pebruari 2011 media komunikasi smp dan...

20
Sekolah Menerapkan Inovasi Secara Rutin ANDA dapat membaca di bagian lain tentang beberapa sekolah yang sudah menerapkan pem- belajaran inovatif secara rutin di hampir semua kelas. Kegiatan yang tampak pada gambar adalah diskusi, kerja praktik, serta ungkapan dan penda- pat siswa dengan bahasa mereka sendiri. Faktor yang sangat penting dalam keberlanju- tan inovasi ini adalah dorongan dan komitmen kepala sekolah. Hal ini terjadi di MTsN2 Mejobo, Kudus, Jawa Tengah (foto kanan atas) yang baru bergabung satu tahun dengan DBE3 tetapi pe- rubahan diterapkan dengan baik di semua kelas. SMPN2 Grobogan, (foto kanan bawah) yang bu- kan sekolah mitra DBE3 dan membiayai pelatihan BTL sendiri, menerapkan hal yang sama secara merata di semua kelas. Bacalah lebih lanjut pada halaman 5. No. 9 Pebruari 2011 Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net PELAKSANAAN program DBE3 mendapat perhatian serius dari Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Syaifullah Yusuf. Menurutnya program DBE3 sangat strategis karena memfokuskan pada pening- katan mutu di SMP/MTs. “Siswa SMP/MTs yang tengah beranjak remaja sangat penting dipersiapkan secara matang proses pendidikannya agar mereka siap menghadapi masa depannya kelak,” papar Wagub di hadapan sekitar 350 peserta yang berasal dari unsur Bappeda, DPRD, Dinas Pen- didikan, Kementrian Agama, USAID dan Staf DBE3. Sebelumya Wagub yang akrab dipanggil Gus Ipul itu, mengaku pernah melihat secara langsung berbagai keberhasilan yang terjadi di sekolah dalam pameran sekolah mitra DBE3 di Kediri. Dirinya terkesan dengan berbagai kemajuan yang terjadi. Menyingggung program DBE3 yang akan berakhir, dirinya berharap DBE3 bisa dilanjutkan. ”Yang namanya pembangunan selalu berkelanjutan. Presiden saja dua periode. Jadi DBE3 jangan hanya satu periode, harus dilanjutkan,” seloroh Gus Ipul yang disambut aplaus peserta. Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, saat memberi sambutan pada acara Reviu dan Rapat Perenca- naan DBE3 di Surabaya. Wagub Jawa Timur: Lanjutkan DBE 3!!! Perencanaan 2011, Daerah Mitra Melembagakan dan Meratakan Dampak DBE3 Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga Sumatera Utara, Drs. Jhonson Sihombing, saat mempresentasikan berbagai kemajuan pendidikan dan dampak pendampingan pro- gram DBE3 di daerahnya. Seluruh daerah mitra, 44 kabupaten/kota, berkesempatan memaparkan berbagai kemajuan dan rencana program tahun 2011 di daerahnya. RAPAT Reviu dan Perencanaan Nasional DBE 3 yang dilaksanakan di Hotel JW Marriott Surabaya pada tanggal 26—27 Januari 2010, seluruh daerah mitra DBE3 memperbarui komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya den- gan mengintegrasikan ke dalam pelaksanaan program DBE 3 sehingga program menjadi melembaga dan berdampak merata di semua SMP/MTs. Setiap perwakilan provinsi memaparkan perkembangan yang terjadi berdasarkan perencanaan tahun 2010 dan rencana tindak lanjut tahun 2011. Ada daerah mitra yang membentuk Tim Pengembang Mutu Pendidikan Kabupaten yang salah satu tugasnya adalah suksesi program DBE3. Ada yang membuat Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bupati untuk semua sekolah agar melaksanakan Pembelajaran Aktif/ CTL. Ada juga daerah yang membuat SK sebagai distrik fasilitator (DF) yang dikeluarkan langsung oleh Bupati atau dinas pendidikan atau Kemenag sehingga eksistensi DF diakui dan dihargai oleh pemerintah daerah, serta dukungan dana dari APBD untuk replikasi. Berita lengkap tentang kegiatan ini dapat dilihat pada halaman 2, 3 dan 4.

Upload: others

Post on 18-Sep-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sekolah Menerapkan Inovasi Secara Rutin ANDA dapat membaca di bagian lain tentang

beberapa sekolah yang sudah menerapkan pem-belajaran inovatif secara rutin di hampir semua kelas. Kegiatan yang tampak pada gambar adalah diskusi, kerja praktik, serta ungkapan dan penda-pat siswa dengan bahasa mereka sendiri.

Faktor yang sangat penting dalam keberlanju-tan inovasi ini adalah dorongan dan komitmen kepala sekolah. Hal ini terjadi di MTsN2 Mejobo, Kudus, Jawa Tengah (foto kanan atas) yang baru bergabung satu tahun dengan DBE3 tetapi pe-rubahan diterapkan dengan baik di semua kelas. SMPN2 Grobogan, (foto kanan bawah) yang bu-kan sekolah mitra DBE3 dan membiayai pelatihan BTL sendiri, menerapkan hal yang sama secara merata di semua kelas. Bacalah lebih lanjut pada halaman 5.

No. 9 Pebruari 2011

Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs

Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net

PELAKSANAAN program DBE3 mendapat perhatian serius dari Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Syaifullah Yusuf. Menurutnya program DBE3 sangat strategis karena memfokuskan pada pening-katan mutu di SMP/MTs. “Siswa SMP/MTs yang tengah

beranjak remaja sangat penting dipersiapkan secara matang proses pendidikannya agar mereka siap menghadapi masa depannya kelak,” papar Wagub di hadapan sekitar 350 peserta yang berasal dari unsur Bappeda, DPRD, Dinas Pen-didikan, Kementrian Agama, USAID dan Staf DBE3. Sebelumya Wagub yang akrab

dipanggil Gus Ipul itu, mengaku pernah melihat secara langsung berbagai keberhasilan yang terjadi di sekolah dalam pameran sekolah mitra DBE3 di Kediri. Dirinya terkesan dengan berbagai kemajuan yang terjadi. Menyingggung program DBE3

yang akan berakhir, dirinya berharap DBE3 bisa dilanjutkan. ”Yang namanya pembangunan selalu berkelanjutan. Presiden saja dua periode. Jadi DBE3 jangan hanya satu periode, harus dilanjutkan,” seloroh Gus Ipul yang disambut aplaus peserta.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf, saat memberi sambutan pada acara Reviu dan Rapat Perenca-naan DBE3 di Surabaya.

Wagub Jawa Timur: Lanjutkan DBE 3!!!

Perencanaan 2011, Daerah Mitra Melembagakan dan Meratakan Dampak DBE3

Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga Sumatera Utara, Drs. Jhonson Sihombing, saat mempresentasikan berbagai kemajuan pendidikan dan dampak pendampingan pro-gram DBE3 di daerahnya. Seluruh daerah mitra, 44 kabupaten/kota, berkesempatan memaparkan berbagai kemajuan dan rencana program tahun 2011 di daerahnya.

RAPAT Reviu dan Perencanaan Nasional DBE 3 yang dilaksanakan di Hotel JW Marriott Surabaya pada tanggal 26—27 Januari 2010, seluruh daerah mitra DBE3 memperbarui komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya den-gan mengintegrasikan ke dalam pelaksanaan program DBE 3 sehingga program menjadi melembaga dan berdampak merata di semua SMP/MTs. Setiap perwakilan provinsi memaparkan perkembangan yang terjadi berdasarkan perencanaan tahun 2010 dan rencana tindak lanjut tahun 2011.

Ada daerah mitra yang membentuk Tim Pengembang Mutu Pendidikan Kabupaten yang salah satu tugasnya adalah suksesi program DBE3. Ada yang membuat Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bupati untuk semua sekolah agar melaksanakan Pembelajaran Aktif/ CTL. Ada juga daerah yang membuat SK sebagai distrik fasilitator (DF) yang dikeluarkan langsung oleh Bupati atau dinas pendidikan atau Kemenag sehingga eksistensi DF diakui dan dihargai oleh pemerintah daerah, serta dukungan dana dari APBD untuk replikasi. Berita lengkap tentang kegiatan ini dapat dilihat pada halaman 2, 3 dan 4.

Berita Utama Hal 2

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Pebruari 2011

Komitmen dan Pelembagaan Jadi Kunci Sukses

Keberhasilan Peningkatan Mutu Pendidikan di 6 Provinsi Mitra DBE3:

RAPAT Reviu dan Perencanaan Nasional DBE 3 di Surabaya (26-27/1) menceritakan banyak keberhasilan yang dica-pai daerah mitra DBE3 dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Perwakilan daerah yang terdiri atas Bappeda, DPRD, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, bahkan perwakilan sekolah secara bergantian menyampai-kan kunci kesuksesannya. Di bawah, dipaparkan cerita keberhasilan Provinsi Sumatera Utara, di halaman 3 lesson learn dari 5 provinsi mitra, dan di halaman 4 cerita sukses sekolah mitra dalam pelaksanaan pendampingan DBE3.

Provinsi Sumatera Utara:

Membangun Komitmen, Melembagakan, dan Meratakan Kualitas

Dinas Pendidikan dan Kemenag Provinsi Sumatera Utara: Realisasikan Komitmen

PASCA rapat National Meeting Planning (Rapat Perencanaan Nasional/NMP) di Medan, Juni tahun 2010, para stakeholder yang terlibat telah mengimplementasikan sejumlah komitmen. Kanwil Kemenenag Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan surat yang isinya menghimbau seluruh kantor Kemenag kabupaten/kota mereplikasi modul pelatihan DBE3. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara juga mengusahakan adanya dana sebesar Rp 500.000,- untuk pengembangan program DBE3.

Di tingkat kabupaten/kota implementasi berlangsung lebih masif. Replikasi berlangsung dengan tiga bentuk pendanaan: 1) dana APBD kabupaten/kota yang diorganisir oleh dinas pendidikan; 2) dana DIPA yang diorganisasi Kemenag kabupaten/kota; dan 3) dana BOS dan SSN yang

diinisasi oleh sekolah. Selama kurun waktu Agustus – Desember 2010 stakeholder di distrik mitra DBE3 telah mengelontorkan dana Rp 429.275.000,- untuk replikasi. Dari dana sebesar itu, 1163 guru dari 161 sekolah telah dilatih. Dari total dana yang digunakan, 44% adalah inisiatif dinas pendidikan lewat APBD dan 56% dari BOS/SSN. Dinas Pendidikan Kota Sibolga: Pemerataan Kualitas Pada tahun 2010, Kota Sibolga telah memanfaatkan dana

sebesar Rp115.000.000,- untuk mereplikasi modul BTL 2 dan BTL3. Dari jumlah dana itu, 70% berasal dari APBD yang dikelola dinas pendidikan dan 30% dari inisiasi sekolah melalui dana BOS.

