papper geokum
DESCRIPTION
Geologi Kimia UmumTRANSCRIPT
TEORI PEMBENTUKAN BUMI
1)Ahmad Samih, 2)Defa Meidi Wijaya, 3)Hamzah Maulana Wibowo, 4)Destamika Pramudianti, 5)Albany Adiyatama, 6)Bagus
Kuncoro Adi Suryo, 7)Arditya Bayu Priambada1)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta 111.140.104 ;2)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta
111.140.135 ;3)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta 111.140.136 ;4)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta
111.140.140 ;5)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta 111.140.143 ;6)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran,
Yogyakarta 111.140.146 ;7)Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran, Yogyakarta 111.140.147
Abstrak- Bumi dan proses penciptaannya memiliki banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari air, udara dan gas.
Kata kunci: Bumi
I. PENDAHULUANPara ahli pikir merasa sangat
terganggu mereka ingin mengetahui
bagaimana proses terbuntuknya bumi ini,
sesuai dengan tingkat kemajuan dan
perkembangan ilmu dan pengetahuan para
ahli pikir membuat dugaan terkait dengan
proses terbentuknya bumi yang sekarang ini
ditempati oleh mahluk ciptaan tuhan.
Pada abad ke 18 di derah sebelah
timur Mesopotamia, yang sekarang ini
menjadi Negara Irak, para ahli arkeologi
menemukan sisa tulisan dari tanah liat yang
memuat tentang proses terjadinya bumi, cerita
tentang banjir besar pada masanya nabi nuh.
Pada masa itu kejayaan gereja di eropa
menjadikan buku genesis menjadi satu-
satunya buku yang harus mereka percayai.
Pelopor seperti para ahli Copernicus
Keppler, Galileo dan Newton merubah pada
zaman penelitian yang membawa pandangan
baru dalam meninjau proses terjadinya tata
surya. Teori Newton tentang adanya gravitasi,
mendorong para ahli untuk menunjukan
proses terjadinya bumi berdasarkan proses
ilmiah. Diantaranya ialah hipotesis:
a. Hipotesis kabut dari Kant dan Laplace
Hipotesis yang dikemukakan oleh
Imanuel Kant pada tahun 1755 di jerman
mengemukakan tentang proses terjadinya
bumi. Berdasarkan teori Newton dari tentang
gravitasi, Kant mengatakan asal segalanya ini
bermula dari gas yang bermacam-macam,
yang tarik menarik yang kemudian
membentuk kabut besar. Terjadinya benturan
masing-masing gas menimbulkan panas.
Pijarlah, dan istilah tersebut merupakan istilah
dari asal matahari. Fregmen-fregmen inilah
yang tadinya pijar melepaskan banyak panas,
dan mengembun. Kemudian cair dan bagian
luar makin padat. Demikianlah terjadinya
planet-planet dan termasuk bumi yang kita
hidupi sekarang ini. Sedangkan menurut piere
de laplace sarjana prancis seorang filosuf dan
ahli matematika mengemukakan pula pada
kabut bahwa kabut asal itu telah berputar dan
berpijar. Di khatulistiwa terjadi penumpukan
awan, jika massa ini mengembun berputar
mengelilingi induknya.
b. Hipotesis planetesimal
Pada awal abad ke-20, Forest Ray
Moulton seorang ahli astronomi asal
Amerika bersama rekannya Thomas
C.Chamberlain seorang ahli geologi,
mengemukakan Teori Planetisimal
Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri
dari massa gas bermassa besar sekali, Pada
suatu saat melintas bintang lain yang
ukurannya hampir sama dengan matahari,
bintang tersebut melintas begitu dekat
sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena
dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi
antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian
tepi. Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut
sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang.
Materi-materi yang terlempar mulai menyusut
dan membentuk gumpalan-gumpalan yang
disebut planetisimal. Planetisimal-
Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat
yang pada akhirnya membentuk planet-planet
yang mengelilingi matahari.
c. Hipotesis pasang surut gas
Hipotesis ini dikemukakan oleh jeans
dan Jeffries pada tahun 1930 sebagai
penyokong hipotesis sebelumnya sambil
memperbaiki keberatan-keberatannya.
