laporan praktikum 6
TRANSCRIPT
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pemeriksaan Air
2. Materi : Pemeriksaan Air Dengan Hitung MPN (Most
Probably Number)
3. Penyusun :
Nama : Tantri Nur Permana NIM: 25010110141117
4. Lokasi Kegiatan : Laboratorium Terpadu FKM UNDIP
Semarang, 9 Juni 2013
Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan
Adysta Putri Hapsari Tantri Nur Permana
NIM E2A009009 NIM 25010110141117
1
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ......................................................................................1
Daftar isi ...........................................................................................................2
Daftar Tabel .....................................................................................................3
Daftar Gambar .................................................................................................4
Prakata .............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................6
A. Tujuan Praktikum .................................................................................6
B. Manfaat Praktikum ...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................7
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................16
A. Alat dan Bahan .....................................................................................16
B. Skema kerja berisikan alur kerja praktikum .........................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................19
BAB V PENUTUP ............................................................................................23
A. Kesimpulan ...........................................................................................23
B. Saran ....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................25
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengamatan dengan menggunakan metode
pengenceran bertingkat (gelembung udara).....................................................19
Tabel 2. Hasil Pengamatan dengan menggunakan metode
pengenceran bertingkat (kekeruhan)................................................................19
Tabel 2. Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Perhitungan Koloni dengan
Menggunakan Colony Counter Pada Media NA...............................................19
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerja Pemeriksaan air
Dengan pengenceran bertingkat.......................................................................12
Gambar 2. Skema Kerja Pemeriksaan air pada media NA
Dengan colony counter.....................................................................................13
4
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
pada waktunya. Laporan praktikum ini merupakan salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh Mahasiswa Peminatan Epidemiologi Penyakit Tropik
Semester VI (Enam) dalam mata kuliah Laboratorium Mikrobiologi dan Parasit.
Laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lebih lanjut mengenai
bidang keilmuan Mikrobiologi dan Parasitologi.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dra. VG. Tinuk Istiarti selaku Dekan Fakultas Kesehatan Mastyarakat
Universitas Diponegoro
2. Ir. Martini, M. Kes selaku dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi
3. Woeryanto, M. Si selaku Pembimbing Praktikum Mikrobiologi Dan
Parasitologi
4. Adysta Putri Hapsari selaku asisten Praktikum Mirobiologi dan Parasitologi
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini
Adapun judul laporan ini di sesuaikan dengan Kegiatan Praktikum yakni
“Pemeriksaan Air”. Penulis berharap semoga laporan ini berguna bagi semua
pihak yang memerlukan.
Dalam penulisan serta penyusunannya penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat diperlukan.
Semarang, 9 Juni 2013
Penulis
BAB I
5
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi adanya pencemaran air/sumur PAM dan lain – lain.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan air.
b. Mengetahui cara menghitung MPN (Most Probably Number).
c. Menghitung coloni pada media NA.
B. Manfaat Praktikum
Manfaat dari metode ini adalah menganalisa kualitas air dengan
metode MPN (Most Probable Number) dengan menghitung jumlah koliform
yang ditemukan pada sampel .
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampel Pemeriksaan air (Air Bak di Kampus FKM UNDIP)
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun
makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup
misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun
oleh air, yaitu lebih 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel
hewan, tersusun oleh air (Suriawiria, 2008).
Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan.
Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat
kesehatan masyarakat tersebut (Chaturvedi dan Bassin, 2011).
Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat
pentin bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta sebagai
modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting
air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi komponen lainnya.
Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak
dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan
mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air (Hendrawan, 2005).
Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup
manusia adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok
manusia sehari-hari, sehingga hal ini membuat manusia tidak bisa hidup
tanpa air. Oleh karena itu, perlu dipelihara kualitasnya agar tetap
bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lainnya.
Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan air akan semakin meningkat,
bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk akan tetapi
disebabkan oleh kebutuhan perkapita yang meningkat sesua dengan
perkembangan pola hidup manusia (Naibaho, 2008).
Selain bermanfaat bagi manusia, tubuh manusia tersusun dari jutaan
sel dan hampir keseluruhan sel tersebut mengandung senyawa air.
Menurut penelitian, hamper 67% dari berat tubuh manusia terdiri dari air
(Khomariyatika dan Pawenang, 2011).
7
Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses
pencernaan, proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dan
menjaga keseimbangan suhu tubuh (Shaji et al., 2009).
Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk tiap tempat
dan tiap tingkat kehidupan. Yang jelas semakin tinggi taraf kehidupan,
semakin meningkat pula jumlah kebutuhannya (Suriawiria, 2008).
Di Indonesia berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan, rata-
rata keperluan air adalah 60 liter per kapitan dengan rincian sebagai berikut
; 30 liter digunakan untuk mandi, 15 liter untuk mencuci, 5 liter untuk
masak, 5 liter untuk minum dan 5 liter sisanya digunakan untuk keperluan
lainnya (Suriawiria, 2008).
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, tidak
bisa dihindari lagi adanya peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya
untuk keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara dan usaha telah
banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain
dengan ; mencari sumber-sumber air baru seperti air tanah, air danau, air
sungai dan sebagainya, mengolah dan menawarkan air laut serta
mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang berada disungai, danau,
dan sebagainya yang umumnya telah tercemar (Suriawiria, 2008).
Pada saat ini, air yang merupakan merupakan kebutuhan vital bagi
kelangsungan makhluk hidup banyak tercemar sehingga tidak layak pakai.
Semakin hari jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat sehingga
kebutuhan akan air juga semakin meningkat. Dengan semakin
meningkatnya pencemaran air, maka ketersediaan air bersih yang layak
pakai kian menurunn (Harmayani, 2007).
B. Media NA
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan
bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian
sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat
tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi
syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan
permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan
8
tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar
mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1991).
Plate Count Agar (PCA) digunakan sebagai medium untuk mikroba
aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan
melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract,
dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi
pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini baik untuk
pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya
mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan
asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast
mensuplai vitamin B kompleks (Suriawiria, 2008).
C. Media LB (Lactose Broth)
Media yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran
bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam
dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan
coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas
yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung
udara.Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas sebanyak 10%
atau lebih dari volume di dalam tabung Durham (Suriawiria, 2008).
D. Metode Penghitungan Kuman
Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu
bahan (makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui
sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan
mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi
dari bahan tersebut. Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba
yang terkandung dalam bahan tersebut masih di bawah jumlah standar
yang ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan mikroba pada suatu
bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat
ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi (Suriawiria, 2008).
Jumlah mikroba dalam suatu bahan dapat dihitung menggunakan
beberapa cara. Namun secara garis besar dibedakan menjadi (Suriawiria,
2008) :
1. Cara perhitungan langsung
9
Cara perhitungan langsung berarti kita dapat mengetahui beberapa
jumlah mikroba pada saat dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan
secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang masih
hidup maupun yang sudah mati. Adapun caranya:
a. Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
b. Menggunakan ruang hitung
c. Cara perhitungan tidak langsung
2. Cara perhitungan tidak langsung
Hasil perhitungan jumlah mikroba baru dapat diperoleh kemudian
setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil perhitungan tidak
langsung akan menunjukan jumlah mikroba yang masih hidup saja.
Adapun caranya :
a. Menghitung jumlah total mikroba (Total plate count = angka lempeng
total)
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most
Probable Number)
d. Cara kekeruhan (turbiditas)
Cara perhitungan tidak langsung dapat digunakan baik untuk bahan
padat maupun cair. Khusus untuk bahan padat maka sebelum dilakukan
perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau dibuat suspense,
dengan memperhitungkan factor pengencerannya (Suriawiria, 2008).
Tujuan pengenceran adalah menghitung jumlah kuman aerob yang
terdapat dalam produk obat, obat tradisional, makanan, kosmetik dan
alat kesehatan (Suriawiria, 2008).
Prinsip pengenceran yaitu asdiaan yang telah dihomogenkan dan
diencerkan dengan pengenceran yang sesuai ditanam pada media agar
(PCA= plate count agar), setelah inkubasi pada suhu 370c selama 24-
48 jam dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah
mikroba dikenal dengan istilah Colony Forming Units(CFUs) untuk
perhitungan bakteri dan kapang/khamir (Suriawiria, 2008).
10
Factor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni = jumlah x 1/ factor pengenceran
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:
1. Satu koloni dihitung 1 koloni
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2
koloni
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak
dihitung
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1
koloni.
Standar perhitungan : Cawan yang dipilih adalah yang mengandung
jumlah koloni 30-300 koloni, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu
dihitung sebagai satu koloni, maupun koloni yang seperti sederetan garis
tebal. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka, yaitu angka pertama
didepan koma dan angka dibelakang koma. Jika angka ketiga lebih besar
dari 5 maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua
(Suriawiria, 2008).
