pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata...
TRANSCRIPT
i
PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI
DALAM MATA PELAJARAN FIKIH
MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII
MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR KHOLIS
114-13-028
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI
DALAM MATA PELAJARAN FIKIH
MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII
MTs NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
NUR KHOLIS
114 13 028
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
MOTTO
Tak harus start No. 1 untuk menjadi juara (Valentino Rossi 46)
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini Saya Persembahkan Kepada:
1. Kedua orang tuaku, tercinta
2. Keluarga Besar di Banyubiru
3. Keluarga besar Ponpes Nurul Asna
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah menganugerahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada penulis
dalam rangka menyelesaikan karya skripsi ini.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalui setia menjakannya suri tauladan yang mana beliaulahh satu-satunya
ummat manusia yang dapat mereformasi ummat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi inipun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih yang sedalam
dalamnya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN salatiga.
2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Siti Ruhayati, M.Ag Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dr. M. Gufron, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan di lingkungan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
6. Bapak Ibu tercinta (Ali Imron &Sumiah) yang telah membesarkan penulis
dengan penuh kasih sayang.
7. Yuyun Nur Hidayati yang tidak pernah lelah memberikan semangat, perhatian
dan selalu mendampingi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga
Allah selalu melindungi kita.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Asna, terimakasih untuk semua
kenangan manis yang telah terukir bersama. Semua itu tidak akan pernah
terlupakan.
ix
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PAI Ekstensi angkatan 2013
10. Serta Semua pihak yang selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis
selama masa penulisan. Hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan
doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Salatiga, 26 Agustus 2017
Penulis,
Nur Kholis
NIM. 114-13-028
x
ABSTRAK
Kholis, Nur. 2017. Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Mata Pelajaran
Fikih Materi Shalat pada Siswa Kelas VIII di MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun Ajaran 2017/2018 Tahun 2017. Skripsi, Salatiga:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Kata kunci: Metode Demonstrasi dan Mata pelajaran Fikih
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai, 1)
bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih pada
materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru? 2) faktor-faktor apa
saja yang menghambat penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran
Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?
Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif. Selain itu, untuk keabsahan datanya dicek
menggunakan teknik triangulasi dan member check.
. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih pada materi sholat. Kedua, faktor-faktor yang
menghambat pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih
pada materi sholat, meliputi: 1) Terdapat pada waktu yang kurang lama dan latar
belakang anak didik yang berdeda. 2) anak itu sulit untuk memulai maju kedepan
untuk memperagakan. 3) guru harus memanggil nama murid tersebut baru dia
mau maju, tidak dengan kesadaran diri sendiri untuk maju kedepan
memperagakan di depan kelas. 4) belum adanya kesadaran diri siswa untuk maju
kedepan memperagakan di depan kelas
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL....................................................................................................... i
GAMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
E. Definisi Operasional ........................................................................... 4
1. Metode Demonstrasi ....................................................................... 5
2. Mata Pelajaran Fikih ....................................................................... 8
3. Shalat .............................................................................................. 9
F. Metode Penelitian ............................................................................... 9
xii
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 9
2. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 10
3. Lokasi Penelitian ........................................................................... 11
4. Sumber Data .................................................................................. 11
5. Teknik pengumpulan Data ............................................................ 12
6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 15
8. Tahap-tahap Penelitian .................................................................. 16
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi...................................................... 18
1. Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran ...................... 19
2. Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan
Kelebihannya ................................................................................ 22
B. Proses Belajar Mengajar ..................................................................... 26
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar ............................................... 26
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ....... 28
C. Bidang Studi Fikih ............................................................................. 30
1. Pengertian Fikih .............................................................................. 30
2. Tujuan Fikih di MTs ....................................................................... 30
3. Ruang Lingkup Fikih di MTs ......................................................... 31
D. Shalat .................................................................................................. 31
xiii
1. Pengertian shalat .............................................................................. 31
2. Syarat-syarat sholat .......................................................................... 32
3. Rukun-rukun sholat .......................................................................... 34
4. Hal-hal yang membatalkan sholat .................................................... 35
BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................... 37
A. Gambaran umum lokasi dan subjek Penelitian .................................. 37
1. Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung............................ 37
2. Letak Geografis ............................................................................. 37
3. Visi dan Misi ................................................................................. 37
4. Struktur Organisasi MTs Nurul Huda ........................................... 39
5. Keadaan Guru di MTs Nurul Huda ............................................... 41
6. Keadaan Siswa-siswi di MTs Nurul Huda..................................... 42
7. Keadaan Sarana dan Prasarana ...................................................... 43
B. Penyajian Data Penelitian ................................................................... 43
1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata pembelajaran fikih di MTs
Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018....................................... 43
2. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun2017/2018........................................................... 51
BAB IV : PEMBAHASAN ........................................................................... 53
A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata pembelajaran fikih di MTs
Nurul Huda Banyubiru Tahun2017/2018.......................................... 53
xiv
B. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun2017/2018.............................................................. 58
BAB V : PENUTUP...................................................................................... 61
A. Kesimpulan ....................................................................................... 61
B. Saran-saran ........................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan
dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap
beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan
cerminan dari keberhasilan guru agama di sekolah dalam menyalurkan ajaran
agama melalui usaha pendidikannya
Salah satu bidang studi yang termasuk dalam pendidikan agama
adalah fikih. Secara umum fikih merupakan salah satu bidang studi agama
yang banyak membahas tentang hukum-hukum yang mengatur pola
hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia
dengan lingkungannya. Fikih diharapkan menjadi alat kontrol bagi siswa
dalam mengarungi kehidupannya dan dengan materi fikih diharapkan
aktivitas siswa tidak lepas dari norma-norma agama.
Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pengajaran fikih ini
harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi fikih.
Faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan
pembelajaranya itu anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, sarana dan
prasarana juga metode pembelajaran. Kelima faktor tersebut hubungannya
sangat erat. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat
dipahami dari surat Al-‘Alaq sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:
خلق االنسان من علق. اقرأ وربك االكرم الذي علم بالقلم. علم اقرأ بسم ربك الذي خلق.
(4-1االنسان ما لم يعلم )العلق
2
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena; Dia mengajar manusia tentang
sesuatu yang belum diketahuinya.” Dengan demikian guru memiliki posisi yang sangat penting dalam
pendidikan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar
mengajar seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat. Karena
metode mengajar merupakan komponen dari proses pendidikan yang harus
dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar.
Selain itu, karena metode merupakan salah satu komponen pendidikan
yang sangat penting dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan
suatu pendidikan. Maka dituntut adanya suatu kemampuan pada setiap
pendidik untuk dapat memilih dan mempergunakan metode-metode
pendidikan yang ada, sehingga metode-metode tersebut dapat berfungsi
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Di dalam pembelajaran terdapat banyak metode yang digunakan oleh
seorang guru untuk mendukung keberhasilan belajar, maka dalam
pembelajaran fikih selain metode ceramah yang sering digunakan oleh guru
mata pelajaran fikih untuk menyampaikan isi materi, metode demonstrasi
juga tepat untuk diterapkan dan digunakan khususnya pada materi-materi
tertentu seperti sholat. Dengan demikian jika guru mata pelajaran fikih
menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi dimana guru
harus mempertunjukkan atau memperagakan isi materi pelajaran yang sedang
dipelajari kepada siswa dengan disertai penjelasan lisan, maka tidak akan
terjadi kekeliruan pada diri siswa dalam mempraktekkannya, selain itu siswa
akan lebih mudah memahami dan menangkap materi yang disampaikan guru
mata pelajaran fikih. Oleh karena itu, jika guru salah dalam memilih suatu
metode pembelajaran maka hal ini dapat menimbulkan situasi belajar yang
3
membosankan diri siswa, juga hilangnya pusat perhatian terhadap materi
yang disampaikan.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi
dengan judul “PELAKSANAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MATA
PELAJARAN FIKIH MATERI SHALAT PADA SISWA KELAS VIII MTs
NURUL HUDA BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pengambilan penganalisaan masalah pokok
tersebut, secara bertahap perlu juga dijawab masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada
materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda
Banyubiru?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan metode Demonstrasi dalam mata
pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs Nurul Huda Banyubiru.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penggunaan metode
Demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih pada materi shalat kelas VIII di MTs
Nurul Huda Banyubiru ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang metode demonstrasi dan pelaksanaannya dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fikih. Adapun manfaat yang penulis harapkan
dari penelitian ini antara lain:
1. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar, dan para pihak
yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada umumnya serta bagi
4
penulis khususnya agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaranya melalui
pelaksananaan metode yang efektif dan efisien
2. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan terkait metode pengajaran serta dapat memperkaya khasanah dunia
pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas,
maka peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada pada
judul tersebut.
1. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration,
secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau
mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190) yang
dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.”
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode
demonstrasi adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang
guru atau orang lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau
murid sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh
kelas suatu proses kaifiyat melakukan sesuatu.
Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode
demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di
depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk
menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.
Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan:
5
1) Memberikan keterampilan tertentu.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa
lebih banyak.
3) Menghindari verbalisme.
4) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses
dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62).
b. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi
Kelemahannya
1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.
c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
e) Dapat menambah pengalaman anak didik.
f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi
lebih jelas dan konkrit.
g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
(Arief, 2002:191).
h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak
memerlukan keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur,
2000:114).
i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan
dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi
6
j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat
belajar (N.K, 2001:84).
Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih
dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting
adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).
2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak
efektif.
c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian
alat- alat.
d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif (Arief, 2002:192).
f) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.
g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas
akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata
atau sebenarnya.
h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran
itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya.
i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu
7
dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam
melakukannya tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).
2. Mata Pelajaran Fikih
Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-
yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu
(pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan
pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih
secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an
disebutkan:
فلوال نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين
...Apakah tidak lebih baik dari tiap-tiap golongan ada segolongan
yang berangkat untuk memperdalam faham/pengertian dalam urusan
agama... (QS. At Taubah: 122)
Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan
hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci“ (Ash Shiddieqy, 1993:17).
Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan
manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).
Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
3. Shalat
Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-
yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan
Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
8
Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang
didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai
dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat
adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian tentang pelaksanaan metode demontrasi dalam mata pelajaran
fikih materi sholat pada kelas VIII Madrasah Tsanawiyah menggunakan
pendekatan kualitatif.
Yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif
adalah:
a. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci,
masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent)
b. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah
penelitian selesai
c. Hipotesis: tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir
selama penelitian berlangsung. Hasil penelitiannya terbuka.
d. Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil
yang idak dapat dipastikan sebelumnya.
e. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data harus selalu dilakukan
sendiri oleh peneliti.
f. Analisis data: dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data
(Arikunto, 1989: 11).
9
Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Harun,2007: 15).
Dengan demikian karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau
tindakan, maka jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi atau berbagai variabel. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Lexy Moleong (2009: 11), bahwa jenis penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka- angka.
10
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai instrumen utama
pengumpulan data. Sedangkan instrument selain (non) manusia dapat pula
digunakan, namun fungsinya hanya sebatas sebagai pendukung dan pembantu
dalam penelitian.
Menurut Lexy J.Moleong (2009: 168) berpendapat bahwa kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor
hasil penelitian.
Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya, maka peneliti terjun langsung dan membaur dalam komunitas
subyek penelitian.. Keterlibatan peneliti dengan komunitas subyek penelitian
tersebut dilakukan sejak tanggal 12 Juni hingga tanggal 29 September 2017.