Mereka berpikir adanya bintang besar yang
mendekat kira-kira seperti bu;land an bumi,
yaitu bulan menyebabkan pasang surutnya
lautan. Bulan tak kuat menarik air menjulur
jauh, akan tetapi matahari yang didekati
bintang besar itu menjauh, lidah api dari
matahari asal itu putus dari induknya, pecah
berkeping-keping dan menbeku menjadi
planet-planet.
II. PEMBENTUKAN BUMI
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari
yang merupakan planet terpadat dan terbesar
kelima dari delapan planet dalam Tata Surya.
Bumi juga merupakan planet terbesar dari
empat planet kebumianTata Surya. Bumi
terkadang disebut dengan dunia atau Planet
Biru.
Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun
yang lalu, dan kehidupan muncul di
permukaannya pada miliar tahun pertama.
Biosfer Bumi kemudian secara perlahan
mengubah atmosfer dan kondisi fisik dasar
lainnya, yang memungkinkan terjadinya
perkembangbiakanorganisme serta
pembentukan lapisan ozon, yang bersama
medan magnet Bumi menghalangi radiasi
surya berbahaya dan mengizinkan makhluk
hidup mikroskopis untuk berkembang biak
dengan aman di daratan. Sifat fisik, sejarah
geologi, dan orbit Bumi memungkinkan
kehidupan untuk bisa terus bertahan.
Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa
segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang
mengalami pergerakan di seluruh permukaan
Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70%
permukaan Bumi ditutupi oleh air, dan
sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau
yang memiliki banyak danau dan sumber air
lainnya yang bersumbangsih terhadap
pembentukan hidrosfer. Kutub Bumi sebagian
besarnya tertutup es; es padat di lapisan es
Antarktika dan es laut di paket es
kutub.Interior Bumi masih tetap aktif, dengan
inti dalam terdiri dari besi padat, sedangkan
inti luar berupa fluida yang menciptakan
medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif
padat di bagian mantel.
Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan
objek lainnya di luar angkasa, terutama
Matahari dan Bulan. Ketika mengelilingi
Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar
pada sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang
menciptakan 365,26 hari matahari atau satu
tahun sideris. Perputaran Bumi pada
sumbunya miring 23,4° dariserenjang bidang
orbit, yang menyebabkan perbedaan musim di
permukaan Bumi dengan periode satu tahun
tropis (365,24 hari matahari). Bulan adalah
satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai
mengorbit Bumi sekitar 4,53 miliar tahun
yang lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan
dengan Bumi merangsang terjadinya pasang
laut, menstabilkan kemiringan sumbu, dan
secara bertahap memperlambat rotasi Bumi.
Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan
makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber
daya mineral Bumi dan produk-produk
biosferlainnya bersumbangsih terhadap
penyediaan sumber daya untuk mendukung
populasi manusia global. Wilayah Bumi yang
dihuni manusia dikelompokkan menjadi 200
negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu
sama lain melalui diplomasi, pelancongan,
perdagangan, dan aksi militer.
Permukaan Bumi bervariasi dari tempat
ke tempat. Sekitar 70,8% permukaan Bumi
ditutupi oleh air, dan terdapat banyak landas
benua di bawah permukaan laut. Luas
permukaan Bumi yang ditutupi oleh air setara
dengan 361,132 km2 (139,43 juta sq mi).
Permukaan Bumi yang terendam memiliki
bentang pegunungan, termasuk rangkaian
punggung tengah samudra dan gunung api
bawah laut, bentang lainnya adalah palung
laut, lembah bawah laut, dataran tinggi
samudra, dan dataran abisal. Sisanya, 29,2%
(148,94 km2 atau 57,51 juta sq mi)
permukaan Bumi dilingkupi oleh daratan,
yang terdiri dari pegunungan, padang gurun,
dataran tinggi, pesisir, dangeomorfologi
lainnya.
Permukaan Bumi mengalami
pembentukan kembali pada periode waktu
geologi karena aktivitas tektonik dan erosi.
