin Tanglad 40 70 80
5 Nyoman Dani Tanglad 50 60 70
6 Made Embung Tanglad 40 60 70
7 Made Cinta Tanglad 50 70 80
8 Wayan Ekawati Tanglad 50 60 70
9 Ketut Sukerti Tanglad 50 70 70
10 Wayan Siram Tanglad 40 60 80
11 Made Setari Tanglad 60 70 80
12 Made Jarni Julingan 60 80 80
13 Made Dayuh Julingan 50 80 80
14 Wayan Tantri Julingan 50 60 70
15 Men Jagra Julingan 30 60 70
16 Men Tangkas Julingan 40 70 70
17 Men Jaten Julingan 40 60 60
18 Wayan Suari Julingan 50 60 60
19 Luh Sarining Julingan 30 70 70
20 Luh Sari Watas 40 70 70
21 Nyoman Sukreni Watas 30 60 70
22 Men Distrik Watas 40 60 60
23 Wayan Antari Watas 50 70 70
24 Putu Sriani Watas 30 70 70
25 Men Pering Watas 30 60 60
26 Tetut Kartini Watas 30 50 60
27 Wayan Karti Watas 40 60 70
28 Made Yuliani Watas 30 70 60
29 Men Galih Anta 40 70 70
30 Men Pundem Anta 30 60 70
31 Made Purnami Anta 50 70 80
32 Luh Ginten Anta 60 80 80
33 Gede Suarni Anta 50 70 70
34 Nyoman Sukerni Anta 50 80 80
35 Ketut Nadi Anta 40 60 70
36 Nyoman Dewi Anta 50 70 70
37 Gede Ariani Soyor 60 90 90
30
38 Nyoman Sarining Soyor 40 70 80
39 Luh Pande Madri Soyor 50 80 70
40 Nengah Santi Soyor 60 90 90
41 Nyoman Tini Nyancangan 50 70 80
42 Kadek Sudi Nyancangan 40 70 80
43 Wayan Sukri Nyancangan 50 60 70
44 Gede Sukmayanti Nyancangan 30 60 70
45 Nyoman Darti Caruban 40 60 60
46 Luh Sutriani Caruban 50 60 70
47 Komang Antari Caruban 40 60 60
48 Komang Sarini Caruban 50 70 70
49 Made Sutarmi Caruban 40 60 70
50 Kadek Darni Caruban 30 60 70
Total 2320 3365 3450
Rata-rata 50,00 67,30 69,00
31
LAMPIRAN 2
Tanggapannya Peserta Terhadap Pelatihan Manajemen dan Pelaksanaan Pembukuan (Akuntansi) Pada
Pengerajin Tenun di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida
No.
Pernyataa
n
Pilihan Jawaban SS ST KS TS
1. Saya telah memahami manajemen dan pelaksanaan akuntansi pada kerajinan tenun
25 20 5 0
2. Saya termotivasi untuk belajar manajen dan pelaksanaan pembukuab (akuntansi)
25 20 5 0
3. Manajemen dan pelaksanaan pada kerajinan tenun wajib
dipahami oleh pengerajin agar dapat menjalankan usaha secara
akuntabel dan tranparan
30 15 15 0
4. Sebagai pengerajin tenun saya mampu mengembangkan
sendiri sikap, perilaku, dan keterampilan serta
bertanggungjawab terhadap manajemen dan pelaksanaan
pembukuan pada kerajinan yang saya tekuni
20 25 5 0
5. Sebagai pengerajin profesional s saya mampu
mengaplikasikan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada
kerajinan tenun yang saya geluti
30 10 10 0
6. Menerapkan kemampuan m a n a j e m e n d a n p e l a k s a n a a n a k u n t a n s i s a y a p a d a k e r j i n a n a n t e n u n d a p a t m e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s t e n u n y a n g d i h a s i l k a n .
35 5 10 0
7. Kemandirian dalam mengelola dan pelaksanaan pembukuan pada kerajinan tenun dapat meningkatkan efisensi biaya dan waktu. Dalam prroduksi
25 20 5 0
8. Tujuan pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan
erkait erat dengan upaya pengerajin tenun untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilannya dalam mengelola kerajinan
sehingga dapat memperpendek jaam kerja
30 10 10 0
9. Pelatihan manajemen dan pelaksanaan pembukuan pada pengerajin tenun merupakan langkah awal untuk saling meyakinkan diri antara pengerajin dalam memproduksi kain tenun rangrang dan endek
35 10 5 0
10. Pemahan terhadap m a n a j e m e n d a n a k u n t a n s i p a d a p e n g e r a j i n t e n u n dapat mengurangi kekawatir pengerajin dalam memproduksi
kain tenun
40 5 5 0
11. Keberhasilan dalam penerapan manajemen dan akuntansi pada pengeraj in tenun merupakan salah satu
kunci keberhasilan bagi pengerajin dalam menjalankan usaha
kerajinannnya
25 15 10 0
Total 320 155 85 0 Rata-Rata 29,00 14 7 0,00 Persentase 58,00 28,00 14,00 0,00
32
LAMPIRAN 3
PELATIHAN MANAJEMEN PADA PENGERAJIN TENUN
Makalah Disampaikan pada P2M di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Tanggal 3- 4 Juli 2015
Oleh Dr. I Wayan Bagia, M.Si.
33
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA AGUSTUS 2015
PELATIHAN MANAJEMEN PADA PENGERAJIN TENUN
Oleh I Wayan Bagia
Jurusan Manajemen FEB Undiksha
Makalah ini memberikan paparan singkat tentang manajemen kerajinan tenun pada pengerajin tenun di desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dengan harapan agar para pengerajin dapat meningkatkan pemahamannya tentang manajemen kerajinan tenun dan mengaplikasikan pemahamannya dalam mengelola kerajinan tenun yang telah digeluti selama ini. Hal-hal pokok yang dibahas pada aspek manajemen kerajinan tenun adalah (1) pengertian manajemen kerjinan tenun, (2) esensi penting manajemen kerjinan tenun, dan (3) fungsi-fungsi operasional manajemen kerjinan tenun.
