paroran kasus skizoprenia
DESCRIPTION
Menjelaskan tentang SsizopreniaTRANSCRIPT
Laporan Kasus
Gangguan Waham Menetap (F.22)
Oleh
M. Irfan Hidayat I4A011018
Olivia Dewi Rianti I4A011037
Hanum Nasiha I4A011054
Pembimbing
dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin
Banjarmasin
Juni, 2015
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Aspah
Usia : 74 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Feremy Pangi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Banjar
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Berobat : 13 Juli 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 11.12
WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh dan alloanamnesa dengan Ny.
Yersiana, anak kandung pasien pada tanggal 13 Juli 2015, pukul 10.16 WITA
di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh.
A. KELUHAN UTAMA :
Tidak bisa tidur
2
KELUHAN TAMBAHAN:
Nafsu makan menurun
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Alloanamnesis
Menurut anak Os, sejak bulan Maret 2015, os tidak mau makan karena
berpikiran bahwa setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi
mengandung racun.Os bercerita bahwa sebelumnya ada meminum es teh di
warung dekat tempat kerja yang dicurigai Os mengandung racun. Setelah itu
untuk meredakan gejala keracunan, Os meminum susu beruang dan air yang
bercampur asam kamal. Sejak saat itu, Os bercerita kepada ibunya bahwa di
dalam tubuhnya masih ada racun yang belum keluar.Os juga tidak mau
makan, hanya mau makan dari masakan sendiri atau ibunya dengan porsi
yang sangat sedikit. Ibu Os mengatakan bahwa Os tidak mau makan
makanan yang diberikan oleh orang lain, bahkan saudara sendiri karena Os
curiga makanan atau minuman tersebut mengandung racun.
Sebelum bekerja menjadi buruh di kebun kelapa sawit, Os merupakan
pekerja di sebuah tambang batubara di Tamiang Layang.Os adalah pekerja
kantoran saat di tambang batubara tersebut.Pada tahun 2014, Os mengalami
pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tersebut yang mulai
bangkrut dan melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja.Setelah itu Os
bekerja di kebun kelapa sawit sebagai buruh.
3
Selama bekerja, Os hidup sendiri di Kalimantan Tengah dengan status
duda sejak 7 tahun yang lalu.Os baru saja membangun rumah di Kalimantan
Tengah.
Autoanamnesis:
Os mengaku saat ini badan terasa lemas. Badan terasa lemas karena
dalam 3 bulan terakhir ini os tidak ada nafsu makan. Os bercerita bahwa
makan tidak menjadi darah dan daging. Setiap kali os berjalan, os merasa
seperti jalanan bergoyang-goyang seperti mau jatuh. Apabila os tinggal
bersama keluarganya di rumah, os merasa rumah seperti jabuk dan ingin
rubuh padahal kenyataannya bahwa rumah itu tidak jabuk atau rumah ingin
rubuh.Setiap Os tidur badan terasa enakkan. Setelah itu Os merasa badan
terasa lemas dan berat di punggung serta Os merasa seperti sudah mau
mati.Os meyakini bahwa air yang diminumnya telah diberi racun, karena
teman Os yang bernama Lambeng yang merupakan teman kerja Os,
bercerita bahwa makanan dan minuman tersebut telah diberikan racun.
Karena merasa dirinya keracunan, Os segera minum susu beruang dan air
asam kamal yang diyakini sebagai penghilang racun dalam tubuh. Namun
sampai saat ini Os masih mencurigai dan merasa was-was semua makanan
dan minuman yang akan dikonsumsi mengandung racun.
Os bercerita bahwa ia baru saja menyelesaikan pembangunan rumah
di Kalimantan Tengah dna Os merasa keluarga Os banyak yang iri dengan
rumah tersebut. Sehingga Os meyakini bahwa saat keluarganya berkunjung
dan membawa makanan atau minuman untuk Os, telah diberi racun.Namun
4
saat di Banjarmasin Os mengaku makan dan minum dengan lancer dan tidak
curiga.
Os mengaku tidur terganggu saat malam hari.Os sering terbangun saat
malam hari karena merasa racun dalam tubuhnya belum hilang sempurna.
Os juga mengaku ia takut mati.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak ada
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Os lahir cukup bulan dengan berat badan normal.
2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust
Os diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tumbuh kembang baik.
3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Os berperilaku seperti anak normal seusianya.
4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt
Os berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering
bermain dengan mainan os.
5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority
Os mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun.