Permukaan Bumi yang terbentuk atau
mengalami deformasi akibat tektonika
lempeng merupakan permukaan yang
mengalami pelapukan oleh curah hujan, siklus
termal, dan pengaruh kimia. Glasiasi, erosi
pantai, pembentukan terumbu karang, dan
tubrukan meteorit besar merupakan beberapa
peristiwa yang memicu pembentukan kembali
lanskap permukaan Bumi.
Ketersediaan air yang begitu banyak di
permukaan Bumi merupakan hal unik yang
membedakan "Planet Biru" dengan planet
lainnya di Tata Surya. Hidrosfer Bumi pada
umumnya terdiri dari lautan, namun secara
teknis juga mencakup semua perairan yang
terdapat di permukaan Bumi, termasuk danau,
sungai, laut pedalaman, dan air bawah tanah
di kedalaman 2.000 m. Perairan terdalam dari
permukaan Bumi adalahChallenger Deep di
Palung Mariana, Samudra Pasifik, dengan
kedalaman 10.911,4 m di bawah permukaan
laut.
Massa lautan kira-kira 1,35×1018 metrik
ton, atau sekitar 1/4400 dari massa total
Bumi. Lautan mencakup area seluas
3,618×108 km2, dengan kedalaman rata-rata
3.682 m, dan volume air sekitar1,332×109
km3. Jika daratan di permukaan Bumi
tersebar merata, maka ketinggian air akan
naik lebih dari 2,7 km. Sekitar 97,5% perairan
Bumi adalah air asin, sedangkan 2,5% sisanya
adalah air tawar. Sekitar 68,7% air tawar yang
terdapat di permukaan Bumi pada saat ini
adalah es, sedangkan selebihnya membentuk
danau, sungai, mata air, dan sebagainya.
Tingkat keasinan rata-rata lautan di Bumi
adalah 35 gram garam per kilogram air laut
(3,5% garam). Sebagian besar garam ini
dihasilkan oleh aktivitas vulkanis atau hasil
ekstraksi batuan beku. Lautan juga menjadi
reservoir bagi gas atmosfer terlarut, yang
keberadaannya sangat penting bagi
kelangsungan hidup sebagian besar organisme
air. Air laut memiliki pengaruh besar terhadap
iklim dunia; lautan berfungsi sebagai
reservoir panas utama. Perubahan suhu di
lautan juga bisa menyebabkan perubahan
cuaca di berbagai belahan dunia, misalnya El
Niño–Osilasi Selatan.
Rata-rata tekanan atmosfer di permukaan
Bumi adalah 101,325 kPa, dengan
ketingggian skala sekitar 5 km. Atmosfer
mengandung 78% nitrogen dan 21%oksigen,
selebihnya adalah uap air, karbon dioksida,
dan molekul gas lainnya. Ketinggian troposfer
beragam menurut garis lintang, berkisar
antara 8 km di wilayah kutub hingga 17 km di
wilayah khatulistiwa, dan beberapa variasi
yang diakibatkan oleh faktor musim dan
cuaca.
Biosfer Bumi secara perlahan telah
memermak komposisi atmosfer. Fotosintesis
oksigenik berevolusi 2,7 miliar tahun yang
lalu, yang membentuk atmosfer nitrogen-
oksigen utama saat ini. Peristiwa ini
memungkinkan terjadinya
proliferasiorganisme aerobik, serta
pembentukan lapisan ozon yang menghalangi
radiasi surya ultraungu memasuki Bumi dan
menjamin kelangsungan kehidupan di darat.
Fungsi atmosfer lainnya yang penting bagi
kehidupan di Bumi adalah mengangkut uap
air, menyediakan gas bernilai guna,
membakar meteor berukuran kecil sebelum
menghantam permukaan Bumi, dan
memoderatori suhu. Fenomena yang terakhir
dikenal dengan efek rumah kaca; proses
penangkapan energi panas yang dipancarkan
dari permukaan Bumi pada atmosfer sehingga
meningkatkan suhu rata-rata. Uap air, karbon
dioksida, metana, dan ozon merupakan gas
rumah kaca utama pada atmosfer Bumi.
