disaster nursing

31
ASKEP KOMUNITAS DENGAN DISASTER ( DISASTER NURSING ) Di Susun Oleh: 1.Akhmad Giandini 5. Lutfi Al Habsy 2.Septi Eka W 6. Dian Eka 3.Nila Aini A 7. Khoirul Basori 4.Lailatul Fitria 8. Beni Wijaya PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2013

Upload: vindy-miliknya-nyun-nyun

Post on 08-Aug-2015

641 views

Category:

Documents


62 download

DESCRIPTION

merupakan tugas seorang perawat dalam merawat mereka yang mengalami bencana, dengan ilmu keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Disaster Nursing

ASKEP KOMUNITAS DENGAN DISASTER

( DISASTER NURSING )

Di Susun Oleh:

1. Akhmad Giandini 5. Lutfi Al Habsy

2. Septi Eka W 6. Dian Eka

3. Nila Aini A 7. Khoirul Basori

4. Lailatul Fitria 8. Beni Wijaya

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2013

Page 2: Disaster Nursing

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk

meminimalisir terjadinya korban akibat bencan diperlukan kesadaran dan kesiapan

masyarakat dalam menghadapi bencana

Kesadaran dan kesiapan menghadapi bencana ini idealnya sudah dimiliki

oleh masyarakat melalui kearifan lokal daerah setempat karena mengingat

wilayah Indonesia merupakan daerah yang mempuyai risiko terhadap bencana.

Beberapa kejadian besar bencana alam di Indonesia seperti, gempa bumi dan tsunami

yang melanda Provinsi Aceh dan sebagian Provinsi Sumatera Utara pada akhir

tahun 2004 tercatat telah menelan korban sangat besar yaitu 120.000 orang

meninggal, 93.088 orang hilang, 4.632 orang luka-luka. Gempa bumi Nias Sumatera

Utara yang terjadi pada awal tahun 2005 menelan korban 128 orang meninggal, 25 orang

hilang dan 1.987 orang luka-luka (Depkes RI, 2007). Gempa bumi DI Yogyakarta

dan Jawa Tengah terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 juga mengakibatkan 5.778

orang meninggal, 26.013 orang luka di rawat inap dan 125.195 orang rawat jalan.

Demikian juga gempa bumi dan tsunami yang terjadi di pantai Selatan Jawa

(Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandar, Cilacap, Kebumen, Gunung

Agung dan Tulang Agung) pada tanggal 17 Juli 2006 telah menelan korban,

meninggal dunia sebanyak 684 orang, korban hilang sebanyak 82 orang dan

korban dirawat inap sebanyak 477 orang dari 11.021 orang yang luka-luka (Depkes RI,

2007).

Bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara yang terjadi pada

tahun 2004 tergolong bencana dahsyat bahkan membawa dampak ke

wilayah yang lebih luas seperti Sri Langka. Beberapa penelitian yang

dilakukan setelah bencana, menyebutkan, banyaknya jumlah korban justru

disebabkan para korban tidak mempunyai pengetahuan tentang ancaman gempa

dan tsunami (Ella dan Usman, 2008).

Menurut Bakornas Penanggulangan Bencana (2008), risiko bencana adalah

interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya

(hazards).

Page 3: Disaster Nursing

Ancaman bahaya khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika

proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari

tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan (vulnerability) daerah

dapat dikurang dengan melakukan mitigasi (tindakan preventif), serta

kemampuan / ketahanan dalam menghadapi ancaman (disaster resilience)

tersebut semakin meningkat sehingga dapat meminimalisir dampak akibat bencana.

Semakin tinggi ancaman bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan, maka

semakin besar pula risiko bencana yang dihadapi.

Berdasarkan potensi ancaman bencana dan tingkat kerentanan yang ada, maka

dapat diperkirakan risiko bencana yang akan terjadi di wilayah Indonesia tergolong

tinggi. Dengan mengetahui risiko yang terjadi akibat bencana masyarakat dan

bekerja sama dengan pemerintah diharapkan dapat melakukan penanggulangan

bencana (Bakornas Penanggulangan Bencana, 2008).

Penanggulangan bencana (PB) sebagai rangkaian kegiatan baik sebelum

maupun saat dan sesudah terjadi bencana dilakukan untuk mencegah, mengurangi,

menghindari dan memulihkan diri dari dampak yang ditimbulkan oleh

bencana.

Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan

bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya,

kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan

pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana (UNDP Indonesia, 2007).

Page 4: Disaster Nursing

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

a. Umum

b. Khusus

Page 5: Disaster Nursing

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

a. Definisi

Bencana adalah peristiwa / kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan

kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan

pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari

pihak luar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia).

Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi

kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan

jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan

kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).

Bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,

gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan

atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar

masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO).

b. Epidemiologi bencana

Bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam (gempa bumi, topan, volcano,

badai, banjir) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia (kebakaran, perang,

kecelakaan transportasi). Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap, dan panas.

Sedangkan agen sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/

menginfeksi akibat yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut.

Faktor-faktor host (manusia) juga mempengaruhi efek dari bencana tersebut,

sebut saja usia, status kesehatan, status imunisasi, tingkat mobilisasi, dan kondisi

psikologis.

Secara langsung maupun tidak langsung bencana ikut dipengaruhi oleh agen-

agen lingkungan yang sifatnya fisik, kimia, biologi maupun social. Secara fisik

bencana dipengaruhi oleh kondisi cuaca, ketersediaan makanan dan air.Secara kimia

termasuk kebocoran zat kimia ke dalam air, udara, dan ke dalam suplai makanan.

Secara biologi termasuk kontaminasi pada makanan dan air, pembuangan akhir dan

pengelolaan sampah yang tidak layak, dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai.

Faktor sosial termasuklah perbedaan pendapat tentang keyakinan, fanatisme, strata

sosial dan lainnya.

Page 6: Disaster Nursing

c. Jenis Bencana

Usep Solehudin (2005), mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:

1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-

kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,

kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.

2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena

perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,

huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan

transportasi dan lainnya.

Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:

1. Bencana Lokal

Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang

berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan

disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,

ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.

2. Bencana Regional

Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang

cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir,

letusan gunung, tornado dan lainnya.

d. Fase-Fase Bencana

Menurut Barbara Santamaria dalam buku Community Health Nursing:

1. Fase pre-impact

Fase “WARNING”, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit

& meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik

oleh pemerintah, lembaga, dan warga.

2. Fase impact

Fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat

tenaga mencoba untuk survive. Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi

kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.

3. Fase post-impact

Saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana

masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal.Secara umum

dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap penolakan hingga

Page 7: Disaster Nursing

penerimaan.Tidak hanya fisik dan kejiwaan masyarakat yang terganggu, keadaan

fisik fasilitas umum yang membantu menunjang kehidupan juga akan terganggu.

e. Evolusi Pandangan Terhadap Bencana

1. Pandangan Konvensional

Bencana merupakan sifat alam. Terjadinya bencana : Kecelakaan (accident) ;

tidak dapat diprediksi, tidak menentu, tidak terhindarkan, dan tidak terkendali.

Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan ‘penerima bantuan’ dari pihak luar.

2. Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam

Bencana merupakan unsur lingkungan fisik yang membahayakan kehidupan

manusia. Karena kekuatan alam yang luar biasa. Proses geofisik, geologi dan

hidrometeorologi. Tidak memperhitungkan manusia sebagai penyebab bencana.

3. Pandangan Ilmu Terapan

Besaran (magnitude) bencana tergantung besarnya ketahanan atau kerusakan

akibat bencana. Pengkajian bencana ditujukan pada upaya meningkatkan kekuatan

fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan.

4. Pandangan Progresif

Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang

‘normal’. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti. Peran sentral dari

masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri.

5. Pandangan Ilmu Sosial

Fokus pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi bahaya.

Ancaman adalah alami, tetapi bencana bukan alami. Besaran bencana tergantung

perbedaan tingkat kerawanan masyarakat.

6. Pandangan Holistik

Menekankan pada ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability), serta

kemampuan masyarakat dalam menghadapi risiko. Gejala alam menjadi ancaman

jika mengancam hidup dan harta-benda. Ancaman akan berubah menjadi bencana

jika bertemu dengan kerentanan

f. Paradigma-paradigma Penanggulangan Bencana

1. Daur Penanggulangan Bencana : Memandang bencana sebagai rentetan kejadian

dengan fokus ketika, sebelum dan sesudah bencana.

2. Model Kue-marmer : Upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan setiap

saat, masing-masing meluas atau menyempit, tergantung pada risiko yang

dihadapi.

Page 8: Disaster Nursing

3. Tabrakan Unsur : Upaya mengatasi (melepaskan tekanan) kerentanan (tekanan)

yang berakar pada proses proses sosial ke arah masyarakat yang aman, berdaya

tahan, dan berkesinambungan.

4. Pengurangan Risiko : Upaya-upaya untuk mengatasi secara komprehensif dan

terpadu untuk mengurangi risiko bencana

g. Peran Perawat

Seorang perawat, khususnya perawat komunitas memiliki tanggung jawab

peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact,

impact/emergency, dan postimpact.