Dinas pendidikan merealisasikan komitmennya, karena merasakan langsung manfaat program DBE3. Program DBE3 berhasil mengubah mind set pengelola pendidikan dan memperkuat pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan. Di tahun 2011, untuk meningkatkan pemerataan kualitas, Dinas Pendidikan Kota Sibolga mengalokasikan dana Rp 185.395.300,- untuk replikasi modul DBE3. DPRD Binjai: Inisiasi Pelemba-gaan Pelembagaan menjadi inovasi yang digagas DPRD Kota Binjai. Pelembaga-an bertujuan menyebarluaskan dan menjamin praktik positif dari DBE3. Langkah menuju pelembagaan diawali

Perwakilan Provinsi Sumatera Utara: 1. Arjuli Indrawan, SE, AK (Ketua Komisi C DPRD Kota Binjai), 2. Drs. Jhonson Sihombing (Kadikjar Dinas Pendidikan Kota Sibolga), 3. Jamaluddin Purba, SE (Kabid Mapenda Islam Kantor Kementrian Agama Kota Tanjungbalai), 4. Drs. Chairul Syam (Kasi Mapenda Islam Kemenag Provinsi Sumatera Utara).

melakukan hearing (dengar pendapat) dengan semua pihak yang terlibat program DBE3, seperti kepala sekolah mitra DBE3, district facilitators (DF), dinas pendidikan, Kementrian Agama dan Bappeda. Dari hearing DPRD mendapatkan informasi lebih utuh tentang program DBE3.

Dukungan juga datang dari Kepala Dinas Pendidikan Drs. Dwi Anang Wibowo yang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang isinya mengukuh-kan DF sebagai bagian dari unsur pengembangan kualitas di Kota Binjai.

Langkah selanjutnya, DPRD mengkoordinasi pertemuan lanjutan dengan Walikota Binjai. Pertemuan itu menyosialisasikan pencapaian program DBE3, sekaligus meminta dukungan walikota dalam proses pelembagaan. Setelah itu disusunlah struktur implementasinya. Kemenag Kota Tanjung Balai: Menjamin Pemerataan

Tidak hanya sekadar menempatkan posisi sebagai penerima manfaat (benefeciary) tetapi pihak Kemenag Kota Tanjung Balai aktif melakukan inovasi agar hasil positif yang sudah dicapai terjaga.

Yang dilakukan. (1) Memfasilitasi aktifnya MGMP di tingkat kota. (2) Mendukung dan melengkapi media pembelajaran yang dibutuhkan MTs. (3) Melakukan pengawasan rutin untuk memastikan implementasi hasil pelatihan DBE3 dan keberhasilannya. (4) memberikan penghargaan (reward) bagi MTs yang konsisten menerapkan hasil pelatihan dalam pembelajaran sehari-hari ini.

Replikasi juga dilakukan di seluruh MTs, agar semua guru mendapatkan kesempatan yang sama untuk mempraktikan pembelajaran aktif.

Berita Utama Hal 3

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Pebruari 2011

Berikut adalah ringkasan catatan tim pereview berdasarkan

paparan presentasi perwakilan provinsi mitra DBE3.

Provinsi Jawa Barat

Melakukan pendekatan rayon untuk pemerataan implementasi program DBE3; Pameran karya siswa. Pertukaran guru model; Pengembangan lembar kerja oleh guru sendiri. Kerjasama dengan perusahaan dalam pendanaan pendidikan melalui program CSR; dan penerbitan SK Dinas/Bupati untuk fasilitator daerah (DF). Provinsi Jawa Timur

Pembentukan Tim Pengembang Mutu Pendidikan Kabupaten yang terdiri atas lintas lembaga; Penerbitan SK bersama dinas pendidikan dan

Pameran berbagai pencapaian program DBE3 di SMP/MTs mitra di 6 provinsi ikut menyemarakkan suasana rapat.

2 1

3

Kemenag tentang tupoksi DF sehingga DF menjalankan tugas dan fungsinya tanpa keraguan; Menambah DF Berbasis Gugus; Mainstreaming (Pengarusutamaan) – LPMP menggunakan bahan dan pendekatan DBE3 – terhindar dari dikotomi (versi pemerintah dan versi DBE3); Dukungan dana dari Dinas Pendidikan dan Kemenag Propinsi untuk replikasi sehingga semakin utuh dan ada persepsi yang sama dalam program peningkatan mutu. Provinsi Jawa Tengah

Pelatihan untuk guru non-5 mapel; Biaya partisipasi lokal untuk pengembangan program DBE3 lebih besar dari dana dari DBE3; Penambahan DF baru; DPRD menganggarkan dana untuk keberlanjutan program DBE3; Ada guru yang berkreasi dengan dana pribadi untuk keperluan pembelajaran seperti membuat film pembelajaran, buku, media sederhana dan kontekstual yang disharekan untuk para guru dan menjadi inspirasi bagi guru lain di kabupaten. Provinsi Banten

Penganggaran dana untuk replikasi

program DBE3 oleh Bappeda (khusus Cilegon); Jumlah replikasi sekolah non-mitra lebih besar dari sekolah mitra; MGMP menjadi lebih produktif; Dana untuk replikasi berasal dari perusahaan, diknas, dan kemenag; kepala sekolah menjadi motor penggerak dan motivator bagi perubahan guru secara lebih demokratis. Provinsi Sulawesi Selatan

Penerbitan SK Bupati untuk DF agar leluasa melakukan pendampingan ke sekolah; Surat edaran Bupati kepada semua SMP/MTs untuk menerapkan pembelajaran aktif dan mendiseminasi program DBE3; Penambahan DF; Monitoring bersama (DPR, Bappeda); Kunjungan silang antar kabupaten; Ada pertemuan dengan para KS untuk menindaklanjuti hasil rapat; Ada seko-lah yang menerapkan mapel berbasis laboratorium sehingga semua mapel memiliki lab (moving class); Ada dukungan dana dari setiap kabupaten untuk pengembangan program DBE3.

Narasumber provinsi mitra DBE 3: 1. Provinsi Jawa Barat: H. Eka Sanatha, SH., MM (Kepala Kemendikpora Karawang), Dra. Hj. Elok Tri Kusumaningsih, M.Pd (Kasi Kur. Dikdas Kemendik Kota Bogor). 2. Provinsi Jawa Tengah: Drs. Bambang Aryawan, (Kepala Dinas Pendidikan Purworejo), Mohammad Basuni (Ketua Komisi C DPRD Boyolali), Taufik Hidayat, S.Ag (Kepala MTsN 2 Kudus), Juli Eko Sarwono (Guru Mate-matika SMPN 19 Purworejo). 3. Provinsi Jawa Timur: Drs. Sudibyo, M.Si (Sekretaris Bappeda Kabupaten Sidoarjo), Dra. Endang Trimeidya IN, M.Si (Sekretaris Dinas Dikpora Kabupaten Tuban), Drs. Sudjarwa (Kepala Sekolah SMPN 1 Singgahan Kabupaten Tuban), Drs. Abdul Hakim (Kasi. Kuri-kulum Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur). 4. Provinsi Banten: Ir. Lia Nurlia Mahatma, M.Si (Kabid Pemerintahan dan pendidikan, Bapeda Kota Cilegon), Isomuddin, SH.,M.Pd (Kasi Mapenda Kemenag Kota Cilegon). 5. Provinsi Sulawesi Selatan: Drs. Kasniady, M.Pd (Kabid SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng), Drs. Muslimin (Kepala SMPN 1 Tellulimpoe, Sidrap).

4

5

Berita Utama Hal 4

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 08/ November 2010

Kepala Sekolah Sebagai Change Maker

Change is the only evidence of life, Muslimin, sang kepala sekolah, meyakini betul kesadaran itu penting ditanamkan dalam benak setiap guru dan staf di sekolahnya. Langkah-langkah perubahan yang dilakukan, pertama, dirinya terus-menerus meyakinkan guru bahwa pembelajaran itu berarti menumbuh-kembangkan segenap po-tensi atau kecerdasan siswa. Setiap siswa memiliki kecerdasan yang ber-beda-beda. Untuk mengembangkannya dibutuhkan cara dan proses yang tepat.

Kedua, Ia meminta guru supaya fokus pada peningkatan kriteria ketun-tasan minimal pembelajaran setiap mapel. Ini penting untuk mengukur produktivitas pengajaran guru. Namun, ia selalu menyosialisasikan ke guru agar tidak memvonis siswa bodoh karena hasil buruk tes formalnya.

Menurutnya kecerdasan tidak diba-tasi tes formal. Ia optimis kalau potensi atau kecerdasan itu selalu dinamis. Oleh karena itu, ia yakin kalau hasil UN bukanlah alat satu-satunya untuk mengukur sebuah kesuksesan pembela-jaran. Tapi, dirinya memandang pem-bekalan kecakapan hidup sangat penting, dan itu dimulai dengan men-gintegrasikannya saat pembelajaran.

Ketiga, dirinya terus berkomitmen memenuhi alat, sumber belajar dan media pembelajaran yang dibutuhkan guru dan siswa. Ketersediaan itu penting sekali untuk mendukung pem-belajaran kontekstual. Menurutnya pembelajaran kontekstual lebih tepat untuk mengembangkan kecerdasan multidimensi siswa. Pada proses pem-belajaran aktif ini pula kecakapan hidup siswa dikembangkan.

SMP Negeri 1 Tellulimpoe

Sekolah yang Menginspirasi

Drs. Muslimin Kepala SMPN 1 Tellullimpoe, Sidrap, Sulawesi

Selatan, pada acara rapat Reviu dan Perencanaan Nasional DBE di

Surabaya, berkesempatan memaparkan berbagai perubahan yang terjadi di sekolahnya dampak

dari pendampingan DBE3. Apa yang membuat sekolah ini menjadi

sekolah inspiratif?

Guru Mata Pelajaran sebagai Manager Kelas

Cara pandang sudah berubah. Semua guru berpacu meningkatkan capaian kriteria ketuntasan minimal (KKM), melaksanakan pembelajaran aktif, serta mengembangkan kecakapan hidup saat siswa belajar. Guru dan kasek sepakat memilih pendekatan pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran dikelola dengan cara berbasis laboratorium. 30 ruang belajar ditata menjadi kelas sumber belajar. Hasil karya siswa dari setiap pembela-jaran diseleksi dan dipajang secara ar-tistik. Karya siswa juga diportofoliokan dalam map plastik lalu ditata mengitari ruang segiempat kelas. Tujuannya, agar terus menerus dapat digunakan sebagai referensi dari materi yang berkaitan.

Setiap kelas berfungsi sebagai ruang pembelajaran mapel tertentu. Oleh karena itu siswa belajar secara berpin-dah (moving class). 21 rombongan be-lajar (7 rombel masing-masing kelas 7, 8, dan 9) mobile setiap usai pergantian jam pelajaran (jam ke-3 dan ke-5). Ke-Ruang belajar tersebut diserahkan pengelolaannya ke setiap guru mapel. IPA 4 kelas; IPS 4 kelas, Matematika 4 kelas; Bahasa Indonesia 4 kelas; Bahasa

Inggris 4 kelas; Agama 2 kelas; PKN 2 kelas; TIK 2 kelas; Seni Budaya 2 kelas; Penjaskes 1 kelas; dan Mulok 1 kelas.

