bab ii ruptur tendon

45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi tendon Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakan. 1

Upload: intan-wulansari

Post on 15-Dec-2014

897 views

Category:

Documents


89 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Ruptur Tendon

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi tendon

Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.

Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang,

sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan

bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang

dan menyebabkan terjadinya gerakan.1

B. Anatomi Tendon

Tendon terdiri dari jaringan padat dan jaringan ikat fibrosa yang tersusun

secara pararel. Endotendon mengelilingi jaringan tendon dan epitendon

mengelilingi unit tendon keseluruhan. Kedua jaringan ikat membawa suplai

Page 2: BAB II Ruptur Tendon

darah instrinsik ke struktur internal tendon. Selubung tendon terdapat diatas

tempat tendon melintasi sendi. Selubung tendon terdiri dari dua lapisan,

lapisan parietal di luar dan lapisan visceral di dalam. Selubung ini

mensekresikan cairan sinovial untuk membantu tendon bergerak. Tendon,

yang berselubung, mesotendonnya membawa suplai darah ekstrinsik ke

tendon. Tendon yang tidak berselubung ditutupi oleh paratendon, yang

memungkinkan tendon untuk bergerak dan memasok suplai darah ekstrinsik.2

C. Fungsi tendon

Setiap otot biasanya memiliki dua tendon untuk mengikat dua tulang yang

berbeda dengan otot yang melintasi sendi. Hal ini memungkinkan tendon

untuk bertindak sebagai katrol.

Tendon berfungsi sebagai kekuatan untuk tarikan otot ke tulang.

Kontraksi otot menarik tendon, kemudian tulang, sehingga terjadi gerakan.

Tulang-tulang berhubungan pada sendi oleh ligamen dan jaringan ikat

lainnya, sehingga kontraksi tendon menghasilkan gerakan-gerakan tertentu,

tergantung pada otot dan sendi yang terlibat.1

D. Proses Penyembuhan Tendon

Penyembuhan tendon terjadi secara intrinsik maupun ekstrinsik.

Penyembuhan intrinsik didukung oleh suplai intrinsik yang memasok kira-

kira seperempat dari volume tendon.2

Page 3: BAB II Ruptur Tendon

Penyembuhan ekstrinsik adalah hasil dari stimulasi jaringan peritendinous

untuk berproliferasi dan memasok kebutuhan sel dan kapiler yang dibutuhkan

untuk proses penyembuhan. Proses ini bertanggung jawab untuk

pembentukan adhesi tendon untuk semua struktur yang berdekatan dari luka

menjadi satu dan terbentuk scar. Telah terbukti secara eksperimental bahwa

suplai darah intrinsik tidak cukup untuk mendukung penyembuhan utama

tendon dalam banyak kasus. Penyembuhan tendon di dalam selubung lebih

lama dibandingkan dengan penyembuhan bagian tendon diluar selubung.

Urutan penyembuhan tendon adalah sebagai berikut:2

Fase inflamasi (0-10 hari)

Urutan biologis ini sama dengan penyembuhan luka pada umumnya,

kecuali dalam kasus ini, penyembuhan berlangsung lebih lambat. Bahkan,

pada lima sampai tujuh hari setelah terluka, tendon menjadi lebih lemah.

Fase proliferasi (4-21 hari)

Sebuah kalus fibrovascular terbentuk di sekitar tendon dan menyatukan

semua struktur luka menjadi satu bagian.

Fase Maturasi/Pematangan (28-120 hari)

Orientasi longitudinal dari fibroblas dan fiber dimulai. Pada 45 hari,

kolagen lisis dan pembentukan kolagen mencapai kesetimbangan. Pada 90

hari, pembentukan awal bundel kolagen mulai terlihat dan pada 120 hari

bundel ini tampak seperti yang terlihat pada tendon normal.

