demonstrasi teknologi pemeliharaan kambing di …

40
www.sulsel.litbang.deptan.go.id DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI KABUPATEN LUWU Hasnah Juddawi dkk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ternak kambing memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ternak ruminansia lain, seperti sapi dan domba. Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani, sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar diberbagai agriekosistem. Dengan kondisi ini ternak kambing sangat mendukung program aksi untuk mewujudkan swasembada daging pada tahun 2012 dengan pola integrasi tanaman ternak berskala besar dengan pendekatan berkelanjutan dengan biaya murah dan optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste. Kontribusi penting yang diperankan oleh ternak kambing tersebut diatas merupakan suatu potensi untuk mendorong semakin meningkatnya skala usaha pemeliharaan kambing sesuai dengan kapasitas daya dukung yang tersedia. Peningkatan skala usaha dan orientasi usaha kearah usaha yang komersial-intensif akan meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberi kontribusi pendapatan yang lebih nyata karena pasar yang tersedia, baik domestik maupun ekspor. Dengan demikian pola usaha diharapkan akan berubah kearah yang lebih intensif yang semakin membutuhkan inovasi teknologi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI KABUPATEN LUWU

Hasnah Juddawi dkk

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak kambing memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang

penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ternak ruminansia lain,

seperti sapi dan domba. Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi

marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani,

sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar

diberbagai agriekosistem. Dengan kondisi ini ternak kambing sangat

mendukung program aksi untuk mewujudkan swasembada daging pada tahun

2012 dengan pola integrasi tanaman ternak berskala besar dengan

pendekatan berkelanjutan dengan biaya murah dan optimalisasi pemanfaatan

limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External Input Sustainable

Agriculture (LEISA) dan zero waste.

Kontribusi penting yang diperankan oleh ternak kambing tersebut diatas

merupakan suatu potensi untuk mendorong semakin meningkatnya skala

usaha pemeliharaan kambing sesuai dengan kapasitas daya dukung yang

tersedia. Peningkatan skala usaha dan orientasi usaha kearah usaha yang

komersial-intensif akan meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberi

kontribusi pendapatan yang lebih nyata karena pasar yang tersedia, baik

domestik maupun ekspor. Dengan demikian pola usaha diharapkan akan

berubah kearah yang lebih intensif yang semakin membutuhkan inovasi

teknologi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi.

Page 2: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

2

Output suatu usaha produksi kambing yang berorientasi kepada produk

daging ataupun ternak hidup pada dasarnya merupakan akumulasi dari bobot

hidup melalui pertumbuhan (pertambahan bobot tubuh) serta penambahan

jumlah atau populasi, Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor

lingkungan tersebut, aspek kandang, dan aspek pakan mempunyai pengaruh

paling besar sekitar 60% (Abdul Madjid, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa

walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak

memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak

akan tercapai (Sariubang et al., 2009). Disamping pengaruhnya yang besar

terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi

yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-

80% dari keseluruhan biaya produksi.

Manajemen pakan dapat diterapkan untuk merangsang timbulnya birahi

pada induk kambing, khususnya masa kebuntingan (1-2 bulan sebelum

melahirkan) kebutuhan nutrisi induk meningkat secara tajam oleh karena pada

periode ini pertumbuhan janin didalam kandungan dan periode menyusui (1-6

minggu setelah melahirkan) kebutuhan induk akan zat nutrisi sangat tinggi,

karena dibutuhkan untuk memproduksi air susu bagi anaknya.

Untuk itu diperlukan introduksi teknologi pemeliharaan kambing dan

pakan berkualitas untuk ternak kambing. Upaya tersebut dapat ditempuh

dengan meningkatkan keterampilan petani-peternak mendesain kondisi

kandang yang sehat dan menyusun formulasi pakan melalui pemanfaatan

bahan baku lokal. Efektivitas dan efisiensi usaha tersebut sangat tergantung

pada : ketersediaan bahan, kandungan nutrisi (zat gizi yang diperlukan

ternak), harga, anti nutrisi/racun (aflatoxin), tekstur bahan (apakah perlu

diolah sebelum digunakan).

Upaya untuk mempercepat penyebarluasan teknologi pemeliharaan

kambing dan formulasi pakan berkualitas untuk ternak kambing dengan cara

mendekatkan, memperkenalkan dan memperagakannya ditingkat petani

melalui kegiatan demonstrasi.

Page 3: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

3

Dengan demonstrasi petani tidak saja melihat dan melakukannya akan

tetapi berdampak positif bertambahnya keyakinan dan kepercayaannya.

Akhirnya akan mendorong minat dan mampu menerapkannya.

Demontrasi merupakan tempat bagi petani-peternak belajar sambil

berbuat untuk menjadi tau dan mau menyelesaikan sendiri masalahnya secara

lebih baik sehingga hasil usaha taninya lebih menguntungkan, sebab petani

dan keluarganya dapat belajar dari pengalaman yang mereka alami sendiri,

selama petani menjadi pelaku dalam kegiatan demplot. Agar petani lebih

mendalami dan memahami proses pembelajaran ini diperlukan berbagai media

penyuluhan pertanian yang sesuai dengan daya pikir dan daya nalar petani. Di

antaranya adalah dengan metode demonstrasi, dan cara demonstrasi adalah

suatu bentuk metode penyuluhan pertanian yang melibatkan cara dan

penyerapan teknologi baru dengan lebih sempurna. Salah satu tujuan dari

kegiatan demonstrasi pemeliharaan kambing adalah, mendiseminasikan

inovasi teknologi yang telah berhasil dan terbukti mampu meningkatkan

produksi ternak.

B. TUJUAN

1. Untuk memperkenalkan satu paket teknologi pemeliharaan kambing di

Kabupaten Luwu

2. Untuk memperoleh umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi,

sosial dan budaya dalam pemeliharaan kambing di Kabupaten luwu

C. PERKIRAAN KELUARAN

1. Petani mengetahui dan mampu melaksanakan satu paket teknologi

pemeliharaan kambing di Kabupaten Luwu

2. Umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya

petani dalam pemeliharaan kambing di Kabupaten Luwu

D. PERKIRAAN HASIL

1. Petani-peternak (FMA) beserta anggotanya (25 orang) memahami,

menerima dan terampil melaksanakan pemeliharaan kambing

Page 4: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

4

2. Petani-peternak berpartisipasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan

daya pikir dan daya nalarnya

3. Petani dapat menggunakan metode dan media penyuluhan pertanian yang

sesuai untuk melakukan transfer teknologi

E. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

MANFAAT

Petani-peternak mampu melaksanakan pemeliharaan kambing dan

menghasilkan kambing yang sehat di Kabupaten Luwu

DAMPAK

Tersedianya paket teknologi pemeliharaan kambing yang dapat menghasilkan

kambing sehat dan bernilai jual tinggi, sebagai suatu peluang usaha bisnis di

Kabupaten Luwu

Page 5: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ternak kambing memiliki potensi sebagai komponen usahatani yang

penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ternak ruminansia lain,

seperti sapi dan domba. Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi

marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani,

sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar

diberbagai agriekosistem. Namun demikian, pengelolaan ternak kambing

dalam usaha tani sebagian besar masih dilakukan secara sambilan, walaupun

secara finansial komoditas ini memiliki peran yang penting dalam

perekonomian rumah tangga petani (Didik Y., 2010).

Usaha produksi yang bersifat sambilan dengan jumlah kepemilikan yang

kecil cenderung menurunkan tuntutan akan suatu inovasi teknologi atau

inovasi manajemen untuk meningkatkan produktifitas dan keuntungan usaha.

Hal ini terus berlangsung, walaupun selain sebagai sumber pendapatan

langsung, peran ternak kambing sebagai sumber pupuk organik untuk

memaksimalkan produktivitas tanaman agar total pendapatan dari usaha tani

meningkat semakin disadari.

Kontribusi penting yang diperankan oleh ternak kambing tersebut diatas

merupakan suatu potensi untuk mendorong semakin meningkatnya skala

usaha pemeliharaan kambing sesuai dengan kapasitas daya dukung yang

tersedia. Peningkatan skala usaha dan orientasi usaha kearah usaha yang

komersial-intensif akan meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberi

kontribusi pendapatan yang lebih nyata karena pasar yang tersedia, baik

domestik maupun ekspor (Dwiyanto et al., 1996). Dengan demikian pola

usaha diharapkan akan berubah kearah yang lebih intensif yang semakin

membutuhkan inovasi teknologi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi.

Tipologi usaha produksi kambing pada umumnya merupakan usaha

penghasil daging, walaupun dalam jumlah yang sedikit merupakan tipe

penghasil susu. Sebagai penghasil daging, baik dalam bentuk daging segar

Page 6: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

6

maupun dalam bentuk ternak hidup, maka kelompok induk kambing

merupakan unit produksi yang sangat strategis, karena berperan sebagai

sumber utama pendapatan dari hasil penjualan anak yang dihasilkan. Salah

satu fase yang sangat strategis dalam siklus produksi seekor induk kambing

yang secara langsung terkait dengan aspek keuntungan usaha adalah fase

induk bunting dan fase laktasi/menyusui. Fase ini merupakan periode saat

mana puncak produksi seekor induk berlangsung. Secara biologis maupun

finansial kedua fase tersebut sangat kritis, karena menentukan banyaknya

anak serta bobot daging yang akan dihasilkan dalam satu siklus produksi.

