web viewkomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan...

37
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Daerah Aliran Sungai (DAS ) a. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS ) Menurut Chay Asdak (2010:4) Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Daerah aliran sungai secara yuridis formal tertuang dalam Peraturan Pemeintah No: 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifanya sedemikian rupa sehingga suatu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut. Dalam Daerah aliran sungai terdapat ekosistem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2010:10). Komponen yang dimaksud 12

Upload: duongdien

Post on 30-Jan-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Daerah Aliran Sungai (DAS)

a. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut Chay Asdak (2010:4) Daerah Aliran Sungai adalah suatu

wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung

yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke

laut melalui sungai utama. Daerah aliran sungai secara yuridis formal tertuang

dalam Peraturan Pemeintah No: 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan. Dalam

Peraturan Pemerintah tersebut DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang

bentuk dan sifanya sedemikian rupa sehingga suatu kesatuan dengan sungai dan

anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air

yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta

pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi

keseimbangan daerah tersebut.

Dalam Daerah aliran sungai terdapat ekosistem. Ekosistem adalah suatu

sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga

membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2010:10). Komponen yang dimaksud adalah

komponen biotik dan abiotik. Setiap komponen tersebut tidak dapat berdiri

sendiri, sehingga aktifitas suatu komponen ekosistem akan selalu memberikan

pengaruh pada komponen ekosistem lainnya. Manusia merupakan salah satu

ekosistem biotik yang penting dan dinamis. Dalam menjalankan aktifitasnya

sering mangakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan untuk

kemudian mempengaruhi ekosistem secara berurutan.

b. Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS)

12

Page 2: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

13

Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian hulu, bagian

tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Bagian Hulu

a. Merupakan daerah konservasi.

b. Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.

c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar

dari 15%).

d. Bukan merupakan daerah banjir.

e. Pengaturan air ditentukan oleh pola drainase.

2) Bagian Hilir

a. Merupakan daerah pemanfaatan.

b. Kerapatan drainase lebih kecil.

c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat

kecil (kurang dari 8%).

d. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).

e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.

3) Bagain Tengah

Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari

kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas.

(Asdak, 2010:11).

c. Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut

sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan

bentuklahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk:

a. Mengalirkan air.

b. Menyangga kejadian puncak hujan.

c. Melepaskan air secara bertahap.

d. Memelihara kualitas air.

Page 3: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

14

e. Mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).

(http://www.bacaanonline.com, 19Juli 2011)

Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh

seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah

(topografi), tanah, dan manusia. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami

perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga ekosistem DAS tersebut

dan akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS. Apabila

fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem hidrologisnya akan terganggu,

penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya menjadi sangat

berkurang atau sistem penyalurannya menjadi sangat boros. Kejadian itu akan

menyebabkan melimpahnya air pada musim penghujan dan sangat minimum pada

musim kemarau, sehingga fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan musim

kemarau berbeda tajam.

Agus, F. Dan Widianto (2004:186) mengemukakan bahwa sebuah DAS yang

sehat dapat menyediakan:

1) Unsur hara bagi tumbuh-tumbuhan.

2) Sumber makanan bagi manusia dan hewan

3) Air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya.

4) Tempat berbagai aktivitas manusia dan hewan.

Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi, baik secara positif dan

negatif oleh adanya interaksi dari sumberdaya air dengan sumberdaya-

sumberdaya alam lainnya. Dampak dari interaksi sumberdaya tersebut tidak

terbatas pada batasan politik saja. Sebagai contoh yang nyata, air. Air yang

mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan mengakibatkan terjadinya banjir.

aliran air yang besar akan mengalir dari permukaan yang tinggi ke permukaan

yang lebih rendah tanpa memperdulikan batas-batas politis atau administrasi. Dari

sinilah diperlukan suatu pengelolaan DAS.

Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk

mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia

dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi

Page 4: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

15

manusia secara berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000). Selama ini

kerjasama pengelolaan DAS sering kali dibatasi oleh batas-batas politis ataupun

administrasi saja. Padahal kekuatan alam seperti banjir diatas atau erosi dan tanah

longsor tidak mengenal batas-batas politis ataupun administrasi. Pengelolaan DAS

ditujukan untuk kesejahteraan manusia dengan mempertimbangkan kondisi

sumberdaya alam atau ekosistemnya, kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan

kelembagaan. Pengelolaan tidak hanya bertumpu pada salah satu aspek saja tetapi

juga harus memperhatikan aspek yang lain. Hal ini bertujuan untuk

menyeimbangkan hubungan timbal balik ekosistem DAS dengan manusia, sebab

DAS memiliki banyak fungsi (mulltifungsi). Multifungsi DAS seperti penyedia

pangan, papan, sandang, rekreasi, kesejukan udara, jasa lingkungan,

keanekaragaman hayati, penyedia energi, dan sebagainya harus diperhatikan.

Untuk itu, pendekatan multifungsi DAS dan peran DAS yang dominan dalam

kehidupan manusia harus dilakukan agar keseimbangan dapat tercapai. Dengan

demikian, konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh adanya

kebijaksanaan yang harus dirumuskan dengan baik pula.

2. Lahan

Menurut Food And Agricultural Organisation (FAO:1976) lahan diartikan

sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi

serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan

lahan, termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang

seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan

seperti tanah yang tersalinasi (Arsyad, 2010: 310).

Dedy Ma’mun dalam Suryaningtyas (2002:20) menyatakan bahwa ”lahan

adalah bagian dari permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan

serta berdirinya berbagai struktur kebutuhan untuk menunjang kehidupan.”Selain

itu, lahan juga dapat didefinisikan sebagai bentangan alam yang terdiri dari satu

atau lebih jenis tanah dan mencakup faktor-faktor fisik topografi, vegetasi, iklim,

atau sumber air dimana proses produksi berlangsung dan pembangunan

Page 5: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

16

dilaksanakan (Departemen Tenaga Kerjadan Transmigrasi, www.nakertrans.go.id,

27 Mei 2011).

Malingreau dalam Tegawati (1978:18) mendefinisikan bahwa ”lahan

adalah suatu wilayah tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang

menyusun biosfer yang dianggap mempunyai siklus yang berada diatasnya atau

dibawah wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air,

masyarakat, dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau masa

yang akan datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

penggunaan lahan.”

Notohadiprawiro (1992:1) mengemukakan bahwa ” lahan dapat diartikan

sebagai suatu sumberdaya darat bergatrabahan, energi, dan ruang yang

termanfaatkan bagi permukiman masyarakat manusia secara tetap dalam berbagai

ragam jelmaan ekonomi, sosial, dan budaya. ”

3. Degradasi Lahan

a. Pengertian Degradasi Lahan

Barrow (1991) mendefinisikan degradasi lahan sebagai hilangnya atau

berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan lahan untuk mendukung

kehidupan. kehilangan atau perubahan kenampakkan tersebut menyebabkan

fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain. Degradasi lahan akan berdampak

baik bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Degradasi lahan akan

mengakibatkan penurunan produktivitas, migrasi, ketidakamanan pangan, bahaya

bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta kehilangan biodiversitas melalui

perubahan habitat baik pada tingkat spesies maupun genetika. Selain itu degradasi

lahan akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

bergantung pada lahan sebagai sumber penghidupannya berupa meningkatnya

angka kemiskinan.

Degradasi lahan adalah proses penurunan proses produktivitas lahan, baik

yang sifatnya sementara maupun tetap. (www. eprints.undip.ac.id/5078/1/M._

Helwin_Setiawan.pdf, 29 Mei 2011)

b. Penyebab Degradasi Lahan

Page 6: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

17

Degradasi lahan secara umum disebabkan oleh proses alami dan akibat

aktivitas manusia. Barrow (1991) secara lebih rinci menyatakan bahwa faktor-

faktor utama penyebab degradasi lahan adalah:

a) Bahaya alami

b) Perubahan jumlah populasi manusia

c) Marjinalisasi tanah

d) Kemiskinan

e) Status kepemilikan tanah

f) Ketidakstabilan politik dan masalah administrasi

g) Kondisi sosial ekonomi

h) Masalah kesehatan

i) Praktek pertanian yang tidak tepat, dan

j) Aktifitas pertambangan dan industri.