Page 4: BAB II Ruptur Tendon

E. Definisi Ruptur Tendon

Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa.3 Ruptur tendon

adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan

yang melebihi kekuatan tendon.1

F. Etiologi1

1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes

2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat

meningkatkan resiko ruptur

3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga

badminton, tenis, basket dan sepak bola

4. Trauma benda tajam atau tumpul

Page 5: BAB II Ruptur Tendon

G. Faktor Resiko4

1. Umur : 30-40 tahun

2. Jenis kelamin : ♂>♀= 5:1

3. Obesitas

4. Olahraga

5. Riwayat ruptur tendon sebelumnya

6. Penyakit tertentu artritis, DM

H. Manifestasi Klinis5

1. Seperti merasa atau mendengar bunyi “pop”

2. Nyeri yang hebat

3. Memar

4. Terdapat kelemahan

5. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena

6. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat

7. Ketidakmampuan untuk menanggung beban

8. Terdapat deformitas

I. Lokasi Ruptur Tendon

Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon :

Page 6: BAB II Ruptur Tendon

1. Quadriceps

Ruptur tendon quadriceps relatif jarang terjadi dan biasanya terjadi pada

pasien yang lebih tua dari 40 tahun. Terdapat hubungan yang kuat dengan

adanya penyakit sistemik dan perubahan degeneratif sebelumnya dalam

mekanisme ekstensor lutut. Ruptur paling sering terjadi secara unilateral.

Ruptur tendon bilateral sangat berkorelasi dengan penyakit sistemik, tetapi

telah dilaporkan terjadi juga pada pasien sehat yang tidak memiliki faktor

predisposisi.6

Page 7: BAB II Ruptur Tendon

Ruptur tendon patela lebih jarang daripada ruptur quardiceps dan

cenderung terjadi pada pasien yang berumur kurang dari 40 tahun. Dalam

kasus yang jarang terjadi, ruptur tendon quardiceps parsial terjadi pada atlet

muda bersamaan dengan jumper’s knee. Jumper’s knee ini biasanya

melibatkan tendon patela. Meskipun dalam 25% kasus, tendon quardiceps

terlibat . Untuk mendapatkan hasil terbaik, diagnosis dini dan complete repair

quadriceps sangat penting. Jika intervensi tertunda, perbaikan lebih sulit dan

hasilnya akan kurang memuaskan. Sebuah gambar yang menggambarkan

ruptur tendon :6

Page 8: BAB II Ruptur Tendon

Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan ruptur tendon quadriceps lengkap dan

tidak lengkap. JR Am J Roentgenol. Nov 1992, 159 (5) :1031-4

Etiologi

Ruptur tendon quardiceps biasanya terjadi selama kontraksi, cepat

eksentrik dari otot quardiceps, dengan kaki tertanam dan lutut fleksi sebagian.

Cedera ini biasanya terjadi selama jatuh. Mekanisme lain cedera termasuk

pukulan langsung, luka, dan penyebab iatrogenik.6

Banyak kondisi telah dilaporkan untuk berkontribusi terhadap terjadinya

degenerasi tendon quardiceps, antaralain:6

Hiperparatiroidisme

Gagal ginjal kronis

Gout

Obesitas

Leukemia

Rheumatoid arthritis

Diabetes mellitus

Page 9: BAB II Ruptur Tendon

Lupus eritematosus sistemik (SLE)