Jumlah anak maupun bobot daging yang akan dihasilkan oleh seekor

induk merupakan fungsi dari jumlah anak yang dikandung, jumlah anak lahir,

bobot lahir, laju pertumbuhan dan tingkat kematian (mortalitas) anak. Oleh

karena induk merupakan unit produksi yang strategis, maka dibutuhkan

manajemen yang baik untuk memaksimalkan produktivitas terkait dengan

parameter tersebut diatas. Manajemen yang baik membutuhkan dukungan

inovasi yang tepat guna yang secara bersama-sama akan memaksimalkan

produksi dan mengoptimalkan keuntungan usaha.

Taraf produktifitas dan keuntungan finansial yang dicapai merupakan

efek atau hasil interaksi berbagai aspek teknis manajemen yang diterapkan

dalam mengelola usaha produksi kambing. Setiap aspek teknis pemeliharaan

akan secara bersama-sama dan akumulatif mempengaruhi produksi. Dengan

demikian, menjadi sangat penting untuk menerapkan manjemen teknis untuk

setiap aspek yang menyangkut pemeliharaan seekor induk dan anak yang

dilahirkan sampai anak mencapai usia sapih yang mampu berproduksi tanpa

tergantung kepada induk.

Indek produktivitas (IP) seekor induk kambing yang diukur berdasarkan

performan individu dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa formula

atau rumusasn fungsi. Keragaman formula yang dapat digunakan disebabkan

oleh keragaman dan intensitas catatan produksi yang dimiliki. Apabila catatan

yang tersedia hanya menyangkut bobot anak yang disapih (BBAS) dan jarak

Page 7: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

7

atau selang waktu antara dua kelahiran yaitu selang beranak (SB) maka IP

dapat dihitung menggunakan formula sbb:

BBAS (kg) x 365

IP = --------------------- SB (hari)

Formula ini mencakup semua anak yang dilahirkan oleh seekor induk,

termasuk anak yang mati sebelum disapih yang diberi nilai nol untuk kategori

bobot sapih. Formula tersebut diatas dapat dikembangkan lebih lanjut, apabila

kategori data yang tersedia lebih beragam, misalnya data jumlah kelahiran

(N), rata-rata bobot anak saat lahir (BBAL), tingkat kematian anak sebelum

disapih (M), rata-rata bobot anak saat disapih (BBAS), umur induk saat

melahirkan pertama (UI1) dan Umur induk saat melahirkan ke n (UI

n).

Berdasarkan data tersebut maka formula untuk mengukur indek produktivitas

induk adalah sbb:

365 x (N-1) IP = —————— x BBAL (kg) x M (%) x BBAS (kg) UI

n - UI

1 (hari)

Indek produktivitas yang diukur berdasarkan inidvidu ternak merupakan

indek yang paling sesuai, apabila penggunaannya bertujuan untuk

menganalisis atau mengevaluasi dan mengekspresikan potensi biologis suatu

usaha produksi kambing. IP induk secara individu pada suatu usaha produksi

kambing kemudian dapat dibandingkan dengan IP maksimal menurut teoritis

atau berdasarkan IP induk pada beberapa usaha produksi kambing lain.

Berdasarkan IP tersebut kemudian dapat dilakukan perbaikan manajemen

atau mengintroduksi inovasi teknologi untuk memperbaiki berbagai aspek

didalam operasinal usaha. Dengan demikian IP dapat membantu

mengarahkan dalam pemilihan inovasi teknologi atau manejemen yang

memiliki prioritas utama, sehingga sumberdaya yang dimiliki dimanfaatkan

secara efektif.

Page 8: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

8

Output suatu usaha produksi kambing yang berorientasi kepada produk

daging ataupun ternak hidup pada dasarnya merupakan akumulasi dari bobot

hidup melalui pertumbuhan (pertambahan bobot tubuh) serta penambahan

jumlah atau populasi, Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor

lingkungan tersebut, aspek kandang, dan aspek pakan mempunyai pengaruh

paling besar sekitar 60%.

Desain kandang kambing berupa kolong disemen miring (turunan)

kearah selokan. Selokan dibuat sejajar dengan panjang kandang. Keuntungan

dari model ini adalah kotoran dapat dikumpulkan pada suatu tempat kompos.

Kolong terlihat rapi karena disemen (Abdul madjid, 1999).

Kerugian model ini adalah peternak harus rajin membersihkan kotoran

yang terkumpul di selokan. Meskipun secara teori srintil kambing jatuh ke arah

selokan namun terkadang srintil masih tersangkut di turunan. Peternak harus

rajin membersihkan baik turunan dan selokan agar tidak bau. Jika perlu

turunan dan selokan harus disiram untuk membersihkannya. Hal ini akan

menambah beban tenaga dan biaya produksi (air).

Model lantai kandang seperti ini ideal untuk lahan yang cukup besar

dimana dapat disediakan tempat menampung kotoran kambing.

Kandang kambing model turunan yang diperbaiki turunannya dengan plester

miring mempunyai banyak keuntungan seperti dibawah ini,

a. Mempermudah pembersihan kandang karena kotoran terkumpul diatas

saluran

b. Memudahkan dalam menampung urine karena urine terpisah dengan

feces

c. Menambah nilai tambah dari beternak karena urine dapat digunakan

bahan Pupuk Organik Cair (POC) dan Pestisida Biologi.

d. Meningkatkan status kesehatan kambing, karena kandang setiap hari

dalam kondisi bersih dan terhindar dari gas amonia yang dihasilkan

oleh feces kambing.

e. Mengurangi biaya pupuk kimia untuk pupuk Hijauan Pakan Ternak,

Page 9: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

9

karena urine dan kotoran kambing dapat menggantikan pupuk kimia.

Pengelolaan pakan dapat diterapkan untuk merangsang timbulnya

birahi pada induk kambing, sehingga memungkinkan terjadinya

keserentakan waktu kawin dan waktu melahirkan (Mathius et al., 1991).

Manajemen pakan untuk maksud tersebut dilakukan dengan

meningkatkan suplai atau asupan nutrisi bagi induk, khususnya asupan

protein dan energi. Selain mempercepat timbulnya birahi, pemberian

pakan dengan konsentrasi energy tinggi dapat meningkatkan laju ovulasi

(pelepasan sel telur) untuk meningkatkan kelahiran kembar. Pemberian

energi dan protein tinggi lebih sering mendapatkan respon berupa

peningkatan laju ovulasi pada induk dengan kondisi tubuh relatif kurus.

Pada induk dengan kondisi tubuh gemuk biasanya kurang responsif

terhadap pemberian pakan konsentrat tinggi.

Pengelolaan pakan pada induk bunting dapat dibagi menjadi dua

periode yaitu periode awal masa kebuntingan dan periode akhir masa

kebuntingan. Periode awal kebuntingan berlangsung selama 3-4 bulan

pertama usia kebuntingan dan periode akhir kebuntingan berlansung

selama 1-2 bulan sebelum melahirkan.

Selama awal masa kebuntingan tingkat kebutuhan induk akan

nutrisi tidak berbeda jauh dengan kebutuhan induk yang tidak bunting.

Oleh karena itu, kondisi pakan yang diberikan cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokok (maintenance). Dengan kata lain, induk cukup

diberikan pakan hijauan dengan kualitas yang baik (tanaman muda, rasio

daun/batang tinggi) dalam jumlah tidak terbatas (15-20% dari bobot

tubuh) dan diberikan 2-3 kali dalam sehari. Apabila kondisi pakan ini dapat

dipenuhi, maka pemberian konsentrat tidak diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan nutris induk. Salah satu indikasi yang mudah digunakan untuk

mengetahui apakah jumlah hijauan yang diberikan sudah mencukupi

adalah ada tidaknya sisa pakan pada keesokan harinya. Kombinasi rumput

dengan tanaman legum seperti Glirisidia, Lamtoro, Kaliandra ataupun

Indigospera sangat bermanfaat. Daun legum dapat diberikan sebanyak

Page 10: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

10

500-1000 g/ekor/hari dalam bentuk segar, tergantung ketersediaan

bahan. Apabila ketersediaan legum sangat terbatas, pemberiannya dapat

dilakukan secara berselang atau intermittent. Induk kambing yang belum

terbiasa dengan salah satu jenis legume tersebut biasanya membutuhkan

waktu adaptasi selama 1-2 minggu sebelum mampu mengkonsumsi dalam

jumlah banyak.

Dalam periode akhir masa kebuntingan (1-2 bulan sebelum

melahirkan) kebutuhan nutrisi induk meningkat secara tajam, oleh karena

pada periode ini pertumbuhan janni didalam kandungan meningkat tajam.

Penggunaan pakan konsentrat yang mengandung banyak energy, protein

dan vitamin perlu dipertimbangkan. Dalam periode ini peningkatan asupan

nutrisi diperlukan untuk 1) pertumbuhan janin secara maksimal dan 2)

pembentukan cadangan lemak dan protein dalam tubuh induk agar dapat

digunakan sebagai sumber nutrisi selama masa menyusui.