Pendahuluan Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat, lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian, dan kelangkaan sumber daya manusia yang kompeten dan keterbatasan sumber daya fisik menuntut pengerajin tenun yang ada di Desa Tanglad untuk memberdayakan dan menggunakan sumber daya manusia dan fisiknya yang dimiliki secara optimal agar dapat mencapai tujuan telah ditetapkan sehingga mampu memenuhi harapan atau kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) pada kerajinan tenun yang ada di desa ini. Di balik idealisme yang mulia ini, ternyata pengerajin tenun di Desa Tanglad ini menghadapi berbagai permasalahan, seperti rendahnya pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman dalam mengelola kerjinan tenun baik pada bidang sumber daya manusia, keuangan atau permodalan, produksi maupun pemasaranya. Dari aspek manajemen sumber daya manusia (SDM), pengerajin tenun belum bisa memberdayakan dan menggunakan SDM yang ada di desa karena karakteristik pengerajin dan pekeja tenun pada umumnya memilki tingkat pendidikan yang relatif rendah, susah merekrut pekerja trampil, dan pekerja biasanya ibu-ibu rumah tangga yang sudah tua sebagai pekerjaan sambilan l sehingga produktivitas keja dan imbalan yang terima pekerja rendah. Dilihat darri sisi manajemen keuangan, pengerajin tenun masih memiliki kemampuan yang lemah untuk mengakses modal pada sumber dana dengan bunga yang rendah, membuat anggaran dari sumber dana yang didapai, dan lemahnya kemampuan untuk melakukan strategi investasi. Kalau dilihat dari produksi pengarajin mengalami kesulitan membuat desain, mendapatkan bahan baku dan pewarna berkualitas, belum punya hak paten sehingga produk mudah ditiru pesaing, dan belum memiliki standar kualitas produksi. Dari sisi pemasaran masih berorientasi pada produksi bukan pada pelanggan, tidak memiiki pasar sasaran yang jelas, jaringan kerja pemasaran masih lemah, dan terjadi persaingan penurunan harga di antara pengerajin dalam memasarkan produk tenunya sehingga pengerajin yang lain dirugikan.
Bertitik tolak dari analisis situasi seperti di atas maka pelatihan ini akan akan disajikan materi pelatihan mengenai (1) pengertian manajemen kerajinan tenun, (2) esensi penting manajemen kerjinan tenun, dan (3) fungsi-fungsi manajemen teknis kerjinan tenun.
34
A. Pengertian Manajemen Kerajinan Tenun Pengertian atau konsep manajemen kerajinan tenun sebenarnya mengadopsi konsep manajemen yang diaplikasikan pada kerajinan tenun. Oleh karena itu, manajemen kerajinan tenun dalah proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada organisasi pengerajin tenun agar pengerajin tenun bisa efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen kerjinan tenun, yaitu perencanaan; pengorganisasian, dan pengendalian pada bidang teknis atau operasional bisnis, yaitu SDM, keuangan, produksi, dan pemasaran.
Sumber daya manusia yang ada pada kerajinan tenun yang belum berdaya diberdayakan melalui pendidikan dan pelatihan, dan setelah berdaya digunakan agar memberikan kontribusi produktivitas yang optimal. Setelah karyawan bekerja secara produktif perlu diracang sistem evaluasi kenerja dan kompensasi yang kompetitif dan berkeadilan agar dapat meningkatkan kesejahteraan pengerajin dan karyawan pengerajin tenun serta menahan (meretensi) karyawan pengerajin tenun agar tidak berpidah bekerja ke luar desa Tanglad.
Pengerajin tenun agar bisa mengembangkan kapasitasnya sangat diperlukan adanya modal finansial di samping modal yang lain, dilihat dari segi manajemen keuangan pengerajin harus mampu mencari sumber dana yang menawarkan bunga rendah, mengalokasikan dana yang telah didapat, merancang pembagian pendapatan, serta merangcang strategi investasi. Agar mendapatkan sumber dana, maka pengerajin tenun harus mampu meyakinkan pihak lembaga keuangan bahwa usaha yang dijalankan oleh pengerajin memiliki prospektif yang menguntungkan sehingga nantinya akan bisa mengembalikan modal pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan. Pada aspek manajemen produksi, pengerajin tenun harus mampu merancang desain lokasi, desain produk, pengadaan bahan baku dan pewarnaan produksi yang murah, merancang standar dan pengendalian kualitas, penggunaan teknologi produksi, dan penyimpanan produk-produk tenun yang dihasilkan. B. Esensi Penting Manajemen Kerajinan Tenun Para pengerajin dan karyawan tenun yang ada di desa Tanglad wajib memehami konsep manajemen kerajinan tenun dan mengaplikasikan konsep manajemen kerajinan tenun yang telah dipahami tersebut dalam mengelola kerajinan tenun agar organisasi kerajinan tenun bisa efektif dan efisian dalam mencapai profit yang optimal sehingga bisa memenuhi keinginan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kerajinan tenun.
C. Fungsi-Fungsi Manajemen Teknis/Operasional Kerjinan Tenun Pada bagian ini akan diuraikan fungsi-fungsi teknis manajemen kerajinan tenun, yaitu manajemen SDM, manajemen keuangan, manajemen produksi, dan manajemen pemasaran. Secara detail masing-masing fungsi tersebut, akan diuraikan sebagai berikut. (1) Fungsi Manajemen SDM Pada Kerajinan Tenun
Manajemen SDM adalah proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia pada kerajinan tenun dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia, seperti: rekrutmen, seleksi, orientasi dan penempatan, pengembangan dan pelatihan, kompensasi, evaluasi dan penilaian kinerja, dan pengembangan karir agar organisasi dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
Rekrutmen adalah proses atau aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja pada kerajinan tenun agar dapat mengisi lowongan atau kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang dituntut deskripsi kerja pada kerajinan tenun. Rekrutmen diawali pada saat calon mulaii dicari dan diakhiri pada saat lamaran diserahkan. Proses rekrutmen yang dilakukan dengan strategi atau metode yang tepat diharapkan akan
35
dapat merekrut dan menyaring calon pelamar karyawan bermutu dan paling memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan.