6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion
5
Os bersekolah di Banjarmasin dan bergaul dengan baik dengan teman
sekolahnya.
7. Young Adulthood (20-29 tahun) Intimacy vs. Isolation
Os mulai bekerja di perusahaan tambang batubara tahun 2013, setelah
itu mengalami pemutusan hubungan kerja.Setelah itu os bekerja
sebagai buruh di kebun kelapa sawit.Os pernah menikah dan bercerai
tahun 2008.
E. RIWAYAT KELUARGA
Di keluarga Os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.
Genogram:
Keterangan :
Laki-laki : Os : atau
Perempuan : Meninggal :
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
6
Os saat ini tinggal dengan ibu Os di Banjarmasin.Saat di Kalimantan
Tengah, Os tinggal sendirian. Ossekarang tidak bekerja.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os menunjukkan respon yang baik saat diwawancara.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Os tampak terawat. Os datang dengan menggunakkan daster panjang
berwarna hijau.
2. Kesadaran
Compos mentis (E4 V5 M6)
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Os berbicara jelas namun terbata-bata
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak psikis
Kontak ada, wajar (+) dapat dipertahankan
7
B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati
1. Afek : Datar
2. Ekspresi Afektif : Euthym
3. Keserasian : Appropriate
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Kognitif
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
3. Daya Ingat : Segera : kurang
Jangka Pendek : kurang
Jangka Panjang : baik
4. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan taraf
pendidikan
5. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi
auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: (-/-/-/-/-)
Ilusi : (-)
Depersonalisasi / derealisasi : -/-
8
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas :Spontan
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya berbahasa :tidak ada
2. Isi Pikir :
a. Preokupasi : (+)
b. Waham : (+)
F. Pengendalian Impuls
Normal
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial :baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realitas : terganggu
H. Tilikan
Tilikan 6: Os mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
9
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKLANJUT
1. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran komposmentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 170/100 mmHg
Nadi : 86 X/menit
Respirasi : 20 X/menit
Suhu : -
Bentuk badan : Ideal
Kulit :Kecoklatan, tidak sianosis,tidak anemis.
Kepala :Normosefali
Mata :Palpebra tidak edema, sklera tidak ikterik
Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada
sekret
Mulut : Bentuk normal dan simetris
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : -
Perkusi :
Cor : -
Pulmo : -
Auskultasi :
10
Cor : -
Pulmo : -
Abdomen :
Inspeksi : -
Auskultasi : -
Palpasi : -
Perkusi : -
Ektremitas Superior : Edema -/- parese -/- tremor -/-
Inferior : Edema -/- parese -/- tremor -/-
2. Status Neurologis :
Nervus I-XII : -
Gejala rangsang meningeal :-
Gejala TIK meningkat : -
Refleks fisiologis : -
Refleks patologis : -
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesis:
Os sulit makan karena curiga makanan dan minuman yang dikonsumsi
mengandung racun
Autoanamnesis
Os merasa badannya lemas.
11
Os was-was terhadap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi
karena takut mengandung racun.
Os sering terbangun pada malam hari karena merasa tubuhnya masih
dipenuhi dengan racun.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F 22. Gangguan waham menetap
Aksis II : none
Aksis III : none
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga
Masalah berkaitan dengan pekerjaan
Aksis V : GAF SCALE 90 – 81 (Gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
None
2. Psikologik
Os tampak terawatt, kontak psikis wajar dan dapat dipertahankan, afek
eutim, empati dapat dirabarasakan, daya ingat jangka panjang dan
pendek baik, tidak terdapat halusinasi, terdapat preokupasi dan waham,
pengendalian impuls tidak terganggu, tilikan derajat 1 dan dapat
dipercaya.
12
3. Sosial keluarga
Os menyangkal keterangan Ibu yang menceritakan bahwa Os mengada-
ada tentang racun dalam makanan dan minuman yangan Os konsumsi.
VIII. RENCANA TERAPI
Psikoterapi :Support terhadap Os dan memberikan motivasi agar Os
mau merubah bentuk pemikiran yang negatif menjadi
pikiran positif.
Terapi Religi : pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan dan menambah ilmu keagamaan.
Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai
bakatdanminatnyaagar
membantumempercepatpenyembuhan.
Psikofarmaka : Clobazam 10mg (1/2-1/2-0).
