paper praktikum 6
DESCRIPTION
BengkelTRANSCRIPT
PAPER PRAKTIKUM
PERBENGKELAN PERTANIAN
(Heatreatment (Softening dan Hardening))
Oleh:
Nama : Rifayani Fadhilah
NPM : 240110130068
Shift/Hari, Tanggal : B1/Kamis, 28 Mei 2015
Asisten : 1. Nadhomi Khuzainul B
2. Safira Nurjanah
3. Muhammad Rahmanda
4. Joshua Sitio
5. Rizky Dicky Amanda
LABORATORIUM BENGKEL LOGAM, KAYU DAN ROTAN
DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
1. Klasifikasi Besi dan Kegunaannya
Penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas, mulai dari peralatan
sepele seperti jarum, peniti, sampai dengan alat-alat dan mesin berat. Hal ini
disebabkan karena jumlahnya cukup banyak dan mudah didapat, mempunyai sifat
mekanik yang memadai, mudah dikerjakan dan harganya relative murah.
Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe,
hanya kadar karbon yang membedakan besi dan baja. Baja memiliki kadar karbon
kurang dari 2% sedangkan besi memiliki kadar karbon antara 2 - 6.67 %. Dari
sifatnya keuletan dan kekuatan baja lebih besar daripada besi, namun daya redam
terhadap getaran baja lebih rendah daripada besi (Kristianingrum, 2013).
1.1 Baja Karbon (Carbon Steel)
Yang dimaksud dengan baja karbon adalah baja yang hanya terdiri dari besi
(Fe) dan karbon (C) tanpa adanya bahan pemadu dan unsur lain, yang kadang
terdapat pada baja karbon seperti Si, Mn, dan P dengan presentase yang sangat
kecil yang biasa dinamakan impurities (Hendro, 2010).
1.1.1 Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel)
Kadar karbon yang dimiliki baja karbon rendah adalah berkisar antara 0.05 -
0.30 %. Karena kadar karbon yang sangat rendah maka baja ini lunak dan tentu
saja dapat ditempa, dituang, mudah dilas dan tidak dapat dikeraskan. Namun
dapat dikeraskan permukaannya saja (case hardening).
Baja karbon dengan kadar karbon 0.05 – 0.20 % dapat digunakan untuk
badan mobil, banginan, pipa, rantai, paku keling, sekrup dan paku. Sedangkan
baja karbon dengan kadar karbon 0.20 – 0.30 % dapat digunakan untuk gerigi,
batang, baut, benda tempa, jembatan dan bagunan.
1.1.2 Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel)
Baja karbon menengah memiliki kadar karbon sebanyak 0.30 – 0.60 %.
Dengan kadar karbon yang lebih banyak dari baja karbon rendah, baja karbon
sedang lebih kuat daripada baja karbon rendah. Sifatnya dapat dibengkokan, dilas,
dipotong, dikeraskan dan di tempering. Juga dapat dikerjakan pada mesin dengan
baik.
Baja karbon dengan kadar karbon 0.30 – 0.40 % dapat digunakan untuk
batang engkol, pin engkol dan as. Baja karbon dengan kadar karbon 0.40 – 0.50 %
dapat digunakan untuk as mobil, batang engkol, rel, ketel, mata bor dan obeng.
Sedangkan baja karbon dengan kadar karbon 0.50 – 0.60 % digunakan untuk palu
termasuk palu godam.
1.1.3 Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
Baja karbon tinggi memiliki kadar karbon sebanyak 0.60 – 1.50 %. Dengan
kadar karbon yang lebih banyak dari baja karbon lain, baja karbon tinggi lebih
kuat daripada baja karbon lain. Sifatnya sangat sulit dibengkokan, dilas, dipotong
dan dikerjakan pada mesin. Namun baja jenis ini sangat mudah dikeraskan dan di
tempering.
Baja karbon tinggi dapat digunakan untuk obeng, palu pandai besi, pisau,
sekrup, rahang ragum, mata bor, alat untuk membesarkan lubang dan gergaji besi.