Tanpa pemancaran panas ini, suhu rata-rata di
permukaan Bumi akan mencapai −18 °C,
berbeda jauh dengan suhu rata-rata saat ini
(+15 °C), dan kehidupan kemungkinan besar
tidak akan bisa bertahan.
Medan magnet Bumi diperkirakan
terbentuk karena dipole magnetik, dengan
kutub magnet berada pada kutub geografi
Bumi. Pada khatulistiwa medan magnet,
kekuatan medan magnet di permukaan Bumi
mencapai 3.05 × 10−5 T, dengan momen
dipole magnet global 7.91 × 1015 T m3.[100]
Menurut teori dinamo, medan magnet
dihasilkan di dalam wilayah inti luar tempat
energi panas menciptakan gerakan konveksi
material konduksi dan menghasilkan arus
listrik. Proses ini pada gilirannya menciptakan
medan magnet Bumi. Gerakan konveksi pada
inti Bumi berlangsung dengan tidak teratur;
kutub magnet melayang dan secara berkala
mengubah arah gaya magnet. Hal ini memicu
terjadinya pembalikan medan pada interval
tak beraturan, yang berlangsung beberapa kali
setiap jutaan tahun. Pembalikan medan
terakhir terjadi sekitar 700.000 tahun yang
lalu.
Medan magnet membentuk lapisan
magnetosfer, yang berfungsi membiaskan
partikel yang terkandung dalam angin surya.
Tepi medan magnet yang mengarah ke
Matahari berjarak sekitar 13 kali radius Bumi.
Tabrakan antara medan magnet dan angin
surya menghasilkan sabuk radiasi Van Allen,
yakni area berbentuk torus konsentris dengan
partikel bermuatan energi. Saat plasma
memasuki atmosfer Bumi pada kutub magnet,
maka terbentuklah aurora.
Kala rotasi Bumi yang bersifat relatif
terhadap Matahari – disebut hari Matahari –
adalah 86.400 detik dari waktu Matahari rata-
rata (86.400,0025 SI detik). Karena periode
hari Matahari Bumi saat ini lebih panjang dari
periode ketika abad ke-19 akibat akselerasi
pasang surut, setiap hari bervariasi antara 0
hingga 2 SI ms lebih panjang.
Kala rotasi Bumi yang relatif terhadap
bintang tetap, dinamakan hari bintang
olehInternational Earth Rotation and
Reference Systems Service (IERS),
adalah86.164,098903691 detik dari waktu
Matahari rata-rata (UT1), atau23h 56m
4,098903691s.
Kala rotasi Bumi yang relatif terhadap
presesiatau pergerakan ekuinoks vernal,
dinamakan hari sideris,
adalah86.164,09053083288 detik dari waktu
Matahari rata-rata (UT1)(23h 56m
4.09053083288s) pada 1982. Dengan
demikian, hari sideris kira-kira lebih singkat
8,4 ms dari hari bintang. Panjang hari
Matahari rata-rata dalam satuan detik SI
dihitung oleh IERS untuk periode 1623–2005
dan 1962–2005.
Selain meteor pada atmosfer dan
satelit berorbit rendah, gerakan utama benda
langit di atas Bumi adalah ke arah barat,
dengan laju 15°/jam = 15'/menit. Untuk benda
langit di dekat khatulistiwa angkasa,
pergerakannya terlihat pada diameter
Matahari dan Bulan setiap dua menit; dari
permukaan Bumi, ukuran Matahari dan Bulan
kurang lebih sama.
Selain itu, dalam pembentukan bumi
ada beberapa teori diantaranya adalah
a. Teori Nebula
Dalam kosmogoni, hipotesis nebula
adalah model yang paling banyak diterima
yang menjelaskan pembentukan dan evolusi
Tata Surya. Ada bukti yang menunjukkan
bahwa hipotesis ini pertama kali diusulkan
pada 1734 oleh Emanuel Swedenborg[1][2]
[3][4] Awalnya hipotesis ini diterapkan hanya
untuk Tata Surya saja, namun sekarang
hipotesis ini dianggap berlaku juga untuk
pembentukan seluruh alam semesta. Variasi
modern yang diterima secara luas dari
hipotesis nebula adalah Model cakram nebula
surya (Solar Nebular Disk Model) (SNDM).