Akan tetapi, peneliti tidak serta merta ikut sepenuhnya dalam keseharian
komunitas subyek penelitian. Peneliti hanya membaur dan terlibat langsung di
dalamnya sebanyak kurang lebih 23 kali. Dalam kesemua keterlibatan peneliti
itu, peneliti di antranya melakukan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
3. Lokasi penelitian
Penelitian tentang pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih
materi sholat ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda yang
terletak di Dusun Sepakung Wetan Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang
4. Sumber Data
Sumber data yang digali dalam penelitian ini meliputi:
a. Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diambil peneliti baik
berupa kata-kata dan tindakan melalui wawancara dan observasi. Sumber
data primer ini adalah data-data yang langsung ditemukan dari sumber
utama. Sumber data utama dalam menggali data tentang pelaksanaan
11
metode demonstrasi dalam mata pelajaran fikih materi sholat adalah
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Fikih dan siswa
b. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiyono, 2008: 62).
Sumber data sekunder untuk menggali data tentang pelaksanaan
metode demonstrasi dalam matap pelajaran fikih materi sholat adalah
dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan
kebutuhan penelitian, seperti internet, majalah, dan buku-buku yang
bersangkutan dengan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yakni penelitian lapangan (field research). Teknik ini dilakukan guna
mendapatkan data-data dari tempat terjadinya kejadian atau kasus. Dalam
field research ini penulis menggunakan teknik:
a. Teknik Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena
yang diteliti (Hadi, 2004:130).
Nurkanca menyatakan bahwa observasi adalah suatu cara
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap
suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan
secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati (Rahardjo,
2011:43).
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan. Peneliti bekerja sama dengan wali kelas, guru mata pelajaran
fikih untuk melakukan observasi pada subjek penelitian.
12
Keunggulan dari observasi adalah memperoleh data hanya
dengan melakukan pengamatan saja, selain itu data lebih akurat karena
tanpa sepengetahuan konseli. Alat yang digunakan untuk observasi
adalah pedoman observasi berisi indikator awal subjek penelitian
sebelum diberikan pembelajaran demonstrasi dalam mata pelajaran
fikih antara lain :1) Siswa tidak memahami tentang materi yang
diberikan, 2) Siswa belum mampu mempraktekkan hasil pembelajaran
fikih yang diberikan, 3) Siswa kurang berminat dalam mengikuti
pembelajaran fikih, 4) Siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dan
mengulang kembali yang telah dipelajari
b. Teknik Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden atau
informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara) (Nazir, 1988:234).
Rahardjo (2011: 125) menjelaskan bahwa wawancara atau
interview adalah suatu teknik memahami siswa dengan cara melakukan
komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk
memperoleh keterangan atau informasi tentang siswa (Rahardjo,
2011:125).
Keunggulan teknik wawancara adalah dalam memperoleh data
yang diharapkan tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam
memperoleh data sangat efektif dan efisien.
Penelitian ini, peneliti melaksanakan wawancara terstruktur
terhadap beberapa responden, antar lain sebagai berikut :
1) Wawancara dengan guru mata pelajaran
13
Wawancara dengan guru mata pelajaran untuk mendapatkan
informasi tentang proses pembelajaran mata pelajaran fikih yang
selama ini dipergunakan dan hasil yang diperoleh dari metode
yang digunakan. Berdasarkan wawancara dengan guru mata
pelajaran fikih, diperoleh subjek penelitian yang akan diberikan
metode pembelajaran demonstrasi. Instrumen yang digunakan
adalah pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran (terlampir).
2) Wawancara dengan Peserta Didik
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan pembelajaran sebelum penelitian, tingkat pemahaman
siswa dan tingkat pengetahuan siswa tentang materi yang
diajarkan.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah metode untuk mencari data otentik
yang bersifat dokumentasi baik data itu berupa catatan harian, memori,
dan catatan penting. Dokumen ini dimaksudkan adalah semua data yang
tertulis (Koentjaraningrat, 1997:46).
Teknik ini digunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan MTs Nurul Huda Banyubiru Semarang
seperti letak geografis, struktur organisasi, daftar pengajar, daftar siswa
dan lain-lain.
Analisis isi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif yang bersifat non interaktif (Suharsimi,
2006: 32). Analisis isi dokumentasi dilakukan terhadap informasi yang
didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan atau
lainnya. Dalam hal ini, penelitian menggunakan instrumen yang berupa
tulisan dan catatan sistematis
6. Teknik Analisa Data
14
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2008: 88).
Teknik analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan
apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan,
yaitu pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan
berbagai bentuk data yang ada di lapangan serta melakukan pencatatan
di lapangan
b. Reduksi data
Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya atau
mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Maka dalam
penelitian ini data yang diperoleh dari para informan kunci dan
informan pelengkap disusun secara sistematis agar memperoleh
gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Penyajian data
Penyajian data ini berupaya menghindarkan data yang
bertumpuk-tumpuk. Laporan tebal dan sulitnya ditangani. Dengan
sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk
mengambil kesimpulan yang tepat. Dengan demikian peneliti
diusahakan menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.
d. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
15
Mengambil kesimpulan dan verifikasi ini bermula dari usaha
peneliti untuk mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk
itu ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering
timbul dan sebagainya.
Ketiga analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus
selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinue
dari awal sampai akhir penelitian (Harun, 2007: 77).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil
yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Teknik yang
digunakan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan teknik triangulasi
Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2009:
178)
b. Teknik member check
Dalam member check informan dan peneliti mengadakan review
terhadap data yang telah diperoleh dalam penelitian baik isi maupun
bahasanya (Moleong, 2009:221).
8. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap pra lapangan
1) Memilih lapangan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa di
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda komite sekolahnya sudah
16
terbentuk yakni seiring dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.
Selain itu, di lokasi ini memungkinkan mempermudah bagi peneliti
untuk melakukan penelitian dan observasi karena letaknya yang
strategis.
2) Mengurus perijinan penelitian secara formal.
3) Melakukan penjajakan lapangan.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini meliputi 2 kegiatan, yaitu: pengumpulan data yang
diperlukan dan mengidentifikasi data tersebut.
c. Tahap akhir penelitian
Pada tahap akhir ini ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu:
menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisa data sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
G. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini disusun dalam 5 BAB, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika penelitian
BAB II tinjauan teoritis, kajian umum metode pembelajaran, metode
Demonstrasi, mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah, konsep tentang
shalat, dan tata cara shalat.
BAB III berisi loporan hasil penelitian, meliputi: yang pertama gambaran umum
lokasi dan subjek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya Madrasah
Tsanawiyah Nurul Huda, letak geografis Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, visi
dan misi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, struktur organisasi Madrasah
17
Tsanawiyah Nurul Huda, keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda,
keadaan siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, serta keadaan sarana
dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Yang kedua penyajian data
yang terdiri dari: penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih dan
faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode demonstrasi dalam
pembelajaran fikih
BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian yaitu penerapan metode demonstrasi
dalam pembelajaran fikih dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih
BAB V penutup, berisikan simpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1. Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran
a. Pengertian Metode Pengajaran
Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui, dan
“hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab
metode disebut “thariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau
cara yang mengatur suatu cita- cita (Uhbiyati, 2005:123).
Pengertian pengajaran, adapun mengenai istilah “pengajaran”
menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata “ajar”, artinya
18
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).
Berdasarkan arti ini kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu
mengartikan pengajaran sebagai proses perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan. Selanjutnya dalam bahasa Arab, pengajaran disebut “taklim”
yang berasal dari kata “allama”. Dalam kamus Arab-Inggris susunan Elias
dan Elias kata-kata tersebut berarti to educate, to train, to teach, to
instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar selanjutnya istilah
pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar
kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something, to
teach todo something, to purnish with information yakni memberi
pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu,
memberi informasi. Istilah instruction atau pengajaran menurut Reber
berarti pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.
Sementara itu Tardif memberi arti instruction secara rinci yaitu a
preplanned, goal directed educational process designed to facilitate
learning, artinya pengajaran adalah proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta
dirancang untuk mempermudah belajar (Muhibbinsyah, 2004:32).
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode
pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi pengajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid
dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah
secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
b. Macam-macam Metode Pengajaran
Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan
mencapai sasaran, maka salah satu faktor yang diperhatikan adalah
menentukan cara mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa dengan
19
memperhatikan tingkat kelas, umur dan lingkungannya tanpa
mengabaikan faktor-faktor lainnya.
Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih
metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi
pengajaran ada beberapa syarat yang harus diperhatikan di dalam
menggunakan satu atau lebih metode, yaitu sebagai berikut :
1) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan
motif, minat, atau gairah belajar siswa.
2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
3) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang
keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut melakukan eksplorasi dan
inovasi (pembaharuan).
5) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid
dalam tehnik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan
melalui usaha pribadi.
6) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan
penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan
pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7) Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan
dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari
(Ahmadi, 1997:53).
Di dalam Al Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,
teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan
sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan
20
materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak
membosankan anak didik (Nata, 2007:88).
Dari banyak metode pengajaran maka sesuai dengan judul
penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci
macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian
metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.
2. Pengertian Metode Demonstrasi, Kekurangan dan Kelebihannya
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration,
secara bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau
mempertontonkan”. Sedangkan menurut Arief (2002:190), yang dimaksud
dengan metode demonstrasi adalah “ metode mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu kepada siswa.”
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi
adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang
lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri
memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses
kaifiyat melakukan sesuatu.
Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode
demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di
depan kelas. Dalam masalah fikih, metode demonstrasi digunakan untuk
menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.
Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan:
1) Memberikan keterampilan tertentu.
2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa
lebih banyak.
21
3) Menghindari verbalisme.
4) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses
dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik (Ahmadi, 1997:62)
b. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai
metode demonstrasi menurut Moejiono (1992:74) dalam bukunya Stategi
Belajar Mengajar adalah:
1) Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) mengkaji
kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. 2) analisis
kebutuhan peralatan untuk demonstrasi. 3) mencoba peralatan dan
analisis kebutuhan waktu. 4) merancang garis-garis besar
demonstrasi.
2) Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1)
mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
demonstrasi. 2) memberi pengantar demonstrasi untuk
mempersiapkan para siswa mengikuti demonstrasi, berisikan
penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan demonstrasi. 3)
memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, dan pertayaan.
3) Tindakan lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) diskusi
tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja
didemonstrasikan.2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.
Menurut N. K. (2001:83), agar demonstrasi berjalan efektif maka
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar
dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
22
2) Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan tekhnik anda mampu
menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
3) Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil
kebijaksanaan lain.
4) Apakah guru telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan
mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya.
5) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan
dilakukan.
6) Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi
keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
8) Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan
itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
c. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara Mengatasi
Kelemahannya
1) Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:
a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi
pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.
c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Dapat memusatkan perhatian anak didik.
e) Dapat menambah pengalaman anak didik.
f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi
lebih jelas dan konkrit.
23
g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung
(Arief, 2002:191).
h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak (Mansyur, 2000:114).
i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat
dijawab waktu mengamati proses demonstrasi (Hasibuan, 1988:30).
j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat
belajar (N.K, 2001:84).
Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih
dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting
adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa (Muhibbinsyah, 2004:209).
2) Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak
efektif.
c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian
alat- alat.
d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak
efektif (Arief, 2002:192).
f) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas.
24
g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan
berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau
sebenarnya.
h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan
ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran
itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya.
i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai
guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam melakukannya
tepat dan secara otomatis (Mansyur, 2000:114).
3) Sedangkan cara untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi dapat
dengan cara sebagai berikut:
a) Lakukan dengan metode demonstrasi dalam hal-hal yang bersifat
praktis dan urgen dalam masyarakat.
b) Arahkan pendemonstrasian agar murid-murid dapat memperoleh
pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap, serta kecakapan
praktis.
c) Usahakan agar anak dapat mengikuti demonstrasi.
d) Berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang
hendak didemonstrasikan (Ahmadi, 1997: 63).
