percobaan 6-laporan praktikum kimia anorganik ii

Upload: zul-minho-k-popers

Post on 18-Oct-2015

400 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK IIREAKSI KUALITATIF LOGAM-LOGAM TRANSISI

KELOMPOK:3

NAMA NIM AMALIAH AGUSTINA06111010021 FERI SETIAWAN06111010018 ZULKANDRI06111010019 APRIANSYAH06111010020 BERLY DWIKARYANI06111010022 SRI DWIWATI06111010023 DITA DWI FEBRIANA06111010024

PENDIDIKAN KIMIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014I. NOMOR PERCOBAAN: 6II. JUDUL PERCOBAAN: REAKSI KUALITATIF LOGAM- LOGAM TRANSISIIII. TUJUAN PERCOBAAN: Tujuan utama kegiatan ini yaitu mengenali uji kualitatif melalui reaksi reaksi kimia ion ion logam transisi berdasarkan golongannya.IV. DASAR TEORILogam adalah elemen yang mempunyai kecenderungan membentuk kation atau ion positif dalam larutan atau dalam senyawa kimia.Logam transisi adalah sesuatu yang dapat membentuk satu atau lebih ion stabil yang memiliki orbidal d yang tidak terisi penuh (incompletely filled d orbitals). Berdasarkan pengertian ini, skandium dan seng tidak termasuk logam transisi, sekalipun termasuk anggota blok d. Skandium memiliki struktur elektronik [Ar] 3d14s2. Ketika skandium membentuk ion, skandium selalu kehilangan 3 elektron terluar dan pada akhirnya sesuai dengan struktur argon. Ion Sc3+ tidak memiliki elektron d dan karena itu tidak sesuai dengan definisi tersebut di atas.Seng memiliki struktur elektronik [Ar] 3d104s2. Ketika seng membentuk ion, seng selalu kehilangan dua elektron 4s menghasilkan ion 2+ dengan struktur elektronik [Ar] 3d10. Ion seng memiliki tingkat d yang terisi penuh dan juga tidak sesuai dengan definisi tersebut di atas.Hal yang berbeda, tembaga dengan struktur elektronik [Ar] 3d104s1, membentuk dua ion. Pada ion Cu+ struktur elektroniknya adalah [Ar] 3d10. Akan tetapi, pada umumnya membentuk ion Cu2+ yang memiliki struktur [Ar] 3d9. Tembaga termasuk logam transisi karena ion Cu2+ memiliki tingkat orbital d yang tidak terisi penuh.Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras, konduktor panas dan listrik yang baik dan menguap pada suhu tinggi. Walaupun digunakan luas dalam kehidupan sehari-hari, logam transisi yang biasanya kita jumpai terutama adalah besi, nikel, tembaga, perak, emas, platina, dan titanium. Namun, senyawa kompleks molekular, senyawa organologam, dan senyawa padatan seperti oksida, sulfida, dan halida logam transisi digunakan dalam berbagai riset kimia anorganik modern. Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau f yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi terdiri atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan dalam blok d, yang terdiri dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au, dan blok f, yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.Beberapa sifat atomik dan sifat fisis dari logam transisi:1. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke intisemakin kecil.2. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau diperhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu terionisasi.3. Konfigurasi elektronKecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1.Logam transisi memiliki kecenderungan membentuk ion kompleks. Contohnya, larutan kobalt (II) klorida berwarna merah muda karena kehadiran ion Co(H2O)62+. Bila ditambahkan HCl, larutan berubah menjadi berwarna biru akibat pembentukan ion kompleks CoCl42-:Co2+(aq) + 4Cl-(aq) CoCl42-(aq) (Chang, 2005)Bilangan oksidasi kobalt adalah +2 dan +3. Dalam air, senyawa yang bermuatan +2 sangat stabil dan ion kobalt berada dalam bentuk ion kompleks yang berwarna pink muda, Co(H2O)62+. Ion nikel yang paling stabil adalah pada muatan +2. Ion Ni2+ dalam air berwarna hijau sebab ion ini sebetulnya berada dalam bentuk kompleks Ni(H2O)62+. (Brady, 2002).

