pediatrick in nursing i
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
PEDIATRICK IN NURSING I
PENILAIAN BBL DAN BALITA
Penyusun : Jefri Pranando
Nina Ramadhan
Pengampu : Sr. Margaretha SPC, MSN
Kelas / Sm. : A / VI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
Pediatrick In Nursing I yang berjudul “Penilaian BBL Dan Balita” ini.
Dalam kesempatan ini pula, Kami penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing, yang sudah
memberikan pengetahuan serta semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Dan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin
Banjarmasin, 1 April 2012
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Bab II ISI
A. Definisi
B. Ciri-ciri Bayi Lahir Normal
C. Reflek-Reflek Fisiologi
D. Penilaian Scor Apgar
E. Beberapa Hari Pertama
F. Pertumbuhan Setelah Lahir
G. Perkembangan Intelektuals
H. Balita
I. Status Gizi Balita
J. KMS (Kartu Menuju Sehat)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau
masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru
lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim
(intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Pemahaman terhadap
adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam memberikan
asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan
metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan
mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan
pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada bayi yaitu bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) maupun bayi
kurang bulan (BKB ) merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk
Indonesia. BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT
2001, 29 % kematian neonatal karena BBLR.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermi,
hiperbilirubinemia, hipoglikemi, infeksi / sepsis dan ganguan minum. Dengan
banyaknya penyulit pada BBLR, kita harus dapat mencegahnya mulai dari
meningkatkan pengetahuan ibu tentang BBLR dan langkah – langkah untuk
mencegah hal tersebut.
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi
di luar kenadungan dapat hidup sebaik – baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penilaian
BBL dan Balita sehingga diketahui hasil penilaian yang di capai anak sehat dan sakit.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama
satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 - 4000 gram
2. Panjang badan 48 - 52 cm
3. Lingkar dada 30 - 38 cm
4. Lingkar kepala 33 - 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit
6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki: testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
Tanda-tanda bayi baru lahir sehat :
1. bayi lahir segera menangis
2. bayi bergerak aktif
3. warna kulit seluruh tubuh kemerahan
4. bayi bisa menghisap ASI dengan kuat
5. Berat lahir 2,5-4 kg
C. Reflek – Reflek Fisiologis
1. Mata
1. Berkedip atau Refleks korneal:
Respon prilaku yang diharapkan: Bayi berkedip pada pemunculan
sinar terang yang tiba-tiba atau pada pendekatan objek ke arah kornea:
harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada kedipan tidak simetris menunjukkan adanya kerusakan
pada syaraf kranial II, IV dan V.
2. Pupil:
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya: reflek ini harus
ada sepanjang hidup.
Deviasi: Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi
3. Mata boneka:
Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan dan ke kiri, mata
normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang sesuai perkembangan.
Deviasi: Paralis abdusen asimetris
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai
respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi,
bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Deviasi: Menghisap lemah atau tidak ada
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya
selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus
menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada
syaraf glosoferingeal
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang
pada usia kira – kira 3 -4 bulan.
Deviasi: Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang.
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah
udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada reflek
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya
keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.
Deviasi: Protrusi konstan dari lidah dapat menunjukkan sindrom down.
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus
ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.
Deviasi: Tidak ada reflek
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari.
Deviasi: Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis.
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi.
Deviasi: Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur pyramidal.
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta
mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti
dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
Deviasi: Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan
kerusakan otak reflek moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan
cedera pada fleksus brakial, klavikula, atau humerus.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi
siku tangan tetap tergenggam.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan
kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan
dan kaki fleksi.
Deviasi: Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan
kerusakan sistem syaraf.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.
Deviasi: Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik
pada leher asimetris
(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan
panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi. refleks ini harus hilang
pada usia 4 minggu.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis.
(5) Melangkah
Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh
permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki,
menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3-4 minggu, digantikan
oleh gerakan yang dikehendaki.
Deviasi: Langkah tidak simetris
(6) Merangkak:
Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (tertelungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki: harus hilang kira-kira pada
usia 6 minggu.