Degradasi lahan disebabkan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu aspek fisik, kimia

dan biologi. Degradasi secara fisik terdiri dari pemadatan, pengerakan,

ketidakseimbangan air, terhalangnya aerasi, aliran permukaan, dan erosi.

Degradasi kimiawi terdiri dari asidifikasi, pengurasan unsur hara, pencucian,

ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan alkalinisasi.

Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan karbon organik tanah,

penurunan keanekaragaman hayati tanah, dan penurunan karbon biomas.

4. Daya Dukung Lahan

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Berdasarkan

ketentuan Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang, Pemerintah harus menyusun rencana tata ruang

wilayah nasional (RTRWN), pemerintah daerah provinsi harus menyusun rencana

tata ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi), dan pemerintah daerah kabupaten

harus menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRW kabupaten),

dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Penyusunan rencana tata

ruang wilayah yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup, dapat

Page 7: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

18

menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti banjir,longsor dan

kekeringan. Dalam upaya menangani permasalahan tersebut di atas, dan dalam

rangka pelaksanaan penjelasan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang perlu disusun Pedoman Penentuan Daya Dukung

Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Pedoman ini di samping

digunakan untuk menentukan daya dukung lingkungan hidup wilayah juga dapat

dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan ruang sehingga setiap

penggunaan lahan sesuai dengan kemampuan lahan.

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara

mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung

kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.

Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan

karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan.

Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas

dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu

kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah

(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan

hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan

dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air

dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung

pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan

daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga)

pendekatan, yaitu:

1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.

3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas

lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus

mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan

kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau

Page 8: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

19

defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil

penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan

rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat

dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang

harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi

pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar

daerah.

Data yang digunakan dalam penghitungan perbandingan kebutuhan dan

ketersediaan lahan berasal dari beberapa sumber data, sebagaimana ditunjukkan

dalam Tabel.1

Page 9: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

20

Tabel 1 . Cara Perolehan Data Penentuan Daya Dukung Lahan

Jenis Data Sumber DataPusat Provinsi Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (N)

Data Hasil Susenas atau sensus penduduk BPS dalam Buku Daerah Dalam Angka

Produksi padi/beras (padi/beras)

BPS Pusat: Subdit Statistik

Tanaman Direktorat

Statistik Pertanian

Daerah Dalam Angka (DDA)

Untuk Kabupaten: DDAUntuk Kota; Dinas Terkait

Produksi non padi (non padi)

Statistik Sektoral: Daerah Dalam

Angka Statistik

Pertanian Statistik

Perkebunan Statistik

Perikanan Statistik

Peternakan Statistik

Kehutanan

Data Hortikultura di dinas pertanian setempat

Data perkebunan di dinas terkait setempat

Harga Beras (Hb)

Statistik harga Produsen

Statistik harga produsen (harga di tingkat petani atau lokasi sumber komoditas)

Harga: (Hi) Statistik harga produsen (secara prinsip menggunakan data harga produsen, tergantung pada jenis komoditi lokal)

Statistik harga produsen

Di kabupaten: Statistik Harga

Produsen di BPS setempat

Di Kota: Statistik dinas

terkait lokal jika tidak ada data harga produsen wilayah tersebut, bisa digunakan harga produsen wilayah di dekatnya, atau bisa didekati dengan harga pedagang besar.

(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)

Page 10: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

Total Produksi aktual seluruh komoditas

setempatKetersediaan

LahanKebutuhan

Lahan

Populasi Penduduk

Daya Dukung Lahan

Kebutuhan lahan per orang yang

diasumsikan setara dengan luas lahan

untuk menghasilkan 1 ton setara beras/tahun

21

Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara

ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL). Sebagaimana digambarkan

dalam diagram di bawah ini.

Gambar :

(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)

Gambar 1. Skema Menghitung Daya Dukung Lahan

Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan

ketersediaan dan kebutuhan lahan.

i. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.

ii. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

Di dalam Ketentuan Umum UU RI No. 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 7 dan

8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung

lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya.

Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak

dan satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk

mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas

lahan. Penduduk dan lingkungan merupakan dua variabel yang saling berkaitan.

Page 11: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

22

Penduduk yang semakin bertambah menuntut kemampuan lingkungan baik dalam

menampung pertambahan penduduk maupun dalam mencukupi kebutuhan akan

pangan.

Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian

tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian ekstensif lainnya

membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat tanah (fisik, kimia,

biologi) serta faktor–faktor lahan lain yang diperlukan. Pengunaan lahan yang

tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air,yaitu penempatan

setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan

memperlakukannya sesuai syarat–syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut

tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari.

Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seharusnya

direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi

tambahan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak

dan dapat digunakan secara lestari. Upaya pembatasan dalam pemanfaatan

sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut

yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Daya Dukung Lahan adalah

Jumlah orang yang dapat didukung oleh untuk hidup layak. Faktor–faktor yang

mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan

lahan, degradasi lahan, luas lahan petani, perilaku negatif masyarakat, dan

kepadatan penduduk.

Analisis daya dukung lingkungan digunakan untuk menganalisis lahan

pertanian dan daya tampungnya terhadap jumlah penduduk. Konsep mengenai

daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan populasi, dimana

jumlah populasi sudah tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan

lingkungan yang ada. Daya dukung lahan disini adalah kemampuan lahan untuk

mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Cara mengetahui

daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan

lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat

diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam

keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan

Page 12: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

23

lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi

hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa

ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan

produksi hayati di wilayah tersebut.

a. Ketersediaan Lahan

Bagi pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang utama dan unik,

karena tidak dapat digantikan. Oleh karena itu, bagi pertanian yang bersifat land

base agricultural ketersediaan lahan merupakan syarat mutlak atau keharusan

untuk mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama dalam

perannya mewujudkan kebijakan pangan nasional, menyangkut terjaminnya

pangan (food availability), ketahanan pangan (food security), akses pangan (food

accessibility), kualitas pangan (food quality) dan keamanan pangan (food safety).

Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual

setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk

dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini

digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan

yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan

hidup layak. Menghitung Ketersediaan (Supply) Lahan dapat menggunakan rumus

berikut ini :

Rumus :

(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)

Keterangan:

= Ketersediaan lahan (ha)

Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantungkepada jenis

komoditas). Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan.

Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen

Page 13: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

24

Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen

Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan

produk non beras dengan beras adalah harga.

b. Kebutuhan Lahan

Kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Tekanan penduduk

terhadap daya dukung lahan dapat ditentukan berdasarkan nilai perbandingan

antara jumlah penduduk dan persentase petani dengan luas lahan minimal untuk

hidup layak (Sumarwoto, 1985). Konsep ini berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi tekanan penduduk terhadap lahan seperti luas lahan minimal

untuk hidup, persentase jumlah petani dan buruh tani dalam populasi penduduk,

periode waktu perhitungan, pendapatan petani non pertanian dan luas lahan

pertanian Menghitung Kebutuhan (Demand) Lahan dapat menggunakan rumus

berikut ini :

Rumus:

(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)

Keterangan:

DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)

N = Jumlah penduduk (orang)

KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhanhidup layak per penduduk:

i. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk

merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras

lokal.

ii. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara

beras/kapita/tahun.

Page 14: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

25

iii. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat

menggunaan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2400

kg/ha/tahun

5. Produktivitas

a. Pengertian Produktivitas

Produktivitas adalah rasio dari total output dengan input yang

dipergunakan dalam produksi (Heady, 2002). Menurut ILEIA (1999:33)

Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya

ternak, uang) waktu atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air dan unsur

hara). Pendapat tersebut sejalan dengan Muchdarsyah Sinungan (2003:12) bahwa

secara umum produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai

hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan

mausukan yang sebenarnya,

Selanjutnya (Heady, 2002) menjelaskan bahwa berkenaan dengan lahan,

produktivitas lahan berkesesuaian dengan kapasitas lahan untuk menyerap input

produksi dan menghasilkan output dalam produksi pertanian. Konsep dasar yang

dipergunakan untuk menganalisis produktivitas adalah fungsi produksi. Dewasa

ini telah banyak fungsi produksi yang dikembangkan dan dipergunakan.