Struktur Kompleks Logama. Atom PusatSifat logam transisi blok d sangat berbeda antara logam deret pertama (3d) dan deret kedua (4d), walaupun perbedaan deret kedua dan ketiga (5d) tidak terlalu besar. Jari-jari logam dari scandium sampai tembaga (166 sampai 128 pm) lebih kecil daripada jari-jari itrium, Y, sampai perak, Ag, (178 sampai 144 pm) atau jari-jari, lantanum, sampai emas (188 sampau 146 pm). Lebih lanjut, senyawa logam transisi deret pertama jarang yang berkoordinasi 7, sementara logam transisi deret kedua dan ketiga dapat berkoordiasi 7-9. Cerium, Ce, (dengan radius 182 pm) ~ lutetium, Lu, (dengan radius 175 pm) terletak antara La dan Hf dan karena kontraksi lantanoid, jari-jari logam transisi deret kedua dan ketiga menunjukkan sedikit variasi.Logam transisi deret kedua dan ketiga berbilangan oksida lebih tinggi lebih stabil dari pada keadaan oksidasi tinggi logam transisi deret pertama. Contohnya meliputi tungsten heksakhlorida, WCl6; osmium tetroksida, OsO4; dan platinum heksafluorida, PtF6. Senyawa logam transisi deret pertama dalam bilangan oksidasi tinggi adalah oksidator kuat dan oleh karena itu mudah direduksi. Di pihak lain, sementara senyawa M(II) dan M(III) umum dijumpai pada logam transisi deret pertama, bilangan oksidasi ini jarang dijumpai pada unsur-unsur di deret kedua dan ketiga. Misalnya, hanya dikenal sedikit senyawa Mo(III) atau W(III) dibandingkan dengan senyawa Cr(III). Ion akua (ion dengan ligan air) sangat umum dalam logam transisi deret pertama tetapi ion yang sama untuk logam transisi deret kedua dan ketiga jarang diamati.Senyawa kluster logam karbonil logam transisi deret pertama dengan ikatan M-M dalam bilangan oksidasi rendah dikenal, tetapi senyawa kluster halida atau sulfida jarang. Umumnya, ikatan logam logam dibentuk dengan lebih mudah pada logam 4d dan 5d daripada di logam 3d. Momen magnet senyawa logam transisi deret pertama dapat dijelaskan dengan nilai spin saja tetapi sukar untuk menjelaskan momen magnet deret kedua dan ketiga kecuali bila faktor-faktor lain seperti interaksi spin-orbital juga dipertimbangkan. Jadi, penting untuk mengenali dan memahami perbedaan signifikan dalam sifat kimia yang ada antara logam transisi deret pertama dan deret selanjutnya, bahkan untuk unsur-unsur dalam golongan yang sama.Sifat logam transisi blok d tidak berbeda tidak hanya dalam posisi atas dan bawah di tabel periodik tetapi juga di golongan kiri dan kanan. Golongan 3 sampai 5 sering dirujuk sebagai logam transisi awal dan logam-logam ini biasanya oksofilik dan halofilik. Dengan tidak hadirnya ligan jembatan, pembentukan ikatan logam-logam sukar untuk unsur-unsur ini. Senyawa organologam logam-logam ini diketahui sangat kuat mengaktifkan ikatan C-H dalam hidrokarbon. Logam transisi akhir dalam golongan-golongan sebelah kanan sistem periodik biasanya lunak dan memiliki keaktifan besar pada belerang atau selenium.Logam transisi blok d yang memiliki orbital s, p, dan d dan yang memiliki n elektron di orbital d disebut dengan ion berkonfigurasi dn. Misalnya, Ti3+ adalah ion d1, dan Co3+ adalah ion d6. Jumlah elektron yang menempati orbital yang terbelah oleh medan ligan disebut dengan pangkat di simbol orbitalnya. Contohnya, suatu ion dengan 3 elektron di t dan 2 elektron di e dinyatakan dengan t3e1.b. LiganSenyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan senyawa kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH3, atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang stabil, semenatara ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika dikoordinasikan ke atom logam pusat. Ligan representatif didaftarkan menurut unsur yang mengikatnya. Ligan umum atau yang dengan rumus kimia rumit diungkapkan dengan singkatannya. Ligan dengan satu atom pengikat disebut ligan monodentat, dan yang memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan koordinasi.c. Bilangan Koordinasi dan StrukturSenyawa molekular yang mengandung logam transisi blok d dan ligan disebut senyawa koordinasi. Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan.

Kompleks Berbilangan Koordinasi DuaBanyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.

Kompleks Berbilangan Koordinasi TigaWalaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan koordinasi 3 jarang diamati.

