paroran kasus skizoprenia

29
Laporan Kasus Gangguan Waham Menetap (F.22) Oleh M. Irfan Hidayat I4A011018 Olivia Dewi Rianti I4A011037 Hanum Nasiha I4A011054 Pembimbing dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin Banjarmasin

Upload: prasada07

Post on 23-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menjelaskan tentang Ssizoprenia

TRANSCRIPT

Page 1: Paroran kasus skizoprenia

Laporan Kasus

Gangguan Waham Menetap (F.22)

Oleh

M. Irfan Hidayat I4A011018

Olivia Dewi Rianti I4A011037

Hanum Nasiha I4A011054

Pembimbing

dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin

Banjarmasin

Juni, 2015

Page 2: Paroran kasus skizoprenia

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Aspah

Usia : 74 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Feremy Pangi

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Berobat : 13 Juli 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 11.12

WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh dan alloanamnesa dengan Ny.

Yersiana, anak kandung pasien pada tanggal 13 Juli 2015, pukul 10.16 WITA

di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh.

A. KELUHAN UTAMA :

Tidak bisa tidur

2

Page 3: Paroran kasus skizoprenia

KELUHAN TAMBAHAN:

Nafsu makan menurun

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis

Menurut anak Os, sejak bulan Maret 2015, os tidak mau makan karena

berpikiran bahwa setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi

mengandung racun.Os bercerita bahwa sebelumnya ada meminum es teh di

warung dekat tempat kerja yang dicurigai Os mengandung racun. Setelah itu

untuk meredakan gejala keracunan, Os meminum susu beruang dan air yang

bercampur asam kamal. Sejak saat itu, Os bercerita kepada ibunya bahwa di

dalam tubuhnya masih ada racun yang belum keluar.Os juga tidak mau

makan, hanya mau makan dari masakan sendiri atau ibunya dengan porsi

yang sangat sedikit. Ibu Os mengatakan bahwa Os tidak mau makan

makanan yang diberikan oleh orang lain, bahkan saudara sendiri karena Os

curiga makanan atau minuman tersebut mengandung racun.

Sebelum bekerja menjadi buruh di kebun kelapa sawit, Os merupakan

pekerja di sebuah tambang batubara di Tamiang Layang.Os adalah pekerja

kantoran saat di tambang batubara tersebut.Pada tahun 2014, Os mengalami

pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tersebut yang mulai

bangkrut dan melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja.Setelah itu Os

bekerja di kebun kelapa sawit sebagai buruh.

3

Page 4: Paroran kasus skizoprenia

Selama bekerja, Os hidup sendiri di Kalimantan Tengah dengan status

duda sejak 7 tahun yang lalu.Os baru saja membangun rumah di Kalimantan

Tengah.

Autoanamnesis:

Os mengaku saat ini badan terasa lemas. Badan terasa lemas karena

dalam 3 bulan terakhir ini os tidak ada nafsu makan. Os bercerita bahwa

makan tidak menjadi darah dan daging. Setiap kali os berjalan, os merasa

seperti jalanan bergoyang-goyang seperti mau jatuh. Apabila os tinggal

bersama keluarganya di rumah, os merasa rumah seperti jabuk dan ingin

rubuh padahal kenyataannya bahwa rumah itu tidak jabuk atau rumah ingin

rubuh.Setiap Os tidur badan terasa enakkan. Setelah itu Os merasa badan

terasa lemas dan berat di punggung serta Os merasa seperti sudah mau

mati.Os meyakini bahwa air yang diminumnya telah diberi racun, karena

teman Os yang bernama Lambeng yang merupakan teman kerja Os,

bercerita bahwa makanan dan minuman tersebut telah diberikan racun.

Karena merasa dirinya keracunan, Os segera minum susu beruang dan air

asam kamal yang diyakini sebagai penghilang racun dalam tubuh. Namun

sampai saat ini Os masih mencurigai dan merasa was-was semua makanan

dan minuman yang akan dikonsumsi mengandung racun.

Os bercerita bahwa ia baru saja menyelesaikan pembangunan rumah

di Kalimantan Tengah dna Os merasa keluarga Os banyak yang iri dengan

rumah tersebut. Sehingga Os meyakini bahwa saat keluarganya berkunjung

dan membawa makanan atau minuman untuk Os, telah diberi racun.Namun

4

Page 5: Paroran kasus skizoprenia

saat di Banjarmasin Os mengaku makan dan minum dengan lancer dan tidak

curiga.

Os mengaku tidur terganggu saat malam hari.Os sering terbangun saat

malam hari karena merasa racun dalam tubuhnya belum hilang sempurna.

Os juga mengaku ia takut mati.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak ada

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Os lahir cukup bulan dengan berat badan normal.

