pendampingan kawasan ternak kambing di propinsi...

58
i i LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN KAWASAN TERNAK KAMBING DI PROPINSI BENGKULU HARWI KUSNADI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2016 No Kode : 1801.018.053

Upload: hoangkien

Post on 07-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

i

LAPORAN AKHIR

PENDAMPINGAN KAWASAN TERNAKKAMBING DI PROPINSI BENGKULU

HARWI KUSNADI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2016

No Kode : 1801.018.053

ii

LAPORAN AKHIR

PENDAMPINGAN KAWASAN TERNAKKAMBING DI PROPINSI BENGKULU

Harwi KusnadiZul EfendiRuswendiRobiyanto

Mariana Erawati

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2016

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan hidayah-Nya Laporan Akhir 2016 kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak

Kambing di Provinsi Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan Akhir ini disusun dari

hasil pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Provinsi

Bengkulu sampai bulan Desember tahun 2016. Kegiatan Pendampingan Kawasan

Ternak Kambing di Provinsi Bengkulu dilaksanakan dengan sumber dana DIPA

BPTP Bengkulu tahun anggaran 2016. Tujuan kegiatan Pendampingan Kawasan

Ternak Kambing di Provinsi Bengkulu Tahun 2016 adalah 1. Mempercepat

penyebarluasan inovasi teknologi pengelolaan hijauan makanan ternak (HMT)

dan pemeliharaan kambing PE kepada petani dan petugas di Provinsi Bengkulu,

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota kelompok

peternak kambing PE dan petugas dalam mengelola hijauan makanan ternak

(HMT) dan manajemen pemeliharaan kambing PE.

Laporan Akhir ini menyajikan hasil kegiatan yang dilaksanakan meliputi ;

1) Koordinasi internal dan antar institusi, 2) Penentuan lokasi demplot HMT dan

pemeliharaan ternak kambing 3) Penyediaan dan distribusi bahan informasi

teknologi, 4) Demplot HMT, 6) Demplot pemeliharaan ternak kambing, 7)

Apresiasi/temu lapang, 8) Pelatihan, 9) Pembinaan kinerja kelompok ternak, 10)

Narasumber.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini

tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan

sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu

pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, Desember 2016Penanggungjawab Kegiatan,

Harwi Kusnadi, S.Pt, M.ScNIP. 19761118 200801 1 007

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Ternak Kambing diProvinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Kel. Semarang Kota

Bengkulu 381194. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 20165. Status Kegiatan (L/B) : Lama6. Penanggung Jawab

a. Nama : Harwi Kusnadi, S.Pt, M.Scb. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK.I/ IIIbc. Jabatan Fungsional : Peneliti Pertama

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu8. Agroekosistem : Lahan Kering9. Tahun Mulai : 201510. Tahun Selesai : 201911. Output 2016 : 1. Meningkatkan penyebarluasan inovasi

teknologi pengelolaan hijauan makananternak (HMT) dan pemeliharaan kambingPE kepada petani dan petugas di ProvinsiBengkulu.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilandan sikap anggota kelompok peternakkambing PE dan petugas dalam mengelolahijauan makanan ternak (HMT) danmanajemen pemeliharaan kambing PE.

12. Output Akhir : 1. Membentuk kelompok pembibitan danpenghasil susu ternak kambing PE danmenjadikan Kabupaten Kepahiang sebagaidaerah sumber bibit kambing PE.

2. Meningkatkan produktivitas kambing PE diKabupaten Kepahiang

3. Meningkatkan kesejahteraan peternakkambing PE.

iii

13. Biaya : Rp. 66.700.000- (Enam Puluh Enam JutaTujuh Ratus Ribu Rupiah).

Koordinator Program

Dr. Shannora Yuliasari, STP, MPNIP.19740731 200312 2 001

Penanggung Jawab Kegiatan,

Harwi Kusnadi, S.Pt, M.ScNIP. 19761118 200801 1 007

Mengetahui,Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Haris Syahbudin, DEANIP. 19680415 199203 1 001

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 19590206 198603 1 002

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iiiDAFTAR ISI......................................................................................... ivDAFTAR TABEL.................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. viRINGKASAN . ...................................................................................... viiSUMMARY........................................................................................... ix

I PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang....................................................................... 11.2 Tujuan .................................................................................. 51.3 Keluaran................................................................................ 51.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak .............................................. 6

II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8

III PROSEDUR PELAKSANAAN............................................................. 103.1 Waktu dan Lokasi ................................................................. 103.2 Alat dan Bahan .................................................................... 103.3 Ruang Lingkup Kegiatan........................................................ 103.4 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan.............................................. 11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 154.1 Koordinasi Internal dan Antar Institusi .................................... 154.2 Mempercepat Penyebarluasan Inovasi Teknologi Pengolahan

Hijauan Makanan Ternak (HMT) dan Pemeliharaan Kambing PEKepada Peternak dan Petugas di Provinsi Bengkulu.................. 16

4.3 Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap AnggotaKelompok Peternak Kambing PE dan Petugas Dalam MengelolaHijauan Makanan Ternak (HMT) dan Manajemen PemeliharaanKambing PE.......................................................................... 21

V KESIMPULAN ............................................................................... 295.1 Kesimpulan. .......................................................................... 295.2 Saran........ ............................................................................ 29

KINERJA HASIL DISEMINASI ................................................................ 30DAFTAR PUSTAKA . ............................................................................. 31ANALISIS RISIKO ................................................................................ 32JADWAL KERJA ................................................................................... 34PEMBIAYAAN ...................................................................................... 35PERSONALIA ....................................................................................... 37LAMPIRAN .......................................................................................... 38

v

DAFTAR TABEL

Halaman1. Keanekaragaman rumput lapang di lahan perkebunan di Kecamatan

Kabawetan. .................................................................................. 18

2. Beberapa jenis rumput dan legum yang ditanam di lahan sisa di sela-sela tanaman pokok di Kecamatan Kabawetan. ................................ 18

3. Daftar Kegiatan Sosialisasi pada Kelompok Ternak Kambing diKecamatan Kabawetan. ................................................................. 21

4. Respon Peternak dan Petugas Terhadap Hasil Demplot KandangSehat Ramah Lingkungan Kelompok Ternak Kambing di KecamatanKabawetan. .................................................................................. 22

5. Respon Peternak dan Petugas Terhadap Hasil Demplot HijauanMakanan Ternak Kelompok Ternak Kambing di KecamatanKabawetan. .................................................................................. 22

6. Daftar Kegiatan Pelatihan pada Kelompok Ternak KambingKecamatan Kabawetan. ................................................................. 23

7. Peningkatan Pengetahuan Peternak dan Petugas pada KelompokTernak Kambing di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang...... 24

8. Peningkatan Keterampilan Peternak dan Petugas pada KelompokTernak Kambing Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. ........ 25

9. Sikap Peternak dan Petugas pada Kelompok Ternak KambingKecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang.................................. 25

10. Daftar Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan. ............ 27

11. Daftar Kegiatan Narasumber pada Pertemuan Kelompok TernakKambing Kecamatan Kabawetan..................................................... 28

12. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambingdi Kabupaten Kepahiang Tahun 2016 .............................................. 32

13. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan PendampinganKawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2016........ 33

14. Jadwal Kerja kegiatan pendampingan kawasan ternak kambing tahun2016. ....................................................................................... 34

15. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan. .............................................. 35

16. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan. .............................................. 36

17. Personalia Kegiatan. ...................................................................... 37

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman1. Dokumentasi demplot pemeliharaan kambing.................................... 38

2. Dokumentasi demplot hijauan makanan ternak. ................................ 41

3. Dokumentasi leaflet dan poster sebagai dukungan inovasi teknologi.... 42

4. Dokumentasi tempat pengolahan kompos dan urin kambing............... 43

5. Dokumentasi pelatihan bagi peternak kambing.................................. 44

6. Dokumentasi pembinaan kelompok peternak kambing. ...................... 45

vii

RINGKASAN

1. Judul : Pendampingan Kawasan ternak kambing diProvinsi Bengkulu.

2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Lokasi : Provinsi Bengkulu

4. Agroekosistem : Lahan Kering

5. Status (L/B) : Lama

6. Tujuan : Tahun 2016 :1. Meningkatkan penyebarluasan inovasi

teknologi pengelolaan hijauan makananternak (HMT) dan pemeliharaan kambing PEkepada petani dan petugas di ProvinsiBengkulu.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilandan sikap anggota kelompok peternakkambing PE dan petugas dalam mengelolahijauan makanan ternak (HMT) danmanajemen pemeliharaan kambing PE.

7. Keluaran : Tahun 2016 :1. Meningkatnya percepatan penyebarluasan

inovasi teknologi pengelolaan hijauanmakanan ternak (HMT) dan pemeliharaankambing PE kepada petani dan petugas diProvinsi Bengkulu.

2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilandan sikap anggota kelompok peternakkambing PE dan petugas dalam mengelolahijauan makanan ternak (HMT) danmanajemen pemeliharaan kambing PE.

8. Hasil/pencapaian : 1. Potensi dan sumberdaya kelompok tani danternak kambing PE di Kecamatan KabawetanKabupaten Kepahiang.

2. Calon indukan dan pejantan unggul sebagaicalon induk dan pejantan.

9. Prakiraan Manfaat : 1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap,dan keterampilan) petani dan penyuluhterhadap komponen teknologi budidaya danternak kambing serta meningkatkankemampuan petani dalam merancang usahatani yang efisien baik dalam penggunaaninput maupun pemanfaatan sumberdayalahan, dan efisiensi penggunaan pupukanorganik.

2. Peningkatan adopsi komponen teknologisehingga meningkatkan produktivitas,

viii

produksi dan pendapatan petani.3. Semakin baik koordinasi dengan petani dan

stakeholders dan semakin terjaminketersediaan saprodi diharapkan dapatmeningkatkan akselerasi adopsi teknologi.

10. Prakiraan Dampak : 1. Peningkatan produktivitas dan pendapatanpetani melalui pengembangan inovasiteknologi yang sesuai dengan agroekosistemdan sosial ekonomi setempat.

2. Kawasan yang dibangun mampumenghasilkan multi produk sehingga mampumenciptakan pertanian berbasis bio-industri.

3. Teradopsinya teknologi introduksi olehpetani, peternak, dan penyuluh secara luasdalam rangka meningkatkan pendapatan danmewujudkan usahatani berkelanjutan.