Infeksi

Penyakit metabolik

Penyalahgunaan steroid

Tumor

Imobilisasi

Gerakan berulang

Patofisiologi

Ruptur tendon quardiceps biasanya terjadi pada 0-2 cm distal dari kutub

patela, melalui jaringan patologis. Berbagai kondisi sistemik dapat

menyebabkan gangguan suplai vaskular tendon dan dapat mengganggu

struktur tendon. Diabetes dapat menyebabkan perubahan arteriosclerotic

dalam pembuluh tendon. Nekrosis fibrinoid tendon terlihat dengan sinovitis

kronis. Hiperparatiroidisme menyebabkan kalsifikasi dystrophic dan resorpsi

tulang subperiosteal pada tempat insersi tendon. Obesitas menyebabkan

perubahan degeneratif lemak pada tendon dan meningkatkan kekuatan pada

tendon. Degenerasi lemak, degenerasi fibrinoid, dan kolagen menurun terlihat

pada penuaan normal.6

Kannus dan Jozsa meneliti perubahan histopatologi pada 891 kasus ruptur

tendon, sekitar 97% dari perubahan patologis yang degeneratif. Perubahan

degeneratif termasuk tendinopathy hipoksia degeneratif, degenerasi mukoid,

tendolipomatosis, dan tendinopathy calcification. Dalam 82 tendon

Page 10: BAB II Ruptur Tendon

quardiceps, tendolipomatosis adalah jenis yang paling umum dari degenerasi,

terlihat di hampir setengah dari tendon (lihat gambar di bawah). Tidak ada

tanda-tanda sel inflamasi yang terihat pada sediaan. Pada 62% dari ruptur

tendon, terlihat perubahan patologis dari suplai darah tendon, termasuk

penyempitan pembuluh darah dan trombosis. Temuan ini menunjukan

penurunan aliran darah yang menyebabkan hipoksia lokal dan gangguan

aktivitas metabolik, merupakan faktor kunci dalam degenerasi tendon.7

Tendolipomatosis. Perubahan histopatologi sebelum ruptur tendon

spontan. Sebuah studi terkontrol dari 891 pasien. J Bone Join Surg Am.

Desember 1991, 73 (10) :1507-25

Manifestasi Klinis6

Pasien biasanya datang dengan nyeri lutut akut, pembengkakan, dan

kehilangan fungsi setelah tersandung atau jatuh Mungkin tidak ada riwayat

nyeri lutut sebelumnya. Namun, pasien yang lebih muda dengan jumper’s

knee biasanya memiliki riwayat nyeri kronis, aktivitas yang berhubungan

patela yang diperburuk dengan melompat atau berlutut. Anamnesis pasien

Page 11: BAB II Ruptur Tendon

tentang riwayat penyakit sistemik, penggunaan steroid, infeksi, tumor, atau

operasi sebelumnya. Mungkin ada riwayat terdengar suara “pop” pada saat

cedera.

Pada pemeriksaan fisik harus dicatat adanya obesitas. Pasien dengan

ruptur yang baru mengalami kesulitan berjalan. Biasanya, terlihat

pembengkakan yang jelas di suprapatellar ecchymosis, dan lembek. Hati-hati

dalam mengevaluasi luka. Mungkin ada cacat teraba di daerah suprapatellar

dan di dasar patela , namun pembengkakan pada awalnya mungkin

mengaburkan temuan ini.

Dilakukan tes secara menyeluruh, ekstensi aktif melawan gravitasi adalah

aspek yang paling penting dari pemeriksaan. Hal ini dapat membuat cacat

lebih jelas. Ruptur tidak lengkap, pasien mungkin dapat melakukan ekstensi

lutut sepenuhnya pada posisi terlentang tetapi bukan dari posisi tertekuk.

Periksa lutut kontralateral untuk menyingkirkan adanya ruptur bilateral.

Jika pasien tidak terlihat dalam fase akut, mendiagnosis ruptur menjadi

lebih sulit, dan dapat tida terlihat. Pasien dengan adanya kerusakan pada

tendo quardiceps, terutama pasien lanjut usia, dan yang diidentifikasi

memiliki riwayat dan yang telah dirawat karena stroke, radiculopathy, dan

myelopathy.

Nyeri dan pembengkakan menurun dari waktu ke waktu, dan fungsi

motorik quardiceps dapat meningkat. Pasien mungkin kesulitan berjalan,

sering menekuk lutut dan kesulitan untuk menaiki tangga.

Page 12: BAB II Ruptur Tendon

Hasil pemeriksaan neurologis normal kecuali terdapat penurunan fungsi

motorik quardiceps dan refleks patela negatif. Lutut ekstensi aktif melawan

gravitasi merupakan komponen kunci dari pemeriksaan fisik.

Penatalaksanaan6

Konservatif

Pengobatan konservatif diindikasikan untuk ruptur parsial.

Immobilisasi lutut dalam ekstensi penuh selama 3-6 minggu. Kaki

diangkat lurus mulai di akhir fase imobilisasi. Jika tidak ada rasa

ketidaknyamanan, hal ini dapat dilakukan selama 10 hari, setelah itu

imobilisasi dapat dihentikan. Kemudian latihan Range-of-motion (ROM)

Page 13: BAB II Ruptur Tendon

dimulai untuk meningkatkan kekuatan quardiceps, yang dilakukan sampai

kekuatan kaki yang terluka sama dengan kaki kontralateral.