Seleksi adalah proses yang dilakukan oleh pengerajin tenun untuk memilih dari sekelompok atau orang-orang yang paling memenuhi kriteria seleksi pada posisi pekerjaan yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada pada saat seleksi. Tujuannya untuk menyocokkan dengan benar antara kualifikasi yang dimiliki oleh calon karyawan dengan kualifikasi kemampuan dan keahlian yang dituntut oleh pekerjaan. Tentu untuk memilih calon karyawan yang terbaik diperlukan adanya metode instrumen tes seleksi yang valid dan reliabel baik mengenai wawasan pengetahuan maupun praktik tentang pertenunan.
Calon karyawan yang telah terpilih melalui proses seleksi akan ditempatkan pada posisi pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Pada penempatan ini karyawan akan disosialisasikan atau diperkenalkan dengan lingkungan kerja fisik dan sosial. Di samping itu juga, akan dijelaskan sejarah berdirinya kerajinan tenun serta tugas dan tanggung dalam melakukan pekerjaan.
Setelah karyawan ditempatkan dan melakukan pekerjaan dalam periode waktu tertentu, perlu ditinjau dan evaluasi kembeli untuk melihat apakah mereka telah bekerja secara produktif atau mmemenuhi standar yang telah ditentukan, jika maka mereka harus diberdayakan dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan supaya kompetensi mereka meningkat sehingga standar kinerja yang ditetapkan bisa tercapai. Karyawan pengerajin tenun yang sudah secara produktif dan memenuhi standar yang telah ditentukan harus diberikan kompensasi atau imbalan yang adil dan proporsinal sesuai dengan kinerjanya agar mereka hidup sejahtera dan tetap tinggal bersama pengerajin tenun dengan loyal walaupun ada pada sektor lain yang menawarkan pekerjaan yang lebih baik. Tingkat kesejahteraan yang diberikan melalui pemberian kompensasi ini akan membuat karyawan nyaman untuk bekerja dalam jangka panjang. Penilaian dan evaluasi kinerja karyawan pada kerajinan tenun harus dilalukan secara kontinu dalam priode waktu dengan harapan agar dapat memantau kinerja yang telah direncakan apakah sudah seseuai dengan standar yang telah ditentukan dan kalau belum diupayakan melakukan perbaikan terhadap kegagalan yang telah dilakukan. Penilaian dan evaluasi kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara standar kinerja yang telah direncanakan dengan kinerja yang dicapai oleh karyawan pengerajin tenun. Dalam jangka panjang kerajinan tenun ini diharapkan dapat mengembangkan karir karyawan pengerajin sehingga menjadikan kerajinan tenun sebagai sebuah pekerjaan yang harus dikelola dan ditekuni secara profesional dan dibudayakan secara berkelanjutan agar ke depan kerajinan tenun menjadi sebuah industri yang menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat. (2) Fungsi Manajemen Keuangan Pada Kerajinan Tenun Manajemen keuangan pada kerajinan tenun merupakan proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada kerjinan tenun agar produktif dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen keuangan, yaitu pencarian sumber dana murah, mengalokasikan penggunaan dana, pembagian pendapatan, dan merancang strategi investasi. Dalam mencari sumber dana dengan bunga murah, para pengerajin tenun masih mengalami kesulitan yang selama ini masih mengandalkan modal sendiri dan bantuan dari pemerintah daerah (gerbang sadu). Kesulitan ini disebabkan karena volume usaha yang masih relatif sehingga belum mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan. Di sisi lain, juga disebabkan karena belum bisa memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh lembaga keuangan, seperti proposal bisnis yang ditentukan lembaga keuangan. Di samping
36
itu, para pengerajin tenun juga belum merencanakan pengangaran atau pengalokasian dana dari dana yang telah dimiliki, akibatnya susah untuk mekakukan pengandalian terhadap pendanaan bisnis. Demikian juga mengenai pembagian pendapatan yang tidak jelas dan kadang dicampuradukkan dengan sumber pendapatan pada sumber usaha yang lain, akibatnya bagian keuntungan digunakan untuk menambah modal dan meningkatkan kesejahteraan karyawan menjadi tidak ada. Lalu koskuensi dari hal ini adalah usaha kerjinan tenun menjadi kerdil dan karyawan banyak yang mangkir. Demikian juga, ketika para pengerajin punya modal yang menganggur mereka juga tidak tahu kemana dana itu harus diinvestasikan agar produktif menghasilkan keuntungan bagi pengerajin. (3) Fungsi Manajemen Produksi Pada Kerajinan Tenun
Manajemen produksi pada kerajinan tenun merupakan proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada kerjinan tenun agar produktif dalam mencapai tujuan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen produksi, yaitu merancang lokasi produksi, merancang desain produk, pengadaan bahan baku, pengedalian kualitas produk, dan merancang penyimpanan produk. Pengejajin tenun memang diharapkan mampu untuk merancang desain lokasi kerajinan yang layak dan nyaman sehingga mampu memberikan dukungan optimalisasi kinerja yang maksimal sebagai akibat terbangunnya kondisi lingkungan kerja nyaman. Di samping itu, harus mampu merancang desain produk yang kreatif dan inovatif dalam rangka menarik konsumen dan kejenuhan pasar. Kelemahan pada kerjinan tenun saat ini belum mampu untuk mendesain produk inovatif yang seseuai dengan selera pelanggan. Sampai saat ini pengerajin memiliki desain yang monotun dan ruti, yaitu rangrang dengan corak warna sama. Hal ini bisa terjadi karena pengerajin melakukan produksi belum berfokus pada pelanggan. Pengadaan bahan baku pada pengerajin tenun masih relatif mahal karena pemabelian bahan masih dalam kapasitas relatif kecil dan lokasi pembeliaannya di pasar kabupaten yang sudah melalui beberapa tangan. Di samping itu, pengerajin juga mengalami kesulitan dalam mencari bahan pewarna kain yang bersifat alami dari alam (pohon sunti). Kedua kesulitan ini menjadi penyebab mahalnya