web viewkomoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
a. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Chay Asdak (2010:4) Daerah Aliran Sungai adalah suatu
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung
yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke
laut melalui sungai utama. Daerah aliran sungai secara yuridis formal tertuang
dalam Peraturan Pemeintah No: 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan. Dalam
Peraturan Pemerintah tersebut DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang
bentuk dan sifanya sedemikian rupa sehingga suatu kesatuan dengan sungai dan
anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air
yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta
pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi
keseimbangan daerah tersebut.
Dalam Daerah aliran sungai terdapat ekosistem. Ekosistem adalah suatu
sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga
membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2010:10). Komponen yang dimaksud adalah
komponen biotik dan abiotik. Setiap komponen tersebut tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga aktifitas suatu komponen ekosistem akan selalu memberikan
pengaruh pada komponen ekosistem lainnya. Manusia merupakan salah satu
ekosistem biotik yang penting dan dinamis. Dalam menjalankan aktifitasnya
sering mangakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan untuk
kemudian mempengaruhi ekosistem secara berurutan.
b. Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS)
12
13
Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian hulu, bagian
tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Bagian Hulu
a. Merupakan daerah konservasi.
b. Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar
dari 15%).
d. Bukan merupakan daerah banjir.
e. Pengaturan air ditentukan oleh pola drainase.
2) Bagian Hilir
a. Merupakan daerah pemanfaatan.
b. Kerapatan drainase lebih kecil.
c. Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat
kecil (kurang dari 8%).
d. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).
e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.
3) Bagain Tengah
Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari
kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas.
(Asdak, 2010:11).
c. Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut
sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan
bentuklahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk:
a. Mengalirkan air.
b. Menyangga kejadian puncak hujan.
c. Melepaskan air secara bertahap.
d. Memelihara kualitas air.
14
e. Mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).
(http://www.bacaanonline.com, 19Juli 2011)
Fungsi suatu DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh
seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah
(topografi), tanah, dan manusia. Apabila salah satu faktor tersebut mengalami
perubahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi juga ekosistem DAS tersebut
dan akan menyebabkan gangguan terhadap bekerjanya fungsi DAS. Apabila
fungsi suatu DAS telah terganggu, maka sistem hidrologisnya akan terganggu,
penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya menjadi sangat
berkurang atau sistem penyalurannya menjadi sangat boros. Kejadian itu akan
menyebabkan melimpahnya air pada musim penghujan dan sangat minimum pada
musim kemarau, sehingga fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan musim
kemarau berbeda tajam.
Agus, F. Dan Widianto (2004:186) mengemukakan bahwa sebuah DAS yang
sehat dapat menyediakan:
1) Unsur hara bagi tumbuh-tumbuhan.
2) Sumber makanan bagi manusia dan hewan
3) Air minum yang sehat bagi manusia dan makhluk lainnya.
4) Tempat berbagai aktivitas manusia dan hewan.
Manusia hidup di bumi akan selalu dipengaruhi, baik secara positif dan
negatif oleh adanya interaksi dari sumberdaya air dengan sumberdaya-
sumberdaya alam lainnya. Dampak dari interaksi sumberdaya tersebut tidak
terbatas pada batasan politik saja. Sebagai contoh yang nyata, air. Air yang
mengalir dalam kapasitas yang sangat besar akan mengakibatkan terjadinya banjir.
aliran air yang besar akan mengalir dari permukaan yang tinggi ke permukaan
yang lebih rendah tanpa memperdulikan batas-batas politis atau administrasi. Dari
sinilah diperlukan suatu pengelolaan DAS.
Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk
mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia
dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi
15
manusia secara berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2000). Selama ini
kerjasama pengelolaan DAS sering kali dibatasi oleh batas-batas politis ataupun
administrasi saja. Padahal kekuatan alam seperti banjir diatas atau erosi dan tanah
longsor tidak mengenal batas-batas politis ataupun administrasi. Pengelolaan DAS
ditujukan untuk kesejahteraan manusia dengan mempertimbangkan kondisi
sumberdaya alam atau ekosistemnya, kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
kelembagaan. Pengelolaan tidak hanya bertumpu pada salah satu aspek saja tetapi
juga harus memperhatikan aspek yang lain. Hal ini bertujuan untuk
menyeimbangkan hubungan timbal balik ekosistem DAS dengan manusia, sebab
DAS memiliki banyak fungsi (mulltifungsi). Multifungsi DAS seperti penyedia
pangan, papan, sandang, rekreasi, kesejukan udara, jasa lingkungan,
keanekaragaman hayati, penyedia energi, dan sebagainya harus diperhatikan.
Untuk itu, pendekatan multifungsi DAS dan peran DAS yang dominan dalam
kehidupan manusia harus dilakukan agar keseimbangan dapat tercapai. Dengan
demikian, konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh adanya
kebijaksanaan yang harus dirumuskan dengan baik pula.
2. Lahan
Menurut Food And Agricultural Organisation (FAO:1976) lahan diartikan
sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi
serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan
lahan, termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan
seperti tanah yang tersalinasi (Arsyad, 2010: 310).
Dedy Ma’mun dalam Suryaningtyas (2002:20) menyatakan bahwa ”lahan
adalah bagian dari permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan
serta berdirinya berbagai struktur kebutuhan untuk menunjang kehidupan.”Selain
itu, lahan juga dapat didefinisikan sebagai bentangan alam yang terdiri dari satu
atau lebih jenis tanah dan mencakup faktor-faktor fisik topografi, vegetasi, iklim,
atau sumber air dimana proses produksi berlangsung dan pembangunan
16
dilaksanakan (Departemen Tenaga Kerjadan Transmigrasi, www.nakertrans.go.id,
27 Mei 2011).
Malingreau dalam Tegawati (1978:18) mendefinisikan bahwa ”lahan
adalah suatu wilayah tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang
menyusun biosfer yang dianggap mempunyai siklus yang berada diatasnya atau
dibawah wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air,
masyarakat, dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau masa
yang akan datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
penggunaan lahan.”
Notohadiprawiro (1992:1) mengemukakan bahwa ” lahan dapat diartikan
sebagai suatu sumberdaya darat bergatrabahan, energi, dan ruang yang
termanfaatkan bagi permukiman masyarakat manusia secara tetap dalam berbagai
ragam jelmaan ekonomi, sosial, dan budaya. ”
3. Degradasi Lahan
a. Pengertian Degradasi Lahan
Barrow (1991) mendefinisikan degradasi lahan sebagai hilangnya atau
berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan lahan untuk mendukung
kehidupan. kehilangan atau perubahan kenampakkan tersebut menyebabkan
fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain. Degradasi lahan akan berdampak
baik bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Degradasi lahan akan
mengakibatkan penurunan produktivitas, migrasi, ketidakamanan pangan, bahaya
bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta kehilangan biodiversitas melalui
perubahan habitat baik pada tingkat spesies maupun genetika. Selain itu degradasi
lahan akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
bergantung pada lahan sebagai sumber penghidupannya berupa meningkatnya
angka kemiskinan.
Degradasi lahan adalah proses penurunan proses produktivitas lahan, baik
yang sifatnya sementara maupun tetap. (www. eprints.undip.ac.id/5078/1/M._
Helwin_Setiawan.pdf, 29 Mei 2011)
b. Penyebab Degradasi Lahan
17
Degradasi lahan secara umum disebabkan oleh proses alami dan akibat
aktivitas manusia. Barrow (1991) secara lebih rinci menyatakan bahwa faktor-
faktor utama penyebab degradasi lahan adalah:
a) Bahaya alami
b) Perubahan jumlah populasi manusia
c) Marjinalisasi tanah
d) Kemiskinan
e) Status kepemilikan tanah
f) Ketidakstabilan politik dan masalah administrasi
g) Kondisi sosial ekonomi
h) Masalah kesehatan
i) Praktek pertanian yang tidak tepat, dan
j) Aktifitas pertambangan dan industri.
