ektum praktikum 6

23
PENYEBARAN POPULASI DAN ASOSIASI ANTAR SPESIES LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN OLEH : NAMA : MEGA MAHARDIKA NIM : J1C112043 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : INDRA SUSANTI KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: guruhmahardhika

Post on 29-Dec-2015

198 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ektum Praktikum 6

PENYEBARAN POPULASI DAN ASOSIASI ANTAR SPESIES

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

OLEH :

NAMA : MEGA MAHARDIKA

NIM : J1C112043

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : INDRA SUSANTI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI BIOLOGI

BANJARBARU

APRIL 2014

Page 2: Ektum Praktikum 6

I. LATAR BELAKANG

Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang

lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi

biasbermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran,

yaitu : enyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran

berkelompok. Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu–

individu yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di

alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman

atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk

menghasilkan produk yang optimal (Wirakusumah, 2003).

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar

dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara

geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka

belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan

mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa

air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya. Informasi kepadatan populasi

saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai

keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi

mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan

yang nyata dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu

daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya ( Kimball, 1999).

Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca,

arus air, faktor kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam

ekosistem yang mempunyai keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang

menjadi sasaran gangguan-gangguan luar yang tidak dapat diduga, sedangkan

dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi, populasi cenderung

dikendalikan secara biologi dan seleksi alam. Faktor negatif ataupun positif bagi

populasi adalah , Ketidaktergantungan pada kepadatan (density independent),

apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya populasi. Contohnya iklim

sering kali, tetapi tidak berarti selalu. Ketergantungan pada kepadatan (density

dependent), apabila pengaruhnya pada populasi merupakan fungsi dari kepadatan.

Page 3: Ektum Praktikum 6

Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan sebagainya) tetapi tidak

selalu (Odum, 1993).

Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam,

pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu:

1. Penyebaran secara acak

Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya

terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah

dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok

dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ

tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan trmbuhan.

Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam.

Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila faktor lingkunganya

sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu

tidak ada sifat – sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam

tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk

terjadinya pengelompokan tumbuhan.

2. Penyebaran secara merata

Penyebaran secara merata penyebaran ini umumnya terdapat pada

tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang

kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan

misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi  dan ruang.

3. Penyebaran secara berkelompok

Penyebaran secara berkelompok penyebaran ini yang paling umum

terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama

disebabkan oleh berbagai hal di antaranya:

a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.

b. Respon dari organismeterhadap perubahan cuaca musiman akibat dari

cara atau proses reproduksi atau regenerasi.

c. Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yng menunjang untuk

terbentuknya kelompok atau koloni (Michael, 1994).

Interaksi antar spesies merupakan “sentral” penting dari ekologi karena

interaksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan upaya dalam melangsungkan

Page 4: Ektum Praktikum 6

kehidupan. Kumunitas biotik terbentuk dari asosiasi dari populasi–populasi yang

didalamnya terdapat berbagai interaksi anatara populasi-populasi yang ada dalam

suatu komunitas. Interaksi antar spesies dapat saling menguntungkan atau bahkan

tidak mempunyai interaksi sama sekali, sehingga dapat menghasilkan pola

tertentu yang disebut asosiasi interspesifik. Asosiasi ini dapat positif, negatif atau

tidak terdapat asosiasi. Interaksi yang terjadi antara setiap organisme dengan

lingkungannya merupakan suatu proses yang kompleks karena didalam

lingkungan hidup terdapat banyak komponen lingkungan. Berdasarkan konsep

dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut

dinamakan pula komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan tak dapat

berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan satu sama lain dan saling

mempengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung (Heddy, 1986).

Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang

mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi

antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi

lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk

bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di

alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-

kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan

seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok

induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu

membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga

atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh gambaran yang

lengkap mengenai keadaan suatu populasi dalam suatu habitat, khususnya pola

penyebaran populasi dan interaksi di antara spesies-spesies anggotanya.