Deviasi: Gerakan tidak simetris
D. Penilaian APGAR
Penilaian APGAR skor ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950). Penilaian
APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan
kepada bayi memulai perubahan, kemudian menit ke-5 serta menit ke-10. Penilaian
dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai
yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat tungkai
biru
Badan pucat,muda Semuanya merah
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas /lumpuh Gerakan
sedikit/fleksi tungkai
Aktif/fleksi tungkai
baik/ reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1 dan 2, nilai
tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :
Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrous baby)
Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan
tindakan resusitasi.
Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi.
Pada bayi baru lahir dengan nilai Apgar 4-6 : segera lakukan resusitasi aktif
asfiksia sedang.
Pada bayi baru lahir dengan nilai apgar 0-3 : segera lakukan resusitasi aktif
asfiksia berat.
E. Beberapa Hari Pertama
Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran anaknya, orang tua belajar
untuk memberi makan, memandikan dan memakaikan baju bayi dan akan segera
terbiasa dengan kegiatan ini. Meskipun ibu dan bayi harus tinggal selama seminggu
bahkan lebih di rumah sakit, dewasa ini masa perawatan di rumah sakit hanya
berkisar antara 2-3 hari saja.
Kebanyakan bayi baru lahir akan mengalami ruam kulit dalam minggu-
minggu pertama. Ruam biasanya muncul di tempat kulit bergesekan dengan
baju seperti lengan, tungkai dan punggung. Tetapi bisa juga muncul di wajah.
Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Penggunaan lotion
atau bedak, sabun wangi, air panas untuk mandi dan celana plastik untuk bayi
akan memperburuk keadaan ini, terutama pada cuaca panas. Pengeringan dan
pengelupasan kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras dibawah kulitnya (nekrosis
lemak subkutaneus), dimana penekanan tulang merusak beberapa jaringan
lemak. Pada persalinan dengan pertolongan forsep, benjolan tertentu sering
ditemukan di kepala, pipi dan leher. Benjolan bisa pecah menembus
permukaan kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi biasanya akan
segera sembuh.
Bayi yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua.
Yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24
jam.
Air kemih pertama yang dikeluarkan bayi bersifat pekat dan mengandung zat
kimia urat yang tampak sebagai pewarnaan merah muda pada popok.
Dokter akan memeriksa penyebabnya, bila bayi belum berkemih dalam 24
jam. Penundaan berkemih lebih sering terjadi pada bayi laki-laki.
Penundaan ini mungkin disebabkan karena kulit depan penisnya terlalu erat
atau karena pembengkakan sementara dari penis setelah disunat.
Tinja yang pertama keluar disebut mekonium, konsistensinya lengket
berwarna hitam kehijauan. Setiap bayi harus mengeluarkan mekonium dalam
24 jam setelah kelahiran.
Kegagalan pengeluaran mekonium biasanya disebabkan mengerasnya
mekonium dalam usus bayi, yang biasanya bisa dikeluarkan dengan satu atau
dua enema secara lembut. Cacat bawaan bisa menyebabkan penyumbatan
yang lebih serius.
Bayi baru lahir akan kehilangan 5-10% dari berat badannya dalam beberapa
hari pertama. Berat ini akan segera kembali setelah bayi mulai menerima
makanan dari luar.
F. Pertumbuhan Setelah Lahir
Pertumbuhan tinggi badan
Pada saaat lahir panjang badan bayi sekitar 50-55 cm dan untuk mencapai
tinggi orang dewasa sekitar 175 cm ia harus bertambah tiga setengah kali panjang
badan awal. Pertumbuhan tinggi tidak seragam sepanjang hidup. Misalnya, sebelum
lahir kecepatan pertumbuhan maksimum terjadi pada bulan keempat dari kehidupan
janin, dengan kemajuan yang melambat sesudahnya. Walaupun demikian, jika
dibandingkan dengan bayi dan anak hakekatnya disaat lahir bayi bertumbuh dengan
sangat cepat. Pengukuran tinggi badan pada anak-anak dan orang dewasa mempunyai
beberapa kesulitan. Beberapa diantaranya berhubungan dengan perbedaan lebar dari
discus intervertabralis columna vertebralis, dengan terjadinya kompresi karena
adanya tegangan gravitasi yang ditimbulkan oleh bagian tubuh dengan berlalunya
hari. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan tinggi badan pada sore hari jika
dibandingkan dengan tinggi badan pada pagi harinya. Karena itu, penting pengukuran
tinggi badan dilakukan pada saat atau waktu yang sama. Untuk keperluan riset juga
diperlukan oleh orang yang sama. Hal ini paling tidak mengurangi terjadinya
kesalahan-kesalahan.