Degradasi lahan disebabkan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu aspek fisik, kimia
dan biologi. Degradasi secara fisik terdiri dari pemadatan, pengerakan,
ketidakseimbangan air, terhalangnya aerasi, aliran permukaan, dan erosi.
Degradasi kimiawi terdiri dari asidifikasi, pengurasan unsur hara, pencucian,
ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan alkalinisasi.
Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan karbon organik tanah,
penurunan keanekaragaman hayati tanah, dan penurunan karbon biomas.
4. Daya Dukung Lahan
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Berdasarkan
ketentuan Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, Pemerintah harus menyusun rencana tata ruang
wilayah nasional (RTRWN), pemerintah daerah provinsi harus menyusun rencana
tata ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi), dan pemerintah daerah kabupaten
harus menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRW kabupaten),
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Penyusunan rencana tata
ruang wilayah yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup, dapat
18
menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti banjir,longsor dan
kekeringan. Dalam upaya menangani permasalahan tersebut di atas, dan dalam
rangka pelaksanaan penjelasan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang perlu disusun Pedoman Penentuan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Pedoman ini di samping
digunakan untuk menentukan daya dukung lingkungan hidup wilayah juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan ruang sehingga setiap
penggunaan lahan sesuai dengan kemampuan lahan.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan
karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan.
Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas
dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu
kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan
hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan
dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air
dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung
pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan
daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga)
pendekatan, yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.
3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas
lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus
mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau
19
defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil
penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat
dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang
harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar
daerah.
Data yang digunakan dalam penghitungan perbandingan kebutuhan dan
ketersediaan lahan berasal dari beberapa sumber data, sebagaimana ditunjukkan
dalam Tabel.1
20
Tabel 1 . Cara Perolehan Data Penentuan Daya Dukung Lahan
Jenis Data Sumber DataPusat Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (N)
Data Hasil Susenas atau sensus penduduk BPS dalam Buku Daerah Dalam Angka
Produksi padi/beras (padi/beras)
BPS Pusat: Subdit Statistik
Tanaman Direktorat
Statistik Pertanian
Daerah Dalam Angka (DDA)
Untuk Kabupaten: DDAUntuk Kota; Dinas Terkait
Produksi non padi (non padi)
Statistik Sektoral: Daerah Dalam
Angka Statistik
Pertanian Statistik
Perkebunan Statistik
Perikanan Statistik
Peternakan Statistik
Kehutanan
Data Hortikultura di dinas pertanian setempat
Data perkebunan di dinas terkait setempat
Harga Beras (Hb)
Statistik harga Produsen
Statistik harga produsen (harga di tingkat petani atau lokasi sumber komoditas)
Harga: (Hi) Statistik harga produsen (secara prinsip menggunakan data harga produsen, tergantung pada jenis komoditi lokal)
Statistik harga produsen
Di kabupaten: Statistik Harga
Produsen di BPS setempat
Di Kota: Statistik dinas
terkait lokal jika tidak ada data harga produsen wilayah tersebut, bisa digunakan harga produsen wilayah di dekatnya, atau bisa didekati dengan harga pedagang besar.
(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)
Total Produksi aktual seluruh komoditas
setempatKetersediaan
LahanKebutuhan
Lahan
Populasi Penduduk
Daya Dukung Lahan
Kebutuhan lahan per orang yang
diasumsikan setara dengan luas lahan
untuk menghasilkan 1 ton setara beras/tahun
21
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL). Sebagaimana digambarkan
dalam diagram di bawah ini.
Gambar :
(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)
Gambar 1. Skema Menghitung Daya Dukung Lahan
Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan dan kebutuhan lahan.
i. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
ii. Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
Di dalam Ketentuan Umum UU RI No. 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 7 dan
8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya.
Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak
dan satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas
lahan. Penduduk dan lingkungan merupakan dua variabel yang saling berkaitan.
22
Penduduk yang semakin bertambah menuntut kemampuan lingkungan baik dalam
menampung pertambahan penduduk maupun dalam mencukupi kebutuhan akan
pangan.
Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian
tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian ekstensif lainnya
membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat tanah (fisik, kimia,
biologi) serta faktor–faktor lahan lain yang diperlukan. Pengunaan lahan yang
tepat adalah salah satu bagian dari konservasi tanah dan air,yaitu penempatan
setiap bidang tanah pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
memperlakukannya sesuai syarat–syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut
tidak rusak dan dapat menjamin produktivitas yang tinggi secara lestari.
Penggunaan lahan yang tidak cocok dengan kemampuannya seharusnya
direkomendasikan perubahan penggunaannya atau dimasukkan teknologi
tambahan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan sehingga lahan tidak rusak
dan dapat digunakan secara lestari. Upaya pembatasan dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan yang disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lahan tersebut
yang sering dikenal dengan konsep daya dukung. Daya Dukung Lahan adalah
Jumlah orang yang dapat didukung oleh untuk hidup layak. Faktor–faktor yang
mempengaruhi daya dukung lahan adalah kemampuan lahan dan penggunaan
lahan, degradasi lahan, luas lahan petani, perilaku negatif masyarakat, dan
kepadatan penduduk.
Analisis daya dukung lingkungan digunakan untuk menganalisis lahan
pertanian dan daya tampungnya terhadap jumlah penduduk. Konsep mengenai
daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan populasi, dimana
jumlah populasi sudah tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan
lingkungan yang ada. Daya dukung lahan disini adalah kemampuan lahan untuk
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Cara mengetahui
daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan
lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metode ini dapat
diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam
keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan
23
lahan setempat di suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi
hayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa
ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan
produksi hayati di wilayah tersebut.
a. Ketersediaan Lahan
Bagi pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang utama dan unik,
karena tidak dapat digantikan. Oleh karena itu, bagi pertanian yang bersifat land
base agricultural ketersediaan lahan merupakan syarat mutlak atau keharusan
untuk mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama dalam
perannya mewujudkan kebijakan pangan nasional, menyangkut terjaminnya
pangan (food availability), ketahanan pangan (food security), akses pangan (food
accessibility), kualitas pangan (food quality) dan keamanan pangan (food safety).
Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual
setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk
dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini
digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan
yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan
hidup layak. Menghitung Ketersediaan (Supply) Lahan dapat menggunakan rumus
berikut ini :
Rumus :
(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)
Keterangan:
= Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantungkepada jenis
komoditas). Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen
24
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan
produk non beras dengan beras adalah harga.
b. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Tekanan penduduk
terhadap daya dukung lahan dapat ditentukan berdasarkan nilai perbandingan
antara jumlah penduduk dan persentase petani dengan luas lahan minimal untuk
hidup layak (Sumarwoto, 1985). Konsep ini berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan penduduk terhadap lahan seperti luas lahan minimal
untuk hidup, persentase jumlah petani dan buruh tani dalam populasi penduduk,
periode waktu perhitungan, pendapatan petani non pertanian dan luas lahan
pertanian Menghitung Kebutuhan (Demand) Lahan dapat menggunakan rumus
berikut ini :
Rumus:
(Sumber: Lamp. Permen. Lingkungan Hidup, No.17: 2009)
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhanhidup layak per penduduk:
i. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras
lokal.
ii. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun.
25
iii. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat
menggunaan data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2400
kg/ha/tahun
5. Produktivitas
a. Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah rasio dari total output dengan input yang
dipergunakan dalam produksi (Heady, 2002). Menurut ILEIA (1999:33)
Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya
ternak, uang) waktu atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air dan unsur
hara). Pendapat tersebut sejalan dengan Muchdarsyah Sinungan (2003:12) bahwa
secara umum produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai
hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan
mausukan yang sebenarnya,
Selanjutnya (Heady, 2002) menjelaskan bahwa berkenaan dengan lahan,
produktivitas lahan berkesesuaian dengan kapasitas lahan untuk menyerap input
produksi dan menghasilkan output dalam produksi pertanian. Konsep dasar yang
dipergunakan untuk menganalisis produktivitas adalah fungsi produksi. Dewasa
ini telah banyak fungsi produksi yang dikembangkan dan dipergunakan.
