partus kasep
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu,
atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3
faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang
meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi
diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage)
dan faktor penolong serta faktor psikis.1
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai
faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,
keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan
sosial ekonomi rakyat.2
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi
sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di
Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan
berbagai pendekatan.2
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi kasus
1.2.1. Mengapa pada pasien studi kasus terjadi partus kasep?
1.2.3. Tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep?
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui cara mendiagnosa partus kasep, terutama pada pasien studi
kasus
1.3.2. Mengetahui penyebab pasien pada studi kasus mengalami partus kasep.
1.3.3. Mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan pada partus kasep
1.4 Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai partus kasep dalam hal pelaksanaan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diagnosa,
penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Partus Kasep
Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama
diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara,
dan lebih dari 18 jam pada multipara.1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955, persalinan
terbagi menjadi:
Fase I
Fase I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
pembukaan serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada
fase laten terjadi kontraksi uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan
serviks yang berjalan lambat. Fase laten terjadi dalam 8-10 jam dan
menyebabkan pembukaan serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif terjadi
peningkatan pembukaan serviks hingga 10 cm dan penurunan janin.
Fase II
Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi
Fase III
Merupakan tahap dilahirkannya plasenta.3 (Joy, 2011)
Tabel 2.1 kurva Friedman
3
Partus lama terjadi akibat pemanjangan dari fase-fase persalinan diatas. Kelainan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Nullipara Multipara
Prolonged latent phase > 20 jam >14 jamProtracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jamProtracted descent < 1 cm/ jam < 2 cm/ jamArrest of dilation >2 jam >2 jamArrest of descent >2 jam >1 jamProlonged second stage >2 jam >1 jamProlonged third stage >30 menit >30 menit
Tabel 2.1 pemanjangan fase persalinan
Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada partus kasep dapat
berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya
infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang
besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum,
denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang
berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus
lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina,
ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi
intrauterin dapat dinilai berdasar kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal
lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi
maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt),
uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal
yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3.4
2.2 Epidemiologi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-
2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami
komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan
berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui
bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana
sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei ini juga
dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan,
4
39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan 12%
dan infeksi (10%).2
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Secara umum penyebab partus lama dapat dibagi kedalam beberapa faktor
yaitu faktor panggul, faktor anak, faktor tenaga, faktor psikis dan faktor penolong.
2.3.1 Faktor Panggul
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin
sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada
dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu
hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran
panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang
menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan
juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul.5
2.3.1.1 Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala
memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.6
2.3.1.2 Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia
interspinarum kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
kesukaran pada persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.6
2.3.1.3 Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.6
5
2.3.1.4 Panggul Sempit Relatif
Panggul sempit adalah panggul dengan diameter yang kurang sehingga
mempengaruhi mekanisme persalinan normal. Bentuk dan ukuran panggul
dipengaruhi oleh:
Faktor perkembangan: herediter atau kongenital
o Panggul sempit ginekoid
o Panggul sempit android
o Panggul sempit anthropoid
o Panggul sempit platipeloid
o Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae
o Panggul Robert: tidak adanya kedua sacral alae
o High assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 6 vertebra
o Low assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 4 vertebra
o Split pelvis: simfisis pubis terpisah
Faktor rasial
Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit
Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul
android
Faktor metabolik: misalnya rakitis dan osteomalasia
Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul, kaki, atau tulang
belakang
2.3.2. Faktor Anak
2.3.2.1 Posisi Oksiput Posterior Persisten
Prevalensi kondisi ini adalah 10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak
berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang. Salah satu penyebab terjadinya
adalah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab
yang lain adalah otot-otot dasar panggul yang lembek pada multipara atau kepala
janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin
untuk memutar ke depan.6
6
2.3.2.2 Presentasi Puncak Kepala
Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi ringan ketika
melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian terendah. Pada
presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang mealalui jalan kahir adalah
sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang berada di bawah
simfisis adalah glabela.6
2.3.2.3 Presentasi Muka
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga aksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer jika
terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru terjadi pada masa
persalinan. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-
keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada
panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga
merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kelainan janin
seperti anensefalus dan tumor di leher depan juga dapat menyebabkan presentasi
muka. Terkadang presentasi muka dapat terjadi pada kematian janin intrauterine
akibat otot janin yang telah kehilangan tonusnya.6
2.3.2.4. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian besar
akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Sebab
terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi
muka karena semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih
dahulu.6
2.3.2.5 Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri danbokong berada di bagian bawah kavum uteri.