Produktivitas menurut Mubyarto (1998) adalah perbandingan antara hasil

produksi yang diperoleh dari satu kesatuan input dengan kemampuan lahan.

Produktivitas lahan adalah kemampuan lahan produktif untuk mengahasilkan

produk-produk hayati diantaraanya:

1) Lahan pertanian

2) Lahan persawahan

3) Lahan perikanan

4) Hutan

5) Built up area

6) Lahan penyerapan karbon atau biomassa energi

Page 15: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

26

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pertanian

1) Faktor Fisik

Faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap produksi pertanaian

adalah lahan. Lahan mempunyai nilai tersendiri yang dipengaruhi oleh unsur-

unsur lahan, adapun unsur yang mempengaruhi adalah iklim, tanah,

kemiringan lahan, dan air.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial yang berpengaruh terhadap pertanian diantaranya

adalah tenaga kerja, modal, teknologi, dan menejemen.

c. Upaya Peningkatan Produktivitas Pertanian

1) Upaya Peningkatan Produktivitas Pertanian

Cara dan tujuan dalam peningkatan produktivitas pertanian ada 3

macam, yaitu:

a) Perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi)

b) Peningkatan Teknologi (intensifikasi)

c) Penganekaragaman komoditi (diversifikasi)

Disamping ketiga factor di atas ada suatu cara yang menunjang untuk

peningkatan produksi pertanian yakni Panca Usaha Tani yang berarti Lima

Usaha Tani.

2) Konservasi Lahan Pertanian

Konservasi adalah semua usaha untuk mengembalikan,

mempertahankan dan menambah atau meningkatkan kesuburan tanah.

Sehubungan dengan keberadaan tanah yang kritis maka diperlukan usaha

pengawetan tanah. Dalam pelakssanaannya pengawetan tanah diterapkan

pada tanah kritis dan tanah tidak kritis agar tanah dapat berfungsi secara

optimal dan berkelanjutan.

Page 16: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

27

d. Produksi Pertanian Tanaman Pangan

Menurut Mubyarto (1989:16), “pertanian mempunyai arti luas dan

sempit.” menurut arti luas, pertanian mencakup :

1) Pertanian rakyat

2) Perkebunan

3) Kehutanan

4) Peternakan

5) Perikanan (darat dan laut)

Menurut arti sempit pertanian mencakup pertanian rakyat, yaitu usaha

pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras,

palawija (jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian dan tanaman hortikultura (sayur-

sayuran dan buah-buahan). pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah,

lading dan pekarangan

BPS (1992:XXV) menyatakan “ pertanian adalah kegiatan usaha yang

meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan

dan peternakan.”

Sedangkan menurut Wikipedia, “pertanian adalah proses menghasilkan

bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara

memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Jaya dinata (1986;52)

menyatakan pertanian di Indonesia meliputi:

1) Pertanian bahan makanan, yang masih bersifat subsisten meliputi sawah,

tegalan dan pekarangan.

2) Perkebunan, yang bersifat niaga karena terdapat surplus.

Usaha pertanian memiliki dua cirri penting: 1) terlalu melibatkan barang

dalam volume besar, 2) proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua

ciri khas ini muncul karena pertanian melbatkan makhluk hidup dalam satu atau

beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu

tertentu dalam proses produksi.

Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya

tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura , dan perkebuanan), kehutanan,

Page 17: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

28

peternakan, dan perikanan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dapat

dilakukan berdasarkan obyek budayanya.

1) Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang

diolah secarara intensif.

2) Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon dan diusahakan pada

lahan yang setengah liar.

3) Peternakan, dengan obyek hewan darat (semua vertebrata ikan)

4) Perikanan, dengan obyek hewan perairan (ikan dan semua non vertebrata).