Pembedahan

Perbaikan bedah pada awal terjadinya ruptur tendo quardiceps

memberikan hasil yang terbaik. Banyak teknik telah dijelaskan untuk

perbaikan ruptur tendo quardiceps.

2. Achilles

Ruptur tendon achilles biasanya terjadi pada pria sehat berusia antara 30

dan 50 tahun yang tidak memiliki cedera atau masalah pada kaki yang terkena

sebelumnya. Mereka yang menderita cedera ini biasanya "weekend warriors"

yang aktif secara intermitten.

Page 14: BAB II Ruptur Tendon

Kebanyakan kerusakan Achilles terjadi di kaki kiri dalam substansi

tendoachilles, kira-kira 2-6 cm di atas insersi tendon calcanealis.

Mekanisme yang paling umum dari cedera termasuk fleksi plantar tiba-

tiba, dorsiflexi tiba-tiba dari kaki, dan dorsofleksi yang terlalu keras dari kaki

yang plantar fleksi. Mekanisme lain termasuk trauma langsung dan lebih

jarang, atrisi tendon akibat peritenonitis jangka panjang dengan atau tanpa

tendinosis.8

Populasi lain yang berisiko untuk ruptur tendo Achilles adalah orang

dengan kondisi buruk, orang-orang lanjut usia, pengguna antibiotik

fluorokuinolon dan kortikosteroid, dan orang dengan latihan yang berlebih.

Tendinosis merupakan manifestasi tahap akhir dari masalah ini, ditandai

dengan degenerasi mukoid dari tendoachilles sendiri, dengan sedikiti respon

Page 15: BAB II Ruptur Tendon

inflamasi dan gejala ditandai dengan rasa penuh atau nodularity pada

posterior tendoachilles.8

Penatalaksanaan8

1. Fase Akut

Rehabilitasi Program

Terapi Fisik

Terapi fisik tidak diindikasikan untuk fase akut, tetapi akan menjadi

terapi penting pada fase rehabilitasi. Pengobatan (nonoperatif vs operatif)

ditentukan bedasarkan kondisi pasien, dengan penekanan khusus pada

manfaat dan risiko dari setiap prosedur.

Bedah Intervensi

Page 16: BAB II Ruptur Tendon

Terdapat kontroversi mengenai apakah terlebih dahulu dilakukan

tindakan konservatif atau langsung dengan rekonstruksi pada tendon yang

ruptur. Terdapat manfaat dan risiko yang berbeda untuk setiap

pendekatan.

Menurut Kahn et al, pasien dengan terapi nonoperatif memiliki resiko

rerupture sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang diobati

dengan operasi, namun pasien memiliki risiko minimal untuk komplikasi

lainnya. Tercatat komplikasi akibat perbaikan bedah terbuka termasuk

infeksi dalam (1%), fistula (3%), nekrosis kulit atau tendon (2%),

rerupture (2%), dan komplikasi kecil lainnya.

Terapi Konservatif

Laporan presentase kejadian rerupture pada pasien yang diterapi

secara konservatif mencapai 40%. Dalam protokol baru dengan periode

imobilisasi yang pendek, tingkat rerupture tampaknya jauh lebih sedikit

dan sebanding dengan tingkat rerupture untuk ruptur tendon yang

diperbaiki pembedahan

Bedah Percutaneous

Ma dan Griffith melaporkan pada 18 perbaikan tendon menggunakan

jahitan perkutan. Melalui luka tusuk, jahitan yang melewati ujung distal

dan proksimal, sementara pergelangan kaki diatur menjadi equinus

maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan

Page 17: BAB II Ruptur Tendon

surgon’s knot. Jahitan dibersihkan dan dibalut kering dengan perban

steril. Setelah itu, pasien dipasang gips selama 4 minggu.

Bedah Terbuka

Rekonstruksi terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan

medial longitudinal. Insisi medial memiliki keuntungan yaitu visualisasi

yang lebih baik dari tendon plantaris, serta menghindari cedera pada saraf

Sural. Insisi midline jarang digunakan karena tingkat komplikasi yang

tinggi terjadinya luka dan adhesi.

Setelah pemasangan tourniquet dan palpasi tempat ruptur, insisi dibuat

melalui kulit dan lemak subkutan untuk menciptakan paratenon.