Kompleks Berbilangan Koordinasi EmpatBila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5). Isomer geometrik cis dan trans mungkin diamati pada senyawa kompleks dengan dua jenis ligan, dan pertama kali dicatat oleh A. Werner ketika mensintesis senyawa berkoordinat 4 [PtCl2(NH3)2]. Karena kompleks tetrahedral tidak akan menghasilkan isometri geometri, Werner menyimpulkan bahwa senyawa kompleksnya adalah bujur sangkar. Baru-baru ini cis-[PtCl2(NH3)2] (cisplatin) telah digunakan untuk terapi tumor dan dan patut dicatat bahwa yang aktif hanyalah isomer cis.

Kompleks Berbilangan Koordinasi LimaContoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h) Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj) ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi spektrum NMR 13C menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.

Kompleks Berbilangan Koordinasi EnamBila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya, ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan, dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting dalam sejarah perkembangan kimia koordinasi.[Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat -[M(AA)3] dan -[M(A-A)3] isomer optik, mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h), trigonal (D3h) yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsitetragonal [Cr(NH3)6]3+ oleh faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller. Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih natural. Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.

Kompleks Berbilangan Koordinasi Lebih Tinggi Dari EnamIon logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih ligan dann misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.

Kimia Organologam Logam Blok dKimia organologam logam transisi masih relatif baru. Walaupun kompleks etilena platina yang disebut dengan garam Zeise, K[PtCl3(C2H4)], tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, dan pentakarboniliron, Fe(CO)5, yang kini diklasifikasikan senyawa organologam, telah dipreparasi di abad ke-19, ikatan dan strukturnya waktu itu belum dikeahui. Riset W. Hieber dkk pada senyawa karbonil logam merupakan penanda penting di tahun 1930-an, tetapi hasil-hasil studi ini sangat terbatas karena analisis struktur yang belum berkembang pada waktu itu. Penemuan ferosen, Fe(C5H5)2, di tahun 1951 merupakan fenomena penting dalam kimia organologam. Modus ikatan yang sangat unik dalam senyawa ini menjadi sangat jelas terlihat dengan hasil analisis struktural kristal tunggal sinar-X, spektrum NMR, spektrum IR, dsb; dan merupakan titik awal perkembangan selanjutnya di bidang ini. Merupakan penemuan besar bahwa ferosen menunjukkan kestabilan termal yang tinggi walaupun ada anggapan umum ikatan logam transisi-karbon akan sangat tidak stabil. Namun dengan jelas ditunjukkan bahwa senyawa ini memiliki struktur berlapis dengan lima atom karbon gugus siklopentadienil terikat secara simultan.

V. ALAT DAN BAHAN Alat : - Tabung reaksi Rak tabung reaksi Penjepit tabung Pipet tetes Gelas ukur Gelas kimia Bunsen

Bahan : - K2CrO4 1 M H2SO4 2,5 M, 5 M Amil Alkohol/Amil Eter H2O2 10% Asam oksalat Serutan Zn HCl 5 M, 10 M Larutan CH3COONa Larutan jenuh NH4Cl Padatan K2CrO7 AgNO3 0,2 M NaOH 10 M KMnO4 Larutan Na2S2O3 Aquadest

VI. CARA KERJAGolongan CrCara kerja :1. Ke dalam campuran 1 tetes larutan 1 M K2CrO4, 1 tetes 2,5 M H2SO4, 3 ml air dan 3 ml amil alkohol/amil eter, ditambahkan 3 tetes larutan 10% H2O2.2. Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H2SO4 kemudian 1 ml larutan 10% H2O2 ditambahkan sebelum dihangatkan.3. Larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) diasamkan dengan 1 ml 2,5 M H2SO4, setelah dipanaskan larutan ini kemudian dialiri gas H2S.4. Ke dalam larutan K2CrO4 ( 1 M, 1 ml) ditambahkan 0,5 gram asam oksalat, kemudian campuran dipanaskan.5. Ke dalam 0,2 gram K2CrO7 ditambahkan 0,5 gram serutan Zn dan 5 ml 10 M HCl hingga larutan berwarna bitu. Filtratnya ditambahkan ke dalam larutan jenuh 5 ml CH3COONa.

