pbl 4 jumat
TRANSCRIPT
Pewarisan Sifat Genetika & Kelainannya
Hilda Melisa Lumban Batu
NIM : 102010062
Kelompok : B2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Barat
Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11470.
Pendahuluan
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen dan pewarisan sifat dari
induk kepada keturunanya. Genetika mulai menarik perhatian para peneliti sejak awal abad
ke-20. Sekitar tahun 1920 genetika tradisional berkembang mengikuti hukum mendel dan
merupakan salah satu ilmu biologi.
Beberapa gen dikemas menjadi satu menjadi kromosom dan diwariskan dari
orang tua kepada anak-anaknya. Gen menentukan siapa kita dan bagaimana kita berfungsi
pada tingkat selular yang paling mendasar. Hal ini dikemukakan oleh Gregor Mendel,
seorang biarawan dari austria yang meneliti tentang penurunan sifat pada makhluk hidup
dengan melakukan percobaan mengunakan objek kacang polong (Pisum sativum). Ia juga
mengatakan bahwa sifat yang dibawa dapat dimunculkan dan dapat juga tidak dimunculkan,
oleh sebab itu dalam teori Mendel, dikenal istilah probabiliti yang menunjukkan
kemungkinan muncul atau menurunnya karakter.
Selain itu gen juga ada yang terletak pada kromososm kelamin dan sifat yang
ditimbulkan gen pada kromosom yang diturunkan berdasarkan jenis kelamain.salah satu
kelainan gen tertaut kelamin adalah buta warna.
Teori Mendel
Orang yang pertama menaruh perhatian dan membuat perhitungan-perhitungan yang
cermat dari hasil berbagai macam persilangan dengan menggunakan tanaman kacang kapri
atau ercis. Ialah Gregor Johann Mendel. Dalam penelitiannya selama delapan tahun, Mendel
menggunakan tanaman kapri atau ercis. Ia memilih menggunakan tanaman ini karena
terdapat berbagai sifat yang menguntungkan, yaitu: (1) tanaman kapri dapat mengadakan
penyerbukan sendiri dan dapat disilangkan; (2) waktu generasi yang relative singkat; (3)
jumlah anakan yang besar setiap perkawinan; dan (4) memiliki beberapa bagian yang dapat
memperlihatkan sifat yang kontras berupa ukuran tanaman, batang tamanan, buah polong,
dan bijinya.
Disamping itu, Mendel juga mengemukakan 4 macam postulat dari hasil
penelitiannya, yaitu:
1) Faktor keturunan (gen) berupa benda dan selalu berpasangan pada individu diploid,
bertanggung jawab pada penurunan sifat-sifat.
2) Pada gametogenesis kedua faktor tersebut berpisahan atau disegregasi sehingga setiap
gamet hanya memiliki salah satu dari pasangan faktor tersebut. Kemudian dari
postulat ini menjadi Hukum Mendel I atau Hukum Segregasi.
Hukum Mendel I: Hukum segregasi
dua anggota dari pasangan gen terpisah (segregasi) masing-masing ke dalam gamet,
maka setengah gamet membawa satu anggota dari pasangan gen, dan setengah gamet
lainnya membawa satu anggota dari pasangan gen yang lainnya”.1
3) Faktor keturunan (gen) ada yang bersifat dominan dan ada yang bersifat resesif,
disebut Prinsip dominan-resesif.