Setiap guru mapel menjadi manager kelas. Ia bertanggungjawab memelihara keasrian, karakter, dan kekayaan kelas-nya sebagai laboratorium pembela-jaran. Rancangan kelas seperti itu, guru merasakan efektivitas pembelajaran, siswa tidak jenuh berada di kelas, dan guru termotivasi untuk berkarya. Tim Pengembang Sekolah

Tim ini terdiri atas kasek sebagai supervisor dan semua koordinator MGMP sekolah. Backup legalitasnya adalah SK Kasek. Dibentuk awal 2010 setelah semua gurunya selesai mengi-kuti pelatihan modul BTL2.

Tanggung jawabnya meliputi: (1) Merawat pelaksanaan pembelajaran aktif; (2) Menganalisis ketercapaian tingkat KKM yang ditargetkan guru setiap mapel; (3) Menganalisis alat dan sumber belajar dan media pembela-jaran yang dibutuhkan guru dan siswa; (4) Menginisiasi program peningkatan kapasitas guru; dan (5) Merumuskan Rencana Kerja Sekolah. Dampaknya, sekolah mampu membudayakan dan melestarikan pembelajaran aktif.

Di SMPN 1 Tellullimpoe, seluruh kelas berbasis laboratorium, pembelajaran kontekstual membudaya di semua mapel, pembelajaran terbiasa memanfaatkan media yang terjangkau, dan kreasi hasil karya siswa sudah memanfaatkan TIK.

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Berita Utama Hal 5

Sekolah di Grobogan Menunjukkan Keunggulan Kami sempat berkunjung ke Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dampak program DBE3 terlihat jelas

baik di MTsN Wirosari, salah satu sekolah mitra, maupun di sekolah yang melakukan replikasi dengan

biaya sendiri, SMPN 2 Grobogan.

GURU-guru di MTsN Wirosari baru selesai mendapat pelatihan BTL4. Pada gambar 1 siswa kelas 7A mengerja-kan tugas IPS tentang ‘Siklus Air’ dengan menggunakan lembar kerja (LK) (lihat gambar 2) yang dikembangkan di MGMP dalam rangka kegiatan pelatihan BTL4. LK ini juga digunakan guru di sekolah lain yang ikut kegiatan pelatihan di MGMP. Pada gambar 3 siswa kelas 7D nampak mem-buat diagram Venn dalam pelajaran matematika.

Sementara, walaupun bukan sekolah mitra, SMPN 2 Grobogan telah melatih guru dalam paket BTL dibantu DBE3 dengan menggunakan biaya sendiri. Kepala sekolah, Bpk Gati Wibowo SE, M.Pd (gambar 4) sangat berperan dalam mendorong guru untuk menerapkan hasil pelatihan di setiap mata pelajaran. Pajangan di setiap kelas menun-jukkan bahwa kegiatan yang ber-pusat pada siswa sudah menjadi kebiasaan (lihat gambar 5). Bahkan gambar 6 menunjukkan refleksi siswa yang menyatakan perasaan senang karena pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan mereka. Pada gambar 7 siswa membuat kegiatan praktis dalam IPA, mem-buat gambar yang menunjukkan gerhana matahari dan gerhana bulan.

MTsN 2 Mejobo, Kudus Harus Dikunjungi MTsN 2 Mejobo, Kudus sangat layak dikunjungi untuk menyaksikan

pelaksanaan program BTL. Kepala sekolah, Bpk M. Taufiq Hidayat, S.Ag mendorong semua guru untuk menerapkan BTL secara rutin. Di sini ada beberapa gambar yang menunjukkan keadaan di sekolahnya. 1. Siswa belajar dengan kegiatan praktis tentang hukum Mendel dalam seleksi alam dibimbing gurunya, Bpk Masrondhi, S.Pd

2. Siswa belajar IPA tentang zat aditif dalam makanan dengan memeriksa daftar zat aditif yang ditampilkan di bungkus makanan yang dibawa dari rumah.

3. Kepala sekolah, komite sekolah, dan beberapa guru berdiri di depan pajangan hasil karya siswa yang sangat membanggakan.

4. Perpustakaan sekolah diatur dengan rapih dan mudah digunakan. Apalagi pelajaran dilaksanakan secara rutin dalam perpustakaan.

1 2

3 4

7 5 6

2

1

3 4

Berita dari Provinsi Hal 6

Media Komunikasi SMP dan MTs

Edisi 09/ Februari 2011

Sumatera Utara Sekolah Gudang Prestasi SMPN 1 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumut

SMP ini dikenal sebagai sekolah gudang prestasi. Sejum-lah siswa memenangi beragam kompetisi, mulai dari olahraga, seni dan cabang ilmu pengeta-huan lainnya. Kepemimpinan Drs. Suryadi, membuat sekolah ini terus melakukan perubahan.

Setelah mendapat pelatihan BTL 2 dan BTL 3, SMPN 1 Tanjungmorawa melakukan perubahan signifikan dalam PBM. Kelas telah ditata rapi mengikuti ritme belajar berkelompok. Dinding kelas dipenuhi karya siswa dari ragam mata pelajaran. Lingkungan sekolah yang luas dan kaya pepohonan dan di-manfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Perubahan dalam PBM mendapat respon positif dari siswa. Contextual Teaching and Learning (CTL) membuat siswa merasa lebih nyaman dan gembira. Lantas apa kata para jawara sekolah tentang CTL yang menggeliat di sekolah mereka? Berikut petikannya.

Saya suka belajar yang sekarang. Misalnya mata pelajaran Biologi soal reproduksi. Kami belajar pakai organ tubuh. Itu lebih mudah dan mengasikkan.

Kami selalu mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Sering presentasi membuat saya lebih mudah bicara dan se-makin percaya diri.

Posisi duduk berkelompok membuat kami mu-dah berdiskusi. Kami bisa berbagi pengetahuan satu dengan yang lain.

Yayang Haslika Dasopang, IX-1, Juara 2 Siswa Berprestasi Kab. Deli Serdang 2009

Angga Wiranda, IX-3, Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Sumatera Utara. 2010.

Bunga Nauli Sa’aba, IX-2, Juara 2 Lomba Karya Tulis Tingkat Provinsi Sumatera Utara 2010.

Sekarang kami lebih bebas berinteraksi dengan teman. Dulu tidak seperti itu.

Sri Fauziah Nur, IX-1, Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Sumatera Utara 2009.

Ajie Herlangga dan Dina Maulida S, siswa kelas VIII-4, mempraktikkan prin-sip kerja tekanan dengan menggunakan alat bantu. Metode ini membuat pembe-lajaran IPA lebih mudah dipahami.

Suasana PBM di SMPN 1 Tanjung Morawa, Deli Serdang.

Siswa memanfaat-kan lingku-

ngan sekolah untuk mela-kukan proses belajar men-gajar (PBM)

Sekolah menyediakan sarana air dan tempat cuci tangan, melatih siswa menjaga kebersihan.

Dua siswi kelas VIII-3 menggunakan alat bantu untuk melakukan uji coba terhadap berat benda dalam mata pelajaran IPA.

Hal 7 Berita dari Provinsi

Edisi 09/ Februari 2011

PAGI itu, Ibu Sulilawaty S.Pd, guru Bahasa Inggris SMPN 5 Tarutung yang juga DF DBE3 mengampu text procedure sebagai kompetensi dasar yang ia ajarkan. Ibu Susi tidak cuma peduli soal kecantikan, tapi ia juga tidak mau mengajar tanpa inovasi. Text procedure yang lazim diajarkan dengan cara ceramah, ia modifikasi menjadi aktivitas yang menyenangkan. Ia mengajar text proce-dure dengan membuat layang-layang. Ruang kelas yang ia ampuh mirip ruang

keterampilan. Ada kertas berwarna, benang nilon, batang bambu, lem kanji, gunting, pisau. Semua itu adalah bahan un-tuk membuat layang-layang. ”Siswa diminta membawanya dari rumah,” terang Ibu Susi. Ibu Susi membuka pembelajaran dengan

menulis target pembelajaran hari itu. Tidak lupa ia memotivasi siswanya supaya mam-pu mengerjakan semua tugas dengan baik. Selesai memotivasi, Ibu Susi menempel-

kan kertas besar. Di kertas itu Ibu Susi menuliskan sejumlah kata-kata. Ada kata frame, share blade, bamboo stick dan lain-nya. Kata-kata yang ada maknanya ber-hubungan dengan pembuatan layang-layang.” Itu adalah kata-kata yang menjadi target pembelajaran,” kata Ibu Susi. Ibu Susi mengajak siswa mengucapkan

kata-kata itu satu-persatu. Ia memastikan siswa mengucapkan dengan benar. Selan-jutnya, ibu Susi memberikan lembaran kerja (LK) yang pertama. LK itu terdiri atas kata-kata berbahasa Inggris dan Indo-nesia. Siswa diminta menjodohkan kata-kata itu. Misalnya cross harus dijodokan dengan kata salib. Penjodohan didasarkan pada arti dari kata. ”Penjodohan dimaksud-kan agar anak familiar dengan kata-kata itu dan tahu artinya,” terang Ibu Susi lebih lanjut. Proses penjodohan berlangsung

menarik. Mereka ingin secepat mungkin menyelesaikan LK 1. Proses penjodohan dilakukan secara berpasangan. Ibu Susi mengecek kebenaran kata-kata yang di-jodohkan. Ia meminta hasil kerja siswa diperiksa oleh siswa yang lain. Riak riuh meledak. Ternyata ada siswa yang keliru menjodohkan kata-kata itu. Kesilapan itu akhirnya menghasilkan tawa riang. Selesai dengan LK 1, Ibu Susi melanjut-

kan pembelajaran dengan LK 2. Kali ini Ibu Susi memberikan kata-kata acak yang

membentuk satu kalimat. Misalnya: let-me-you-how to – make –show – a kite. Siswa diminta untuk menyusun kata acak itu men-jadi kalimat yang utuh. Ada delapan baris kata acak yang harus dijadikan menjadi dela-pan kalimat. ”Delapan kalimat itu adalah tahapan membuat layang-layang. Kata-kata yang ada dalam setiap kalimat adalah kata yang ada pada LK 1,” imbuh Ibu Susi. Menurut Ibu Susi, LK 1 membantu siswa

mengenali kata-kata yang akrab digunakan dalam pembuatan layang-layang. Proses pengenalan ini membantu siswa mengetahui arti kata dan kegunaanya. Sedangkan LK 2 membantu siswa mengetahui tahapan pem-buatan layang-layang. ”Jika mereka sudah tahu tahapan pembuatannya, maka mereka akan bisa membuatnya,” terang Ibu Susi. Proses pengerjaan LK 2 dilakukan secara

berkelompok. Siswa diminta menuliskan ulang kalimat yang benar dalam kertas be-sar. Setelah itu hasil kerja mereka ditempel-kan di dinding dan dikoreksi bersama-sama. Ibu Susi memandu penyusunan kalimat itu. Riuh kembali membahana. Ternyata siswa

masih keliru menyusun kalimat. Hanya ada dua kelompok yang berhasil menyusun de-lapan kalimat itu dengan baik. Selesai den-gan urutan kalimat, ibu Susi memberi LK3, siswa diminta mengurutkan tahapan mem-buat layang-layang. Tahapan ini dikerjakan secara berkelompok. Siswa lebih mengerja-kannya, karena mereka sudah mengetahui arti dari setiap kalimat. Setelah yakin dengan tahapannya, siswa

segera bekerja membuat layang-layang. Setelah itu, salah satu utusan kelompok diminta mempresentasikan kerja kelompok. Utusan itu membawa serta layang-layang yang dibuat. Ia menjelaskan tahap demi tahap pembuatannya. Tepuk tangan pecah seketika. Senyum dan tawa muncul se-antero kelas. Siswa menunjukkan dengan bangga layang-layangnya. Bel tanda jam pela-jaran berbunyi. Siswa kembali riuh. Mereka tak sabar bermain di lapangan.