Paratenon tersebut kemudian dibagi secara longitudinal untuk

mengekspos ujung ruptur yang diirigasi dan didebridement. Ujung

kemudian dijahit dengan jahitan heavy nonabsorbable menggunakan

modifikasi Kessler, Krackow, atau teknik Bunnell, dan tidak boleh terlalu

rapat.

Page 18: BAB II Ruptur Tendon

Secara umum, perawatan dianjurkan untuk individu muda dan atlet

yang sering menggunakan tendo Achilles dengan aktivitas yang relatif

tinggi. Perbaikan operasi dari ruptur tendon Achilles telah dilaporkan

memiliki resiko rerupture yang lebih rendah, meningkatkan kekuatan otot

pasca operasi, dan kembali melakukan kegiatan seperti sebelumnya

dibandingkan dengan pengobatan nonoperative. Komplikasi luka kadang-

kadang memang terjadi setelah perawatan operasi dan mungkin termasuk

infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit.

Pengobatan nonoperative biasanya diindikasikan untuk pasien yang

sudah berusia lanjut dan / atau tidak aktif, serta bagi mereka yang

memiliki penyakit sistemik atau integritas kulit yang buruk. Pasien

dengan diabetes, berhubungan masalah penyembuhan luka, penyakit

pembuluh darah, neuropati, atau komorbiditas sistemik yang serius

Page 19: BAB II Ruptur Tendon

dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative karena terdapatnya

risiko yang signifikan dari terapi operatif.

Medikamentosa

Tidak ada terapi medis diindikasikan untuk kondisi ini. Obat hanya

diresepkan untuk mengurangi rasa nyeri seperti acetaminophen, berbagai

obat anti-inflammatory drugs (NSAIDs), atau narkotika, tergantung pada

pilihan dokter.

3. Rotator cuff

Rotator cuff adalah sekelompok tendon yang menghubungkan empat otot

bahu atas ke tulang. Kekuatan cuff memungkinkan otot untuk mengangkat

dan memutar tulang humerus. Tendon berjalan di bawah akromion yang

sangat rentan untuk mengalami kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan

robekan yang mengakibatkan bahu terasa nyeri dan lemah. Robekan dapat

terjadi tiba-tiba oleh karena trauma tunggal atau berkembang secara bertahap.

Ketika tendon atau otot-otot rotator cuff robek, pasien tidak lagi mampu

mengangkat atau memutar lengan nya dengan kekuatan yang sama seperti

sebelum cedera dan / atau merasakan rasa sakit yang signifikan bila bahu

digerakkan. Rasa sakit ini juga sangat umum di malam hari dan sering

menjalar ke lengan.9

Tendo rotator cuff terdiri dari:1

Tendo Supraspinatus

Page 20: BAB II Ruptur Tendon

Tendo Infraspinatus

Tendo Teres minor

Tendo Subskapularis

Keempat otot biasanya bertindak untuk mengangkat tangan ke atas dan

menjauh dari tubuh yang disebut abduksi.

Patofisiologi9

Patogenesis dari ruptur tendo rotator cuff berdasarkan studi histologis

bedah dan spesimen otopsi ditemukan adanya perubahan degeneratif pada

tendo. Simmonds menyatakan bahwa kematian sel adalah penyebab dasar

dari perubahan degeneratif. Adanya respon inflamasi dan adanya bagian dari

tendon yang mati mungkin mengalami degenerasi lemak, diikuti dengan

pengapuran atau kerusakan. Pada awal perubahan terjadinya degeneratf

Page 21: BAB II Ruptur Tendon

terdapat pemisahan dan pelurusan dari bundel kolagen, dengan perpindahan

dari sel ke dalam ruang intrafascicular. Hal ini mengurangi kekuatan tarikan

tendon. Dengan meningkatnya degenerasi kolagen fasikula yang terpisah

menjadi disorientasi, acellular dan terfragmentasi.

Robek sebagian biasanya terjadi sebagai akibat erosi dangkal dibawah

permukaan tendon supraspinatus di dekat insersi. Ini dapat menyebabkan

tendon melengkung selama abduksi lengan. Robekan parsial kemudian

menjadi komplit karena stres. Robekan lengkap dapat kecil atau besar,

dengan penampilan yang bervariasi: ruptur baru memiliki tepi yang tidak

teratur, namun ruptur yang lama terkesan lebih lembut, dengan tepi teratur.