11. Prosedur : Kegiatan Pendampingan Kawasan TernakKambing dilaksanakan di Kabupaten KepahiangProvinsi Bengkulu dengan target/sasaran adalahpetani pengguna (petani/kelompok tani).Pendampingan tidak hanya ditujukan kepadapengguna antara tetapi juga kepada penggunaakhir/petani untuk mendapatkan umpan balikdari pelaksanaan kegiatan pendampingan.Pendampingan yang dilakukan oleh BPTPBengkulu Lokasi pelaksanaan pendampingankawasan ternak kambing direncanakan akandilaksanakan di Kecamatan KabawetanKabupaten Kepahiang. Komoditas yangdigunakan adalah ternak kambing PeranakanEttawa (PE). Pendampingan yang dilakukan olehBPTP Bengkulu meliputi: 1. Mempercepatpenyebarluasan inovasi teknologi pengelolaanhijauan makanan ternak (HMT) danpemeliharaan kambing PE kepada petani danpetugas di Provinsi Bengkulu. Ruang lingkupkegiatan ini meliputi: (1) penyediaan inovasiteknologi dan penyebaran bahan diseminasi; (2)demplot HMT; (3) demplot pemeliharaan ternakkambing dan (4) apresiasi/temu lapang. 2.Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dansikap anggota kelompok peternak kambing PEdan petugas dalam mengelola hijauan makananternak (HMT) dan manajemen pemeliharaankambing PE. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:(1) pelatihan; (2) pembinaan kinerja kelompoktani; dan (3) nara sumber.

12 Jangka Waktu : 5 (lima) tahun13 Biaya : 66.700.000- (Enam puluh enam juta tujuh ratus

ribu rupiah)

ix

SUMMARY

1 Title : Adjacent Regions goats in the province ofBengkulu.

2 Implementing Unit : Bengkulu Assessment Institute for AgriculturalTechnology

3 Location Objectives : Bengkulu Province4 Agroecosystem : Plateau Dryland Wet Climate5 Status : Advanced6 Objective : 1.

2.

Increase the dissemination of technologyinnovation management of forage fodder andmaintenance of goats to farmers and workersin the province of Bengkulu.Increasing the knowledge, skills and attitudesgoat breeders group members and officers inmanaging forage fodder and maintenancemanagement goat.

7 Output : 1.

2.

Increased the dissemination of technologyinnovation management of forage fodder andmaintenance of goats to farmers and workersin the province of Bengkulu.Increased the knowledge, skills and attitudesgoat breeders group members and officers inmanaging forage fodder and maintenancemanagement goat.

8 Results areexpected

: 1.

2.

The potential and resources and goat farmers'groups in the district PE Kabawetan KepahiangDistrict.Candidates stud sires and excel as aprospective parent and stud.

9 Estimated benefits : 1.

2.

3.

Increased behaviors (knowledge, attitudes, andskills) farmers and extension workers tocomponent cultivation technology and goats aswell as improve the ability of farmers indesigning an efficient farming both in the useof inputs and utilization of land resources, andefficient use of inorganic fertilizers.Increased adoption of technology componentsthereby increasing productivity, production andincome of farmers.The better coordination with farmers andstakeholders and more assured availability ofinputs is expected to increase the accelerationof technology adoption.

10 Estimated Impact : 1. Increasing productivity and income of farmersthrough the development of innovative

x

2.

3.

technologies relevant to the local socio-economic and agro-ecosystems.The area is built able to produce multi-productso as to create bio-based agricultural industry.Adoption of technology introduced by farmers,breeders, and extension agents widely in orderto increase revenue and realize sustainablefarming.

11 Procedure : Assistance Activities implemented in the RegionGoat Kepahiang District Bengkulu province withthe target / target users are farmers (farmers /farmer groups). Mentoring is not only intendedfor the user between but also to end users /farmers to get feedback from theimplementation of assistance activities.Mentoring conducted by BPTP BengkuluLocation goats implementation of regionalassistance is planned to be implemented in theDistrict Kabawetan Kepahiang District.Commodities used are goats Peranakan Ettawa(PE). Mentoring conducted by BPTP Bengkuluinclude: 1. Accelerating the dissemination oftechnology innovation management of foragefodder (HMT) and maintenance of goats tofarmers and workers in the province ofBengkulu. The scope of these activities include:(1) the provision of technological innovationand dissemination of dissemination materials;(2) demplot HMT; (3) demplot raising goatsand (4) appreciation / field meeting. 2.Increasing the knowledge, skills and attitudesgoat breeders group members and officers inmanaging forage fodder (HMT) andmaintenance management goat. The scope ofthese activities include: (1) training; (2)fostering farmer groups; and (3) resource.

12 Duration 5 (Five) years13 Proposed Budget IDR. 66.700.000,-

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan pertanian periode tahun 2015-2019 telah

difokuskan pada pengembangan kawasan. Komoditas strategis dan unggulan

nasional dikembangkan pada kawasan-kawasan andalan secara utuh sehingga

menjadi satu kesatuan dalam sistem pertanian bio-industri. Pengelolaan

usahatani dikelola dengan prinsip pertanian lestari dengan memanfaatkan agro-

input yang tersedia di sekitar kawasan dan mengelola limbah dengan prinsip zero

waste melalui re-duce, re-use dan re-cycle.

Pengawalan merupakan salah satu kegiatan diseminasi teknologi dan

informasi yang dihasilkan oleh BPTP/Badan Litbang Pertanian. Diseminasi

merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan teknologi/informasi

hasil litkaji kepada pengguna sehingga teknologi/informasi hasil litkaji dapat

dimanfaatkan dan diadopsi oleh pengguna. Kegiatan diseminasi dibedakan

menjadi 3 yaitu: peragaan teknologi, komunikasi tatap muka dan pengembangan

informasi. Pemilihan metode diseminasi dan media komunikasi didasarkan pada

pertimbangan efektivitas dan efisiensi (cost efective) untuk khalayak sasaran,

serta disesuaikan dengan kebutuhan. Aspek penting dalam mensukseskan

program strategis kementerian pertanian yaitu melalui pengawalan yang holistik,

bersinergi, terkoordinir, focus dan terukur. Hal ini sangat diharapkan oleh semua

pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.

Pendekatan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu dilakukan

melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri di tingkat pedesaan, dimana

sektor pertanian merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam swasembada

berkelanjutan melalui diversifikasi dan peningkatan produktivitas usaha tani. Hal

ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan

terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk/komoditi pertanian.

Selain itu, sektor pertanian juga sebagai salah satu sektor penyedia lapangan

kerja terbesar yaitu lebih dari 40% kesempatan kerja masyarakat berasal dari

sektor pertanian (Syafa’at et al., 2003). Termasuk sektor tanaman pangan,

peternakan, hortikultura, dan perkebunan juga merupakan komoditas andalan

Provinsi Bengkulu.

2

Penetapan Kabupaten Kepahiang sebagai lokasi pendampingan

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 43/

Kpts/PD.410/1/2015 tentang penetapan kawasan sapi potong, kerbau, kambing,

sapi perah, domba dan babi nasional dan diperkuat pula dengan Surat Keputusan

Bupati Kabupaten Kepahiang nomor 452 tahun 2010 tentang penetapan lokasi

pengembangan kawasan produksi peternak Kabupaten Kepahiang yaitu

Kecamatan Kabawetan adalah sebagai lokasi pengembangan kawasan produksi

peternakan.

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta

produktivitas ternak kambing diperlukan suatu sistem pengembangan dan

diseminasi yang dapat mengimplementasikan inovasi teknologi langsung bagi

pengguna, maka diperlukan suatu model pengembangan yang berbentuk

kawasan komoditas terkait melalui pendampingan dalam suatu wilayah kawasan

komoditas peternakan. Sehingga diperlukan suatu upaya pendekatan sesuai

sistem dengan arahan kebijakan yang berdasarkan apresiasi atau kebutuhan

masyarakat (bottom up), yaitu berupa pendekatan langsung dalam bentuk

pendampingan terhadap pengembangan kawasan komoditas (Kementerian

Pertanian, 2014).

Kambing adalah salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang merupakan

komoditas peternakan unggulan daerah dan banyak dipelihara masyarakat selain

ternak sapi di Provinsi Bengkulu, kondisi ini tergambar dari tingkat populasinya

yang pada Tahun 2013 mencapai 243.482 ekor (BPS Prov. Bengkulu, 2013).

Kabupaten Kepahiang dengan topografinya yang berbukit sangat cocok sebagai

kawasan pengembangan ternak kambing, disamping itu minat masyarakat

terhadap daging kambing cukup tinggi dan hal ini terlihat dari tingkat

pemotongan pada Tahun 2013 mencapai 1.931 ekor (Disnakkan Kab. Kepahiang,

2014).

Kambing umumnya dipelihara oleh para peternak kecil, karena mempunyai

beberapa keunggulan antara lain: (1) membutuhkan modal yang relatif kecil; (2)

mudah pemeliharaannya; (3) banyak digunakan untuk berbagai acara baik acara

kekeluargaan seperti syukuran maupun acara yang berhubungan dengan ritual

keagamaan dan budaya seperti hewan kurban pada hari raya kurban, khitanan,

aqeqah, dan lain-lain; dan (4) mudah dijual ketika membutuhkan uang kontan

secara cepat. Karena masyarakat umumnya senang mengkonsumsi daging

3

kambing, namun demikian konsumsi daging kambing dan domba per kapita per

tahun terlihat adanya trend penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini yaitu

pada tahun 2006 sebesar 0,64 kg/kapita tahun dan pada tahun 2009 menurun

menjadi 0,55 kg/kapita (Dirjen Peternakan, 2011).

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan

kambing Etawah (kambing jenis unggul dari India) dengan kambing Kacang

(kambing asli Indonesia). Kambing PE dapat beradaptasi dengan kondisi iklim

Indonesia, mudah dipelihara dan merupakan ternak jenis unggul penghasil

daging juga susu. Produksi daging kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan

kambing kacang. Bobot badan Kambing PE jantan dewasa antara 65-90 kg dan

yang betina antara 45-70 kg. Produksi susu bisa mencapai 1-3 liter/hari. Kambing

PE juga sangat prospektif untuk usaha pembibitan.Harga anak Kambing PE bisa

3-5 kali lipat harga anak kambing lokal. Kambing PE beranak pertama kali pada

umur 16-18 bulan dan dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali jika diusahakan

secara intensif dengan hasil anak kembar 2-3 ekor/induk.