Produktivitas menurut Mubyarto (1998) adalah perbandingan antara hasil
produksi yang diperoleh dari satu kesatuan input dengan kemampuan lahan.
Produktivitas lahan adalah kemampuan lahan produktif untuk mengahasilkan
produk-produk hayati diantaraanya:
1) Lahan pertanian
2) Lahan persawahan
3) Lahan perikanan
4) Hutan
5) Built up area
6) Lahan penyerapan karbon atau biomassa energi
26
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pertanian
1) Faktor Fisik
Faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap produksi pertanaian
adalah lahan. Lahan mempunyai nilai tersendiri yang dipengaruhi oleh unsur-
unsur lahan, adapun unsur yang mempengaruhi adalah iklim, tanah,
kemiringan lahan, dan air.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial yang berpengaruh terhadap pertanian diantaranya
adalah tenaga kerja, modal, teknologi, dan menejemen.
c. Upaya Peningkatan Produktivitas Pertanian
1) Upaya Peningkatan Produktivitas Pertanian
Cara dan tujuan dalam peningkatan produktivitas pertanian ada 3
macam, yaitu:
a) Perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi)
b) Peningkatan Teknologi (intensifikasi)
c) Penganekaragaman komoditi (diversifikasi)
Disamping ketiga factor di atas ada suatu cara yang menunjang untuk
peningkatan produksi pertanian yakni Panca Usaha Tani yang berarti Lima
Usaha Tani.
2) Konservasi Lahan Pertanian
Konservasi adalah semua usaha untuk mengembalikan,
mempertahankan dan menambah atau meningkatkan kesuburan tanah.
Sehubungan dengan keberadaan tanah yang kritis maka diperlukan usaha
pengawetan tanah. Dalam pelakssanaannya pengawetan tanah diterapkan
pada tanah kritis dan tanah tidak kritis agar tanah dapat berfungsi secara
optimal dan berkelanjutan.
27
d. Produksi Pertanian Tanaman Pangan
Menurut Mubyarto (1989:16), “pertanian mempunyai arti luas dan
sempit.” menurut arti luas, pertanian mencakup :
1) Pertanian rakyat
2) Perkebunan
3) Kehutanan
4) Peternakan
5) Perikanan (darat dan laut)
Menurut arti sempit pertanian mencakup pertanian rakyat, yaitu usaha
pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras,
palawija (jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian dan tanaman hortikultura (sayur-
sayuran dan buah-buahan). pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah,
lading dan pekarangan
BPS (1992:XXV) menyatakan “ pertanian adalah kegiatan usaha yang
meliputi budidaya tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan
dan peternakan.”
Sedangkan menurut Wikipedia, “pertanian adalah proses menghasilkan
bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara
memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Jaya dinata (1986;52)
menyatakan pertanian di Indonesia meliputi:
1) Pertanian bahan makanan, yang masih bersifat subsisten meliputi sawah,
tegalan dan pekarangan.
2) Perkebunan, yang bersifat niaga karena terdapat surplus.
Usaha pertanian memiliki dua cirri penting: 1) terlalu melibatkan barang
dalam volume besar, 2) proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua
ciri khas ini muncul karena pertanian melbatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi.
Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya
tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura , dan perkebuanan), kehutanan,
28
peternakan, dan perikanan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dapat
dilakukan berdasarkan obyek budayanya.
1) Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang
diolah secarara intensif.
2) Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon dan diusahakan pada
lahan yang setengah liar.
3) Peternakan, dengan obyek hewan darat (semua vertebrata ikan)
4) Perikanan, dengan obyek hewan perairan (ikan dan semua non vertebrata).