4) Bila ada dua faktor keturunan yang diperlukan, maka pada gametogenesis terjadi
pilihan bebas (independent assortment), sehingga segala macam kombinasi mungkin
terjadi dalam jumlah yang sama. Postulat ini disebut Hukum Mendel II atau Hukum
pengelompokan bebas
Hukum Mendel II: Hukum Pengelompokkan secara Bebas
Pasangan gen berbeda yang sedang segregasi akan memisah dan
mengelompok secara bebas. Hukum ini dibuktikan dengan percobaan persilangan dua atau
lebih tanda beda atau sifat yang menunjukkan bahwa alela yang mengatur karakter memisah
secara bebas saat membentuk gamet. Hukum Mendel II dapat dipelajari dari persilangan
dihibrid. Pada perkawinan dihibrid, misalnya suatu individu memiliki genotip AaBb maka A
dan a serta B dan b akan memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara
bebas sehingga kemungkinan gamet yang terbentuk akan memiliki sifat AB, Ab, aB, dan ab.1
pengertian
A. Karakter
Karakter adalah bentuk yang diturunkan, atau bentuk yang khusus pada suatu
organisme.2
Genotip
Genotip adalah susunan gen yang menentukan sifat dasar suatu makhluk hidup dan
bersifat tetap. Dalam genetika genotip ditulis dengan menggunakan simbol huruf dari
huruf paling depan dari sifat yang dimiliki oleh individu. Setiap karakter sifat yang
dimiliki oleh suatu individu dikendalikan oleh sepasang gen yang membentuk alela.
Sehingga dalam genetika simbol genotip ditulis dengan dua huruf. Jika sifat tersebut
dominan, maka penulisannya menggunakan huruf kapital dan jika sifatnya resesif
ditulis dengan huruf kecil. Genotip yang memiliki pasangan alela sama, misalnya BB
atau bb, merupakan pasangan alela yang homozigot. Individu dengan genotip BB
disebut homozigot dominan, sedangkan individu dengan genotip bb disebut
homozigot resesif .Untuk genoti yang memiliki pasangan alela berbeda misal Bb,
merupakan pasangan alela yang heterozigot. 2
Fenotip
Fenotip adalah sifat yang tampak pada suatu individu dan dapat diamati dengan panca
indra, misalnya warna bunga merah, rambut keriting, tubuh besar, buah rasa manis,
dan sebagainya. Fenotip merupakan perpaduan dari genotip dan faktor lingkungan.
Sehingga suatu individu dengan fenotipe sama belum tentu mempunyai genotip
sama.2
Dominan
Gen dikatakan dominan apabila gen tersebut bersama dengan gen lain (gen
pasangannya), akan menutup peran/sifat gen pasangannya tersebut. Dalam
persilangan gen, dominan ditulis dengan huruf besar. 2
Resisif
Gen dikatakan resesif apabila berpasangan dengan gen lain yang dominan ia akan
tertutup sifatnya (tidak muncul) tetapi jika ia bersama gen resesif lainnya (alelanya)
sifatnya akan muncul. Dalam genetika gen resesif ditulis dengan huruf kecil. 2
Pewarisan Gen-Tunggal
Sebagian sifat fenotip (gambaran fisik dari informasi genetik), misalnya warna mata,
ditentukan oleh sebuah gen. sebuah gen yang menentukan sebuah sifat spesifik disebut alel.
Untuk setiap sifat pada gen tunggal memiliki dua alel pengontrol: satu pada kromosom yang
berasal dari ibu dan satu pada kromosom yang berasal dari ayah.
Alel Heterozigot dan Homozigot
Apabila seseorang memiliki dua alel identik, misalnya dua alel yang mengkode warna
mata cokelat, maka orang tersebut dikatakan memiliki sifat homozigot untuk sifat tersebut.
Apabila seseorang memiliki alel yang berlainan yang mengkode satu sifat, misalnya satu alel
untuk mata cokelat dan satu untuk mata biru, maka orang tersebut dikatakan memiliki sifat
heterozigot untuk sifat tersebut. Satu alel biasanya dominan terhadap alel yang lain, misalnya
mata cokelat terhadap mata biru, tetapi alel kadang-kadang bersifat kodominan (sama-sama
dimunculkan). Fenotip seseorang yang heterozigot untuk suatu sifat gen tunggal akan
bergantung pada alel manan yang dominan. Apabila alel-alelnya kodominan, maka orang
tersebut akan mengekspresikan kedua alel.