Grafik tinggi badan menurut dapat diperoleh dan sangat berharga, tetapi
penting untuk mengenali beberapa keterbatasan dalam membandingkan tinggi badan
anak dengan suatu grafik standar.
Pada tahun pertama setelah kelahiran, panjang badan bertambah dengan
sekitar 50% dan pada tahun kedua bertambah dengan 12-13 cm. sesudahnya
pertumbuhan dalam tinggi badan menetap dengan kecepatan pertumbuhan sekitar 5-6
cm per tahun.
Pada saat remaja kecepatan pertambahan tinggi badan yang selama ini
menetap meningkat secara mendadak. Keadaan ini dimulai sekitar umur 10- 11 tahun
pada wanita dan 12-13 tahun pada laki-laki. Petumbuhan yang tiba-tiba ini diikuti
dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan yang cepat, anak perempuan mencapai
98% dari tinggi badan akhir pada umur rata-rata 16-17 tahun, sementara anak laki-
laki tidak mencapai tahapan yang sama sebelum mencapai umur sekitar 17-18 tahun.
Tentunya terdapat variasi yang luas disekitar rata-rata, tergantung pada factor-faktor
seperti gen, ras, nutrisi, keadaan sakit dan fungsi endokrin.
Pertumbuhann berat badan
Pada saat lahir, bayi aterm mempunyai berat rata-rata 3,5kg dalam rentang
berat sekitar 2,7 -4,5 kg. Berat badan lebih bervariasi dibandingkan dengan panjang
badan dan lebih tergantung pada lingkungan ibu daripada faktor-faktor genetik dari
anak. Anak perempuan aterm rata-rata lebih ringan sekitar 14 g dibandingkan dengan
anak laki-laki yang aterm dan seorang anak kembar mempunyai berat badan sekitar
680g kurang dari bayi tunggal. Urutan anak dalam keluarga merupak faktor dalam
berat lahir. ; Anak-anak yang lahir kemudian cenderung agak lebih berat dari anak
yang yang lahir pertama kali. Kecuali terdapat malnutrisi yang parah berat badan
janin akan tidak tergantung pada diet ibu, karena janin akan menarik nutrisi dari
jairngan-jaringan ibu untuk memenuhi kebutuhannya. Walupun demikain, terdapat
bukti-bukti bahwa wanita yang merokok selama kehamilan cenderung untuk
mempunyai bayi dengan berat badan rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak
merokok. Berat lahir rata-rata dari bayi dianggap sebagi indeks kesehatan seseorang.
Di negar-negara yang sudah sangat berkembang dapat ditemukan berat lahir rata-rata
yang tinggi, sementara pada tempat di mana malnutrisi merukan hal yang umum akan
ditemukan berat badan lahir rata-rata yang rendah.
Pertambahan berat rata-rata seorang bayi selam 3 bulan pertama sekitar 200 g
per minggu, pada 3 kedua 150 g per minggu dan pada tahun kedua 42 g per minggu.
Pada akhir tahun pertama, berat badan sekitar kelipatan tiga dan pada akhir tahun
kedua telah menjadi kelipatan empat. Setelahnya, pertambahan berat badab relatif
menetap, sekitar 2,25-2,75 kg setahun sampai permulaan dari masa remaja di mana-
mana anak laki-laki dapat mengalami pertambahan berat badab sekitar 20kg dan anak
perempuan sekitar 16kg.