Stelosi 5mg (0-0-1/2)
Arkine 2mg (0-0-1/2)
IX. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad bonam
Perjalanan penyakit : dubia ad bonam
Ciri kepribadian : dubia ad bonam
Riwayat herediter : dubia ad bonam
Usia saat menderita : dubia ad bonam
Pola keluarga : dubia ad bonam
13
Pendidikan : dubia ad bonam
Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam
Ekonomi : dubia ad bonam
Lingkungan sosial : dubia ad bonam
Organobiologi : dubia ad bonam
Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam
Kesimpulan : dubia ad bonam
X. DISKUSI
Waham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran pribadi yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham
banyak jenisnya :(1)
a. Waham kejaran, umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplot yang
sedang mengganggunya atau bahwa dia sedang ditipu, dimata-matai atau
kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak.
b. Waham somatik atau hipokhondrik, yaitu keyakinan mengenai (sebagian
tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk,
otaknya sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.
c. Waham kebesaran, yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, kedudukan,
kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya: bahwa dialah Ratu Adil,
dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
d. Waham keagamaan, waham dengan tema keagamaan.
14
e. Waham dosa, yaitu keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung-jawab atas suatu
kejadian yang tidak baik,umpamanya kecelakaan keluarga, karena pikirannya
yang tidak baik.
f. Waham pengaruh, yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi
atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
g. Waham nihilistik, yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri
dan/atau orang lain sudah mati.
Mayer-Gross membagi waham dalam 2 kelompok; yaitu waham primer
dan waham sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apa-apa dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hampir patogonomonik
buat skizofrenia. Misalnya waham bahwa istrinya sedang berbuat serong sebab ia
melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata
“dunia akan kiamat” sebab ia melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap
sebatang pohon untuk kencing. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya:
dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain.(2)
Gangguan waham menetap merupakan suatu kelompok gangguan psikiatri
yang meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung
lama, sedikitnya tiga bulan, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik,
skizofrenik, atau gangguan afektif.Waham atau delusi itu sendiri didefinisikan
sebagai suatu keyakinan palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah
15
tentang realitas eksternal yang tetap bertahan meskipun sudah terbukti sebaliknya
dan keyakinan ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau
subkultur seseorang.Waham yang dialami pada gangguan waham menetap adalah
waham yang bersifat nonbizzare, dalam artian bahwa tipe delusi ini merupakan
suatu kejadian yang mungkin terjadi dalam dunia nyata, seperti misalnya merasa
diikuti, merasa dicintai oleh seseorang, dan merasa dikhianati serta curiga
terhadap pasangan.(3)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi,
berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien
yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat
jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Onset gangguan waham menetap paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 40 tahun, dan dapat diderita oleh kelompok usia
18-90 tahun. Gangguan ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria,
dengan angka rasio yang bervariasi, berkisar antara 1,18-3:1. Dimana pria
biasanya lebih banyak mengalami waham curiga/paranoid, sedangkan wanita
umumnya mengalami waham erotomania/merasa dicintai oleh
seseorang.Kemunculan waham dapat terjadi semata-mata akibat gangguan
kejiwaan yang sifatnya idiopatik ataupun yang diinduksi oleh suatu kondisi medis
maupun penggunaan zat.(3)
Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus inimengarah
kepada diagnosa Gangguan Waham Menetap (F22).Penegakan diagnosis ini
sesuai dengan pedoman diagnosis DSM-V yang mendefinisikan gangguan waham
16
menetap berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdapat suatu waham nonbizarre
yang terjadi selama minimal tiga bulan, kriteria pasien tidak memenuhi diagnosis
skizofrenia (tidak terdapat halusinasi yang simultan, bicara kacau, serta gejala
negatif seperti afek datar atau perilaku kacau lainnya), selain akibat dari waham
pasien fungsi dan perilaku pasien cenderung normal dan wajar, jika terdapat
gangguan mood biasanya berlangsung singkat, dan gangguan yang terjadi tidak
diakibatkan oleh suatu efek fisiologis langsung dari suatu zat (penyalahgunaan zat
atau pengobatan) atau suatu kondisi medis. Gangguan waham memiliki beberapa
subtipe yaitu erotomania, grandiose, curiga, persecutory, somatis, campuran, dan
tidak spesifik.Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan selalu merasa curiga
pada semua makanan dan minuman yang didapatnya baik dari keluarga ataupun
dari luar rumah, yang diyakininya mengandung racun sejak bulan Maret. Keluhan
pasien memenuhi kriteria diagnosis gangguan waham menetap dengan subtipe
curiga, dimana pasien selalu mencurigai makanan dan minuman yang ada
semuanya mengandung racun walaupun tidak ada bukti yang cukup untuk
mendukung kecurigaan pasien.