Meningkatnya permintaan konsumsi ternak kambing bagi masyarakat

menuntut tersedianya bibit yang dapat tumbuh cepat dan mencapai bobot

potong pada umur muda, dengan model pengembangan akan kesinambungan

ketersedian bibit harus dapat terjaga baik dengan mempertimbangkan kapasitas

tampung kawasan ternak sekitarnya. Kawasan merupakan gabungan dari sentra-

sentra pertanian yang terkait secara fungsional baik dalam faktor sumber daya

alam, sosial budaya, maupun infrastruktur, sedemikian rupa sehingga memenuhi

batasan luasan minimal skala ekonomi dan efektivitas manajemen pembangunan

wilayah dan termasuk juga model yang dapat dikembangkan dengan pola

integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan dan ternak-hortikultura

(Kementerian Pertanian, 2014).

Disisi lain ternak Kambing mempunyai peran yang strategis bagi kehidupan

masyarakat di perdesaan karena adanya beberapa keunggulan di banding ternak

lainnya, yakni mudah menyesuaikan dengan berbagai macam kondisi lingkungan

yang ekstrim seperti suhu udara dan mempunyai sifat toleransi tinggi terhadap

bermacam-macam pakan hijauan serta sangat efisien dalam mengubah hijauan

pakan menjadi protein hewani. Melalui penerapan inovasi teknologi pada usaha

agribisnis, ternak kambing dan domba mampu menggunakan limbah tanaman

sebagai sumber pakan yang pada dasarnya direkomendasikan berbagai pihak

4

sebagai upaya menekan biaya produksi (Martawidjaja, 2003). Hasil kesepakatan

Musrenbangtan 2014 telah ditetapkan sebaran lokasi kabupaten yang menjadi

kawasan pertanian nasional menurut sub sektor, termasuk kabupaten Kepahiang

ditetapkan sebagai salah satu lokasi model pengembangan kawasan peternakan

2015-2019 yang tertuang dalam dokumen Rancangan Model Pengembangan

Kawasan Pertanian Tahun 2015-2019 (Kementerian Pertanian, 2014).

Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan

dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian.

Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat

diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran

yang telah ditetapkan. Melalui pengawalan/pendampingan kegiatan

pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diharapkan minimal dapat

menggunakan 25% inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian (Hendayana et al.,

2009).

Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan

ternak kambing, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam berupa pakan

yang melimpah dan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal

sebagai sumber pakan alternatif ternak kambing. Populasi kambing di Provinsi

Bengkulu pada tahun 2012 mencapai 11.781 ekor, sedangkan pada tahun 2011

mencapai 13.131 ekor sehingga ada penurunan sebanyak 1.350 ekor.

Kabupaten Kepahiang merupakan daerah pengembangan peternakan untuk

Provinsi Bengkulu khususnya ternak kambing Peranakan Ettawa (PE) melalui

Surat keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

43/Kpts/PD.410/2015 tentang penetapan kawasan sapi potong, kerbau,

kambing, sapi perah, domba dan babi. Dan menurut Surat Keputusan Kepala

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang Nomor 48 tahun 2015

tentang penetapan lokasi penerima bantuan penguatan pembibitan kambing PE

kegiatan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dana tugas bantuan (TP)

pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang tahun anggaran

2015 menetapkan ada enam kelompok tani ternak yang menerima kambing PE

tersebut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu sebagai instansi litbang

yang ada di Provinsi Bengkulu diberikan tugas untuk mendampingi kegiatan

tersebut.

5

Permasalahan dalam pengembangan kambing adalah minimnya

pengetahuan peternak tentang budidaya ternak kambing, tingkat kelahiran masih

rendah, produksi rendah, kematian anak masih tinggi, peran dan fungsi

kelembagaan masih kurang dan akses pasar belum tercipta. Hasil kesepakatan

Musrenbangtan tahun 2014 telah ditetapkan sebaran lokasi kabupaten yang

menjadi kawasan pertanian nasional menurut sub sektor, termasuk Kabupaten

Kepahiang di Provinsi Bengkulu ditetapkan sebagai salah satu lokasi model

pengembangan kawasan peternakan tahun 2015-2019 yang tertuang dalam

dokumen Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian tahun 2015-2019

(Kementarian Pertanian, 2014).

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

1. Membentuk kelompok pembibitan dan penghasil susu ternak kambing PE di

Kabupaten Kepahiang

2. Meningkatkan rataan produktivitas kambing PE di kabupaten Kepahiang.

3. Meningkatkan kesejahteraan peternak Kambing PE

Tujuan Tahun 2016

1. Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi pengelolaan hijauan

makanan ternak (HMT) dan pemeliharaan kambing PE kepada petani dan

petugas di Provinsi Bengkulu.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota kelompok

peternak kambing PE dan petugas dalam mengelola hijauan makanan ternak

(HMT) dan manajemen pemeliharaan kambing PE.

1.3 Keluaran

Keluaran Umum

1. Terbentuknya kelompok pembibitan dan penghasil susu ternak kambing PE

di Kabupaten Kepahiang.

2. Meningkatnya produktivitas kambing PE di kabupaten Kepahiang.

3. Meningkatnya kesejahteraan peternak Kambing PE.

6

Keluaran tahun 2016

1. Meningkatnya percepatan penyebarluasan inovasi teknologi pengelolaan

hijauan makanan ternak (HMT) dan pemeliharaan kambing PE kepada petani

dan petugas di Provinsi Bengkulu.

2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota kelompok

peternak kambing PE dan petugas dalam mengelola hijauan makanan ternak

(HMT) dan manajemen pemeliharaan kambing PE.

1.4 Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.4.1 Manfaat

1. Meningkatnya perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dan

petugas terhadap komponen teknologi pemeliharaan ternak kambing serta

meningkatkan kemampuan petani dalam merancang usaha tani yang efisien

baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan, dan

efisiensi penggunaan pupuk organik.

2. Peningkatan adopsi komponen teknologi sehingga meningkatkan

produktivitas, produksi dan pendapatan petani.

3. Semakin baik koordinasi dengan petani dan stakeholders dan semakin

terjamin ketersediaan saprodi diharapkan dapat meningkatkan akselerasi

adopsi teknologi.

4. Mendekatkan teknologi kepada pengguna antara (penyuluh pertanian) dan

pengguna akhir (peternak) sehingga dapat meningkatnya akselerasi

diseminasi hasil penelitian dan pengkajian.

1.4.2 Dampak

1. Peningkatan produktivitas dan pendapatan peternak melalui pengembangan

inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi

setempat.

2. Teradopsinya teknologi introduksi oleh peternak dan penyuluh secara luas

dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan usaha tani

berkelanjutan dan ramah lingkungan.

3. Semakin berkembangnya program Kementerian Pertanian.

4. Peningkatan produksi ternak kambing di kawasan yang juga akan

meningkatkan di Provinsi Bengkulu.

7

5. Memudahkan petani peternak dan masyarakat dalam memperoleh bibit

kambing PE di Provinsi Bengkulu pada khususnya dan Sumetera pada

umumnya.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengawalan merupakan bagian dari kegiatan diseminasi/penyebarluasan.

Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan,

menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan

kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan Spectrum

Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan berbagai

jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.

Ternak kambing adalah ternak ruminansia kecil yang paling dominan

jumlah populasinya dikembangkan masyarakat dan umumnya merupakan ternak

lokal asli Indonesia, walaupun demikian ada juga yang berasal dari ternak impor

atau persilangan dengan kambing lokal serta secara umum sudah beradaptasi

dengan baik pada kondisi setempat. Pada pengembangan ternak ruminansia saat

ini telah berkembang usaha yang mengarah pada pola agribisnis, dimana pada

konsep tersebut diarahkan untuk melakukan perubahan dari keunggulan

komparatif (Comparative advantage) menjadi keunggulan kompetif (Competitive

advantage) yang mampu secara ekonomis memberikan keunggulan yang diawali

dengan keunggulan teknis (Pambudi et al., 2001).

Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan

ternak kambing, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, berupa pakan

yang masih melimpah dan juga limbah pertanian yang belum dimanfaatkan

secara optimal sebagai sumber pakan alternatif bagi ternak kambing.

Berdasarkan data statistik populasi ternak kambing di Provinsi Bengkulu terjadi

penurunan populasi sebanyak sekitar 45% dalam kurun waktu 2 tahun terakhir

dan berdasarkan kenyatan tersebut diperlukan pengembangan dan

pendampingan budidaya ternak kambing dalam sutu bentuk kawasan komoditas,

dimana Kabupaten Kepahiang merupakan wilayah rancangan model

pengembangan kawasan ternak kambing yang termasuk menjadi prioritas

nasional (Kementerian Pertanian, 2014).

Sebagian besar masyarakat perdesaan memandang pemeliharaan ternak

kambing secara sambilan (ekstensif) dan sebagai tabungan hidup yang baru

dmanfaatkan apabila petani membutuhkan pengeluaran yang bersifat mendadak

ataupun sudah direncanakan dalam jumlah relatif besar, pada kondisi ini ternak

kambing yang dipelihara dijual tidak lagi mempertimbangkan penjualan yang

9

didasarkan pada kriteria teknis maupun efisiensi ekonomi. Namun pemeliharaan

ternak kambing secara ektensif umumnya cenderung tidak menguntungkan,

karena tingkat kematian yang tinggi disertai produktivitas rendah dan disarankan

agar sebaiknya dibudidayakan secara lebih intensif Misnawaty (2004)

menyatakan bahwa penggemukan ternak kambing secara intensif yang disertai

dengan teknologi pakan, kesehatan dan perkandangan akan menguntungkan

dan layak untuk dikembangkan. Disamping itu dilhat dari peluang pasar dan

konsumsi daging, ternak kambing sangat menjanjikan dikembangkan, baik untuk

memenuhi kebutuhan ternak kurban, akikah, maupun untuk keperluan pasar

ekspor yang diperkirakan dalam 10 tahun kedepan sedikitnya ada tambahan

permintaan sekitar 5 juta ternak setiap tahun untuk berbagai keperluan (Badan

Litbang Pertanian, 2005).

10

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Kegiatan Pendampingan Kawasan Pertanian Nasional Tahun 2016

dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari

– Desember 2016.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

pendampingan kawasan kambing antara lain : (1) Benih dan bibit hijauan

makanan ternak (HMT) unggul (2) Bahan pengolahan pakan (3) Bahan

pembuatan biourin (4) Bahan pembuatan kompos (5) Obat-obatan ternak

kambing (6) Bahan perbaikan kandang.

Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pendampingan kawasan

kambing antara lain : (1) Timbangan (2) Cangkul (3) Karung plastik (4) Terpal

(5) Jerigen (6) Tong plastik (7) Leaflet (8) Poster

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Lokasi pelaksanaan pendampingan kawasan ternak kambing dilaksanakan

di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Komoditas yang digunakan

adalah ternak kambing Peranakan Ettawa (PE).

Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu meliputi: 1.

Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi pengelolaan hijauan makanan

ternak (HMT) dan pemeliharaan kambing PE kepada petani dan petugas di

Provinsi Bengkulu. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi: (1) penyediaan inovasi

teknologi dan penyebaran bahan diseminasi; (2) demplot HMT; (3) demplot

pemeliharaan ternak kambing dan (4) Sosialisasi. 2. Meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap anggota kelompok peternak kambing PE dan petugas

dalam mengelola hijauan makanan ternak (HMT) dan manajemen pemeliharaan

kambing PE. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi: (1) pelatihan; (2) pembinaan

kinerja kelompok tani; dan (3) narasumber.

11

3.4. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

1) Koordinasi Internal dan Antar Institusi

Koordinasi internal meliputi perbaikan RODHP, juknis, rapat tim teknis

yang terlibat dalam kegiatan dan pembuatan bahan yang dibutuhkan dalam

pendampingan serta perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Koordinasi antar institusi dilaksanakan dengan Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan Kabupaten

Kepahiang, kegiatan koordinasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan program pengembangan ternak kambing ditingkat Provinsi dan

Kabupaten, masalah/hambatan yang di hadapi, kebutuhan teknologi serta

metode dan media desiminasi yang diinginkan oleh peternak. Dengan

terkoordinasinya rencana pelaksanaan program pendampingan kawasan ternak

kambing tingkat Provinsi dan Kabupaten di harapkan program pendampingan ini

sesuai dengan yang diharapkan.

2) Penentuan Lokasi Demplot HMT dan Pemeliharaan Ternak Kambing

Demplot HMT dan pemeliharaan ternak kambing cukup penting sebagai

percontohan peternak dan petugas. Lokasinya harus dapat terlihat jelas dari

jalan, mudah dijangkau dan pemilihnya merupakan peternak yang kooperatif.

Penentuan lokasi ini perlu dikoordinasikan dengan Dinas Peternakan Kepahiang

dan Ketua kelompok ternak.

3) Penyediaan Inovasi Teknologi dan Penyebaran Bahan Diseminasi

Inovasi teknologi dan bahan diseminasi yang disediakan dan disebar

berupa leaflet dan poster. Leaflet yang akan disediakan mengenai perkandangan

kambing, manajemen pemberian pakan dan air minum, pembuatan pupuk urin

kambing dan kompos. Leaflet akan didistribusikan pada peternak dan petugas

lapangan di wilayah kawasan ternak kambing serta pihak-pihak yang

memerlukan. Poster yang akan dibuat mengenai pembuatan kompos dan pupuk

cair, pengelolaan HMT.

4) Demplot HMT

Demplot HMT dilaksanakan untuk memberikan contoh pengelolaan HMT

untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak kambing. Lahan HMT ditanami

beberapa jenis rumput dan legum dengan manajemen penanaman dan panen

yang tepat. Ternak kambing lebih menyukai tanaman legum dibanding dengan

rumput, maka perlu ditanam beberapa jenis tanaman legum seperti indigofera,

12

kaliandra dan gamal. Rumput ditanam terdiri dari beberapa jenis seperti rumput

odot dan gajah. Lahan yang digunakan adalah milik peternak dengan

memanfaatkan lahan di sekitar tanaman pokok yang ditanam peternak.

5) Demplot Pemeliharaan Ternak Kambing

Demplot dilaksanakan pada satu kelompok ternak yang diharapkan dapat

berperan sebagai percontohan bagi kelompok ternak kambing di kawasan ternak

kambing. Tim akan membuat satu percontohan pemeliharaan kambing yang

baik. Pelaksanaan kegiatan ini bekerja sama dengan peternak yang kooperatif

dan memiliki usaha ternak kambing yang baik. Demplot ini meliputi

perkandangan, pemberian pakan dan pengolahan limbah ternak kambing.

Kandang yang diperbaiki seideal mungkin sesuai dengan jumlah ternak yang

dipelihara. Kandang juga dibuat dengan instalasi penampungan urin dan kotoran

padat sehingga limbah tersebut dapat dikumpulkan. Pemberian pakan

disesuaikan dengan jumlah dan jenis kambing yang dimiliki yaitu pejantan, induk

dan anak. Kambing akan diberikan hijauan yang terdiri dari legum dan rumput

serta air minum. Limbah urin kambing akan dijadikan pupuk organik cair dan

limbah padat akan diolah menjadi kompos.

6) Apresiasi/Temu Lapang

Apresiasi dan penyebarluasan teknologi dilaksanakan untuk meningkatkan

kapasitas peternak dan petugas dalam mengimplementasikan teknologi budidaya

ternak kambing. Sasaran utama kegiatan apresiasi adalah peternak dan petugas

lapangan dalam kawasan ternak kambing. Sebagai narasumber dari BPTP

Bengkulu dan Instansi Pemerintah Kabupaten Kepahiang. Kegiatan ini

dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan dinas/instansi terkait petugas

lapang, tokoh masyarakat dan petani/peternak.

8) Pelatihan

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga - tenaga terampil dan

profesional dalam berbagai aspek usaha ternak kambing. Sasaran kegiatan

pelatihan adalah peternak dan petugas lapangan di wilayah kawasan ternak

kambing. Materi pelatihan yaitu :

a. Perkandangan yang ramah lingkungan.

b. Penanaman HMT sebagai sumber hijauan ternak kambing.

c. Manajemen pemberian pakan dan air minum.

13

d. Aplikasi teknologi pengolahan limbah ternak menjadi pupuk urin dan

kompos.

9) Pembinaan Kinerja Kelompok Tani

Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi kelompok ternak

dalam transfer teknologi. Sasaran kegiatan yaitu kelompok ternak yang ada di

kawasan ternak kambing. Pembinaan dilaksanakan dengan metode pertemuan

kelompok dan antar kelompok dengan perwakilan masing-masing kelompok

ternak.

10) Narasumber

Penyuluh dan peneliti BPTP Bengkulu bersedia menjadi narasumber bagi

peternak kambing dan petugas baik secara langsung di lapangan maupun setiap

ada kegiatan pelatihan yang diadakan oleh kelompok ternak kambing maupun

instansi pemerintah daerah. Peran narasumber juga dilaksanakan dalam bentuk

bimbingan penerapan teknologi terhadap ternak kambing dilakukan oleh peneliti

dan penyuluh BPTP Bengkulu bersama-sama dengan Petugas Dinas setempat

yang di lakukan secara partisipatif. Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk

memberikan bekal keterampilan terhadap peternak dalam manajemen

pemeliharaan serta teknologi penunjang lainnya.

3.5. Parameter yang Diukur

Indikator/parameter yang dikumpulkan meliputi: (1) komponen teknologi

yang dibutuhkan pada kawasan ternak kambing, (2) jumlah peternak dan

petugas yang didampingi, (3) respon peternak dan petugas terhadap hasil

display pengelolaan HMT dan manajemen pemeliharaan kambing, (4) tingkat

pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas sebelum dan sesudah

pelaksanaan kegiatan pendampingan, (5) jumlah peternak yang mengadopsi

teknologi yang didemonstrasikan dan jumlah kelompok yang menerapkan inovasi

teknologi sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan pendampingan

pengembangan kawasan ternak kambing (6) jenis HMT lokal dan unggul yang

dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing dan potensi pengembangannya (7)

data teknis (populasi, perkembangan ternak kambing, produktivitas ternak

kambing).

Komponen teknologi yang dibutuhkan pada kawasan pengembangan

ternak kambing diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan

14

peternak, petugas dan instansi terkait. Percepatan penyebarluasan teknologi

diukur dari jumlah peternak/petugas yang terlibat dan memperoleh manfaat dari

kegiatan pendampingan. Metode pre-experimental design dengan pre-test dan

post-test dilakukan untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan

responden pada berbagai metode penyuluhan yang diterapkan sebelum dan

setelah pelaksanaan kegiatan (pelatihan, apresiasi/temu lapang). Metode before

after comparation digunakan untuk mengukur tingkat kinerja kelembagaan

peternak di kawasan ternak kambing.

Data yang dikumpulkan, kemudian ditabulasi dan diolah dengan

menggunakan statistik deskriptif dan non parametrik.

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Koordinasi Internal dan Antar Institusi

Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak

Kambing di Provinsi Bengkulu dengan Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu dan

bertemu dengan Kepala Bidang Produksi. Maksud dan tujuan koordinasi

menyampaikan kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di Provinsi

Bengkulu. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang diawali tahun 2015.

Lokasi kegiatan sudah ditentukan yaitu di Kecamatan Kabawetan, Kabupaten

Kepahiang. Tujuan kegiatan pada tahun 2016 diarahkan pada pengelolaan

hijauan makanan ternak (HMT) dan manajemen budidaya termasuk pengelolaan

limbah padat dan cair. Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu memberikan

dukungan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing di

Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang.

Data popupasi ternak kambing di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015

akhir mencapai 280.653 ekor dan di Kabupaten Kepahiang mencapai 7.912 ekor.

Populasi kambing di Kabupaten Kepahiang paling rendah setelah Kota Bengkulu.

Sedangkan populasi kambing tertinggi yaitu Kabupaten Seluma yaitu 107.687

ekor. Namun demikian potensi pengembangan kambing di Kabupaten Kepahiang

sangat besar. Hal ini didukung dengan potensi lahan sumber hijauan makanan

ternak dan dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Kepahiang. Kegiatan kambing di Kecamatan Kabawetan

telah dibentuk SPR (Sentra Peternakan Rakyat) yaitu di tempat Bapak Muhson di

Kelompok Ternak Mandiri Karya, Desa Bandung Baru yang dimulai bulan Oktober

2015. Sedangkan koordinator pelaksanaan kegiatan yaitu Bapak Hernawan dan

Bapak Rasikin, S.Pt.

Data populasi ternak kambing di Kabupaten Kepahiang mencapai 7.912

ekor. Potensi pengembangan kambing di Kabupaten Kepahiang sangat besar. Hal

ini didukung dengan potensi lahan sumber hijauan makanan ternak dan

dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Kepahiang.