harga kain rangrang dan endek yang dihasilkan oleh pengerajin yang ada di Nusa Penida. Hal ini dipecahkan dengan cara membeli bahan baku pada penjual tangan pertama dan dalam kapasitas yang besar. Kemudian dari segi pewarnaan karena mengggunakan bahan alami dari pohon sunti, maka memberdayakan masyarakat setempat untuk menanam pohon sunti. Dalam rangka untuk menjamin dan mempertahankan mutu/kualitas kain rangrang dan endek pada masyarakat pengerajin tenun diperlukan adanya standar dan pengendalian kualitas sehingga hal dapat menjamin kualitas kain tenun kepada pelanggan dan hal ini juga akan mempermudah untuk mengecek keaslian kain tenun yang dihasilkan masyarakat desa Tanglad dengan rangrang atau endek yang dhasilkan pengerajin yang lainnya. Hal ini juga bisa menekan persaingan tidak sehat di antara pengerajin yang berupaya untuk menguasai pasar dengan menurunkan harga. Selama ini para pengerajin kain tenun dalam melakukan masih menggunakan cara yang tradisional. Mereka dalam melakukan produksi belum menggunakan teknologi sehingga produktivitas kerja rendah dan harga produksi menjadi tinggi. Kondisi ini juga memperlemah daya pengerajin tenun dalam industri pertektikan. (4) Fungsi Manajemen Pemasaran Pada Kerajinan Tenun Manajemen pemasaran kerajinan tenun adalah prses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pengerajin tenun dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pemasaran, yaitu fungsi distribusi, transaksi,
37
promosi, dan pelayanan purna jual agar pengerajin tenun bisa efekti dan efisien dalam mencapai tujuan. Fungsi distribusi merupakan salah bagian dari manajemen pemasaran pengerajin tenun, yaitu sebagai upaya menyalurkan produk tenun rangrang dan endek dari tempat penyimpanan (gudang) sampai ke tangan pengguna (pelanggan). Sampai saat ini distribusi pemasaran yang digunakan masih bersifat pasif, yaitu menunggu pembeli yang datang ke desa atau pelanggan yang memesan (meng-order). Mestinya jaringan distribusi harus diperluas agar produk bisa segara memenuhi pelanggan dan harus produsen mendistribusikan produknya ke pelanggan (jemput bola). Fungsi transaksi pada pemasaran kerajinan tenun sebagai implikasi dari produk sudah didistribusikan dan disetujui untuk dibeli oleh pelanggan. Fungsi promosi adalah upaya untuk memperkenalkan produk kepada pelanggan potensial agar pelanggan tertarik untuk tertarik dan loyal untuk melakukan pembelian baik memlalui iklan, pameran, sales maupun media internet. Promosi yang efektif akan mendorong terjadinya peningkatan volume penjualan. Di samping itu, fungsi pelayanan purna jual juga ikut memegang peranan penting dalam pemasaran. Pelyanan yang ramah dan responsif akan mendorong pelanggan tertarik untuk melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan pembelian dari mulut ke mulut. DAFTAR RUJUKAN Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan Pelajar. Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc. Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company. Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Ekonomi. Universitas Pendidikan
Ganesha.
38
LAMPIRAN 4 SOAL TES AWAL DAN AKHIR Petunjuk Pilihlah salah satu jawaban dari a, b, c, dan d yang bapak/ibu anggap paling benar 1. Proses pemberdayaan dan penggunaan sumber daya manusia dan fisik yang ada pada
pengerajin tenun agar produktif dalam mencapai, adalah a. manajemen produksi kerajinan tenun b. manajemen SDM kerajinan tenun c. manajemen kerajinan tenun d. Manajemen keuangan kerajinan tenun
2. Di bawah ini semuanya termasuk fungsi manajemen operasional pada kerjinan tenun, kecuali
a. manajemen SDM b. manajemen keuangan c. manajemen produksi
d. manajemen akuntansi 3. Di bawah ini yang bukan merupakan fungsi manajemen pemasaran kerjinan tenun adalah
fungsi a. transaksi b. promosi c. desain lokasi d. distribusi 4. Fungsi manajemen keuangan pada kerjinan tenun adalah a. pemasaran b. produksi c. penganggaran d. penentuan lokasi pengerajin 5. Fungsi Manajemen SDM pada kerajinan tenun adalah a. mencari sumber dana b. rekrutmen karyawn tenun c. mensurvei pasar b. membeli bahan baku 7. Menawarkan produk tenun rangrang ke rumah-rumah termasuk fungsi
manajemen........kerajinan tenun. a. keuangan
b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia
8. Melatih karyawan tenun agar profesional dalam bekerja fungsi manajemen..... dari kerjinan tenun.
a. keuangan b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia
9. Mengalokasikan pendapatan kerajinan tenun untuk kepentingan permodalan usaha,
pemilik, dan karyawan, termasuk fungsi manajemen........ pada kerjinan tenun. a. keuangan
39
b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia
10. Pengendalian kualitas produk tenun rangrang pada kerajinan tenun termasuk fungsi manajemen....
a. keuangan b. produksi c. pemasaran d. sumber daya manusia
40
LAMPIRAN 5 PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN AKUNTANSI (PEMBUKUAN)
PADA PENGERAJIN TENUN
Makalah Disampaikan pada P2M di Desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida Tanggal 3 - 4 Juni 2015
Oleh Dr. I Wayan Bagia, M.Si.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
JULI 2015
41
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN AKUNTANSI (PEMBUKUAN) PADA PENGERAJIN TENUN
Oleh I Wayan Bagia
Jurusan Manajemen FEB Undiksha
Makalah ini memberikan paparan singkat tentang akuntansi (pembukuan)
pada pengerajin tenun di desa Tanglad Kecamatan Nusa Penida dengan harapan
agar para pengerajin dapat meningkatkan pemahamannya tentang akuntansi
kerajinan tenun dan mengaplikasikannya dalam melakukan pencatatan keungan
pada kerjinan tenun yang telah digeluti selama ini. Hal-hal pokok yang dibahas pada
akuntansi (pembukuan) adalah (1) alasan pentingnya akuntansi (pembukuan), (2)
pengertian akuntansi (pembukuan) serta kegunaannya, (3) akun dan
penggolongannya, dan (3) laporan keuangan.
