partus kasep

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis. 1 Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada 1

Upload: sylvia-pertiwi

Post on 21-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARTUS KASEP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu,

atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3

faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang

meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi

diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage)

dan faktor penolong serta faktor psikis.1

Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka

proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari

faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his

tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun

gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang

mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai

faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,

keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya

kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan

sosial ekonomi rakyat.2

Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan

bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,

perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi

sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan

adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di

Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan

berbagai pendekatan.2

1

Page 2: PARTUS KASEP

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi kasus

1.2.1. Mengapa pada pasien studi kasus terjadi partus kasep?

1.2.3. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep?

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui cara mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi

kasus

1.3.2. Mengetahui penyebab pasien pada studi kasus mengalami partus kasep.

1.3.3. Mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep

1.4 Manfaat

Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai partus kasep dalam hal pelaksanaan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diagnosa,

penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.

2

Page 3: PARTUS KASEP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Partus Kasep

Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama

diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,

dan lebih dari 18 jam pada multipara.1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955, persalinan

terbagi menjadi:

Fase I

Fase I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan

pembukaan serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada

fase laten terjadi kontraksi uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan

serviks yang berjalan lambat. Fase laten terjadi dalam 8-10 jam dan

menyebabkan pembukaan serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif terjadi

peningkatan pembukaan serviks hingga 10 cm dan penurunan janin.

Fase II

Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi

Fase III

Merupakan tahap dilahirkannya plasenta.3 (Joy, 2011)

Tabel 2.1 kurva Friedman

3

Page 4: PARTUS KASEP

Partus lama terjadi akibat pemanjangan dari fase-fase persalinan diatas. Kelainan

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Nullipara Multipara

Prolonged latent phase > 20 jam >14 jamProtracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jamProtracted descent < 1 cm/ jam < 2 cm/ jamArrest of dilation >2 jam >2 jamArrest of descent >2 jam >1 jamProlonged second stage >2 jam >1 jamProlonged third stage >30 menit >30 menit

Tabel 2.1 pemanjangan fase persalinan

Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada partus kasep dapat

berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya

infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang

besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum,

denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang

berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus

lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina,

ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi

intrauterin dapat dinilai berdasar kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal

lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi

maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt),

uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal

yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3.4

2.2 Epidemiologi

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-

2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami

komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan

berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui

bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana

sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei ini juga

dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan,

4

Page 5: PARTUS KASEP

39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan 12%

dan infeksi (10%).2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Secara umum penyebab partus lama dapat dibagi kedalam beberapa faktor

yaitu faktor panggul, faktor anak, faktor tenaga, faktor psikis dan faktor penolong.

2.3.1 Faktor Panggul

Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin

sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada

dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu

hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran

panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang

menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan

juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul.5

2.3.1.1 Kesempitan pada Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10

cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala

memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga

serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.6

2.3.1.2 Kesempitan pintu panggul tengah

Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia

interspinarum kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan

kesukaran pada persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.6

2.3.1.3 Kesempitan pintu bawah panggul

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,

maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada

kelahiran janin ukuran biasa.6

5

Page 6: PARTUS KASEP

2.3.1.4 Panggul Sempit Relatif

Panggul sempit adalah panggul dengan diameter yang kurang sehingga

mempengaruhi mekanisme persalinan normal. Bentuk dan ukuran panggul

dipengaruhi oleh:

Faktor perkembangan: herediter atau kongenital

o Panggul sempit ginekoid

o Panggul sempit android

o Panggul sempit anthropoid

o Panggul sempit platipeloid

o Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae

o Panggul Robert: tidak adanya kedua sacral alae

o High assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 6 vertebra

o Low assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 4 vertebra

o Split pelvis: simfisis pubis terpisah

Faktor rasial

Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit

Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul

android

Faktor metabolik: misalnya rakitis dan osteomalasia

Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul, kaki, atau tulang

belakang

2.3.2. Faktor Anak

2.3.2.1 Posisi Oksiput Posterior Persisten

Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak

berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab terjadinya

adalah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab

yang lain adalah otot-otot dasar panggul yang lembek pada multipara atau kepala

janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin

untuk memutar ke depan.6

6

Page 7: PARTUS KASEP

2.3.2.2 Presentasi Puncak Kepala

Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika

melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada

presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang mealalui jalan kahir adalah

sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah

simfisis adalah glabela.6

2.3.2.3 Presentasi Muka

Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal, sehingga aksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian

terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer jika

terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada masa

persalinan. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-

keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi

terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada

panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga

merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kelainan janin

seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat menyebabkan presentasi

muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi pada kematian janin intrauterine

akibat otot janin yang telah kehilangan tonusnya.6

2.3.2.4. Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian

terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar

akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab

terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi

muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih

dahulu.6

2.3.2.5 Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri.