Budidaya kambing tidak akan terlepas dari kebutuhan hijauan makanan

ternak (HMT). Untuk itu diperlukan kegiatan demplot HMT. Berdasarkan

peninjauan lokasi, diskusi dengan ketua kelompok tani, dan dengan

16

pertimbangan tim, maka lokasi demplot HMT di kelompok ternak Harapan Jaya

yang diketuai oleh Bapak Suhendri. Pertimbangan yang diambil adalah karena

kelompok Harapan Jaya merupakan binaan kegiatan pendampingan kawasan

kambing tahun 2015, ada akses jalan masuk, mudah dijangkau oleh peternak

lain, sudah memiliki koleksi hijauan makanan ternak, sudah melakukan recording

ternak dan kooperatif.

Pemeliharaan kambing yang dilakukan oleh peternak di Kecamatan

Kabawetan pada umumnya masih bersifat tradisional dimana manajemennya

belum diperhatikan. Kandang yang dibuat masih sederhana dengan kurang

memperhatikan kapasitas dan fungsi kandang yang diperlukan sehingga hampir

semua ternak disatukan baik pejantan, induk dan anak-anaknya. Manajemen

penanganan limbah baik yang padat maupun cair kurang diperhatikan sehingga

pemanfaatannya belum optimal. Oleh karena itu diperlukan kandang

percontohan yang cukup ideal dengan manajemen penanganan limbah yang

baik. Diharapkan kandang percontohan ini dapat menjadi pembelajaran bagi

peternak yang lain terutama penanganan limbah.

4.2. Mempercepat penyebarluasan inovasi teknologi pengelolaanhijauan makanan ternak (HMT) dan pemeliharaan kambing PEkepada peternak dan petugas di Provinsi Bengkulu.

4.2.1 Penyediaan Inovasi Teknologi dan Penyebaran Bahan Diseminasi

Inovasi teknologi dan bahan diseminasi diperlukan untuk menambah ilmu

pengetahuan peternak dan petugas. Bahan yang telah dicetak antara lain leaflet

dan poster. Bahan cetak merupakan sumber ilmu yang dapat dikoleksi oleh

kelompok ternak. Pemanfaatan bahan cetak penting agar dapat dibaca dan

dipelajari oleh anggota kelompok tenak, petugas dan tamu yang datang. Judul

leaflet yang telah dicetak dan didistribusikan antara lain :

- Perkandangan kambing yang ramah lingkungan.

- Manajemen pemberian pakan dan air minum.

- Pembuatan pupuk cair dari urin kambing.

- Pembuatan pupuk kompos dari kotoran kambing.

Jumlah leaflet yang dicetak masing-masing judul sebanyak 50 lembar.

Leaflet didistribusikan pada acara ekspose tanggal 9 November 2016 di

Kabupaten Seluma yang dihadiri oleh stakeholder kabupaten/kota seluruh

17

Provinsi Bengkulu sebanyak 100 lembar. Sedangkan 100 lembar leaflet

didistribusikan pada kelompok ternak di wilayah Kecamatan Kabawetan

Kabupaten Kepahiang. Poster yang dibuat yaitu pembuatan kompos dan pupuk

cair serta pengelolaan HMT.

4.2.2 Demplot Hijauan Makanan Ternak

Budidaya kambing tidak akan terlepas dari kebutuhan hijauan makanan

ternak (HMT). Untuk itu diperlukan kegiatan demplot HMT. Berdasarkan

peninjauan lokasi, diskusi dengan ketua kelompok tani, dan dengan

pertimbangan tim, maka lokasi demplot HMT di kelompok ternak Harapan Jaya

yang diketuai oleh Bapak Suhendri. Pertimbangan yang diambil adalah karena

kelompok Harapan Jaya merupakan binaan kegiatan pendampingan kawasan

kambing tahun 2015, lokasinya ada akses jalan masuk, mudah dijangkau oleh

peternak lain, sudah memiliki koleksi hijauan makanan ternak, sudah melakukan

recording ternak dan kooperatif.

Demplot Hijauan Makanan Ternak (HMT) dilaksanakan untuk memberikan

contoh pengelolaan HMT untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak

kambing. Lahan HMT merupakan lahan bekas tanaman sayuran dengan luas 700

m2. Untuk ternak kambing lahan hijauan ini cukup memberikan pakan sebanyak

25 ekor dengan cara memanen hijauan secara berurutan. Dalam memaksimalkan

tanaman yang ada perlu pengaturan yang tepat antara tanaman rumput-

rumputan dengan berbagai jenis dan legum-leguman. Penanaman diatur

sehingga sinar matahari dapat maksimal ke seluruh tanaman sehingga tinggi

pendeknya tanaman perlu diperhatikan. Pengaturan meliputi jenis tanaman, jarak

tanam, sirkulasiudara, dan pancaran sinar matahari. Pemanenan merupakan

faktor penting untuk memaksimalkan hasil. Kegiatan yang dilaksanakan adalah

koleksi hijauan makanan ternak, budidaya hijauan dan pemanenan yang tepat

waktu. Lahan HMT ditanami beberapa jenis rumput dan legume. Ternak kambing

lebih menyukai tanaman legum dibanding dengan rumput, maka perlu ditanam

beberapa jenis tanaman legume antara lain kaliandra, indigofera dan gamal.

Tanaman gamal sangat diminati peternak karena produksinya tinggi dan

merupakan tanaman pelindung tanaman pokok seperti tanaman kopi. Indigofera

kurang diminati peternak di Kecamatan Kabawetan karena produksinya jauh

lebih sedikit dibandingkan dengan jenis tanaman legum yang lain, akan tetapi

18

tetap ditanam untuk variasi jenis tanaman legum. Tanaman lamtoro juga kurang

diminati karena banyak terdapat hama kupu-kupu putih. Meskipun demikian

tetap ditanam lamtoro taramba dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tanaman

lamtoro taramba cocok dikembangkan di daerah yang kurang air dan di

Kabupaten Kepahiang masih cukup banyak daerah yang kurang air terutama

pada musim kemarau. Rumput yang ditanam terdiri dari beberapa jenis antara

lain rumput odot, rumput gajah taiwan, rumput setaria dan gajah. Lahan yang

digunakan adalah milik peternak dengan memanfaatkan lahan khusus dan lahan

di sekitar tanaman pokok yang ditanam peternak.

Beberapa jenis hijauan yang ada disajikan pada Tabel 1. Disamping itu

peternak kambing juga menanam jenis rumput dan legum dengan

memanfaatkan lahan sisa. Beberapa jenis rumput dan legum disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 1. Keanekaragaman Rumput Lapang Lahan Perkebunan KecamatanKabawetan.

No Jenis tanaman No Jenis tanaman1. Borreira 8. Paspalum c2. Kilingia 9. Echinodoa colonum3. Collanum sesilis 10. Drymaria4. Ageratum 11. Ascenden dygitaria5. Cynedrela 12. Nikania mikranta6. Hyptis capitata 13. Agerotum7. Biden 14. Ahenantea

Tabel 2. Jenis Rumput dan Legum yang Ditanam pada Lahan Sisa Sela-SelaTanaman Pokok Kecamatan Kabawetan.

No Jenis rumput No Jenis legum1. Rumput gajah 1. Kaliandra2. Rumput setaria 2. Gamal3. Rumput mexicana 3. Indigofera4. Rumput odot 4. Lamtoro5. Rumput raja 5. Nangka

Sumber hijauan makanan ternak yaitu lahan perkebunan dan pertanian.

Rumput-rumput dan legum-leguman melimpah di perkebunan kopi dan lahan

pertanian dengan berbagai jenis dan jumlahnya. Legum dan rumput ditanam di

sisa lahan yang ada. Teknik peternak mendapatkan hijauan dari lahan

perkebunan dengan membersihkan kebun dan lahan pertanian secara teratur.

19

4.2.3 Demplot Pemeliharaan Ternak Kambing

Pemeliharaan kambing yang dilakukan oleh peternak di Kecamatan

Kabawetan pada umumnya masih bersifat tradisional dimana manajemennya

belum diperhatikan. Kandang yang dibuat masih sederhana dengan kurang

memperhatikan kapasitas dan fungsi kandang yang diperlukan sehingga hampir

semua ternak disatukan baik pejantan, induk dan anak-anaknya. Manajemen

penanganan limbah baik yang padat maupun cair kurang diperhatikan sehingga

pemanfaatannya belum optimal. Oleh karena itu diperlukan kandang

percontohan yang cukup ideal dengan manajemen penanganan limbah yang

baik. Diharapkan kandang percontohan ini dapat menjadi pembelajaran bagi

peternak yang lain terutama penanganan limbah.

Demplot pemeliharaan ternak kambing dilaksanakan pada kelompok

ternak Harapan Jaya di Desa Tugu Rejo. Ketua kelompok yaitu Bapak Suhendri.

Kelompok Harapan Jaya merupakan binaan kegiatan pendampingan kawasan

kambing tahun 2015. Kelompok ternak ini terpilih dengan pertimbangan

pengurus dan anggota kelompok ternak kooperatif dan memiliki usaha ternak

kambing yang baik, lokasinya ada akses jalan masuk, mudah dijangkau oleh

peternak lain, kandang sudah baik hanya perlu dilengkapi dengan fasilitas

penampungan urin kambing dan kooperatif. Demplot ini diharapkan dapat

berperan sebagai percontohan bagi kelompok ternak kambing di kawasan ternak

kambing. Demplot ini meliputi perkandangan, pemberian pakan dan pengolahan

limbah ternak kambing.

a. Kandang yang diperbaiki seideal mungkin sesuai dengan jumlah ternak yang

dipelihara. Kandang dibagi menjadi kandang kelompok induk dan pejantan,

kandang induk bunting sampai menyapih, kandang pembesaran anak

kambing. Perlengkapan kandang antara lain tempat pakan dan minum.

Kandang juga dibuat dengan instalasi penampungan urin dengan memasang

seng plastik di bawah kandang, diujung seng dipasang pralon dan dialirkan

dalam ember penampungan. Urin yang telah ditampung dikumpulkan dalam

jerigen sebelum diolah menjadi pupuk cair. Kandang dilengkapi dengan

tempat pengolahan kompos. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari.

Kandang dengan pengelolaan limbah yang baik merupakan kandang yang

ramah lingkungan.

20

b. Pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah dan jenis kambing yang dimiliki

yaitu pejantan, induk dan anak. Kambing akan diberikan hijauan yang terdiri

dari legum dan rumput serta air minum.

c. Kandang dilengkapi dengan instalasi pembuatan pupuk cair dari urin kambing.