Mettode hitungan cawan menggunakan anggapan bahawa setiap sel
akan hidup berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul
menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel.
Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan melakukan
pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan
tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang
terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai dengan
kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme
yang terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah
koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan
bersangkutan (Anonim, 2003).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel
mikrobia yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia
11
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate)
Pada prinsipnya dalam metode tuang, sejumlah sampel dari
pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri,
kemudian ditambah agar cair steril yang sudah didinginkan (47-500C) dan
digoyangkan supaya sampelnya menyebar secara merata. Sedangkan
pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar
cawan kemudian sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan
agar tersebut. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang
steril. Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika
pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba
yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus
dilakukan (Fardiaz, 1992).
Menurut Anonim (2011c) perbedaan metode pour plate (metode
tuang) dan metode surface plate (metode permukaan) adalah:
1. Metode tuang(pour plate)
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan
memasukkan hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan
pengenceran, diambil 1 ml larutan uji dan dimasukkan dalam cawan
petri kemudian dimasukkan ke media cair steril dengan suhu kira-kira
500C sebanyak 15 ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan
jangan dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri
digerakkan di atas meja dengan gerakan melingkar seperti angka 8,
gunanya untuk menyebarkan sel mikroba secara merata. Setelah agar
memadat, cawan diinkubasikan dalam inkubator dengan posisi terbalik
pada suhu 350C-370C selama 24 jam. Koloni yang terbentuk dihitung
dengan Quebec Colony Counter. Larutan pengencer yang biasa
digunakan adalah NaCl 0,9%; larutan buffer fosfat, atau larutan ringer
2. Metode permukaan
Caranya: media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri,
setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu
12
diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian
diinkubasi dalam inkubator. Cara ini dilakukan minimal duplo (2 kali),
misalkan yang pertama 60 koloni dan ynag kedua 64 koloni.
E. Cara Pemeriksaan Air
Cara pemeriksaan secara bakteriologi dipergunakan untuk
pemeriksaan air guna menentukan kualitasnya.Cara ini dimaksudkan untuk
mengetahui derajat kontaminasi air oleh bahan buangan yang berasal dari
manusia maupun hewan.Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah
bakteri indikator didalam sampel yaitu metode MPN dengan seri tabung 3-
3-3 atau 5-5-5, yang terdiri atas tiga tahap yaitu uji dugaan, uji penetapan
dan uji pelengkap (Volk dan Wheeler, 1998).
Kuman golongan coli (coliform group) sudah lama digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui adanya pengotoran air. Reaksi dan
pembenihan (kultur) dari golongan coli telah dipelajari secara luas.
Percobaan-percobaan memperlihatkan pentingnya kepekaan dari
golongancoli sebagai kriteria dari derajat pengotoran yang ditunjukkan oleh
hasil pemeriksaan bakteriologi. Kemajuan-kemajuan dalam teknik
pemeriksaan bakteriologi, meningkatkan pula kepekaan dari pemeriksaan
golongan coli dengan cara peragian dengan tabung, sehingga cara ini
dapat diterima sebagai metode standar. Hasil pemeriksaan golongan coli
dengan sistem tabung dinyatakan dengan indeks MPN (Most Probable
Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat Kuman golongan coli).
Indeks ini merupakan indeks dari jumlah kuman golongan coli yang paling
mungkin, dan bukan perhitungan yang sesungguhnya.Walaupun begitu,
hasil ini memberikan angka yang dapat digunakan untuk menunjukkan
kualitas air (Waluyo, 2007)
Pemeriksaan bakteriologi dengan metode MPN, terdiri dari
presumtive test (test perkiraan) dan confirmative test (test penegasan).
Media yang dapat dipergunakan untuk presumtive test yaitu lauryl trytose
broth, Mac Conkey broth, tapi lactose broth merupakan media yang paling
sering digunakan. Untuk confirmative test digunakan media Brilliant Green
Lactose Bile Broth. Dalam metode MPN, ada dua ragam yang digunakan:
(1) Untuk spesimen yang sudah diolah atau kumannya diperkirakan
rendah, digunakan ragam 10 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml; (2) Untuk
13
spesimen yang belum diolah atau rangka kumannya diperkirakan tinggi
(misalnya air sumur, air sungai, mata air dan sebagainya, digunakan ragam
5 x 10 ml, 5 x 0,1 ml, mungkin dapat dilanjutkan dengan 5 x 0,01 ml
(Fardiaz,1989)
Pelaksanaan analisis dilakukan berdasarkan metode standar dari
APHA (American Public Health Association) antara lain yaitu bahwa untuk
mengetahui jumlah bakteri Coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang
lebih dikenal dengan nama tabel JPT (Suriawiria, 1996).