Selama menyusui (1-6 minggu setelah melahirkan) kebutuhan

induk akan zat nutrisi sangat tinggi, karena dibutuhkan untuk

memproduksi air susu bagi anaknya. Selama masa menyususi selain

pakan hijauan perlu diberikan pakan konsentrat. Hijauan diberikan secara

tidak terbatas, kurang lebih 20% dari bobot tubuhnya. Gunakan jenis

hijauan yang berkualitas baik yaitu berumur muda dengan porsi daun

yang banyak. Hijauan diberikan paling tidak 2 x dalam sehari. Konsentrat

diberikan sebanyak 200-300 g per ekor per hari. Komposisi konsentrat

tergantung kepada bahan yang tersedia di lokasi. Beberapa bahan yang

umum digunakan adalah dedak padi (20-30%), bungkil kelapa (15-20%),

ampas singkong (10-15%), tepung gaplek (10-20%), ampas tahu (tidak

terbatas). Bahan tersebut dicampur menjadi satu campuran pakan

konsentrat dan diberikan pada pagi hari. Daun tanaman leguminosa

seperti Lamtoro, Gliricidia, Indigofera, Kaliandra sangat baik diberikan

pada induk selama menyususi untuk merangsang produksi susu. Daun

leguminosa ini dapat diberikan tidak terbatas tergantung ketersediaan

dilapang. Kepada induk laktasi sebaiknya diberikan mineral dalam bentuk

Page 11: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

11

blok yang disebut mineral blok, karena kebutuhan induk menyususi akan

mineral meningkat dan sering tidak dapat dipenuhi dari bahan makan

yang dikonsumsi.

Kepada induk laktasi sebaiknya diberikan mineral dalam bentuk blok

yang disebut mineral blok, karena kebutuhan induk menyususi akan

mineral meningkat dan sering tidak dapat dipenuhi dari bahan makan

yang dikonsumsi.

Anak kambing biasanya mulai mengkonsumsi pakan padat berupa

hijauan ataupun konsentrat pada umur 2-3 minggu. Konsumsi pakan

padat pada usia tersebut sangat berguna untuk merangsang

perkembangan saluran cerna agar segera mampu mengkonsumsi pakan

pada dalam jumlah banyak sebagaimana layknya ternak ruminansia.

Pemberian konsentrat akan memacu pertumbuhan bobot badan lebih

tinggi, sehingga dapat disapih pada usia lebih dini saat telah mencapai

bobot sapih. Bobot sapih biasanya ditentukan seberat 2,5 x bobot lahir,

namun tergantung kepada kondisi tubuh.

Page 12: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

12

III. METODE PELAKSANAAN

1. Bahan

Kambing, Kayu, seng dll untuk pembuatan kandang kambing, Pakan

hijauan, dedak, mineral dan obat-obatan

2. Pendekatan

Kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) dilaksanakan dengan pendekatan

partisipatif dalam menunjukkan teknologi pemeliharaan kambing di

kabupaten Luwu

3. Tahapan Pelaksanaan

Persiapan

Penetapan Teknologi yang didemonstrasikan

1) Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemeliharaan

kambing

2) Identifikasi FMA yang membutuhkan teknologi pemeliharaan

kambing di Kabupaten Luwu

3) Identifikasi permasalahan dalam pemeliharaan kambing di

Kabupaten Luwu

4) Identifikasi dan inventarisasi potensi pengembangan kambing

di Kabupaten Luwu

PenetapanTim Pelaksana

Pelaksana kegiatan adalah Tim yang terdiri dari Penyuluh , Peneliti,

dan Teknisi BPTP Sulawesi Selatan yang bidang keahliannya sesuai

dengan teknologi yang di demonstrasikan, serta melibatkan

penyuluh di tingkat kabupaten

Penyediaan bahan diseminasi

Jenis media yang disediakan adalah Juknis pelaksanaan demplot dan

Teknologi Pemeliharaan Kambing dalam bentuk folder

Page 13: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

13

Koordinasi

Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelolah P3TIP/FEATI,

Dinas terkait, BPP dan Posluhtan untuk penyampaian kegiatan

yang akan dilaksanakan, data lokasi dan Posluhtan pengelolah FMA

FEATI, jadwal pelaksanaan yang telah disepakati oleh kelompok

serta pengadaan sarana produksi

Penetapan Lokasi dan Petani Pelaksana

Penetapan lokasi Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelolah

FEATI Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan persyaratan

bahwa. : 1) Lokasi kegiatan demonstrasi adalah lokasi

P3TIP/FEATI; 2) letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah

dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar; 4) bebas dari

banjir, kekeringan; 5) tidak jauh dari jalan yang dilewati kendaraan

roda 2 atau roda 4. Persyaratan petani pelaksana/kooperator

adalah : 1) Ketua Posluhtan pengelola FMA FEATI atau anggota

Posluhtan yang mengusahakan ternak-kambing yang dan

membutuhkan teknologi tersebut; 2) Petani kooperator sebaiknya

inovatif; 2) mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan ; 3)

dan dapat menggerakkan kelompok tani lainnya.

Pelaksanaan

Waktu

Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012.

Lokasi

Lokasi kegiatan yaitu di Desa Salu Jambu Kecamatan Lamasi

Kabupaten Luwu. Pelaksana adalah Posluhtan Salu Jambu Kelompok

tani Mujur

Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan

Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi

bertujuan untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi.

Pertemuan ini dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber

Page 14: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

14

yaitu Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan dihadiri oleh

petani pelaksana, petani anggota Posluhtan/Poktan lain yang

mengusahakan kambing, Gapoktan, para penyuluh, petugas dari

Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini interaksi yang

dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara sumber dan

petani-peternak

FGD

Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan

teknologi, kebiasaan petani-peternak dalam mengelola usaha

ternaknya, produksi dan pendapatan yang diperoleh serta masalah

yang dihadapi. Hasil pertemuan ini adalah kesepakatan dengan FMA

tentang pilihan komponen teknologi pemeliharaan kambing yang

akan didemonstrasikan yaitu pembuatan kandang sehat

Aplikasi Teknologi

1) Memperkenalkan satu paket teknologi teknologi pemeliharaan

kambing

2) Memperkenalkan pakan hijauan lokal

3) Memperkenalkan limbah-limbah pertanian yang dapat dijadikan

sumber pakan

4) Melibatkan petani-peternak secara aktif dalam setiap aktivitas

demonstrasi teknologi pemeliharaan kambing

5) Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa FMA

untuk melihat secara langsung teknologi pemeliharaan kambing

6) Pembuatan Kandang

Lokasi kandang

Terletak dekat dengan sumber pakan hijauan, tempat yang

tidak terlalu ramai, tidak jauh (5-10 m) dari rumah pemilik

untuk mempermudah pengawasan

Didirikan di tanah yang padat, kering dan tidak becek waktu

hujan, selalu mendapat sinar matahari dan bersih.

Page 15: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

15

Desain Kandang

Desain kandang yang digunakan model panggung agar mudah

dibersihkan dan sirkulasi udara dalam kandang lebih baik.

a. Bahan baku kandang

Bahan yang digunakan adalah kayu jenis Dengeng (Meranti

Group)

b. Ukuran kandang

Ukuran kandang kambing adalah 4 X 6 m

Ukuran luas kandang adalah untuk jantan dewasa

dibutuhkan 1,5 m2, betina dewasa 1 m2, betina menyusui

1,5 m2, anak dan kambing muda 0,75 m2. Pagar tiap kamar

dibuat agak tinggi sekitar 150 cm.

b. Lantai kandang

Lantai kandang dibuat berkisi-kisi dengan jarak antar kisi 2

-2,5 cm, agar kotoran dan air kencing dapat langsung

jatuh ke bawah.

Permukaan lantai rata, datar dan kuat. Bahan dibuat dari

bahan kayu keras jenis Dengeng (Meranti Group) agar

ternak tidak mudah terplosok/jatuh dan dapat memikul

beban ternak yang lebih berat

d. Dinding kandang

Dinding kandang dibuat agak rapat, tetapi masih

menyisakan celah pada bagian 1 – 2 meter dari lantai

kandang, untuk menghindari terpaan angin kencang yang

langsung mengenai tubuh kambing , namun masih

memberikan sinar matahari masuk dan menjaga sirkulasi

udara.

Bagian bawah dinding kandang dibuat celah 120 cm dari

lantai kandang, untuk memudahkan membersihkan dari

daun atau batang yang tersangkut dalam kandang.

Page 16: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

16

e. Atap kandang

Daerah panas dan banyak hujan bahan atap yang

digunakan adalah seng.

f. Tempat Pakan

Tinggi dasar tempat pakan atau palungan adalah sekitar 25

cm dari lantai kandang. Tinggi dalam palungan adalah 50

cm. Palungan berbentuk trapesium dengan mulut yang

lebih lebar terletak diatas. Lebar bagian atas adalah 40 cm

sedangkan bagian bawah adalah 20 cm. Diniding tempat

pakan diberi engsel untuk memudahkan membuka tempat

pakan pada saat memberi pakan dan membersihkan sisa-

sisa pakan.

Dinding kandang yang mengarah palungan dibuat lubang

ukuran 20 cm x 20 cm (cukup untuk kepala kambing

mengambil pakan).

h. Kolong kandang

Model Turunan

Kolong disemen miring (turunan) kearah selokan.

Selokan dibuat sejajar dengan panjang kandang.

Keuntungan dari model ini adalah kotoran dapat

dikumpulkan pada suatu tempat kompos. Kolong terlihat

rapi karena disemen.

7) Pemberian pakan

Lamtoro, gamal, rumput-rumputan dan dedak

Hijauan diberikan 2 x dalam sehari (sekitar 20 % dari bobot

tubuh kambing)

Mineral Blok

Mineral blok dengan berat 5,0 kg dapat dibuat menggunakan

bahan sbb:

Ultra mineral (1,0 kg)

Garam dapur halus (3,45 kg)

Page 17: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

17

Semen (0,55kg)

Air

Ember plastik kecil ukuran (4-5) liter

Kawat (40 cm)

Lembar plastik

Ember besar untuk mencampur bahan.