Golongan MnCara kerja :1. Ke dalam larutan KMnO4 tambahkan larutan H2SO4 setelah itu tambahkan larutan jenuh NH4Cl dan 5 M NaOH, kemudian dibagi dua bagian (a dan b) dan masing masing dilakukan perlakuan sebagai berikut :a. Tambahkan larutan H2O2b. Aliri gas H2S dan asamkan dengan 5 M HCl2. Ke dalam 3 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1ml larutan 5 M H2SO4, 3 tetes larutan 0,2 M AgNO3 dan sedikit Na2S2O3, kemudian dipanaskan.3. Empat tetes larutan KMnO4, diasamkan dengan 1 ml larutan 2,5 M H2SO4, kemudian diuji dengan H2O2.4. Tiga tetes larutan KMnO4 diasamkan dengan 1 ml larutan 2,5 M H2SO4, kemudian diuji dengan Na2S2O3.5. Ke dalam 4 tetes larutan KMnO4 tambahkan 1 ml air dan beberapa tetes MnSO4.6. Satu gram KMnO4 dipanaskan dengan 2 ml larutan 10 M NaOH, kemudian dilarutkan dan diasamkan dengan H2SO4.7. Satu kristal KMnO4 diletakkan di atas nyala Bunsen, dinginkan, kemudian larutkan ke dalam 3 ml air.

VII. HASIL PENGAMATANGolongan CrNoCARA KERJAHASIL PENGAMATAN

1

2

3

4Campuran 1 tetes 1 M K2CrO4 + 1 tetes 2.5 M H2SO4 + 3 mL Air + 3 mL Amil alkohol, ditambahkan 3 tetes larutan 10% H2O2

1 mL 1 M K2CrO4 + 1 mL 2.5 M H2SO4 + 1 mL 10% H2O2, kemudian dipanaskan

1 mL 1 M K2CrO4 + 0.5 gram As. Oksalat, dipanaskan

0.2 gram K2Cr2O7 + 0.5 gram serutan Zn + 10 mL 10 M HCl hingga larutan berwarna biru.

Filtrat + 5 mL CH3COONaK2CrO4(aq) (kuning) + H2SO4(aq) (tak berwarna) Larutan oranye + Air (tak berwarna) Larutan kuning + Amil alkohol(aq) Larutan membentuk dua fasa; atas: tak berwarna, bawah: larutan kuning + 10% H2O2(aq) (tak berwarna) tidak ada perubahan

K2CrO4(aq) (kuning) + H2SO4(aq) (tak berwarna) Larutan oranye pekat + 10% H2O2(aq) (tak berwarna) Larutan oranye cerah tidak ada perubahan

K2CrO4(aq) (kuning) + As. Oksalat(s) (putih) Larutan oranye, dan ada endapan putih Larutan menjadi berwarna coklat, lama-kelamaan menghitam, endapan larut.

K2Cr2O7(aq) (oranye) + serutan Zn (hitam) + HCl(aq) (tak berwarna) Larutan biru Krom sedikit kehijauan, pada penambahan 10 mL HCl timbul asap dan gelembung gas serta menimbulkan panas.Larutan biru Krom + CH3COONa(aq) (tak berwarna) Larutan biru kehijauan dan terbentuk gel di bagian bawah.

Golongan MnNoCARA KERJAHASIL PENGAMATAN

1

2

3

4

5

61 mL KMnO4 + 1 mL 2.5 M H2SO4 + 1 mL NH4Cl + 1 mL 5 M NaOH + 1 mL H2O2

3 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M H2SO4 + 3 tetes 0.2 M AgNO3 + sedikit (10 tetes) Na2S2O3, kemudian dipanaskan.

4 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M H2SO4, diuji dengan H2O2

3 tetes KMnO4 + 1 mL 2.5 M H2SO4, diuji dengan Na2S2O3

1 gram Kristal KMnO4, kemudian dipanaskan + 2 mL 10 M NaOH, dilarutkan dan diasamkan dengan 2 mL H2SO4

1 spatula Kristal KMnO4, kemudian dipanaskan, didinginkan + 3 mL AirKMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak berwarna) + NH4Cl(aq) (tak berwarna) + NaOH(aq) (tak berwarna) Larutan ungu + H2O2(aq) Larutan ungu kehitaman.Ketika larutan dituangkan ke kertas saring atau kertas tissue larutan yang ditumpahkan berubah menjadi hijau dan lama-kelamaan menjadi coklat.

KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak berwarna) + AgNO3(aq) Larutan ungu + Na2S2O3(aq) (tak berwarna) Larutan kecoklatan dengan endapan hitam Larutan tak berwarna, masih tersisa serbuk hitam mengapung.KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak berwarna) Larutan ungu + H2O2(aq) (tak berwarna) Larutan ungu cerah.