Menurut hipotesis nebula, bintang
terbentuk di awan yang besar dan padat dari
awan molekul raksasa-molekul hidrogen.
Gravitasi awan tersebut tidak stabil, dan
materi bergabung menjadi gumpalan-
gumpalan kecil yang lebih padat yang
akhirnya runtuh dan membentuk bintang.
Pembentukan bintang adalah proses yang
kompleks, yang selalu menghasilkan gas
cakram protoplanet di sekitar bintang muda.
Kejadian ini dapat melahirkan planet dalam
keadaan tertentu, yang sampai sekarang
belum diketahui prosesnya dengan baik.
Dengan demikian pembentukan sistem planet
dianggap sebagai hasil alami dari
pembentukan bintang. Bintang yang
menyerupai matahari biasanya memakan
waktu sekitar 100 juta tahun untuk terbentuk.
Cakram protoplanet merupakan
piringan akresi yang melanjutkan untuk
memberi makan bintang pusat. Cakram ini
awalnya sangat panas, yang kemudian
mendingin yang dikenal sebagai tahap bintang
T Tauri, di sini dimungkinkan terbentuknya
butiran-butiran debu yang terbuat dari batu
dan es. Butir-butiran ini akhirnya mengental
menjadi planetisimal berukuran kilometer.
Jika cakram berukuran cukup besar proses
pertumbuhan bisa dimulai dengan sangat
cepat, dalam waktu 100.000 sampai 300.000
tahun dapat membentuk embrio planet dengan
ukuran sebesar jarak Bulan ke Mars. Di dekat
bintang, embrio planet melewati tahap
penggabungan, menghasilkan beberapa planet
kebumian. Tahap terakhir memakan waktu
sekitar 100 juta sampai satu miliar tahun.
Pembentukan planet raksasa
merupakan proses yang lebih rumit. Proses ini
diduga terjadi di luar garis beku, di
manaembrio planet umumnya terbuat dari
beragam es. Akibatnya mereka beberapa kali
lebih besar dibandingkan yang terbentuk di
bagian dalam piringan protoplanet. Apa yang
terjadi setelah pembentukan embrio planet
belum sepenuhnya diketahui. Namun,
beberapa embrio terus tumbuh dan akhirnya
mencapai 5-10 kali massa Bumi. Akumulasi
gas oleh inti diawali dengan proses yang
lambat, yang terus menerus selama beberapa
juta tahun, namun setelah membentuk
protoplanet yang mencapai sekitar 30 kali
massa Bumi akumulasi ini menjadi luar biasa
cepat. Planet yang menyerupai Yupiter dan
Saturnusdiperkirakan menumpuk sebagian
besar massa mereka hanya selama 10.000
tahun. Akresi berhenti saat gas habis. Planet
yang baru terbentuk dapat berpindah
menempuh jarak jauh selama atau setelah
proses pembentukan mereka. Raksasa gas
seperti Uranus dan Neptunus dianggap
sebagai kegagalan inti, yang terlambat
terbentuk ketika cakram hampir hilang.
b. Teori Planetisimal
Teori Planetisimal adalah salah satu
teori yang menerangkan tentang proses
pembuatan Tata Surya. Teori ini dicetuskan
oleh seorang astronom bernama Forest Ray
Moulton dan seorang geolog bernama
Thomas C. Chamberlin dari Universitas
Chicago, yang kemudian namakan teori
mereka ini dengan nama Teori Planetisimal.