Pendahuluan
Organisasi di samping memberdayakan dan menggunakan sumber daya
manusia dan fisiknya dengan ekonomis, efektif dan efisien organisasi juga harus
membuat pembukuan (akuntansi) agar sewaktu-waktu dari catatan tersebut dapat
mengetahui segala hak dan kewajibannya secara transparan dan akuntabel yang
didukung oleh bukti-bukti transaksi benar dan akurat. Artinya pelaksanaan akuntansi
(pembukuan) sebagai informasi keuangan terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan yang disediakan dengan memadai dan mudah
dimengerti, serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Ratminto dan Winarsih, 2009). Pelaksanaan pembukuan
(akuntansi) mulai dari pencatatan transaksi sampai informasi keuangan harus
disediakan secara detail dan dapat diakses pihak intrnal dan eskternal organisai.
Tentu pola pelaksanaan pembukuan (akuntansi) keuangan seperti ini akan
membangun dan menumbuhkan modal kepercayaan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan tehadap organisasi yang nantinya akan berdampak pada
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya di masa sekarang dan yang
akan datang.
42
Kemampuan sebuah organisasi untuk mengelola atau memberdayakan dan
menggunakan sumberdaya manusia dan fisik dengan ekonomis, efektif, dan efisien;
serta mampu menata pelaksanaan akuntansi (pembukuan) keuangannya dengan
tranparan dan akuntabel menunjukkan bahwa orgnisasi tersebut telah dikelola
secara profesional dan telah menerapkan pripsip-prinsip manajemen modern.
Idealnya di masa depan organisasi apapun agar bisa tumbuh dan berkembang serta
mencapai tujuannnya harus cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan
dengan menerapkan kebijakan, praktik, dan aktivitas manajemen modern serta
didukung oleh pelaksanaan pembukuan (akuntansi) yang transparan dan akuntabel.
Kenyataan di lapangan atau pada masyarakat banyak organisasi yang
bergerak di bidang bisnis maupun pelayanan kepada publik yang pertumbuhannya
mengalami kemandulan dan bahkan ada yang nyaris bangkrut yang disebabkan
karena berbagai hal, seperti organisasi dikelola secara konvensional atau
kekeluargaan, pemberdayaan SDM dan fisik masih lemah, pelaksanaan akuntansi
(pembukuan) keuangan yang tidak jelas, belum ada ketegasan yang memisahkan
aset pribadi/pemilik dengan aset orgnisasi, konflik kepentingan, kebijakan
pemerintah yang kurang berpihak pada organisai, kualitas SDM yang rendah,
keterbatasan sumberdaya fisik yang dimiliki, persaingan tidak sehat, dll. Melihat
kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh organisasi bisnis maupun
pelayanan kepada publik seperti ini, maka organisasi sebaiknya sebelum
merumuskan tujuannya harus melakukan kajian yang mendalam terhadap
lingkungan ekternal untuk menemukan peluang dan ancamannya, serta kajian
lingkungan internal untuk melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
Setelah mengkaji kedua lingkungan ini secara mendalam lalu merumuskan tujuan,
strategi, program, paosedur dan penganggaran. Setelah semua ini dirumuskan lalu
dalam implementasinya perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan
pencatatan adminstrasi keuangan yang tranparan dan akuntabel. Dengan demikian
diharapkan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi bisa dicari solusinnya dan
bisa meraih kesuksesan di masa depan.
43
A. Pelaksanaan Pembukuan (akuntansi)
Dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan) bagi perusahaan di
Indonesia menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Bab II Pasal 6
ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yqng menyelenggarakan suatu perusahaan
diwajibkan memebuat catatan-catatan dengan cara demikian, sehingga sewaktu-
waktu dari catatan tersebut diketahui segala hak dan kewajibannya. KUHD inilah
yang mewajibkan setiap organisasi untuk melaksanakan akuntansi (pembukuan)
agar setiap organisasi dengan mudah mengetahui apa yang menjadi hak dn
kewajibannya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai: pengertian akuntansi
(pembukuan) dan kegunaannya, akun dan penggolongannya, persamaan dasar
akuntansi, dan laporan kauangan.
B. Pengertian akuntansi (Pembukuan) dan Kegunaannya
Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan,
dan panganalisaan data keuangan suatu organisasi. Dari pengertian ini
menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan
menyangkut berbagai kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus: (1)
mengidentifikasi data yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang diambil,
(2) memproses atau menganalisis data yang relevan, dan (3) mengubah data
menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi (pembukuan) memiliki beberapa kegunaan bagi penggunanya,
yaitu untuk (1) mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan, (2)
menentukan/mengkur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi untuk
menentukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan, (3) menilai dan mengukur kinerja tiap-tiap orang yang diserahi
wewenang dan tanggung jawab, dan (4) menentukan perlu atau tidaknya digunakan
kebijakan/prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
B. Akun dan Penggolongannya
Akun (account) atau disebut perkiraan atau rekening adalah daftar untuk
mengelompokkan transak-transaksi yang sejenis. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) akun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (1) akun riil atau
permanen dan (2) akun nominal atau laba rugi. Akun riil atau permanen adalah
44
akun yang saldo-saldonya pada akhir tahun periode akuntansi dipindahkan ke
neraca (akun neraca), yang meliputi: semua aktiva, kewajiban (utang), dan ekuitas
(modal). Akun nominal (laba rugi) adalah akun yang saldo-saldonya pada akhir
tahun periode akuntansi dipindahkan ke laba rugi dalam rangka untuk membuat
laporan laba-rugi. Laporan laba-rugi akan mempengaruhi perubahan ekuitas
(modal). Akun nominal dapat dikelomokkan menjadi akun beban (biaya) dan akun
pendapatan.