25
B. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar
a. Makna Proses
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang
berarti berjalan ke depan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan
(Muhibinsyah, 2004:113).Dalam psikologi belajar, Reber mengartikan
proses yaitu cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Sedangkan menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan yang
menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi proses belajar dapat
diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.
b. Makna Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar
dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh
para pendidik khususnya para guru. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Definisi belajar itu sendiri menurut Skinner yang dikutip Barlow
dalam bukunya Educational Psychology The Theaching Learning
Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan
menurut Hintzman, belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi dalam diri
26
organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi perubahan tingkah laku organisme tersebut (Muhibinsyah,
2004:90).
Sedangkan menurut Jerome Brunner belajar adalah suatu proses
aktif di mana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya
(Trianto, 2009:15).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses yang menyebabkan adanya perubahan dalam
pengetahuan dan perilaku makhluk hidup sebagai hasil latihan,
pendidikan dan pengalaman.
c. Makna Mengajar
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti
pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar (Ahmadi,
1997:39). Menurut Tardif bahwa mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau
memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar” (Muhibinsyah,
2004:113).
Jadi, mengajar bukanlah semata-mata menyampaikan pelajaran
kepada anak didik tetapi sama halnya dengan belajar, mengajarpun sama
hakikatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas maka pengertian proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terencana
yang dilakukan oleh guru dan murid, yang didalamnya terdapat aktivitas-
aktivitas dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal
balik guna tercapainya tujuan belajar mengajar yang ditandai dengan
berubahnya tingkah perilaku anak didik baik kognitif, afektif, dan
27
psikomotoriknya. Dan dapat dikatakan bahwa, proses belajar mengajar
dalam suatu lembaga pendidikan formal dikatakan efektif apabila tujuan
yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar
Selain dari sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu
sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektif tidaknya
kegiatan belajar mengajar tersebut, diantaranya:
a. Faktor murid atau subjek belajar
Murid atau anak didik merupakan potensi yang harus
dikembangkan. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kepribadian yang
unik. Oleh karena itu di dalam mendidik atau membimbingnya harus
melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga
potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.
b. Faktor guru
Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara guru dan murid.
Dimana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan dari pihak
murid saja melainkan juga keterlibatan seorang guru, sehingga tidak berat
sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terdapat feed
back ( umpan balik) diantara keduanya.
Sebagai guru, ia harus memiliki pandangan yang luas mengenai
substansi yang berhubungan dengan pengajarannya. Ia harus
memahami beberapa kondisi baik di dalam, maupun di luar kelas.
Kondisi yang berada di luar kelas antara lain teman sejawat, murid, dan
lingkungan masyarakat. Sedangkan kondisi dalam kelas yang dimaksud
disini adalah sikap guru terhadap pelajaran yang akan disampaikan
kepada subjek didik. Di samping itu, satu hal yang tak boleh dilupakan
adalah kenyataan bahwa fungsi guru di kelas adalah sebagai pemimpin.
28
Sebagai pemimpin, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang baik
sekaligus mengoperasikannya di kelas. Ia juga harus memotivasikan
subjek didik sedemikian rupa agar dapat terjadi proses belajar semaksimal
mungkin. Ia juga perlu menciptakan pendekatan yang manusiawi, baik
terhadap teman sejawatnya, maupun anak didiknya. Guru perlu juga
mengkoordinasikan dan mengaktifkan kelompok kelas. Ia juga dituntut
untuk dapat menemukan sekaligus menerapkan ide-ide baru sebagai
bahan inovasi bagi terciptanya proses belajar mengajar yang baik.
Kemauan guru untuk menerapkan ide-ide baru hendaknya
mempertimbangkan keadaan murid sehingga tidak terjadi penolakan oleh
murid.
c. Faktor lingkungan sekolah
Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah bagaimana
menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan
sekolah, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar.
C. Bidang Studi Fikih
1. Pengertian Fikih
Fikih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata faquha-
yahqahu. Kata fikih semula berarti al-‘ilmu (pengetahuan) dan al-fahmu
(pemahaman). Jadi fikih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan
pintar” (Yunus, 1990, 321). Selain itu menurut Syarifuddin (1997: 20) fikih
secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.” Dalam al – Qur’an
disebutkan:
فلوال نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين
...Apakah tidak lebih baik dari tiap-tiap golongan ada segolongan yang
berangkat untuk memperdalam faham/pengertian dalam urusan agama...(QS.
At Taubah: 122)
29
Menurut para fuqaha fikih berarti: “ilmu yang menerangkan hukum-
hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci “ (Ash Shiddieqy, 1993:17).
Sedangkan definisi ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan
tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia, yang
diambil dari dalil-dalilnya secara rinci (Khallaf, 2002:2).
Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan fikih yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
hukum-hukum perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
2. Tujuan Fikih di MTs
a. Tujuan Fikih
Menurut Khallaf (2002:6), tujuan ilmu fikih adalah menerapkan
hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia.
Sedangkan tujuan pembelajaran fikih di MTs yang dikutip dari I. W.
Ahmad dalam delapan perangkat pembelajaran MTs adalah:
1) Membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami
pokok- pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara
menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih
ibadah dan hubugan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih
muamalah.
2) Membekali peserta didik agar dapat melaksanakan dan mengamalkan
ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah dan ibadah sosial. Pengamalan tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan
tanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
3. Ruang Lingkup Fikih di MTs
Ruang lingkup bidang studi fikih MTs yang dikutip dari I. W. Ahmad
dalam delapan perangkat pembelajaran MTs meliputi ketentuan pengaturan
hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
30
antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di MTs adalah:
a. Aspek fikih ibadah: ketentuan dan tata cara thaharah, sholat fardhu, sholat
sunah, dan sholat dalam keadaan darurat, sujud , azan dan iqomah,
berdzikir dan berdoa setelah sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban
dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur.
b. Aspek fikih muamalah: ketentuan hukum jual-beli, qiradh, riba, pinjam-
meminjam, utang-piutang, gadai dan borong serta upah.
D. Shalat
1. Pengertian shalat
Sholat menurut bahasa merupakan ism masdar dari kata shalla-
yushalli yang memiliki arti beragam yaitu: doa, rahmat, ampunan, sanjungan
Allah kepada Rosulullah (Alfairuz, 1995:173). Sedangkan menurut istilah
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Dalam pengertian lain Sholat juga merupakan salah satu sarana
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang
didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai
dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri
Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat
adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan.
2. Syarat-syarat sholat
Syarat menurut bahasa ialah alamat atau tanda. Sedangkan menurut
istilah ialah hal-hal yang menjadikan syahnya shalat, bukan merupakan bagian
31
yang dilakukan ketika shalat (hal-hal yang wajib ada atau terpenuhi bagi
pelaku shalat) (Syamsuddin, 2010:13).
Jelasnya syarat itu tidak meliputi rukun shalat, karena rukun adalah
bagian yang harus dikerjakan dalam shalat. Adapun syarat-syarat wajib dan
sahnya shalat, yaitu:
a. Syarat wajib shalat
1) Syarat wajib shalat ada tiga, yaitu:
a) Islam, orang kafir tidak wajib shalat dan tidak pula mengqadha
shalat-shalat yang ditinggalkan selama ia kafir (ketika ia masuk
islam)
b) Berbeda dengan orang murtad (asalnya islam lalu berbalik
memusuhi islam), maka semua shalat fardhu yang ditinggalkan
selama ia murtad, wajib dibayar (diqadha) kalau nantinya masuk
islam lagi
c) Baligh, maka bagi anak yang belum baligh baik pria maupun
wanita, tidak wajib shalat, tapi orangtua wajib menyuruhnya
ketika anak menginjak 7 tahun atau lebih, kalau sudah tamziy
(mengerti arah), atau dinantikan sampai lewat tamziy, bahkan
setelah umur 10 tahun belum juga melaksanakan shalat (enggan
shalat) maka orangtua diperbolehkan memukulnya
مروا أوالدكم بالصالة وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم أبناء عشر سنين
وفرقوا بينهم في المضاجع
“ Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika
menginjak usia 7 tahun, dan pukullah mereka kalau
meninggalkan (enggan) shalat (padahal) umurnya telah
mencapai 10 tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka
.....” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, Jami’ush
shaghir jilid II/155)
32
d) Berakal sehat, maka bagi yang gila (akalnya tidak sehat) tidak
wajib shalat
b. Syarat-syarat sahnya shalat
1) Syarat sahnya shalat ada lima, yaitu:
a) Suci (suci dari hadas, haid dan nifas nifas) (Bakar, 2010:14).
Sabda Rasulullah Saw:
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم لفاطمة بنت ابي حبيش : اذا اقبلت الحيضة فدعي الصالة
“ Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisyi, “apabila
datang haid, tinggalkanlah shalat.” (HR. Bukhari)
ال يقبل اهلل صالة احدكم اذا احدث حتى يتوضأ
“ Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabila
ia berhadas hingga ia berwudhu” (HR. Bukhari Muslim)[6]
b) Menutup aurat, orang yang akan shalat hendaknya mentup aurat.
Firman Allah Swt :
يبني ادم خذوا زينتكم عند كل مسجد
“ Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid.” (Al-A’raf : 31)
c) Berdiri di tempat yang suci, maka tidak sah shalat seseorang yang
bagian tubuhnya atau pakaiannya terkena najis, baik ketika berdiri,
duduk tahiyat, rukuk atau sujud
d) Mengetahui bahwa waktu shalat telah masuk
e) Menghadap kiblat
Firman Allah Swt :
فول وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ماكنتم فولوا وجوهكم شطره“ Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan di mana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (Al-
Baqarah : 144)
33
3. Rukun-rukun sholat
Amalan-amalan yang dilakukan saat melakukan ibadah shalat, yaitu:
a) Niat, yaitu sengaja atau menuju sesuatu dibarengi dengan (awal)
pekerjaan tersebut, tempatnya di hati (diucapkan oleh suara hati)
(Syamsuddin, 2010:13). Sabda Rasulullah saw :
انما االعمل بانيات“ Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” (HR. Bukhari
Muslim) (Sulaiman, 2015:11).
b) Takbiratul ihram, diucapkan bagi yang bisa mengucapkan dengan
lisannya
c) Berdiri tegak, bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau
berbaring bagi yang sedang sakit
d) Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at
Sabda Rasulullah saw:
الصالة لمن يقرأ بفاتحة الكتاب“ Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Fatikhah.”
(HR. Bukhari)
e) Ruku’ dengan tumakninah
Sabda Rasulullah Saw :
ثم اركع حتى تطمئن راكعا“ Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk”
(HR. Bukhari Muslim)
f) I’tidal dengan tumakninah
Sabda Rasulullah saw:
حتى تعتدل قائماثم ارفع
34
“Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk I’tidal” (HR
Bukhari Muslim)
g) Sujud dua kali dengan tumakninah
h) Duduk antara dua sujud dengan tumakninah
i) Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah
j) Membaca tasyahud akhir
k) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
l) Membaca salam yang pertama
Sabda Rasulullah saw:
تحريمها التكبير وتحليلها التسليم“Permulaan shalat itu takbir dan penghabisannya salam.” (HR Abu
Daud dan Tirmizdi)
Sabda Rasulullah saw:
صلوا كما رأيتموني اصلي“Shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat saya shalat.” (HR Bukhari)
4. Hal-hal yang membatalkan sholat
Hal-hal yang membatakan shalat ada 14, yaitu:
a) Sengaja berbincang atau ngomong-ngomong layaknya dengan manusia,
baik berbicara dalam rangka pembenahan shalat atau bukan (Syamsuddin,
2010:22).
b) Banyak bertingkah, yang berkesinambngan, misalnya 3x melangkah,
disengaja atau tidak.
c) Berhadas ( kecil maupun besar)
d) Meninggalkan salah satu rukun sholat atau sengaja memutuska rukun
sebelum sempurna, misalya melakukan i’tidal sebelum sempurna ruku’
(Sulaiman, 2015:40).