G. Perkembangan Perilaku & Intelektual
Tingkat perkembangan perilaku dan intelektual berbeda antara anak yang satu
dengan lainnya. Kadang-kadang terdapat pola tertentu dalam suatu keluarga seperti
terlambat berjalan atau terlambat bicara. Faktor lingkungan seperti kurangnya
stimulasi bisa menghambat perkembangan normal. Faktor fisik seperti tuli juga bisa
memperlambat perkembangan bayi. Meskipun perkembangan anak-anak biasanya
terus berkelanjutan, tapi bisa terhenti pada suatu fungsi tertentu, misalnya bicara.
Pada awalnya bayi tidur hampir sepanjang waktu. Bayi bisa makan, batuk bila saluran
nafasnya terganggu dan menangis sebagai reaksi terhadap gangguan atau
ketidaknyamanan. Pada usia 6 minggu bayi akan melihat langsung pada objek yang
berada langsung di depannya dan tersenyum bila diajak bicara. Kepalanya masih
bergoyang kalau bayi ditarik ke posisi duduk.
Pada usia 3 bulan bayi tersenyum bila mendengar suara ibunya, membuat
suara-suara pertamanya dan mengikuti objek bergerak. Kepala sudah mantap bila
bayi dalam posisi duduk. Bayi akan menggenggam objek dalam tangannya.
Pada usia 6 bulan, bayi bisa duduk dengan bantuan dan berguling. Kebanyakan bayi
bisa berdiri dengan bantuan dan bisa memindahkan suatu benda dari tangan yang satu
ke tangan yang lain. Bayi mengeluarkan suara bila sedang bermain.
Pada usia 9 bulan bayi bisa duduk dengan baik dan merangkak, menarik
dirinya ke posisi berdiri dan mengatakan "mama" dan "papa" dengan jelas.
Pada usia 12 bulan bayi biasanya sudah bisa berjalan dengan memegang tangan
seseorang dan mengucapkan beberapa kata.
H. Balita
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia
manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun. Ada juga yang menyebut dengan
periode usia prasekolah. Pada fase ini, anak berkembang dengan sangat pesat. Di
awal balita, pertambahan berat badan menurun disebabkan banyaknya energy untk
bergerak.
I. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak
dapat pulih).
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek
(SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan
otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak
berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk.
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut
stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-
NCHS (National Center for Health Statistics).
Status gizi pada balita dapat diketahui dngan cara mencocokkan umur anak
(dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya
kurang, maka status gizinya kurang.
Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan
kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva
KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis
merah, maka status gizi buruk.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada balita
adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala sering
digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.
Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia
adalah berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.
Untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi buruk dapat dilakukan dengan cara
berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur yang dihitung menurut
Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor Z kurang dari -3. Artinya gizi
buruk kondisinya lebih parah daripada gizi kurang.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang), perut
kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey face
(keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung lama akan
berpengaruh pada kecerdasannya.
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses
pangan anak terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua
karena kurang pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu
makanan dimana makanan bergizi ditabukan dan tak boleh dikonsumsi anak balita.
Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun
mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang
lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena
kecerdasannya terganggu.
Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga,
praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas
Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus
diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan,
pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak
terganggu.
Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema
makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Anak-
anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas).
Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan, perhatikan asupan
sayur dan pangan hewani (lauk pauk), konsumsi susu tetap dipertahankan, jangan
terlalu banyak makanan cemilan (junk food) yang akan menyebabkan anak kurang
nafsu makan. Perhatikan juga asupan empat sehat lima sempurna dengan kuantitas
yang cukup.
J. KMS (Kartu Menuju Sehat)
Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan salah satu parameter penting untuk
menilai tumbuh kembang balita Anda. Untuk itu Anda sebagai orang tuanya harus
memahami apa saja unsur yang dapat dinilai dari KMS.
Berikut dapat Anda lihat contoh KMS untuk balita laki-laki. KMS balita laki-laki
memiliki corak tabel dan grafik berwarna biru, sedangkan untuk balita perempuan
berwarna pink.