Pewarisan sifat autosomal pada manusia
Yang dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen
pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada yang resesif. Oleh karena laki-laki dan
perempuan mempunyai kromosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh
gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.2
1. Pewarisan sifat autosom dominan
Suatu keadaan yang terjadi pada seseorang yang hanya mmpunyai satu salinan
tunggal suatu gen abnormal yang terletak pada salah satu autosom disebut sebagai pewarisan
dominan autosomal. Lebih dari 3000 keadaan atau sifat yang telah diketahui menunjukan
pewarisan dominan autosomal ini.3
Setiap individu dengan gangguan dominan autosomal mempunyai anak, maka
kemungkinan untuk mempunyai anak dengan gangguan tersebut adalah 1:2. Jadi keadaan-
keadaan ini cenderung diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya yang memperlihatkan
transmisi ‘vertikal’ dalam satu keturunan. Umumnya, kemungkinan terkena gangguan
dominan autosomal pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama dan masing-masing
dapat meneruskan gangguannya kepada individu yang berlawanan jenis. Hal ini bertentangan
dengan pewarian terkait-seks, yaitu tidak pernah terjadi pemindahan dari laki-laki kepada
laki-laki.4,5
Jika kedua orang tua menderita penyakit dominan autosomal yang sama dan
mempunyai seorang anak, maka resiko terhadap anak itu adalah :
1:4 untuk mewarisi kedua salinan gen muatan
1:2 untuk mewarisi satu salinan gen muatan
1:4 untuk tidak mewarisi gen muatan
Biasanya individu-individu dengan 2 salinan gen muatan (homozigot) keadaan atau
penyakitnya sangat berat, yaitu kematian dini pada akondroplasia dan penyakit jantung
iskemik pada awal masa dewasa pada hiperkolesterolemia famillial. Beberapa kelainian yang
termasuk di dalam pewarisan autosom dominan adalah phenylcabarmida, dentinogenesis
imperfecta, achondroplasia, polidaktili, dan warna rambut.3
2. Pewarisan sifat autosom resesif
Gangguan resesif autosomal adalah gangguan yang hanya terjadi pada individu yang
hanya mewarisi 2 salinan gen autosom yang abnormal, satu salinan gen bnormal dari masing-
masing orang tua. Individu-individu yang terkena penyakit disebut heterozigot, dan disebut
carier bila heterozigot. Telah diketahui lebih dari 1500 penyakit resesif autosomal.4
Jika orang tua mempunyai seorang anak yang menderita penakit ini, maka resiko
untuk tiap-tiap anak selanjutnya adalah 1:4. Resiko ini sama untuk anak laki-laki dan anak
perempuan. Suatu gangguan resesif autosomal biasanya hanya mengenai individu-individu
yang saudara sekandung dalam satu keluarga. Hal ini terjadi karena individu yang menderita
hanya dapat meneruskan satu gen abnormalnya kepada masing-masing anak. Anak-anak
tersbut dapat menderita penyakit apabila ia juga mewariskan gen abnormal dari orang tuanya
yang lain.4,5
Gangguan resesif autosomal khususnya yang jarang, menunjukan peningkatan insiden
pada keturunan dari orang tua yang mempunyai pertalian keluarga (ayah dan ibu ada
pertalian keluarga). Diperkirakan hampir semua manusia membawa sekurang-kurangnya satu
gen resesif autosomal yang rusak. Karena itu bila antara keluarga menikah ada resiko
(biasanya kecil) kedua-duanya membawa satu gen abnormal dari leluhurnya yang sama dan
meneruskan dalam dosis ganda kepada seorang anak. Beberapa kelainian yang termasuk di
dalam pewarisan autosom resesif adalah albinisme, phenylketonuria, bisu-tuli, alkaptonuria,
dan kretinisme.3
Analisis Pedigree
Gambar 3: Analisis pedigree
Dalam diagram silsilah di atas, setiap baris mewakili satu generasi, dan ini diberi label
dengan angka Romawi. Garis vertical yang turun dari pasangan adalah indikasi dari
keturunan kedua orang tua. Sedangkan haris horizontal menghubungkan mitra reproduksi.