Teori ini menyatakan bahwa suatu
ketika sebuah bintang melintasi ruang
angkasa dengan cepat dan berada dekat sekali
dengan matahari. Daya tarik bintang ini
sangat besar sehingga menyebabkan daya
pasang di bagian gas Matahari. Akibatnya,
massa gas terlempar dari Matahari dan mulai
mengorbit. Karena daya tarik Matahari, massa
gas itu tertahan dan bergerak mengelilingi
Matahari. Ketika massa gas menjadi dingin,
bentuknya kemudian berubah menjadi cairan
kemudian memadat. Akhirnya, massa gas itu
menjadi planet yang ada sekarang, termasuk
Bumi.
c. Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James
Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga
menyebabkan terjadinya pasang surut pada
tubuh matahari, saat matahari itu masih
berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang
surut air laut yang kita kenal di Bumi,
ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah
kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan
ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir
sama besar dengan matahari mendekat, maka
akan terbentuk semacam gunung-gunung
gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang
disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi.
Gunung-gunung tersebut akan mencapai
tinggi yang luar biasa dan membentuk
semacam lidah pijar yang besar sekali,
menjulur dari massa matahari dan merentang
ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi
perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-
benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang
besar yang menyebabkan penarikan pada
bagian-bagian tubuh matahari tadi,
melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga
lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-
planet itu akan berputar mengelilingi matahari
dan mengalami proses pendinginan. Proses
pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan
Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil
seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung,
planet-planet itu masih mengelilingi matahari
pada orbit berbentuk elips, sehingga besar
kemungkinan pada suatu ketika meraka akan
mendekati matahari dalam jarak yang pendek.
Akibat kekuatan penarikan matahari, maka
akan terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh
planet yang baru lahir itu. Matahari akan
menarik kolom-kolom materi dari planet-
planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-
satelit) yang berputar mengelilingi planet-
planet. Peranan yang dipegang matahari
dalam membentuk bulan-bulan ini pada
prinsipnya sama dengan peranan bintang
besar dalam membentuk planet-planet, seperti
telah dibicarakan di atas.
d. Teori Bintang Kembar
Teori ini diberi nama teori bintang
kembar karna Lyttleton beranggapan bahwa
tata surya ( matahari dan planet ) terbentuk
dari dua buah bintang, yang kemudian salah
satunya hancur dan membentuk panet dan
yang lainnya menjadi bintang ( matahari )
adpun alsan dari pendapat ini karna setelah
penelitian terhadap tata surya lain ternya ada
tata surya yang memiliki bintang kembar,
oleh karna itulah Lyttleton beranggapan
bahwa tata surya kita terbentuk dari proses
meladaknya bintang kembar. Adapun raian
dari teori tersebut adalah sebagai berikut :
Pada awalnya di tata surya kita ada
dua buah bintang kembar yaitu matahari dan
kembarannya. Entah karma sebab apa
kemudian lama kelamaan kembaran dari
matahari tersebut mengalami ledakan ledakan
kecil hinga pada suatu ketika kemudian
kembaran dari maahari tersebut benar – bena
meledak menjadi serpihan – serpihan kecil
dan debu – debu.
Serpihan dan debu tersebut kemudian
terperangkap oleh gaya grafitasi matahari,
namun tidak tersedot masuk. Kemudian debu
– debu yang terbentuk nberkumpul dan
mempilin sehingga membentuk planet dan
serpihan - serpihan batuan membentuk jalur
asteroid yang memisahkan planet dalam dan
luar.
e. Teori Big Bang
Teori big bang dalam kosmologi
adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang
menjelaskan perkembangan dan bentuk awal
dari alam semesta. Teori ini menyatakan
bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi
super padat dan panas, yang kemudian
mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big
Bang membentuk sistem tata surya. Ide
sentral dari teori ini adalah bahwa teori
relativitas umum dapat dikombinasikan
dengan hasil pemantauan dalam skala besar
pada pergerakan galaksi terhadap satu sama
lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam
semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi
alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa
lampau alam semesta punya suhu yang jauh
lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih
tinggi.