2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Os diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tumbuh kembang baik.

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Os berperilaku seperti anak normal seusianya.

4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Os berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering

bermain dengan mainan os.

5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority

Os mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun.

6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

5

Page 6: Paroran kasus skizoprenia

Os bersekolah di Banjarmasin dan bergaul dengan baik dengan teman

sekolahnya.

7. Young Adulthood (20-29 tahun) Intimacy vs. Isolation

Os mulai bekerja di perusahaan tambang batubara tahun 2013, setelah

itu mengalami pemutusan hubungan kerja.Setelah itu os bekerja

sebagai buruh di kebun kelapa sawit.Os pernah menikah dan bercerai

tahun 2008.

E. RIWAYAT KELUARGA

Di keluarga Os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki : Os : atau

Perempuan : Meninggal :

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

6

Page 7: Paroran kasus skizoprenia

Os saat ini tinggal dengan ibu Os di Banjarmasin.Saat di Kalimantan

Tengah, Os tinggal sendirian. Ossekarang tidak bekerja.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os menunjukkan respon yang baik saat diwawancara.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Os tampak terawat. Os datang dengan menggunakkan daster panjang

berwarna hijau.

2. Kesadaran

Compos mentis (E4 V5 M6)

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Os berbicara jelas namun terbata-bata

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak psikis

Kontak ada, wajar (+) dapat dipertahankan

7

Page 8: Paroran kasus skizoprenia

B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

1. Afek : Datar

2. Ekspresi Afektif : Euthym

3. Keserasian : Appropriate

4. Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Kognitif

1. Kesadaran : kompos mentis

2. Orientasi : Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

3. Daya Ingat : Segera : kurang

Jangka Pendek : kurang

Jangka Panjang : baik

4. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan taraf

pendidikan

5. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi

auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: (-/-/-/-/-)

Ilusi : (-)

Depersonalisasi / derealisasi : -/-

8

Page 9: Paroran kasus skizoprenia

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktivitas :Spontan

b. Kontinuitas : Koheren

c. Hendaya berbahasa :tidak ada

2. Isi Pikir :

a. Preokupasi : (+)

b. Waham : (+)

F. Pengendalian Impuls

Normal

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial :baik

2. Uji daya nilai : baik

3. Penilaian realitas : terganggu

H. Tilikan

Tilikan 6: Os mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.

I. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya

9

Page 10: Paroran kasus skizoprenia

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKLANJUT

1. Status Internus

Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran komposmentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 170/100 mmHg

Nadi : 86 X/menit

Respirasi : 20 X/menit

Suhu : -

Bentuk badan : Ideal

Kulit :Kecoklatan, tidak sianosis,tidak anemis.

Kepala :Normosefali

Mata :Palpebra tidak edema, sklera tidak ikterik

Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada

sekret

Mulut : Bentuk normal dan simetris

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : -

Perkusi :

Cor : -

Pulmo : -

Auskultasi :

10

Page 11: Paroran kasus skizoprenia

Cor : -

Pulmo : -

Abdomen :

Inspeksi : -

Auskultasi : -

Palpasi : -

Perkusi : -

Ektremitas Superior : Edema -/- parese -/- tremor -/-

Inferior : Edema -/- parese -/- tremor -/-

2. Status Neurologis :

Nervus I-XII : -

Gejala rangsang meningeal :-

Gejala TIK meningkat : -

Refleks fisiologis : -

Refleks patologis : -

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis:

Os sulit makan karena curiga makanan dan minuman yang dikonsumsi

mengandung racun

Autoanamnesis

Os merasa badannya lemas.

11

Page 12: Paroran kasus skizoprenia

Os was-was terhadap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi

karena takut mengandung racun.

Os sering terbangun pada malam hari karena merasa tubuhnya masih

dipenuhi dengan racun.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F 22. Gangguan waham menetap

Aksis II : none

Aksis III : none

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga

Masalah berkaitan dengan pekerjaan

Aksis V : GAF SCALE 90 – 81 (Gejala minimal, berfungsi baik,

cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

None

2. Psikologik

Os tampak terawatt, kontak psikis wajar dan dapat dipertahankan, afek

eutim, empati dapat dirabarasakan, daya ingat jangka panjang dan

pendek baik, tidak terdapat halusinasi, terdapat preokupasi dan waham,

pengendalian impuls tidak terganggu, tilikan derajat 1 dan dapat

dipercaya.

12

Page 13: Paroran kasus skizoprenia

3. Sosial keluarga

Os menyangkal keterangan Ibu yang menceritakan bahwa Os mengada-

ada tentang racun dalam makanan dan minuman yangan Os konsumsi.

VIII. RENCANA TERAPI

Psikoterapi :Support terhadap Os dan memberikan motivasi agar Os

mau merubah bentuk pemikiran yang negatif menjadi

pikiran positif.