KMnO4(aq) (ungu) + H2SO4(aq) (tak berwarna) Larutan ungu + Na2S2O3(aq) (tak berwarna) Larutan tak berwarna lama-kelamaan menjadi larutan putih.

KMnO4(s) (hitam) + NaOH (tak berwarna) Kristal larut, larutan berwarna ungu kehitaman Larutan ungu kehitaman + H2SO4(aq) (tak berwarna) Larutan ungu kehitaman (tidak ada perubahan).

KMnO4(s) (hitam) kristalnya sedikit meleleh + Air (tak berwarna) Kristal larut namun masih tersisa sedikit serbuk di dinding tabung, larutan berwarna ungu kehitaman.

VIII. REAKSI Golongan CrK2CrO4(aq) + H2SO4(aq) K+(aq) + CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + SO42-(aq)CrO42-(aq) + 2 H+(aq) + 2 H2O2(aq) CrO5(aq) + 3 H2O(l)4 CrO5(aq) + 12 H+(aq) 4 Cr3+(aq) + 7 O2(g) + 6 H2O(l)

K2CrO4(aq) + H2SO4(aq) K+(aq) + CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + SO42-(aq)CrO42- (aq) + 2 H+(aq) + 2 H2O2 CrO5(aq) + 3 H2O(l)4 CrO5(aq) + 4 H+(aq) + O2(g) 4 Cr3+(aq) + 2 H2O(l)

K2CrO4(aq) + 3 HCOOH(aq) CrO32-(aq) + 3CO2(g) + 2 K+(aq) + 2 H2(g) + H2O(aq)

Cr2O72-(s) + Zn(s) (tidak bereaksi)K2Cr2O7(s) + Zn(s) + HCl(aq) 2 Cr3+(aq) + 2 K+ + 8 Cl-(aq) + 7 H2O(aq) + Zn2+(aq) + 3 Cl2(g)CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq)Cr2O72-(aq) + 4 Na+(aq) + H2O(aq) 2 Na2Cr2O4(aq) + 2 H+(aq)

Golongan MnKMnO4(aq) + H2SO4(aq) + NH4Cl(aq) + NaOH(aq) K+(aq) + MnO4-(aq) + 2H+(aq) + SO42-(aq) + NH4OH(aq) + NaCl(aq) 2 MnO4-(aq) + 6 H+(aq) + 5 H2O2(aq) 2 Mn2+(aq) + 5 O2(g) + 8 H2O(aq)

2KMnO4(aq) + H2SO4(aq) + AgNO3(aq) Mn2O7(aq) + K2SO4(aq) + NO3-(aq) + Ag+(aq) H2O(aq)

Mn2O7(aq) + Na2S2O3(aq) MnS2O3(s) + MnO4-(aq) + Na+(aq) + 3/2O2(g)MnS2O3(s) (s) + MnO4-(aq) + Na+(aq) + 3/2O2(g) Na2S2O3(aq) + Mn2O7-(aq) + Na+(aq) + Ag+(aq)

KMnO4(aq) + H2SO4(aq) K+(aq) + MnO4-(aq) + 2H+(aq) + SO42-(aq)2 MnO4-(aq) + 6 H+(aq) + 5 H2O2(aq) 2 Mn2+(aq) + 5 O2(g) + 8 H2O(aq)

2 KMnO4(aq) + H2SO4(aq) Mn2O7(aq) + K+(aq) + SO4-(aq) + H2O(aq)Mn2O7(aq) + Na2S2O3(aq) Mn2S2O3(aq) + 2Na+(aq) + 7/2O2(g)

KMnO4(aq) + NaOH(aq) K+(aq) + MnO4-(aq) + Na+(aq) + HO-(aq)4 MnO4-(aq) + 4 HO-(aq) 4 MnO42-(aq) + O2(g) + 2 H2O(aq)3 MnO42-(aq) + H2SO4(aq) 2 MnO4-(aq) + MnO2-(aq) + 2H+(aq) + SO42-(aq) + O2(g)