Cara pembuatan mineral blok dilakukan sbb:

Lapisi ember plastik kecil bagian permukaan sebelah dalam

dengan lembaran plastik agar mineral blok yang akan

terbentuk mudah dikeluarkan

Tekuk kawat setengah lingkaran pada salah satu ujungnya

Kedalam ember besar dimasukkan air secukupnya, lalu

tambahkan ultra mineral dan garam halus lalu diaduk merata

Masukan kawat dengan bagian tertekuk kedalam ember yang

telah dilapisi plastic dan tuangkan campuran bahan kedalam

ember

Tempatkan ember berisi campuran bahan pada tempat yang

terhindar dari hujan dan biarkan selama 4 hari atau sampai

mengering

Setelah kering keluarkan mineral blok dari ember dan

digantung didalam kandang agar dapat dijilat oleh kambing.

Air Minum

Induk yang sedang menysusui sangat membutuhkan air minum

dalam jumlah cukup setiap hari.

Air minum sangat penting untuk menjamin berlangsungnya

proses metabolisme didalam tubuh, mengatur suhu tubuh

dan untuk memproduksi susu.

Kebutuhan air minum seekor kambing kurang lebih 1,5 – 2,5

liter per hari.

Page 18: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

18

Air minum harus selalu bersih dan hindari terkontaminasi oleh

air kencing/urin ataupun kotoran.

Ganti air minum setiap hari atau bila terlihat sudah keruh.

8). Pemberian kolostrum anak baru lahir

Pemberian kolostrum sebaiknya diberikan setengah jam atau

satu jam setelah dilahirkan

Apabila induk cenderung tidak mau menyusui maka sebaiknya

ambing induk diperah dan kolostrum yang keluar ditampung

dalam botol untuk diberikan kepada anak baru lahir

Pemberian Pakan hijauan dan Konsentrat

Pemberian pakan padat berupa hijauan ataupun konsentrat

pada umur 2-3 minggu seperti dedak padi mempunyai

kandungan protein 10-15 %

9). Kesehatan Ternak

Pencegahan

Pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik,

makanan yang cukup gizi dan vaksinasi

Pengendalian penyakit

Penyakit cacingan ditandai oleh kepucatan pada lingkar putih

mata, dibagian dalam mulut, kadang-kadang disertai dengan

mencret pengendaliannya memberikan anti parasit 2-3 bulan

sekali seperti kalbaze, rental dll.

Orf/keropeng/Puru/Dakangan ditandai dengan timbulnya bintil

kemerahan disekeliling mulut, mata dan telinga.

Pengendaliannya melepas bintil lalu diolesi larutan yodium

pada bekas timbulnya bintil. Agar ternak tahan terhadap

penyakit bintil, bintil yang baru dicabut dihaluskan kemudian

diberi pada ternak melalui mulut

Scabies/Kudisan gejalanya terjadi kemerahan atau mengering

(kasus berat) pada muka dan mulut, bulu rontok pada

bagian punggung dan kaki bagian dalam. Pengendaliannya

Page 19: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

19

pada kasus berat dengan penyuntikan hivomex dibawah

kulit, kasus ringan secara tradisional (oli dan belerang

dicampur). Ternak yang sakit diisolasi dan ditangani khusus

karena penyakit ini cepat menular

Penyakit Koksidiosis ditandai dengan turunnya nafsu makan,

kotoran cair (mencret) dan berwarna kehitaman dengan

disertai bercak darah, berlendir, bobot badan turun dan bulu

serta kulit terlihat kasar dan kering. Anak kambing pra-sapih

umur 3-4 minggu sangat peka terhadap gangguan koksidia.

Pengendaliannya dilakukan dengan pemberian antibiotika

seperti obat sulfa diberikan selama 4 hari berturut-turut ,

sanitasi yang baik, pengurangan kepadatan kandang dan

memisahkan anak kambing dari kambing yang lebih dewasa

Diare/mencret ditandai dengan feses atau kotoran yang encer

dan berwarna hijau muda atau hijau tua, atau hijau

kemerahan atau kuning kehijauan serta ternak terlihat

lemah. Pengendaliannya isolasi ternak yang terserang

mencret dan cek kondisi dan warna serta keenceran feses,

dan frekuensi buang kotoran. Jika diare sangat parah dan

kondisi ternak memburuk langsung diberi antibiotic. Sangat

penting bagi ternak untuk mendapatkan cairan larutan

garam dan gula yang dibuat dengan mencampur 1 sendok

teh (10 g) garam dan 1 sendok teh (10 g) gula dalam 2,5

liter air dingin yang telah dimasak. Oralit dapat ditambahkan

kedalam larutan, lalu berikan larutan tersebut sebanyak 1/6

dari bobot tubuhnya.

Page 20: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

20

Pengamatan

Data yang dikumpulkan adalah :

Ketersediaan bahan pakan hijauan lokal dan jenisnya

Karateristik petani-peternak anggota FMA yang terlibat (faktor

internal dan eksternal)

Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam

demonstrasi teknologi pemeliharaan kambing (tingkat partisipasi

petani-peternak )

Respon, tanggapan dan komentar petani-peternak terhadap

teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara

menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi :

Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis,

dalam menerapkan teknologi yang didemonstrasikan

Masalah yang ada jika teknologi diterapkan

Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya

Data tingkat kepuasan petani-peternak anggota kelompok

terhadap teknologi yang di Demonstrasi terkait dengan karakter

teknologi introduksi, yang meliputi :

Kelebihan teknologi yang diintroduksi

Kekurangan teknologi yang diintroduksi

Data penggunaan Dana Non APBN/LOAN dalam pembiayaan

kegiatan Demonstrasi

Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis :

Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi FMA petani-

peternak

Analisis respon petani-peternak dalam FMA untuk mengetahui

kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya petani dengan

teknologi yang didemonstrasikan

Kelayakan financial pemeliharaan kambing ditentukan

berdasarkan imbangan antara tambahan penerimaan dengan

Page 21: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

21

tambahan biaya akibat penerapan teknologi introduksi atau

Marginal benefit cost ratio (MBCR).

MBCR

: Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P)

Total Biaya (B) – Total Biaya (P)

Keterangan : B : Teknologi Baru ; P : Teknologi Petani

Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani-

peternak terkait preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi

yang didemonstrasikan

Analisis porsi dana non APBN/LOAN : pembiayaan demonstrasi

Temu Lapang

Kegiatan ini dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan atau

menjelang/akhir kegiatan. Hal ini dilakukan untuk lebih meningkatkan

pemahamanan/ menambah wawasan, keterampilan dan informasi

bagi petani-peternak/pengguna lain dan kemungkinan penerapannya

lebih lanjut oleh petani-peternak setempat. Tanya jawab (diskusi)

dilakukan dengan petani-peternak Umpan balik dari peserta, menjadi

bahan bagi BPTP dalam membuat perencanaan pengkajian.

Pelaporan dan Seminar Hasil

Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir/akhir kegiatan. Setelah data

primer terkumpul, diolah/dianalisa, kemudian dilakukan penyusunan

laporan dan selanjutnya dilakukan seminar yang bertujuan untuk

menampung saran atau perbaikan akan hal-hal yang perlu dan

dianggap kurang sehingga menjadi laporan yang layak dan dapat

dipahami oleh yang memerlukan.

Page 22: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah

Luas wilayah mencapai ± 28.38 km2, ketinggian 20 m dpl, bulan

hujan dan terdiri dari 5 bulan basah (April, Mei, Juni, Juli,Agustus), 3 bulan

kering (September, Oktober,Nopember) dan 4 bulan lembab (Desember,

Januari,Februari dan Maret). Jenis tanahnya adalah Latosol dengan struktur

tanah lempung sampai liat, dengan pH 4,5 - 5. Suhu rata-rata 25 0C Suhu

minimum rata-rata 23,16 0C dan suhu maksimum 32,29 0C Jarak dari ibu kota

kabupaten 93 km.

Batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan desa Awo Gading Kecamatan Baebunta

Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Seriti dan Salupao

Sebelah Timur berbatasan dengan sungai Rongkong Kecamatan Malangke

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Setiorejo

4.2. Iklim

Keadaan curah hujan di Kecamatan Lamasi (stasiun CH terdekat) dan

sekitarnya selama 8 tahun terahir (2003 – 2011) menunjukkan bahwa curah

hujan merata sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan tahunan adalah

2.505 mm.

Puncak hujan jatuh pada bulan Mei dengan rata-rata 277 mm perbulan.

Jumlah curah hujan terendah jatuh pada bulan September dengan jumlah

rata-rata 43 mm perbulan. Sedang jumlah rata-rata curah hujan bulanan

2.505 mm sepanjang tahun. Adapun Tipe iklim di Kecamatan Ponrang dan

sekitarnya Menurut klasifikasi Mohr adalah : Tipe iklim golongan Ib dengan

indikator jumlah bulan basah (BB) : 11 bulan, jumlah bulan kering (BK) : 0,

jumlah bulan lemab (BL) : 1 bulan. Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson :

Tipe hujan A (amat basah) dengan indikator jumlah bulan basah (BB) : 11

bulan, jumlah bulan kering (BK) : 0 jumlah bulan lembab (BL) : 1 bulan.

Menurut Oldeman : Tipe iklim pertanian B1 dengan indikator : jumlah bulan

basah (BB) = 8 bulan, jumlah bulan kering (BK) = 1 bulan, jumlah bulan

Page 23: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

23

lembab (BL) = 3 bulan. Suhu udara di Kecamatan Lamasi menunjukkan 27 –

340 C. Hal tersebut menandakan rejin suhu udara panas dan merupakan

indikator wilayah pesisir pantai dengan ketinggian di bawah 30 meter dari

permukaan laut.