F. Indikator Air Dapat Dikonsumsi
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus
memenuhi standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus
diperiksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat.
Sebab, air baku belum tentu memenuhi standart, maka sering dilakukan
pengolahan air untuk memenuhi standart air minum. Kualitas air yang
digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
(Permenkes, 2010).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
meliputi :
1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak
berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu
udara maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)
(Permenkes, 2010).
b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri
Escherichia coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja
dalam air. Standar kandungan Escherichia coli dan Total Bakteri
Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel (Permenkes, 2010).
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan – bahan
kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang
14
batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan
bagi tubuh konsumen (Permenkes, 2010).
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh
melabihi batas maksimum yang diperbolehkan (Permenkes, 2010).
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi beserta raknya
b. Incubator
c. Lampu bunsen
d. Ose
e. Pipet ukur 10 ml dan 1 ml
f. Colony Counter
2. Bahan :
a. Sampel air (Air di toilet kampus)
b. Lactose Broth (LB)
c. NaCl
d. Media Nutrient Agar (NA)
16
B. Skema kerja berisikan alur kerja praktikum
1. Pemeriksaan Air dengan Media Lactose Broth (LB)
Gambar 1. Skema Kerja Pemeriksaan Air dengan Pengenceran Bertingkat
17
Mulai
Disiapkan limabuah tabung yang masing-masing berisi 10 ml lactose broth
Disiapkan pula 2 buah tabung yang masing-masing berisi 10 ml lactose broth
Sampel air diinokulasikan dengan pipet steril masing-masing 10 ml ke dalam tabung 5 tabung pertama
diinokulasikan 1 ml sampel air. Dan ke dalam tabung 2b, diinokulasikan 0,1 ml sampel air
Tabung-tabung tersebut digoyang secara perlahan agar sampel air tersebar merata ke seluruh bagian media
Tabung-tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam
Setelah diinkubasi selama 24 jam, masing-masing tabung diamati ada tidaknya gas pada tabung durham
Selesai
Mulai
Ose disterilkan di atas api bunsen sampai merah membara, lalu didinginkan
Diambil satu ose bulat sampel air lalu ratakan ke seluruh permukaan media NA
Dimasukkan media NA kedalam inkubator pada suhu 37 C selama 24 jamᵒ
hitung koloni dengan menggunakan colony counter
Selesai
2. Menghitung Koloni pada inokulasi di Media NA dengan Colony
Counter
18
Gambar 2. Menghitung Koloni pada inokulasi di Media NA dengan Colony Counter
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum kelima ini kami perhitungan MPN dengan metode
pengenceran bertingkat dan menghitung koloni dengan menggunakan Colony
Counter. Berikut adalah tabel hasil pengamatan :
Tabel 1. Hasil Pengamatan dengan menggunakan metode pengenceran
bertingkat (gelembung udara)
19
5 x 10 ml 1 x 10 ml 1 x 0,1 ml M.P.N
1
0
0 0 <2
2
3
4
5
Tabel 2. Hasil Pengamatan dengan menggunakan metode pengenceran
bertingkat (kekeruhan)
5 x 10 ml 1 x 10 ml 1 x 0,1 ml
1
negatif
negatif negatif
2
3
4
5
Tabel 3. Hasil Pengamatan Perhitungan Koloni dengan Menggunakan Colony
Counter Pada Media NA
Jumlah Koloni
20
3 Koloni
Berbentuk bulat, tipis, halus
B. Pembahasan
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive
test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test).
21
Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat
probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif
coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga
memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali
kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji
kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi
sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform:
berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming
unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai
perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100
mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah
sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya
mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka
air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN
memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat
jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
Uji kualitas air ini menggunakan air sampel di toilet kampus FKM UNDIP.