1. Pre-impact

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini,

antara lain:

a. Mengenali instruksi ancaman bahaya;

b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,

obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)

c. Melatih penanganan pertama korban bencana.

d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang

merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan

penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada

masyarakat

e. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota

keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan

pertama luka bakar

memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas

kebakaran, RS dan ambulans.

Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal

pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)

Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-

posko bencana.

2. Impact

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah

keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey

Page 9: Disaster Nursing

mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga

perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian

secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana

”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif (Triase),

meliputi :

a. Merah ( paling penting, prioritas utama )

Biasanya merah adalah keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar

pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma

kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II

b. Kuning ( penting, prioritas kedua )

Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke

keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat

bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang

multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat

II

c. Hijau ( prioritas ketiga )

Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor

laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi

d. Hitam ( meninggal )

Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan

sudah dalam keadaan meninggal.

Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana :

a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-

hari.

b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.

c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan

penanganan kesehatan di RS.

d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,

peralatan kesehatan.

f. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-

hari

g. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian

Page 10: Disaster Nursing

h. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan

penanganan kesehatan di RS

i. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

j. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,

peralatan kesehatan.

3. Post-impact

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan

psikologis korban.

b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada

kehidupan normal.

c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang

lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

2.2 Konsep masalah

a. Gempa Bumi

1. Definisi

Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran

pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat

gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam

bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi

disebut gempa bumi.

2. Penyebab Terjadinya Gempa

Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah.

Namun, kenyataannya keruntuhan yng menyebabkan terjadinya

gempa bumi tidak pernah terjadi.

Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu

planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita

terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi.

Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-

kadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan

menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar. Getaran ini

disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali terjadi. Kejadian

ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya juga tidak terlalu besar.

Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya

aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Gempa bumi

Page 11: Disaster Nursing

jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila dibandingkan

dengan gempa tektonik. Ketika gunung berapi meletus maka

getaran dan goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh

20 mil.

Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang cukup besar

berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya tektonik biasa

disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan patahan,

gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan

bagian-bagian benua yang besar. Gempa ini merupakan gempa yang

umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.

3. Karakteristik Gempa bumi

Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat

Lokasi kejadian tertentu

Akibatnya dapat menimbulkan bencana

Berpotensi terulang lagi

Belum dapat diprediksi

Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

4. Jenis Gempa Bumi

Berdasarkan penyebabnya :

Gempa bumi tektonik

Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran

lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari

yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak

menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi

yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik

disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan

plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-

tiba.

Gempa bumi tumbukan

Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh

ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi

Gempa bumi runtuhan

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah

pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Page 12: Disaster Nursing

Gempa bumi buatan

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari

manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke

permukaan bumi.

Gempa bumi vulkanik (gunung api)

Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi

sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan

menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya

gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut

Berdasarkan Kedalaman :

Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih

dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya

tidak terlalu berbahaya.

Gempa bumi menengah

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada

antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi

menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya

lebih terasa.

Gempa bumi dangkal

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang

dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan

kerusakan yang besar.

Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa

Gelombang Primer

Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran

yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik.

Getaran ini berasal dari hiposentrum.

Gelombang Sekunder

Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran

yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah

berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat

melalui lapisan cair.

5. Cara Menghadapi Gempa Bumi

Page 13: Disaster Nursing

Bila berada di dalam rumah: Jangan panik dan jangan berlari keluar,

berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur, Bila tidak ada, lindungilah

kepala dengan bantal atau benda lainnya, Jauhi rak buku, lemari dan kaca

jendela, Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda

yang tergantung di dinding dan sebagainya

Bila berada di luar ruangan: Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal,

pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan

sebagainya, Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka, Jauhi rak-rak dan

kaca jendela.

Bila berada di dalam ruangan umum: Jangan panik dan jangan berlari keluar

karena kemungkinan dipenuhi orang, Jauhi benda-benda yang mudah

tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.

Bila sedang mengendarai kendaraan: Segera hentikan di tempat yang terbuka,

Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan

penyeberangan.

Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall:

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan, Ikuti semua

petunjuk dari pegawai atau satpam.

Bila sedang berada di dalam lift: Jangan menggunakan lift saat terjadi

gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat, Jika

anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah

semua tombol, Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan

mengungsilah., Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan

menggunakan interphone jika tersedia.

Bila sedang berada di dalam kereta api: Berpeganganlah dengan erat pada

tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara

mendadak, Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta, Salah

mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan

kepanikan.

Bila sedang berada di gunung/pantai: Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas

gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman, Di pesisir pantai, bahayanya

datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami

tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

6. Akibat gempa bumi

Page 14: Disaster Nursing

Kehilangan jiwa atau cacat jasmani

Keruntuhan dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi.