Foto (atas - bawah): Siswa mengerja-kan LK 1; Ibu Susi menunjukan kerangka layangan; siswa membuat layang-layang; siswa menunjukkan hasil kerja kelompok-nya; seluruh siswa memamerkan layang-layang hasil pembelajaran; Ibu Susi ber-sama kepala sekolah dan rekan guru.

Layang-layang di Text Procedure POLTAK SIMAMORA , siswa kelas IX, girang tak terkira. Ia tidak percaya mampu membuat layang-layang sambil belajar bahasa Inggris.

Berita dari Provinsi Hal 8

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

MEMOSA PUDICA pasti terdengar asing di telinga. Karena Memosa Pudica lebih akrab dikenal sebagai Putri Malu. Tanaman berduri ini mudah ditemui di antara semak belukar. Putri Malu sepertinya bahagia bersembunyi di antara rimbunan ilalang. Ibu Znaidah Harahap, S.Pd guru IPA

SMPN 1 Angkola Barat, Tapanuli Selatan, khatam soal habitat Si Putri Malu. Itu sebabnya Ibu Znaidah mengerahkan Isba dan kawannya di kelas VIII mencecar Memosa Pudica di habitat aslinya. Isba pun sigap mengarungi semak belukar demi menemukan Putri Malu. Bukan tanpa alasan Ibu Znaidah

menugaskan Isba berhadapan dengan gatal-gatal sengatan ilalang. Ibu Znaidah ingin Isba melihat gerak nasti dalam tumbuhan. Gerakan ini adalah bagian dari KD mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan. Isba tidak modal kosong berkutat di

antara ilalang. Ibu Znaidah terlebih dahulu membekali Isba dengan sejumlah peralatan dan pertanyaan. Isba membawa jam tangan dan pulpen sebagai alat ujicoba. Isba diminta menggunakan pulpen untuk menyentuh si putri malu pada daun, tangkai, dan batang. Jam digunakan untuk mengukur reaksi putri malu setelah sentuhan itu. Tidak cuma Isba yang serius melacak

Si Putri Malu. Emil Iswandi juga tidak kalah gesit. Bersama tujuh rekannya di kelompok satu, Emil melalukan serangkaian ujicoba. Di akhir ujicoba Emil mengajukan tiga kesimpulan. Pertama, daun Putri Malu akan menguncup jika disentuh tepat pada daunnya. Kedua, tangkai daun akan layu jika disentuh. Ketiga, batang kayu akan lemas jika disentuh tepat pada bagian itu. ”Setelah sepuluh menit pasca sentuhan, Putri Malu akan

kembali seperti awalnya. Daun yang kuncup mengembang, tangkai yang layu akan segar kembali. Batang yang lemas akan kembali kuat seperti sedia kala,” tulis Emil. Proses ujicoba ini membuat Isba dan

Emil memahami gerak nasti. Dengan percaya diri, Emil mendefenisikan gerak nasti sebagai gerak bagian tumbuhan yang arahnya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Walau rasa gatal dikulit cukup

mengangu, tapi Isba, Emil dan kawan-kawan tetap gembira. “Sekarang kami tahu apa itu gerak nasti,” tulis mereka dalam jurnal refleksi.

Mengintip Gerak Nasti

Isba Fitri mengendus di antara semak belukar. Ia jongkok sehingga luput dari pandangan mata. Isba tidak bermaksud menyembunyikan diri di jam pembelajaran. Ia sedang mengamati gerak nasti pada tanaman memosa pudica.

CIKA, siswa kelas VII-2, diserahi tugas Magatur Boru Marpaung, S.Pd guru IPA SMPN 4 Tebing Tinggi, untuk menanam kecambah. Selama tujuh hari, Cika diminta merawat kecambah itu baik-baik. Ia dan kawan sekelompoknya harus menyiram dan memastikan si kecambah panjang umur sampai hari ke tujuh. Cara Cika bercocok tanam terbilang

unik. Ia tidak menanam kecambah di dalam tanah. Lahan yang ia gunakan hanya kardus mie instant yang sudah

kosong. Peralatan yang disedikan juga unik, yaitu piring kecil, kapas, 5 butir kacang hijau, kertas karbon, dan pisau. Usaha pertanian Cika pun dimulai. Ia

meletakkan kapas di atas piring kecil. Di atas kapas itu, Cika meletakkan lima butir kacang hijau. Setelah itu piring diletakkan tepat di dalam kardus. Setelah piring berada di dalam, Cika

menutup kardus. Dua sisi kardus yang rentan disusupi cahaya, Ia tutup dengan kertas karbon. Cika mengakhiri kerja keras hari itu dengan membuat lubang berdiameter tiga centimeter. Lubang itu berada di punggung kardus. Kardus diletakkan pada ruang yang

gelap. Tanaman Cikapun siap tumbuh. Tujuh hari Cika rutin mengunjungi tanamannya. Setiap hari Ia meneteskan air secukupnya . Cika bakal tidak terima jika tanamannya mati

“kehausan”. Ketika hari ketujuh tiba, hati Cika berbunga-bunga. Dari sela-sela lubang kardus, Ia melihat tanaman berbatang putih dan berdaun hijau menjulur. Cika kenal betul tanaman itu. Ia menyebutnya kecambah. Kecambah itu tumbuh ke arah sinar datang. Kecambah rupanya membantu Cika

mengenali gerak tanaman. Gerakan ini dikenal sebagai Gerak Fototropisme. Gerak yang dilakukan tumbuhan menuju arah sinar yang datang. Gerak ini terangkum dalam KD mengindenti-fikasi macam-macam gerak pada tumbuhan hijau. Akhirnya Cika tersenyum lebar. Ia

mampu mengindentifikasi Gerak Fototropisme. Lewat lahan seluas kardus mie instant, Ia menemukan jawaban mengapa kecambahnya tumbuh dari sela lubang.

Gerak Fototropisme dalam Sepotong Kardus

Cika Feby Valentine punya tugas baru. Ia diminta bercocok tanam. Tapi

lahan yang disediakan hanya kardus mie instant.

Para siswa tampak serius dan asyik mengamati gerak pada tumbuhan putri malu.

Kardus bekas yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPA.

Berita dari Provinsi Hal 9

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Jawa Barat-Banten

IBU NURLAELATI, guru IPA SMPN 2

Rangkasbitung, melibatkan rokok untuk

pembelajaran SK nomor 4 (Memahami

kegunaan bahan kimia dalam kehidupan) dengan

KD nomor 4.4 (Mendiskripsikan sifat/pengaruh

zat adiktif dan psikotropika) dan 4.5

(Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan

psikotropika).

Ia membagikan rokok, puntung rokok, dan

bungkus rokok bekas. Siswa diminta untuk

membaca peringatan yang terdapat pada

bungkus rokok. Siswa membandingkan warna

filter pada puntung rokok dengan rokok.

Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran,

ia mengelompokkan siswa terdiri atas 4-5

siswa dengan kemampuan heterogen. Ia

membagikan sumber belajar dan LK dan siswa

berdiskusi sesuai dengan LK.

Pada diskusi kelas, ia mengundi anggota

kelompok yang akan menjawab pertanyaan

dalam LK. Kelompok lain menanggapi jawaban

yang disampaikan oleh salah satu anggota

kelompok itu. Ia memberi penghargaan kepada

kelompok yang memperoleh skor terbesar.

Kelompok lalu membuat poster tentang

ajakan untuk tidak merokok. Setiap

kelompok memajang posternya masing-

masing. Setiap kelompok mengunjungi hasil

poster kelompok yang lain dan memberikan

komentar.

Ia akhirnya membimbing siswa

merangkum pelajaran. Ia juga tak lupa

memberikan tugas.

Lembar Kerja

SI ASAP BERACUN

1. Perhatikanlah gambar di atas! 2. Zat apa saja yang terdapat pada rokok? 3. Penyakit apa yang ditimbulkan oleh zat yang terdapat dalam

rokok? Diskusikan dengan temanmu! 4. Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil dari gambar di atas? 5. Buatlah poster tentang ajakan untuk tidak merokok!

Bila Puntung Rokok jadi Media Belajar

Berita dari Provinsi Hal 10

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Siswa Menikmati Asyiknya Belajar

Membuat Herbarium

Yusep Ichsan SMPN 1 Samarang, Garut

KOMPETENSI Dasar 6.2. (Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki) memang menarik dan menantang. Tujuan KD ini adalah untuk mengenal dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan. Setelah menelaah KD ini, saya memilih tanaman semak dan rumput sebagai bahan utama, dengan media bambu, kertas koran, tali rapia, benang kenur, plester, kertas manila, dan air (lihat diagram media).

Dalam proses belajar, siswa menempuh langkah-langkah berikut: 1. Membuat dua buah sasak bambu untuk

alas dan penutup (Gambar 1); 2. Membuat etiket gantung dari kertas

manila (yang cukup untuk tulisan nomor koleksi, nama tanaman, dan tanggal pengambilan tanaman) yang dilubangi di sudut kiri atas;

3. Memilih tanaman yang bagus dan mempunyai bagian tanaman yang lengkap (Gambar 2);

4. Mencabut tanaman secara hati-hati agar bagian tanaman khususnya akar tidak rusak lalu mencatat nama dan tempat pengambilan tanaman tersebut (Gambar 3);

5. Mencuci tanaman hingga bersih dan dikeringkan beberapa saat (Gambar 4);

6. Menuliskan nama tanaman pada etiket gantung kemudian menempelkannya pada tanaman diikat dengan kenur (Gambar 6);

7. Mengamati dan mencatat ciri-ciri tumbuhan tersebut (Gambar 5); 8. Menata tanaman di atas sasak yang dilapisi koran sebagai pembatas antara

tanaman satu dengan lainnya (Gambar 5); 9. Setelah tanaman tertata rapih, siswa menutupnya dengan sasak kedua kemudian

diikat dengan tali rapia (Gambar 7); 10. Setelah tanaman kering, siswa menempelkan tanaman itu di atas kertas manila

dengan bantuan plester bening (Gambar 8); 11. Siswa menyimpan tanaman di tempat yang tidak terkena matahari langsung

(Gambar 9); 12. Siswa menambahkan keterangan mengenai tanaman pada kertas manila yang

ditulis dengan etiket tempel (Gambar 9); 13. Apabila ada biji atau bagian tanaman yang rontok diletakkan di dalam amplop

lalu ditempelkan dekat tanaman tersebut;

Diagram Media

Membuat sasak membuat etiket gantung

memilih tanaman mencabut tanaman

mencuci dan mengeringkan

menuliskan nama tanaman pada etiket

menata tanaman pada sasak yang dilapisi

koran mengikat dengan tali

menyimpan di tempat yang tidak terkena

sinar matahari langsung menempel

tanaman yang sudah kering dengan plester.