Sampel air ini disiapkan sebanyak 500 ml untuk kemudian dibuat 3 seri larutan
perlakuan(pengeceran bertingkat). Untuk larutan seri pertama, sampel air
dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi
medium LBG 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri
kedua berupa 1 mL sampel air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi
medium LBT 5 mL yang didalamnya juga mengandung tabung durham.
Larutan yang terakhir adalah larutan seri ketiga yang dibuat dengan
mencampur 0,1 mL sampel air dalam 5 mL LBT di dalam tabung reaksi berisi
tabung durham. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 35-
37ᵒC selama 24 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung yang
22
membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi
positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya.
Berdasarkan data hasil praktikum, setelah diinkubasi pada suhu 37oC
selama 1 x 24 jam maka hanya sampel air pada toilet FKM UNDIP
menunjukkan presumtive negatif (dari tabung 1a s/d 5a), yang ditandai dengan
tidak adanya gas pada tabung durham, dan tidak terjadinya perubahan warna
dari kuning bening menjadi keruh dan adanya bau dan nilai MPN diketahui
kurang dari 2. Sehingga sampel air tersebut masih layak untuk dikonsumsi.
Sedangkan pada perhitungan koloni pada media NA dengan
menggunakan colony counter. Pertama – tama dilakukan inokulasi sampel
pada media NA, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ᵒC. Setelah
inkubasi selesai media NA diletakkan diatas colony counter. Hasil pengamatan
pada sampel air di toilet FKM menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni sangat
sedikit sekali yaitu 3 koloni (berbentuk bulat, tipis, dan halus). Jumlah 3 koloni
tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pencemaran karena koloni kurang
dari 300 koloni (metode kalibrasi).
BAB V
PENUTUP
23
A. Kesimpulan
1. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive
test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed
test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam
tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi
sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri
selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi
untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan
medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan
hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan
pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang,
Gram negatif, tidak-berspora.
2. Berdasarkan data hasil praktikum, setelah diinkubasi pada suhu 37oC
selama 1 x 24 jam maka hanya sampel air pada toilet FKM UNDIP
menunjukkan presumtive negatif (dari tabung 1a s/d 5a), yang
ditandai dengan tidak adanya gas pada tabung durham, dan tidak
terjadinya perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh dan
adanya bau dan nilai MPN diketahui kurang dari 2. Sehingga sampel
air tersebut masih layak untuk dikonsumsi.
3. Sedangkan pada perhitungan koloni pada media NA dengan
menggunakan colony counter. Pertama – tama dilakukan inokulasi
sampel pada media NA, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37ᵒC. Setelah inkubasi selesai media NA diletakkan diatas colony
counter. Hasil pengamatan pada sampel air di toilet FKM
menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni sangat sedikit sekali yaitu 3
koloni (berbentuk bulat, tipis, dan halus). Jumlah 3 koloni tersebut
menunjukkan bahwa tidak terjadi pencemaran karena koloni kurang
dari 300 koloni (metode kalibrasi).
B. Saran
1. Praktikan lebih teliti dalam menginokulasi sampel pada media yang
digunakan untuk pengamatan.
24
2. Praktikan harus menengetahui terlebih dahulu ilmu mengenai
pemeriksaan air.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Instalasi Pengolahan Air. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
25
Chaturvedi, M.K., and Bassin, J.K., 2011. Assessing The Water Quality Index of
Water Treatment Plant and Bore Wells, In Delhi, India, Environ Monit
Assess, 163: 449-453
Fardiaz.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan.Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan IPB. Bogor
Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Harmayani, K.D., dan Konsukartha, I.G.M., 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat
Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh, Jurnal
Pemukiman Natah, Vol 5, No. 2, pp : 62-108
Hendrawan, Diana, 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ Di DKI Jakarta, Makara,
Teknologi, Vol. 9, No. 1 : 13-19
Khomariyatika, T., dan Pawenang, E., 2011. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kualitas Bakteriologis Ais Sumur Gali. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol
7, No. 1, pp ; 69-78
Naibaho, Benika, 2008. Analisis Kualitas Fisik Dan Kimia, Air bersih Di Daerah
Medan Sekitarnya, Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol. 1, No. 2, pp :
41-45
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010
Shaji, C., Nimi, H., and Bindu, L., 2009. Water Quality Assesment of Open Wells in,
and Around Chavara Industrial Area, Quion, Keraia. J. Enuron. Biol. 30
(5). 701-704
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum edisi revisi.UMM Press. Malang.
26
LAMPIRAN
27
Sampel setelah diinokulasi
28