35
e) Sengaja membuka auratnya bukan karena ditiup angin sedangkan bagi
yang terbuka auratnya akibat angin, lalu segera menutupnya kembali
maka tidak batal shalanya (Syamsuddin, 2010:24).
f) Terkena najis (baik badan, pakaian atau tempat shalat) yang bukan najis
ma’fu. Lain halnya kalau najis itu kering dan menimpa atau mengenai
pakaian, lalu dengan segera najis itu dikibaskan dari pakaiannya, maka
tidak batal shalatnya
g) Makan atau minum baik sedikit ataupun banyak keduanya membatalkan
shalat
h) Membelakangi kiblat
i) Gelak tawa ketika shalat, itu dapat membatalkan shalat
j) Mendahului imam dalam shalat jama’ah
k) Murtad ( keluar dari islam ), mati, gila atau hilang akal
l) Berubah niat, seseorang yang sedang shalat lalu iba-tiba terbetik niat
untuk tidak shalat di dalam hatinya, saat itu juga shalatnya telah batal.
Sebab, niatnya telah merusak meskipun dia belum melakukan hal-hal
yang membatalkan shalat
m) Terdapat air bagi orang yang shalatnya dengan tayammum
Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu saat shalat
tiba-tiba terdapat air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan
berwudhu maka shalatnya batal, dia harus berwudhu saat itu dan
mengulangi lagi shalatnya
n) Mengucapkan salam secara sengaja
Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar,
shalatnya menjadi batal. Dasarnya aalah hadist Nabi saw. yang
menyatakan bahwa salam adalah hal yang mengakhiri shalat. Kecuali
lafal salam dalam bacaan shalat, seperti dalam bacaan tahiya
36
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MTs Nurul Huda Sepakung
Berdasarkan data dokumen yang peneliti peroleh di lapangan
menunjukkan bahwa pada mulanya MTs Nurul Huda Sepakung merupakan
sekolah filial MTs Rodhotul Furqon pada tahun 1997 dengan tujuan sebagai
sekolah yang menampung sebagian siswa MTs Rodhotul Furqon yang
melebihi target jumlah kelas yang disediakan. Seluruh guru dan staf
akademika MTs Nurul Huda Sepakung mulanya juga berasal dari MTs
Rodhotul Furqon, sedangkan yang menjabat sebagai kepala sekolah pada
waktu itu adalah Bapak Suparman, S.P.d.
Menurut penuturan Bapak Suparman sebagai berikut :
Sekolah filial ini bertempat di MI Nurul Huda sepakung dengan
jumlah kelas sebanyak 1 ruang untuk kelas 1. Akhir tahun 1999 MTs
Nurul Huda mulai mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah di
Dusun Sepakung bagian timur. Akhirnya pada tahun 2000 MTs Nurul
Hudafilial MTs Rodhotul Furqon diresmikan menjadi MTs Nurul Huda
Sepakung, dengan jumlah murid sebanyak 47, jumlah kelas sebanyak 3
kelas dan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Sejak dibangunnya
gedung sekolah yang baru, MTs Nurul Huda mengalami kemajuan
jumlah siswa yang sangat pesat.
Sejak berdiri sampai saat ini, MTs Nurul Huda telah mengalami
tiga kali pergantian kepala sekolah,yaitu sebagai berikut:
a. H. Sugiri, A.Ma.(Tahun1997-2002)
b. H.Edi Istiawan, S.Pd.I (Tahun 2002-2016)
c. Suparman, S.Pd (Tahun 2016-sekarang)
2. Letak Geografis
37
MTs Nurul Huda bertempat di Dusun Sepakung bagian timur.
Latitude (lintang) -7.3433, dan longitude (bujur) +110.41.
3. Visi danMisi
Visi adalah gambaran sekolah yang digunakan di masa depan
secara utuh, sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi,
antara visi dan misi merupakan dua hal yang saling berkaitan, adapun
visi dan misi MTs Nurul Huda yaitu:
a. Visi Sekolah
“ Terwujudnya lembaga pendidikan agama tingkat dasar yang
komprehensif dengan memadukan pendidikan akhlaq dan pendidikan
formal ”
b. Misi Sekolah
1) Menumbuhkan penghayatan pengamalan terhadap ajaran agama
dan budi pekerti.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif agar
mencapai prestasi yang optimal.
3) Menerapkan disiplin ke dalam kegiatan sehari-hari sehingga
tercipta suasana kondusif.
4) Menyediakan wadah penyaluran bakat dan minat siswa dalam
bidang seni dan olah raga.
5) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler.
c. Strategi Sekolah
1) Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama.
2) Menumbuhkan penghayatan dan menjunjung tinggi budaya
bangsa
3) Bersikap santun terhadap orang yang lebih tua
4) Melaksanakan bimbingan belajar intensif agar unggul dalam
memperoleh nilai UN.
38
5) Menumbuhkan semangat keunggulan terhadap warga sekolah.
6) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
(dirinya) sehingga dapat berkembang secara optimal.
7) Menambah jumlah jam pada pelajaran tertentu.
8) Tata tertib dalam memenuhi kewajiban dan menerima haknya.
9) Bersedia menerima sanksi jika melanggar tata tertib, dan berhak
mendapat pujian (penghargaan) jika berprestasi.
10) Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler pramuka.
11) Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler PMR.
12) Pembinaan dan pelatihan marching band.
13) Pembinaan dan pelatihan seni tari.
14) Pembinaan dan pelatihan seni musik
15) Pembinaan dan pelatihan seni Drama.
16) Pembinaan dan pelatihan sepak bola.
17) Pembinaan dan pelatihan bola voli.
18) Pembinaan dan pelatihan bela diri.
19) Pembinaan dan pelatihan tenis meja.
20) Menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah.
21) Menumbuhkan rasa kekeluargaan warga sekolah.
22) Menerapkan manajemen partisipasi semua komponen dengan
melibatkan warga sekolah dan stakeholder, dan dengan
memberdayakan mayarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana sekolah.
d. Tujuan
1) Unggul dalam beragama dan budi pekerti
2) Unggul dalam berprestasi
3) Unggul dalam disiplin
4) Unggul dalam kesenian
5) Unggul dalam seni dan olahraga
39
6) Unggul dalam kepedulian terhadap lingkungan.
4. Struktur Organisasi MTs Nurul Huda
MTs Nurul Huda dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan
dibantu empat orang wakil kepala sekolah yang membidangi empat
urusan yang memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu di
sekolah.
Kepala sekolah dijabat oleh Suparman, S.Pd.I selanjutnya empat
orang wakil kepala sekolah yang membidangi empat urusan, masing-
masing wakil kepala bagian kurikulum dijabat oleh Eriana Widowati,
S.Pd. wakil kepala bagian sarana prasarana dijabat oleh Fakhrudin, S.Pd.
wakil kepala bagian humas dijabat oleh Tumari, S.Pd. wakil kepala
bagian kesiswaan dijabat oleh Suparwanto, S.Pd.
a. Kepala sekolah
Adapun tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam
mengembangkan dan memajukan MTs Nurul Huda, antara lain:
1) Kepala sekolah sebagai educator
2) Kepala sekolah sebagai manajer
3) Kepala sekolah sebagai administrator
4) Kepala sekolah sebagai supervisor
b. Kurikulum
Wakil kepala sekolah urusan kurikulum dijabat oleh Eriana
Widowati, S.Pd. yang bertugas dan bertanggung jawab membantu
kepala sekolah yaitu:
1) Menyusun program pengajaran,
2) Menyusun pembagian tugas guru
40
3) Menyusun jadwal pelajaran
4) Menyusun jadwal evaluasi pelajaran
5) Menyusun pelaksanaan ujian sekolah/ujian nasional
6) Menerapkan kriteria persyaratan naik kelas/tidak naik kelas
7) Menerapkan jadwal penerimaan buku raport, SKHU dan STTB
8) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan
pelajaran
9) Menyediakan buku kemajuan kelas.
c. Sarana dan Prasarana
Wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana dijabat oleh
Fakhrudin, S.Pd yang bertugas dan bertanggung jawab membantu
kepala sekolah yaitu:
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
2) Mengadministrasikan pendayagunaan sarana danp rasarana
3) Pengolaan pembiayaan alat-alat pengajaran.
d. Kesiswaan
Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dijabat oleh
Suparwanto, S.Pd. yang bertugas dan bertanggung jawab membantu
kepala sekolah yaitu:
1) Menyusun program pembinaan kesiswaan/OSIS
2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan OSIS untuk menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah
3) Membina dan melaksanakan koordinasi pelaksanaan 7K
41
4) Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
5) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan siswa secara berkala
6) Mengatur mutasi siswa
Adapun data struktur organisasi MTs Nurul Huda dapat dilihat
di halaman lampiran.
42
5. Keadaan Guru di MTs Nurul Huda
Guru merupakan faktor terpenting dalam pendidikan, karena
sebagai seorang guru tidak hanya sebatas sebagai pengajar saja,
melainkan juga sebagai pembimbing, pendorong/motivator, serta suri
tauladan yang baik bagi anak didiknya. Untuk itu guru perlu memiliki
keahlian dan ketrampilan yang diperlukan oleh peserta didik pada saat
terjun ke masyarakat.
Guru atau tenaga pengajar MTs Nurul Huda sebanyak 20 orang.
Sebagian dari mereka ada yang berstatus sebagai Guru Tetap (GT) dan
sebagian yang lain berstatus sebagai Guru Tidak Tetap (GTT).
Disamping tenaga pengajar, untuk memperlancar kegiatan pendidikan di
MTs Nurul Huda juga ada staf TU, dan pegawai perpustakaan. Untuk
lebih jelasnya tentang keadaan guru dan staf lainnya yang membantu
jalannya proses pendidikan di MTs Nurul Huda dapat dilihat dari hasil
penelitian yang penulis peroleh di halaman lampiran.
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa keadaan guru di MTs
Nurul Huda cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat
pendidikan guru yang rata-rata telah menempuh jenjang pendidikan S1
bahkan ada juga guru yang tengah menempuh jenjang S2 serta
kesesuaian dengan bidang studi yang diajarkan. Sedangkan keadaan
karyawan di MTs Nurul Huda cukup memadai untuk melaksanakan
tugas-tugas administrasi guna menjalankan kelancaran proses belajar-
mengajar.
Dengan adanya guru yang memiliki tingkat akademik yang
tinggi dan berkualitas diharapkan para guru mampu menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru juga dapat mendidik dan
membimbing para siswa MTs Nurul Huda menjadi siswa yang
berkualitas dan siap bersaing dengan siswa-siswa dari sekolah lain.
43
6. Keadaan Siswa-siswi di MTs Nurul Huda
Siswa atau peserta didik merupakan salah satu syarat terjadinya
interaksi mengajar. Siswa tidak hanya dikatakan sebagai objek tetapi
juga dikatakan sebagai subjek didik. Dengan demikian maka akan
mengalami dinamika sebagai proses belajar-mengajar.
Berdasarkan dokumen yang peneliti peroleh di lapangan
menunjukkan bahwa data siswa-siwi MTs Nurul Huda tahun ajaran
2017/2018 dapat dilihat di halaman lampiran.
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa-siswi
MTs Nurul Huda untuk tahun ajaran 2017/2018 berjumlah 105 yang
terdiri dari 35 siswa kelas VII, 40 siswa kelas VIII, dan 30 siswa kelas
IX.
7. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sekolah adalah segala sesuatu yang dipakai
sebagai alat yang merupakan penunjang untuk terselenggaranya proses
pendidikan demi tercapainya kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana
merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap aktivitas
kegiatan, maka keberadaannya merupakan factor penting dalam usaha
mencapai tujuan Pendidikan yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui
keadaan sarana dan prasana yang dimiliki MTs Nurul Huda dapat dilihat
di halaman lampiran.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan
prasarana MTs Nurul Huda dalam kondisi baik. Hal tersebut sangat
membantu kelancaran kegiatan belajar-mengajar, Karena sarana dan
prasarana yang diinginkan oleh semua pihak sekolah dapat terpenuhi.