(www.wikipedia.com 29 mei 2011)

Dalam bidang pertanian, yang dimaksud dengan produksi adalah jumlah

berat hasil panen yang dikumpulkan dari tempat pemeliharaan yang diusahakan

dengan skala kecil maupun skala besar, biasanya dalam satuan kilogram atau ton

(Tim Penyusun Kamus PS, 2003: 402)

Mubyarto (1989:7) mengemukakan hasil-hasil pertanian Indonesia yang

penting adalah tanaman iklim panas seperti padi, jagung, tebu, tembakau, karet

dan kopra. Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk

yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok rakyat. Tanaman pertanian yang dapat

dimasukkan dalam kategori tanaman pangan antara lain adalah padi, jagung, ubi

kayu, ubi jalar dan kacang tanah. (BPS Karanganyar 2004:3)

Produktivtivitas lahan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Produktivitas =

Jumlah ProduksiLuas Lahan

Keterangan:

Produktivitas = ton/ha

Page 18: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

29

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang Dilakukan Oleh Arie Agustina Fitriani (200 5 ).

Arie Agustina Fitriani melakukan penelitian tentang “analisis daya

dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk (studi kasus kabupaten propinsi

jawa timur tahun 2003)”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Daya

dukung lahan pertanian pada masing-masing kabupaten di Propinsi Jawa Timur

tahun 2003, untuk mengetahui Tekanan penduduk atas lahan pertanian semua

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur 2003.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

dokumentasidan observasi lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah

uji deskriptif dan analitis (Analisis Prosentase, Tabulasi Silang)

Hasil penelitian adalah:

a). Tekanan Penduduk

Dari hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis tekanan penduduk.

Dengan beberapa variabel-variabel seperti presentase luas lahan untuk hidup

layakper orang, presentase petani terhadap jumlah penduduk total tahun 2003,

pertumbuhan penduduk di Jawa Timur secara keseluiruhan sebesar 3,06 (diambil

dari hasil kriteria UMK karena dari kriteria beras tidak cocok untuk perhitungan

di wilayah perkotaan terbukti dari hasil yang diperoleh lebih besar dari kriteria

beras). Dalam klasifikasi selanjutnya termasuk dalam kategori timpang tinggi

karena nilanya sudah berkisar angka 3 (TP>2). Hal ini berarti penduduk yang

berada di kawasan Propinsi Jawa Timur sudah melebihi daya tampung. Kepadatan

penduduk tinggi tidak dapat menerima penduduk dari luar daerah. Sebagian

penduduk terutama di wilayah pedesaan mata pencaharian pokok adalah petani,

pemilikan laahan sempit kurang dari 0,5 ha/kk, dan kurang subur, sehingga

prokduktifitas rendah. Sebagai akibat sistem warisan maka lahan pertanian

semakin sempit, kurang efisien dan tidak dapat mendukung untuk kehidupan yang

layak. Laju pertumbuhan penduduk terus berjalan dilain pihak keberadaan sumber

Page 19: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

30

daya lahan tetap atau bahkan berubah untuk keperluan non pertanian sehingga

tingkat kepadatan penduduk makin tinggi. Keterbatasan menciptakan lapangan

kerja di luar sektor pertanian akan berakibat tekanan penduduk makin besar,

karena tidak ada pilihan lain untuk mengerjakan lahan yang dimiliki guna

mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Tingkat nilai tukar hasil pertanian yang

rendah dibandingkan dengan barang keperluan yang lain juga menyebabkan

tingkat kesejahteraan penduduk terutama petani makin tertinggal dan tetap miskin.

Kebijakan pemerintah yang kurang mendudkung petani dalam soal harga produk

pertanian berdampak kehidupan petani tidak dapat terangkat dari kemiskinan.

b). Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan dinotasikan dalam α dimana α ini dipergunakan

sebagai indikator kemampuan pajak lahan tanaman padi terhadap jumlah

penduduk di suatu wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

keseluiruhan di Jawa Timur masih dapat swsembada pangan, untuk mencukupi

kebutuhan pangan terutama beras. Apabila dicermati hubungan antara tekanan

penduduk dengan lahan pertanian maka terjadi korelasi negatif suatu wilayah

dengan tekanan penduduk tinggi (TP>1) maka nilai daya dukung lahan pertanian

rendah (α<1). Dapat dilihat di Kabupaten Trenggalek, Malang, Sidoarjo, Blitar,

Kediri dan kepulauan Madura masing-masing tekanan penduduknya lebih besar

dari dua (TP>2) dan daya dukung lahan rendah (α<1).