Etiologi

Codman dan Akerson berpendapat bahwa perubahan degeneratif dan

robek mungkin terjadi karena trauma, meskipun mereka tidak yakin apakah

Page 22: BAB II Ruptur Tendon

penuaan pada tendon sebelum ruptur berkontribusi terhadap terjadinya

degenerasi tersebut. Pendapat lain menyimpulkan bahwa ruptur cuff biasanya

terjadi karena trauma pada tendon yang sudah mengalami degenerasi.10

Meyer mengatakan bahwa ruptur cuff terjadi akibat gesekan.11 Keyes,

DePalma, Galeri dan Bennett'dan Moseley mengatakan bahwa adanya

jaringan granulasi vaskular yang merupakan reaksi terhadap trauma dapat

melemahkan tendon, sehingga kerusakan terjadi karena adanya stres.12,13

Lindblom, pada tahun 1939, mengatakan bahwa terdapat hubungan antara

degenerasi rotator cuff dan iskemia. Pada mayat yang diautopsi, supraspinatus

dan tendo bisep dekat pusat insersi relatif avaskular. Kemudian investigasi

melaporkan temuan serupa, terdapat daerah avaskular di di daerah

supraspinatus sesuai dengan Codman ini disebut "zona kritis". Iskemia di

zona ini dapat mengakibatkan perubahan selular dan memunculkan sel-sel

inflamasi, yang mengakiatkan pelepasan lisosim dan kerusakan dari jaringan

ikat. 9

Rathburn dan Macnab mencatat bahwa iskemia meningkat ketika caput

humeri menekan pembuluh darah supraspinatus selama adduksi lengan. Saat

degenerasi berlangsung, sedikit trauma saja dapat menyebabkan ruptur

tendon.9

Page 23: BAB II Ruptur Tendon

Gejala Klinis9

Dalam kasus, biasanya pria lebih dari 40 melakukan aktifitas dan terluka

bahunya ketika mengangkat ataumenarik benda berat atau pada jatuh dengan

lengan terulur. Pasien merasakan sensasi seperti robek disertai oleh rasa nyeri

yang berat. Gerakan bahu menjadi terbatas. Rasa sakit secara bertahap

berkurang namun berulang antara 8 dan 12 jam kemudian secara progresif

biasanya di atas deltoid, yang diperburuk oleh pergerakan lengan. Pasien sulit

untuk tidur menghadap sisi yang terkena. Beberapa pasien mengatakan

adanya sensasi seperti bunyi “klik” pada bahunya. Pada kasus lain, dilaporkan

terjadi kelemahan bukan nyeri. Dalam beberapa kasus tidak ada riwayat

cedera. Trauma kecil pada pasien yang lebih tua dapat mengganggu tendon

yang sudah parah kerusakannya, sehingga menyebabkan sedikitnya gejala

yang terlihat.

Page 24: BAB II Ruptur Tendon

Gejala-gejala dapat berlangsung dalam hitungan hari atau tahun, dapt

terjadi resmisi dan kambuh. Ketika pasien diminta untuk mengabduksikan

lengan, pasien hanya mampu mengangkat bahu, dan bahu terasa nyeri.

Dengan bantuan pasin mungkin dapat mengangkat lengan horisontal dan

menahannya, tapi dengan sedikit tekanan oleh pemeriksa lengan akan turun

ke samping. Jika rasa sakit mengganggu tes ini dapat dihilangkan dengan

infiltrasi bius lokal.

Pemeriksaan Khusus9

Pemeriksaan khusus ini berguna untuk menemukan diagnosis yang akurat.

Pain Ablasion Test

Kelemahan yang persisten saat abduksi lengan setelah anestesi lokal yang

disuntikkan ke dalam ruang subacromial untuk menghilangkan rasa sakit dan

mencegah spasme otot, menunjukkan adanya ruptur supraspinatus. Namun,

ini bukan tes definitif karena kadang-kadang seorang pasien dengan ruptur

rotator cuff dapat mempertahankan kekuatan abduksi.