Page 5: Ektum Praktikum 6

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 April 2014 yang

bertempat di Laboratorium Biologi, Laboratorium Dasar Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data transek dan

kalkulator. Bahan yang digunakan dalam praktikum tidak ada.

3.3 Prosedur Kerja

Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :

1. Dari data metode transek dihitung nilai index of dipersion, dihitung pola

penyebaran spesies dengan mencari nilai X2.

2. Dari data metode releve dihitung asosiasi antar spesies dengan menghitung

keberadaan spesies dan kontingensi antar spesies.

3. Dianalisis data tersebut dan dibuat pembahasan.

Page 6: Ektum Praktikum 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. penentuan pola penyebaran populasi dengan Index of Dipersion

Tabel 1. Jumlah individu tiap plot pada vegetasi pohon di hutan arboretum UNLAM

Banjarbaru (data metode transek)

No. SpesiesJumlah Individu Tiap Plot

(xi - x)2

Plot 1 Plot 2 Plot 3 Jumlah

1. Akasia 5 8 0 13 86,638

2. Spesies B 4 1 4 9 28,174

3. Spesies D 0 1 2 3 0,478

4. Palm botol 1 0 0 1 7,246

5. Spesies A 7 2 0 9 28,174

6. Spesies C 0 1 1 2 2,862

7. Spesies J 0 0 1 1 7,246

8. Spesies K 0 0 2 2 2,862

9. Petai 0 1 0 1 7,246

10. Spesies I 0 0 1 1 7,246

11. Spesies M 0 0 1 1 7,246

12. Spesies E 0 1 0 1 7,246

13. Spesies H 4 0 0 4 0,094

Total 21 15 12 48 192,752

Page 7: Ektum Praktikum 6

Hipotesis :

Jika X2 hitung > X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran mengelompok

Jika X2 tabel 0,025 < X2 hitung < X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran acak

Jika X2 hitung < X2 tabel 0,025, maka pola penyebaran seragam.

Contoh perhitungan

=

X2 = I (n-1) = 26,104 (2) = 52,20

Keterangan :

X2 = Chi square

I = indeks penyebaran (Index of dipersion)

n = Jumlan plot

xi = Jumlah spesies i

= rata-rata jumlah spesies

X2 hitung = 52,20

X2 tabel 0,975 = 0,05

X2 tabel 0,025 = 7,38

Kesimpulan

X2 hitung > X2 tabel 0,975, maka pola penyebaran populasi tersebut

mengelompok

4.1.2. Penentuan Asosiasi Antar Spesies

Tabel 2. Lima spesies dengan INP tertinggi pada vegetasi data metode transek

SpesiesKerapatan INP

(%)Plot 1 Plot 2 Plot 3 Jumlah

Akasia 5 8 0 13 64,253

Page 8: Ektum Praktikum 6

Spesies B 4 1 4 9 53,26

Spesies D 0 1 2 3 31,653

Palm Botol 1 0 0 2 28,337

Spesies A 7 2 0 9 26,357

Total 17 12 6 36 175,523

Hipotesis’

Ho = Tidak ada asosiasi antara spesies A dan spesies B

Ha = Ada asosiasi antara spesies A dan spesies B

Jika X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Perhitungan

X2 = I (n-1) = 58,88 (2) = 117,6

Keterangan :

X2 = Chi square

I = indeks penyebaran (Index of dipersion)

n = Jumlan plot

xi = Jumlah spesies i

= rata-rata jumlah spesies

X2 hitung = 117,6

X2 tabel 0,975 = 0,05

X2 tabel 0,025 = 7,38

Kesimpulan

X2 hitung > X2 tabel pada taraf 0,975

Page 9: Ektum Praktikum 6

X2 hitung > X2 tabel pada taraf 0,025

Maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat asosiasi antara spesies A dan

spesies B).