Berdasarkan hasil pemetaan tanah di Kabupaten Luwu, jenis tanah di

Kecamatan Lamasi terdiri dari tanah alluvial (56%), podsolik (21%) dan

regosol serta clay humus (23%). Tingkat keasaman tanah (pH) berkisar

antara 4,5 - 6,5 (agak masam sampai netral). Hal tersebut menunjukkan

bahwa hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di wilayah tersebut.

Tekstur tanah adalah organik dengan asal (pembentukan) tanah abu vulkanik,

kedalaman lapisan gambut di atas 1,5 m.

4.3. Potensi Pengembangan Kambing

Sumberdaya lahan di Salujambu 530 ha terdiri: lahan pekarangan 110

ha; sawah irigasi teknis ha 350 ha; dan kebun/tegalan 70 ha yang merupakan

sumberdaya alam tempat tumbuhnya hijauan pakan ternak. Berdasarkan

potensi lahan tersebut di atas terdapat 21 ekor sapi, 338 ekor ternak kecil dan

4.348 ekor unggas.

Hewan ternak tersebut sistem pemeliharaannya masih sangat

tradisional dimana ternak besar (sapi) tidak dikandangkan, ternak kecil

(kambing dan babi) yang di kandangkan hanya 35% dan diusahakan pada

tahun 2012 hewan ternak kecil yang dikandangkan mencapai 80%.

4.4. Potensi Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk di Desa Salujambu pada tahun 2012 adalah 1.927

jiwa yang terdiri laki-laki 896 jiwa, perempuan 1.031 jiwa, dengan 328 kepala

keluarga. Penduduk yang berada pada kisaran usia produktif (16 -59 tahun)

tercatat 1.468 jiwa (76,18%) dari jumlah penduduk di daerah tersebut.

Pekerjaan pokok sebagian besar penduduk adalah petani 1.281 jiwa (66,48%)

selebihnya adalah buruh tani, pedagang , pegawai negeri/Abri, pengrajin,

peternak dan nelayan. Faktor pendidikan lebih menentukan kualitas penduduk

terutama bila dikaitkan dengan kemampuan berfikir dalam mengadopsi suatu

teknologi (Tabel 1).

Page 24: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

24

Tabel 1. Jumlah penduduk, tingkat pendidikan, Desa Salujambu, Kecamatan

Lamasi, Kabupaten Luwu

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Belum sekolah 213

Tidak pernah sekolah 65

Pernah sekolah tapi tdk tammat SD 83

SD/ sederajat 326

SLTP/Sederajat 589

SLTA/Sederajat 521

D1 42

D2 34

D3 23

S1 31

1.927 Sumber : Monografi Desa Salu Jambu, 2012

4.5. Kondisi Kelembagaan

a. Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Perekonomian

Sarana perkreditan di desa Salujambu belum tersedia seperti bank,

koperasi simpan pinjam, dll sehingga yang berlaku adalah perkreditan

perorangan/lintah darat dengan bunga 5-10% per bulan atau dengan

tengkulak. Lembaga lain yang membantu petani dalam menggerakkan

sumberdaya pertanian adalah Gapoktan yang ada di desa Salujambu

berjumlah 2 kelompok yang masih aktip, 3 kelompok tidak aktip lagi, ada 4

kelompok wanita tani yaitu Mujur, Hibrida, Nusa indah dan Asoka indah

b. Institusi Pelayanan Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian merupakan salah satu dinamisator dan sekaligus

merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Jumlah penyuluh

pertanaian di WK-BPP Walmas yang bertugas melayani penyuluhan pertanian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 25: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

25

Tabel 2. Jumlah Penyuluh Pertanian di Kecamatan Lamasi Tahun 2012

No Penyuluh / Petugas Pertanian Jumlah (orang)

1

2 3 4

5

Kepala BPP Walmas

Kepala Unit Pertanian Penyuluh Pertanian dan kehutanan PHP

Petugas Ternak

1

1 14 1

1

Jumlah 16

Sumber: Data Sekunder KUPK Lamasi, 2012.

4.6. Karakteristik Petani Kooperator

Identitas Petani Kooperator diperoleh dari hasil karakterisasi yang

meliputi usia Petani Kooperator, tingkat pendidikan, pengalaman dalam

melakukan aktivitasnya, disajikan dalam table 3.

Tabel 3. Identitas petani Kooperator Demonstrasi Pememeliharaan Kambing di Kabupaten Luwu 2012.

No. Uraian Rata-rata

1. Usia (tahun) 39

2. Lama pendidikan (tahun) 9

3. Pengalaman kerja (tahun) 18

4. Jumlah tanggungan 4 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Dari tabel 3 di atas. Terlihat bahwa rata-rata usia Petani kooperator 39

tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani kooperator berada pada Usia

produktif yang secara fisik mempunyai kemampuan untuk berusahatani,

meskipun demikian usia tidak menjamin keterampilan seseorang dalam

berusahatani tapi perlu intervensi teknologi yang berdaya guna serta

pengambilan keputusan yang tepat dan dilakukan bersama-sama. Tingkat

pendidikan petani kooperator di lokasi Uji coba/Demonstrasi ditunjukkan oleh

waktu yang dihabiskan dalam menuntut ilmu yaitu mayoritas 9 tahun yang

merupakan tingkat pendidikan SMP. Sehingga dengan demikian dalam

melakukan aktifitas usahataninya dapat berinteraksi dengan lingkungannya

dengan baik. Namun pada kenyataannya bekal pendidikan yang dimiliki kurang

mampu memberi peluang untuk menambah wawasan secara inovatif karena

besarnya pengaruh budaya dalam wilayah masing-masing.

Page 26: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

26

Pengalaman berusahatani ternak kambing petani kooperator dilokasi

demonstrasi pembuatan kandang yang baik yaitu rata-rata 21 tahun.

Pergeseran pola usahatani tradisional ke komersil masih belum terlihat

meskipun sudah mampu memberikan keuntungan yang memadai, sehingga

merupakan peluang bagi petani ternak untuk meningkatkan produktifitas

usaha ternaknya.

Untuk mencapai efisiensi usaha dapat dilakukan dengan perbaikan

teknologi budidaya lainnya, sehinggga dapat meningkatkan produksi dan

pendapatan petani. Jumlah tanggungan rata-rata 4 orang, hal ini di satu sisi

merupakan tantangan untuk lebih meningkatkan produksi dan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

7. 4.7. Analisis Respon Petani

Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon/tanggapan petani

terhadap Teknologi Pemeliharaan Kambing yang di demonstrasikan.

Respon/tanggapan petani direkam melalui wawancara baik sebelum dan

sesudah kegiatan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tanggapan awal

Berdasarkan respon petani yang diperoleh pada (Tabel 4.) bahwa tidak

semua komponen Teknologi Kandang Kambing direspon dengan baik oleh

petani pada awal kegiatan. Tanggapan petani terhadap desain kandang sehat

yaitu lokasi kandang dan atap kandang adalah 90 %. Hal ini disebabkan

karena kandang kambing berada di lokasi hijauan pakan lokal dan tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi pengambilan pakan serta dekat dari tempat

tinggal sehingga ternak mudah diawasi.

Penggunaan pakan hijauan lokal 90% petani merespon dengan baik

terhadap hijauan gamal, lantoro, rumput dan dedak. Hal ini disebabkan

karena mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan

produksi kambingnya namun yang menjadi kendala bahwa petani belum tahu

komposisi pakan yang baik dan bergizi, belum pengalaman dalam

pengelolaannya dan ada anggapan petani bahwa membutuhkan input / biaya

Page 27: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

27

produksi yang lebih besar mengakibatkan tingkat keragu-raguan masih

mempunyai prosentasi 10 %.

Tabel 4. Respon Petani Terhadap Kegiatan Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan

Kambing di Kabupaten Luwu 2012.

No

Teknologi Pemeliharaan

Kambing

Alasan

Respon % Sebelum % Sesudah

1 2 3 4 5 6 7

1 Pembuatan Kandang panggung

Menerima 70 Mudah dipelihara 100 Kebersihan ternak terjaga, tidak mudah

terserang penyakit prosentase kematian ternak kurang

Ragu-ragu 20 Ternak mudah

terprosok/jatuh dari kandang karena berat

0

Menolak 10 Butuh biaya besar 0

2 Lokasi kandang Menerima 90 Mudah diawasi, berada

di lokasi hijauan

100 Tidak ada biaya

transportasi, kotoran

dapat dijadikan kompos Ragu-ragu 0 0 Menolak 10 Pencemaran lingkungan 0

3 Bahan baku kandang Menerima 70 Bahan tersedia dilokasi 100 Tahan puluhan tahun Ragu-ragu 20 Biaya besar 0 Menolak 0 0

4 Ukuran kandang Menerima 80 Kandang kelompok 100 Pertumbuhan kambing

baik, tidak saling menularkan penyakit

Ragu-ragu 20 Belum mengetahui manfaat

0

Menolak 0 0

5 Lantai kandang Menerima 70 Mudah membersihkan 100 Memudahkan sisa hijaun jatuh ke lantai kandang, tidak mudah terperosok,

memuat kambing dengan bobot lebih berat

Ragu-ragu 30 Belum mengetahui manfaat

0

Menolak 0 0

6 Dinding kandang Menerima 70 Ternak aman 100 Pertukaran udara sangat bagus

Ragu-ragu 30 Belum mengetahui

manfaatnya

0

Menolak 0 0

7 Atap kandang Menerima 90 Tidak sering menggganti atap, bahan tersedia

dilokasi

100 Tahan puluhan tahun, sesuai untuk

kondisi iklim setempat Ragu-ragu 10 Panas pada siang hari 0 Menolak 10 Biaya mahal 0

8 Kolong kandang Menerima 70 Mudah

membersihkannya

100 Tidak lembab, kotoran

ternak mudah dikumpulkan dan tidak berbau

Ragu-ragu 30 Tambahan biaya 0

Menolak 0 0

9 Pakan hijauan lokal Menerima 90 Kebiasaan petani 100 Mudah mendapatkannya, mudah dibudidayakan

Ragu-ragu 10 Petani mau mencari

jenis pakan lain

0

Menolak 0 0

10 Kesehatan Ternak Menerima 80 Banyak ternak yang mati karena sakit

100 Efektif mencegah dan mengobati penyakit

Ragu-ragu 10 Butuh tambahan biaya 0

Menolak 0 0

Page 28: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

28

Lanjutan Tabel 4.