1 2

3 4

6 5

7 8

9

Berita dari Provinsi Hal 11

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Euis Nurasiah Jamil MTs Jam’iyatul Aulad Sukabumi

Belajar Bahasa Arab Interaktif Lebih Efektif

CARA belajar siswa aktif dan interaktif ternyata sangat efektif untuk pembelajaran Bahasa Arab. Siswa tampak sangat menikmati dan menunjukkan kemajuan berarti

dalam penguasaan Bahasa Arab. Gambar-gambar ini menggambarkan proses pembelajaran Bahasa Arab Kelas IX/1 dengan SK “Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan tentang ت د��������“ dan KD “Menemukan informasi umum dan atau rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana dengan menggunakan ض�� ��, atau lam naïf dan la nahiyah dan struktur kalimat.

Selama proses belajar, para siswa terlibat aktif dalam kegiatan kerja kelompok, diskusi, kunjung-karya dan belanja antarkelompok. Kegiatan intinya meliputi: 1. Siswa beradu cepat memasangkan kalimat acak tentang �ت د������� sehingga merangkai suatu wacana;

2. Siswa membaca, memahami, dan menemukan informasi dari bahan bacaan tentang ت د��������;

3. Siswa saling menilai hasil pemasangan berdasarkan apa yang telah dibaca tentang ت د��������;

4. Siswa berdiskusi kelas tentang hal-hal yang tidak tuntas dalam diskusi kelompok (guru juga terlibat sebagai anggota aktif dalam diskusi;

5. Guru memberikan penguatan mengenai apa yang telah dipahami dan disimpulkan oleh para siswa. Setelah selesai belajar,

guru memberikan penilaian lisan dan menghargai kelom-pok terbaik. Sebelum menga-khiri pembelajaran, guru mem-beri tugas pengayaan yang da-pat dikerjakan siswa di rumah. masing-masing.

Berita dari Provinsi Hal 12

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

PEMBELAJARAN kooperatif menjadi alternatif bagi guru untuk men-ciptakan pembelajaran PAKEM. Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa kendala yang dihadapi guru. Kendala tersebut antara lain: 1. Tidak semua siswa aktif dalam

kegiatan kelompok, meskipun mereka duduk dalam satu kelom-pok.

2. Belum terjadi learning process dalam kegiatan kelompok. Salah satu cara untuk mengatasi hal

tersebut, Supartinah,S.Pd guru Bahasa Inggris SMP 1 Karanganyar untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya untuk Speaking, lebih spesifik lagi untuk penggunaan ungkapan ASKING AND

SIMULATION: Atasi Siswa yang Pasif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Jawa Tengah

GIVING INFORMATION adalah dengan menggunakan SIMULATION dengan media SIMULATION BOARD. Media ini dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahan yang dibutuhkan semua terdiri dari bahan bekas, antara lain: 1. Papan Simulasi (Simulation Board)

terbuat dari kardus bekas, ukuran kira kira 30 x 30 cm, dibungkus kertas bekas kalender. Papan Simu-lasi ditempeli dengan tema yang digunakan pada kegiatan Speaking

2. Kartu yang terbuat dari kertas buf-falo, berisi daftar pertanyaan.

3. Dadu (Dice) yang terbuat dari karet penghapus bekas.

4. Kancing baju bekas bermacam warna sebagai TOKEN (gacuk)

Cara penggunaan media tersebut tidak terlalu sulit, yaitu: 1. Membagikan papan simulasi dan

perlengkapannya (kartu pertanyaan, dadu, dan kancing baju)

2. Menentukan pemain pertama. 3. Pemain pertama melempar dadu. 4. Sesuai dengan dadu tersebut, siswa

melangkahkan TOKEN nya pada kotak topik, menutup kartu pertan-yaan. Siswa lain secara bergantian memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut. Siswa tersebut menjawab pertanyaan.

5. Setelah pemain pertama selesai, dilanjutkan dengan pemain kedua, ketiga, dan seterusnya.

6. Demikian seterusnya, sampai waktu yang dikehendaki habis. Sebagai variasi permainan, selain

kotak topik diberikan tanda tanya, maksudnya, ketika siswa mendapatkan kotak tanda tanya, siswa lain memin-tanya untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan IMPERATIVE SENTENCE, karena pada sebelumnya siswa sudah mengenal imperative Sentence. Selain mengatasi masalah ketidak- aktifan semua siswa dalam pembela-jaran, Simulation Board ini juga men-jawab pertanyaan guru untuk mencip-takan media pembelajaran yang seder-hana dan murah namun bermanfaat

efektif.

SEKITAR 1,5 tahun bermitra dengan DBE3, MTS NU Hasyim Asyari 03 Kabupaten Kudus telah mengalami pe-rubahan yang signifikan dalam proses pembelajaran. ‘’Program DBE 3 memberikan banyak inspirasi di bidang pengelolaan manajemen madrasah dan metode pembela-jaran,” tutur Dra. Sri Khayatun Kepala MTs NU Hasyim Asyari 03. Suasana dalam kelas sudah mencerminkan pem-belajaran yang menyenangkan. Hal ini bisa dilihat dari penga-

Melanggengkan Perubahan yang Telah Dicapai Madrasah

Perubahan masih terus terpelihara di MTs NU Hasyim Asyari 03. Siswa aktif melakukan kerja kelompok dan berdiskusi untuk meme-cahkan masalah.

turan tempat duduk yang sesuai dengan metode Cooperative Learning. Untuk mengapresiasi karya anak dalam proses pembelajaran, di setiap kelas tersedia papan pajangan. Sejak bergabung dengan DBE 3 banyak perubahan telah dilakukan di sekolah ini. Dalam pembelajaran di kelas, siswa diajak untuk aktif mengemukakan pendapat dan bekerja bersama. Guru pun sekarang semakin tertantang dengan adanya ber-bagai ide dan pendapat siswa.

“Sebagai Kepala Madrasah langkah pertama yang saya lakukan untuk memajukan kualitas pembelajaran adalah de-ngan mengoptimalkan lab komputer dan perpustakaan yang ada. Setelah itu, kami melakukan replikasi modul BTL2 untuk seluruh guru non lima mata pelajaran. Tujuan kami adalah untuk melanggengkan perubahan yang telah terjadi di MTS NU Hasyim Asyari 03,” kata Bu Khayatun.

Sudah tentu perubahan ini tidak lepas dari kerja keras warga madrasah, mulai dari komite madrasah, kepala ma-drasah, guru, karyawan dan siswa. “Jadi, terima kasih untuk semua yang telah menjadikan madrasah ini lebih baik dan solid,” tutur Bu khayatun.

Guru aktif mendampingi dalam kegiatan simulasi (atas). Media simulation board (kanan).

Berita dari Provinsi Hal 13

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Untuk lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan kon-sep massa jenis, maka kelas dibagi ke dalam enam kelompok dan masing-masing kelompok dipandu dengan Lembar Kerja Siswa tentang urutan dan langkah menentukan massa jenis suatu zat. Bahan-bahan yang digunakan telah disediakan siswa dari rumah. Setiap kelompok mendapatkan tugas menentu-kan massa jenis dua benda. Satu benda memiliki bentuk tera-tur dan satu benda memiliki bentuk tidak teratur. Benda yang bentuknya teratur terdiri atas beberapa jenis, yaitu ba-lok besi dari potongan magnet, kubus dan balok dari keju. Sedangkan benda yang bentuknya tidak teratur terdiri kerikil, minyak goreng, dan air. Kegiatan praktikum berjalan dengan lancar. Setiap siswa bekerja sesuai tugas masing-masing. Ada yang menimbang, mengukur volume, dan menghitung massa jenis dengan membagi massa dan volume, serta ada yang mencatat data hasil percobaan untuk dibuat laporan. Pak Broto berkeliling di setiap kelompok untuk berdiskusi den-gan siswa atas kegiatan yang dilakukan. Begitu asyiknya siswa bekerja sampai waktu pun berjalan begitu cepat. Akhirnya, tibalah giliran siswa untuk mempresentasikan hasil perco-baan mereka Dari hasil presentasi setiap kelompok dapat diperoleh

beberapa data: (A) Benda atau zat yang sama meskipun ben-tuk dan ukuran yang berbeda memiliki massa jenis yang sama. (B) Benda atau zat yang berlainan jenis memiliki massa jenis yang berbeda. Dan dari data tersebut didapatkan kesim-pulan bahwa satu benda dengan benda yang lain dapat dibe-dakan dengan mengetahui massa jenis masing-masing zat. Siswa mengetahui ternyata ketika minyak dan air dicampur minyak berada di atas karena adanya perbedaan massa jenis. Berdasarkan pemahaman itulah siswa mengetahui mengapa kapal dapat terapung dalam air Tepuk tangan menggema di kelas sebagai penghargaan

pada kelompok terbaik dalam melaksanakan percobaan, hasil, dan presentasi. Bel panjang terdengar sebagai tanda waktu habis. Pak Broto tak lupa menutup pelajaran “ Ok Class, time is up. Thanks' for your attention. See you next time and Assala-mu’alaikum Wr.Wb”.

BANYAK keajaiban di alam memunculkan pertanyaan, “Mengapa hal tersebut bisa terjadi?” Beberapa di antara per-tanyaan tersebut adalah: (1). Mengapa minyak dan air tidak dapat bercampur. (2). Apa yang menyebabkan perahu yang besar dan berisi muatan sangat banyak dapat terapung di dalam air? Jawaban atas dua pertanyaan di atas dapat diguna-kan untuk membuka pemikiran anak konsep massa jenis suatu zat. Demikian ungkap Subroto, S.Pd, M.Pd, guru IPA Fisika SMPN 1 Jatinom Klaten, ketika melakukan real teaching di MTs N Klaten bersama Pak Nurhadi guru IPA SMP 1 Ta-hunan Jepara.

