paper tbb
DESCRIPTION
makalah corex smelting reductionTRANSCRIPT
Teknologi Besi Baja
Paper Iron Making (Corex)
Tugas ini dibuat untuk melengkapi nilai dalam mata kuliah Teknologi Besi Baja
Disusun oleh:
Yulisa Safriyanti 3333131988
Nada Mitra Sundawati 3333130709
Nena Sagita 3333130524
Indra Dwianto 3333130653
Rahmat Juang 3333130805
Kelompok 2
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
A. Definisi Smelting Reduction
Smelting Reduction (SR) secara general berati proses peleburan melibatkan reaksi reduksi
kimia. Dan untuk istilah tertentu SR dapat diartikan sebagai kumpulan dari proses yang
memproduksi logam cair panas dari bijih besi tanpa menggunakan kokas sebagai pereduksi.
Teknologi SR melibatkan dari solid-state reduction dan peleburan.
Gambar 1. Diagram Prinsip Teknologi SR
Batubara di umpankan ke bejana Smelting Reduction dimana akan terjadi gasifikasi, proses
ini mengantarkan panas dan gas panas yang mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida
yang direduksi menjadi karbon dioksida puan akan menghasilkan panas yang digunakan untuk
meleburkan besi di bejana Smelting Reduction. Gas panas dialirkan ke bejana pre-reduction
untuk membentuk oksida besi-prareduksi(pada solid state). Lalu besi prareduksi ini dipindahkan
ke bejana Smelting Reduction untuk tahap akhir. Hasil dari proses ini akan menghasilkan produk
yang mirip dengan DRI (Direct Reduction Iron).
B. Prinsip dan Keuntungan Proses Smelting Reduction
Teknologi SR secara umum terdiri dari dua bejana atau dua zona, yaitu zona pre-reduksi dan
bejana Smelting Reduction. Walaupun bejana yang benar-benar terpisah tidak terlalu diperlukan
dalam teknologi ini.
Keuntungan dari proses ini adalah (dibandingkan Blast furnace):
1. Tidak menggunakan cokes (cooking coal) yang relatif langka dan mahal. Proses ini dapat
menggunakan steaming coal yang persediaannya masih banyak di Indonesia, dan dikatakan
lebih ramah lingkungan.
2. Aglomerasi dari biji besi pun tidak digunakan dalam proses ini, karena menggunakan
peleburan dari biji besi.
3. Tidak ada pembentukan cohesive zone,temperatur yang digunakan pada reaksi tinggi
sehingga tidak terjadi penggumpalan.
C. Jenis-jenis Proses Smelting Reduction
Proses yang sudah digunakan:
1. Melter-gasifier (Corex, Finex)
suatu proses perubahan batubara menjadi gas yang mudah terbakar. Proses ini melalui
beberapa proses kimia dalam reaktor gasifikasi (gasifier). Mula-mula batubara yang
sudah diproses secara fisis diumpankan ke dalam reaktor dan akan mengalami proses
pemanasan sampai temperatur reaksi serta mengalami proses pirolisa (menjadi bara api).
2. Iron bath reactor (Hismelt)
Proses yang sedang dikembangkan:
1. DIOS (Direct Iron Ore Smelting Reduction), Jepang
2. AISI-DOE, USA
3. Romelt, Rusia
4. IFCON, Afrika Selatan
5. CCF (Cyclone Converter Furnace), Italia-Dutc
6. Ausiron dan Hlsmelt, Australia
7. TECNORED, Brazil
D. Pengertian Corex
Corex adalah proses peleburan yang dikembangkan oleh Siemens, untuk biaya produksi
efisien dan ramah lingkungan dengan menggunakan logam panas dari bijih besi dan batubara.
Proses ini berbeda dari rute blast furnace/tanur tinggi konvensional, non-cooking coal bisa
langsung digunakan untuk pengurangan bijih dan mencairkan bijih besi, menghilangkan
kebutuhan untuk kokas tanaman.
Semua pekerjaan metalurgi dilakukan dalam dua reaktor proses terpisah, poros pengurangan
dan gasifier melter. Bijih, sinter, campuran pelet atau dibebankan ke dalam poros peleburan
mereka dilebur menjadi besi langsung direduksi. Sekrup Discharge menyampaikan direct
reduced iron dari poros pengurangan ke dalam gasifier melter dimana pengurangan final
dan mencair terjadi di samping semua reaksi metalurgi dan terak lainnya.