Page 25: BAB II Ruptur Tendon

Roentgenografi

Codman20 tahun 1934 menulis bahwa Roentgenograms polos biasanya

menunjukan gambaran normal dengan ruptur tidak melibatkan insersi tendon

pada tulang. Hal ini memang benar untuk ruptur akut, dan roentgenografi saat

ini digunakan dalam kasus-kasus terutama untuk menyingkirkan lesi lain dan

akibat trauma. Sebagian besar roentgenographi yang abnormal didapatkan

pada kasus ruptur yang lama dengan gambaran :

Kista dengan diameter hingga 1 cm di dua pertiga bagian atas

leher humerus, dibawah insersi tendo rotator cuff atau di sendi,

tanpa bukti adanya osteoarthritis.

Depresi antara permukaan artikular di caput humeri dan

tuberositas mayor humeri.

Sclerosis atau atrofi tuberositas mayor

Page 26: BAB II Ruptur Tendon

Pembentukan tulang tidak teratur pada margin lateral atau

dibawah permukaan akromion.

Perubahan konveksitas yang normal di permukaan bawah

akromion.

Sclerosis dibawah permukaan akromion.

Kista subcortical di akromion.

Penyempitan interval antara caput humeri dan bagian bawah

akromion, yang biasanya 7 sampai 14 mm dalam standar

pandangan anteroposterior.

Arthrography

Injeksi udara atau media opaque ke sendi glenohumeral sebelum

roentgenografi, direkomendasikan oleh Codman tetap tidak diperoleh hasil

yang memuaskan. Beberapa tahun kemudian Oberholzer, berhasil

menggunakan udara sebagai media kontras dalam mempelajari dislokasi

kronis pada sendi.

Arthrogram dapat menunjukan diagnosis ruptur rotator cuff lengkap

dengan menunjukkan hubungan langsung antara rongga glenohumeral dan

bursa subacromial. Bahkan mungkin menunjukan ukuran ruptur oleh seberapa

cepat kontras mengisi rongga atau dengan membaca tekanan intra-artikular.

Diagnosis ruptur rotator cuff sebagian sulit dengan arthrography. Hasil

negatif palsu dapat terjadi jika prosedur ini dilakukan oleh seseorang yang

belum terbiasa dengan teknik ini.

Page 27: BAB II Ruptur Tendon

Artroskopi

Penggunaan Artroskopi relatif baru. Media dimasukkan baik ke posterio

sendi glenohumeral atau ke dalam ruang subacromial. Adanya ruptur rotator

cuff dan ukurannya baik parsial maupun lengkap dapat terlihat. Arthroscopy

dapat membantu dalam perencanaan operasi dan memilih pendekatan bedah.

Penatalaksanaan14

Ruptur tendo rotator cuff unik karena pengobatan tanpa operasi adalah

pengobatan pilihan utama dalam cedera tendon kebanyakan. Lebih dari 90%

dari cedera tendon yang terjadi secara kronis dan alami, dan 33% -90% dari

gejala cedera kronis hilang tanpa operasi.

Sebaliknya, pada ruptur akut, seperti yang terjadi pada trauma, tidak atau

mungkin diperbaiki dengan operasi tergantung pada beratnya robekan.

Jika robekan adalah kurang dari 50% dari ketebalan cuff atau kurang dari

1 cm, jaringan mati dapat dibuang dengan athroskopi. Sebuah sayatan kecil

Page 28: BAB II Ruptur Tendon

dibuat dan alat yang disebut arthroscope di masukkan ke dalam sendi.

Melalui itu, ahli bedah dapat melihat dan membuang jaringan mati tanpa

melakukan bedah terbuka.

4. Biceps

Tendo biseps merupakan struktur yang menghubungkan otot bisep ke

tulang. Terdapat tendon biseps proksimal pada sendi bahu, dan tendon biseps

distal di siku.15

Page 29: BAB II Ruptur Tendon

Ruptur tendo biseps adalah trauma yang terjadi pada tendon biseps

menyebabkan terpisahnya tendo dari tulang. Tendo biseps normalnya

terhubung kuat ke tulang. Ketika terjadi ruptur tendo biseps, tendo ini

terlepas, otot tidak dapat menarik tulang, dan gerakan tertentu dapat melemah

atau terasa nyeri.