Pihak MTs Nurul Huda juga selalu berusaha memenuhi fasilitas yang
diperlukan dalam proses pembelajaran Karena diharapkan terpenuhinya
fasilitas Pendidikan merupakan penunjang terhadap keberhasilan
44
peningkatan mutu sekolah yang telah ditetapkan, yang hal ini lebih
spesifik pada peningkatan prestasi siswa.
B. Penyajian Data Penelitian
1. Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata Pembelajaran Fikih
Di dalam sebuah pembelajaran yang ideal dibutuhkan sebuah metode
yang dianggap tepat untuk mempermudah pemahaman siswa dan menerima
sebuah materi yang diberikan. Untuk mencari informasi metode apa yang
biasa diterapkan dalam pembelajaran fikih, saya menanyakan kepada bapak
Sugiri selaku guru fikih:
Untuk pelajaran fikih, biasaya saya menerapkan banyak ceramah dan kemudian praktek langsung.Karena pelajaran fikih itu pelajaran yang
banyak menggunakan praktek dalam meningkatkan pemahaman
darisiswa.
Mencari informasi yang lebih lanjut peneliti menayakan bagaimana
situasi kelas ketika bapak sedang mengajar menyampaikan materi.
Ungkapan Bapak S:
Bervariasi, itu tergantung dari kelasnya, siswanya dan materinya. Bila
dikelas VIII itu, maaf anaknya rata-rata kurang pandai dan harus
lebih estra dalam menyampaikan materinya, untuk materinya bila
yang diajarkan materinya menarik maka siswa juga aktif dalam
bertanya dan sebaliknya bila materinya kurang menarik siswa akan
diam, Tapi situasi kelasnya rata-rata kelas yang saya masuki itu bisa
terkontrol dan terkendalikan.
Menerapkan metode demonstrasi mata pelajaran fikih di MTs Nurul
Huda Banyubiru, sebagai guru mata pelajaran fikih Bapak S membuat
persiapan dulu sebelum melakukan langkah-langkah mengunakan metode
demonstrasi tersebut,
Kalau untuk persiapan, saya mempersiapkan konsep, bagaimana
45
konsepnya nanti saya melakukan proses belajar mengajar
mengunakan metode demonstrasi, seperti siswa nanti disuruh untuk
mempraktekkan shalat misalnya shalat subuh, kita sebagai guru
hanya menjelaskan dan kita sebagai guru akan membetulkan kalau
ada yang salah.
Data di atas diperkuat dengan hasil obsevasi, bahwa terkait dengan
persiapan guru dalam menerapkan metode demonstrasi pada mata pelajaran
fikih, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan oleh
guru fikih yaitu dalam memilih konsep yang sesuai, yang kita harus
perhatikan adalah materi dan tujuan isi materi yang akan disampaikan
kepada siswa. setelah menerima pelajaran, istilahnyakompetensi dasar
maupun tujuan yang tercakup dalam indikator- indikatornya.
Selain dengan guru fikih, peneliti juga melakukan wawancara dengan
waka kurikulum. Peneliti menanyakan tentang adanya sarana dan prasarana
di sekolah dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi kepada Ibu EW waka kurikulum di MTs Nurul Huda
Banyubiru, berikut uraian beliau mengenai persiapan metode demonstrasi:
Fikih seperti kemarin kita sampaikan memang sekolah siap untuk
mengusahakan kaitan prasarana tapi kemarin insyaallah itu sudah
ada, sarana pembelajaran seperti itu sudah ada tetapi belum
dimanfaatkan dengan baik seperti vcd untuk praktek wudhu dll itu
sudah ada, tapi di reguler itu belum tapi di fullday itu sudah ada.
Kalau sarana yang mendukung seperti musholla, tempat wudhu
cukup, lcd, proyektor juga ada.
Sebagai guru mata pelajaran fikih Bapak S membuat langkah-langkah
mengunakan metode demonstrasi tersebut, adapun langkah-langkah sebagai
berikut:
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode
demonstrasi adalah: 1) Mempersipakn RPP untuk menjalankan
urutan-urutan dalam pembelajaran. 2) Persipan dengan mengkaji
kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. 3) Menyiapkan
alat peraga. 4) Pelaksanaan dengan memperagakan tindakan, proses
atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi dan pertayaan. 5)
46
Menyiapkan tempat untuk mendemonstrasikan gerakan shalat.
6)Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan
segala hal yang telah didemonstrasikan.
Data di atas juga diperkuat dengan hasil observasi, bahwa dalam
pembelajaran fikih guru memulai proses pembelajaran mengucapkan salam
terlebih dahulu lalu meriview pembelajaran yang sebelumnya untuk
mengingat apa yang dipelajari minggu kemarin, guru menjelaskan tentang
materi shalat secara jelas agar dimengerti oleh siswa, lalu guru menunjuk
murid untuk mempraktekkan shalat subuh di depan teman-teman
sekelasnya, murid yang sudah ditunjuk oleh guru itu mendemonstrasikan
shalat subuh sedikit malu-malu, pada saat pendemonstrasian shalat subuh
semua siswa dan guru memperhatikan prosesi shalat subuh, guru sesekali
membenarkan bacaan siswa yang salah, setelah pendemonstrasian shalat
subuh itu selesai guru menyimpulkan apa yang terjadi dalam proses
demonstrasi tadi, setelah prosespembelajaranselesai guru menutup
pelajaran dengan salam.
Peranan metode dalam pembelajaran sangat mendominasi
keberhasilan penyampaian materi pembelajaran. Metode demonstrasi sering
mendominasi dalam penyampaian materi pembelajaran fikih. Menurut
Bapak Sugiri:
bahwa keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sangat tergatung dengan metode yang digunakan. Pemberitahuan
dari teman saya yang mengajar di MTs Roudlotul Furqon, Dengan
metode demonstrasi pembelajaran fikih di MTsFurqon banyak
mendapat segi positif dilihat dari pembelajaran fikih yang diajarkan
kepada siswa dengan menggunakan metode demonstrasi lebih cepat
memahami materi seperti tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran.
Dalam menerapkan metode demonstrasi tersebut, peneliti menggali
informasi kepada guru mata pelajaran fikih bagaimana minat siswa dalam
47
proses belajar mengajar mengunakan metode demonstrasi, Bapak S
mengungkapkan:
Minat siswa khususnya kelas VIII dalam mengikuti proses belajar
mengajar menggunakan metode demonstrasi sangat antusias, karena
yang melakukan demonstrasi di depan kelas itu bukan saya
melainkan anak didik saya, jadi temannya yang lain bisa fokus ketika
salah satu temannya itu mendemonstrasikan di depan kelas. Karena
sebelumnya saya tekankan kepada anak-anak kita itu belajar bukan
semata-mata hanya untuk ujian melainkan untuk setiap hari
melakukan atau untuk bekal kehidupan sehari-hari.
Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa R yang
mengungkapkan:
Alhamdulillah Bapak saya sangat senang, semangat dan lebih memahami kalau pak guru menunjuk teman-teman sekelas untuk
mempraktekkan materi pelajaran di depan kelas, walaupun sedikit
malu-malu karena dilihat oleh teman sekelas yang lain.
Dan peneliti juga mewawancarai seorang siswi T yang
mengungkapkan:
Saya sangat senang jika pak guru mengajarnya dengan metode
demontrasi sebab kalau hanya baca buku saja sering lupa, beda sama
kalau dipraktekan terasa masih membekas saja materi
pembelajarannya.
Dari keterangan di atas, diperkuat dengan hasil observasi
menunjukkan bahwa metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih sangat
mempermudah siswa memahami materi yang telah disampaikan, misalnya:
materi wudu, tayamum, shalat. Dilihat dari pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi lebih berhasil dari pada sebelum
melakukan pembelajaran dengan tidak menggunakan metode demonstrasi.
Hasil observasi tentang penerapan metode demonstrasi a) guru
menunjuk salah satu siswa untuk maju di depan kelas untuk memperagakan
setiap gerakan shalat disertai penjelasan singkat dari guru, selanjutnya guru
menunjuk dua siswa untuk mempraktekan langsung gerakan shalat disertai
48
bacaannya, sedangkan teman yang lain mengamatinya. b) guru memberikan
pertanyaan terkait dengan shalat. c) guru memberikan kesempatan kepada
semua siswa melakukan shalat subuh secara berjamaah dengan membaca
bacaannya secara keras, di samping itu guru mengamati dan memberikan
arahan kepada siswa yang belum lancar dalam gerakan dan bacaannya. d)
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
memberikan kesimpulan terkait materi yang diajarkan hari ini.
Untuk pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat
kelas VIII, Bapak S selaku guru mata pelajaran fikih kelas VIII memberi
penjelasan:
Menurut saya pribadi metode demostrasi ini sangat bagus karena
dengan adanya metode demonstrasi ini, guru dapat langsung
mengetahui anak yang belum lancar dalam bacaan shalat dan gerakan
shalat. Disamping itu siswa akan tergugah semangatnya dalam
pembelajaran ini, dilihat dari alat peraganya yang akan menjadi
fokus perhatianya siswa sehingga memudahkan siswa menerima
materi yang diajarkan.
Untuk mencari informasi yang mendalam tentang pelaksanaan metode
demonstrasi. Peneliti menayakan bagaimana nilai siswa VIII dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi ini, bapak S
mengungkapkan:
Bahwasanya untuk kelas VIII ini pas waktu saya kasih soal tulis,
setelah pembelajaran menggunakan demonstrasi kemarin. rata-rata
nilainya baik. Karena metode yang digukan kemarin tepat dalam
pembelajaran shaolat dan siswa VIII ini rata-rata anaknya pandai
suka mendengar ketika diberi materi dan aktif bertanya ketika kurang
paham.
Untuk mendapat informasi lebih lanjut tentang efiktivitas metode
demonstrasi peneliti mencari informasi kepada siswa B tentang tingkat
pemahaman siswa terkait menggunakan metode demonstrai dalam gerakan
shalat.
49
Menurut saya pribadi ya pak, saya lebih paham terkait gerakan sholat
dengan menggunakan metode ini, karena metode ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk praktek langsung tidak cuma melihat
dan mendengarkan saja.
Hal senada juga diungakapkan oleh siswi K:
Kalau saya, saya bisa lebih memahami materi yang sedang
dipraktekan menggunakan metode ini. Karena disamping praktek
juga ada penjelasan dari guru, sehingga memudahkan saya dalam
mengamati, mempraktekan dan menerima materi.
Dari hasil observasi yang peneliti amati, masih terdapat siswa yang
masih kurang lancar dalam bacaanya dan masih kaku dalam gerakan
shalatnya. Untuk itu peneliti mencari informasi yang lebih mendalam,
bagaiman perhatian bapak terhadapa anak yang belum bisa lancar dalam
shalat. Bapak S mengungkapkan:
Pertama: siswa diberi motovasi bahwa shalat merupakan ibadah yang
terpinting dan utama, dan menjadi kunci amalan baik buruk selama
hidup dunia dan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Kedua: memberi pengayaan berupa menghafal kembali bacaan yang
belum lancar dan bisa diberi PR biar siswa ada waktu untuk
menghafal biasanya terdapat pada do’a qunut shalat subuh.
Selain dengan guru, peneliti melanjutkan mewawancari siswa laki-
laki untuk memperoleh data yang lebih mendalam terkait pelaksanaan
metode demonstrasi.
Menurut saya ya pak, metode ini sangat cocok untuk diterapakan
dalam pembelajaran shalat. karena saya lebih mengerti gerakan shalat
secara detail, dan lebih mudah untuk menerima materi kalau
menggunakan metode ini dan menarik karena bisa tau teman saya
yang belum lancar dalam shalat.
Dari penelitian ini, peneliti juga menggali informasi pada siswi,
dengan pertanyaan yang sama.