Hingga saat ini penyebab pasti dari gangguan waham menetap belum
diketahui.Namun beberapa faktor telah diketahui berkaitan dengan gangguan
waham menetap, diantaranya faktor genetik, faktor biokimia, dan faktor
psikologis.Hubungan faktor genetik dengan gangguan waham menetap memang
belum terlalu jelas. Belum didapatkan suatu gen yang berkaitan langsung dengan
kejadian gangguan ini, namun suatu riwayat gangguan kepribadian paranoid
diketahui lebih sering ditemukan pada kerabat tingkat pertama dari pasien dengan
17
gangguan waham (4,8%) dibandingkan dengan pasien kontrol (0%) dan pasien
dengan skizofrenia (0,8%).Kondisi hiperdopaminergik merupakan suatu faktor
biokimia yang telah diketahui turut berperan dalam pembentukan delusi/waham.
Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan kadarhomovanilic acid (HVA) yang
merupakan metabolit dopamin pada plasma darah pasien dengan gangguan
waham.Kajian pada bidang psikologi menunjukkan bahwa pasien dengan delusi
secara selektif memilah informasi yang tersedia.Pasien biasanya membuat suatu
kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak adekuat, mengkaitkan kejadian
buruk yang terjadi dengan kesalahan orang lain, dan memiliki kesulitan dalam
memahami niat dan maksud orang lain.Pasien dengan gangguan waham juga
umumnya membuat suatu keputusan berdasarkan data yang lebih sedikit
dibandingkan orang normal. Meskipun menggunakan data yang lebih sedikit,
pasien dengan gangguan ini sama yakinnya dengan orang normal mengenai
ketepatan keputusannya.(3)Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat adanya
gangguan psikiatri pada keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara, pasien
terlihat sangat mempercayai hal buruk mengenai dirinya yang telah diracuni
pertama kalinya oleh penjual es teh di warung tempat os bekerja, meskipun tidak
ada bukti yang mendukung informasi tersebut.
Dari riwayat keluarga (aksis IV), os mencurigai bahwa keluarga di
Kalimantan Tengah iri dengan os karena os baru saja menyelesaikan
pembangunan rumahnya.Os mengaku terbuka dengan saudara kandungnya.Dari
riwayat pekerjaan (aksis IV), os mengalami pemutusan hubungan kerja namun
18
setelah itu menjadi buruh di kebun kelapa sawit.Os mengalami perubahan beban
kerja yang awalnya pekerja kantoran menjadi buruh.
Dilihat dari penilaian fungsi secara global, gangguan yang dialami os
tergolong dalam skala GAF scale 90 – 81, yaitu gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Os mendapat terapi
psikofarmako anti anxietas golongan benzodiazepine yaitu pemberian Clobazam
10 mg (1/2-1/2-0).Clobazam yang bereaksi dengan reseptor benzodiazepine akan
meng-reinforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron”, sehingga
hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari “dopaminergic,
noradrenergic, serotoninergic neurons” mereda. Selain itu pasien juga mendapat
terapi psikofarmaka anti psikotik golongan obat anti-psikosis tipikal yaitu
pemberian Stelosi 5 mg (0-0-1/2). Stelosi mengandung Trifluperazine yang
bekerja dengan cara mem-blokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron
di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2
receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala POSITIF. Selain itu pasien juga
mendapat terapi psikofarmaka yaitu pemberian Arkine 2 mg (0-0-1/2).Arkine
mengandung Triheksifenidil yang merupakan obat anti kolinergik yang
menghambat pelepasan asetilkolin.Indikasi pemberian obat ini adalah Parkinson
dan gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh obat SSP.
Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam artinya bisa sembuh
asal ada kemauan dari os.Selain terapi psikofarmaka dilakukan psikoterapi berupa
motivasi dan dukungan.Dengan psikoterapi dan dengan bimbingan, dapat
membantu penderita menghilangkan atau paling sedikit mengurangi gangguannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis WF. Petunjuk Pemeriksaan Psikiatrik. Surabaya : Airlangga University Press, 1976.
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.
3. Ariawan IMD, Nyoman R, Wayan W. Gangguan waham menetap pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan ganja: sebuah laporan kasus. E-journal medika udayana 2014; 3: 1-10.
20