Dari segi teknis dan finansial, kita hanya dapat mereduksi bahaya gempa

ini untuk gempa-gempa besar. Pada dasarnya perencanaan struktur tahan

gempa adalah untuk mengurangi korban jiwa, baik yang disebabkan

oleh keruntuhan struktur atau kerusakan sekunder seperti reruntuhan

bangunan atau kebakaran, dan untuk mengurangi kerusakan dan

kehilangan konstruksi.

b. Banjir

1. Definisi

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering)

karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang

berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya

bendungan sungai..” (www.g-excess.com)

2. Penyebab banjir

Curah hujan dalam jangka waktu panjang

Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.

Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.

Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi

jalan / tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.

Bendungan  dan saluran air rusak.

Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.

Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).

Didaerah  bebatuan  daya  serap  air  sangat  kurang, mengakibatkan banjir

kiriman atau banjir bandang.

3. Penanggulangan banjir

a) Metode Penanggulangan secara Filosofis

- Memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan

belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya

terendam banjir.

- Memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi

sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai,

mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir

masih terus akrab melanda permukiman warga.

Page 15: Disaster Nursing

- Hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-

hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun

rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.

b) Metode Penanggulangan secara Normatif

- Manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta

banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi

sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi

rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat

dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.

- Manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi,

pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan

limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung,

peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

konservasi.

4. Pencegahan banjir

Disiplin Membuang Sampah

Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk membuang sampah di tempat sampah

dan berakhir di tempat pembuangan akhir sampah.

Pembersihan Saluran Air

Tanggul-tanggul sebagai penahan membutuhkan perawatan. Tanaman-

tanaman sekitar sungai pun perlu ditanam sebanyak mungkin yang fungsinya

untuk memperkuat bantaran sungai. Tentu saja bantaran sungai yang kuat ini

akan mencegah longsornya tanah di bantaran ke sungai. Jika longsor, pun akan

menghambat air mengalir. Itu juga akan menyebabkan banjir.

Kerja Sama yang Baik dari Seluruh Pihak

Bila kerja sama warga di suatu wilayah dapat terjalin dengan baik, pencegahan

banjir ini bisa dilakukan dengan mudah. Tentu saja jalinan warga dan

pemerintah tetap harus dilakukan. Bila ada pembangunan di suatu wilayah

oleh proyek tertentu dan hal itu akan mengganggu lancarnya saluran air, tentu

warga harus segera melaporkan ke pemerintah untuk diadakan sebuah

tindakan yang tepat.

Page 16: Disaster Nursing

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus:

Di suatu daerah perkotaan Artajasa terdapat 50 rumah dengan jumlah 50 KK dan 150

warga. Usia warga sebagai berikut : 5-12 tahun 45 orang, 13-22 tahun 25 orang, 23-30 tahun

30 orang, 31-55 tahun 50 orang .Dimana jarak antara rumah yang satu dengan yang lain

saling menempel. Dengan kriteria lingkungan seperti berikut : ada sebuah sungai melintasi

perumahan, 35 rumah tidak mempunyai tempat sampah dan membuangnya di sungai, sampah

menumpuk disungai, aliran sungai tersumbat, 15 rumah memiliki tempat sampah kemudian

setelah sampah terkumpul dibakar, ada sebuah pabrik yang berjarak sekitar 1 km dari

pemukiman warga, limbah pabrik mengalir ke sungai, sungai digunakan juga untuk mencuci

baju dan membuang kotoran, penyakit yang diderita adalah diare, batuk pilek dan demam

berdarah yang kebanyakan menyerang pada anak- anak.

Dikota ini rawan sekali terjadi banjir apalagi pada saat ini adalah musim penghujan.

Ketika hujan lebat turun, sungai meluap, sampah tergenang dimana-dimana, air tidak dapat

meresap ke tanah. 80 warga tidak mengerti tentang dampak yang ditimbulkan dari

membuang sampah di sungai, 40 warga cukup mengerti tentang dampak yang ditimbulkan

dari membuang sampah di sungai, 30 warga mengetahui tentang cara membuang sampah

yang benar.

Masyarakat mayoritas bekerja sebagai pedagang dengan rata-rata penghasilan < 500

rb/bulan. Komunikasi antar warga berjalan cukup baik karena jarak rumah satu dengan yang

lain saling menempel. Warga artajasa mayoritas beragam islam, pendidikan mayoritas SMP,

sarana informasi yang digunakan adalah televisi dan radio.

