paper hendra saputra 1201112514 matakuliah administrasi perpajakan dan praktikum komputer ur
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PAPER
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN PENGELOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN
TAHUNAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pratikum Komputer Dan Administrasi Perpajakan
Yang dibina oleh:
SRI ZULIARNI,S.Sos.,MBA. , ,
Oleh:
Hendra Saputra
1201112514
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
Oktober 2013
1 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Paper ini tepat pada
waktunya. Paper ini membahas TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN
PENGELOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
Dalam penyusunan paper ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Pekanbaru,Oktober 2013
Penulis
2 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
DAFTAR ISI
.Kata Pengantar........................................................................................................................i
.Daftar Isi……………………………………………………................................….......…ii-iii
BAB I.Pendahuluan……………………………………………….........................……….....1
1.1 Latar belakang........................................................................................................1
1.2 Identifikasi masalah.................................................................................................1
1.3 Maksud dan tujuan pembuatan paper.....................................................................2
1.3.1 Maksud pembuatan paper.....................................................................2
1.3.2 Tujuan Paper.........................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.………………………………………………….........………4
2.1 Pajak......................................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Pajak.....................................................................................8
2.1.2 Fungsi Pajak..........................................................................................8
2.1.3 Penggolongan jenis pajak.......................................................................8
2.2 Sistem pemunutan pajak........................................................................................9
2.3 Surat pemberitahuan (SPT)....................................................................................9
2.3.1Pengertian SPT.......................................................................................9
2.3.2 Fungsi SPT.............................................................................................9
2.3.3 Jenis jenis SPT......................................................................................10
2.3.4 Batas waktu penyampaian SPT.............................................................10
2.3.5 Sanksi apabila SPT tidak di sampaikan................................................12
2.4 Batas waktu penyampaian SPT............................................................................14
2.5 Prosedur penyampaian SPT.................................................................................14
3 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
BABIII PEMBAHASAN.............................................................................................16
3.1 Penyampaian SPT tahunan WP badan........................................................16
3.1.1 Tempat penyampaian SPT.............................................................16
3.1.2 Cara Pengisian SPT Tahunan WP badan.......................................16
3.1.3 Syarat perpanjangan waktu penyampaian SPT tahunan................17
3.2 Pengolahan SPT tahunan WP badan.............................................................18
3.3 Penata berkasan dan pengarsipan SPT tahunan.............................................18
3.4 Fasilitas internet dalam penyampaian SPT tahunan atas WP badan kantor
Pelayanan Pajak..............................................................................................19
3.5 Fasilias yang di sediakan oleh kantor pelayanan pajak dalam penyampaian
SPT tahunan WP badan...................................................................................19
3.6 Perubahan dalam tata cara penerimaan dan pengelolahan surat pemberitahuan
Tahunan............................................................................................................19
3.7 Kriteria SPT lengkap.........................................................................................24
3.8 Petunjuk teknis tata cara penerimaan dan pengelolahan surat pemberitahuan
Tahunan .............................................................................................................24
3.9 Bentuk formulir surat pemberitahuan tahunan wajib paja orang pribadi
Dan wajib pajak badan beserta petunjuk pengisiannya.......................................30
3.10 Tata cara penerimaan dan pengesahan surat pemberitahuan di kantor
Pelayanan pajak berkenaan dengan pengelolahan SPT di pusat pengelolahan
Data.....................................................................................................................35
3.11 Perubahan dalam tata cara penerimaan dan pengelolahan surat pemberitahuan
Tahunan.......................................................................................................41
4 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
BABIV PENUTUP......................................................................................................45
4.1 Kesimpulan(Opini sendiri)...........................................................................45
4.2 Saran.............................................................................................................48
4.3 Daftar pustaka...............................................................................................50
5 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menerbitkan peraturan terbaru terkait dengan
proses penyampaian SPT Tahunan di tahun 2013 ini. Terdapat empat cara penyampaian SPT
Tahunan yang diatur dalam peraturan baru tersebut. Dengan peraturan baru tersebut
harapannya adalah menjadikan WP lebih mudah dalam proses penyampaian SPTnya
sekaligus mampu memberikan kepastian hukum baik kepada WP maupun DJP. Dengan
demikian SPT yang sudah disampaikan oleh WP akan menjadi SPT dengan kategori
lengkap bukan malah menjadi SPT yang masuk dalam kategori SPT tidak lengkap sehingga
SPT tersebut dianggap tidak disampaikan.
Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung
tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat
dalam mendukung pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara menjadi
sangat dominan. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang,
bukan barang. Pajak yang dipungut berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya
tanpa jasa timbal balik dari Negara. Pajak yang digunakan untuk biaya rumah tangga yaitu
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi. Namun
dalam membayar pajak masih banyak Wajib Pajak yang salah penyetoran, misalnya lebih
bayar ( lb ) atau kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP perlu
diberikan Surat pemberitahuan ( SPT ) Tahunan dan perlu diberi himbauan.
Surat pemberitahuan ( SPT ) Tahunan yang dimaksud bertujuan Sebagai sarana wajib
pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan. Oleh karena itu pengisian SPT tahunan ini disusun untuk
memberikan pedoman yang baik kepada wajib pajak agar dapat mengisi SPT Tahunan
dengan benar, lengkap dan jelas. Wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan
menetapkan besarnya jumlah pajak penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak, serta
menyampaikan dan mempertanggungjawabkan setelah tahun pajak terakhir dengan
menggunakan SPT Tahunan PPh. Apabila masih terdapat pajak yang kurang bayar, maka
harus dilunasi terlebih dahulu sebelum SPT Tahunan PPh tersebut disampaikan ke kantor
pelayanan pajak. Perbaikan administrasi dan penyempurnaan ketentuan perpajakan selalu di
lakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak. Untuk menyesuaikan dengan
6 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
ketentuan perpajakan yang berlaku dan agar memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam
mengisi SPT Tahunan. Maka dari itu penulis memilih judul “TINJAUAN ATAS
PELAKSANAAN PENGELOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN”.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
a. Bagaimana prosedur penyampaian SPT Tahunan bagi WP Badan di Kantor
Pelayanan Pajak
b. Bagaimana pengolahan SPT Tahunan bagi WP Badan di Kantor Pelayanan Pajak
c. Bagaimana Penataberkasan dan Pengarsipan SPT Tahunan bagi WP Badan di Kantor
Pelayanan Pajak
d. Bagaimana fasilitas internet dalam penyampaian SPT Tahunan bagi WP Badan di
Kantor Pelayanan Pajak
e. Bagaimana fasilitas CD yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam
penyampaian SPT Tahunan WP Badan
f. Bagaimana Perubahan dalam Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
g. Bagaimana Kriteria SPT lengkap
h. Bagaimana Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
i. Bagaimana Bentuk formulir surat pemberitahuan tahunan wajib pajak orang pribadi
dan wajib pajak badan beserta petunjuk pengisiannya
j. Bagaimana tata cara penerimaan dan pengemasan surat pemberitahuan di kantor
pelayanan pajak berkenaan dengan pengolahan SPT di pusat pengolahan data
k. Bagaimana Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan
mengalami sejumlah perubahan
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PEMBUATAN PAPER
1.3.1 Maksud Pembuatan Paper
Sebagai Salah satu Tugas matakuliah PRAKTIKUM KOMPUTER dan
ADMINISTRASI PERPAJAKAN. Serta untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan bidangnya di dunia kerja dan membandingkan antara teori
dengan praktek dengan dunia usaha.