Terapi Religi : pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan dan menambah ilmu keagamaan.

Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai

bakatdanminatnyaagar

membantumempercepatpenyembuhan.

Psikofarmaka : Clobazam 10mg (1/2-1/2-0).

Stelosi 5mg (0-0-1/2)

Arkine 2mg (0-0-1/2)

IX. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Riwayat herediter : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pola keluarga : dubia ad bonam

13

Page 14: Paroran kasus skizoprenia

Pendidikan : dubia ad bonam

Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Organobiologi : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

X. DISKUSI

Waham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran pribadi yang tidak

sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar

belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham

banyak jenisnya :(1)

a. Waham kejaran, umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplot yang

sedang mengganggunya atau bahwa dia sedang ditipu, dimata-matai atau

kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak.

b. Waham somatik atau hipokhondrik, yaitu keyakinan mengenai (sebagian

tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk,

otaknya sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.

c. Waham kebesaran, yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, kedudukan,

kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya: bahwa dialah Ratu Adil,

dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.

d. Waham keagamaan, waham dengan tema keagamaan.

14

Page 15: Paroran kasus skizoprenia

e. Waham dosa, yaitu keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang

besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung-jawab atas suatu

kejadian yang tidak baik,umpamanya kecelakaan keluarga, karena pikirannya

yang tidak baik.

f. Waham pengaruh, yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi

atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.

g. Waham nihilistik, yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri

dan/atau orang lain sudah mati.

Mayer-Gross membagi waham dalam 2 kelompok; yaitu waham primer

dan waham sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa

penyebab apa-apa dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hampir patogonomonik

buat skizofrenia. Misalnya waham bahwa istrinya sedang berbuat serong sebab ia

melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata

“dunia akan kiamat” sebab ia melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap

sebatang pohon untuk kencing. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya:

dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala

skizofrenia lain.(2)

Gangguan waham menetap merupakan suatu kelompok gangguan psikiatri

yang meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung

lama, sedikitnya tiga bulan, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang

paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik,

skizofrenik, atau gangguan afektif.Waham atau delusi itu sendiri didefinisikan

sebagai suatu keyakinan palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah

15

Page 16: Paroran kasus skizoprenia

tentang realitas eksternal yang tetap bertahan meskipun sudah terbukti sebaliknya

dan keyakinan ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau

subkultur seseorang.Waham yang dialami pada gangguan waham menetap adalah

waham yang bersifat nonbizzare, dalam artian bahwa tipe delusi ini merupakan

suatu kejadian yang mungkin terjadi dalam dunia nyata, seperti misalnya merasa

diikuti, merasa dicintai oleh seseorang, dan merasa dikhianati serta curiga

terhadap pasangan.(3)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi,

berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien

yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat

jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Onset gangguan waham menetap paling banyak

ditemukan pada kelompok umur 40 tahun, dan dapat diderita oleh kelompok usia

18-90 tahun. Gangguan ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria,

dengan angka rasio yang bervariasi, berkisar antara 1,18-3:1. Dimana pria

biasanya lebih banyak mengalami waham curiga/paranoid, sedangkan wanita

umumnya mengalami waham erotomania/merasa dicintai oleh

seseorang.Kemunculan waham dapat terjadi semata-mata akibat gangguan

kejiwaan yang sifatnya idiopatik ataupun yang diinduksi oleh suatu kondisi medis

maupun penggunaan zat.(3)

Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk

pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus inimengarah

kepada diagnosa Gangguan Waham Menetap (F22).Penegakan diagnosis ini

sesuai dengan pedoman diagnosis DSM-V yang mendefinisikan gangguan waham

16

Page 17: Paroran kasus skizoprenia

menetap berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdapat suatu waham nonbizarre

yang terjadi selama minimal tiga bulan, kriteria pasien tidak memenuhi diagnosis

skizofrenia (tidak terdapat halusinasi yang simultan, bicara kacau, serta gejala

negatif seperti afek datar atau perilaku kacau lainnya), selain akibat dari waham

pasien fungsi dan perilaku pasien cenderung normal dan wajar, jika terdapat

gangguan mood biasanya berlangsung singkat, dan gangguan yang terjadi tidak

diakibatkan oleh suatu efek fisiologis langsung dari suatu zat (penyalahgunaan zat

atau pengobatan) atau suatu kondisi medis. Gangguan waham memiliki beberapa

subtipe yaitu erotomania, grandiose, curiga, persecutory, somatis, campuran, dan

tidak spesifik.Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan selalu merasa curiga

pada semua makanan dan minuman yang didapatnya baik dari keluarga ataupun

dari luar rumah, yang diyakininya mengandung racun sejak bulan Maret. Keluhan

pasien memenuhi kriteria diagnosis gangguan waham menetap dengan subtipe

curiga, dimana pasien selalu mencurigai makanan dan minuman yang ada

semuanya mengandung racun walaupun tidak ada bukti yang cukup untuk

mendukung kecurigaan pasien.