1 2 3 4 5 6 7

11 Pembuatan Kompos Menerima 80 Menambah pengetahuan 100 Efektif mencegah

penyakit kambing,

mengurangi pemakaian pupuk kimia pada tanaman,mengurangi

pencemaran lingkungan, menambah pendapatan

Ragu-ragu 10 Waktunya hancurnya

lama, belum tau caranya, promi dimana didapatkan

0

Menolak 0 0

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Bahan kandang, ukuran, dinding, lantai, dan tinggi kolong sudah 70-

90% petani merespon dengan baik karena sebagian petani diwilayah

tersebut sudah terbiasa mengkandangkan kambingnya namun belum

memenuhi standar kandang sehat seperti letak maupun desain kandang,

selebihnya (10-30%) masih ragu-ragu karena khawatir adanya tambahan

biaya dan belum berpengalaman karena merupakan inovasi baru bagi

mereka.

Tingkat keragu-raguan terhadap kesehatan ternak dan pembuatan

pupuk kandang (kompos) yaitu 10-30%, hal ini disebabkan karena kurangnya

pengetahuan dan keterampilan petani serta belum melihat bukti keberhasilan

terhadap teknologi tersebut selain itu Promi sebagai bahan dekomposer

kompos belum ada dijual di kios-kios tani.

Penolakan petani terhadap penempatan kandang dengan pemukiman

yaitu 10% dengan alasan pencemaran lingkungan.

Tanggapan setelah Pelaksanaan Demonstrasi

Berdasarkan respon petani yang diperoleh setelah kegiatan

demonstrasi berlangsung (Tabel 4) bahwa tanggapan petani sangat baik

terhadap semua komponen teknologi kandang yang baik yang

didemonstrasikan dibandingkan sebelum kegiatan berlangsung, terutama pada

manfaat yang diperoleh dalam menerapkan komponen teknologi kandang,

kesehatan ternak dan pembuatan pupuk kandang (kompos) karena dapat

Page 29: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

29

meningkatkan pendapatan secara signifikan khususnya pupuk kandang yang

dihasilkan seperti yang ditunjukkan dalam analisis yang dilakukan sebelumnya.

Komponen teknologi penggunaan kotoran kambing dan sisa makanan sebagai

bahan baku pembuatan pupuk kandang (kompos) direspon baik oleh petani

(100%), namun untuk melaksanakan hal tersebut masih dianggap

merepotkan.

Pembelajaran yang diperoleh petani dengan kandang yang tinggi

kolongnya sangat memudahkan petani membersihkan kandang, sehingga

secara otomatis mengakibatkan ternak kambing sehat.

Gambaran respon petani terhadap komponen teknologi pemeliharaan

kambing dengan perbaikan kandang, kesehatan ternak dan pembuatan pupuk

kompos di Posluhtan Salujambu/kelompoktani Mujur umumnya baik setelah

melihat, melakukan dan merasakan manfaat yang dapat diperoleh dari proses

pembelajaran, dan penerapan komponen-komponen teknologi tersebut.

Namun demikian masih membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses

pembelajaran yang meliputi pembentukan opini, pembentukan sikap dan

keputusan untuk mengadopsi.

4.8. Analisis Usahatani

Dalam usahatani padi ada beberapa komponen input antara lain : (1).

Biaya sarana produksi yang terdiri dari Pembuatan kandang, pakan hijauan

lokal, ternak (kambing), dan obat-obatan; (2). Biaya tenaga kerja. Adapun

biaya produksi yang dikeluarkan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh,

secara rinci disajikan dalam Tabel Lampiran 1 untuk petani koperator dan

Tabel Lampiran 2 untuk petani non koperator.

Dari Tabel 5, dibawah menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan

petani kooperator terhadap biaya pakan dan obat-obatan sebesar

Rp.2.086.100,-; sedangkan pada petani non kooperator sebesar

Rp.1.032.350,- berarti selisih total biaya yaitu Rp.1.053.750,-

Page 30: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

30

Tabel 5. Perbandingan Biaya Pakan dan Obat-obatan antara Petani Koperator dan

Non Koperator No Uraian Koperator Non Koperator

1 Pakan Hari Kg Harga/Kg Nilai Hari Kg Harga/Kg Nilai

Rumput 210 10 100 210.000 210 10 100 210.000

Lamtoro/Gamal 210 20 100 420.000 210 15 100 315.000

Konsentrat/Dedak 210 2 580 243.600 210 2 580 243.600

Mineral Blok 1 2 60.000 120.000 1 1 60.000 60.000

B Compleks 1 50 1.000 50.000 1 20 1.000 20.000

2 Obat-obatan

Cacingan 1 100 2.575 257.500 0,5 100 2.575 128.750

Puru/Dakangan 1 50 450.000 450.000 0 50 450.000 -

Kudisan / Scabies 1 100 150.000 150.000 0 100 150.000 -

Diare/mencret 1 100 60.000 60.000 0,5 100 60.000 30.000

Spoit 100 5 1.250 125.000 20 5 1.250 25.000

2.086.100 1.032.350

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Dari Tabel 6, dibawah menunjukkan bahwa total biaya tenaga kerja

yang dikeluarkan petani kooperator sebesar Rp.2.147.000,- sedangkan pada

petani non kooperator sebesar Rp.1.779.500,- berarti selisih total biaya yaitu

Rp.367.500,-

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka biaya produksi petani

koperator lebih besar Rp.1.361.250,- dibanding petani non koperator, namun

demikian rata-rata pertambahan berat badan kambing petani koperator yaitu

9,62 kg/ekor (298,35 kg/31ekor) dan petani non koperator yaitu 4,96 kg/ekor

(119,01 g/24 ekor), sehingga terdapat selisih 179,34 kg selama 7 bulan (Tabel

7).

Tabel 6. Perbandingan Biaya Tenaga Kerja antara Petani Koperator dan Non Koperator

No Uraian Koperator Non Koperator

Hari HOK Rp/HOK Nilai Hari HOK Rp/HOK Nilai

1 Penyedia rumput 97 0,20 25.000 485.000 97 0,20 25.000 485.000

2 Pembersihan Kandang 32 0,20 30.000 192.000 32 0,20 30.000 192.000

3 Rumput 210 0,20 35.000 1.470.000 210 0,15 35.000 1.102.500

339 2.147.000 339 1.779.500

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Pertambahan berat badan yang diperoleh, dan harga kambing hidup

Rp.39.000,-/kg, maka pendapatan petani koperator lebih besar

pendapatannya Rp.6.994.260,- selama 7 bulan dibanding petani non

koperator. Hal tersebut dipengaruhi oleh penerapan beberapa teknologi

pemeliharaan kambing khususnya kandang yang baik dengan R/C ratio 1,11

Page 31: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

31

(Tabel Lampiran 1) untuk petani koperator dan 0,93 (Tabel Lampiran 2) untuk

petani non koperator sehingga MBCR sebesar 2,44; Hal ini merupakan tolak

ukur kelayakan ekonomi usahatani tidak semata-mata dipengaruhi oleh

produktivitas usahatani, akan tetapi sangat ditentukan oleh faktor harga input

dan harga output, dimana input Rp.1,- akan menghasilkan input Rp.2,44,-.

Hasl ini sesuai yang dikemukakan Dwiyanto et al., 1996, bahwa peningkatan

skala usaha dan orientasi usaha kearah usaha yang komersial-intensif akan

meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberi kontribusi pendapatan

yang lebih nyata, selanjutnya Abdul Madjid, 1999 menyatakan desain kandang

kambing yang baik dan sehat dilengkapi dengan kolong disemen miring

(turunan) kearah selokan yang sejajar dengan panjang kandang agar kotoran

dapat dikumpulkan pada suatu tempat yang selanjutnya dibuat kompos.

Tabel 7. Perbandingan Pertambahan Pendapatan antara Petani Koperator dan Non Koperator

No Uraian Koperator Non Koperator Selesih

SSD TBB SSD TBB STBB Harga Nilai

1 Dewasa Jantan 1 10,15 1 4,06 6,09 39.000 237.510

2 Dewasa Betina 6 56,70 4 21,00 35,70 39.000 1.392.300

3 Muda Jantan 2 18,90 3 11,55 7,35 39.000 286.650

4 Muda Betina 6 60,90 7 26,95 33,95 39.000 1.324.050

5 Anak Jantan 2 17,50 1 2,15 15,35 39.000 598.650

6 Anak Betina 4 32,20 2 4,30 27,90 39.000 1.088.100

7 Jantan lahir 3 28,50 2 15,00 13,50 39.000 526.500

8 Betina lahir 7 73,50 4 34,00 39,50 39.000 1.540.500

31 298,35 24 119,01 179,34 39.000 6.994.260

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

4.9. Analisis Tingkat Partisipasi Petani Anggota Kelompok

Tingkat partisipasi petani anggota Posluhtan/poktan dalam pelaksanaan

Demontrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8, bahwa 81,1% atau 20 dari 25 orang anggota

poktan yang aktif terlibat mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

dalam demplot baik itu pertemuan-pertemuan dilapangan seperti sosialisasi,

temu lapang, berperan aktif pada setiap aplikasi inovasi teknologi yang

dibimbing langsung oleh peneliti, penyuluh dan teknisi BPTP.