(www.wikipedia.com 29 mei 2011)
Dalam bidang pertanian, yang dimaksud dengan produksi adalah jumlah
berat hasil panen yang dikumpulkan dari tempat pemeliharaan yang diusahakan
dengan skala kecil maupun skala besar, biasanya dalam satuan kilogram atau ton
(Tim Penyusun Kamus PS, 2003: 402)
Mubyarto (1989:7) mengemukakan hasil-hasil pertanian Indonesia yang
penting adalah tanaman iklim panas seperti padi, jagung, tebu, tembakau, karet
dan kopra. Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk
yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok rakyat. Tanaman pertanian yang dapat
dimasukkan dalam kategori tanaman pangan antara lain adalah padi, jagung, ubi
kayu, ubi jalar dan kacang tanah. (BPS Karanganyar 2004:3)
Produktivtivitas lahan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Produktivitas =
Jumlah ProduksiLuas Lahan
Keterangan:
Produktivitas = ton/ha
29
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang Dilakukan Oleh Arie Agustina Fitriani (200 5 ).
Arie Agustina Fitriani melakukan penelitian tentang “analisis daya
dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk (studi kasus kabupaten propinsi
jawa timur tahun 2003)”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Daya
dukung lahan pertanian pada masing-masing kabupaten di Propinsi Jawa Timur
tahun 2003, untuk mengetahui Tekanan penduduk atas lahan pertanian semua
kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur 2003.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
dokumentasidan observasi lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah
uji deskriptif dan analitis (Analisis Prosentase, Tabulasi Silang)
Hasil penelitian adalah:
a). Tekanan Penduduk
Dari hasil penelitian dengan menggunakan alat analisis tekanan penduduk.
Dengan beberapa variabel-variabel seperti presentase luas lahan untuk hidup
layakper orang, presentase petani terhadap jumlah penduduk total tahun 2003,
pertumbuhan penduduk di Jawa Timur secara keseluiruhan sebesar 3,06 (diambil
dari hasil kriteria UMK karena dari kriteria beras tidak cocok untuk perhitungan
di wilayah perkotaan terbukti dari hasil yang diperoleh lebih besar dari kriteria
beras). Dalam klasifikasi selanjutnya termasuk dalam kategori timpang tinggi
karena nilanya sudah berkisar angka 3 (TP>2). Hal ini berarti penduduk yang
berada di kawasan Propinsi Jawa Timur sudah melebihi daya tampung. Kepadatan
penduduk tinggi tidak dapat menerima penduduk dari luar daerah. Sebagian
penduduk terutama di wilayah pedesaan mata pencaharian pokok adalah petani,
pemilikan laahan sempit kurang dari 0,5 ha/kk, dan kurang subur, sehingga
prokduktifitas rendah. Sebagai akibat sistem warisan maka lahan pertanian
semakin sempit, kurang efisien dan tidak dapat mendukung untuk kehidupan yang
layak. Laju pertumbuhan penduduk terus berjalan dilain pihak keberadaan sumber
30
daya lahan tetap atau bahkan berubah untuk keperluan non pertanian sehingga
tingkat kepadatan penduduk makin tinggi. Keterbatasan menciptakan lapangan
kerja di luar sektor pertanian akan berakibat tekanan penduduk makin besar,
karena tidak ada pilihan lain untuk mengerjakan lahan yang dimiliki guna
mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Tingkat nilai tukar hasil pertanian yang
rendah dibandingkan dengan barang keperluan yang lain juga menyebabkan
tingkat kesejahteraan penduduk terutama petani makin tertinggal dan tetap miskin.
Kebijakan pemerintah yang kurang mendudkung petani dalam soal harga produk
pertanian berdampak kehidupan petani tidak dapat terangkat dari kemiskinan.
b). Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan dinotasikan dalam α dimana α ini dipergunakan
sebagai indikator kemampuan pajak lahan tanaman padi terhadap jumlah
penduduk di suatu wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
keseluiruhan di Jawa Timur masih dapat swsembada pangan, untuk mencukupi
kebutuhan pangan terutama beras. Apabila dicermati hubungan antara tekanan
penduduk dengan lahan pertanian maka terjadi korelasi negatif suatu wilayah
dengan tekanan penduduk tinggi (TP>1) maka nilai daya dukung lahan pertanian
rendah (α<1). Dapat dilihat di Kabupaten Trenggalek, Malang, Sidoarjo, Blitar,
Kediri dan kepulauan Madura masing-masing tekanan penduduknya lebih besar
dari dua (TP>2) dan daya dukung lahan rendah (α<1).