Limbah urin kambing dijadikan pupuk organik cair. Kandang juga dilengkapi

dengan tempat pembuatan kompos dari kotoran kambing.

d. Pengendalian penyakit dengan pembersihan kandang setiap hari. Pemberian

obat cacing setiap 6 bulan sekali. Memperhatikan kesehatan ternak setiap

hari. Mengkarantina ternak kambing yang sakit agar dapat ditangani dengan

baik dan tidak menular pada ternak yang lain. Oleh karena itu kelompok

ternak juga difasilitasi kotak obat dan obat-obatan. Penyakit yang sering

menyerang kambing adalah penyakit kulit. Peternak tidak hanya dibekali obat,

tetapi dibekali kemampuan untuk mengobati kambing yang sakit antara lain

memandikan ternak kambing dan menyuntik antibiotik dan vitamin untuk

kambing.

e. Kendala yang dihadapi oleh peternak kambing adalah cuaca yang ekstrim

yaitu hujan hampir setiap hari disertai dengan angin yang kencang. Hal ini

sudah menimbulkan kematian pada induk dan anak kambing. Langkah yang

diambil adalah dengan memperbaiki kandang. Dinding kandang kambing

dirapatkan dengan memasang plastik sehingga angin dan air hujan tidak

banyak masuk ke kandang. Alas kandang kambing dari kayu diganti dengan

bambu tebal sehingga alas tidak basah. Dengan penambahan plastik pada

dinding kandang dan penggantian alas, maka kelembaban kandang berkurang

dan suhu kandang bisa meningkat. Kandang induk dan pejantan kambing juga

diberi tambahan pengasapan untuk membersihkan udara dalam kambing dan

meningkatkan suhu. Kambing juga diberi jamu untuk meningkatkan

ketahanan tubuh baik induk, pejantan dan anak kambing.

4.2.4 Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi dan penyebarluasan teknologi dilaksanakan untuk

meningkatkan kapasitas peternak dan petugas dalam mengimplementasikan

teknologi budidaya ternak kambing. Sasaran utama kegiatan apresiasi adalah

peternak dan petugas lapangan dalam kawasan ternak kambing. Sebagai

narasumber dari BPTP Bengkulu dan Dinas Perternakan dan Perikanan

21

Kabupaten Kepahiang. Peserta kegiatan sosialisasi antara lain pengurus

kelompok ternak se-Kecamatan Kabawetan, Petugas lapangan, petugas IB,

Kades, Dinas Peternakan dan Perikanan, BPTP Bengkulu. Daftar Kegiatan

Sosialisasi pada Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Kegiatan Sosialisasi pada Kelompok Ternak Kambing diKecamatan Kabawetan

No Judul Peserta Tgl Pelaksanaan1 Kandang yang sehat, ramah

lingkungan, menjadikan peternakansebagai agroindustri

30 orang 25 Oktober 2016

2 Budidaya hijauan makanan ternakdan kebutuhan nutrisi kambing

30 orang 25 November 2016

Acara sosialisasi diadakan pada malam hari sehingga tidak mengganggu

aktifitas peternak. Acara dimulai pada pukul 20.00 sampai 23.00. Sebelum acara

dimulai peternak berkumpul sambil diskusi mengenai kambing PE sehingga ada

kegiatan saling tukar ilmu dan wawasan. Antusias peserta sangat baik. Hal ini

dapat dilihat dari respon dan beberapa pertanyaan yang disampaikan. Bahkan

setelah selesai acara masih ada yang konsultasi lebih lanjut. Kebutuhan yang

mendasar yang belum dapat dipenuhi oleh peternak kambing adalah

ketersediaan molases yang penggunaannya semakin banyak. Disamping itu

kambing PE merupakan kambing yang baru bagi peternak karena selama ini

kambing yang diternakkan adalah kambing kacang sehingga kebutuhan kandang

dan pakan juga relatif lebih banyak dan terukur untuk dijadikan sebagai kambing

perah.

Untuk mengukur respon peternak dan petugas terhadap hasil demplot

kandang sehat ramah lingkungan dan demplot hijauan makanan ternak pada

kelompok ternak kambing, maka dilakukan survey terhadap peserta melalui

pembagian kuesioner. Hasil analisis data respon peternak dan petugas terhadap

hasil demplot kandang sehat ramah lingkungan kelompok ternak kambing di

kecamatan kabawetan disajikan pada Tabel 4, sedangkan respon peternak dan

petugas terhadap hasil demplot hijauan makanan ternak kelompok ternak

kambing di kecamatan kabawetan disajikan pada Tabel 5.

22

Tabel 4. Respon Peternak dan Petugas Terhadap Hasil Demplot Kandang SehatRamah Lingkungan Kelompok Ternak Kambing di KecamatanKabawetan

No Uraian Respon Persentase(%)1 Manfaat 2 72 Sangat Bermanfaat 22 733 Netral 4 134 Tidak Manfaat 2 75 Sangat Tidak

Bermafaat 0 0Jumlah 30 100

Tabel 5. Respon Peternak dan Petugas Terhadap Hasil Demplot Hijauan MakananTernak Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan

No Uraian Respon Persentase(%)1 Manfaat 3 102 Sangat Bermanfaat 24 803 Netral 2 74 Tidak Manfaat 1 35 Sangat Tidak

Bermafaat0 0

Jumlah 30 100

Tabel 4 menunjukkan respon peternak dan petugas terhadap demplot

kandang sehat ramah lingkungan berdasarkan skor respon manfaat, sangat

bermanfaat, netral, tidak bermanfaat dan sangat tidak bermanfaat menunjukkan

peternak menyatakan demplot kandang sehat ramah lingkungan sangat

bermanfaat bagi peternak dan petugas dengan skor persentase 61% dari 30

orang peserta. Tabel 5 menunjukkan respon peternak dan petugas terhadap

demplot hijauan makanan ternak berdasarkan skor respon manfaat, sangat

bermanfaat, netral, tidak bermanfaat dan sangat tidak bermanfaat menunjukkan

peternak menyatakan demplot hijauan makanan ternak untuk kebutuhan nutrisi

kambing PE sangat bermanfaat bagi peternak dan petugas dengan skor

persentase 80% dari 30 orang peserta. Respon yang baik ini menunjukkan

antusiasme peternak dan petugas sangat baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

semangat dalam mengelola kandang terutama membersihkan kandang secara

rutin dan pemanfaatan limbahnya untuk dijadikan kompos dan pupuk cair.

Peternak sudah banyak yang mengalokasikan lahannya sebagai lahan hijauan

makanan ternak disamping menanam hijauan pada lahan sisa. Koleksi rumput

dan legum sudah cukup banyak.

23

4.3 Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggotakelompok peternak kambing PE dan petugas dalam mengelolahijauan makanan ternak (HMT) dan manajemen pemeliharaankambing PE

4.3.1 Pelatihan

Kegiatan pelatihan dilaksanakan untuk menyiapkan tenaga-tenaga

terampil dan profesional dalam berbagai aspek usaha ternak kambing. Peserta

pelatihan adalah peternak dan petugas lapangan di wilayah kawasan ternak

kambing. Materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan budidaya ternak

kambing yang dibutuhkan. Peserta kegiatan pelatihan antara lain pengurus

kelompok ternak se-Kecamatan Kabawetan, Petugas lapangan, petugas IB,

Kades, Dinas Peternakan dan Perikanan, BPTP Bengkulu. Daftar Kegiatan

pelatihan pada Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan disajikan

pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar Kegiatan Pelatihan pada Kelompok Ternak Kambing KecamatanKabawetan

No Pelatihan Peserta Tgl Pelaksanaan1 Manajemen pemberian pakan ternak

kambing PE dan penanganan cempe barulahir

20 orang 3 September 2016

2 Fermentasi pakan ternak untuk ruminansia 14 orang 4 Agustus 20163 Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk

urin dan kompos16 orang 5 September 2016

4 Pembuatan jamu untuk kambing 15 orang 7 Oktober 20165 Pelatihan perbanyakan trichoderma

sebagai aktifator pembuatan kompos17 orang 15 Oktober 2016

Acara pelatihan diadakan pada siang hari karena ada materi praktek.

Acara dilaksanakan pada sore hari setelah peternak menyelesaian pekerjaan

masing-masing. Acara dibagi dua bagian yaitu penyampaian teori dan praktek.

Antusias peserta sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari respon dan beberapa

pertanyaan yang disampaikan. Materi yang diberikan merupakan materi yang

baru dan disesuaikan dengan kebutuhan peternak. Terutama pembuatan jamu

untuk meningkatkan ketahanan tubuh kambing mengantisipasi cuaca yang tidak

menentu yaitu hujan dan angin hampir setiap hari.

Untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap peternak dan

petugas terhadap materi pelatihan, maka dilakukan survey terhadap peserta

24

melalui pembagian kuesioner. Hasil analisis data peningkatan pengetahuan

peternak dan petugas pada Kelompok Ternak pambing di Kecamatan Kabawetan

Kabupaten Kepahiang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Peningkatan Pengetahuan Peternak dan Petugas pada Kelompok TernakKambing di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang

No PelatihanSebelum

(%)Sesudah

(%)Peningkatan

(%)1 Manajemen pemberian pakan ternak

kambing PE dan penanganan cempe barulahir

48 85 37

2 Fermentasi pakan ternak untuk ruminansia 55 80 253 Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk

urin dan kompos50 90 40

4 Pembuatan jamu untuk kambing 45 90 455 Pelatihan perbanyakan trichoderma

sebagai aktifator pembuatan kompos56 95 39

Rata-rata 50,8 88 37,2

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa pemberian lima materi pada

kegiatan pelatihan telah meningkatkan pengetahuan petani dan petugas masing-

masing sebesar 37%, 25%, 40%, 45% dan 39% dengan rata-rata 37,2%.

Peningkatan pengetahuan mendorong terjadinya perubahan perilaku pada diri

individu ke arah positif sehingga ilmu yang diperoleh dapat diterapkan. Mar’at

(1984) memyatakan bahwa pengetahuan memiliki peranan dalam memunculkan

sikap dan persepsi seseorang terhadap suatu objek tertentu yang dipengaruhi

oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya.Antusias peserta pelatihan sangat besar. Hal ini ditandai dengan kedatangan

para peserta secara sukarela. Materi yang diberikan juga merupakan materi yang

diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta. Banyaknya pertanyaan yang

disampaikan oleh peserta juga menunjukkan bahwa materi yang disampaikan

menarik.

Hasil analisis data peningkatan keterampilan peternak dan petugas pada

Kelompok Ternak Kambing Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang

disajikan pada Tabel 8.