50
Kalau menurut saya, dengan adanya metode demonstrasi saya dapat
mempermudah dalam belajar, dalam menerima materi, dan saya
bersama teman-teman saya lebih mengetahui dan paham dalam
gerakan shalat yang khuysu’ dan tuma’ ninah.
Dilihat dari keterangan di atas, dan diperkuat dengan hasil observasi
menunjukan untuk metode demonstrasi ini sangat tepat untuk diterapkan di
kelas VIII, melihat dari siswa yang usianya menginjak dewasa.Seorang
guru harus lebih kreatif dalam menjalankan sebuah metode pembelajaran
dilihat juga dari pengalaman peneliti mengamati kelas lain, siswa yang
diajar dengan metode demonstrasi dengan metode ceramah ini akan terlihat
beda, biasanya siswa yang diajar guru dengan cuma diberi ceramah dan
diberi tugas. Siswa akan merasa mengantuk, bosan dan suasana kelas
menjadi pasif, berbeda kalau menggunakan metode demonstrasi, semangat
siswa akan muncul, karena dipicu dengan alat peraga yang menjadi fokus
utama sisiwa, dan siswa akan disuruh terjun langsung mempraktekan
yangdidemonstrasikan dan suasananya dikelas akan aktif, dan siswa akan
lebih memahami apa yang diajarkanya.
Di dalam lingkungan sekolah khususnya di dalam kelas perhatian
seorang guru sangat dibutuhkan, mengingat guru sebagi pengganti orang
tua siswa selama menjadi siswa. Di samping itu dorongan dari orang tua
juga dibutuhkan mengingat seorang guru ada batasan dalam
memperhatikan siswa satu persatu. Melihat dari pembelajaran dan
pelaksanaan metode demonstrasi pada hari ini. Bapak S mengungkapkan:
Bahwasanya metode demonstrasi ini akan saya terapkan kembali di
tahun ajaran baru khusunya pada siswa baru, mengingat input siwa
yang bervariasi ada yang lulusan dari SD dan ada yang dari MI. Dan
biasaya kalau di SD ini penekannya terkait pembelajaran agamanya
kurang dibandingkan dengan MI yang banyak menekankan pada
ajaran agama. Misalnya kalau di MI dari RA saja sudah diajarkan
menutup aurat contohnya memakai kerudung dan berpakaian lengan
panjang bagi wanita dan celana panjang bagi laki-laki.Dan saya
51
sedikit mengamatinya ketika saya menjemput anak saya di MI,
bawasanya ajaran yang mengandung unsur keagamaan banyak sekali,
misal diajari fasholatan, berswolawat, khirodatan dll. Dan setiap
shalat dluha kelas yang dapat jadwal langsung berlarian menuju ke
musholla untuk mengikuti shalat berjamaah dan bacaan shalatnya
dibaca keras bersamaan untuk membantu siswa yang kurang lancar.“
Disini saya bicara bukan mengada-ada saya berani berbicara karena
dari pengamatan saya waktu itu”. Dan untuk lembaga Madarasah
Tsanawiyah Nurul Huda ini sudah ada matrikulasi tentang shalat dan
membaca Al-Quran dilaksanakan saat awal masuk semester satu,
kemudian anak itu dikelompokan dalam kelas dan dilaksanakan pada
pondok ramadhan dan dijam ekstra setiap hari sabtu.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, terkait dengan metode
demostrasi sangat efektif untuk dijalankan dalam hal pembelajaran shalat.
Mengingat shalat merupakan amalan ibadah yang terpenting dan utama
dilihat juga dari siswa yang belum lancar dalam gerakan shalat. Untuk itu
menjalankan sebuah metode demonstrasi sangat diharapkan untuk
memudahkan siswa menerima sebuah materi yang diajarkaan dan dilihat
dari input siswa yang bervariasi.
Data di atas, diperkuat dengan hasil observasi tentang pelaksanaan
metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat di kelas VIII. a) guru dapat
secara langsung mengetahui siswa yang belum lancar dalam shalat,
selanjutnya guru memberikan arahan terkait gerakan dan bacaan shalat
yang benar. b) siswa dapat mudah menerima materi yang disampaikan. c)
siswa dapat langsung mempraktekan yang didemonstrasikan. d) siswa
menjadi lebih mengerti dan paham tentang gerakan shalat, bacaannya yang
benar. e) suasana dikelas jadi aktif dengan adanya timbal balik antara guru
dan siswa. f) siswa merasa senang menggunakan metode demonstrasi ini
dalam pembelajaran. Dengan demikian metode demonstrasi ini sangat
efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran shalat. g) dilihat dari nilai
siswa rata-rata nilainya baik.
52
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penggunaan Metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Fikih
Di dalam menerapkan suatu metode pendidikan pasti ada faktor
yang mendukung dan faktor penghambatnya, tidak terkecuali dengan
penerapan metode demonstrasi. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari
siswa, guru, sarana prasarana, keterbatasan waktu dan sebagainya. Bapak S
sebagai guru mata pelajaran fikih mengungkapkan apa saja faktor yang
mendukung penerapan metode demontrasi:
Hal-hal pendukung yang saya alami pada waktu menggunakan
metode demonstrasi yaitu anak yang lain atau teman yang lain
bisa fokus ketika salah satu temannya itu saya suruh maju
kedepan untuk mendemonstrasikan sesuatu, seperti halnya shalat
subuh. Jika temannya sendiri yang mempraktekkan materi
tersebut teman yang lain akan mudah memahami dan tidak malu
bertanya dan situasi belajar mengajar menjadi menyenangkan.
Dan perhatian siswa terpusat sepenuhnya pada materi yang
didemontrasikan dan menghindari kesalahan siswa dalam
mengambil suatu kesimpulan karena mereka mengamati
secara langsung jalannya proses demontrasi yang diadakan.
Bapak S selaku guru mata pelajaran fikih juga memaparkan
bahwa apa saja faktor penghambat dalam menggunakan metode
demonstrasi:
Kendala yang saya alami saat menggunakan metode demonstrasi
yaitu anak itu sulit untuk memulai maju kedepan untuk
memperagakan, saya harus memanggil nama murid itu baru dia
mau maju, tidak dengan kesadaran diri sendiri untuk maju
kedepan mempragakan di depan kelas. Mungkin belum ada
kesadaran diri sendiri itu gara-gara malu, seperti
mendemonstrasikan praktek shalat subuh di depan teman-
temannya itu masih malu-malu, agak sedikit gak malu jika anak-
anak praktek shalat di depan tidak sendirian, dengan adanya
teman.
Dari data di atas, diperkuat hasil observasi bahwa penggunaan
metode yang tepat dapat membentuk kompetensi untuk mencapai tujuan
53
yang diinginkan. Pada tahap peran guru sangat penting dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus mampu menampilkan suasana
pembelajaran yang efektif sehingga terjadi hubungan timbal balik yang
baik antara siswa dan guru. Untuk kendala yang dihadapi adalah berasal
dari latar belakang siswa, siswa menjdi malu saat disuruh kedepan untuk
mempraktekkan materi seperti shalat subuh, tetapi malu tersebut
terjadikarena belum terbiasa, jika siswa sudah biasa di depan orang banyak
perasaan malu itu akan hilang.
54
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulisan paparan data dan data temuan yang dihasilkan oleh
peneliti dari wawancara, observasi dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti akan
menganalisis data yang telah terkumpul.
Dari paparan data dan hasil sub bab hasil temuan penelitian yang
dijabarkan pada sub bab sebelumnya, maka perlu adanya analisi hasil penelitian. Hal
ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi
sehingga dapat mengambil kesimpulan penelitian sesuai dengan rumusan masalah
yang diajukan. Dalam hal ini Nasution seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2005:89)
menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama
proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data.
Penelitian disini menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan)
dari data yang didapatkan baik memalui observasi, dokumentasi, dan wawancara
dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan. Selanjutnya dari
hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagai berikut:
A. Pelaksanaan Metode Demonstrasi Mata Pelajaran Fikih MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun2017/2018
Berdasarkan data yang diperoleh dari lokasi Madrasah Tsanawiyah
Nurul Huda Bandung bahwa dalam proses pembelajaran shalat, guru
menggunakan metode demostrasi. Di dalamnya adanya persiapannya,
penerapan, faktor pendukung dan pengahambat sebagai berikut:
55
Untuk persiapanya: a) mempersiapkan RPP, b) mempersiapkan materi
pembelajaran, c) mempersiapkan alat-alat atau media yang diperlukan, d)
mengatur tempat dan memperkirakan waktu yang akan dipergunakan dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Selanjutnya dalam
penerapanya: a) guru menunjuk salah satu siswa untuk maju di depan kelas
untuk memperagakan setiap gerakan shalat disertai penjelasan singkat dari guru,
selanjutnya guru menunjuk dua siswa untuk mempraktekan langsung gerakan
shalat disertai bacaannya, sedangkan teman yang lain mengamatinya. b) guru
memberikan pertanyaan terkait dengan shalat. c) guru memberikan kesempatan
kepada semua siswa melakukan shalat subuh secara berjamaah dengan
membaca bacaannya secara keras, di samping itu guru mengamati dan
memberikan arahan kepada siswa yang belum lancar dalam gerakan dan
bacaannya. d) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan
memberikan kesimpulan terkait materi yang diajarkan hari ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan intruksional, agar dapat
memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
2. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin
tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
3. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil kebijaksanaan
lain.
4. Apakah anda telah meneliti alat- alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempatnya, juga anda perlu
mengenal baik-baik, atau telah mencoba terlebih dahulu agar demonstrasi
56
itu berhasil.
5. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi
keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada
siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
Dalam pembelajaran fikih guru memulai proses pembelajaran
mengucapkan salam terlebih dahulu lalu me-riview pembelajaran yang
sebelumnya untuk mengingat apa yang dipelajari minggu kemarin, guru
menjelaskan tentang materi shalat secara jelas agar dimengerti oleh siswa, lalu
guru menunjuk murid untuk mempraktekkan misalnya shalat subuh di depan
teman-teman sekelasnya, murid yang sudah ditunjuk oleh guru itu
mendemonstrasikan shalat subuh sedikit malu-malu, pada saat
pendemonstrasian shalat subuh semua siswa dan guru memperhatikan prosesi
shalat subuh, guru sesekali membenarkan bacaan siswa yang salah, setelah
pendemonstrasian shalat subuh itu selesai guru menyimpulkan apa yang terjadi
dalam proses demonstrasi tadi, setelah proses pembelajaran selesai guru
menutup pelajaran dengan salam.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memakai metode
demonstrasi adalah:
1) Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) mengkaji
kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai. 2) analisis
kebutuhan peralatan untuk demonstrasi. 3) mencoba peralatan dan analisis
kebutuhan waktu. 4) merancang garis-garis besar demonstrasi.
2) Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) mempersiapkan
57
peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi. 2) memberi
pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa mengikuti
demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan intruksi keamanan
demonstrasi. 3) memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, dan pertayaan.
3) Tindakan lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi: 1) diskusi
tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja didemonstrasikan. 2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala
hal yang telah didemonstrasikan.
Berdasarkan data yang diperoleh di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
terkait dengan pelaksanaan metode demonstrasi, melalui proses demonstrasi ini
siswa dapat secara langsung melakukan pengamatan terhadap apa yang sedang
diperagakan oleh guru. Sehingga siswa dapat mempelajari ketrampilan kognitif
dan afektif atau psikomotor yang baru dengan cara memperhatiakan bagaimana
guru tersebut melakukan hal-hal tersebut.
Kreativitas dan motivasi seorang guru sangat dibutuhkan dalam
menjalankan metode demostrasi ini. Mengingat peran guru sebagai pembimbing
adalah memberikan bimbingan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar.
Dalam memberikan bimbingan hendaknya mengetahui dan mengerti berbagai
potensi diri anak didik untuk dapat lebih dikembangkan.