Fasilitas kesehatan yang ada di Desa artajasa adalah 1 bidan praktek swasta, 1

puskesmas, 1 dokter praktek umum akan tetapi jarak antara pemukiman warga dengan

fasilitas pelayanan kesehatan cukup jauh sekitar 1,5 km. Dan jika sakit 85 warga

mengkonsumsi obat-obatan bebas yang dijual ditoko , 65 warga mengkonsumsi jamu

tradisional, bila dirasa sakitnya menjadi lebih parah mereka baru pergi ke puskesmas dan

bidan.

A. Pengkajian

Umur : 5-12 tahun 45 orang, 13-22 tahun 25 orang, 23-30 tahun 30 orang 31-55 tahun 50

orang.

a. Lingkungan fisik

Page 17: Disaster Nursing

b. Kesehatan dan pelayanan social

Fasilitas kesehatan yang ada yaitu 1 bidan praktek swasta, 1 puskesmas, 1 praktek

dokter umum. Warga mayoroitas menderita penyakit diare ketika musim penghujan

datang dan kebanyakan menyerang pada anak-anak.

c. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi mayoritas warga artajasa di bawah UMR (<500rb/ bln)

d. Transpotasi dan keamanan

e. Politik dan pemerintah

f. Komunikasi

Sarana komunikasi yang digunakan untuk mengetahui informasi tentang hal tersebut

adalah televisi dan radio.

g. Pendidikan

h. Rekreasi

B. Analisa data

NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH

1 Warga mengatakan

sampah di buang di

sungai.

Warga mengatakan air

limbah pabrik mengalir

di sungai.

1. Tempat pembuangan

sampah

Di bakar (30 %)

Di sungai (70%)

2. Tempat pembuangan

limbah pabrik

Sungai (100%)

3. Keadaan aliran sungai

tersumbat (100 %)

4. Musim hujan

5. Penyakit yang diderita

Diare (50%)

Batuk pilek (30%)

Demam berdarah

(20%)

Resiko terjadi

peningkatan penyakit

akibat lingkungan

yang kurang sehat

(diare, batuk pilek,

demam berdarah )

pada masyarakat b.d

kurangnya

pengetahuan

masyarakat dalam

menciptakan dan

memelihara

lingkungan yang

sehat.

2 Warga mengatakan ada

fasilitas kesehatan.

Warga mengatakan

1. Fasilitas pelayanan

kesehatan

1 bidan praktek

Resiko penurunan

status kesehatan

berhubungan dengan

Page 18: Disaster Nursing

hanya mengkonsumsi

obat-obatan bebas yang

dijual di toko apabila

sakit.

swasta

1 dokter praktek

umum

1 puskesmas

2. Kebiasaan bila sakit

Konsumsi obat bebas

(45%)

Konsumsi jamu

(55%)

3. Jarak pemukiman

dengan sarana pelayanan

kesehatan 1,5 km.

kurang pengetahuan

dalam memanfaatkan

fasilitas pelayanan

kesehatan.

C. Diagnosa

7. Resiko terjadi peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (diare,

batuk pilek, demam berdarah ) pada masyarakat b.d kurangnya pengetahuan

masyarakat dalam menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat.

8. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan dalam

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

D. Intervensi

1. Resiko terjadi peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat

(diare, batuk pilek, demam berdarah ) pada masyarakat b.d kurangnya

pengetahuan masyarakat dalam menciptakan dan memelihara lingkungan yang

sehat.

No Intervensi Rasional

1 Penyuluhan dan pendidikan tentang

kesehatan lingkungan dampak yang

ditimbulkan dari lingkungan yang

tidak sehat.

2 Pembinaan kepada seluruh

masyarakat untuk tidak membuang

sampah sembarangan.

3 Perencanaan kerja bakti seluruh

Page 19: Disaster Nursing

anggota masyarakat

4 Kerjasama dengan perangkat desa

setempat untuk mengadakan

tempat sampah pada tiap-tiap

rumah.

5 Pembentukan petugas pengangkut

sampah pada tiap-tiap rumah.

2. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan

dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

No Intervensi Rasional

1 Berikan informasi tentang manfaat

keberadaan pelayanan kesehatan

2 Kerjasama dengan petugas

kesehatan yang ada untuk

mengadakan penyuluhan tentang

penyakit yang sedang terjadi, cara

pencegahan dan penularannya.

3 Anjurkan warga untuk melakukan

pemeriksaan sejak dini pada

penyakit yang sedang terjadi

Page 20: Disaster Nursing

BAB IV

PENUTUP

Page 21: Disaster Nursing

DAFTAR PUSTAKA

Community Health Nursing Theory&Practice.1995

Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis PSIK Universitas

Airlangga, Surabaya.