Tabel 3. Data Analisis Kehadiran

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Akasia + + -

2 Spesies B + + +

Isian tabel kontingensi A a c

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Akasia + + -

2 Spesies D - + +

Isian tabel kontingensi B a c

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Akasia + + -

2 Palm Botol - + +

Isian tabel kontingensi B a c

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Akasia + + -

2 Spesies A + + -

Isian tabel kontingensi A a d

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Spesies B + + +

2 Spesies D - + +

Isian tabel kontingensi B a a

No. Spesies Hadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

Page 10: Ektum Praktikum 6

1 Spesies B + + +

2 Palm Botol + - -

Isian tabel kontingensi A b b

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Spesies B + + +

2 Spesies A + + -

Isian tabel kontingensi A a b

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Spesies D - + +

2 Palm Botol + - -

Isian tabel kontingensi C b b

No. Spesies Hadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Spesies D - + +

2 Spesies A + + -

Isian tabel kontingensi C a b

No. SpesiesHadir tidaknya spesies pada petak contoh ke-

1 2 3

1 Palm Botol + - -

2 Spesies A + + -

Isian tabel kontingensi A c d

Tabel 4. Tabel Kontingensi

Spesies BJumlah

ada Tidak

Akasiaada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3

Page 11: Ektum Praktikum 6

Spesies DJumlah

ada Tidak

Akasiaada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3

Palm botol Jumlahada Tidak

Akasia ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Spesies A

Jumlahada Tidak

Akasia ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Spesies D

Jumlahada Tidak

Spesies B

ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Palm Botol

Jumlahada Tidak

Spesies B

ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Spesies A

Jumlahada Tidak

spesies B

ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Palm Botol

Jumlahada Tidak

Spesies D

ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Spesies A

Jumlahada Tidak

Spesies D

ada 2 1 3tidak 0 0 0

Jumlah 2 1 3Spesies A

Jumlahada Tidak

Page 12: Ektum Praktikum 6

Palm botol

ada 1 2 3tidak 0 0 0

Jumlah 1 2 3

Tabel 5. Hasil Perhitungan X2 & C dan Kesimpulan

Contoh Perhitungan

Contoh Perhitungan X 2 hit pada Akasia & Spesies B

X2 = n (│ad - bc│- 0,5n) 2

(a+c) (b+d) (c+d) (a+b)

= 3 (│0.0 - 0.1│- 0,5 x 3) 2

(3) (0) (1) (2)

= 20,25

0

X2 hit = ∞

X2 tab 0,05 = 3,84

Kesimpulan : Karena X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya terdapat asosiasi antara spesies Akasia dan Spesies B

  Contoh Perhitungan C spesies Akasia dan Spesies B

C = (ad – bc)

√(a+c) (b+d) (c+d) (a+b)

= (1.0 – 2.0)

√(3+0) (0+0) (1+0) (2+0)

  = 0

0

Page 13: Ektum Praktikum 6

C = ∞

  Keterangan:

X2 = Chi square

C = Koefisien Asosiasi

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang penyabaran populasi dan asosiasi

antar spesies yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai

keadaan suatu populasi dalam suatu habitat, khususnya pola penyebaran populasi

dan interaksi di antara spesies-spesies anggotanya.

Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi

dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum

menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari

makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin,

kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya. Selain dengan Indeks Morisita, pola

penyebaran spasial dari suatu populasi dapat ditentukan dengan Index of

Dispersion (I) yang merupakan nilai variance atau rata-rata kelimpahan. Jika nilai

variance sama dengan rata-rata kelimpahan maka pola penyebaran spasial dari

populasi tersebut random, jika varience lebih kecil dari rata-rata kelimpahan maka

pola penyebaran populasi teratur, dan jika variance lebih besar dari rata-rata

kelimpahan maka pola penyebaran berkelompok. Data perhitungan praktikum kali

ini diambil dari data transek yang pada data tersebut terdapat 13 spesies tanaman.