Dengan penuh semangat Pak Broto siap memulai pelajaran hari itu. Membuka pelajaran tak lupa ia mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Good Morning Class. How are you today? Anyone absent today?“ Kemudian 2 gelas ukur yang masing-masing berisi air dan minyak diperlihatkan kepada siswa. “Apa yang akan terjadi jika minyak dan air ini kita jadi-kan satu wadah?” Jawaban pun spontan terlempar dari be-berapa siswa meskipun belum betul semuanya. “Tahukah kamu mengapa kapal yang berisi banyak muatan dapat tera-

Keju pun Dapat Dibuat Balok dan Kubus untuk Memahamkan Konsep Massa Jenis

Siswa bekerjasama menyiapkan bahan-bahan praktik mata pelajaran IPA. Tampak pada gambar mereka sedang mengukur volume air

Pak Broto men-dampingi kelom-pok sedang mela-kukan pengamatan mengapa ketika air dan minyak dicam-pur minyak akan berada di atas

Siswa sedang menimbang keju yang akan digunakan untuk menentukan massa jenis dengan bentuk teratur

Berita dari Provinsi Hal 14

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

MTs NU Al Hidayah merupakan salah satu madrasah mitra lama DBE3 di Kabupaten Kudus. Sekolah ini terletak di desa Getas Srabi sekitar 10 KM dari kota Kudus. Mulai ber-gabung sejak tahun 2006 sampai sekarang, madrasah ini su-dah menerapkan pembelajaran bermakna secara menyeluruh. Hal ini bisa dilihat dari pengaturan tempat duduk sampai dengan papan pajangan yang semarak dengan hasil karya siswa. Selain itu madrasah ini juga dilengkapi dengan labora-torium bahasa, IPA, Komputer, dan Agama.

Noor Azis, S.Ag, Kepala MTs NU Al Hidayah menyadari betul bahwa perubahan dalam pembelajaran yang telah dica-pai oleh madrasah tidak akan langgeng apabila tidak ada upaya untuk membudayakannya. Pak Noor begitu beliau bi-asa disapa, menuturkan bahwa madrasah telah berupaya un-tuk mengembangkan program-program yang mendukung guru dalam melakukan pengembangan dan perubahan di ke-las dengan menganggarkannya di RKAM .

Dalam penyusunan RKAM, madrasah melibatkan kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum, ke-siswaan dan sarpras, guru, serta komite sekolah. Seluruh RKAM disusun berdasarkan analisis kebutuhan yang diusul-kan oleh guru. Sebagai contoh, usulan untuk melakukan replikasi BTL2 bagi guru non 5 mata pelajaran utama lang-sung dianggarkan dan telah dilaksanakan pada bulan Oktober

2010. Upaya ini dilakukan agar kegiatan belajar semakin baik. Program-program yang telah dianggarkan dalam rangka

mendukung keberhasilan pembelajaran antara lain: pembuat-an dan pelatihan pembuatan media; penyediaan papan pajang-an di tiap kelas; penyediaan ATK untuk pembelajaran; penyediaan fasilitas jaringan internet; penambahan buku un-tuk perpustakaan; penyediaan fasilitas kepada guru untuk mengikuti kegiatan MGMP di tingkat kabupaten, KKMTs, dan LP Ma’arif; pembiayaan untuk ekstrakurikuler; replikasi pe-latihan BTL2 untuk non-5 mata pelajaran dan ICT.

Persentase dana yang dianggarkan untuk mendukung pengembangan pembelajaran aktif mencapai 15% dari seluruh anggaran. Sebagai sekolah swasta yang guru dan karyawannya bukan PNS (Pegawai Negeri Sipil), madrasah ini mengalokasi-kan 85% anggarannya untuk membayar pegawai dan menutup biaya operasional. Sumber dana dalam RKAM adalah BOM. Madrasah tidak menarik lagi dana dari masyarakat, karena mayoritas masyarakat Getas Srabi adalah buruh pabrik yang berpenghasilan rendah.

Hal nyata yang terjadi sebagai dampak dari dukungan terhadap pembelajaran aktif adalah peningkatan jumlah siswa di MTs NU Al Hidayah. Setiap tahun rata-rata kenaikan jum-lah siswa mencapai 30 orang. Ini adalah bukti bahwa keper-cayaan masyarakat terhadap madrasah meningkat.

MTs NU Al-Hidayah Kudus Menyongsong Perubahan sebagai Budaya

1. Para siswa memanfaatkan hasil karya yang dipajangkan sebagai sumber belajar. Karya-karya ini bisa dilihat di tiap kelas.

2. Media pembelajaran di madrasah dihasilkan oleh guru-guru dan didukung pembiayaanya oleh madrasah

3. Ladang dan hutan yang ada di sekitar MTs NU Al Hidayah digunakan sebagai tempat pembelajaran

1 3 2

KABUPATEN pengembangan (extension districts) Purworejo, Karan-ganyar, Boyolali, Kudus dan Grobogan sebenarnya telah mempunyai 15 Fasili-tator Daerah. Banyaknya SMP/MTs non mitra yang tertarik untuk mereplikasi program DBE3, dan kuat-nya komitmen Pemerintah Daerah (Dinas Pendidikan, DPRD, Bappeda, Kankemenag) dari lima kabupaten tersebut untuk melanjutkan dan mengembangkan program DBE3, maka

Perekrutan DF Baru Wujud Komitmen Daerah

penambahan DF perlu dilakukan. Untuk itu Dinas Pendidikan dan

Kantor Kemenag masing-masing kabu-paten, dengan dibantu staf DBE3, telah menambah sekitar 10—15 orang DF melalui serangkaian kegiatan perekru-tan seperti seleksi administrasi dan wawancara. DF baru yang terpilih ini, sebelumnya telah mendapatkan pelati-han BTL (Better Teaching and Learning) 2 dan 3. Direncanakan program pengembangan ini mulai berjalan pada

tahun 2011-2012 dan dibiayai melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Para DF baru ini telah mendapat-kan pelatihan Menjadi Fasilitator Yang Efektif (Becoming an Effective Facilitator) di bulan Oktober dan Novem-ber 2010. Pelatihan ini digelar untuk melatih para guru dari lima mapel (Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS).

Hal 15 Berita dari Provinsi

Jawa Timur

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

“MENGIKUTI pelatihan DBE3 merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya,” tukas Endrawati, S.Pd, Guru IPA SMPN 1 Beji Pasuruan. Menurutnya, pelatihan DBE3 menjadi spirit dalam kegiatan pembelajaran IPA di sekolahnya. Perubahan yang tampak diantaranya dalam membuat RPP telah memuat 4 aspek antara lain 1) Kooperatif, 2) Problem Solving, 3) Pertanyaan tingkat tinggi, dan 4) Karya Siswa. Salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa adalah

materi Pembiasan Cahaya. Seringkali siswa mengalami kesuli-tan dalam membayangkan pembelokan cahaya yang terjadi. Akibatnya motivasi siswa dalam pembelajaran menurun. Ber-dasarkan pengalaman mengikuti pelatihan DBE3, saya menco-ba untuk berinovasi dengan membuat media pembelajaran sederhana yaitu lensa cairan. Lensa merupakan salah satu peralatan yang digunakan un-

tuk membantu dalam pembelajaran materi Pembiasan Cahaya. Penggunaan lensa dalam pembelajaran memiliki kelemahan yaitu sulit didapat dan harganya yang tidak terjangkau. Oleh karena itu, saya menggunakan bola lampu sebagai pengganti-nya karena bola lampu mudah didapat. Supaya bola lampu dapat berfungsi sebagai lensa maka pada bola lampu dimasuk-kan beberapa cairan misalnya air, larutan garam dan minyak goreng (RPP dan Lembar Kerja terlampir).Media pembela-jaran lensa cairan ini telah saya uji pada siswa kelas VIII-C di SMP Negeri 1 Beji (Gambar kegiatan terlampir). Hasil yang diperoleh sangat memuaskan yaitu dapat menumbuhkan ker-jasama, kreativitas dan menggali potensi siswa dalam mema-hami pembiasan cahaya yang kontekstual dan menyenangkan.

Percobaan Cahaya dengan Lensa Cairan

Keterangan Gambar Gambar 1: Siswa melakukan pengamatan secara kelompok dengan alat peraga sederhana buatan mereka. Gambar 2: Salah seorang siswa melakukan presentasi mengenai hasil kerja kelompoknya.

2

STUDY VISIT

Saling Berbagi demi Terciptanya Pembelajaran Bermakna

Salah seorang peserta study visit dari Kota Surabaya sedang mengamati proses pembelajaran aktif di MTsN Rengel Kabupaten Tuban dan berdialog dengan siswa di kelas.

UNTUK mempercepat penyebaran praktik pembelajaran yang baik dan berujung pada perubahan diperlukan banyak cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan me-ngadakan study visit ke sekolah yang telah berubah. Dengan pola saling berkunjung seperti ini diharapkan pelaku pendidi-kan mendapatkan banyak masukan dan manfaat. Berpijak dari pemahaman tersebut, DBE3 Jawa Timur

memfasilitasi kegiatan study visit yang dilakukan oleh mitra DBE3 Jawa Timur di kabupaten inti ke kabupaten pemantapan. Pada kegiatan study visit ini, empat kabupaten inti (Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kota Surabaya dan Kota Mojokerto) berkunjung ke sekolah mitra DBE3 Jawa Timur di kabupaten pemantapan. Sekolah mitra yang dikunjungi tersebut terletak di Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Sidoarjo. Selain mengamati proses pembelajaran yang dilakukan di

sekolah-sekolah tersebut, rombongan juga melakukan dialog interaktif dengan pihak pengelola sekolah. Dalam sesi dialog interaktif ini pihak yang mengunjungi maupun yang dikunjungi saling memberikan masukan demi tercapainya pembelajaran yang lebih bermakna.”Kegiatan ini banyak membawa hikmah bagi kami. Kami bisa meniru pola kepemimpinan dari kepala sekolah ataupn kepala madrasah dan model pembelajarannya.

1

Selain itu, hal lain yang bisa diadopsi adalah bagaimana mengangkat partisipasi masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah”, demikian ungkap Drs. H. Hartono, M.Ag, salah seorang pe-serta study visit yang berasal dari Kabupaten Sampang.