1.3.2 Tujuan Paper
7 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
a. Untuk mengetahui prosedur penyampaian SPT Tahunan bagi WP Badan di Kantor
Pelayanan Pajak
b. Untuk mengetahui pengolahan SPT Tahunan bagi WP Badan di Kantor Pelayanan
Pajak
c. Untuk menegetahui Penataberkasan dan Pengarsipan SPT Tahunan bagi WP Badan di
Kantor Pelayanan Pajak
d. Untuk mengetahui fasilitas internet dalam penyampaian SPT Tahunan bagi WP Badan
di Kantor Pelayanan Pajak
e. Untuk mengetahui fasilitas CD yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam
penyampaian SPT Tahunan WP Badan
f. Untuk mengetahui Perubahan dalam Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
g. Untuk mengetahui Kriteria SPT lengkap
h. Untuk mengetahui Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan
i. Untuk mengetahui Bentuk formulir surat pemberitahuan tahunan wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak badan beserta petunjuk pengisiannya
j. Untuk mengetahui tata cara penerimaan dan pengemasan surat pemberitahuan di
kantor pelayanan pajak berkenaan dengan pengolahan SPT di pusat pengolahan data
k. Untuk mengetahui Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan mengalami sejumlah perubahan
8 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Dibawah ini adalah beberapa pengertian pajak menurut para ahli, diantaranya:
Pengertian Pajak Menurut P.J.A Adriani ( Guru Besar Hukum Pajak pada Univ. Amsterdam )
Pajak adalah Iuran kepada Negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Pengertian Pajak menurut. Rochmat Soemitro : Pajak adalah Iuran rakyat pada kas
Negara ( peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah ) Berdasarkan
Undang-undang ( dapat dipaksakan ) dengan tiada mendapatkan jasa timbal ( tegen prestosi ),
yang langsung dapat di tunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Dari beberapa pengertian pajak menurut para ahli diatas, maka pengertian pajak
secara umum adalah pembayaran berupa uang kepada pembendaharaan negara atau daerah,
yang dikenakan atas wajib pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, yang imbalannya dari negara dan daerah yang bersifat umum dan menyeluruh,
dan meskipun nyata namun tidak dapat ditunjukkan serta dipisah-pisahkan secara khas, untuk
masing-masing pembayaran tersebut, namun pemungutannya dapat dipaksakan.
2.1.2 Fungsi Pajak
Dibawah ini adalah fungsi pajak Menurut Mardiasmo, dalam buku “perpajakan”
( 2002:1 ) yaitu:
1. Fungsi Peneriamaan ( Budgetair )
Pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran Pemerintah.
2. Fungsi Mengatur ( Regulerend )
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial ekonomi.
2.1.3 Penggolongan Jenis – jenis Pajak
9 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Dibawah ini penggolongan Jenis – jenis pajak Menurut Mardiasmo dalam buku
”perpajakan” yaitu:
1. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya: Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung, yaitu Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain
Contohnya: Pajak pertambahan nilai
2.2 Sistem Pemungutan Pajak
Dibawah ini adalah 3 cara pemungutan pajak menurut Mardiasmo dalam buku
”perpajakan”yaitu:
1. Stelsel nyata ( riel stelsel ) yaitu, pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan
yang nyata ), sehngga pemungutannya baru dapat dilakukan akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
2. Stelsel anggapan ( fictieve stelsel ) yaitu, Pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya penghasilan satu tahun dianggap
sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
3. Stelsel campuran yaitu, Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya.
2.3 Surat Pemberitahuan ( SPT )
2.3.1 Pengertian SPT
SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban
yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.3.2. Fungsi SPT
Fungsi SPT adalah :
- Bagi WP Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang dan untuk
melaporkan tentang :
10 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 ( satu ) tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
c. Harta dan kewajiban
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 ( satu ) Masa Pajak, yang ditentukan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
- Bagi PKP adalah sebagai saran untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau
melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
- Bagi Pemotong atau Pemungut pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
2.3.3 Jenis-Jenis SPT
a. Surat Pemberitahuan Masa, adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan, adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
2.3.4 Batas Waktu Penyampaian SPT
a. SPT Masa
Jenis Pajak Yang Menyampaikan Batas Waktu
Penyampaian
PPh Pasal 21 Pemotong PPh Pasal Tanggal 20 Bulan
11 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
21 Takwim berikutnya
setelah Masa Pajak
berakhir
PPh Pasal 22 Impor PPN
dan PPnBM Impor
Direktorat Bea dan
Cukai
14 hari setelah
berakhirnya Masa
Pajak
PPh Pasal 22 Impor, PPn dan
PPnBM atas Impor ( DJBC )
Direktorat Bea dan
Cukai
7 hari setelah batas
waktu penyetoran
Pajak berakhir
PPh Pasal 22 Bendaharawan Bendaharawan Tanggal 14 bulan
takwim berikutnya
setelah Masa Pajak
berakhir
PPh Pasal 22 Bahan Bakar Pertamina 20 hari setelah Masa
Pajak berikutnya
PPh Pasal 22 Pemungutan
Oleh Badan tertentu
Pemungut Pajak 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir
PPh Pasal 23 Pemotong PPh Pasal
23
Tanggal 20 bulan
Takwim berikutnya
setelah Masa Pajak
berikutnya
PPh Pasal 25 Wajib Pajak Yang
Mempunyai NPWP
Tanggal 20 bulan
Takwim setelah Masa
Pajak berakhir
PPh Pasal 26 Pemotong PPh Pasal
26
Tanggal 20 bulan
Takwim setelah Masa
Pajak berakhir
PPN dan PPnbM PKP Tanggal 20 bulan
Takwim setelah Masa
Pajak berikutnya
PPN dan PPnBM
Bendaharawan
Bendaharawan
Pemerintah
14 hari setelah Masa
Pajak berikutnya
PPN dan PPnBM selain Selain Bendaharawan 20 hari setelah Masa
12 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Bendaharawan Pajak berakhir
b. SPT Tahunan
- WP Badan ; Paling Lambat Tanggal 30 April.
- WP Pribadi ; Paling Lambat Tanggal 31 Maret.
2.3.5 Sanksi apabila SPT tidak disampaikan
• Denda Administrasi :
a. SPT Masa :
- PPN = Rp 500.000,00
- Non PPN = Rp 100.000,00
b. SPT Tahunan :
- Badan = Rp. 1.000.000,00
- OP = Rp. 100.000,00
c. Denda sebesar 2% dari DPP, jika :
- pengusaha tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
- PKP tetapi tidak membuat FP
- PKP membuat FP tetapi tidak lengkap
- PKP membuat FP tetapi tidak tepat waktu
d. Denda 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar dalam hal WP dilakukan tindakan
penyidikan pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya
13 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
e. Denda 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, atau yang tidak seharusnya
dikembalikan dalam hal terjadi penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
atas persetujuan MENKEU untuk kepentingan penerimaan negara.
• Sanksi Bunga = 2% x jumlah bulan dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai
dengan tanggal pembayaran kekurangan pajak dan akibat pembetulan tersebut.