Secara keseluruhan Jawa Timur mempunyai tekanan penduduk yang tinggi
(TP>2) namun masih dapat swasembada pangan khususnyaberas walaupun angka
daya dukungnya berada pada ambang batas (α = 1).
Dengan kata lain dapat disimpulkan peringatan dini (dini warning) tentang
bahan pangan. Untuk waktu mendatang perlu kebijakan yang mendukung
kegiatan swasembada pangan apabila tidak ingin kekurangan beras.
2. Penelitian yang Dilakukan Oleh Restu Diani Putri (200 9 ).
Restu Diani Putri melakukan penelitian tentang “Analisis Daya Dukung
Lahan dan perubahan struktur ekonomi Kabupaten Pacitan pada masa sebelum
dan selama pelaksanaan Otonomi Daerah”. Tujuan dari penelitian adalah
31
mengetahui daya dukung lahan di Kabupaten Pacitan, mengetahui pergeseran
struktur ekonomi kabupaten Pacitan, mengetahui sektor perekonomian yang
menjadi sektor basis di Kabupaten Pacitan, mengetahui sektor perekonomian yang
menjadi unggulan di Kabupaten pacitan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
diskripsi analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
dokumentasi (analisis dokumen/arsip). Teknik analisis data adalah analisis daya
dukung lahan, analisis Shift-Share Klasik, analisis Location Quotients, analisis
Model ratio pertumbuhan dan analisis Overlay.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a). Jumlah penduduk di kawasan Kabupaten pacitan telah melebihi daya
tampung lahan atau dengan kata lain daya dukung lajan sudah melebihi
ambang batas.
b). Berdasarkan analisis Shift-share klasik diketahui bahwa nilai keunggulan
atau sektor yang memiliki daya saing paling tinggi di Kabupaten Pacitan
adalah sektor Pertanian kemudian jasa, Perdagangan, Hotel dan Restauran,
Keuangan, Persewaan dan Perusahaan.
c). Berdasrkan analisis Location Quotients pada masa sebelum otonomi basis
sektor Kabupaten Pacitan adalah Pertanian, Bahan makanan, Perkebunan
Peternakan, pertambangan penggalian, Bangunan, Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-jasa. Namun setelah otonomi
terdapat penambahan basis sektor, yaitu sektor Pengangkutan dan
Komunikasi.
d). Ferdasarkan hasil analisis MRP, sebelum otonomi sektor yang menonjol
adalah Pertanian dan Perikanan. Sedangkan setelah otonomi, sektor yang
menonjol adalah Industri Pengolahan, Bangunan, Jasa-jasa, dan
Perkebunan.
e). Berdasarkan analisis Overlay, sebelum otonomi yang dikembangkan secara
dominan adalah sektor Pertanian. Sedangkan setelah otonomi yang
dikembangkan adalah sektor Bangunan, Jasa-jasa, dan Perkebunan.
32
C. Batasan Operasional
1. Lahan adalah suatu silayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda
pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan, (relief), hidrologi,
populasi tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan
masa kini, yang bersifat mantap atau mendaur.
2. Produksi adalah pendekatan pada total populasi tanaman per satuan luas.
Produktivitas adalah nilai bobot hasil tanaman per satuan luas dalam kurun
waktu tertentu.
3. Produktivitas lahan adalah kemampuan atau daya dukung lahan tersebut
untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi per satuan luas dalam satuan
waktu tertentu (Sjechnadarfuddin dan Indrayanti, 2005).
4. Ketersediaan lahan adalah lahan yang tersisa untuk digunakan sebagai lahan
pertanian/perkebunan/perikanan darat setelah semua lahan itu di maksimalkan
pemanfaatannya. Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan produksi aktual
setempat dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut.
5. Kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan lahan
tercemin pada kemungkinan penggunaan lahan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu.