Perkawinan antara keluarga darah sering menyebabkan gangguan genetik.6 Hal ini karena
keturunan dari seorang individu yang merupakan pembawa penyakit tertentu memiliki
kesempatan yang jauh lebih besar mewarisi penyakit dari orang normal.
Ketika kerabat dekat pasangan, ia meningkatkan kemungkinan alel resesif (yang mungkin
jarang terjadi pada populasi umum) yang disampaikan oleh kedua orang tua.Sebagian besar
manusia, peneliti mengatakan, membawa dalam diri mereka empat atau lima alel merugikan
dalam kondisi heterozigot. Karena kerabat sering membawa alel merugikan yang sama dalam
kondisi ini (mereka berbagi nenek moyang yang sama), ada kemungkinan besar bahwa alel
akan berpasangan dan diteruskan ke keturunan. Contoh dari ini adalah adanya hemofilia di
Rumah Pemerintah Eropa.
Berikut merupakan beberapa jenis penyakit atau kelainan yang di sebabkan oleh
kelainan genetik,kromosom tertaut kelamin :
Gen terangkai kelamin
Penyakit menurun yang diwariskkan melalui genosom disebut juga penyakit menurun
yang terpaut seks (sex linkage) misalnya buta warna
Penentuan jenis kelamin
Jumlah kromososm manusia ada 46 buah (23 pasang), 22 pasanag autosom dan 1
pasang genosom
Formula kromososm laki-laki : 46, XY atau ditulis 44+XY
Formula kromososm wanita : 46, XX atau ditulis 44+XX
Jenis kelamin individu sitentukan oleh jenis spermatozooan yang membuahi ovum.
Bila ovum dibuahi akan memiliki dia kromosom X, zigot akan memiliki dua kromosom X
dan akan menjadi wanita. Bila ovum akan dibuahi oleh androsperma yang mengandung
kromosom Y, zigot akan memiliki kromosom X dan Y dan akan menjadi laki-laki
X ( ginosperma) + X (ovum) = XX (wanita)
Y ( androsperma) + X (ovum) = YX (laki-laki)
Gen tertaut kromosom X
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromososm X. Gen tertaut
kromosom X ini merupakan gen tertaut kelamin tidak sempurna. Pada
Buta warna
Penyakit Buta warna terjadi akibat disfungsi atau ketiadaan subtipe fotoreseptor yang
distimulasi oleh cahaya merah, hijau atau biru yang menyebabkan kesulitan membedakan
warna tertentu. Terdapat dua macam buta warna yaitu butawarana parsial dan buta warna
total. Buta warna parsial terjadi apabila seseorang tidak dapat membedakan warna-warna
tertentu saja misalnya buta warna merah atau hijau.
Penyakit ini merupakan penyakit ketururnan yang disebabkan gen resesif (color
blind) yang merupakan karakter resesif yang tertaut pada kromosom x dan lebih sering
dijumpai pada laki-laki.7 Anak laki-laki akan mamperoleh cacat tururna ini bila ibunya
seorang carier atau penderita buta warna. Buta warna disebabkan oleh alel resesif c,
sedanhkan normal disebabkan oleh alel dominan C.
namun bila seorang perempuan memiliki alel resesif pada salah buta warna pada salah
satu kromosom X-nya, maka perempuan ini hanya membawa sifat (carier). Sedangkan bila
kedua kromososm X-nya mengandung alel resesif buta warna maka sifat resesif buta warna
akan terlihat dan perempuan tersebut akan menderita buta warna.8
perkawiana individu buta warna
P1 : ibu ayah
normal carier (XCXc) >< normal (XCY)
F2 :
Ket 25% perempuan normal (XC XC)
25% perempuan carier buta warna (XC Xc)
25% laki-laki normal (XC Y)
25% laki-laki bta warna (Xc Y)
Probabilitas
Probabilitas merupakan sebuah teori untuk mengetahui besarnya kemungkinan yang
akan terjadi dalam suatu kejadian.