• Denda Kenaikan
a. SPT tidak disampaikan pada waktunya walaupun telah ditegur secara tertulis dan tidak
juga disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran. Dirjen Pajak
dapat menerbitkan SKPKB dengan sanksi kenaikan 50% dari pajak yang kurang bayar dalam
satu tahun pajak untuk PPh yang harus disetor sendiri dan 100% PPh pemotong dan
pemungutan PPN
b. WP yang berkewajiban melakukan pemungutan atau pemotongan PPh pasal 21/23/26
atau PPN namun tidak melakukan pemotongan, melakukan pemotongan namun kurang, tidak
menyetorkan pemotongan yang telah dilakukan maka dikenakan sanksi kenaikan 100%
dalam hak WP tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat
teguran.
c. Berdasarkan pemerikasaan PPN/PPnBM tidak seharusnya dikompensasikan kelebihan
pajaknya , dikenakan sanksi 100%
d. WP karena kealfaannya sehingga menimbulkan kerugian pendapatan negara tidak
dikenakan sanksi pidana, melainkan sanksi administrasi kenaikan sebesar 200%.
• Pidana ; Jika WP melakukan perbuatan tidak benar dibidang perpajakan maka kepadanya
tidak akan dilakukan penyidikan sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Atas kemauan sendiri WP mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya.
b. Belum dilakukan tindakan penyelidikan.
14 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
c. Ketidakbenaran perbuatan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kealfaan Pasal 38,
yaitu alfa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar ( ada
indikasi penyelundupan ).
d. Bersedia melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 2x jumlah pajak yang harus dibayar.
2.4 Batas waktu Penympaian SPT Tahunan
Jenis Pajak Yang
menyampaikan
Pajak
Batas Waktu Penyampaian
SPT
Tahunan
Wajib Pajak yang
mempunyai NPWP
Selambatnya 3 bulan
setelah akhir tahin pajak
(biasanya tanggal 31 maret
Tahun berikutnya)
PPh Pasal 21
Tahunan
Pemotong PPh Pasal
21
Selambatnya 3 bulan
setelah akhir Tahun Pajak
2.5 Prosedur Penyampaian SPT
a. SPT Tahunan di cetak oleh kantor Direktorat Jendral Pajak ( DJP ), lalu disalurkan
keseluruh Kantor Pelayanan Pajak seluruh Indonesia untuk kemudian di sampaikan kepada
para Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP.
b. Setiap Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP wajib mendapat SPT Tahunan dengan
mengambil sendiri blanko SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk di isi
dengan lengkap, benar dan jelas.
c. Setelah di isi dengan lengkap, benar dan jelas maka blanko SPT Tahunan tersebut
dikembalikan lagi ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diserahkan ke bagian pelayanan untuk
diteliti kelengkapannya agar tidak terjadi kesalahfahaman mengenai pembayaran pajak.
d. Setelah diteliti oleh bagian pelayanan, maka SPT Tahunan diserahkan kebagian
Pemeriksaan Data dan Informasi ( PDI ) untuk direkam. Apabila pada saat perekaman terjadi
kesalahan, misalnya kurang bayar ( kb ), lebih bayar ( lb ) diperlukan pemeriksaan, untuk
memeriksa kesalahan tersebut maka SPT Tahunan diserahkan ke bagian Pengawasan dan
15 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
konsultasi ( waskon ) 1 sampai waskon 1V atau menurut wilayah tempat si Wajib Pajak
tinggal.
e. Bagian pengawasan dan konsultasi ( waskon ) akan memeriksa kesalahan tersebut, Apabila
setelah diperiksa terjadi kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak akan dipanggil untuk
diberikan himbauan dan diberikan SKPKB ( surat ketetapan kurang bayar ) dan Wajib Pajak
harus membayar kepada Kantor Pelayanan Pajak, Tapi apabila lebih bayar ( lb ) maka Wajib
Pajak akan diberikan restitusi atau uang milik Wajib Pajak akan dikembalikan ( konpensasi )
juga dapat diberikan restitusi.
f. Setelah selesai diteliti, diperiksa dan direkam maka blanko SPT di arsipkan oleh KPP
sebagai bukti apabila suatu saat dibutuhkan.
16 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Penyampaian SPT Tahunan WP Badan
3.1.1 Tempat Pengambilan SPT
SPT Tahunan dapat diambil di:
a. Kantor Pelayanan Pajak
b. Kantor Penyuluhan Pajak atau
c. Tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak
3.1.2 Cara Pengisian SPT Tahunan WP Badan
Dibawah ini adalah cara pengisian SPT, agar SPT Tahunan dapat dengan mudah diisi dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1. Isilah SPT Tahunan berdasarkan keadaan yang sebenarnya
2. Sebelum mengisi Induk SPT, isi dulu lampiran-lampirannya.
Urutan pengisian formulir lampiran yaitu:
a. Isilah formulir 1721-A1, lalu mengisi formulir 1721-A
b. Isilah formulir 1721-C, kemudian mengisi formulir 1721-B
c. Isilah formulir induk SPT 1721.
3. Beri tanda tangan pada induk SPT dan pada formulir 1721-A sebelum SPT Tahunan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak.
17 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
4. SPT Tahunan beserta lamprannya diisi dalam beberapa rangkap, yaitu:
Kode Formulir Jumlah Rangkap
1721 2
1721-A 2
1721-A1 3
1721-B 2
1721-C 2
Lembar ke-1 untuk KPP
Lembar ke-2 untuk arsip pemotong pajak
Lembar ke-3 untuk Pegawai yang bersangkutan
5. Melampirkan suatu daftar khusus yang bentuknya sama dengan formulir 1721-A yang
memuat nama pegawai tidak tetap/penerima upah, jumlah penghasilan bruto, dan PPh pasal
21 yang terutang.
3.1.3 Syarat Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan
Permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama enam
bulan. Permohonan diajukan secara tertulis menggunakan Formulir 1721-Y ke Kantor
Pelayanan Pajak dengan syarat sebagai berikut:
1. Permohonan diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT, dengan menyebutkan
alasan-alasannya
2. Menyampaikan perhitungan sementara PPh pasal 21 yang terutang
3. Melampirkan bukti pelunasan atau kekurangan penyetoran yang terutang.
18 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
3.2 Pengolahan SPT Tahunan WP Badan
Pengolahan SPT meliputi :
a. Seksi pelayanan menerima berkas SPT
b. Penilaian SPT yang bertujuan memperoleh keyakinan bahwa WP telah menyampaikan
SPT dengan lengkap.
c. SPT diteliti oleh petugas peneliti ( ada tim peneliti yang ditugaskan oleh notaris kepala
kantor sehingga terbentuk jadwal peneliti.
d. SPT dikirim ke seksi PDI untuk dilakukan perekaman.
Editing SPT bertujuan untuk :
1. membetulkan : salah tulis, salah hitung, salah penerapan PTKP, dan salah penerapan tarif
2. meneliti ketepatan penyampaian SPT
3. meneliti ketepatan pembayaran atau penyetoran pajak terutang
4. meneliti kelengkapan pengisian kolom-kolom SPT
5. mencocokkan angka-angka dalam SPT induk dengan angka-angka yang tercantum dalam
lampirannya untuk mempersiapkan perekaman
Perekaman SPT yang bertujuan untuk menyimpan data SPT yang diperlukan dalam sistem
informasi perpajakan ( SIP )
3.3 Penataberkasan dan Pengarsipan SPT Tahunan
1. SPT dikumpulkan ke dalam rumah berkas
2. SPT dimasukan ke masing-masing bagiannya
19 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
3.4 Fasilitas internet dalam penyampaian SPT Tahunan atas WP Badan di Kantor
Pelayanan Pajak
– E-felling
Adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang real time melalui penyedia
jasa aplikasi atau Aplication Service Provider (ASP). Fasilitas ini disediakan di Kantor
Pelayanan Pajak tentunya dengan fasilitas provider tertentu yang dijuk oleh pihak KPP.