6. Daya dukung lahan adalah kemampuan tanah, iklim, organisme, tanaman
(genetik), waktu dan manusia sebagai pengelola atau tenaga kerja
(Sjechnadarfuddin dan Indrayanti, 2005).
D. Kerangka Berpikir
DAS Walikan merupakan DAS yang berada pada DAS Bengawan Solo
hulu. Apabila dilihat dari penggunaan lahannya sebagian besar lahannya
digunakan untuk lahan non permukiman, jenis tanahnya terdiri dari tiga jenis
tanah yaitu litosol, latosol, dan tanah mediteran, dan satuan geologinya terdiri dari
dua jenis. Dalam penelitian daya dukung lahan ini, yang dikaji adalah kemampuan
suatu lahan untuk menghasilkan produk hayati.
33
Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya
terdapat komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan atau satu kesatuan
sehingga perlu adanya pemeliharaan DAS yang berkelanjutan. Hal tersebut
dilakukan sebab permasalahan pada DAS akan berdampak pula bagi manusia
sebagai bagian dari daerah tersebut. Ancaman degradasi lahan, penurunan
produktivitas lahan, tekanan penduduk dan penurunan kualitas lingkungan harus
dicegah dan segera ditangani untuk memaksimalkan potensi daya dukung lahan
pada suatu DAS. Daya dukung lahan suatu wilayah dipengaruhi oleh ketersedian
lahan dan kebutuhan lahan. Ketersediaan lahan suatu daerah dipengaruhi oleh
tingkat produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian dikatakan baik apabila
produk hayati yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Produk
hayati/aktual yang digunakan diantaranya yaitu produksi pertanian, peternakan,
perikanan dan buah-buahan. Ketersediaan lahan tersebut juga dipengaruhi oleh
luas kepemilikan lahan dari penduduk, harga komoditi dari masing-masing hasil
produksi serta harga satuan beras. Sedangkan kebutuhan lahan dipengaruhi oleh
populasi penduduk dan kebutuhan lahan per orang yang diasumsikan setara
dengan luas lahan untuk menghasilkan 1 ton setara beras per tahun.
Informasi-informasi atau data primer mengenai produktivitas lahan
diperoleh dari wawancara dengan pemilik lahan. Wawancara dilakakukan dengan
teknik sampling.
Hasil analisis daya dukung diperoleh dari perbandingan antara
ketersediaan lahan dengan kebutuhan lahan di DAS Walikan, apabila ketersediaan
lahan lebih keci dari kebutuhan lahan maka daya dukung lahan DAS adalah
defisit, sedangkan apabila ketersediaan lahan lebih besar dari kebutuhan lahan
maka dapat dikatakan daya dukung lahan DAS adalah surplus. Untuk lebih
jelasnya alur pemikiran dapat dilihat dari bagan 1 sebagai berikut:
PertanianPembangunan Pemanfaatan Lahan
DAS
Potensi Permasalahan Lahan/Lingkungan
Ancaman degradasi lahanAncaman Penurunan Produktivitas LahanTekanan Penduduk terhadap Lahan
Daya Dukung Lahan
Jumlah Penduduk
Kebutuhan LahanPerkapita
Kebutuhan Lahan
Ketersediaan Lahan
Luas kepemilikan Lahan
Harga Komoditi
Harga Satuan Beras
Produksi Aktual Produksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuran
34
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Produktivitas Lahan
Jumlah PendudukJumlah
Penduduk
Kebutuhan Lahan PerkapitaKebutuhan LahanPerkapita
Kebutuhan LahanKebutuhan
Lahan
Ketersediaan LahanKetersediaan
Lahan
Produksi AktualProduksi
Aktual
Luas kepemilikanLuas kepemilikan
Harga KomoditiHarga Komoditi
Harga Satuan BerasHarga Satuan
Beras
Produksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuranProduksi PertanianProduksi PeternakanProduksi PerikananProduksi Buah-buahanProduksi Sayur-sayuran
Faktor Lingkungan Fisik
Faktor Lingkungan Teknologi
35
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Daya dukunglahan