25

Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Peternak dan Petugas pada Kelompok TernakKambing Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang

No PelatihanSebelum

(%)Sesudah

(%)Peningkatan

(%)1 Manajemen pemberian pakan ternak

kambing PE dan penanganan cempe barulahir

65 80 15

2 Fermentasi pakan ternak untuk ruminansia 50 85 353 Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk

urin dan kompos45 90 45

4 Pembuatan jamu untuk kambing 45 95 505 Pelatihan perbanyakan trichoderma sebagai

aktifator pembuatan kompos50 90 40

Rata-rata 51 88 37

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa pemberian lima materi pada

kegiatan pelatihan telah meningkatkan keterampilan petani dan petugas masing-

masing sebesar 15%, 35%, 45%, 50% dan 40% dengan rata-rata 37%.

Tingginya keterampilan petani dan petugas karena pada dasarnya sudah

mengerti materi yang disampaikan, hanya saja kurang dalam prakteknya. Dalam

kegiatan praktek dapat diketahui peserta sangat antusias sehingga sebagian

besar peserta berpartisipasi dalam praktek. Sebagian besar peserta juga telah

melakukan di rumahnya masing-masing. Yang menarik dari pelatihan ini adalah

adanya informasi teknologi yang baru sehingga keterampilan peserta meningkat

dan dapat memperbaiki usaha yang telah dilakukan.

Hasil analisis data sikap peternak dan petugas pada Kelompok Ternak

Kambing Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Sikap Peternak dan Petugas pada Kelompok Ternak Kambing KecamatanKabawetan Kabupaten Kepahiang

No Pelatihan S SS RR TS STS1 Manajemen pemberian pakan ternak

kambing PE dan penanganan cempebaru lahir

16 72 12 0 0

2 Fermentasi pakan ternak untukruminansia

12 80 8 0 0

3 Pengolahan limbah ternak menjadipupuk urin dan kompos

15 72 13 0 0

4 Pembuatan jamu untuk kambing 16 72 12 0 05 Pelatihan perbanyakan trichoderma

sebagai aktifator pembuatan kompos14 85 1 0 0

Catatan : S = setuju, SS = Sangat Setuju, RR = Ragu-Ragu, TS = Tidak Setuju,STS = Sangat Tidak Setuju

26

Tabel 9 menggambarkan bahwa tidak ada sikap peternak sampel yang

menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju berdasarkan hasil survey rata –

rata sikap dari pelatihan yang dilaksanakan 76% peternak menyatakan sangat

setuju, 15% peternak menyatakan setuju dan 9% peternak menyatakan ragu-

ragu terhadap pelatihan yang dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar peternak merasa perlu dan membutuhkan diadakan pelatihan

dengan materi yang disampaikan. Sedangkan sebagian kecil peternak perlu

pendekatan lebih intensif agar peternak mampu memberikan tindakan yang tepat

dalam usaha peternakan kambing PE. Sarwono (1976) menyebutkan bahwa

sikap merupakan suatu kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara

tertentu terhadap objek tertentu yang sedang dihadapinya. Sikap juga diartikan

sebagai suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh

kecenderungan untuk bersikap sesuai dengan objek itu sendiri (Gerungan, 1986).

bahwa sikap positif akan terjadi apabila terdapat suatu kecendrungan untuk

menerima perilaku yang dianjurkan, dan sebaliknya sikap negatif terjadi jika

terdapat kecendrungan yang menolak terhadap suatu objek tertentu. Diantara

sikap yang positif dan negatif tersebut terdapat sikap yang ragu-ragu (Sudarta,

1991).

4.3.2 Pembinaan Kinerja Kelompok Ternak

Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi kelompok ternak

dalam transfer teknologi. Sasaran kegiatan yaitu kelompok ternak yang ada di

kawasan ternak kambing. Pembinaan dilaksanakan dengan metode pertemuan

kelompok dan antar kelompok dengan perwakilan masing-masing kelompok

ternak.

Fungsi kelompok ternak dioptimalkan melalui pertemuan kelompok secara

rutin. Pertemuan rutin kelompok ternak se Kecamatan Kabawetan telah

dijalankan yaitu pertemuan bulanan setiap tanggal 25. Hadir dalam pertemuan

tersebut dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabuapten Kepahiang, anggota

kelompok ternak dan BPTP Bengkulu. Tim pendampingan menghadiri pertemuan

untuk memberikan masukan dan saran agar kelompok lebih berkembang dan

dirasakan manfaatnya bagi anggota. Pertemuan ini sangat berarti bagi anggota

yang dapat dilihat dari kehadiran sebagian besar anggota kelompok ternak.

27

Dalam pertemuan tersebut disampaikan informasi yang terkini yang bermanfaat

bagi peternak, diskusi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi dan

mencari solusi secara bersama-sama.

Tabel 10. Daftar Kelompok Ternak Kambing di Kecamatan Kabawetan.

No Kelompok Ternak Desa Kecamatan Ketua Kelompok1. Bina Karya Tangsi Duren Kabawetan Sauhadi2. Sido Mulyo Mekar Sari Kabawetan Parijo3. Sumber Andalan Sumber Sari Kabawetan Bardi4. Muda Berkarya Sukasari Kabawetan Jajang Surono5. Putra Karya Bukit Sari Kabawetan Sakat6. Mandiri Karya Bandung Baru Kabawetan Muhson7. Harapan Jaya Tugu Rejo Kabawetan Suhendri8. Seruni Mekar Sari Kabawetan Rahmi9. Sido Mulyo Sidorejo Kabawetan Suradi10 Jaya Tani Tangsi Duren Kabawetan Oniki Riyandri

Sumber : Data Primer 2016

Pembinaan secara khusus juga dilaksanakan pada Kelompok Ternak

Harapan Jaya di Desa Tugu Rejo. Kelompok ternak Harapan Jaya telah

melaksanakan pertemuan rutin setiap sabtu minggu pertama. Kegiatan yang

dilaksanakan langsung pada kelompok ternak terutama administrasi, pembukuan

secara sederhana. Beberapa buku yang minimal harus dimiliki kelompok ternak

antara lain buku anggota, buku tamu, buku keuangan kelompok dan buku rapat

telah dilengkapi.

4.3.3 Narasumber

Penyuluh dan peneliti BPTP Bengkulu merupakan narasumber bagi

peternak kambing dan petugas baik secara langsung dilapangan maupun setiap

ada kegiatan pelatihan yang diadakan oleh kelompok ternak kambing maupun

instansi pemerintah daerah. Peran narasumber juga dilaksanakan dalam bentuk

bimbingan penerapan teknologi terhadap ternak kambing dilakukan oleh peneliti

dan penyuluh BPTP Bengkulu bersama-sama dengan petugas dinas setempat

yang dilakukan secara partisipatif. BPTP Bengkulu diminta menjadi narasumber

untuk acara pertemuan rutin kelompok ternak kambing se-Kecamatan

Kabawetan. Pertemuan ini dihadiri oleh pengurus kelompok ternak, Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang, petugas lapangan, BPTP

Bengkulu, tokoh masyarakat yaitu kades yang selalu mendukung kegiatan

peternakan. Daftar kegiatan narasumber pada pertemuan kelompok ternak

kambing Kecamatan Kabawetan disajikan pada table 11.

28

Tabel 11. Daftar Kegiatan Narasumber pada Pertemuan Kelompok TernakKambing Kecamatan Kabawetan

No Judul Peserta Tgl Pelaksanaan1 Pengenalan tentang indigofera, Lamtoro

dan rumput odot serta teknikbudidayanya

27 orang 14 April 2016

2 Manajemen pakan untuk ternak kambingperah

29 orang 25 Juni 2016

3 Teknik pendekatan dalam berinteraksidengan ternak kambing

30 orang 25 Juli 2016

4 Penanganan kambing sakit kudis 37 orang 25 Agustus 20165 Masa birahi kambing dan penanganan

ternak menghadapi perubahan cuaca36 orang 25 September 2016

Peran sebagai narasumber pada pertemuan kelompok kambing se

Kecamatan Kabawetan sebanyak lima kali dengan materi yang berbeda-beda

sesuai dengan permintaan dan kebutuhan peternak kambing. Rata-rata jumlah

peserta pertemuan sebanyak 32 orang. Pertemuan ini merupakan pertemuan

rutin bulanan dan merupakan momen bagi peternak dalam berdiskusi dan

bertukar pengalaman dalam usaha peternakan kambing. Peternak mendapat

informasi terbaru kebijakan pemerintah mengenai peternakan dari Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang yang selalu hadir setiap

pertemuan. Dukungan dari tokoh masyarakat datang dari beberapa kepala desa

di Kecamatan Kabawetan. BPTP Bengkulu sebagai narasumber memberikan

materi inovasi teknologi yang berkaitan dengan budidaya ternak kambing.

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penyebarluasan inovasi teknologi diwujudkan dengan demplot HMT,

demplot pemeliharaan ternak kambing, pembuatan instalasi pendukung

kandang kambing, penyebaran leaflet 200 lembar, pembuatan poster dua

buah, dan sosialisasi dua kali.

2. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan peternak dan petugas sebesar

37,2%, keterampilan peternak dan petugas sebesar 37%, dan sikap

peternak dan petugas sebesar 37%. Pembinaan kelompok ternak dengan

menghadiri pertemuan rutin kelompok ternak kambing dan melengkapi

administrasi kelompok. Peran BPTP Bengkulu sebagai narasumber

sebanyak lima kali.

5.2 Saran

1. Peternak perlu pendampingan secara intensif dalam manajemen

pengelolaan kandang yang nyaman, ramah lingkungan dan pemanfaatan

limbah secara tepat.

2. Salah satu permasalahan yang dialami peternak adalah cuaca yang tidak

menentu dengan hujan dan angin terus-menerus, maka perlu diantisipasi

dengan perbaikan kandang dan meningkatkan ketahanan tubuh ternak

kambing.

30

KINERJA HASIL DISEMINASI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu sebagai instansi

Balitbangtan yang ada di Provinsi Bengkulu diberikan tugas untuk mendampingi

kegiatan pengembangan kambing di Kabupaten Kepahiang. Inovasi teknologi dan

bahan diseminasi diperlukan untuk menambah ilmu pengetahuan peternak dan

petugas. Bahan yang telah dicetak antara lain leaflet dan poster.

Jumlah leaflet yang dicetak masing-masing judul sebanyak 50 lembar.

Leaflet didistribusikan pada acara ekspose tanggal 9 November 2016 di

Kabupaten Seluma yang dihadiri oleh stakeholder kabupaten/kota seluruh

Provinsi Bengkulu sebanyak 100 lembar. Sedangkan 100 lembar leaflet

didistribusikan pada kelompok ternak di wilayah Kecamatan Kabawetan

Kabupaten Kepahiang. Poster yang dibuat yaitu pembuatan kompos dan pupuk

cair serta pengelolaan HMT.