7
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong, presentasi
bokong sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan presentasi kaki.
Diagnosis letak sungsang umunya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, kepala
teraba di fundus uteri, sementara pada bagian bawah uterus teraba bokong yang
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis
juga dapat ditegakkan dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunang seperti
USG dan MRI.6
Faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas,
hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia
prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak lebih leluasa,
sehingga janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letal sungsang,
atau letak lintang. Pada kehamilam triwulan akhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk mengisi tempat
yang lebih luas di fundus uteri, sedang kepala berada pada ruangan yang lebih
kecil di segmen bawah uterus.7
2.3.2.6. Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab
tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan
kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan bentuk rahim seperti
uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan penyebab terjadinya letak lintang.
Adanya letak lintang dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
melebar dan fundus tampak lebih rendah tidak sesuai dengan usia kehamilannya.
Pada palpasi, fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan diatas
simfisis juga kosong.7
8
2.3.2.7 Presentasi Ganda
Presentasi ganda adalah presentasi dimana disamping kepala janin di
dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan disamping
bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul
tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang
multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin kecil.7
2.3.2.8. Pertumbuhan Janin yang Berlebihan
Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi 4000 gram.
Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain itu janin besar
juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, postmaturitas, dan
grande multipara.6
2.3.2.9 Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi
pelebaran sutura serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya
berkisar antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.
Karen akepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah
uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya,
hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala
akibatnya.6 (Wiknjosastro, 2008).
2.3.2.10 Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping
atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap
saat atli pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir
dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Keadaan yang menyebabkan gangguan
adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak
tertututp oleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali
pusat dan terjadinya prolaps funikuli. Dengan demikian prolaps funikuli sering
9
didapatkan pada letak sungsang dan letak lintang. Pada presentasi kepala dapat
dijumpai pada disproporsi sefalopelvik. Pada kehamilam premature lebih sering
dijumpai karena kepala anak yang kecil tidak dapat menutup pintu atas panggul
secara sempurna.6
2.3.3. Faktor Tenaga
Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam
kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya
dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan
menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan.
Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam
amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri,
incoordinate uterine contraction.6
2.3.3.1 Inersia Uteri
Pada kondisi ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian-bagian yang lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak
pada kontraksi uterus yang lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan biasanya. Keadaan umum penderita baik dan biasanya nyeri tidak
seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak berbahaya, kecuali
jika persalinan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini disebut inersi uteri
primer. Inersia uteri sekunder adalah timbulnya inersia uteri setelah sempat
berlangsung his kuat untuk waktu yang lama.6
2.3.3.2 Incoordinate Uterine Contraction
Pada keadaan ini sifat his berubah, tonus otot uterus terus meningkat, juga
di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi diantara bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi pada kontraksi
uterus bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang meningkat
10
menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia janin.6
2.3.4 Faktor Penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam
memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi
dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada
ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai
persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena
itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan
terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang
melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera
dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan
tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam
komplikasi.7
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru
sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan
ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak.
Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu
dan anak.8
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian
kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu
persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP
Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan
operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan
dukun di luar rumah sakit.8
11
2.3.5 Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional
yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik,
diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat
menikmati proses kelahiran bayinya.9
Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, partus kasep
juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut gantung,
grandemulti, dan ketuban pecah dini.1
2.4 Gejala Klinis
2.4.1 Gejala Klinis pada Ibu
Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala klinis yang
tampak pada ibu meliputi:
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus
cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau
lemah.
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang
terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang berupa
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin mudah
didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.7
(Pernoll, 2001)
Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:
Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif
air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
12
Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar
dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput
suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam
beberapa hari.
Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak
saling bertumpang tindih satu sama lain.
Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD)7
2.5. Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung
awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase
laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5
cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka
kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan berlanjut pada partus kasep
dengan tanda-tanda sebagai berikut :
Kelelahan ibu
Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya kurang.
Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake
cairan kurang.
Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi
rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang
steril.
Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul
juga manipulasi dan dorongan dari penolong.
Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.9
(Syakurah, 2011)
Tujuan persalinan adalah untuk melahirkan janin dan kemudian plasenta,
dan untuk mengetahui apakah terdapat hambatan pada ibu. Uterus akan
menghasilkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolik ini
dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan aktivitas ini dipertahankan selama
berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung terlalu lama lebih dari 24 jam,
13
akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul gangguan
emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus
akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu
juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi
kebutuhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus
untuk berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja
berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia. (Neilson, dkk, 2010)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontraktilitas uterus yang
berkurang mengakibatkan kesulitan persalinan pada primigravida. Hal ini
mungkin disebabkan oleh uterus yang berhenti berkontraksi karena miometrium
yang mengalami asidifikasi. Asidifikasi ini disebabkan oleh penurunan energi
miometrium, metabolisme anaerob, dan ketosis sistemik. Pada multigravida,
kemungkinan miometrium tolerans terhadap efek asidifikasi yang mekanismenya
belum diketahui, sehingga kontraksi uterus tidak berhenti. Kontraksi yang terus-
menerus pada miometrium yang mengalami deplesi energi dan hipoksia akan
mengakibatkan edema miometrium dan nekrosis yang yang dapat menimbulkan
ruptur uteri.5
2.6. Diagnosis
Diagnosis partus kasep ditegakkan berdasarkan adanya partus lama yang
disertai tanda dan gejala klinis akibat partus lama. Gejala tersebut dapat berasal
dari ibu ataupun dari janin. Gejala yang dirasakan ibu dapat berupa:
Kelelahan
Vulva edema
Perut kembung
Demam
Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
Infeksi intrauterin sampai sepsis
Dehidrasi sampai syok
Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
Sementara pada janin dapat ditemukan tanda-tanda partus kasep,
diantaranya:
14
Kaput suksedaneum
Denyut jantung janin, meningkat, menurun, atau ireguler
Gawat janin
Kematian janin.10
2.7. Penatalaksanaan
Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki.
Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
Untuk itu diperlukan pemasangan infus sebagai akses masuknya cairan,
kalori dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk mengontrol produksi urin.
Pada pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai sumber kalori dan cairan
dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa dapat dilakukan dengan
pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga diperlukan pemberian
antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu mengeluh demam dapat
diberikan penurun panas berupa kompres, atau injeksi Xylomidone.
Selain itu pada partus kasep, harus segera dilakukan terminasi persalinan.·
Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi
vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan pervaginam tidak
terpenuhi maka dilakukan bedah sesar.11
2.8. Komplikasi
Komplikasi pada partus kasep dapat terjadi pada ibu maupun pada bayi.
Pada partus kasep dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius
yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai pecahnya ketuban.
Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
15
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,
robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan
paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta
pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian
terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka
waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding
panggul dapat mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka
dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.
Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang
sangat berkepanjangan.
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat partus kasep adalah gawat janin
dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia
berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan
akibat lain dari partus kasep. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan,
kaki, kepala karena pertolongan persalinan dengan tindakan.11
16
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pasien didiagnosa partus kasep atas dasar kala 1 fase aktif lama
(prolonged active phase) yang kemudian diikuti dengan komplikasi yang
terjadi pada ibu dan janin
2. Penyebab terjadinya partus kasep pada pasien studi kasus adalah karena
penolong yang terlambat merujuk pasien dan pasien merupakan primi tua
sekunder
3. Tindakan yang harus segera dilakukan pada partus kasep adalah resusitasi
intrauterine berupa pemberian oksigen, memposisikan ibu miring ke kiri,
rehidrasi cairan dengan ringer laktat / garam fisiologis 1000cc dan segera
terminasi kehamilan sesuai indikasi
5.2 Saran
1. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk
mengetahui faktor predisposisi terjadinya partus kasep
2. Diperlukan pengawasan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus
kasep untuk menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin
dan ibu
3. Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), empati dan
dukungan psikologis yang memadai dan konstruktif pada pasien dan
keluarga mengenai partus kasep pada pasien sehingga memerlukan
perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada kehamilan
berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan.Http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS. Diakses pada 18 november 2011
3. Joy, S. Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview
4. Edwards, R. K. 2005. Chorioamnionitis and Labour. Obstet and gynecol clin N Am32 (2005) 287-296. www.obgyn.theclinics.com
5. Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67. www.bmb.oxfordjournals.org
6. Wiknjosastro, H, dkk.2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition. New York: Mc Graw Hill
8. Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II. Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www. Kalbe.co.id
9. Syakurah, Risma. 2011. Tinjauan Pustaka Partus Kasep. http//www.wordpress.com. diakses tanggal 18 Nopember 2011
10. Pereira, Gabriela. 2006. Partus Kasep. Available from: \Http://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/03/partus-kasep
11. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram
18