1.2 Baja Paduan (Alloy Steel)
Baja paduan adalah besi yang ditambahkan berbagai elemen dalam jumlah
total 1.0 – 50 % berat total untuk meningkatkan sifat mekanik. Selain untuk
meningkatkan seifat mekanik (kekerasa, keliatan, kekuatan tarik), berikut tujuan
dibuatnya baja paduan :
a. Menaikan sifat mekanik pada temperatur rendah
b. Meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (reduksi dan oksidasi)
c. Membuat sifat baru/istimewa
1.2.1 Baja Paduan Karbon Rendah (Low Alloy Steel)
Baja paduan rendah memiliki campuran kurang dari 2.5 % berat total. Baja
paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability lebih baik, yang
pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya. Baja ini juga digunakan
untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi lingkungan tertentu. Baja
paduan rendah sulit untuk di las. Kandungan karbon pada kisaran 0.10 – 0.30 %,
bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan, meningkatkan weldability
dan sifat yang mampu dibentuk dengan tetap menjaga kekuatannya.
1.2.2 Baja Paduan Karbon Menengah (Medium Alloy Steel)
Baja paduan menengah memiliki campuran berkisar antara 2.5 – 10 % dai
berat total.
1.2.3 Baja Paduan Karbon Tinggi (High Alloy Steel)
Baja paduan tinggi terdiri dari baja tahan karat atau disebut dengan stainless
steel dan baja tahan panas. Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik,
terutama pada kondisi atmosfer. Unsur utama yang meningkatkan ketahanan
korosi adalah Cr dengan komposisi paling sedikit 11% dari berat total. Ketahanan
korosi dapat juga ditingkatkan dengan penambahan unsur Ni dan Mo. Baja tahan
karat dibagi menjadi tiga kelas utama yaitu jenis martensitik, feritik, dan
austenitik. Jenis martensitik dapat dikeraskan dengan menghasilkan fasa
martensit. Baja tahan karat austenitik memiliki fasa y (austenit) FCC baik pada
temperatur tinggi hingga temperatur kamar. Sedangkan jenis feritik terdiri dari
fasa ferrit (a) BCC. Untuk jenis austenitik dan feritik dapat dikeraskan dengan
pengerjaan dingin (cold working). Jenis Feritik dan Martensitik bersifat magnetis
sedangkan jenis austenitik tidak magnetis.
2. Proses Perlakuan Panas (Heatreatment) pada Baja
Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan
cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan
kecepatan pendinginan dengan atau tanpa mengubah komposisi kimia logam yang
bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas adalah untuk menghasilkan sifat-
sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan panas
dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam. Proses
perlakuan panas ada dua kategori, yaitu pelunakan (softening) dan pengerasan
(hardening).
2.1 Softening (Pelunakan)
Pelunakan adalah usaha untuk menurunkan sifat material agar menjadi
lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam tungku
(annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2.1.1 Annealing
Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan
lambat didalam tungku yang dimatikan. Tujuan dari annealing adalah untuk
memperbaiki mampu mesin, mampu bentuk, keuletan, kehomogenan struktur,
menghilangkan tegangan dalam, dan sebagainya.
2.1.2 Normalizing
Normalizing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan
pendinginannya di udara terbuka. Tujuan normalizing adalah untuk memperbaiki
sifat mampu mesin, memperhalus butir dan lain sebagainya.
Temperatur pemanasan yang sangat tinggi (overheating) pada proses
annealing dan normalizing berpengaruh terhadap kekuatan luluh, kekuatan Tarik,
dan kekerasan suatu baja. Presentase perpanjangan, reduksi dan kekuatan impak
akan meningkat dengan semakin meningkatnya besar butir.
2.2 Hardening (Pengerasan)
Pengerasan adalah usaha untuk mengingkatkan sifat material terutama
kekerasan dengan cara celup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan
ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam maupun oli.
2.2.1 Proses Hardening
Proses ini berguna untuk memperbaiki kekerasan dari baja tanpa dngan
mengubah komposisi kima secara keseluruhan. Proses ini mencakup proses
pemanasan sampai pada austenisasi dan diikuti oleh pendinginan dengan
kecepatan tertentu untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Proses
pendinginannya bermacam-macam tergantung pada kecepatan pendinginan dan
media quenching yang dihendaki. Untuk pendinginan yang cepat akan didapatkan
sifat logam yang lunak dan ulet.