7

Page 8: PARTUS KASEP

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi

bokong sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.

Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala

teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba bokong yang

tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis

juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang seperti

USG dan MRI.6

Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas,

hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia

prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban

relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa,

sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letal sungsang,

atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh dengan cepat dan

jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan kedua tungkai yang

terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi tempat

yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada pada ruangan yang lebih

kecil di segmen bawah uterus.7

2.3.2.6. Letak Lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab

tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan

perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan

kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk rahim seperti

uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.

Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak

melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya.

Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas

simfisis juga kosong.7

8

Page 9: PARTUS KASEP

2.3.2.7 Presentasi Ganda

Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di

dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan disamping

bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul

tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang

multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin kecil.7

2.3.2.8. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan

Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram.

Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar

juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan

grande multipara.6

2.3.2.9 Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan

serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi

pelebaran sutura serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya

berkisar antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.

Karen akepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah

uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya,

hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala

akibatnya.6 (Wiknjosastro, 2008).

2.3.2.10 Prolaps Funikuli

Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping

atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.

Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap

saat atli pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir

dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang menyebabkan gangguan

adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak

tertututp oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali

pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps funikuli sering

9

Page 10: PARTUS KASEP

didapatkan pada letak sungsang dan letak lintang. Pada presentasi kepala dapat

dijumpai pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam premature lebih sering

dijumpai karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas panggul

secara sempurna.6

2.3.3. Faktor Tenaga

Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam

kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya

dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan

menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang

kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya

dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan.

Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam

amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri,

incoordinate uterine contraction.6

2.3.3.1 Inersia Uteri

Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada

bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak

pada kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang

dibandingkan biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak

seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali

jika persalinan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri

primer. Inersia uteri sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat

berlangsung his kuat untuk waktu yang lama.6

2.3.3.2 Incoordinate Uterine Contraction

Pada keadaan ini sifat his berubah, tonus otot uterus terus meningkat, juga

di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada

sinkronisasi diantara bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi pada kontraksi

uterus bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat

10

Page 11: PARTUS KASEP

menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi ibu dan dapat pula

menyebabkan hipoksia janin.6

2.3.4 Faktor Penolong

Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan

juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam

memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi

dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada

ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai

persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena

itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan

terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang

melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera

dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan

tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam

komplikasi.7

Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru

sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus

dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan

ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak.

Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila

persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik

terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu

dan anak.8

Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian

kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu

persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP

Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan

operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan

dukun di luar rumah sakit.8

11

Page 12: PARTUS KASEP

2.3.5 Faktor Psikis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional

yang luar biasa bagi seorang wanita.  Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari

aspek fisik satu sama lain.  Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat

mereka takut dan cemas.  Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat

menghambat suatu proses persalinan.  Dengan persiapan antenatal yang baik,

diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat

menikmati proses kelahiran bayinya.9

Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus kasep

juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut gantung,

grandemulti, dan ketuban pecah dini.1

2.4 Gejala Klinis

2.4.1 Gejala Klinis pada Ibu

Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala klinis yang

tampak pada ibu meliputi:

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,

pernapasan cepat dan meteorismus

cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau

lemah.

Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang

terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah

uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa

perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari

luar, pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah

didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.7

(Pernoll, 2001)

Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:

Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif

air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

12

Page 13: PARTUS KASEP

Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar

dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput

suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam

beberapa hari.

Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak

saling bertumpang tindih satu sama lain.

Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD)7

2.5. Patofisiologi

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung

awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase

laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5

cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka

kemungkinan akan timbul partus kasep.

Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus kasep

dengan tanda-tanda sebagai berikut :

Kelelahan ibu

Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya kurang.

Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake

cairan kurang.

Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi

rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang

steril.

Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul

juga manipulasi dan dorongan dari penolong.

Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.9

(Syakurah, 2011)

Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta,

dan untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan

menghasilkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini

dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama

berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam,

13

Page 14: PARTUS KASEP

akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan

emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus

akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu

juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi

kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus

untuk berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja

berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia. (Neilson, dkk, 2010)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang

berkurang mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini

mungkin disebabkan oleh uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium

yang mengalami asidifikasi. Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi

miometrium, metabolisme anaerob, dan ketosis sistemik. Pada multigravida,

kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek asidifikasi yang mekanismenya

belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti. Kontraksi yang terus-

menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan

mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat menimbulkan

ruptur uteri.5

2.6. Diagnosis

Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama yang

disertai tanda dan gejala klinis akibat partus lama. Gejala tersebut dapat berasal

dari ibu ataupun dari janin. Gejala yang dirasakan ibu dapat berupa:

Kelelahan

Vulva edema

Perut kembung

Demam

Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis

Infeksi intrauterin sampai sepsis

Dehidrasi sampai syok

Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)

Sementara pada janin dapat ditemukan tanda-tanda partus kasep,

diantaranya:

14

Page 15: PARTUS KASEP

Kaput suksedaneum

Denyut jantung janin, meningkat, menurun, atau ireguler

Gawat janin

Kematian janin.10

2.7. Penatalaksanaan

Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki.

Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:

1. Koreksi cairan (rehidrasi)

2. Koreksi keseimbangan asam basa

3. Koreksi keseimbangan elektrolit

4. Pemberian kalori

5. Pemberantasan infeksi

6. Penurun panas

Untuk itu diperlukan pemasangan infus sebagai akses masuknya cairan,

kalori dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk mengontrol produksi urin.

Pada pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai sumber kalori dan cairan

dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa dapat dilakukan dengan

pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga diperlukan pemberian

antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu mengeluh demam dapat

diberikan penurun panas berupa kompres, atau injeksi Xylomidone.

Selain itu pada partus kasep, harus segera dilakukan terminasi persalinan.·

Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi

vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan pervaginam tidak

terpenuhi maka dilakukan bedah sesar.11

2.8. Komplikasi

Komplikasi pada partus kasep dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi.

Pada partus kasep dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius

yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban.

Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta

pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.

15

Page 16: PARTUS KASEP

Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,

robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus

menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan

paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta

pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian

terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka

waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding

panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka

dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan

dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.

Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang

sangat berkepanjangan.

Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah gawat janin

dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia

berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan

akibat lain dari partus kasep. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan,

kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.11

16

Page 17: PARTUS KASEP

BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pasien didiagnosa partus kasep atas dasar kala 1 fase aktif lama

(prolonged active phase) yang kemudian diikuti dengan komplikasi yang

terjadi pada ibu dan janin

2. Penyebab terjadinya partus kasep pada pasien studi kasus adalah karena

penolong yang terlambat merujuk pasien dan pasien merupakan primi tua

sekunder

3. Tindakan yang harus segera dilakukan pada partus kasep adalah resusitasi

intrauterine berupa pemberian oksigen, memposisikan ibu miring ke kiri,

rehidrasi cairan dengan ringer laktat / garam fisiologis 1000cc dan segera

terminasi kehamilan sesuai indikasi

5.2 Saran

1. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan

pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk

mengetahui faktor predisposisi terjadinya partus kasep

2. Diperlukan pengawasan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus

kasep untuk menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin

dan ibu

3. Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), empati dan

dukungan psikologis yang memadai dan konstruktif pada pasien dan

keluarga mengenai partus kasep pada pasien sehingga memerlukan

perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada kehamilan

berikutnya.

17

Page 18: PARTUS KASEP

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC

2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan.Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada 18 november 2011

3. Joy, S. Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview

4. Edwards, R. K. 2005. Chorioamnionitis and Labour.  Obstet and gynecol clin N Am32 (2005) 287-296. www.obgyn.theclinics.com

5. Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67. www.bmb.oxfordjournals.org

6. Wiknjosastro, H, dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7. Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition. New York: Mc Graw Hill

8. Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II. Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id

9. Syakurah, Risma. 2011. Tinjauan Pustaka Partus Kasep. http//www.wordpress.com. diakses tanggal 18 Nopember 2011

10. Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep. Available from: \Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep

11. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram

18