Pada tahun 1929 Astronom Amerika
Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi
dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak
selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang
tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-
galaksi bertambah setiap saat. Penemuan
Hubble ini menunjukkan bahwa Alam
Semesta kita tidaklah statis seperti yang
dipercaya sejak lama, namun bergerak
mengembang. Kemudian ini menimbulkan
suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula
dari pengembangan di masa lampau yang
dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta
memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada
kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian
meledak dan mengembang dengan laju
pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu
lambat untuk membuatnya segera mengerut,
atau terlalu cepat sehingga membuatnya
menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah
itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya,
Alam Semesta akan terus mengembang tanpa
kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta
secara keseluruhan akan terus mengembang
dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan
laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam
Semesta akan mengembang terus,namun
dengan kelajuan yang semakin kecil,dan
semakin kecil, meskipun tidak benar-benar
mencapai nol. Walaupun andaikata Alam
Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi
setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.
Selain teori- teori tersebut ada teori
yang berkembang mengenai proses
pembentukan bumi ini. Diantaranya adalah
1. Teori kontraksi
Teori Kontraksi dikemukakan kali
pertama oleh Descrates (1596–1650), yang
menyatakan bahwa bumi semakin lama
semakin susut dan mengerut disebabkan
terjadinya proses pendinginan sehingga di
bagian permukaannya terbentuk relief berupa
gunung, lembah, dan dataran. Teori
Kontraksi didukung pula oleh James Dana
(1847) dan Elie de Baumant (1852).
Keduanya berpendapat bahwa bumi
mengalami pengerutan karena terjadi proses
pendinginan pada bagian dalam bumi yang
mengakibatkan bagian permukaan bumi
mengerut membentuk pegunungan dan
lembah-lembah.
2. Teori Geosinklin
Teori geosinklin menyatakan bahwa
suatu daerah sempit pada kerak bumi
mengalami depresi selama beberapa waktu
sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen
yang tebal. Proses pengendapan ini
menyebabkan subsidence (penurunan) pada
dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal
dianggap berasal dari sedimen akibat proses
orogenesa yang membentuk pengunungan
lipatan dan selama proses ini endapan
sedimen yang telah terbentuk akan mengalami
metamorfosa.
Batuan yang terdeformasi didalamnya
dijelaskan sebagai akibat menyempitnya
cekungan karena terus menurunnya cekungan,
sehingga batuan terlipat dan tersesarkan.
Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan
vertikal akibat gaya isostasi.
Teori ini mempunyai kelemahan tidak
mampu menjelaskan asal usul aktivitas
vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan
aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa
dijelaskan dengan teori geosinklin.
Pada intinya, golongan ilmuwan
menganggap bahwa gaya yang bekerja pada
bumi merupakan gaya vertical. Artinya,
semua deformasi yang terjadi diakibatkan
oleh gaya utama yang berarah tegak lurus
dengan bidang yang terdeformasi.
3. Hipotesa Pengapungan Benua
Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua
adalah suatu hipotesa yang menganggap
bahwa benua-benua yang ada pasa saat ini
dahulunya bersatu yang dikenal dengan super
kontinen yang bernama pangea yang
dikelilingi oleh satu samudra yang bernama
panthalasa. Banyak teori yang mendukung
tentang mekanisme hipotesis ini diantaranya
pada tahun 1858 antonion snider-pellegrini
menyatakan pemisahan benua ini terjadi
dikarenakan banjir nuh sehingga
mengakibatkan retaknya benua dan akhirnya
berpisah. Bukti yang digunakan oleh wegener
untuk menjleaskan teori pengapungan benua
menngunakan yaitu :
Bukti geofisik ditemukan di struktur kerak
dan isostasi. dengan kurva hypsographic ia
memperlihatkan frekuensi daerah permukaan
sebagai fungsi ketinggian yang dibandingkan
dengan kurva gauss- normal.
Bukti seismologi berupa keceptan rambat
gelombang P dan Gelombang S pada kerak
samudra dan benua, menyangkal adanya
daratan penghubung (land brige) yang semula
kerak benua, yang kemudian runtuh menjadi
kerak samudra. jika dartan penghubung
memang ada, maka muka laut akan naik
sehingga membanjiri benua yang ada sekrang.