Biasanya yang menggunakan fasilitas E-felling adalah WP Badan yang penghasilan nettonya
diatas Rp. 1.800.000.000. Berikut prosedur e-filling Wp datang ke KPP untuk meminta izin
registrasi E-felling
Kantor Pelayanan Pajak
Setelah mendapatkan nomor registrasi, WP wajib melaporkan SPTnya sebelum batas waktu
penyampaian.
3.5 Fasilitas CD yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam Penyampaian
SPT Tahunan WP Badan.
* e-SPT Lengkap adalah SPT sebagaimana dimaksud yang semua elemen SPT induk dan
lampirannya telah diisi dengan langkap dan dapat diproses dalam Sistem Informasi
Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus,s erta
keterangan dan/atau dokumen lain yang tidak dapat disampaiakan secara elektronik. WP
datang ke Kantor Pelayanan Pajak, menemui WASKON yang bertugas sesuai dengan
wilayah kerja WP, untuk meminta e-SPT, kemudian WP mengisi formulir tersebut lalu WP
datang kembali ke KPP yang bersangkutan untuk menyerahkan SPT serta meminta bukti
pembayaran SPT
3.6 Perubahan dalam Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan
Mekanisme pelaporan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan.
Fungsi SPT adalah sebagai sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu,
20 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
dengan SPT dapat dilaporkan juga pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri
maupun yang melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
Pada akhir tahun 2012, telah diterbitkan peraturan baru oleh DJP (Direktorat Jenderal Pajak)
terkait cara WP menyampaikan SPT Tahunannya. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-26/PJ/2012 yang berlaku sejak 1 Januari 2013 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-55/PJ/2012 sebagai petunjuk teknisnya yang juga mulai berlaku sama, telah
mencabut peraturan sebelumnya sehingga membawa konsekuensi baru dalam tata cara
penyampaian SPT Tahunan di tahun 2013 ini.
Terdapat empat cara penyampaian SPT Tahunan dalam tahun 2013 ini, yaitu:
1. Secara Langsung
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung ini dapat dilakukan dengan melalui:
a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), yaitu:
Penyampaian SPT Tahunan harus disampaikan melalui TPT di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat dimana WP terdaftar dalam hal :
i.
i. SPT Tahunan Lebih Bayar (LB);
ii. SPT Tahunan Pembetulan;
iii. SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT;
dan/atau
iv. SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT
b. Melalui Pojok Pajak, Mobil Pajak, Drop Box dimana saja yang disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak
SPT yang dapat disampaikan melalui media ini adalah empat kriteria di luar SPT pada huruf
a diatas. Jadi, apabila Wajib Pajak tetap akan menyampaikan SPT Tahunan dengan empat
kriteria huruf a tersebut diatas, maka petugas penerima SPT berhak bahkan terdapat aturan
harus menolaknya.
21 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan
lainnya. Dengan demikian SPT yang disampaikan melalui mekanisme ini harus dalam
keadaan terbuka. Jika SPT Tahunan disampaikan dalam keadaan tertutup amplop atau
kemasan lain maka petugas penerima SPT diperbolehkan membuka amplop atau kemasan
tertutup tersebut.
Dalam hal SPT Tahunan yang diterima secara langsung ini merupakan SPT Tahunan Wajib
Pajak yang terdaftar di KPP penerima SPT tersebut, maka petugas penerima akan melakukan
penelitian kelengkapan SPT Tahunan tersebut. Penelitian kelengkapan SPT adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT Tahunan dan lampiran-
lampirannya serta kelengkapan lampiran yang diisyaratkan. Apabila SPT tersebut dinyatakan
lengkap, maka WP akan mendapatkan tanda terima SPT, sedangkan terhadap SPT yang tidak
lengkap maka akan dikembalikan kepada Wajib Pajak disertai dengan lembar penelitian SPT
Tahunan.
Sedangkan untuk SPT Tahunan yang disampaikan secara langsung tetapi merupakan SPT
Tahunan WP yang tidak terdaftar di KPP Penerima tersebut (terdaftar di KPP Lain) maka
SPT tersebut akan langsung diterima tanpa melalui proses penelitian kelengkapan SPT.
2. Dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui pos dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati
lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data sebagai berikut:
a. Nama Wajib Pajak
b. Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Tahun Pajak
d. Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar)
e. Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan Ke- ...)
f. Perubahan Data (Ada/Tidak Ada)
g. Nomor Telepon
h. Pernyataan
i. Tanda Tangan WP
22 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Apabila ternyata terdapat perubahan data pada diri Wajib Pajak, maka Wajib Pajak harus
mengisi dan melampirkan perubahan dan identitas Wajib Pajak.
3. Dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir ini dilakukan
dalam amplop tertutup yang telah dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi
data sebagai berikut:
1.
a. Nama Wajib Pajak
b. NPWP
c. Tahun Pajak
d. Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar)
e. Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan Ke- ...)
f. Perubahan Data (Ada/Tidak Ada)
g. Nomor Telepon
h. Pernyataan
i. Tanda Tangan WP
Apabila ternyata terdapat perubahan data pada diri Wajib Pajak, maka Wajib Pajak harus
mengisi dan melampirkan perubahan dan identitas Wajib Pajak.
4. E-filling melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia
Jasa Aplikasi atau ASP (Application Service Provider).
E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau ASP (Application Service Provider).
Untuk saat ini fasilitas e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)
diberikan hanya untuk 2 jenis SPT saja, yaitu:
a. SPT Tahunan OP Formulir 1770S
23 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Yaitu bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja, dari
dalam negeri lainnya, dan/atau yang dikenakan pajak penghasilan final dan/atau bersifat
final).
b. SPT Tahunan OP Formulir 1770SS
Yaitu bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan
jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) setahun dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga
bank dan/atau bunga koperasi.
Untuk jenis SPT lainnya dapat dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi/ASP (Application
Service Provider) yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, antara lain seperti:
http://www.pajakku.com
http://www.laporpajak.com
http://www.layananpajak.com
http://www.spt.co.id
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, kelebihan yang didapat WP apabila menyampaikan SPT
melalui mekanisme ini adalah:
1. Penyampaian SPT dapat dilakukan dengan cepat, aman, dengan waktu kapan saja
2. Murah, tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT.
3. Penghitungan SPT dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem komputer.
4. Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT dalam bentuk wizard.
5. Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT.
6. Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas.
7. Dokumen pelengkap (Fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh, SSP
Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus, Perhitungan PPh terutang bagi Wajib
Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau Mempunyai NPWP Sendiri, Fotokopi Bukti
Pembayaran Zakat) tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh KPP melalui
Account Representative (AR).
24 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
3.7 Kriteria SPT lengkap
SPT Tahunan dikatakan lengkap apabila semua elemen SPT Induk dan lampirannya
telah diisi dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya,
telah dilengkapi dengan lampiran khusus, keterangan dan/atau dokumen yang diisyaratkan,
serta dalam hal e-SPT Tahunan maka dapat diproses dalam Sistem Informasi Perpajakan di
Direktorat Jenderal Pajak.
Terhadap semua SPT yang telah disampaikan, apabila berdasarkan perekaman masih
diketemukan ketidaklengkapan secara formal, maka Surat Permintaan Kelengkapan Formal
SPT Tahunan akan dikirim kepada WP. Apabila dalam jangka waktu permintaan
penyampaian kelengkapan formal SPT tersebut terlewati dan WP tetap tidak
menyampaikannnya, maka SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan.