Page 32: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

32

Tabel 8. Tingkat Partisipasi Petani Anggota Kelompok pada Kegiatan Demonstrasi

Teknologi Pemeliharaan Kambing di Kabupaten Luwu 2012. (n = 25 orang).

No Wujud Keterlibatan Petani n %

1 Sosialisasi (ide/gagasan/pemikiran) 25 100,0

2 FGD (Perencanaan, memutuskan) 25 100,0

3 Penempatan Lokasi Kandang 16 64,0

4 Menyediakan Bahan Kandang 12 48,0

5 Pembuatan Kandang Sehat 14 56,0

6 Penyertaan Ternak Kambing 6 24,0

7 Vaksinasi dan pengobatan Kambing 25 100,0

8 Penggunaan pakan hijauan lokal 25 100,0

9 Pembuatan mineral blok 25 100,0

10 Pembuatan pupuk organik dengan promi 25 100,0

11 Temu Lapang 25 100,0

Rata-rata 20 81,1 Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Berdasarkan uraian pada Tabel 8. diatas, menunjukkan bahwa tingkat

partisipasi peternak secara keseluruhan baik (81%) dan tingkat partisipasi

tertinggi pada 7 (tujuh) komponen aktivitas yaitu: Sosialisasi

(ide/gagasan/pemikiran), FGD (Perencanaan, memutuskan), Vaksinasi dan

pengobatan Kambing, Penggunaan pakan hijauan local, Pembuatan mineral

blok, Pembuatan pupuk organik dengan promi dan Temu Lapang masing-

masing 100%, sementara yang terendah pada komponen penyertaan kambing

(24%), kemudian disusul, penyediaan bahan, pembuatan kandang sehat dan

penempatan lokasi kandang masing-masing 48%, 56% dan 64%. Hal ini

disebabkan karena posisi kandang yang dibuat berjauhan dengan tempat

tinggah (rumah) anggota kelompok tani yang akan menyertakan kambingnya.

4.10. Analisis Tingkat Kepuasan Petani Anggota Kelompok

Analisis tingkat kepuasan anggota Poslutan Salujambu kelompoktani

Mujur terhadap pelaksanaan demplot berdasarkan kebutuhan inovasi

teknologi yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 33: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

33

Tabel 9. Tingkat Kepuasan Petani Anggota Kelompoktani Mujur pada Kegiatan

Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing di Kabupaten Luwu (2012).

No Jasa BPTP

Tingkat Kepuasan (% Petani)

Sangat puas

Puas Tidak Puas

1 2 3 4 5

1 Penyediaan Infotek yang dibutuhkan melalui Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing

Pembuatan Kandang 90 10 0

Lokasi kandang 80 15 5

Bahan baku kandang 90 5 5

Ukuran kandang 85 10 5

Lantai kandang 90 10 0

Dinding kandang 80 20 0

Atap kandang 100 0 0

Kolong kandang 90 10 0

Kesehatan Ternak 75 20 5

Pakan Hijauan 90 10 0

Mineral Blok 80 10 10

Nilai Rata-Rata 86,36 10,91 2,73

2 Penyediaan Infotek yang dibutuhkan melalui penyebaran Brosur, juknis teknologi, Folder dan Video

Juknis Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing 79 11 10

Folder Teknologi Pemeliharaan Kambing 90 0 10

Folder Tek. Pembuatan Pupuk Organik dengan Promi 84 2 14

Nilai Rata-Rata 84,33 4,33 11,33

3 Temu lapang/Temu Tekhnis/Temu Usaha

Sosialisasi Teknologi Pemeliharaan Kambing

80 12 8

Temu lapang akhir kegiatan dan pembuatan pupuk organik dengan promi

84 12 4

Nilai Rata-Rata 82,00 12,00 6,00

4 Bimbingan Lapangan Pelaksanaan uji coba Teknologi

Cara pembuatan kandang kambing yang sehat 80 10 10

Cara vaksinasi dan pengobatan Kambing 60 30 10

Cara membuat mineral blok 90 10 0

Cara pembuatan pupuk organik dengan promi 60 20 20

Meningkatkan kebersamaan kelompok tani 70 10 20

Mencari informasi pertanian lewat media elektronik 60 10 30

Nilai Rata-Rata 70,00 15,00 15,00

Page 34: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

34

Lanjutan Tabel 9.

1 2 3 4 5

5 Narasumber dalam Pelaksanaan Teknologi

Pembuatan Kandang Sehat 70 20 10

Pemeliharaan kesehatan kambing 70 20 10

Penggunaan pakan hijauan lokal 80 10 10

Pembuatan pupuk organik dengan promi 70 20 10

Nilai Rata-Rata 72,50 17,50 10,00

Nilai Rata-rata Keseluruhan 79,03 11,94 9,03

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa: 86,36% petani

anggota gapoktan sangat puas terhadap Penyediaan Infotek yang dibutuhkan

melalui (Demplot Teknologi Kandang yang Baik dengan menggunakan

kambing) yaitu : Pembuatan kandang, lokasi kandang, bahan baku, ukuran,

lantai, dinding, atap dan kolong kandang, kesehatan ternak dan pembuatan

kompos dengan promi 10,91% puas dan 2,73% yang kurang puas.

Penyediaan Infotek yang dibutuhkan melalui penyebaran media cetak

seperti: Juknis Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing, Folder

Teknologi Pemeliharaan Kambing dan Folderder Tek. Pembuatan Pupuk

Organik dengan Promi, 84,33% sangat puas, 4,33% puas dan hanya 11,33%

kurang puas.

Hasil pertemuan kegiatan Demonstrasi pemeliharaan kambing 82,00%

petani anggota Posluhtan/Kelompok tani sangat puas terhadap Sosialisasi

komponen Teknologi Pemeliharaan Kambing, Temu lapang Pembuatan

Kandang Sehat, Temu lapang penggunaan pakan hijauan lokal dan Temu

lapang pembuatan kompos dengan Promi. Petani merasa puas pada kegiatan

Temu lapang tersebut adalah 12,00% dan (6,00%) merasa kurang puas;

sedangkan 70,00% petani anggota Posluhtan/kelompok tani sangat puas

terhadap Bimbingan Lapangan Pelaksanaan Demonstrasi Teknologi meliputi:

Cara vaksinasi dan pengobatan Kambing, Cara pembuatan kandang kambing

yang sehat, Cara pembuatan pupuk organik dengan promi, Cara membuat

mineral blok, Meningkatkan kebersamaan kelompok tani dan Mencari

Page 35: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

35

informasi pertanian lewat media elektronik 15,00% puas dan kurang puas

(15,00%) .

Begitu juga terhadap Narasumber dalam Pelaksanaan demonstrasi

teknologi pembuatan kandang yang baik 72,50% petani anggota

Posluhtan/Kelompok tani sangat puas terhadap : Pembuatan Kandang Sehat,

Pemeliharaan kesehatan kambing, Penggunaan pakan hijauan local dan

Pembuatan pupuk organik dengan promi 17,50% petani puas, 10,00% yang

kurang puas.

Keseluruhan indikator kepuasan terhadap pelayanan diseminasi yang

dilakukan BPTP petani sangat puas dengan nilai 79,03%, sebagai indikator

bahwa tingkat kepuasan yang sangat puas tersebut merupakan garansi bagi

BPTP bahwa teknologi yang diintroduksikan memiliki progress yang baik pula

dalam tingkat difusi dan adopsi ke depan. Berdasarkan kepuasan yang

dirasakan petani akan menggiring masuk ketahapan pengambilan keputusan

yang lebih baik.

4.11. Analisis Porsi dana Non APBN/LOAN dalam Pembiayaan Kegiatan Demonstrasi

Konstribusi stakeholders pada Kegiatan demonstrasi Teknologi

Pemeliharaan Kambing terlihat pada Tabel 10, di bawah ini.

Berdasakan Tabel 10, terlihat konstribusi stakeholders hanya 19,69%

dari seluruh anggaran demontrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing berupa

partisipasi petani 18,36% berupa bahan demonstrasi (Kambing) yaitu: 1 ekor

pejantan, 6 ekor betina, 2 ekor pejantan muda, 6 ekor betina muda ,2 ekor

anak jantan dan 4 ekor anak betina senilai Rp.10.793.250,- dan tenaga kerja

anggota petani koperator senilai Rp.677.000,- (1,15%) karena ini merupakan

pekerjaan sehari-hari anggota kelopoktani melakukan kegiatan kerjasama

dengan prinsip gotong royong serta partispasi masyarakat berupa pinjaman

fasilitas pada saat sosialisasi dan temu lapang berupa kursi senilai Rp.100.000,-

(0,17%).

Page 36: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

36

Tabel. 10. Pendanaan Non FEATI Anggota Kelompoktani Mujur pada Kegiatan Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kambing di Kabupaten Luwu T.A. 2012.