Untuk melihat signifikasi dari nilai indeks penyebaran, dilakukan pengujian lebih

lanjut dengan mencari nilai X2 dengan rumus X2 = I (n-1). Dari hasil pengamatan

dan perhitungan, Nilai I yang diperoleh adalah 52,20 dan X2 tabel sebesar 7,38

sehingga dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran populasi adalah

mengelompok. Antar masing- masing anggota famili tersebut tidak terdapat

perbedaan pola penyebaran, karena tiap spesies mengelompok pada tiap

familinya.

Menentukan ada tidaknya asosiasi antar spesies maka dilakukan langkah-

langkah, yaitu menyusun hipotesis, membuat tabel kontingensi, menghitung X2

hitung, menbandingkan dengan X2 tabel lalu menghitung koefisiensi asosiasi (C).

Page 14: Ektum Praktikum 6

Data spesies yang diambil adalah 5 spesies yang memiliki nilai INP tertinggi,

yaitu akasia, spesies B, spesies D, palm botol dan spesies A. Dari hasil

perhitungan sesuai dengan langkah-langkah tersebut, misalnya kita

membandingkan antara akasia dan spesies B, didapat bahwa antara kedua tanaman

ini terdapat asosiasi dengan nilai koefisien asosiasinya ∞. Tipe interaksi yang

terjadi antara akasia dan spesies A adalah neutralisme, yaitu antara tanaman

akasia dan spesies A tidak ada yang dirugikan maupun diuntungkan oleh asosiasi

ini.

Tidak adanya asosiasi antara spesies menunjukkan bahwa kedua spesies

ini bebas satu  sama  lain  (independent).  Tidak  seperti teori  yang menjelaskan 

bahwa organisme dalam suatu komunitas adalah bersifat saling bergantungan atau

interdependent, sehingga mereka tidak terikat sekedar berdasarkan kesempatan

saja, dan gangguan satu organisme akan mempunyai konsekuensi terhadap

keseluruhan organisme, namun hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak

adanya saling ketergantungan. Tidak adanya asosiasi bisa disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti kedua spesies tersebut memiliki perbedaan daur hidup dan

peranan ekologis yang berbeda, sebab organisme yang terdapat hubungan

kompetisi memiliki peranan ekologis yang tumpang tindih. Sebab lain tidak

adanya asosiasi, mungkin juga disebabkan karena unsur-unsur hara mineral yang

digunakan oleh tumbuhan tersebut berbeda sehingga tidak menimbulkan

peersaingan atau kompetisi. Faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan hara

pada tanah dan suhu maksimum-minimum pada lingkungan tersebut yang akan

menyeleleksi spesies-spesies apa saja yang dapat tumbuh dengan subur ditempat

tersebut. Tidak adanya asosiasi juga bisa disebabkan lingkungan yang mendukung

untuk pertumbuhan dan reproduksi kedua spesies sehingga kedua spesies dapat

tumbuh dan berkembang bersama-sama tanpa adanya kompetisi sehingga apabila

satu spesies tidak ada, tidak mempengaruhi spesies yang lainnya.

Page 15: Ektum Praktikum 6

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulakn

bahwa :

1. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi

dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum

menempatinya.

2. Pola penyebaran yang terjadi pada plot praktikum kali ini adalah pola

penyebaran mengelompok.

3. Asosiasi antar spesies pada praktikum ini contohnya antara akasia dan

spesies A menunjukkan tipe interaksi neutralisme.

4. Menentukan ada tidaknya asosiasi antar spesies maka dilakukan langkah-

langkah, yaitu menyusun hipotesis, membuat tabel kontingensi,

menghitung X2 hitung, menbandingkan dengan X2 tabel lalu menghitung

koefisiensi asosiasi (C).

5.2 Saran

Perlunya keseriusan dan pemahaman terhadap pembuatan perhitungan serta

dalam pembuatan tabel, agar data yang di dapat tidak banyak terdapat kesalahan.

Page 16: Ektum Praktikum 6

VI. DAFTAR PUSTAKA

Kimball, JohnW.1999. Biology. Edisi kelima jilid tiga. Erlangga: Jakarta.

Heddy, S. 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali: Jakarta.

Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia: Jakarta.

Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.