3.8 Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan
Detail
Nomor:
SE - 2/PJ/2011
Tanggal Terbit:
Mon, 10/01/2011
Surat Edaran
Nomor : SE - 2/PJ/2011
Hal : Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan
Direktur Jenderal Pajak,
Sehubungan dengan pelaksanaan tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
19/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2010, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut:
25 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
I. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menyampaikan
Surat Pemberitahuan
Tahunan, perlu diatur petunjuk teknis tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
II. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan:
1. Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan SPT Tahunan adalah
Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak yang meliputi SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (SPT 1770, SPT 1770 S, SPT 1770
SS), SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (SPT 1771 dan SPT 1771/$),
termasuk SPT Tahunan Pembetulan.
2. SPT Tahunan Elektronik yang selanjutnya disebut dengan e-SPT Tahunan adalah data
SPT Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam bentuk elektronik yang dibuat
oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
3. SPT Lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT Induk dan lampirannya telah diisi
dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya, dan telah
dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen yang disyaratkan.
4. e-SPT Lengkap adalah SPT sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang semua elemen
SPT Induk dan lampirannya telah diisi dengan lengkap dan dapat diproses dalam Sistem
Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan telah dilengkapi dengan lampiran
khusus, serta keterangan dan/atau dokumen lain yang tidak dapat disampaikan secara
elektronik.
5. e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time melalui website
26 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau penyedia Jasa Aplikasi atau Application
Service Provider (ASP).
6. Tempat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut dengan TPT adalah tempat
pelayanan perpajakan yang terintegrasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) termasuk Kantor
Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk memberikan pelayanan
perpajakan.
7. Pojok Pajak/Mobil Pajak/Tempat Khusus Penerimaan SPT Tahunan (Drop Box) adalah
tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
8. Media Eletronik adalah sarana penyimpan data digital yang dapat dibaca oleh Sistem
Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak.
9. Tanda Terima SPT adalah tanda bukti penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang
diberikan petugas kepada Wajib Pajak.
10. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT dan
perekaman SPT.
11. Penelitian SPT atau e-SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian SPT Tahunan atau e-SPT Tahunan dan lampiran-lampirannya serta kelengkapan
lampiran yang disyaratkan dan penilaian tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya
termasuk menerbitkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang
diterima tidak lengkap.
12. Validasi adalah kegiatan penelitian kebenaran data/informasi atas SPT Tahunan yang
disampaikan dengan menggunakan aplikasi e-SPT.
13. Perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua
unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam, uploading,
dan/atau memindai (scanning).
14. Loading adalah kegiatan memindahkan data/informasi digital dari media
elektronik/jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal
Pajak
27 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
III. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Drop Box ditempatkan di KPP, pusat perbelanjaan, pusat bisnis, atau tempat-tempat
tertentu lainnya.
2. Setiap Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan melalui
TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box di mana saja.
3. Petugas TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box menerima amplop tertutup yang
berisi SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak, termasuk dari Wajib Pajak yang tidak
terdaftar di wilayah kerja KPP dimana TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box tersebut
berada, dan langsung memberikan Tanda Terima SPT kepada Wajib Pajak tanpa didahului
penelitian atas kelengkapan SPT.
4. KPP wajib mengirimkan SPT Wajib Pajak yang tidak terdaftar pada KPP tersebut
kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar, paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh)
hari sejak SPT diterima, kecuali untuk SPT Lebih Bayar (LB) paling lambat dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima.
5. KPP melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling lama dalam jangka waktu 2
(dua) bulan setelah SPT diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2010, kecuali untuk SPT Lebih Bayar (LB) dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
6. Apabila berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak
lengkap, terhadap Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-
SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada Lampiran II.6.a, Lampiran II.6.b, Lampiran II.6.c,
Lampiran II.6.d dan Lampiran II.6.e.
7. Atas permintaan kelengkapan SPT tersebut, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT, Wajib Pajak wajib menyampaikan kelengkapan
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar.
8. Apabila sampai batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Permintaan
Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan telah terlampaui dan Wajib Pajak belum
28 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
menyampaikan kelengkapan SPT, maka SPT dianggap tidak disampaikan dan kepada Wajib
Pajak dikirimkan Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan sebagaimana
dimaksud pada Lampiran II.7.
9. Jangka waktu perekaman SPT ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan sejak SPT Lebih
Bayar (LB) diterima lengkap atau 3 (tiga) bulan sejak SPT Kurang Bayar (KB)/Nihil (N)
diterima lengkap.
10. Pegawai yang ditunjuk sebagai Petugas Penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil
Pajak/Drop Box wajib menggunakan tanda pengenal pegawai yang sah.
11. KPP menyiapkan Tanda Terima sebagaimana diatur dalam Lampiran II.1 sesuai dengan
kebutuhan.
12. Ketentuan penomoran Tanda Terima sebagai berikut:
a. Nomor ditentukan terlebih dahulu (prenumbered).
b. Nomor terdiri dari 13 digit dengan dengan format : aaa-bb-cccccccc.
aaa : Kode KPP
bb : Kode Unit Penerima SPT di masing-masing KPP (TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop
Box
cccccccc : Nomor urut Tanda Terima di setiap unit penerima SPT.
c. Kepala KPP menetapkan Kode Unit Penerima SPT dengan Surat Keputusan Kepala
KPP
d. Sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2010,
penomoran Tanda Terima dimulai dari aaa-bb-00000001. Selanjutnya, pada saat pergantian
tahun penomoran tanda terima dimulai kembali dari aaa-bb-00000001.
e. Kepala Seksi Pelayanan membagi penjatahan nomor Tanda Terima di setiap unit
Penerima SPT.
f. Kepala Seksi Pelayanan melakukan pengawasan penggunaan nomor Tanda Terima.
29 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
g. Dalam rangka tertib administrasi penomoran Tanda Terima SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan melalui Mobil Pajak, Kepala Kantor Wilayah dapat menugaskan Kepala KPP di
wilayah kerjanya sebagai penanggung jawab Mobil Pajak selama masa penerimaan SPT
Tahunan.
13. Jadwal pelayanan dan lokasi Drop Box ditetapkan oleh Kepala KPP sebagai
Penanggung Jawab Drop Box/Pojok Pajak dengan berkoordinasi dengan Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
14. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan jadwal dan lokasi
Drop Box/pojok pajak di wilayah kerjanya kepada Direktur Penyuluhan Pelayanan dan
Hubungan Masyarakat untuk diinformasikan kepada petugas Kring Pajak dan di-upload pada
website www.pajak.go.id
15. Untuk mengantisipasi beban puncak, dengan mempertimbangkan beban kerja, Kepala
KPP dapat membentuk tim atau satuan petugas (satgas) penerimaan dan pengolahan SPT
Tahunan dengan Surat Keputusan Kepala KPP. Prosedur yang dapat disatgaskan yaitu
prosedur yang dilakukan oleh:
a. Petugas Penerima SPT;
b. Pelaksana TPT;
c. Pelaksana Seksi Pelayanan;
d. Pelaksana Seksi PDI.
16. Kepala KPP memprioritaskan pengiriman dan pengolahan SPT Lebih Bayar (LB)
terlebih dahulu.
IV. Lampiran-lampiran :
1. Tata cara pendistribusian Tanda Terima SPT Tahunan diatur dalam Lampiran I.
2. Tata cara penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan diatur dalam Lampiran II.
3. Tata cara perekaman SPT Tahunan diatur dalam Lampiran III.
Para Kepala Kantor Wilayah agar mengawasi pelaksanaan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak tersebut di atas dan agar melakukan sosialisasi kepada para Wajib Pajak di lingkungan
wilayah kerja masing-masing.
30 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Januari 2011
Direktur Jenderal,
ttd.