Hingga saat ini penyebab pasti dari gangguan waham menetap belum

diketahui.Namun beberapa faktor telah diketahui berkaitan dengan gangguan

waham menetap, diantaranya faktor genetik, faktor biokimia, dan faktor

psikologis.Hubungan faktor genetik dengan gangguan waham menetap memang

belum terlalu jelas. Belum didapatkan suatu gen yang berkaitan langsung dengan

kejadian gangguan ini, namun suatu riwayat gangguan kepribadian paranoid

diketahui lebih sering ditemukan pada kerabat tingkat pertama dari pasien dengan

17

Page 18: Paroran kasus skizoprenia

gangguan waham (4,8%) dibandingkan dengan pasien kontrol (0%) dan pasien

dengan skizofrenia (0,8%).Kondisi hiperdopaminergik merupakan suatu faktor

biokimia yang telah diketahui turut berperan dalam pembentukan delusi/waham.

Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan kadarhomovanilic acid (HVA) yang

merupakan metabolit dopamin pada plasma darah pasien dengan gangguan

waham.Kajian pada bidang psikologi menunjukkan bahwa pasien dengan delusi

secara selektif memilah informasi yang tersedia.Pasien biasanya membuat suatu

kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak adekuat, mengkaitkan kejadian

buruk yang terjadi dengan kesalahan orang lain, dan memiliki kesulitan dalam

memahami niat dan maksud orang lain.Pasien dengan gangguan waham juga

umumnya membuat suatu keputusan berdasarkan data yang lebih sedikit

dibandingkan orang normal. Meskipun menggunakan data yang lebih sedikit,

pasien dengan gangguan ini sama yakinnya dengan orang normal mengenai

ketepatan keputusannya.(3)Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat adanya

gangguan psikiatri pada keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara, pasien

terlihat sangat mempercayai hal buruk mengenai dirinya yang telah diracuni

pertama kalinya oleh penjual es teh di warung tempat os bekerja, meskipun tidak

ada bukti yang mendukung informasi tersebut.

Dari riwayat keluarga (aksis IV), os mencurigai bahwa keluarga di

Kalimantan Tengah iri dengan os karena os baru saja menyelesaikan

pembangunan rumahnya.Os mengaku terbuka dengan saudara kandungnya.Dari

riwayat pekerjaan (aksis IV), os mengalami pemutusan hubungan kerja namun

18

Page 19: Paroran kasus skizoprenia

setelah itu menjadi buruh di kebun kelapa sawit.Os mengalami perubahan beban

kerja yang awalnya pekerja kantoran menjadi buruh.

Dilihat dari penilaian fungsi secara global, gangguan yang dialami os

tergolong dalam skala GAF scale 90 – 81, yaitu gejala minimal, berfungsi baik,

cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Os mendapat terapi

psikofarmako anti anxietas golongan benzodiazepine yaitu pemberian Clobazam

10 mg (1/2-1/2-0).Clobazam yang bereaksi dengan reseptor benzodiazepine akan

meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”, sehingga

hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari “dopaminergic,

noradrenergic, serotoninergic neurons” mereda. Selain itu pasien juga mendapat

terapi psikofarmaka anti psikotik golongan obat anti-psikosis tipikal yaitu

pemberian Stelosi 5 mg (0-0-1/2). Stelosi mengandung Trifluperazine yang

bekerja dengan cara mem-blokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron

di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2

receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala POSITIF. Selain itu pasien juga

mendapat terapi psikofarmaka yaitu pemberian Arkine 2 mg (0-0-1/2).Arkine

mengandung Triheksifenidil yang merupakan obat anti kolinergik yang

menghambat pelepasan asetilkolin.Indikasi pemberian obat ini adalah Parkinson

dan gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh obat SSP.

Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam artinya bisa sembuh

asal ada kemauan dari os.Selain terapi psikofarmaka dilakukan psikoterapi berupa

motivasi dan dukungan.Dengan psikoterapi dan dengan bimbingan, dapat

membantu penderita menghilangkan atau paling sedikit mengurangi gangguannya.

19

Page 20: Paroran kasus skizoprenia

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis WF. Petunjuk Pemeriksaan Psikiatrik. Surabaya : Airlangga University Press, 1976.

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

3. Ariawan IMD, Nyoman R, Wayan W. Gangguan waham menetap pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan ganja: sebuah laporan kasus. E-journal medika udayana 2014; 3: 1-10.

20