patellar tendon rupture_referat
DESCRIPTION
patellar tendon rupturTRANSCRIPT
Management of Patella Tendon Rupture
A. GAMBARAN UMUM
Robekan atau ruptur pada tendon patella merupakan cedera yang tidak umum
dan kebalikan dari dari quariceps tendon rupture, biasanya pada pasien dewasa muda
(kurang dari 40 tahun) dan robekan ini selalu pada bagian proksimal maupun distal
dari tempat melekat ligamen tersebut. terjadi oleh karena adanya riwayat tendinitis
dan penggunaan injeksi corticosteroid lokal.
Pasien mengeluh adanya riwayat nyeri mendadak saat ektensi pada lutut,
diikuti memar, bengkak dan nyeri pada tepi bawah dari patella atau lebih kearah
distal.
Ini terjadi karena efek dari mikro trauma dan degenrasi tendon kronis, patellar
tendon rupture berhubungan olah raga melompat (contoh: basket), dikarenakan terus-
menerus menggunakan lutut. Sebuah studi menyatakan 97% dari specimen biopsi dari
ruptured patellar tendons menunjukkan perubahan degeneratif seperti mucoid
degenaration dan calcific tendinopathy. Paling sering, mereka unilateral tetapi dapat
terjadi bilateral, terutama pada pasien dengan gangguan kolagen (e.g., rheumatoid
arthritis, systemic lupus erythematosus, diabetes mellitus, and chronic renal failure)
dan pasien dengan terapi kortikosteroid sistemik. Mereka juga terjadi setelah infiltrasi
steroid lokal. Mekanisme lain yang umum untuk patellar tendon rupture mungkin
trauma langsung. Dalam salah satu penelitian terhadap 35 ruptur tendon patellar, 27
terjadi dalam kecelakaan sepeda motor. Akhirnya, patellar tendon rupture dapat
terjadi as complication of total knee arthroplasty, patellar tendon harvest for ligament
reconstruction, and devascularization after lateral retinacular release procedures.
B. ANATOMI
Ketebalan patellar tendon adalah sekitar 4 mm di midsubstance dan 5 sampai 6
mm setebal di selipan pada tibial tubercle. Menyempit sedikit dari proksimal ke
distal. Ekspansi distal dari medialis vastus dan vastus lateralis membentuk retinacula
medial dan lateral, masing-masing. Beberapa dari 70% sampai 80% dari berat kering
tendon patella adalah kolagen, yang 90% adalah Tipe I dan sekitar 10% adalah tipe
III. Suplai darah berasal dari arteri geniculate medial dan lateral dan arteri tibialis
berulang, melalui bantalan lemak dan retinakulum untuk masuk tendon di proksimal
dan bagian tengah. Proksimal dan distal insersi, yang relatif avaskular, juga situs yang
paling umum dari rupture.
Dikutip dari Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy
C. BIOMEKANIK
Tegangan tarik terbesar dalam tendon terjadi pada 60 ° dari fleksi dan
diperkirakan 3,2 kali berat badan selama memanjat tangga. Regangan pada situs
penyisipan adalah tiga sampai empat kali lebih besar dari midsubstance tersebut.
D. KLASIFIKASI
Ruptur tendon patella telah diklasifikasikan menurut bentuk robekan, lokasi
robekan, dan faktor temporal. Klasifikasi satunya berdasarkan lama terjadinya
robekan, ditemukan berguna untuk prognosis dan pilihan pengobatan. robekan akut,
kurang dari 2 minggu, dapat diperbaiki terutama dan memiliki prognosis yang sangat
baik. Sebaliknya, robekan kronis, berusia lebih dari 2 minggu, cenderung
membutuhkan prosedur bedah yang lebih luas untuk perbaikan dan berhubungan
dengan prognosis yang lebih dijaga artinya membutuhkan perhatian khusus.
E. EVALUASI
1. Sejarah – secara akurat, pasien biasanya adanya riwayat forced knee flexion
against a maximally contracted quadriceps. Pasien memberikan gambaran
mengenai sensasi merobek atau terdengar suara meletus yang berhubungan
dengan nyeri dan ketidakmampuan untuk menanggung berat badan. Parahnya,
pasien bisa saja mengeluh mengenai kelemahan, ketidakstabilan, dan
ketidakmampuan untuk mengulurkan kaki.
2. Pemeriksaan – secara akut, adanya hemarthrosis, palpable defect, patella alta, dan
dapat ditemukan active loss of extension secara pasial atau komplit. Bila kronis,
defek ini dapat diisi dengan jaringan reparatif terorganisir; di samping itu, pasien
mungkin memiliki quadriceps atrophy dan kelainan gait yang ditandai dengan
melemparkan ke depan dari kaki yang terkena selama fase swing.