Mochamad Tjiptardjo
NIP 1951042811975121002
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak;
2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
3. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.
3.9 Bentuk formulir surat pemberitahuan tahunan wajib pajak orang pribadi dan
wajib pajak badan beserta petunjuk pengisiannya
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 34/PJ/2010
TENTANG
BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang :
31 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara
Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Bentuk Formulir Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak
Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, Serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009;
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2010;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001 tentang Keterangan dan
atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan;
6. MEMUTUSKAN:
32 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
7.
Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAN WAJIB PAJAK BADAN BESERTA PETUNJUK PENGISIANNYA.
8. Pasal 1
(1) Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi (Formulir 1770 dan Lampiran-Lampirannya) bagi Wajib Pajak yang
mempunyai penghasilan:
a.dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
b. dari satu atau lebih pemberi kerja;
c. yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan atau bersifat Final; dan/atau
d. penghasilan lain,
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Petunjuk Pengisian Formulir 1770 dan Lampiran-Lampirannya adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal
Pajak ini.
9. Pasal 2
(1) Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sederhana
(Formulir 1770 S dan Lampiran-Lampirannya) bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan:
a.dari satu atau lebih pemberi kerja;
b. dari dalam negeri lainnya; dan/atau
33 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
c. yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final,
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Petunjuk Pengisian Formulir 1770 S dan Lampiran-Lampirannya adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal
Pajak ini.
10. Pasal 3
(1) Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Sangat
Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari
satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan tidak mempunyai penghasilan
lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan
menggunakan Formulir 1770 SS maka Lampiran Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721 A2 merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Formulir 1770 SS.
11. Pasal 4
(1) Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (Formulir 1771 dan
Lampiran-Lampirannya) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi Wajib Pajak
yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat
(Formulir 1771/$ dan Lampiran-Lampirannya) adalah sebagaimana tercantum dalam
34 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Lampiran VII yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(3) Petunjuk Pengisian Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.
12. Pasal 5
13.
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku,
1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Beserta Petunjuk Pengisiannya
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-66/PJ/2009; dan
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2009 tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya
14. tetap berlaku sepanjang digunakan untuk pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2009.
15. Pasal 6
16.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan
diberlakukan untuk pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2010
dan seterusny
35 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
17. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juli 2010
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ttd.
MOCHAMAD TJIPTARDJO
NIP 195104281975121002
3.10 tata cara penerimaan dan pengemasan surat pemberitahuan di kantor
pelayanan pajak berkenaan dengan pengolahan SPT di pusat pengolahan data
I. Pengertian dan Ketentuan Umum
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan tentang pengertian dan
ketentuan umum dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disebut KPP adalah Kantor Pelayanan
Pajak yang masuk dalam wilayah kerja maupun wilayah uji coba PPDDP sesuai
dengan tahapan implementasi.
2. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT meliputi SPT Masa PPN, SPT
Tahunan PPh OP 1770, SPT Tahunan PPh OP 1770 S dan SPT Tahunan PPh OP
1770 SS yang dilakukan proses penerimaan dan pengemasan oleh KPP dan harus
disampaikan ke PPDDP.
3. Penelitian SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian SPT dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian
tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
4. Penerimaan SPT adalah serangkaian kegiatan untuk menerima SPT yang
disampaikan Wajib Pajak, menerbitkan Lembar Pengawasan Arus Dokumen
(LPAD) dan Bukti Penerimaan Surat (BPS), meneliti kesesuaian data antara SPT
dengan LPAD serta menyatukannya.
36 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
5. Pengemasan SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Petugas
pengemas untuk menghitung kembali jumlah lembar SPT, menempel label
barcode pada LPAD, merekam nomor LPAD, dan memindai label barcode dengan
barcode reader dan memasukkan SPT beserta LPAD yang sesuai ke dalam
kemasan (box) serta membuat Daftar Isi Kemasan dengan menggunakan Aplikasi
Pengemasan.
6. KPP harus melakukan penelitian, penerimaan, pengemasan, dan penyampaian
kemasan ke PPDDP atau pengambilan kemasan oleh PPDDP atas SPT yang
ditentukan untuk dilakukan pengolahan di PPDDP.
7. KPP harus melakukan pengemasan dalam jangka waktu paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja untuk SPT masa PPN dan 30 (tiga puluh) hari kerja untuk SPT
Tahunan PPh sejak tanggal terima pada BPS/LPAD.
8. KPP tidak diperkenankan untuk melakukan perekaman atas SPT sebagaimana
dimaksud dalam angka romawi I huruf a dan b, kecuali untuk SPT Lebih Bayar
(restitusi).
II. Tata Cara Penelitian, Penerimaan, dan Pengemasan SPT
Dalam rangka mendapatkan SPT yang lengkap dan tertib administrasi serta dapat diolah
di PPDDP dengan keakurasian yang tinggi perlu ditetapkan petunjuk teknis tata cara
penelitian, penerimaan, dan pengemasan SPT dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Untuk SPT Masa PPN
a. Tata cara penelitian dan penerimaan SPT Masa PPN, wajib dilaksanakan
sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
ini;
b. Format Lembar Penelitian SPT Masa PPN ditetapkan sebagaimana dalam
Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini;
c. SPT Masa PPN yang disampaikan langsung, sebelum mencetak BPS/LPAD
Petugas TPT wajib melakukan konfirmasi kepada Wajib Pajak untuk memastikan
kesesuaian antara elemen-elemen BPS/LPAD yang akan dicetak dengan SPT-nya
yang meliputi :
37 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
1) NPWP
2) Nama
3) Masa Pajak
4) Status pembetulan
d. SPT Masa PPN yang disampaikan tidak langsung, sebelum mencetak BPS/LPAD
Petugas TPT wajib memastikan kesesuaian antara elemen-elemen BPS/LPAD
yang akan dicetak dengan SPT-nya yang meliputi :
1) NPWP
2) Nama
3) Masa Pajak
4) Status pembetulan
2. Untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
a. Tata cara penelitian dan penerimaan SPT Tahunan PPh OP 1770, SPT Tahunan
PPh OP 1770 S dan SPT Tahunan PPh OP 1770 SS wajib dilaksanakan
sebagaimana ditetapkan pada :
1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-1/PJ/2010 tanggal 12 Januari 2010 tentang Tata Cara Penerimaan dan
Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan;
2) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2/PJ/2011 tanggal 10 Januari
2011 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
b. Sebelum mencetak BPS/LPAD Petugas TPT wajib memastikan kesesuaian antara
elemen-elemen BPS/LPAD yang akan dicetak dengan SPT-nya yang meliputi :
1) NPWP
38 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
2) Nama
3) Jenis SPT
4) Tahun Pajak
5) Status pembetulan
3. Terhadap SPT yang sudah dilakukan penelitian dan penerimaan harus dilakukan
proses pengemasan oleh KPP;
4. Tata Cara Pengemasan SPT dilaksanakan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini;
5. Terhadap SPT yang telah dikemas, dilakukan pengiriman kemasan ke PPDDP atau
pengambilan kemasan oleh PPDDP;
6. Tata cara pengambilan kemasan SPT oleh PPDDP dilakukan sesuai dengan SOP
PPDDP Nomor DPC21 - 0003 tentang Tata Cara Pengambilan Kemasan dari KPP;
7. Tata Cara Pengiriman Kemasan SPT oleh KPP ke PPDDP ditetapkan lebih lanjut dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tersendiri.