Seacara umum penggolongan akun disesuaikan menurut jenis dan susunan
informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan sebagai berikut.
Tabel 1 Pengelompokan Akun Dalam Akuntansi
Jenis akun Akun sub-akun No kode
Akun riil
Aktiva (1)
Aktiva lancar (current asset) 10
investasi jangka panjang 11
Aktiva tetap:
berwujud
tidak berwujud
12
Aktiva lain-lain 13
Utang/kewajiban
(2)
utang jangka pendek (current liabilities) 20
utang jangka panjang (long term debt) 21
Utang lain-lain 22
Ekuitas/Modal (3)
Modal sendiri 30
Modal saham 31
modal laba ditahan 32
modal Penilaian kembali 33
Modal sumbangan 34
Akun
nominal
Pendapatan (4) 4
Biaya (5) 5
C. Persamaan Dasar Akuntansi
Pencatatan transaksi secara sistematis dan teratur dalam akuntansi selalu
membentuk persamaan atau keseimbangan, artinya di satu sisi mencatat kekayaan
dan sedangkan di sisi lain mencatat sumber kekayaan dalam jumlah yang sama.
Jadi persamaan akuntansi merupakan suatu keadaan perhitungan ruas kiri atau
45
aktiva yang sama dengan ruas kanan atau pasiva. Jika dinyatakan dalam
persamaan akuntansinya sebagai berikut.
(1) Prinsip keseimbangan antara aktiva dan ekuitas. Aktiva suatu perusahan
menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan itu sendiri sedangkan ekuitas
merupakan sumber kekayaan sehingga jumlah aktiva sama dengan ekuitas. Jika
dinyatakan dalam persamaan akuntansi nampak sebagai berikut.
HARTA = MODAL atau
AKTIVA = EKUITAS
(2) Rumus aktiva sama dengan utang ditambah ekuitas
Aktiva perusahaan merupakan sumber ekonomi yang diharapkan akan
mendatangkan manfaat dalam kegiatan usaha melelui sumber kekayaan yang
diperolehnya. Apabila sumber ini diperoleh dari pihak ketiga atau luar
perusahaan maka akan menimbulkan kewajiban perusahaan yang harus dibayar
di kemudian hari, yang disebut dengan utang. Dengn demikian jika aktiva yang
diperoleh itu berasal dari pemiliknya dan sebagian dari pihak luar maka
persamaan akuntansinya berbentuk:
HARTA = UTANG + MODAL
AKTIVA = KEWJIBAN + EKUITAS
Hubungannya dengan konsep kesatuan usaha, pada rumusan ini adalah cukup
jelas, yaitu hubungan aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang mencerminkan bahwa
sebuah perusahaan merupakan satu kesaatuan usaha yang terpisah dengan
pemiliknya.
D. Laporan Keuangan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan. Berkaitan dengan sistem
informasi, laporan keuangan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh
pihak intern dan ekstern dalam menetapkan keputusan bisnis yang terbaik bagi
perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari 4 komponen, yaitu (1) neraca (balance
sheet), (2) laporan laba-rugi (income statement), (3) laporan perubahan ekuitas
pemilik (capital statement), dan (4) laporan arus kas (cash flow report).
Laporan neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
pada akhir periode akuntansi. Neraca manyajikan satuan aktiva/harta (assets),
kewajiban/utang (liability), dan modal pemilik (owners equity). Tiga kelompok ini
46
biasanya disebut akun riil atau akun neraca. Aktiva adalah sumber ekonomi yang
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam sebuah usaha. Kewajiban adalah
utang perusahaan kepada kreditur atas jasa keuangan yang dipinjam dalam
menjalankan aktivitas usaha yang disertai dengan perjanjian pengembalian
utang dan adanya jaminan. Modal pemilik adalah perbedaan antara aktiva
dengan kewajiban dan merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik untuk
menyerahkan sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan sebagai balas
jasa atas modal yang ditanamkan. Bentuk laporan neraca sebagai berikut.
Pengerajin Tenun Rangrang Neraca
Per 31 Desember 2014 Aktiva Aktiva lancar Kas Rp Aktiva tetap Rp ------ + Total aktiva Rp Kewajiban Kewjiban jangka pendek Rp Kewajibaan jangka panjang Rp ------- + Total kewajiban Rp Ekuitas pemilik Modal sendiri Rp Modal pinjaman Rp ----------- + Total Modal Rp Total kewajiban + Ekuitas pemilik Rp Laporan laba rugi
Laporan laba rugi adalah suatu ringkasan dalam laporan keuangan yang
memperlihatkan unsur-unsur unsur-unsur yang digunakan dalam menghitung laba
atau rugi. Secra garis besar laporan ini terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok
pendapatan (revenue) dan kelompok beban (expense). Dengan menggunakan
prinsip pemaduan (matching) dalam akuntansi antara pendapatan dengan beban
nantinya akan diketahui apakah selama periode teersebut perusahaan memperoleh
laba atau rugi. Pendapatan ini ada 2 macam, yaitu pendapatan operasional dan
47
pendapatan non-opreasional. Pendapatan operasional adalah pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas utama perusahaan dan pendapatan non-operasional
pendapatan yang diperoleh dari hasil tambahan di luar pendapatan operasional.
Beban juga dikelompokkan menjadi 2, yaitu beban operasional dan beban non-
operasional. Beban operasional adalah sejumlah beban yang dikeluarkan untuk
membiayai aktivitas operasional persuhaan untuk mendapatkan hasil dari usaha
pokoknya dan beban non-operasional adalah beban yang dikeluarkan yang
penggunaannya tidak berkaitan langsung dengan aktivitas operasional perusahaan.