E. Corex Smelting Reduction
Proses Corex merupakan proses Smelting Reduction yang paling komersil dan
menghasilkan molten iron dalam skala besar (dengan kapasitas 1000 thm/days, berdasar pada
Germany Ministry of Research + Technology Austrian Research Promotion Foundation).
Untuk skema proses dapat dilihat pada gambar diatas. Proses ini menggunakan dua reaktor
terpisah yaitu reduction shaft dan melter-gasifier. Batubara dimasukkan ke tungku dari melter-
gasifier dan diubah menjadi arang pada suhu 1100-11500C.
Oksigen ditiupkan ke melter-gasifier dan menghasilkan gas yang tereduksi hasil gasifikasi
batubara. Gas ini (mendekati 95% CO + H2 dan 3% CO2), setelah pendinginan sekitar 800-8500C
lalu partikel debu/dust dihilangkan, gas tersebut dimasukkan ke dalam reduction shaft , dimana
terdiri dari lump ores, pelet atau sinter direduksi menjadi sponge iron. sponge iron ini lalu
diekstraksi dari reduction shaft oleh konveyor dan dimasukkan ke dalam melter-gasifier, dimana
terjadi peleburan. Proses selanjutnya dari hot metal sama seperti blast furnace. Dan kualitasnya
pun mirip dengan BF. Dapat juga ditambahkan limestone untuk menambah tingkat basa dari
terak dan dapat menghilangkan sulfur dari hot metal.
Pada reduction shaft, proses metalisasi mencapai 70-90%, yang dapat dipengaruhi oleh:
1. Jumlah dan kualitas dari reduksi gas, terutama % CO dan H2.
2. Temperatur dari proses reduksi gas.
3. Ukuran partikel dan distribusinya.
F. Keuntungan Proses Corex
Keuntungan dari proses corex adalah dapat mengurangi biaya investasi jika dibandingkan
dengan tanur tinggi pada proses pembuatan baja konvensional, menurunkan biaya produksi 15-
25% dibandingkan dengan tanur tiup, dapat menggunakan berbagai bijih besi dan batubara
termal, mengurangi CO2 yang dihasilkan sampai 45% jika digunakan dengan efisiensi dan
teknologi terbaru.
G. Prospek Smelting Reduction di Indonesia
Harga gas alam dan pelet bijih besi yang digunakan untuk reaktor HyL3 di PT. Krakatu
steel, semakin meningkat dan menimbulkan cost production yang besar. Penggunaan tanur tiup
yang sudah banyak digunakan di beberapa negara pun masih kurang cocok jika digunakan di
Indonesia, mengingat ketersediaan sumber cokes di Indonesia pun sangat minim. Ditemukan
sumber coaking coal di daerah Kalimantan Tengah. Namun kuasa eksploitasinya sudah dibawah
BHP Bilton. Pilihan untuk mengimpor bahan tersebut patut dipertimbangkan lagi, kembali lagi
karena menimbulkan cost production yang besar, dan dapat mengurangi daya saing jika
harganya menjadi lebih mahal.
Teknologi SR menggunakan coal (steaming coal) yang banyak tersedia di Indonesia.
Bahkan pada tahun 2005 pun Indonesia sudah dapat memproduksi 150 juta ton batubara, yang
sayangnya masih banyak digunakan untuk keperluan ekspor, dibandingkan sebagai sumber
energi bagi industri dan manufaktur di dalam negeri. Padahal Indonesia mempunyai potensi yang
besar dalam produksi besi baja, mengingat sumber daya bijih besi yang bisa dibilang agak
melimpah jumlahnya. Apalagi banyak tempat penambangan batu bara yang berdekatan dengan
penambangan bijih besi, hal ini dapat mengurangi cost production dengan jumlah agak
signifikan. Dan dapat disimpulkan, penggunaan smelting reduction dalam pengolahan besi di
Indonesia dapat menjadi prospek yang baik dalam perkembangan industri dan manufaktur logam
negara kita.