Hal 16 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

DALAM kehidupan sehari-hari siswa sering menggunakan alat komunikasi internet sebatas

untuk chatting dan mencari sesuatu yang bersifat hiburan. Tantangan bagi guru apabila mampu

mengarahkan para peserta didik untuk memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai sumber

pembelajaran terkait dengan pembelajaran yang inovatif. Teguh Sudjatmika DF Kabupaten Nganjuk,

mengembangkan metode pembelajaran yang memanfaatkan internet sebagai sumber materi

pelajaran yang dapat diserap oleh siswa. Pemanfaatan materi pelajaran yang di download

lewat internet akan memberi manfaat bagi peserta didik, karena mereka akan belajar memanfaatkan internet untuk hal yang positif. Berikut ini, dirinya berbagi pengalaman dalam menyajikan Standar

Kompetensi berbicara yaitu mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana berbentuk Recount untuk berinteraksi

dengan lingkungan sekitar. SAYA mengawali proses pembelajaran dengan

melakukan tanya jawab tentang pengalaman para siswa yang kebetulan pada kelas 8 telah mengikuti kegiatan Study Tour ke Candi Borobudur. Saya memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan dari penulis secara singkat dalam Bahasa Inggris. Kegiatan tanya jawab ini sengaja dilakukan untuk memudahkan para siswa menggali pengalaman yang dialami para siswa. Kegiatan ini berlangsung lebih kurang 10 menit. Setelah kegiatan tanya jawab saya memulai kegiatan inti,

dengan melakukan brainstorming. Di bagian ini saya menampilkan kejadian kecelakaan pesawat terbang di Amerika pada layar monitor. Lalu saya memulai cerita tentang kejadian pesawat terbang tersebut berdasarkan informasi yang didapat dari internet. Selain menampilkan gambar kecelakaan pesawat terbang saya juga menampilkan beberapa gambar yang terkait dengan kosakata kunci dalam teks yang akan diperdengarkan oleh siswa. Di kegiatan berikutnya saya membagikan print out gambar

tersebut ke masing-masing kelompok. Dari gambar-gambar tersebut masing-masing kelompok diminta untuk mencari kosakata berupa kata benda, kata sifat, dan kata kerja terkait dengan gambar tersebut. Pada kegiatan ini masing-masing kelompok terlihat antusias untuk menulis ke papan tulis apa yang ditugaskan. Kompetisi berpikir cepat terlihat sekali dalam kegiatan ini. Saya tidak lupa memberikan stimulus berupa hadiah kepada masing-masing kelompok yang telah ikut ambil bagian berupa pensil baru. Tentu saja saya juga memberikan catatan tersendiri kepada masing-masing peserta didik sebagai masukan dalam proses penilaian kelas. Setelah penggalian kosakata dirasa cukup saya juga meminta para siswa untuk membuat kalimat Simple Past Tense terkait dengan alat peraga print out yang dipegang masing-masing kelompok. Awalnya contoh-contoh kalimat tersebut disampaikan secara lisan. Semua kelompok diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide-idenya.

Berdasarkan beberapa contoh kalimat yang dibuat oleh peserta didik saya menguraikan lebih jauh tentang penggunaan kalimat simple past tense beserta pola kalimat itu sendiri. Setelah masing-masing kelompok selesai menceritakan pengalaman pribadinya, penulis menugaskan kembali secara berkelompok untuk mencari peristiwa-peristiwa kecelakaan alat transportasi dengan melakukan proses download di internet. Setiap kelompok diminta menyimpan hasil temuannya di

dalam flashdisk atau CD. Mengingat keterbatasan sarana dan waktu, pada pertemuan berikutnya masing-masing kelompok diharapkan mampu mempresentasikan gambar yang diperoleh dengan menggunakan bahasa Inggris. Pada saat satu kelompok melakukan presentasi, kelompok lainnya boleh mengajukan pertanyaan. Menginjak pada tahap Application saya memberikan tugas

untuk masing-masing siswa melakukan download peristiwa-peristiwa sosial maupun bencana alam dari internet. Tugas ini tidak dapat dilakukan langsung di dalam kelas karena terbatasnya sarana pembelajaran. Oleh karena itu tugas ini dapat dilakukan di rumah dan hasil yang diperoleh agar disimpan di dalam flashdisk atau CD. Tugas ini dimaksudkan agar tiap pelajar terampil

mengoperasikan komputer dan memanfaatkan media internet sebagai sumber bahan pengetahuan. Selain itu, tugas ini juga digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang baru saja disampaikan.

Siswa berdiskusi kelompok tentang gambar sebuah kejadian peristiwa.

Perwakilan Siswa bercerita dalam Bahasa Inggris dengan menggunakan kata-katanya sendiri berdasarkan informasi dari kejadian.

Pemanfaatan Internet untuk Mendukung Keterampilan Berbicara

Berita dari Provinsi Hal 17

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Feberuari 2011

MTsN Rengel Menyongsong Perubahan Pembelajaran

Susunan tempat duduk siswa di MTsN Rengel Kabupaten Tuban kini tak lagi berderet menghadap ke papan tulis, me-lainkan telah berbentuk kelompok. Dengan model tempat duduk seperti ini siswa akan lebih mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Papan pajangan untuk memajang hasil karya siswa sudah ada di setiap kelas. Hasil karya yang dipajang ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Pada pelaksanaannya, siswa terlibat aktif dalam mengelola isi papan pajangan kelas tersebut.

Buah Manis dari Pembelajaran IPA yang Bermakna

RIKZA Abdurouf dan Anik Sonalifatul punya kesan tersendiri terhadap pelajaran IPA di sekolahnya. Remaja ke-las 9 MTsN Berbek, Kabupaten Nganjuk itu tidak bisa me-, nyembunyikan kegembiraannya ketika berhasil meraih Juara II dan Juara Harapan I pada lomba Olimpiade Sains tingkat SMP / MTs se – Kabupaten Nganjuk yang diselengga-rakan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Nganjuk pada tanggal 24 Oktober 2010. Keberhasilannya dalam meraih juara Olimpiade Sains tidak bisa terlepas dengan model pem-belajaran yang selama ini sudah banyak berubah. “Dulu guru banyak bicara, sangat membosankan, sekarang tidak lagi, le-bih banyak praktik atau percobaan – percobaan,” ungkap Rikza. Sejak menjadi mitra DBE3, MTsN Berbek sudah banyak

mengalami perubahan, terutama perubahan pada perilaku guru. Guru aktif mempraktikkan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengampu pembelajaran. Siswa lebih sering belajar di luar kelas, memanfaatkan lingkungan seko-lah. Siswa juga didorong berdiskusi dan menemukan sendiri konsep pembelajaran. Penerapan konsep IPA banyak kita temukan dalam kehidupan sehari – hari, tetapi sering kali kita tidak menyadarinya. Begitu juga yang terjadi pada siswa. Dari pemikiran, guru – guru lain yang telah mendapatkan

pendampingan dari DBE3 mencoba merancang suatu kegiatan proses pembelajaran aktif, kontekstual dan menye-nangkan. Dan kalau ada yang berpendapat bahwa pembela-jaran yang kontekstual itu mahal karena memerlukan banyak media, itu tidak tepat. Dalam pembelajaran kontekstual, media pembelajaran bisa

dibuat dari benda – benda yang berada di lingkungan sekitar ,

misalnya kaleng bekas, baskom, botol air mineral bekas, sabut kelapa, bambu, gabus, kayu, air dan yang lain. Keunggulan media pembelajaran dari lingkungan sekitar

adalah bahan – bahan yang dipergunakan mudah didapat, murah dan dapat digunakan oleh siswa sebagai sumber bela-jar. Dengan media pembelajaran yang murah, pembelajaran bisa berlangsung efektif. Siswa tidak sekedar belajar teori, tetapi membuktikan kebenaran teori itu sendiri. Dengan demikian, diperlukan banyak percobaan atau praktik oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

Rikza Abdurouf dan Anik Sonalifatul berpose bersama piala setelah memenangkan lomba Olimpiade Sains.

Berita dari Provinsi Hal 18

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

Sulawesi Selatan

PEMIRSA,

Sekarang saya berada di tengah-tengah pengungsi Gunung

Merapi. Gunung Merapi terus saja mengeluarkan debu dan awan

panas. Hingga saat ini ribuan penduduk desa yang tinggal di

lereng gunung ini melarikan diri ketika debu dan udara panas

melanda mereka, namun sebagian terlambat mengungsi. Sejum-

lah korban ditemukan. Kondisi mereka sangat memprihatinkan.

Mayoritas korban terbakar dan beberapa kehilangan organ

tubuhnya. Beberapa saat yang lalu tim penyelamat mengatakan

bahwa mereka menemukan sedikitnya 12 mayat yang terbakar

hangus. Sekian, Srikarna TV One melaporkan. Demikian sepo-

tong laporan singkat yang disampaikan Srikarna, siswa SMPN 2

Baranti Sidrap. Ia mewakili kelompoknya menjadi “reporter TV

One” dan melaporkan situasi terbaru pasca letusan Gunung

Merapi.

SUASANA kelas ramai dipenuhi kru media elektronik

dari stasiun TV One, RCTI, dan Metro TV. Semuanya bekerja dengan saksama mempersiapkan laporan mengenai situasi terbaru pasca meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah. Reportase mereka didasarkan pada foto-foto letusan Gunung Merapi. Enam kelompok tim reportase siswa kelas IX E dengan cekatan menemukan pokok-pokok peristiwa yang ada dalam foto-foto di Lembar Kerja Siswa. Keenam kelompok itu masing-masing mengklaim dirinya sebagai kru media dari stasiun TV tertentu. Pembelajaran dengan KD 2.2 Mela-porkan secara lisan berbagai peristiwa dengan meng-gunakan kalimat yang jelas dikembangkan Hasmin B. Ha-run melalui metode Reportase.

Mengelola secara efektif waktu 2x40 menit, Hasmin mengawali pembelajarannya dengan apersepsi selama 10 menit. Dirinya memusatkan perhatian siswa dengan mengajak mereka mendengarkan lagu tentang bencana alam, Berita Kepada Kawan oleh Ebit G. Ade. Mengapa lagu ini perlu kita hubungkan dengan kondisi lingkungan kita di Indonesia saat ini? Perlukah kita mengoreksi diri dengan bencana alam yang

Memulai Karier Reporter TV di Kelas menimpa bangsa ini? Demikian ia bertanya untuk menguatkan

perhatian siswa. Ia lalu meminta mereka menonton video letusan Merapi selama lima menit. Dirinya kemudian mengun-duh video itu untuk dijadikan bahan apersepsi yang bisa menginspirasi siswa. Ia juga mengunduh foto-foto letusan Merapi, banjir dan longsor di Wasior, serta foto-foto sunami di Mentawai dari internet untuk dikreasi sebagai bahan LK.

Rangkaian kegiatan inti yang dilakukan meliputi: (1) selama 25 menit Hasmin memfasilitasi siswa bekerja kelompok men-deskripsikan pokok-pokok peristiwa yang disampaikan foto-foto letusan Merapi. Mengarahkan siswa membuat deskripsi laporan bencana letusan Gunung Merapi yang mencakup 5W dan 1 H. (2) Memandu siswa menjadi seorang reporter TV yang melakukan reportase langsung dari daerah Merapi. Na-mun sebelum siswa menyampaikan laporan, ia kembali meminta siswa sejenak mengikuti cuplikan film reportase seorang wartawan TV One melaporkan peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Tujuannya adalah agar siswa termotivasi untuk menjjiwai karakter seorang reporter. (3) Memfasilitasi siswa untuk saling menilai hasil karya kelompok. Dirinya meminta siswa untuk saling menilai kelompok mana yang membuat deskripsi peristiwa yang paling rinci, dan kelompok mana yang melaporkan dengan bahasa yang lancar dan lugas. (4) Memberikan apresiasi kepada siswa yang tampil sebagai reporter terbaik dengan meminta sekali lagi tampil sebagai reporter TV di depan kelas.