Terdapat kesamaan sifat kemagnetan
batuan purba di asia dan eropa pada taun 1950
menunjukan bahwa arah kemagnetan untuk
batuan yang berumur muda cocok dengan
arah magnet bumi saat ini, akan tetapi arah
kemagnetan untuk batuan yang lebih tua
ternyata menunjukan arah kemagnetan yang
bervariasi dengan perbedan yang cukup besar.
Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kutub
magnet bumi telah mengalami perpindahan.
Sebaliknya apabila arah magnet dianggap
tetap pada posisi seperti saat ini maka
penjelasannya adalah bahwa benua yang
mengalami perpindahan atau pengapungan.
Ditemukanya fosil-fosil yang berasal
dari binatang dan tumbuhan yang tersebar
luas dan terpisah di beberpa benua seperti
Fosil cynognathus, reptil yang hidup sekitar
240 juta tahun yang laluditemukan di benua
amerika selatan dan afrika.
Fosil mesosaurus ditemukan di Amerika
selatan dan Afrika
Fosil Lystrosaurus ditemukan di benua afrika,
India dan Antartika.
Fosil clossopteris suatu tanaman ditemukan di
benua afrika, Amerika Selatan, India,
Australia dan Antartika
III.SESI TANYA JAWAB
Pertanyaan pertma:“”Jawaban Pertanyaan Pertama:“”
Pertanyaan ke dua:“”Jawaban Pertanyaan ke dua:“”
Pertanyaan ke tiga:“”Jawaban Pertanyaan ke tiga:“”
IV.KESIMPULAN
Dalam pembentukan bumi, ada teori- teori
yang mendasari dari para ahli mulai dari teori
big bang hngga teori bintang kembar. Selain
itu ada juga perkembangan dari teori- teori
tersebut. Mulai dari teori kontraksi hingga
teori continental drift. Hingga sekarang pun
teori- teori tersebut masih terus dikaji untuk
menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
V. Referensi
[1]. Anonim.2009. Alam Semesta. Website
google wikipedia. Diakses27 Maret 2011 .[2]Anonim.2009. Tata Surya. Website
google wikipedia. Diakses27 Maret 2011 [3].Anonim.2009. Bumi. Website google
wikipedia. Diakses. 27 Maret 2011.
Cazenave, Anny (1995). In Ahrens,
Thomas J. Global earth physic a handbook
of physical constana (PDF), Washington,
DC: American Geophysical Union.
Patchett P J dan Samso S D.2003. Ages
and Growth ot the Continental Crust from
Rediogenic Isotopes. In the Crust (ed. R.
L. Rudnick) volume 3, hal 321-348 of
Treatise on Geochemistry (eds. H. D.
Holland dan K. K. Turekian). Elsevier-
Pergamon, Oxford.
Allen, Clabon Walter; Cox, Arthur N.
(2000). Allen's Astrophysical Quantities.
Springer, 294. ISBN 0387987460.
Various (2000). in David R. Lide:
Handbook of Chemistry and Physics, 81st,
CRC. ISBN 0849304814.
IERS Working Groups (2003). General
Definitions and Numerical Standards.
McCarthy, Dennis D.; Petit, Gérard IERS
Technical Note No. 32, U.S. Naval
Observatory and Bureau International des
Poids et Mesures. Diakses pada 2008-08-
03.
Cazenave, Anny (1995). in Ahrens,
Thomas J.: Global earth physics a
handbook of physical onstants (PDF),
Washington, DC: American Geophysical
Union. ISBN 0-87590-851-9. Diakses
pada 3 Agustus 2008.
Pidwirny, Michael (2006-02-02). Surface
area of our planet covered by oceans and
continents.(Table 8o-1). Diakses pada 26
November 2007.
Yoder, C. F. (1995) p. 12.
Allen, Clabon Walter; Cox, Arthur N.
(2000). Allen's Astrophysical Quantities.
Springer, 296. 60 ISBN 03879874.
Morgan, J. W.; Anders, E. (1980).
Chemical composition of Earth, Venus,
and Mercury. Proceedings of the National
Academy of Science (12): 6973–6977.
DOI:10.1073/pnas.77.12.6973 Diakses
pada 4 Februari 2007.