III. Penyelenggaraan Kelas Pengisian Bersama SPT
KPP menyelenggarakan Kelas Pengisian Bersama SPT, khususnya bagi Wajib Pajak yang
belum memahami pengisian SPT tersebut. Kegiatan ini merupakan bagian dari
penyuluhan yang dilakukan oleh KPP. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraannya adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraannya harus dilaksanakan dengan cara :
a. Sederhana, materi penyuluhan disusun dengan sistematika yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan mengesankan kepada Wajib Pajak bahwa
pengisian SPT merupakan sesuatu hal yang mudah dilakukan;
b. Komunikatif, penyampaian materi dilakukan dengan menarik dan mudah
dipahami sesuai dengan karakteristik peserta, misalnya dengan
menggunakan simulasi atau mengisi SPT bersama;
39 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
c. Interaktif, peserta dapat terlibat langsung, melakukan tanya jawab, atau
berinteraksi secara langsung dengan mengisi SPT-nya masing-masing dengan
dibimbing oleh petugas pajak.
2. Penyelenggaraan Kelas Pengisian Bersama SPT dilakukan sebelum jatuh tempo
penyampaian SPT, sehingga Wajib Pajak dapat langsung menyampaikan SPT tersebut
setelah selesai mengikuti kegiatan Kelas Pengisian Bersama SPT.
3. Dalam surat undangan yang disampaikan kepada Wajib Pajak, agar diinformasikan
bahwa Wajib Pajak diminta untuk membawa dokumen/data/catatan yang
dibutuhkan untuk melakukan pengisian SPT pada saat mengikuti Kelas Pengisian
Bersama SPT.
4. Untuk menampung Wajib Pajak lainnya yang tidak menerima surat undangan namun
berminat mengikuti sosialisasi, diinstruksikan agar KPP memasang pengumuman
terbuka perihal "Penyelenggaraan Kelas Pengisian Bersama SPT" guna memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mengikuti kelas tersebut.
5. Tata cara penyelenggaraan Kelas Pengisian Bersama SPT dilaksanakan sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran IV Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
IV. Koordinasi antar unit organisasi terkait
Sebagai upaya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak ini, perlu pengaturan dan koordinasi pada unit organisasi terkait dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Kepala PPDDP berkoordinasi dengan Kepala Kantor Wilayah DJP dalam rangka
mengawasi pelaksanaan penelitian, penerimaan dan pengemasan SPT serta dapat
membantu kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut dari KPP dalam wilayah kerjanya
sehingga SPT tersebut dapat diproses secara sistematis pada aplikasi PPDDP.
2. Kepala Kantor Wilayah DJP wajib mengawasi pelaksanaan kegiatan Kelas Pengisian
Bersama SPT serta memastikan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dengan baik
di KPP dalam wilayah kerjanya sehingga SPT tersebut dapat diproses secara
sistematis di PPDDP.
40 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
3. Kepala Kantor Wilayah DJP menunjuk salah seorang Kepala Bidang sebagai
penanggung jawab kegiatan.
4. Kepala Bidang Penerimaan dan Penyimpanan Dokumen pada PPDDP berkoordinasi
secara berkala dengan Kepala KPP dan salah satu Kepala Bidang yang diberi tugas
oleh Kepala Kanwil DJP sebagai penanggung jawab untuk menyelesaikan masalah
yang ada, agar seluruh SPT dapat diproses secara sistematis di PPDDP.
5. Para Kepala KPP diminta agar memperhatikan dengan sungguh-sungguh Surat
Edaran ini, serta dapat mensosialisasikan kepada jajaran di bawahnya dengan
sebaik-baiknya.
V. Ketentuan Peralihan
Berkenaan dengan adanya Wajib Pajak yang berpotensi untuk menyampaikan SPT Masa
PPN 1108 serta penanganan SPT Tahunan PPh OP yang menggunakan aplikasi drop box,
perlu dibuat ketentuan peralihan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-64/PJ/2008 tanggal 4 Nopember 2008
tentang Tata Cara Pengolahan dan Penerimaan SPT Masa PPN 1108 di Kantor
Pelayanan Pajak dan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
dinyatakan tidak berlaku;
2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2/PJ/2011 tanggal 10 Januari
2011 tentang Petunjuk Teksnis Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan Tahunan tetap berlaku untuk SPT Tahunan PPh OP sepanjang
tidak bertentangan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
3.11 Perubahan dalam Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pemerintah berusaha untuk meningkatkan layanan kepada Wajib Pajak terkait dengan
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), salah satunya dengan
mengubah peraturan mengenai Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
41 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Tahunan.
Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan mengalami sejumlah
perubahan, diantaranya adalah Pasal 2 dan Pasal 7.
Ketentuan pada Pasal 2 dirubah menjadi sebagai berikut:
Pasal 2
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap apabila:
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau nama Wajib Pajak tidak dicantumkan dalam SPT
Induk dengan lengkap dan jelas;
2. SPT Induk tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya;
3. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri dengan Surat
Kuasa Khusus atau SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ditandatangani oleh ahli waris tetapi
tidak dilampiri dengan Surat Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang;
4. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;
5. SPT Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan bukti pelunasan berupa SSP yang sesuai;
6. SPT tidak atau kurang disertai dengan lampiran pada Formulir sebagaimana ditetapkan
pada Lampiran III.1.a. atau III.2.a. atau III.3.a. atau III.4.a pada Peraturan Direktur Jenderal
Pajak ini;
7. SPT/e-SPT tidak atau kurang disertai dengan Lampiran Keterangan dan/atau Dokumen
yang Disyaratkan sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b s.d.
III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
8. Lampiran "Daftar Harta dan Kewajiban Pada Akhir Tahun dan Daftar Susunan Anggota
Keluarga" dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilampirkan tetapi diisi tidak lengkap;
9. Lampiran "Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Daftar Susunan Pengurus dan
Komisaris" dalam SPT Tahunan PPh Badan dilampirkan tetapi diisi tidak lengkap;
10. Terdapat Lampiran Khusus sebagaimana ditetapkan pada Lampiran-Lampiran III.1.a s.d.
III.4.a atau III.1.b s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak
ini yang diisi tidak lengkap;
11. e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik, tetapi
hanya menyampaikan SPT Induk hasil cetakan tanpa disertai media elektronik;
12. e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik, tetapi
SPT Induk berdasarkan data digitalnya tidak sesuai dengan SPT Induk hasil cetakan yang
42 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
disampaikan oleh Wajib Pajak;
13. Loading atas e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media
elektronik tidak dapat di-load pada aplikasi Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat
Jenderal Pajak;
14. e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media elektronik tetapi
elemen-elemen data digitalnya tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap;
15. e-SPT yang data digitalnya disampaikan melalui e-filing tetapi elemen-elemen data
digitalnya tidak diisi atau diisi tetapi tidak lengkap.
Sementara itu, ketentuan Pasal 7 berubah jadi berikut:
Pasal 7
(1) Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan adalah sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
(2) Tanda Terima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan adalah sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
(3) Keterangan dan/atau dokumen lain yang disyaratkan sebagai kelengkapan SPT adalah
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III.1.a, Lampiran III.1.b, Lampiran III.1.c,
Lampiran III.2.a, Lampiran III.2.b, Lampiran III.2.c, Lampiran III.3.a, Lampiran III.3.b,
Lampiran III.3.c, Lampiran III.4.a, Lampiran III.4.b dan Lampiran III.4.c Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini.
Berikut ini adalah Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan/e-
SPT Tahunan
1. WP menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). SPT
ini dimasukkan dalam amplop tertutup, yang telah dituliskan Nama WP, NPWP, Tahun
Pajak, dan Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar), nomor telepon yang dapat
dihubungi, kemudian menyerahkannya kepada petugas penerima SPT di Tempat Pelayanan
Terpadu (TPT) atau Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box.