Terdapat dua jenis ruptur tendo biseps:

1. Ruptur tendo biseps proksimal15

Ruptur tendo biseps proksimal adalah trauma yang terjadi pada tendon

biseps di sendi bahu. Jenis cedera adalah jenis yang paling umum dari

cedera tendo biseps. Umumnya sering terjadi pada pasien usia lebih dari

60 tahun, dan biasaya meunjukkan gejala minimal.

Page 30: BAB II Ruptur Tendon

Ruptur tendo biseps melibatkan salah satu dari dua ujung tendon

biseps. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang tua dan disebabkan oleh

perubahan degeneratif dalam tendo biseps yang menyebabkan kegagalan

struktur. Kebanyakan pasien terlebih dahulu merasakan nyeri bahu

menetap dengan impingement syndrome atau rotator cuff tear. Ruptur

tendon biseps proksimal juga dapat terjadi selama kegiatan ringan, dan

beberapa pasien mungkin mengalami beberapa nyeri setelah terjadi ruptur

tendon.

Tendo biseps proksimal dapat ruptur pada pasien muda dengan

kegiatan seperti angkat berat atau olahraga melempar, tapi kejadian ini

cukup jarang terjadi.

2. Ruptur tendo biseps distal15

Page 31: BAB II Ruptur Tendon

Tendon biseps distal terdapat di sekitar sendi siku. Trauma yang

terjadi biasanya disebabkan oleh angkat berat atau olahraga yang

dilakukan oleh pria paruh baya. Kebanyakan pasien dengan ruptur tendo

bisep distal perlu menjalani operasi untuk memperbaiki tendo yang robek.

Ruptur tendo biseps distal pada sendi siku lebih jarang terjadi.

Presentasenya kurang dari 5% dari ruptur tendo biseps. Trauma ini juga

biasanya ditemukan di pasien usia paruh baya, meskipun tidak selalu.

Biasanya terdapat tendinosus, atau perubahan degeneratif dalam tendo,

yang merupakan prodisposis terjadinya ruptur tendo.

Pada ruptur tendo biseps distal penting diketahui bahwa tanpa

perbaikan dengan bedah, pasien yang mengalami ruptur tendo biseps

distal lengkap akan mengalami kehilangan kekuatan pada siku. Kekuatan

akan mempengaruhi kemampuan untuk menekuk siku, melawan tahanan,

dan kemampuan untuk memutar lengan (misalnya, memutar gagang pintu

atau obeng).

Penatalaksanaan15

Penatalaksanaan saat ini menekankan pada keputusan pasien

mengenai pilihan pengobatan, dengan mempertimbangkan usia, tingkat

aktivitas, kebutuhan pribadi, dan kondisi komorbid. Ruptur parsial dapat

diobati secara konservatif atau dengan pembedahan.

Page 32: BAB II Ruptur Tendon

Konservatif, pengobatan nonsurgical pada ruptur tendo biseps terdiri

dari istirahat, penguatan dan latihan gerak, dan penggunaan obat anti-

inflammatory drugs (NSAIDs). Es diberikan untuk beberapa hari pertama

pengobatan, kemudian diikuti oleh terapi panas.

Pembedahan melibatkan reattaching bagian tendon yang robek ke

tulang (tenodesis) atau memotong tendon untuk menghasilkan robekan

yang lengkap dan dilakukan terapi seperti pada ruptur lengkap. Robekan

pada tendo m.biseps caput longum biasanya dirawat secara konservatif

karena cedera menyebabkan perubahan fungsional yang minimal. Namun,

atlet atau individu yang sangat aktif lainnya tidak dapat mentolerir setiap

hilangnya fungsi dan akan meminta untuk dilakukan tenodesis. Ruptur

tendon biseps distal ditatalaksana dengan tenodesis menggunakan logam

stitch (jahitan) jangkar.

Ruptur pada musculotendinous junction atau ruptur dalam corpus

tendon dilakukan pembedahan (tendinoplasty) dengan perangkat

augmentation ligament atau dengan metode lipat sederhana/menyelipkan.

Setelah operasi, lengan dipertahankan dalam posisi membungkuk selama

4 sampai 5 hari.

Page 33: BAB II Ruptur Tendon