3. Gambaran - Radiografi polos dapat membantu, dengan tampilan lateral
diagnostik karena dapat menunjukkan patela alta (high riding patella) (Gbr. 1).
Penggunaan ultrasonografi dengan diagnosis robekan kronis pada tendinitis dapat
diketahui, tapi tergantung pada operator. MRI mungkin berguna pada cedera
intraartikular lain yang dicurigai atau jika diagnosis lain dipertanyakan.
AP Lateral
Sunrise viewGambar 1
F. PERAWATAN DAN LATAR BELAKANG PENGOBATAN
Tindakan dari patellar tendon rupture adalah bedah. Tindakan non-operasi tidak dapat
mengembalikan fugsi ekstensor secara lengkap.
1. Perbaikan akut. Perbaikan akut adalah yang paling diinginkan karena tendon
biasanya dapat diperbaiki seperti semula. Tindakan ini berhubungan dengan
pemulihan terbaik dari fungsi dan hasil keseluruhan.
Teknik bedah - Sebuah sayatan kulit memanjang digunakan untuk pendekatan
bedah dan diperluas untuk sepenuhnya mengekspos rupture dan/ atau patella
dan tuberkulum tibialis tergantung pada lokasi ruptur. Diseksi yang dilakukan
medial dan lateral untuk mengekspos robekan retinacular. Tendon diperbaiki
menggunakan jahitan tendon nonabsorbable no.5 menggunakan teknik
Bunnell atau Krakow, dan jahitan yang tadi kemudian dilewatkan melalui
terowongan tulang di lokasi perkiraan. (Gbr 2).
Gambar 2
Radiografi posisi lateral waktu intraoperatif dianjurkan sebelum pengetatan
akhir jahitan untuk memverifikasi posisi patellar yang tepat. robekan
retinacular harus diperbaiki sebaik mungkin. Perbaikan kemudian dapat
diperkuat menggunakan 18 G circlage wire (McLaughlin wire), umbilical tape,
atau large suture proximal pada patella melalui lubang tulang di tuberkulum
tibialis. Dengan benang absorbable, anyaman jahitan polydioxanone (PDS)
lebih disukai untuk tujuan ini karena mudah menyerap. (Gbr 3)
Gambar 3
2. Perbaikan akhir. Perbaikan akhir berkaitan dengan dengan tantangan operasi
yang lebih besar dan hasil yang lebih buruk. Perbaikan primer sering tidak
mungkin setelah penundaan lebih dari 6 minggu. Setelah ditunda beberapa
bulan, periode patellar traction mungkin diperlukan untuk melawan kontraksi
quadriceps kronis. Dengan waktu, perubahan degeneratif dapat terjadi dalam
artikulasi patellofemoral, dan tendon robek menjadi terikat dan terpaksa
menjadi bekas luka. Pilihan rekonstruksi meliputi perbaikan primer dengan
hamstring atau fasia lata autograft augmentation atau dalam kasus
penyelamatan, mekanisme ekstensor allograft (Gbr 4)
Gambar 4
G. MANAJEMEN PASKA OPERASI
Manajemen post operasi meliputi gerakan langsung pasif lembut diikuti
dengan flexion aktif selama 2 minggu pasca operasi dan active extension selama 3
minggu. Initial toe touch, melindungi progres weightbearing hingga menjadi full
weightbearing selama 6 minggu. Selama waktu ini, dapat digunakan proteksi
menggunakan hinged knee brace, dimana semakin dibuka ada rentang pengembalian
gerak. Kegiatan tidak terlarang atau diperbolehkan setelah 4-6 bulan, ketika
penyembuhan total sudah terjadi dan kekuatan quadriceps mencapai 90% (unaffeccted
extremity).
H. KOMPLIKASI
Kekakukan lutut dan quadriceps melemah merupakan komplikasi yang paling
umum terjadi setelah perbaikan patellar tendon. Mereka dapat dilawan dengan
program rehabilitasi baik diawasi menekankan berbagai gerakan dan penguatan paha.
Komplikasi lain termasuk hemarthrosis persisten, rerupture, dan patela baja.
Daftar Pustaka
1. Mark R. Brinker. 2013. “Review Of Orhtopaedic Trauma”. Second edition.
Philapelhia. Wolter Kluwer-Lippincont Williams & Wilkins.
2. Solomon, L. Warwick, D. Nayagam, S. “Apley’s System Of Orthoipaedic and
fractures”. Ninth edition. UK. Hodder Arnold an Hachette UK Company.