Secara keseluruhan Jawa Timur mempunyai tekanan penduduk yang tinggi

(TP>2) namun masih dapat swasembada pangan khususnyaberas walaupun angka

daya dukungnya berada pada ambang batas (α = 1).

Dengan kata lain dapat disimpulkan peringatan dini (dini warning) tentang

bahan pangan. Untuk waktu mendatang perlu kebijakan yang mendukung

kegiatan swasembada pangan apabila tidak ingin kekurangan beras.

2. Penelitian yang Dilakukan Oleh Restu Diani Putri (200 9 ).

Restu Diani Putri melakukan penelitian tentang “Analisis Daya Dukung

Lahan dan perubahan struktur ekonomi Kabupaten Pacitan pada masa sebelum

dan selama pelaksanaan Otonomi Daerah”. Tujuan dari penelitian adalah

Page 20: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

31

mengetahui daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan, mengetahui pergeseran

struktur ekonomi kabupaten Pacitan, mengetahui sektor perekonomian yang

menjadi sektor basis di Kabupaten Pacitan, mengetahui sektor perekonomian yang

menjadi unggulan di Kabupaten pacitan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

diskripsi analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

dokumentasi (analisis dokumen/arsip). Teknik analisis data adalah analisis daya

dukung lahan, analisis Shift-Share Klasik, analisis Location Quotients, analisis

Model ratio pertumbuhan dan analisis Overlay.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a). Jumlah penduduk di kawasan Kabupaten pacitan telah melebihi daya

tampung lahan atau dengan kata lain daya dukung lajan sudah melebihi

ambang batas.

b). Berdasarkan analisis Shift-share klasik diketahui bahwa nilai keunggulan

atau sektor yang memiliki daya saing paling tinggi di Kabupaten Pacitan

adalah sektor Pertanian kemudian jasa, Perdagangan, Hotel dan Restauran,

Keuangan, Persewaan dan Perusahaan.

c). Berdasrkan analisis Location Quotients pada masa sebelum otonomi basis

sektor Kabupaten Pacitan adalah Pertanian, Bahan makanan, Perkebunan

Peternakan, pertambangan penggalian, Bangunan, Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-jasa. Namun setelah otonomi

terdapat penambahan basis sektor, yaitu sektor Pengangkutan dan

Komunikasi.

d). Ferdasarkan hasil analisis MRP, sebelum otonomi sektor yang menonjol

adalah Pertanian dan Perikanan. Sedangkan setelah otonomi, sektor yang

menonjol adalah Industri Pengolahan, Bangunan, Jasa-jasa, dan

Perkebunan.

e). Berdasarkan analisis Overlay, sebelum otonomi yang dikembangkan secara

dominan adalah sektor Pertanian. Sedangkan setelah otonomi yang

dikembangkan adalah sektor Bangunan, Jasa-jasa, dan Perkebunan.

Page 21: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

32

C. Batasan Operasional

1. Lahan adalah suatu silayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda

pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan, (relief), hidrologi,

populasi tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan

masa kini, yang bersifat mantap atau mendaur.

2. Produksi adalah pendekatan pada total populasi tanaman per satuan luas.

Produktivitas adalah nilai bobot hasil tanaman per satuan luas dalam kurun

waktu tertentu.

3. Produktivitas lahan adalah kemampuan atau daya dukung lahan tersebut

untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi per satuan luas dalam satuan

waktu tertentu (Sjechnadarfuddin dan Indrayanti, 2005).

4. Ketersediaan lahan adalah lahan yang tersisa untuk digunakan sebagai lahan

pertanian/perkebunan/perikanan darat setelah semua lahan itu di maksimalkan

pemanfaatannya. Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan produksi aktual

setempat dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut.

5. Kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan lahan

tercemin pada kemungkinan penggunaan lahan untuk memenuhi kebutuhan

tertentu.

6. Daya dukung lahan adalah kemampuan tanah, iklim, organisme, tanaman

(genetik), waktu dan manusia sebagai pengelola atau tenaga kerja

(Sjechnadarfuddin dan Indrayanti, 2005).

D. Kerangka Berpikir

DAS Walikan merupakan DAS yang berada pada DAS Bengawan Solo

hulu. Apabila dilihat dari penggunaan lahannya sebagian besar lahannya

digunakan untuk lahan non permukiman, jenis tanahnya terdiri dari tiga jenis

tanah yaitu litosol, latosol, dan tanah mediteran, dan satuan geologinya terdiri dari

dua jenis. Dalam penelitian daya dukung lahan ini, yang dikaji adalah kemampuan

suatu lahan untuk menghasilkan produk hayati.

Page 22: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

33

Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya

terdapat komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan atau satu kesatuan

sehingga perlu adanya pemeliharaan DAS yang berkelanjutan. Hal tersebut

dilakukan sebab permasalahan pada DAS akan berdampak pula bagi manusia

sebagai bagian dari daerah tersebut. Ancaman degradasi lahan, penurunan

produktivitas lahan, tekanan penduduk dan penurunan kualitas lingkungan harus

dicegah dan segera ditangani untuk memaksimalkan potensi daya dukung lahan

pada suatu DAS. Daya dukung lahan suatu wilayah dipengaruhi oleh ketersedian

lahan dan kebutuhan lahan. Ketersediaan lahan suatu daerah dipengaruhi oleh

tingkat produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian dikatakan baik apabila

produk hayati yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Produk

hayati/aktual yang digunakan diantaranya yaitu produksi pertanian, peternakan,

perikanan dan buah-buahan. Ketersediaan lahan tersebut juga dipengaruhi oleh

luas kepemilikan lahan dari penduduk, harga komoditi dari masing-masing hasil

produksi serta harga satuan beras. Sedangkan kebutuhan lahan dipengaruhi oleh

populasi penduduk dan kebutuhan lahan per orang yang diasumsikan setara

dengan luas lahan untuk menghasilkan 1 ton setara beras per tahun.

Informasi-informasi atau data primer mengenai produktivitas lahan

diperoleh dari wawancara dengan pemilik lahan. Wawancara dilakakukan dengan

teknik sampling.

Hasil analisis daya dukung diperoleh dari perbandingan antara

ketersediaan lahan dengan kebutuhan lahan di DAS Walikan, apabila ketersediaan

lahan lebih keci dari kebutuhan lahan maka daya dukung lahan DAS adalah

defisit, sedangkan apabila ketersediaan lahan lebih besar dari kebutuhan lahan

maka dapat dikatakan daya dukung lahan DAS adalah surplus. Untuk lebih

jelasnya alur pemikiran dapat dilihat dari bagan 1 sebagai berikut:

Page 23: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

PertanianPembangunan Pemanfaatan Lahan

DAS

Potensi Permasalahan Lahan/Lingkungan

Ancaman degradasi lahanAncaman Penurunan Produktivitas LahanTekanan Penduduk terhadap Lahan

Daya Dukung Lahan

Jumlah Penduduk

Kebutuhan LahanPerkapita

Kebutuhan Lahan

Ketersediaan Lahan

Luas kepemilikan Lahan

Harga Komoditi

Harga Satuan Beras

Produksi Aktual Produksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuran

34

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Produktivitas Lahan

Page 24: Web viewKomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan)

Jumlah PendudukJumlah

Penduduk

Kebutuhan Lahan PerkapitaKebutuhan LahanPerkapita

Kebutuhan LahanKebutuhan

Lahan

Ketersediaan LahanKetersediaan

Lahan

Produksi AktualProduksi

Aktual

Luas kepemilikanLuas kepemilikan

Harga KomoditiHarga Komoditi

Harga Satuan BerasHarga Satuan

Beras

Produksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuranProduksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuran

Faktor Lingkungan Fisik

Faktor Lingkungan Teknologi

35

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Daya dukunglahan