2. Petugas menerima amplot tertutup berisi SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari WP, termasuk
WP yang tidak terdaftar dalam wilayah KPP di mana TPT/Pojok/Pajak/Mobil Pajak/Drop
Box tersebut berada, dan langsung memberikan Tanda Terima SPT kepada WP, tanpa
memeriksa kelengkapan.
3. KPP yang menerima SPT Wajib Pajak selain yang terdaftar di KPP tersebut kemudian
43 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
mengirimkan SPT Wajib Pajak ke KPP di tempat WP terdaftar dengan menggunakan Surat
Pengiriman SPT per KPP Tempat Wajib Pajak Terdaftar dan melampirkan Daftar Nominatif
Pengiriman SPT paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari, kecuali untuk SPT
Lebih Bayar (LB) paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima.
4. KPP melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling lama dalam jangka waktu 2 (dua)
bulan setelah SPT diterima sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1), kecuali untuk SPT
Lebih Bayar dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila
berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap,
terhadap Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan.
5. Atas permintaan kelengkapan SPT tersebut, paling lambat 30 hari sejak tanggal Surat
Permintaan Kelengkapan SPT, Wajib Pajak wajib menyampaikan kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar dan menyerahkannya kepada
Petugas TPT.
6. Petugas TPT menerima dan meneliti kelengkapan SPT yang diminta, selanjutnya mencetak
Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan menyerahkannya kepada Wajib Pajak.
7. Apabila sampai batas waktu 30 hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan telah terlampaui dan Wajib Pajak belum menyampaikan
kelengkapan SPT, maka SPT dianggap tidak disampaikan dan kepada Wajib Pajak
dikirimkan surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
dianggap tidak disampaikan.
8. Terhadap SPT yang telah dilakukan penelitian dan dinyatakan lengkap, dilakukan
perekaman SPT Lengkap pada menu penerimaan SPT dan dilanjutkan dengan perekaman
detil SPT pada aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.
9. Jangka waktu perekaman SPT ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan sejak SPT Lebih
Bayar (LB) diterima lengkap atau 3 (tiga) bulan sejak SPT Kurang Bayar (KB)/Nihil (N)
diterima lengkap
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
44 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Bersadarkan uaraian yang Saya paparkan diatas disertai dengan data dan informsi yang saya
dapatkan dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut:
Penyampaian SPT Tahunan WP Badan
Dibawah ini adalah cara pengisian SPT, agar SPT Tahunan dapat dengan mudah diisi dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1. Isilah SPT Tahunan berdasarkan keadaan yang sebenarnya
2. Sebelum mengisi Induk SPT, isi dulu lampiran-lampirannya.
Urutan pengisian formulir lampiran yaitu:
a. Isilah formulir 1721-A1, lalu mengisi formulir 1721-A
b. Isilah formulir 1721-C, kemudian mengisi formulir 1721-B
c. Isilah formulir induk SPT 1721.
Beri tanda tangan pada induk SPT dan pada formulir 1721-A sebelum SPT Tahunan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak.
Pengolahan SPT Tahunan WP Badan
Pengolahan SPT meliputi :
a. Seksi pelayanan menerima berkas SPT
b. Penilaian SPT yang bertujuan memperoleh keyakinan bahwa WP telah menyampaikan
SPT dengan lengkap.
c. SPT diteliti oleh petugas peneliti ( ada tim peneliti yang ditugaskan oleh notaris kepala
kantor sehingga terbentuk jadwal peneliti.
d. SPT dikirim ke seksi PDI untuk dilakukan perekaman.
Penataberkasan dan Pengarsipan SPT Tahunan
45 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
1. SPT dikumpulkan ke dalam rumah berkas
2. SPT dimasukan ke masing-masing bagiannya
Fasilitas internet dalam penyampaian SPT Tahunan atas WP Badan di Kantor
Pelayanan Pajak
– E-felling
Adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang real time melalui penyedia
jasa aplikasi atau Aplication Service Provider (ASP). Fasilitas ini disediakan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara tentunya dengan fasilitas provider tertentu yang dijuk
oleh pihak KPP. Biasanya yang menggunakan fasilitas E-felling adalah WP Badan yang
penghasilan nettonya diatas Rp. 1.800.000.000.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara
Setelah mendapatkan nomor registrasi, WP wajib melaporkan SPTnya sebelum batas waktu
penyampaian.
Fasilitas CD yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam Penyampaian SPT
Tahunan WP Badan.
* e-SPT Lengkap adalah SPT sebagaimana dimaksud yang semua elemen SPT induk dan
lampirannya telah diisi dengan langkap dan dapat diproses dalam Sistem Informasi
Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus,s erta
keterangan dan/atau dokumen lain yang tidak dapat disampaiakan secara elektronik. WP
datang ke Kantor Pelayanan Pajak, menemui WASKON yang bertugas sesuai dengan
wilayah kerja WP, untuk meminta e-SPT, kemudian WP mengisi formulir tersebut lalu WP
datang kembali ke KPP yang bersangkutan untuk menyerahkan SPT serta meminta bukti
pembayaran SPT.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menerbitkan peraturan terbaru terkait dengan proses
penyampaian SPT Tahunan di tahun 2013 ini. Terdapat empat cara penyampaian SPT
46 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Tahunan yang diatur dalam peraturan baru tersebut. Dengan peraturan baru tersebut
harapannya adalah menjadikan WP lebih mudah dalam proses penyampaian SPTnya
sekaligus mampu memberikan kepastian hukum baik kepada WP maupun DJP. Dengan
demikian SPT yang sudah disampaikan oleh WP akan menjadi SPT dengan kategori
lengkap bukan malah menjadi SPT yang masuk dalam kategori SPT tidak lengkap sehingga
SPT tersebut dianggap tidak disampaikan
4.2 SARAN
Berdasarkan Uraian diatas, maka yang dapat saya sarankan adalah :
1. Sebaikanya dilakukan sosialisasi yang lebih efektif dalam hal pemberitahuan mengenai perubahan tarif PPh karena tidak sedikit juga WP yang tidak mengetahui perubahan tarif tersebut
47 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
2. Menyiapkan Drop Box lebih banyak lagi pada tempat-tempat umum yang strategis beserta petugas penerima dan penelitiannya untuk memudahkan penyampaian dan sebagai bentuk pelayanan kepada WP.
3. Penambahan pegawai di loket Tempat Pelayanan Terpadu ( TPT ) sehubungan pada
tanggal-tanggal akhir batas waktu penyampaian SPT Tahunan dikarenakan jumlah WP yang
melapor sangat banyak dan untuk mengurangi antrian panjang
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
S. Gustiawan, Uwon, 2007, Pedoman Praktis Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
48 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR
Sukmana, Wahyu, Pengantar Perpajakan, Universitas Padjadjaran Program D3 Fakultas Ekonomi PAAP.
II Dokumen
1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 536/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/KMK.03/2003
3. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001 tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-49/PJ/2003 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
5. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor : KEP-36/PJ/2004.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, penentuan tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak
7. UU No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.
8. UU PPh No. 36 Tahun 2008
9. UU KUP No 28 Tahun 2007
10. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No 1/PJ/2010 tentang Perubahan Atas peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-19/PJ/2009 tentang Tata cara Penerimaan dan Pengolahan SPT
49 | PAPER HENDRA SAPUTRA 1201112514 ILMU ADMINISTRASI BISNIS UR