Probabilitas menggunakan beberapa konsep pendekatan perumusan yaitu sbb :
1. Konsep pendekatan klasik : konsep yang didasarkan pada pemikiran logis dan sering
disebut dengan pendekatan teoritis.
2. Konsep pendekatan frekuensi relative : metode yang didasarkann pada data statistic
berbagai kejadian.
♀
♂
XC Y
XC XC XC XC Y
Xc XC Xc Xc Y
3. Konsep pendektan subyektifitas : probabilitas atas keyakinan dan pengalaman dan
pertimbangan pribadi.
Berikut adalah rumus dari teori kemungkinan yang dapat digunakan untuk
meramalkan mengenai keturunan dalam ilmu Genetika Mendel.
1. Meramal banyaknya macam gamet yang dibentuk oleh suatu hibrid menggunakan rumus
2n. Angka 2 menunjukkan bahwa pada setiap pasang alel akan terjadi dua macam gamet,
sedangkan n menunjukkan banyaknya beda sifat. Jadi:
pada monohibrid (Aa) menghasilkan 2n=21=2 macam gamet, yaitu A dan a.
pada dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n=2n=4 macam gamet, yaitu AB, Ab, aB, ab.
2. Meramal banyaknya kombinasi dalam keturunan dari persilangan dua hibrid. Rumus yang
dipakai adalah (2n)2. Jadi:
Pada persilangan monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)2=(21)2= 4 kombinasi, ialah AA,
Aa, Aa, aa.
Pada persilangan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2=(22)2= 16 kombinasi.
3. Meramal banyaknya individu yang homozigotik dalam keturunan dari perkawinan dua
hibrid. Rumus yang dipakai adalah: 2n
(2n )2, sehingga
Pada perkawinan monohybrid (Aa x Aa) menghasilkan individu homozigotik
= 2n
(2n )2 =
21
(21 )2=
24
, yaitu AA, dan aa.
Pada perkawinan dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan individu homozigotik
= 2n
(2n )2=
22
(22 )2=
416
, yaitu AABB, AAbb, aaBB, dan aabb..9
kesimpulan
anak memiliki kemiripan dari ayah dan ibunya karena kemiripan ini dapat dari
genetika yag diwariskan oleh kedua orang tuanya sesuai dengan hukum mendel I dan II.
Genetika yang diturunkan dapat bersifat dominan maupun resesif. Penyakit menurun yang
diwariskkan melalui genosom disebut juga penyakit menurun yang terpaut seks (sex linkage)
Dari kasus skenario didapat, hipotesis ditrima. Andi menderita penyakit buta warna
karena diturunkan oleh ibunya yang merupakan kelainan gen bterangkai kelamain.
Daftra Pustaka
1. Abdurahman D. Biologi kelompok pertanian dan kesehatan. Bandung: Grafindo
Media Pratama; 2008.h.22-7.
2. Suryo. Genetika manusia. Jogyakarta: UGM Press; 2005.h.86-115.
3. Hull D, Johnston D. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.h.19-22.
4. Behremm R, Kliegman R, Arvin A. Pola pewarisan. Dalam: Wahab S, pengedit. Ilmu
kesehatan anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h.385-9.
5. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni E. Biologi. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;
2008.h.165-74.
6. Olby, Robert C. The Origins of Mendelism. 5th ed. New York: Hugo Iltis; 2000
7. Brooker C. Keperawatan.Jakarta:EGC;2009.
8. Furqonita D.Biologi.jakarta:Quadra;2006.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009. h.41-51