pbl hematologi & onkologi-leukemia granulositik kronis
Post on 02-Jun-2018
240 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
1/26
Page | 1
Leukemia Granulositik Kronik pada Pria Usia Lanjut
Franzeska Marchitia Dinar Pusparani
102011271
A4
Alamat Korespodensi
Franzeska Marchitia Dinar Pusparani
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510.
email :franzeskadinar@yahoo.co.id
Pendahuluan
Leukemia Granulositik Kronis (LGK) atau Leukemia Mielositik Kronis (LML) atau
Chronic Myelogenous Leukemia (CML) merupakan suatu Myeloproliferative Disorder
(MPD) yang ditandai oleh proliferasi dari seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi,
sehingga pada apusan darah tepi dapat dengan mudah dilihat tingkatan diferensiasi seri
granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas), meta mielosit, mielosit, sampaigranulosit.1LGK terutama dijumpai pada orang dewasa berusia 25 sampai 60 tahun, dengan
insiden puncak pada dekade keempat dan kelima kehidupan.2,3 LGK merupakan 15% dari
semua jenis leukemia.3
LGK merupakan kelainan klonal dari sel punca pluripoten. Diagnosis LGK dibantu
dengan adanya kromosom Philadelphia (Ph) yang khas. Kromosom ini merupakan translokasi
antara kromosom 9 dan 22 sebagai akibat bagian dari onkogen ABL1 berpindah ke gen BCR
pada kromosom 22 dan bagian kromosom 22 berpindah ke kromosom 9. Kromosom Ph
mailto:franzeskadinar@yahoo.co.idmailto:franzeskadinar@yahoo.co.idmailto:franzeskadinar@yahoo.co.idmailto:franzeskadinar@yahoo.co.id8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
2/26
Page | 2
menghasilkan gen chimeric BCR-ABL1 yang mengkode suatu protein gabungan yang
memiliki aktivitas tirosin kinase berlebih.4Pada sebagian besar pasien kromosom Ph terlihat
dengan pemeriksaan kariotip sel tumor, tetapi pada sebagian kecil kasus, abnormalitas Ph
tidak tampak dengan mikroskop, namun dengan pemeriksaan molecular kromosom ini dapat
tampak dengan teknik yang lebih sensitive yaitu fluorescent in situ hybridization(FISH) atau
polymerase chain reaction(PCR). LGK dengan Ph-negatif BCR-ABL1 memiliki klinis sama
seperti LGK Ph-positif. Oleh karena kromosom Ph merupakan kelainan yang didapat pada sel
punca hematopoietic, kelainan dapat terlihat pada kedua jalur baik myeloid (granulositik,
eritroid, dan megakariositik) dan limfoid (sel B dan T). Pada LGK, jumlah leukosit dapat
meningkat demikian rupa (biasanya berjumlah 50.000-250.000/mm3), sehingga darah tampak
berwarna keabu-abuan.
Anamnesis
Berikut hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien pada skenario ini :
1. Identitas pasien, Pria usia 60 tahun.
2. Keluhan utama: lemas sejak 2 bulan, sering demam, keringat malam.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Sifat demam
Batuk
Hal yang memperberat gejala
Penyakit yang sedang diderita saat ini
Riwayat keluhan sama berulang
Keluhan lain (anoreksia, penurunan BB, dll)
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit infeksi sebelum keluhan timbul
Riwayat penyakit kronis
Riwayat pengobatan
5. Riwayat keluarga dan sosial
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
Pekerjaan pasien
Gaya hidup pasien (merokok, alcohol, pola makan, aktivitas)
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
3/26
Page | 3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda
vital yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu. Pada pemeriksaan
fisik secara umum, dapat dilihat keadaan pasien yang tampak lemah dan pucat, serta
ditemukan conjungtiva anemis yang menunjukkan adanya anemia.