Selama 35 menit, secara bergantian tiap kelompok mela-porkan berbagai peristiwa, dan mereka bersaing dalam mengeksplorasi kemampuannya bertutur di depan kelas. Sua-sana kelas menjelma layaknya dapur redaksi stasiun TV. Tak pelak lagi, banyak siswa datang berkerumun sebagai penon-ton. Termasuk kepala sekolah Ahmad Dani yang setia mengikuti sesi reportasi hingga selesai. “Saya puas melihat pembelajaran ini, dan saya berharap kalian betul-betul men-jadi reporter yang baik, memulai karirnya di sini,” pesannya di depan kelas. Berbeda dengan pak kepala sekolah, Hasmin merasa terharu melihat siswa-siswa kelas IX ini. “Ternyata ketertinggalan performance belajar siswa di kelas tertentu dari kelas lainnya bukan karena kebodohan siswa, tapi karena keterbatasan guru mereka,” tuturnya.

Reporter TV swasta sedang mewawancarai narasumber di tempat kejadian. Mereka bertanya tentang keadaan dan situasi di lokasi bencana (Gbr. kiri dan ten-gah). Seorang siswa yang menjadi reporter sedang memberika laporan pandangan mata kepada pemirsa televisi (Gbr. Kanan).

Berita dari Provinsi Hal 19

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 09/ Februari 2011

YULFIANA dan 13 teman lainnya mengaku sangat menikmati belajar Matematika yang baru saja diikuti. “Kami belajar Matematika tapi terasa bekerja di kebun untuk membantu orang tua,” ujar siswa-siswa kelas IX SMP Negeri 5 Marioriwawo kabupaten Soppeng. Jika mereka menyukai model pembe-

lajaran ini, karena orang tua mereka semua adalah petani kakao. Sekolah mereka pun berada di tengah rerim-bunan pohon kakao. Bahkan sehari-harinya untuk sampai ke sekolah yang cukup terisolasi itu, mereka harus jalan kaki naik turun gunung menembus belantara kakao. Sekolah ini tidak bisa dicapai dengan mobil, bahkan dengan sepeda motor pun terkadang kita harus turun dan mendorong motor, karena kondisi jalan yang berbatu. Jika motor slip dan terjatuh, anda bisa tergelincir ke tebing curam dan jatuh ke sungai di dasar jurang yang dalam. Tapi, hebatnya, di sekolah itu pembe-

lajarannya kontekstual! Syafruddin, S.Pd, guru Matematika, sekaligus motor penggerak pembelajaran aktif ala DBE3, menyajikan KD 3.1: Menentukan mean (rata-rata), median dan modus data tunggal dan penaf-sirannya dengan menggunakan buah kakao. Dirinya memilih kakao sebagai sumber belajar untuk mengaitkan fungsi Matematika dengan kehidupan siswa, khususnya dalam menghitung produk-tivitas kebun kakao setiap saat.

Sebaliknya jika jumlah data tunggal yang didapatkan genap maka dua angka di tengah dijumlahkan lalu hasilnya dibagi dua. Hasilnya itulah yang men-jadi Median (6) Siswa menentukan data tunggal (jumlah biji buah kakao) yang lebih banyak muncul atau yang mem-punyai frekuensi terbesar. Ia lalu mengingatkan bahwa itu adalah Modus. Setelah menyelesaikan sesi

diskusi, kelompok menjawab LK, pre-sentasi hasil karya, dan shopping idea, Syafruddin meminta siswa membuat simpulan sebagai bagian dari refleksi- tentang makna yang diperoleh dari data-data yang mereka temukan. Kelompok Median yang diwakili oleh Yulifiani menyampaikan, “Kami mene-mukan, ternyata di kampung kami dusun Maccope rata-rata biji buah kakao sebanyak 45 biji. Jumlah biji yang paling sedikit adalah 15 dan jumlah biji yang paling banyak adalah 59.” Yulifi-ani kelihatan sangat senang belajar Matematika, “Saya suka Matematika! Belajar seperti ini rasanya seperti makan coklat lezat dari biji kakao kami,” ujarnya.

Dirinya yakin kalau mengajarkan Mean, Median dan Modus, dengan hanya memberi-kan data kepada siswa tidak mer-angsang kreativitas siswa untuk men-cari dan mengurut data, apalagi me-maknai data. Akhirnya siswa pun tak mampu memungsikan pengetahuan Matematikanya dalam kehidupan kesehariannya.

Waktu 2x40 menit ia kelola secara efektif dalam kerangka ICARE. Selama 60 menit kegiatan inti Syafruddin mem-fasilitasi siswa bekerja kelompok mene-mukan asal-muasal data, mengurut data, berdiskusi, presentasi hasil karya hingga mereka mampu menentukan Mean, Median, dan Modus. Bahkan siswanya mampu memaknai

data yang ditemukan. Langkah-langkah pengumpulan datanya meliputi: (1) Membagi siswa ke dalam empat kelom-pok, yakni kelompok Mean, Median, Modus, dan Kuartil. (2) Membagikan buah kakao ke setiap kelompok dalam jumlah yang berbeda. Kelompok Mean diberikan 13 buah, Median 12 buah, Modus 15 buah, dan Kuartil 14 buah. (3) Siswa membelah setiap buah kakao lalu menghitung biji yang ada di dalam-nya. Pada langkah ini ia mengingatkan siswanya bahwa jumlah biji dari setiap buah disebut Data Tunggal. (4) Siswa menjumlahkan semua biji dari semua buah kakao yang dibelahnya. Di sini ia mengingatkan siswanya bahwa total biji yang didapatkan lalu dibagi dengan jum-lah buah kakao yang dibelah maka itu-lah Mean. (5) Siswa mengurutkan data tunggal dari yang terkecil hingga yang terbesar. Di sini ia menegaskan kepada

siswanya bahwa angka (nilai) tengah disebut Median. Namun, ia kembali mengingatkan bahwa kalau jumlah data tunggal yang didapatkan ganjil maka Mediannya adalah angka (nilai) tengah.

Matematika dalam Buah Kakao

Pak Syafruddin, Guru Matematika SMPN 5 Marioriwawo, mendampingi siswa menjelaskan langkah-langkah yang harus mereka lakukan dalam memanfaatkan kakao sebagai media

Selain menemukan konsep mean, median, dan modus, dengan mengguna-kan media buah kakao, pembelajaran menjadi bermakna dan siswa menemu-kan jumlah produktivitas kebun kakao di daerahnya.

Meningkatkan Kreativitas Siswa melalui Lomba Karya Siswa

kalangan siswa tetapi juga untuk para guru agar mereka semakin kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Gerakan melakukan inovasi pembelajaran berbiaya rendah yang dimotori oleh Kepala Sekolah telah didukung sepenuhnya oleh seluruh warga sekolah juga komite dan meskipun baru dirintis selama 10 bulan hasilnya telah ada dan dibuktikan dengan adanya berbagai karya siswa,” papar Wakasek Ahmad Juliono selaku ketua panitia.

Jika dilihat dari hasil karya anak yang dipajang di setiap kelas dan album karya anak yang dilombakan, kita bisa menilai bahwa apabila diberi fasilitas dan stimulus, siswa SMPN 1 Sekar bisa menjadi sangat kreatif. Karya siswa yang dilombakan sangat bervariasi, mulai dari

maket sekolah (Matematika, materi kesebangunan), peta konsep (IPS), tokoh pewayangan (Bhs. Daerah) dan lain-lainnya.

Meskipun upaya meningkatkan kreativitas siswa ini baru dirintis sejak beberapa bulan yang lalu, namun perubahan yang terjadi cukup signifikan. Active Learning dan Student-Centered Learning serta Contextual Teaching and Learning (CTL) yang selama ini sering didengar dan diketahui melalui wacana, kini benar-benar telah diterapkan di semua kelas. Para guru SMPN 1 Sekar juga mempunyai kepekaan yang sangat tinggi terhadap kemajuan pendidikan dibidang IT. Hal tersebut ditandai dengan 90% guru telah memiliki laptop sebagai sarana pembelajaran.

SMPN 1 Sekar Kabupaten Bojonegoro terletak 60 km selatan kota Bojonegoro, dan berada di atas bukit perbatasan dengan Saradan, Kabupaten Madiun. Sekolah terpencil ini bukan sekolah mitra DBE3. Namun sekolah ini berupaya untuk mengadopsi inovasi pembelajaran yang telah disiarkan oleh DBE3.

Memperingati hari jadinya yang ke-14, pada tanggal 5 November 2010, SMPN 1 Sekar mengadakan rangkaian kegiatan yang diusung melalui tema “Menuju Pembelajaran Inovatif”. Kegiatan yang diadakan diantaranya lomba olahraga dan seni, untuk memupuk kebersamaan dan kreativitas siswa. Ada hal yang istimewa pada kegiatan ulang tahun kali ini, yaitu adanya lomba Inovasi Hasil Karya Siswa dalam bentuk Majalah Dinding (Mading) Kelas yang berisi karya siswa.

Lomba ini diadakan dengan harapan siswa dapat berkarya dan menjadikan mading sebagai sumber belajar. “Acara semacam ini perlu dikembangkan dan diagendakan setiap tahun. Khususnya untuk lomba Inovasi Hasil Karya, nantinya akan dibuat tidak hanya untuk

Siswa mem-

presentasi-

kan hasil

karyanya

saat penilaian

Lomba Karya

Inovasi Pem-

belajaran.

Praktik Yang Baik Hal 20

Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke

[email protected].

RUANG Kelas SMPN 4 Tebing Tinggi Sumatera Utara ini tampak berbeda. Seluruh meja belajar diset membentuk kelompok. Model pengaturannya juga beragam. Ada yang bergentuk segi empat, leter “U” maupun leter “L”. Selain itu, guru secara aktif mempraktikan CTL dalam lima mata pelajaran pokok. Menurut Syafril Purba, S.Pd banyak perubahan positif yang

dirasakan setelah guru mempraktikan CTL. Siswa lebih menikmati pembelajaran. Penjelasan Pak Purba diamini Ester Widi Hastuti, siswa kelas VII-1. Menurut Ester. model

Semangat Ber-CTL

Hasil ujicoba siswa dalam topik gerak fototropisme tumbuhan.

Guru memfasilitasi proses belajar siswa sebagai fasilitator.

Menggunakan media sederhana dalam belajar

Siswa berfoto di depan mading kelas yang memuat karya siswa.

Rahel Sinuraya

pembelajaran yang sekarang membuatnya lebih mudah menyerap pelajaran. Ester merasakan kemudahan itu karena pembelajaran memberikannya kesempatan untuk melakukan ragam uji coba.”Kami sekarang banyak praktik,” terang Ester. Hal serupa diungkapkan Rahel Sinuraya, siswa kelas VII-

2. Rahel mencontohkan topik Pythagoras yang ia pelajari terasa lebih gampang dipahami karena adanya media. Po-tongan kertas yang disedikan guru, membuat Rahel lebih mudah paham. Pak Purba berkomitmen mempraktikkan CTL secara utuh. Komitmen itu, ia tujukan dengan mem-fasilitas penyediaan media pembelajara.”Kami mengganti biaya guru, jika membuat media sendiri,” tukas Pak Purba.