Pelaksanaan metode demonstrasi ini menjadi efektif karena mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Setiap langkah dari demonstrsi bisa dilihat dengan jelas oleh siswa.
2. Semua penjelasan secara lisan, dapat didengar jelas oleh semua siswa.
3. Anak-anak tahu apa yang sedang mereka amati.
4. Demonstrsi direncanakan secara teliti.
58
5. Guru sebagai sebagai demostrator mengerjakan tugasnya dengan lancar dan
efektif.
6. Demonstrasi dilaksanakan pada waktu yang tepat.
7. Sebelum demonstrsi dimulai semua alat telah tersedia.
8. Demonstrsi disertai dengan ringkasannya di papan tulis.
Dengan adanya pelaksanaan metode demonstrasi: a) guru dapat secara
langsung mengetahui siswa yang belum lancar dalam shalat, selanjutnya guru
memberikan arahan terkait gerakan dan bacaan shalat yang benar. b) siswa
dapat mudah menerima materi yang disampaikan. c) siswa dapat langsung
mempraktekan yang didemonstrasikan. d) siswa menjadi lebih mengerti dan
paham tentang gerakan shalat, bacaannya yang benar. e) suasana dikelas jadi
aktif dengan adanya timbal balik antara guru dan siswa. f) siswa merasa senang
menggunakan metode demonstrasi ini dalam pembelajaran.
Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa
keuntungan menggunakan metode demonstrasi sebagai berikut:
1. Metode demonstrasi menarik dan menahan perhatian siswa.
2. Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara yang mudah dipahami.
3. Demonstrasi menyakinkan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak
dapat dikerjakan.
4. Metode demonstrasi adalah objek dan nyata.
5. Metode demonstrasi menunjukan pelaksanaan ilmu pengetahuan.
6. Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari sumber-sumbernya.
7. Demonstrasi membantu mengembangkan kepemimpinan lokal.
8. Metode demonstrasi memberikan bukti bagi praktik yang dianjurkan.
Melihat dari pembelajaran dan pelaksanaan metode demonstrasi pada
59
hari ini. Guru fikih mengungkapkan bahwasanya metode demonstrasi ini akan
diterapkan kembali di tahun ajaran baru khusunya padasiswa baru, mengingat
input siwa yang bervariasi ada yang lulusan dari SD dan ada yang dari MI. Dan
biasaya kalau di SD ini penekannya terkait pembelajaran agamanya kurang
dibandingkan dengan MI yang banyak menekankan pada ajaran agama.
Misalnya kalau di MI dari RA saja sudah diajarkan menutup aurat contohnya
memakai kerudung dan berpakaian lengan panjang bagi wanita dan celana
panjang bagi laki-laki. Dan untuk lembaga Madarasah Tsanawiyah Nurul Huda
ini sudah ada matrikulasi tentang shalat dan membaca Al-Quran dilaksanakan
saat awal masuk semester satu, kemudian anak itu dikelompokan dalam kelas
dan dilaksanakan pada pondok ramadhan dan dijam ekstra setiap hari sabtu.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, terkait dengan metode
demostrasi sangat efektif untuk dijalankan dalam hal pembelajaran shalat.
Mengingat shalat merupakan amalan ibadah yang terpenting dan utama dilihat
juga dari siswa yang belum lancar dalam gerakan shalat. Untuk itu menjalankan
sebuah metode demonstrasi sangat diharapkan untuk memudahkan siswa
menerima sebuah materi yang diajarkaan dan dilihat juga dari input siswa yang
bervariasi.
B. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi
dalam Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda Banyubiru
Tahun 2017/2018
Faktor pendukung penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran
shalat yaitu sudah tersedianya fasilitas yang memadai untuk mempraktekan
demonstrasi seperti, musholla, tempat wudhu, peralatan shalat,VCD, LCD,
Proyektor dan alat-alat peragaan seperti boneka dan didukung kreatifitas guru
dalam pembelajaran yang sudah bagus, sehingga siswa akan lebih mudah
menerima materi yang diberikan dengan menggunakan metode demonstrasi ini,
60
dan akan tahan lama daya ingatnya pada siswa. Karena siswa pada metode
demonstrasi akan merasakan atau melakukan sendiri apa yang
didemonstrasikannya, juga dengan metode demonstrasi yang diterapkan pada
suatu materi pelajaran akan menghilangkan kerancuan pemahaman atau
kesalahfahaman dalam memahami suatu penjelasan dari seorang guru yang
biasanya terjadi pada model pembelajaran dengan metode ceramah.
Menurut Bapak S sebagai guru mata pelajaran fikih apa saja faktor
yang mendukung penerapan metode demontrasi: Hal-hal pendukung yang
dialami pada waktu menggunakan metode demonstrasi yaitu anak yang lain
atau teman yang lain bisa fokus ketika salah satu temannya itu disuruh maju
kedepan untuk mendemonstrasikan sesuatu, seperti halnya shalat subuh. Jika
temannya sendiri yang mempraktekkan materi tersebut teman yang lain akan
mudah memahami dan tidak malu bertanya dan situasi belajar mengajar
menjadi menyenangkan.
Dari minat siswa dalam proses belajar mengajar mengunakan metode
demonstrasi, antusias siswa sangat mendukung dalam proses penerapan
demonstrasi ini.
Minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan
metode demonstrasi sangat antusias, karena yang melakukan demonstrasidi
depan kelas itu bukan saya melainkan anak didik saya, jadi temannya yang lain
bisa fokus ketika salah satu temannya itu mendemonstrasikan ke depan kelas.
Faktor penghambat penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran shalat yaitu. Terdapat pada waktu yang kurang lama dan latar
belakang anak didik yang berdeda.
Kendala yang dialami guru fikih saat menggunakan metode
demonstrasi yaitu anak itu sulit untuk memulai maju kedepan untuk
61
memperagakan, guru harus memanggil nama murid tersebut baru dia mau maju,
tidak dengan kesadaran diri sendiri untuk maju kedepan memperagakan di
depan kelas. Mungkin belum ada kesadaran diri sendiri itu gara-gara malu,
seperti mendemonstrasikan gerakan shalat di depan teman-temannya itu masih
malu-malu, mungkin sedikit tidak malu jika anak-anak praktek shalat di depan
tidak sendirian, dengan adanya teman. Jadi kendala yang dihadapi adalah
berasal dari siswa itu sendiri.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan kajian teori
dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada rumusan masalah yang
telah penulis kemukakan pada awal penulisan, maka pembahasan Penerapan
Metode Demonstrasi Mata Pelajaran Fikih dalam Shalat siswa kelas VIII MTs
Nurul Huda Banyubiru Tahun 2017/2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan metode demonstrasi mata pelajaran fikih di MTs Nurul Huda
Banyubiru Tahun 2017/2018. Yaitu dengan 1) persiapan meliputi: a)
Mempersiapkan RPP, b) Mempersiapkan materi pembelajaran, c)
Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, d) Mengatur tempat yang akan
digunakan, selanjutnya 2) Penerapan metode demonstrasi a) guru menunjuk
salah satu siswa untuk maju di depan kelas untuk memperagakan setiap
gerakan shalat disertai penjelasan singkat dari guru, selanjutnya guru
menunjuk dua siswa untuk mempraktekan langsung gerakan shalat disertai
bacaannya, sedangkan teman yang lain mengamatinya. b) guru memberikan
pertanyaan terkait dengan shalat. c) guru memberikan kesempatan kepada
semua siswa melakukan shalat subuh secara berjamaah dengan membaca
bacaannya secara keras, di samping itu guru mengamati dan memberikan
arahan kepada siswa yang belum lancar dalam gerakan dan bacaannya. d)
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan memberikan
kesimpulan terkait materi yang diajarkan hari ini. 3) Faktor Pendukung dan
Hambatan, faktor pendukung penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran shalat yaitu: Sudah tersedianya fasilitas yang memadai untuk
mempraktekan demonstrsi seperti, musholla, tempat wudhu, peralatan shalat,
63
VCD, LCD, Proyektor, alat-alat peragaan seperti boneka dan didukung
kreatifitas guru dalam pembelajaran yang sudah bagus. Hambatan-hambatan
dalam penerapan metode demonstrasi meliputi waktu yang kurang lama dan
latar belakang anak didik yang berbeda.
2. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran Shalat siswa kelass VIII MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun
2017/2018
Faktor pendukung penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran
shalat yaitu sudah tersedianya fasilitas yang memadai untuk mempraktekan
demonstrasi seperti, musholla, tempat wudhu, peralatan shalat,VCD, LCD,
Proyektor dan alat-alat peragaan seperti boneka dan didukung kreatifitas
guru dalam pembelajaran yang sudah bagus, sehingga siswa akan lebih
mudah menerima materi yang diberikan dengan menggunakan metode
demonstrasi ini, dan akan tahan lama daya ingatnya pada siswa
Faktor penghambat penerapan metode demonstrasi dalam
pembelajaran shalat yaitu. Terdapat pada waktu yang kurang lama dan latar
belakang anak didik yang berdeda.
Kendala yang dialami guru fikih saat menggunakan metode
demonstrasi yaitu anak itu sulit untuk memulai maju kedepan untuk
memperagakan, guru harus memanggil nama siswa tersebut baru dia mau
maju, tidak dengan kesadaran diri sendiri untuk maju kedepan
memperagakan di depan kelas. Mungkin belum ada kesadaran diri sendiri itu
gara-gara malu, seperti mendemonstrasikan gerakan shalat di depan teman-
temannya itu masih malu-malu, mungkin sedikit tidak malu jika anak-anak
praktek shalat di depan tidak sendirian, dengan adanya teman. Jadi kendala
yang dihadapi adalah berasal dari siswa itu sendiri.
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran
64
sehubungan dengan Penerapan Metode Demonstrasi Mata Pelajaran Fikih
dalam Pembelajaran Shalat siswa kelas VIIIMTs Nurul Huda Banyubiru Tahun
2017/2018 sebagai berikut:
1. Bagi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, agar menyelanggarakan seminar
atau pelatihan mengenai metode pembelajaran, sehingga guru terampil dalam
menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat
2. Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan SK
dan KD serta tujuan yang ingin dicapai agar benar-benar bisa diterapkan
dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yangoptimal.
3. Untuk mengurangi rasa malu siswa untuk mendemonstrsikan di depan
temannya sendiri, upaya guru mata pelajaran harus sering-sering menunjuk
siswa maju kedepan kelas secara bergilir supaya rasa malu untuk tampil di
depan umum bisa diatasi
4. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di MTs Nurul Huda Banyubiru Tahun 2017/2018.
Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV
Pustaka Setia, 1997, Cet I
Al-fairuz, majduddin. 1995. Al-Qomus Al Muhit. Beirut: Maktabah Al-Buhus Wal
Dirosah
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, Cet I
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asnawir dan Basyiruddin Usman. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat
Pers, Cet I
Billah, Arif . 2016. Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini dalam Perspektif
Islam dan Implementasinya dalam Materi Sains. Attarbiyah, 1 (2), 54
Djazuli. 2005. Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam.
Jakarta: Prenada Media.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
Khallaf, Abdul Wahhab. 2002. Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul
Fiqih, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, , Cet VIII
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,
Mansyur. 2000. Materi Pokok Proses Belajar Mengajar Modul 1-6, Jakarta:
direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Depag, , Cet VI
Moejiono dkk. 1992. Stategi BelajarMengajar Jakarta: Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Pendidikan
Moeloeng, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdyakarya
Muhibinsyah,. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, Cet II
N.K., Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Nata, Abudin. 2007. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
66
Rahardjo, S dan Gudnanto. 2011. Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora
Media Enterprise.
Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: KalamMulia,
Shiddieqy, Hasbi Ash. 1993. Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, , Cet
VIII
Sugiyono. 2005. MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung: C.V Alfabeta
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Media
Kencana
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, , Cet
III
Usman, Basyirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers,Cet I
Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung.