Berdasarkan struktur akuntansi laporan laba rugi dapat dgambakan sebagai berikut.
Pengerajin Tenun Rangrang Laporan Laba
Untuk periode yang berkhir pada 31 Desember 2014 Pendapatan Pendapatan Operasional Rp Pendapatan lain-lain Rp ---------- + Jumlah pendapatan Rp Beban Beban operasional Rp Beban lain-lain Rp --------- + Jumlah beban Rp --------- Laba kotor sebelum pajak Rp Pajak ( ...% x laba kotor Rp -------- - Laba bersih setelah pajak Rp
Laporan Perubahan Ekuitas pemilik (Capital statement)
Laporan perubahan ekuitas pemilik menggambarkan perubahan yang terjadi
pada modal pemilik yang disebabkan karena adanya operasi perusahaan selama
periode akuntansi. Laporan perubahan modal yang disajikan meliputi empat unsur,
yaitu (1) modal awal, (2) laba/rugi bersih, (3) pengambilan pribadi/prive, dan (4)
modal akhir. Modal awal adalah jumlah setoran uang atau aktiva yang diberikan
pada saat berdirinya perusahaan. Laba/rugi bersih adalah besarnya perolehan
laba/rugi bersih selama periode akuntansi yang diperoleh dari perhitungan laporan
laba rugi. Pengambilan pribadi adalah pengambilan sebagian modal oleh pemilik
48
untuk keperluan pribadinya. Modal akhir adalah jumlah posisi akhir modal setelah
disesuaikan dengan perolehan laba/rugi atas operasional perusahaan dan prive
yang diambil oleh si pemilik modal. Struktur perubahan modal disajikan dalam
bentuk laporan perubahan moal sebagai berikut.
Pengerajin Tenun Rangrang Laporan Perubahan Modal
per 31 Desember 2014 Modal pengerajin, 1 Januari 2014 Rp Laba/ Rugi bersih *) Rp Prive pengerajin (Rp) --------- - Kenaikan/Penurunan Modal**) Rp -------- Modal Pengerajin, 31 Desember 2014 Rp
Keterangan:
*) jika terjadi laba harus dikurangi dengan prive, jika terjadi rugi maka rugi ditambah
dengan prive.
**) jika terjadi laba, maka yang terjadi adalah kenaikan modal sedangkan jika terjadi
rugi maka yang terjadi adalah penurunan modal.
Laporan arus kas (statement of cash flow)
Laporan keuangan yang melaporkan arus kas masuk dan arus kas kelua
ryang utama dari suatu perusahaan selama satu periode. Sebenarnya laporan
arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar yang berguna bagi
manajer untuk mengevaluasi masa lain dalam merencanakan aktivitas investasi
serta pembiayaan di masa depan. Tujuan laporan arus kas adalah untuk (1)
memperkirakan kas di masa mendatang dan (2) mengevaluasi pengambilan
keputusan manajemen.
Contoh: Transaksi sebagai berikut
(1) Tanggal 1 Mei 2014 Bu Nyoman Tirtawati memulai usahanya membuka
Kerajinan tenun Rangrang dan Endek yang diberi nama Artanadi. Ia akan
menginvestasikan uang sebesar Rp 20.000.000 sebagai ekuitas pertamanya.
49
(2) Pada tanggal 5 Mei 2014 perusahaan membeli alat tenun tradisional dengan
harga Rp 7.000.000 tunai.
(3) Pada tanggal 15 Mei 2014 perusahaan membeli bangunan sederhana tempat
tenun dengan harga Rp 7.000.000 dibayar Rp 5.000.000 sisanya dengan kredit.
(4) Pada tanggal 20 Mei 2014 perusahaan menerima pendapatan usaha
tenunsebesar Rp 1.000.000.
(5) Pada tanggal 23 Mei 201 perusahaan membeli peralatan tenun dari toko Merpati
Jaya dengan harga Rp 500.000 secara kredit.
(6) Pada tanggal 35 Mei 2014 perusahaan menerima pendapatan dari usaha tenun
sebesar Rp 1.600.000
(7) Pada tangal 30 Mei 2012 perusahaan membayar gaji karyawan sebesar Rp
800.000
(8) Pada tanggal 31 Mei 2014 pemilik mengambil uang dari perusahaan untuk
pribadi sebesar Rp Rp 500.000
Pertanyaan:
a. Buatlah dasar persamaan akuntansi mulai tanggal 1 Mei 2014 sampai
dengan 31 Mei 2014
b. Buatlah laporan keuangan Neraca, laporan laba/rugi, laporan prubahan
ekuitas pemilik, dan laporan arus kas perusahaan Tenun Artanadi tersebut.
Jawab:
Sebelum menyusun persamaan dasar akuntansi perlu dilakukan analisis terlebih
dahulu terhadap masing-masing transaksi.
Transaksi 1
Uang kas perusahaan bertambah (+) Rp 20.000.000
Ekuitas perusahaan bertambah (+) Rp 20.000.000
Transaksi 2
Aktiva berupa kas berkurang (-) Rp 6.000.000
Aktiva berupa mesin tenun bertamabah (+) Rp 6.000.000
Trasaksi 3
Aktiva berupa kas berkurang (-) sebesar Rp 5.000.000
Aktiva berupa gedung bertambah (+) Rp 7.000.000
Utang bertambah (+) Rp 2.000.000
50
Transaksi 4
Aktiva berupa kas bertambah (+) Rp 1.000.000
Ekuitas/modal bertambah (+) Rp 1.000.000
Transaksi 5
Aktiva berupa peralatan tenun bertambah (+) Rp 500.000
Utang bertambah (+) Rp 500.000
Transaksi 6
Akiva berupa kas bertambah (+) Rp 1.600.000
Ekuitas bertamabah (+) Rp 1.600.000
Transaksi 7
Aktiva berupa kas berkurang (-) Rp 800.000
Ekuitas modal berkurang (-) Rp 800.000
Transaksi 8
Aktiva berupa kas berkurang (-) Rp 500.000
Ekuitas perusahaan berkurang (-) Rp 500.000
Dari hasil analisis disusun persamaan dasar akuntansinya sebagai berkut.