Sumber Dana Sumber Dana FEATI Non FEATI (APBD,

No Kegiatan BPTP Swasta, Masyarakat)

Institusi Nilai (Rp) Institusi Nilai (Rp)

1. Bahan:

- ATK dan Komputer Suplies BPTP 919.875

- Bahan Demonstrasi/Uji Coba BPTP 16.679.000 Petani 10.793.250*)

- Temu Lapang BPTP 2.759.750 Masyarakat 100.000**)

- Foto Copy dan Penggandaan

Laporan BPTP 919.750

2. Honor kegiatan; - Honor harian lepas BPTP 1.553.060 Petani 677.000***)

- Honor ketua tim BPTP 231.750 - Honor anggota tim BPTP 1.112.460

3. Belanja Barang Operasional lainnya:

- Biaya Peserta temu lapang BPTP 5.100.000

4. Belanja Perjalanan lainnya;

- Perjalanan Persiapan dan

Pelaksanaan BPTP 29.500.000

Jumlah 58.775.645 11.570.250

Prosentase 83,55% 19,69% Sumber : Data primer setelah diolah, 2012. Keterangan : *)

= Harga Kambing Rp.9.919.650 dan Hijauan makanan ternak Rp.873.600

**) = Sewa kursi Sosialisasi dan Temu lapang ***) = Upah pemeliharaan

Page 37: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

37

V. KESIMPULAN

1. Petani sangat respon (100%) terhadap semua komponen Teknologi Kandang

yang Baik yang didemonstrasikan.

2. Anggota poktan yang aktif terlibat mengikuti kegiatan adalah 81,1% atau 20

dari 25 orang.

3. Keseluruhan indikator kepuasan yang ditanyakan kepada anggota Poktan

mendapatkan tanggapan sangat puas 79,03% dan puas 11,94%, serta

kurang puas 9,03%.

4. Penerapan Komponen Teknologi Kandang yang Baik dengan rata-rata

pertambahan berat badan kambing petani koperator yaitu 9,62 kg/ekor dan

petani non koperator yaitu 4,96 kg/ekor memberikan hasil lebih besar

pendapatannya Rp.6.994.260,- selama 7 bulan dengan MBCR sebesar 2,44.

5. Kegiatan temu lapang pada setiap aplikasi inovasi teknologi besar

manfaatnya karena dapat terjalin komunikasi langsung dan pertukaran

pengetahuan atau umpan balik antara pelaku utama dan pelaku antara

bersama dengan sumber teknologi (BPTP SulSel).

6. Kegiatan demonstrasi sangat besar manfaatnya sebagai tempat

pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

serta sikap petani untuk penerapan inovasi teknologi.

Page 38: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

38

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,. 2001. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Kambing, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan

, Makassar ------------,. 2003. Pemberian daun gamal pada Kambing. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan , Makassar

------------,. 2004 Pemberian pakan MNB pada Kambing, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan , Makassar

------------,. 2006. Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dari Limbah Kulit Kakao. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan , Makassar

------------,. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan.

Didik Yusuf, 2010. Desain Kandang Diplester Miring, Menampung Urine jadi

Mudah. Kanisus, Bandung Dwyanto, K., A. Priyanti dan D. Zainuddin. 1996. Pengembangan Ternak

Berwawasan Agribisnis di Pedesaan dengan Pemanfaatan Limbah

Pertanian dan Pemilihan Bibit yang Tepat. Jurnal Litbang Pertanian XV (1) : 6 – 15.

Madjid, A. 1999. Penyakit dan Pengobatan Ternak Kambing. Penelitian Ternak

Kambing dan Domba di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Mathius, I.W., Haryanti, B., M.I. Siregar. 1991. Makanan dalam Pedoman Peraktis Beternak Kambing dan Domba Sebagai Ternak Potong. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. (BPTP) Sulawesi Selatan. Makassar.

Sariubang, M. A. Ella dan R. Rahman. 2009. Pengkajian Kambing Marica

sebagai Ternak Penghasil Daging Rendah Kolesterol melalui Pakan Rendah Protein dan Lemak di Dulawesi Selatan. Laporan Hasil Kegiatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Simon P Ginting, 2009. Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing Masa Pra-sapih. Loka Penelitian Kambing Potong Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Page 39: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

39

Tabel 1. Analisa Usahatani Kambing selama 7 bulan sesudah Introduksi Teknologi

Pemeliharaan Kambing Petani Koperator

No Uraian Satuan Volume Harga/satuan Besaran

Keterangan (Rp) (RP)

Pengeluaran

1 Modal Kambing Berat Awal (Kg) Harga/Kg

Dewasa Jantan ekor 1 18,45 39.000 719.550 Dewasa Betina ekor 6 12,59 39.000 2.946.060

Muda Jantan ekor 2 13,05 39.000 1.017.900

Muda Betina ekor 6 12,21 39.000 2.857.140

Anak Jantan ekor 2 9,50 39.000 741.000

Anak Betina ekor 4 10,50 39.000 1.638.000

2 Kandang 4 X 6 m2 th 10 14.066.500 1.406.650

3 Pakan Hari Kg Harga/Kg

3.a. Rumput kg 210 10 100 210.000

3.b. Lamtoro/Gamal kg 210 20 100 420.000

3.c. Konsentrat/Dedak kg 210 2 580 243.600 3d. Mineral Blok bh 1 2 60.000 120.000

3e. B Compleks ml 1 50 1.000 50.000

4 Obat-obatan

Cacingan btr 1 100 2.575 257.500

Puru/Dakangan cc 1 50 450.000 450.000

Kudisan / Scabies ml 1 100 150.000 150.000

Diare/mencret ml 1 100 60.000 60.000

Spoit bh 100 5 1.250 125.000

3 Tenaga Kerja Hari HOK Rp/HOK Penyedia rumput hr 97 0,20 25.000 485.000

Pembersih Kandang hr 32 0,20 30.000 192.000

4 Total Biaya + Upah 14.089.400 5 Total Biaya - Upah 13.412.400

Penerimaan Setelah 7 bulan Introduksi Teknologi

1 Ternak Kambing Berat Akhir (Kg) Harga/Kg

Dewasa Jantan ekor 1 28,60 39.000 1.115.400

Dewasa Betina ekor 6 22,04 39.000 5.157.360

Muda Jantan ekor 2 22,50 39.000 1.755.000 Muda Betina ekor 6 22,36 39.000 5.232.240

Anak Jantan ekor 2 18,25 39.000 1.423.500

Anak Betina ekor 4 18,55 39.000 2.893.800

Jantan yang lahir ekor 3 7,50 39.000 877.500

Benih yang lahir ekor 7 8,50 39.000 2.320.500

Kotoran 3 2.500 1.000 7.500.000

2 Total Penerimaan 28.275.300

3 Pendapatan ( + upah ) 14.185.900

4 B/C ratio 1,01

5 Pendapatan ( - upah ) 14.862.900 6 Total Tenaga Kerja hr 339

7 R/C ratio 1,11

8 Indeks Tenaga Kerja 43.843

9 MBCR 2,44

Page 40: DEMONSTRASI TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KAMBING DI …

40

Tabel 2. Analisa Usahatani Kambing selama 7 bulan sesudah Introduksi

Teknologi Pemeliharaan Kambing Petani Non Koperator

No Uraian Satuan Volume

Harga/satuan Besaran Keterangan

(Rp) (RP)

Pengeluaran

1 Modal Kambing Berat Awal (Kg) Harga/Kg

Dewasa Jantan ekor 1 16,50 39.000 643.500 Dewasa Betina ekor 4 12,50 39.000 1.950.000

Muda Jantan ekor 3 12,05 39.000 1.409.850

Muda Betina ekor 7 10,20 39.000 2.784.600

Anak Jantan ekor 1 6,45 39.000 251.550

Anak Betina ekor 2 5,65 39.000 440.700

2 Kandang 5 X 8 m2 th 5 800.000 160.000

3 Pakan Hari Kg Harga/Kg

3.a. Rumput kg 210 10 100 210.000

3.b. Lamtoro/Gamal kg 210 15 100 315.000 3.c. Konsentrat/Dedak kg 210 2 580 243.600

3d. Mineral Blok bh 1 1 60.000 60.000

3e. B Compleks ml 1 20 1.000 20.000

4 Obat-obatan

Cacingan btr 0,5 100 2.575 128.750

Puru/Dakangan cc 0 50 450.000 -

Kudisan / Scabies ml 0 100 150.000 -

Diare/mencret ml 0,5 100 60.000 30.000

Spoit bh 20 5 1.250 25.000

3 Tenaga Kerja Hari HOK Rp/HOK Penyedia rumput hr 97 0,20 25.000 485.000

Pembersih Kandang hr 32 0,20 30.000 192.000

4 Total Biaya + Upah 9.349.550 5 Total Biaya - Upah 8.672.550

Penerimaan Setelah 7 bulan Pemeliharaan

1 Ternak Kambing Berat Akhir (Kg) Harga/Kg

Dewasa Jantan ekor 1 20,56 39.000 801.840

Dewasa Betina ekor 4 17,75 39.000 2.769.000

Muda Jantan ekor 3 15,90 39.000 1.860.300 Muda Betina ekor 7 14,05 39.000 3.835.650

Anak Jantan ekor 1 9,60 39.000 374.400

Anak Betina ekor 2 8,80 39.000 686.400

Dewasa Jantan ekor 2 9,50 39.000 741.000

Dewasa Betina ekor 4 10,50 39.000 1.638.000

Kotoran 2 2.000 1.000 4.000.000

2 Total Penerimaan 16.706.590

3 Pendapatan ( + upah ) 7.357.040

4 B/C ratio 0,79 5 Pendapatan ( - upah ) 8.034.040

6 Total Tenaga Kerja hr 339

7 R/C ratio 0,93

8 Indeks Tenaga Kerja 23.699