Pembinaan kelompok dilaksanakan dengan menghadiri pertemuan rutin

setiap tanggal 25 dan memberikan saran dan masukan serta materi. Pembinaan

juga dilaksanakan langsung pada kelompok ternak terutama administrasi,

pembukuan secara sederhana. Beberapa buku yang minimal harus dimiliki

kelompok ternak antara lain buku anggota, buku tamu, buku keuangan kelompok

dan buku rapat.

Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

anggota kelompok peternak kambing PE dan petugas telah dilaksanakan dengan

materi antara lain manajemen pemberian pakan kambing PE dan penanganan

cempe baru lahir, fermentasi pakan ternak untuk ruminansia, pengolahan limbah

ternak menjadi pupuk urin dan kompos, pembuatan jamu untuk kambing dan

perbanyakan trichoderma sebagai aktifator pembuatan kompos.

Penyuluh dan peneliti BPTP Bengkulu merupakan narasumber bagi

peternak kambing dan petugas baik secara langsung di lapangan maupun setiap

ada kegiatan pelatihan yang diadakan oleh kelompok ternak kambing maupun

instansi pemerintah daerah. Peran narasumber juga dilaksanakan dalam bentuk

penyampaian materi dan bimbingan penerapan teknologi terhadap ternak

kambing dilakukan oleh peneliti dan penyuluh BPTP Bengkulu bersama-sama

dengan Petugas Dinas setempat yang dilakukan secara partisipatif.

31

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukungPRIMA TANI. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.

BPS Provinsi Bengkulu. 2012. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bengkulu 496 p.

Disnakkan Kab. Kepahiang, 2014.Data dan Potensi Ternak Kabupaten KepahiangTahun 2009-2014.Dinas Peternakan dan Perikanan KabupatenKepahiang.Kepahiang.

Ditjen Perternakan dan Kesehatan Hewan.2011. Statistik Perternakan danKesehatan Hewan 2011.Direktorat Jenderal Perternakan dan KesehatanHewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan InovasiPertanian.http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian[Diakses 22 Juni 2011]

Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.Permentan no.50 tahun 2012, Jakarta.

Kementerian Pertanian, 2014. Rancangan Model Pengembangan KawasanPertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.

Pambudi, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A.Satria. 2001. Kumpulan Pemikiran. Bias dan Kewirausahaan Dalam SistemAgribisnis. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda, cetakan ketiga (edisi revisi).Bogor.

Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian.Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.

32

ANALISIS RISIKO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang mungkin

dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko,

penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara

penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 12 dan 13).

Tabel 12. Daftar Risiko Pelaksanaan Pendampingan Kawasan Ternak Kambing diKabupaten Kepahiang Tahun 2016

No Risiko Penyebab Dampak

1 Jadual kegiatanpendampingan tidaksesuai denganprogram DinasPeternakan

Dinas mempunyaiprogram yang sudahberjalan

Kegiatan pendampingantidak berjalan denganbaik

2 Peternak tidak bisamenerapkan tahapanpembibitan kambingPE

Tingkat pendidikan daripeternak yang rendah

Hasil kurangmemuaskan

3 Ternak kambingbanyak yang sakit

Perubahan cuaca daniklim dengan tempatasalnya

Kegiatan jadi terhambat

4 Anak kambingbanyak yang mati

Tingkat anak kambingmasih tinggi

Kegiatan jadi terhambat

33

Tabel 13. Daftar Penanganan Risiko dalam Pelaksanaan Pendampingan KawasanTernak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2016

No Risiko Penyebab Penanganan

1 Jadual kegiatanpendampingan tidaksesuai denganprogram DinasPeternakan

Dinas mempunyaiprogram yang sudahberjalan

Melakukan koordinasiyang lebih intensifdengan dinas daninstansi terkait lainnya.

2 Peternak tidak bisamenerapkan tahapanpembibitan kambingPE

Tingkat pendidikan daripeternak yang rendah

Melakukan pembinaanyang lebih intensifdengan melibatkanpetugas setempat

3 Ternak kambingbanyak yang sakit

Perubahan cuaca daniklim dengan tempatasalnya

Menyediakan petugasdan obat yang cukup

4 Anak kambingbanyak yang mati

Tingkat anak kambingmasih tinggi

Pendampingankesehatan tentang anakkambing.

34

JADWAL KERJA

Tabel 14. Jadwal Kerja kegiatan pendampingan kawasan kambing tahun 2016

No Uraian kegiatanBulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan RDHP

2

Penyusunan/

pembahasan

perbaikan RODHP

3 Koordinasi

4 Pelaksanaan

5 Laporan bulanan

6Laporan tengah

dan akhir tahun

35

PEMBIAYAAN

Tabel 15. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan

No Tahapan Pelaksanaan dan RincianKomponen Biaya

Volume SatuanUkur

Biaya Satuan(Rp.000)

Jumlah(Rp.000,-)

A Pendampingan Kawasan ternakkambing di Provinsi Bengkulu

1 Belanja Bahan 4.060.000,-a. Penggandaan, penjilidan dan

laminasib. Konsumsi dalam rangka

pertemuan, rapat

1

60

Tahun

OH

1.060.000,-

50

1.060.000,-

3.000.000,-

2 Honor Output Kegiatan 800.000,-- Honor Petugas lapang (1 org) 4 OB 200 800.000,-

3 Belanja Barang Non Operasionallainnya

3.150.000,-

- Analisis laboratorium- UHL

135

TahunOH

1.400.000,-50.000,-

1.400.000,-1.750.000,-

4 Belanja Barang untuk PersediaanBarang Konsumsi

23.690.000,-

- Bahan sarana produksi danpendukung lainnya

- ATK dan Komputer Suplies11

TahunTahun

20.632.0003.058.000

20.632.000,-3.058.000,-

5 Belanja Perjalanan Biasa 35.000.000,-- Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan(berkisar antara Rp. 350.000s/d Rp. 5.000.000,-

7 OP 5.000.000,- 35.000.000,-

Total 66.700.000,-

36

Tabel 16. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan

No Tahapan Pelaksanaan dan RincianKomponen Biaya

RealisasiAnggaran (Rp)

PersentaseKeuangan (%)

PersentaseFisik (%)

A Pendampingan Kawasan ternakkambing di Provinsi Bengkulu

1 Belanja Bahan 4.050.000,- 99,75 1001. Penggandaan, penjilidan dan

laminasi2. Konsumsi dalam rangka

pertemuan, rapat

1.050.000,-

3.000.000,-

99,06

100

2 Honor Output Kegiatan 800.000,- 100 100- Honor Petugas lapang (1 org) 800.000,- 100

3 Belanja Barang Non Operasionallainnya

3.076.000,- 97,65 100

- Analisis laboratorium- UHL

1.326.000,-1.750.000,-

94,71100

4 Belanja Barang untuk PersediaanBarang Konsumsi

23.641.500,- 99,79 100

- Bahan sarana produksi danpendukung lainnya

- ATK dan Komputer Suplies20.627.500,-3.014.000,-

99,9898,56

5 Belanja Perjalanan Biasa 34.869.500,- 99,63 100- Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan(berkisar antara Rp. 350.000s/d Rp. 5.000.000,-

34.869.500,- 99,63 100

Total 66.473.000,- 99,66 100

37

PERSONALIA

Tabel 17. Personalia Kegiatan

No Nama/NIPJabatan

Fungsional/Bidang

keahlian

Jabatandalam

KegiatanUraian Tugas

AlokasiWaktu(Jam/mg)

1 Harwi Kusnadi,S.Pt, M.Sc

PenelitiPertama

Penanggungjawab

1. Mengkoordinir anggotatim dalam menyusunperencanaan,pelaksanaan danpelaporan kegiatan.

2. Membuat perencanaan,mengkordinirpelaksanaan kegiatanpendampingan.

3. Mengendalikan kegiatanterkait fisik dankeuangan secaraperiodik.

10

2. Zul Efendi, S.Pt PenelitiPertama

Anggota 1. Membantu membuatperencanaan,pelaksanaan kegiatanpendampingan.

2. Membantu pelaksanaankegiatan terkait kegiatanagronomi.

8

3. Ir. Ruswendi,MP

PenyuluhMadya

Anggota 1. Membantu membuatperencanaan,pelaksanaan kegiatanpendampingan.

2. Membantu pelaksanaankegiatan terkait kegiatanagronomi.

8

4 Robiyanto,S.Pt CalonPenyuluh

Anggota 1. Membantupelaksanaan kegiatanpendampingan

2. Membantu pembuatanlaporan bulanan,tengah tahun danakhir tahun.

8

5 MarianaErawati,A.Md

Administrasi

Anggota 1. Membantupelaksanaan kegiatanpendampingan

2. Membantuadministrasi kegiatan

8

38

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi demplot pemeliharaan kambing

Gambar 1. Pemeliharaan kambing induk dan pejantan

Gambar 2. Kandang dipasang plastik untuk menghindari angin dan hujan

39

Gambar 3. Kandang induk kambing beranak

Gambar 4. Tempat hijauan pakan ternak kambing

40

Gambar 5. Perlengkapan obat-obatan ternak kambing

Gambar 6. Induk dan anak kambing sehat

41

Lampiran 2. Dokumentasi demplot hijauan makanan ternak

Gambar 7. Lahan penanaman hijauan makanan ternak

Gambar 8. Hamparan hijauan makanan ternak

42

Lampiran 3. Dokumentasi leaflet dan poster sebagai dukungan inovasi teknologi

Gambar 9. Leaflet mendukung inovasi teknologi peternakan kambing

Gambar 10. Poster mendukung inovasi teknologi peternakan kambing

43

Lampiran 4. Dokumentasi tempat pengolahan kompos dan urin kambing

Gambar 11. Tempat pengolahan kotoran kambing menjadi kompos

Gambar 12. Tempat pengolahan urin kambing menjagi biourine

44

Lampiran 5. Dokumentasi pelatihan bagi peternak kambing

Gambar 13. Pelatihan perbanyakan trichoderma untuk membuat kompos

Gambar 14. Pelatihan fermentasi jerami padi untuk pakan ternak

45

Lampiran 6. Dokumentasi pembinaan kelompok peternak kambing

Gambar 15. Pembinaan kelompok ternak Harapan Jaya

Gambar 16. Belajar mengukur fisiologi ternak kambing

46

Gambar 17. Diskusi BPTP Bengkulu, Disnak Provinsi Bengkulu, DisnakKabupaten Kepahiang dan Peternak

Gambar 18. Pertemuan rutin kelompok peternak kambing PE