dalam ribuan
Tanggal
Aktiva Pasiva
Keterangan Kas Peralatan Gedung
Mesin
tenun Utang
Ekuitas
Tirtawati
Mei 1 20.000
(7.000)
7.000 20.000
5
15 13.000
(5000)
7.000
7.000
2.000
20.000
20 8.000
1.000
7.000 7.000 2.000 20.000
1.000
pdpt tenun
23 9.000
500
7.000 7.000 2.000
500
21.800
25 9.000
1.600
500 7.000 7.000 2.500 21.000
1.600
pdpt tenun
30 10.600
(800)
500 7.000 7.000 2.500 22.600
(800)
beban gaji
31 9.800
(500)
500 7.000 7.000 2.500 21.800
(500)
Prive
Saldo 9.300 500 7.000 7.000 2.500 21.300
51
Kalau dikembangkan persamaan : AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
AKTIVA = KEWAJIBAN + (PENDAPATAN – BEBAN)
Dari persamaan dasar akuntansi ini bisa dibuat laporan keuangan sebgai berikut.
Laporan Laba Rugi Artanadi
Untuk Periode 31 Mei 2014
Pendapatan Pendapatan jasa Rp 1000.000 + Rp 1.600.000 Rp 2.600.000 Beban Beban gaji Rp 800.000 (Rp 800.000) --------------------- Laba usaha Rp 1.800.000 Beban lain-lain Rp 0 --------------------- Laba bersih sebelum pajak Rp 1.800.000
Laporan Perubahan Ekuitas (Modal) Artanadi
Untuk Periode 31 Mei 2014 Ekuitas Tuan Adi (awal) Rp 0 Investasi Rp 20.000.000 Laba Rp 1.800.000 -------------------- Rp 21.800.000 Prive (Rp 500.000) --------------------- Rp 21.300.000 --------------------------- Ekuitas Tuan Adi (akhir) Rp 21.300.000
52
Neraca Artanadi
Per 31 Mei 2014 Aktiva Kas Rp 9.300.000 Mesin tenun Rp 7.000.000 Peralatan Rp 1.500.000 Gedung Rp 7.000.000 --------------------- Jumlah aktiva Rp 23.800.000 Pasiva Utang usaha Rp 2.500.000 Ekuitas BuTirtawati Rp 21.300.000 --------------------- Jumlah pasiva (kewajiban + modal pemilik) Rp 23.800.000
Laporan Arus Kas Artanadi
Untuk Periode 31 Mei 2014
Arus kas dari kegiatan operasi tenun Laba bersih Rp 1.800.000 Ditambah: - Dikurangi - ------------------- - -------------------- Arus kas masuk bersih dari aktivitas operasi tenun Rp 1.800.000 Arus kas dari kegiatan investasi Ditambah: Dikurangi: pembelian mesin tenun Rp (7.000.000) Pembelien gd tenun Rp (7.000.000) Peralatan Rp (500.000) Kredit Gedung Rp 2.000.000 ------------------------ Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi Rp (12.500.000) Arus kas dari kegiatan pendanaan Ditambah: investasi pemilik Rp 20.000.000 Dikurangi: pengambilan pemilik Rp ( 500.000) ------------------------ Arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Rp 19.500.000
53
----------------------- Rp 8.800.000 Sisa kas 1 Mei 2014 Rp - ------------------------ Sisa kas 31 Mei 2014 Rp 8.800.000 ------------------------
54
DAFTAR RUJUKAN
Jackson and Musselman. 2001. Management. South-Western. Thomson Learning. Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2009. Manajemen Pelayanan. Pnerbit Pustakan
Pelajar. Schermerhorn, John R.. 1999. Management. John Wiley & Sons Inc. Stoner, W. J..1999. Management. McGraw-Hill Book Company. Tim Penyusun. 2012. Akuntansi. Materi PLPG Kelompok Ekonomi. Universitas
Pendidikan Ganesha.
55
LAMPIRAN 6
SOAL LATIHAN DAN PENDAMPINGAN
1. Tanggal 1 Mei 2015 Bu Tika Mulyawati memulai usahanya membuka Kerajinan
tenun Rangrang dan Endek yang diberi nama Sinar Mulya. Ia akan
menginvestasikan uang sebesar Rp 40.000.000 sebagai ekuitas pertamanya.
2. Pada tanggal 5 Mei 2015 perusahaan membeli alat tenun tradisional dengan
harga Rp 14.000.000 tunai.
3. Pada tanggal 15 Mei 2015 perusahaan membeli bangunan sederhana tempat
tenun dengan harga Rp 4.000.000 dibayar Rp 10.000.000 sisanya dengan kredit.
4. Pada tanggal 20 Mei 2015 perusahaan menerima pendapatan usaha
tenunsebesar Rp 2.000.000.
5. Pada tanggal 23 Mei 2015 perusahaan membeli peralatan tenun dari toko
Merpati Jaya dengan harga Rp 1.000.000 secara kredit.
6. Pada tanggal 35 Mei 2015 perusahaan menerima pendapatan dari usaha tenun
sebesar Rp 3.200.000
7. Pada tangal 30 Mei 2015 perusahaan membayar gaji karyawan sebesar Rp
1.600.000
8. Pada tanggal 31 Mei 2015 pemilik mengambil uang dari perusahaan untuk
pribadi sebesar Rp Rp 1.000.000
Pertanyaan:
a. Buatlah dasar persamaan akuntansi mulai tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 31
Mei 2015
b. Buatlah laporan keuangan Neraca, laporan laba/rugi, laporan prubahan ekuitas
pemilik, dan laporan arus kas perusahaan Tenun Sinar Mulya tersebut.