Di bagian atas terdapat identitas yang berisi nama anak dan nama posyandu
tempat kontrol. Di bagian berikutnya terdapat grafik umur terhadap berat badan. Di
bagian dalam KMS terdapat grafik untuk anak berumur 0-24 bulan, dan di bagian
luarnya terdapat grafik untuk umur 24-60 bulan. Di sisi kanan dan kiri grafik terdapat
pula berbagai ilustrasi tentang proses tumbuh kembang anak yang normal.
Grafik pertumbuhan yang optimal adalah apabila dari pencatatan setiap bulan
diperoleh berat badan yang terus meningkat dan tetap berada dalam zona hijau. Zona
kuning menandakan orang tua harus waspada dengan pertumbuhan balitanya. Zona
kuning yang di bawah menunjukkan berat badan anak kurang dari berat badan rata-
rata anak seusianya. Sedangkan zona kuning yang di atas menunjukkan berat badan
anak lebih dari berat badan rata-rata anak seusianya. Berat anak yang terlalu rendah
sampai memotong garis merah (BGM = bawah garis merah) harus dikonsultasikan ke
petugas kesehatan. Demikian pula dengan anak yang berat badannya tidak naik dalam
kurun waktu 2 bulan. Berat badan yang melampaui zona kuning atas juga tidak baik
karena hal ini dapat menunjukkan balita Anda mengalami obesitas atau
mengindikasikan gangguan kecepatan pertumbuhan.
Lalu adakah faktor lain yang dapat dijadikan patokan dalam memantau
pertumbuhan balita Anda? Tentu saja masih ada. Berikut beberapa patokan di
antaranya:
1. Berat badan normal bayi di usia 6 bulan adalah 2 kali berat badan lahir. Berat
badan normal di usia 1 tahun kira-kira 3 kali berat badan lahir.
2. Berat badan normal anak di usia 1-6 tahun adalah 2 kali umurnya ditambah 8
kg.
3. Berat badan anak yang menetap (tidak naik dan tidak turun) selama 6 bulan
dapat berpengaruh pada tinggi badannya.
4. Panjang bayi pada umur 1 tahun kira-kira 1.5 kali panjang badannya waktu
lahir. Pada umur 4 tahun, tinggi badannya adalah 2 kali panjang badan waktu
lahir.
5. Lingkar kepala rata-rata untuk bayi baru lahir adalah 35 cm, untuk bayi 6
bulan 43.5 cm, dan untuk anak 1 tahun 47 cm.
6. Pengukuran untuk bayi prematur harus didasarkan pada umur seharusnya
(umur kalender bayi ditambah selisih usia kehamilan ibu saat melahirkan
sampai cukup bulan). Bayi prematur dapat mencapai berat badan usia 1 tahun
relatif sama dengan bayi yang cukup bulan (yaitu kira-kira 8-9 kg) jika
antisipasi tumbuh kembang dilakukan dengan baik.
7. Perlu diingat bahwa pengukuran terhadap bayi ini tidak mutlak hanya
berdasarkan angka-angka di atas. Setiap hasil pengukuran memiliki rentang
normal. Fisik bayi yang kurus tidak selalu menunjukkan ada masalah gizi
selama berat badannya masih dalam rentang normal grafik pertumbuhan.
Kondisi bayi demikian yang masih aktif dan ciri-ciri tumbuh kembang lain
cukup baik, masih dianggap normal.
8. Setiap anak memiliki kecepatan pertumbuhan tersendiri. Jangan
membandingkan bayi Anda dengan bayi lain meskipun usia dan jenis
kelaminnya sama, termasuk dengan saudaranya sendiri (kakak atau saudara
sepupu).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan)
yang berat. Adapun tanda-tanda bayi baru lahir sehat adalah bayi lahir segera
menangis, bayi bergerak aktif, warna kulit seluruh tubuh kemerahan, bayi bisa
menghisap ASI dengan kuat, berat lahir 2,5-4 kg. Perkembangan fisik bayi tergantung
kepada faktor keturunan, gizi dan lingkungan. Kelainan fisik dan psikis juga bisa
mempengaruhi pertumbuhannya. Pertumbuhan optimal memerlukan gizi dan
kesehatan yang optimal pula.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi
Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.