Pemeriksaan fisik pada abdomen, khususnya pemeriksaan pembesaran hati dan
Schuffner untuk memeriksa adanya splenomegali, sangat penting dilakukan oleh karena biasa
ditemukan hepatosplenomegali pada LGK. Hepatosplenomegali disebabkan oleh adanya
hematopoiesis ekstramedular yang sering dipersulit oleh infark local, terutama pada limpa.2
Splenomegali ringan hingga berat paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik,
sedangkan hepatomegali hanya sesekali ditemui.5 Splenomegali yang menetap, meskipun
telah diterapi, merupakan suatu tanda akselerasi penyakit.5 Limfadenopati dan myeloid
sarcoma tidak biasa dijumpai, kecuali pada akhir perjalanan penyakit.5Bila ditemui adanya
limfadenopati dan myeloid sarcoma, maka prognosisnya adalah dubia ad malam.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
Pada fase kronis, kadar Hb umumnya normal atau sedikit menurun.1Jumlah leukosit
biasanya >50.000/mm3.3,4 Persentasi eosinofil atau basofil meningkat. Trombosit biasanya
meningkat antara 500.000-600.000/mm3, tetapi dapat juga normal atau trombositopeni. Nilai
hematokrit antara 25-35%.4
Apus darah tepi
Eritrosit sebagian besar normokrom normositer, sering ditemukan adanya polikromasi
eritroblas asidofil atau polikromatofil. Leukosit dalam jumlah besar tampak dalam berbagai
stadium pematangan, baik immature maupun mature, umumnya persentasi sel mielosit dan
metamielosit meningkat dengan jumlah mielosit lebih banyak daripada metamielosit.1,4,5
Eosinofil dan/atau basofil meningkat pada stadium lanjut, menyebabkan pruritus, diare, dan
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
4/26
Page | 4
flushing.1,5 Aktivitas leukocyte alkaline phosphatase (LAP) hampir selalu rendah bahkan
mungkin turun sampai 0.4,5
Pada fase akselerasi, terjadi peningkatan derajat anemia yang ditandai dengan
penurunan kadar Hb oleh karena adanya pendarahan atau efek terapi, sel blast dalam darah
dan sumsum tulang antara 10 dan 20%, basofil darah dan sumsum tulang 20%, atau
trombosit
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
5/26
Page | 5
dominasi precursor granulositik yang berada dalam proses maturasi. Meningkatnya jumlah
megakariosit, sering disertai oleh bentuk-bentuk displatik, juga sering dijumpai, sementara
progenitor eritroid biasanya berjumlah normal atau berkurang. Temuan khas adalah adanya
histiosit dengan sitoplasma keriput hijau-biru tersebar.2 Persentasi sel blast sumsum tulang
umumnya normal atau sedikit meningkat.5 Megakariosit juga tampak lebih banyak.1 Pada
pewarnaan retikulin, tampak bahwa stroma sumsum tulang mengalami fibrosis, meskipun hal
ini jarang terlihat.
Tabel 2. Morfologi Sel pada Tiap Fase LGK dari Spesimen Sumsum Tulang
Fase LGK Morfologi Sel
Fase awal Sangat kaya sel
Granulopoesis bergeser ke kiri secukupnya
Indeks GE (perbandingan kuantitatif antara granulopoesis dan eritopoesis) 5-6
Basofil dan eosinofil meningkat
Megakariosit dan mikrokariosit +
Fase kronik Sangat kaya sel, tidak ada sel lemak
Granulopoesis jelas bergeser ke kiri
Indeks GE >10
Basofil dan eosinofil ++
Blas
Mikrokariosit +
Fase akselerasi Seperti fase kronik, namun terdapat pergeseran ke kiri yang meningkat
Peningkatan promielosit berlebihan
Blas 10%
Fase akhir (krisis blas) Blas sumsum sangat banyak, 25% dari fase akselerasi bereaksi positif dengan PAS
Basofil muda +
Eritrosit
Trombopoesis direduksi
Karyotipik
Dahulu dikerjakan dengan teknik pemitaan (G-banding technique), saat ini teknik ini
sudah mulai ditinggalkan dan peranannya digantikan oleh metoda FISH (Fluorescen In Situ
Hybridization) yang lebih akurat.1 Pada LGK, ditemukan kromosom Philadelphia yang
merupakan translokasi t(9; 22) (q34; q11). Semula, translokasi ini dikenal oleh keberadaan
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
6/26
Page | 6
pemendekan kromosom 22 (22q-), yaitu kromosom Ph yang muncul dari timbal balik t(9;
22).3,5 Beberapa pasien mungkin memiliki translokasi kompleks (dikenal sebagai variant
translocations) yang melibatkan tiga, empat, atau lima kromosom (biasanya meliputi
kromosom 9 dan 22). Semua pasien harus memiliki bukti translokasi molekuler atau oleh
sitogenetik atau FISH untuk menegakkan diagnosis LGK.5
Gambar 1. Deteksi Gen Fusi BCR-ABL dengan Teknik FISH.2
Gambar di atas menunjukkan kromosom 9 dan kromosom 22 pada orang normal (kiri)
dan penderita LGK (kanan). Warna hijau menunjukkan probe ABL, sedangkan warna merah
adalah probe BCR. Pada kromosom normal (kiri), probe ABL dan probe BCR telah
dihibridisasi ke kromosom metaphase dan nucleus interfase yang dipersiapkan dari sel darah
perifer orang normal. Oleh karena pembentukan pasangan sister chromatids selama mitosis,
sinyal-sinyal kromosom metaphase dapat terlihat sebagai titik tunggal atau sepasang titik
yang terlihat berdekatan. Dua pasang sinyal merah dan dua sinyal hijau terlihat di kromosom
metaphase, sementara dua sinyal merah dan dua sinyal hijau terdapat di nucleus interfase,
masing-masing menunjukkan salinan ABL dan BCR yang terpisah normal.2
Sebaliknya, pada kromosom yang mengalami translokasi (kanan), kromosom
metaphase dan nucleus interfase yang diperoleh dari sel sumsum tulang pasien LGK
memperlihatkan satu sinyal ABL normal, satu sinyal BCR normal, dan satu sinyal kuning
abnormal yang tercipta oleh tumpang-tindih sebuah sinyal BCR dan sebuah sinyal ABL.
Temuan ini menunjukkan adanya gen fusi BSCR-ABL.2
8/10/2019 PBL Hematologi & Onkologi-Leukemia Granulositik Kronis
7/26
Page | 7
Laboratorium lain