BERITA WAWANCARA DENGAN GURU BIDANG STUDI FIQIH
KELAS VII MTS NURUL HUDA BANYUBIRU
Nama Responden : H. Sugiri, S.Pd.I
Latar Belakang Pendidikan : S1
Jabatan : Guru Fiqih
Masalah : Seputar Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Pembelajaran
Bidang Studi Fiqih Di MTs Nurul Huda Banyubiru.
1 Bagaimanakah sejarah berdirinya MTs Nurul Huda?
Jawab : Sekolah filial ini bertempat di MI Nurul Huda sepakung dengan jumlah
kelas sebanyak 1 ruang untuk kelas 1. Akhir tahun 1999 MTs Nurul Huda mulai
mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah di Dusun Sepakung bagian
timur. Akhirnya pada tahun 2000 MTs Nurul Hudafilial MTs Rodhotul Furqon
diresmikan menjadi MTs Nurul Huda Sepakung, dengan jumlah murid sebanyak
47, jumlah kelas sebanyak 3 kelas dan tenaga pengajar sebanyak 10 orang. Sejak
dibangunnya gedung sekolah yang baru, MTs Nurul Huda mengalami kemajuan
jumlah siswa yang sangat pesat
2 Metode apakah yang biasa bapak terapkan dalam pembelajaran fiqih?
Jawab : Untuk pelajaran fiqih, biasaya saya menerapkan banyak ceramah dan
kemudian praktek langsung. Karena pelajaran fiqih itu pelajaran yang banyak
menggunakan praktek dalam meningkatkan pemahaman dari siswa
3 Bagaimanakah kondisi kelas ketika bapak sedang menyampaikan materi?
Jawab : Bervariasi, itu tergantung dari kelasnya, siswanya dan materinya. Bila
dikelas VIII itu, maaf anaknya rata-rata kurang pandai dan harus lebih ekstra
dalam menyampaikan materinya, untuk materinya bila yang diajarkan materinya
menarik maka siswa juga aktif dalam bertanya dan sebaliknya bila materinya
kurang menarik siswa akan diam, Tapi situasi kelasnya rata-rata kelas yang saya
masuki itu bisa terkontrol dan terkendalikan.
4 Bagaimanakah bapak mempersiapkan penerapan metode demonstrasi?
Jawab : Kalau untuk persiapan, saya mempersiapkan konsep, bagaimana
konsepnya nanti saya melakukan proses belajar mengajar mengunakan metode
demonstrasi, seperti siswa nanti disuruh untuk mempraktekkan shalat misalnya
shalat subuh, kita sebagai guru hanya menjelaskan dan kita sebagai guru akan
membetulkan kalau ada yang salah
5 Bagaimana langkah-langkah bapak untuk menerapkan metode demonstrasi?
Jawab : Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode
demonstrasi adalah: 1) Mempersipakn RPP untuk menjalankan urutan-urutan
dalam pembelajaran. 2) Persipan dengan mengkaji kesesuaian metode terhadap
tujuan yang akan dicapai. 3) Menyiapkan alat peraga. 4) Pelaksanaan dengan
memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi
dan pertayaan. 5) Menyiapkan tempat untuk mendemonstrasikan gerakan shalat.
6) Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah
didemonstrasikan.
6 Menurut bapak, bagaimanakah peran metode dalam pembelajaran?
Jawab : bahwa keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
sangat tergatung dengan metode yang digunakan. Pemberitahuan dari teman
saya yang mengajar di MTs Roudlotul Furqon, Dengan metode demonstrasi
pembelajaran fiqih di MTsFurqon banyak mendapat segi positif dilihat dari
pembelajaran fiqih yang diajarkan kepada siswa dengan menggunakan metode
demonstrasi lebih cepat memahami materi seperti tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran.
7 Bagaimana minat siswa dalam proses belajar mengajar mengunakan metode
demonstrasi?
Jawab : Minat siswa khususnya kelas VIII dalam mengikuti proses belajar
mengajar menggunakan metode demonstrasi sangat antusias, karena yang
melakukan demonstrasi di depan kelas itu bukan saya melainkan anak didik saya,
jadi temannya yang lain bisa fokus ketika salah satu temannya itu
mendemonstrasikan di depan kelas. Karena sebelumnya saya tekankan kepada
anak-anak kita itu belajar bukan semata-mata hanya untuk ujian melainkan untuk
setiap hari melakukan atau untuk bekal kehidupan sehari-hari.
8 Bagaimanakah efektivitas metode demonstrasi dalam pembelajaran shalat kelas VIII?
Jawab : Menurut saya pribadi metode demostrasi ini sangat efektif karena
dengan adanya metode demonstrasi ini, guru dapat langsung mengetahui anak
yang belum lancar dalam bacaan shalat dan gerakan shalat. Disamping itu
siswa akan tergugah semangatnya dalam pembelajaran ini, dilihat dari alat
peraganya yang akan menjadi fokus perhatianya siswa sehingga
memudahkan siswa menerima materi yang diajarkanSetelah bapak
memberikan contoh sholat,
9 Bagaimana nilai siswa VIII dalam pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi ini?
Jawab : Bahwasanya untuk kelas VIII ini pas waktu saya kasih soal tulis,
setelah pembelajaran menggunakan demonstrasi kemarin. rata-rata nilainya
baik. Karena metode yang digukan kemarin tepat dalam pembelajaran shaolat
dan siswa VIII ini rata-rata anaknya pandai suka mendengar ketika diberi
materi dan aktif bertanya ketika kurang paham.
10 Bagaimana perhatian bapak terhadap anak yang belum bisa lancar dalam shalat?
Jawab : Pertama: siswa diberi motovasi bahwa shalat merupakan ibadah yang
terpinting dan utama, dan menjadi kunci amalan baik buruk selama hidup
dunia dan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Kedua: memberi pengayaan berupa menghafal kembali bacaan yang belum
lancar dan bisa diberi PR biar siswa ada waktu untuk menghafal biasanya
terdapat pada do’a qunut shalat subuh.
11 Apakah bapak akan menerapkan metode demonstrasi di tahun-tahun
mendatang?
Jawab : Bahwasanya metode demonstrasi ini akan saya terapkan kembali di
tahun ajaran baru khusunya pada siswa baru, mengingat input siwa yang
bervariasi ada yang lulusan dari SD dan ada yang dari MI. Dan biasaya kalau
di SD ini penekannya terkait pembelajaran agamanya kurang dibandingkan
dengan MI yang banyak menekankan pada ajaran agama. Misalnya kalau di
MI dari RA saja sudah diajarkan menutup aurat contohnya memakai
kerudung dan berpakaian lengan panjang bagi wanita dan celana panjang bagi
laki-laki.Dan saya sedikit mengamatinya ketika saya menjemput anak saya di
MI, bawasanya ajaran yang mengandung unsur keagamaan banyak sekali,
misal diajari fasholatan, berswolawat, khirodatan dll. Dan setiap shalat dluha
kelas yang dapat jadwal langsung berlarian menuju ke musholla untuk
mengikuti shalat berjamaah dan bacaan shalatnya dibaca keras bersamaan
untuk membantu siswa yang kurang lancar.“ Disini saya bicara bukan
mengada-ada saya berani berbicara karena dari pengamatan saya waktu itu”.
Dan untuk lembaga Madarasah Tsanawiyah Nurul Huda ini sudah ada
matrikulasi tentang shalat dan membaca Al-Quran dilaksanakan saat awal
masuk semester satu, kemudian anak itu dikelompokan dalam kelas dan
dilaksanakan pada pondok ramadhan dan dijam ekstra setiap hari sabtu.
12 Faktor apa sajakah yang mendukung penerapan metode demonstrasi?
Jawab : Hal-hal pendukung yang saya alami pada waktu menggunakan
metode demonstrasi yaitu anak yang lain atau teman yang lain bisa fokus
ketika salah satu temannya itu saya suruh maju kedepan untuk
mendemonstrasikan sesuatu, seperti halnya shalat subuh. Jika temannya
sendiri yang mempraktekkan materi tersebut teman yang lain akan mudah
memahami dan tidak malu bertanya dan situasi belajar mengajar menjadi
menyenangkan. Dan perhatian siswa terpusat sepenuhnya pada materi yang
didemontrasikan dan menghindari kesalahan siswa dalam mengambil suatu
kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya
proses demontrasi yang diadakan.
13 Faktor apa sajakah yang menghambat penerapan metode demonstrasi?
Jawab: Kendala yang saya alami saat menggunakan metode demonstrasi yaitu
anak itu sulit untuk memulai maju kedepan untuk memperagakan, saya harus
memanggil nama murid itu baru dia mau maju, tidak dengan kesadaran diri
sendiri untuk maju kedepan mempragakan di depan kelas. Mungkin belum
ada kesadaran diri sendiri itu gara-gara malu, seperti mendemonstrasikan
praktek shalat subuh di depan teman-temannya itu masih malu-malu, agak
sedikit gak malu jika anak-anak praktek shalat di depan tidak sendirian,
dengan adanya teman.
Interviwee, Interviwer,
Sugiri, A. ma Nur Kholis
NIP. 150385315 NIM. 114-13028
BERITA WAWANCARA DENGAN SISWA KELAS VIII MTS NURUL
HUDA BANYUBIRU
Nama Responden : B
Kelas : VIII
1. Menurut anda, apakah metode demonstrasi menbantu anda dalam pembelajaran
fiqih?
Jawab: Menurut saya pribadi ya pak, saya lebih paham terkait gerakan sholat
dengan menggunakan metode ini, karena metode ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk praktek langsung tidak cuma melihat dan mendengarkan saja
2. Apakah metode demonstrasi cocok dalam pembelajaran fiqih?
Jawab: Menurut saya ya pak, metode ini sangat cocok untuk diterapakan dalam
pembelajaran shalat. karena saya lebih mengerti gerakan shalat secara detail, dan
lebih mudah untuk menerima materi kalau menggunakan metode ini dan menarik
karena bisa tau teman saya yang belum lancar dalam shalat
Nama Responden : K
Kelas : VIII
1. Menurut anda, apakah metode demonstrasi menbantu anda dalam pembelajaran
fiqih?
Jawab: Kalau saya, saya bisa lebih memahami materi yang sedang dipraktekan
menggunakan metode ini. Karena disamping praktek juga ada penjelasan dari
guru, sehingga memudahkan saya dalam mengamati, mempraktekan dan
menerima materi
2. Apakah metode demonstrasi cocok dalam pembelajaran fiqih?
Jawab: Kalau menurut saya, dengan adanya metode demonstrasi saya dapat
mempermudah dalam belajar, dalam menerima materi, dan saya bersama teman-
teman saya lebih mengetahui dan paham dalam gerakan shalat yang khuysu’ dan
tuma’ ninah.
TENAGA PENGAJAR MTS NURUL HUDA BANYUBIRU
No Nama L/P Pendidikan Mapel
1 Suparman L S.I SBK
2 Tumari S.Pd L
S.I IPS
3 Drs Didik Maryadi
L S I POR Pend, Jasmani
4 Sulistiono , S.H
L Hukum PKn
5 Agus Sudarmanto, S.pd
L
SI Matematika
6 Zuliyanti, S.pd
P S.I Bhs Ingris
7 Atika widayati , S.pd
P SI IPA
8 Askuri , S.pd
L SI Bhs Indonesia
9 Edy Istiawan , S.PdI
L S.I Aswaja
10 Ianah ,Spd.I
P S.I Al-quran Hadist
11 Haryadi, Spd.I
L S.I Bhs Arab
12 Nakman
L Akidah akhlak
13 Miftakul Anwar, S.com
L SI TIK
14 Sugiri, A.Ma L DII Fikih
15 Fakhrudin L S1 Bhs Jawa
16 Nur Azizah P SLTA TU