Waktu pemanasan ini merupakan fungsi dari dimensi dan daya hantar panas
benda kerja. Lamanya waktu penahanan akan menimbulkan pertumbuhan butir
yang dapat menurunkan kekuatan material.
3. Heatreatment Instrument
Heatreatment Instrment adalah alat yang digunakan untuk memberikan
perlakuan panas pada suatu objek guna membuat objek tersebut lebih keras dari
sebelumnya. Namun dikarenakan terbatasnya ruang di dalam mesin ini, maka
perlakuan panas yang dapat diberikan kepada objek terbatas.
Gambar 1. Heatreatment Instrument
4. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Prosedur pelaksanaan praktikum untuk pengerasan palu adalah sebagai
berikut :
1. Mengecek kondisi alat
2. Memasang peralatan keselamatan kerja
3. Memasang peralatan listrik
4. Memutar tombol on untuk menyalakan alat
5. Menyetel switch pada posisi suhu maksimal 850°C
6. Mennunggu sampai mencapai suhu 500°C
7. Memasukan benda kerja, ketika alat menunjukan suhu 500°C
8. Proses hardening dengan tahapan sebagai berikut :
a. Melakukan pemanasan untuk baja karbon tinggi 20 – 30 °C diatas
Ac-1 pada diagram Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu
850°C, tujuannya adalah untuk mendapatkan struktur austenite,
yang salah satu sifatnya adalah tidak stabil pada suhu dibawah Ac-
1, sehingga dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini
merupakan diagram Fe-Fe3C :
Gambar 2. Diagram Fe-Fe3C
a.1 Baja konstruksi dara baja karbon dan baja paduan rendah yang
mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time
yang singkat, 5 – 15 menit setelah mencapai temperatur
pemanasanmya dianggap sudah memadai.
a.2 Baja konstruksi dari baja paduan menengah dianjurkan
menggunakan holding time 15 – 25 menit, tidak tergantung ukuran
benda kerja.
a.3 Low alloy tool steel memerlukan holding time yang tepat, agar
kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan
menggunakan 0.5 menit per millimeter tebal benda, atau 10 sampai
30 menit.
a.4 High alloy chrome steel membutuhkan holding time yang paling
panjang diantara semua baja perkakas, juga tergantung pada
temperatur pemanasannya. Juga diperlukan kombinasi temperatur
dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0.5
menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit,
maksimum 1 jam.
a.5 Hot-work tool steel mengandung karbida yang sulit larut, baru akan
larut pada 10000°C. pada temperatur ini kemungkinan terjadinya
pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holsing time harus
dibatasi, 15 – 30 menit. High speed steel memerlukan temperatur
pemanasan yang sangat tinggi, 1200 – 13000 °C. Untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa
menit saja. Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15
menit pada suhu 850°C.
b. Penahanan suhu (holding), holding time dilakukan untuk
mendapatkan kekerasan maksium dari suatu bahan pada proses
hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk
memperoleh pemanasan yang homogeny shingga struktur
autensilnya homogeny atau terjadi kelarutan karbida ke dalam
autensit dan diffuse karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk
menentukan holding time dari berbagai jenis baja.
c. Untuk proses hardening dilakukan pendinginan dengan cara yang
cepat dengan menggunakan media oli atau air. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan struktur martensit, semakin banyak unsur
karbon, maka struktur martensit yang terbentuk juga akan semakin
banyak. Karena martensit terbentuk dari fase autensit yang
didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon
tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur Kristal
dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar
atomnya kecil, sehingga kekerasannya meningkat.
9. Setelah suhu mencapai 850°C biarkan palu selama 15 menit.
10. Setelah 15 menit, palu dikeluarkan dan dicelupkan kedalam air, biarkan
beberapa saat sampai palu dingin.
11. Membersihkan dan mengeringkan benda kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Kristianingrum, S. 2013. Besi & Baja. Terdapat di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%20M.Si./BESI%20&%20BAJA.pdf (Diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 07.01 WIB)
Hendro, S. 2010. Baja Karbon. Terdapat di https://tehnikmesinindustri.wordpress.com/2010/05/10/baja-karbon/ (Diakses pada tanggal 4 Juni 2015 pukul 07.29 WIB)