2 KMnO4(s) K2MnO4(l) + MnO2(l) + O2(g)K2MnO4(l) + H2O(l) 2 K+(aq) + MnO42-(aq)

IX. PEMBAHASANPercobaan ini bertujuan untuk mengenali uji kualitatif melalui reaksi reaksi kimia ion ion logam transisi berdasarkan golongannya.Pada perlakuan yang pertama, berdasarkan hasil pengamatan yakni ketika K2CrO4 (kuning) + H2SO4 (tak berwarna) menghasilkan larutan yang berwarna oranye tetapi setelah ditambahkan air larutan menjadi kuning kembali dan ketika bereaksi dengan amil alkohol menghasilkan larutan yang membentuk 2 fase bagian atas (tak berwarna) dan pada bagian bawah (larutan kuning) + 10 % H2O2, larutan tetap tidak berubah. Namun terdapat sedikit perbedaan. Berdasarkan referensi, dalam larutan larutan air kromium membentuk tiga jenis ion: kation kation kromium (II) dan kromium (III) dan anion kromat dan dikromat. Dalam kromat, CrO42- atau dikromat Cr2O72, anion kromium adalah heksavalen, dengan keadaan oksidasi +6. Ion ion ini diturunkan dari kromium trioksida, CrO3. Ion ion kromat berwarna kuning, sedangkan dikromat berwarna jingga. Kromat adalah logam biasanya padat dan menghasilkan larutan berwarna kuning bila dilarutkan dalam air. Asam mineral encer, yaitu ion ion hidrogen, kromat berubah menjadi dikromat yang menghasilkan larutan berwarna merah jingga. Perubahan ini dibalikkan oleh alkali, yaitu oleh ion ion hidroksil. (Vogel : 384 ) dengan reaksi :2 CrO72- + 2 H+ Cr2O72- + H2OAtauCr2O72- + 2 OH- 2 CrO42- + H2O

Sehingga2 CrO42- + 2 H+ 2 HCrO4- Cr2O72- + H2Openambahan hidrogen peroksida kedalam larutan campuran yang telah diasamkan akan membentuk lapisan berwarna biru pada larutan jika larutan campuran itu diekstrasi secara perlahan dengan dikocok pelan-pelan. Senyawa biru ini larut dalam amil alkohol dengan menghasilkan larutan yang agak lebih stabil, karena kromium pentoksida ini sangat stabil. Pewarnaan biru disebabkan adanya kromium pentoksida. Stabilitas yang meningkat dalam larutanlarutan amil alkohol disebabkan oleh terbentuknya kompleks dengan senyawa yang mengandung oksigenini. Warna biru ini dapat memudar dengan sangat cepat, jika didalam larutan air, karena kromium pentoksida terurai menjadi kromium (III) dan oksigen. Oleh sebab itulah pengidentifikasian dengan menggunakan hidrogen peroksida harus dilakukan dengan teliti dan cermat karena jika terlambat warna biru yang dihasilkan akan hilang karena teroksidasi oleh udara di lingkungan.Hal senada juga terjadi pada perlakuan yang kedua, dalam hasil pengamatan yakni ketika K2CrO4 + H2SO4 menghasilkan larutan yang berwarna oranye + 1 ml 10 % H2O2 namun warna larutan tetap (oranye) setelah dipanaskan perubahan warna tidak terjadi. Hal ini senada dengan perlakuan yang pertama namun perbedaannya hanya terletak pada penambahan amil alkohol.Selanjutnya analisa kualitatif pada logam kromium ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam oksalat, dimana dalam hal ini terlihat pada hasil pengamatan dalam perlakuan selanjutnya yakni, K2CrO4 (kuning) + 0.5 gram asam oksalat (putih), tidak melarut tetapi terbentuk larutan berwarna oranye, setelah larutan dipanaskan warna berubah menjadi biru kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa larutan uji itu sendiri dalam hal ini K2CrO4 kurang reaktif dengan asam oksalat, sehingga perubahan yang ditimbulkan akibat reaksi ini tidak begitu jelas, namun dengan adanya pemanasan akan menyebabkan perubahan yang signifikan. Perubahan yang signifikan ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari proses pemanasan yang dapat berfungsi mempercepat terjadinya reaksi sehingga menimbulkan perubahan yang jelas pada analisa golongan Cr ini.Dalam perlakuan yang terakhir, yakni dengan menggunakan larutan natrium asetat dan asam klorida. Berdasarkan hasil pengamatan penambahan asam klorida akan menghasilkan perubahan warna menjadi biru kehijauan dan disertai dengan panas pada larutan karena adanya pelepasan kalor dalam perlakuan ini yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi asam yang digunakan. Sedangkan perubahan warna ini sendiri terjadi karena adanya klor yang teroksidasi sehingga adanya klor yang terlepas dari pereaksian ini. Dan dengan penambahan natrium asetat ini akan menimbulkan larutan yang memiliki keadaan 2 fasa, dimana dari semua larutan-larutan yang digunakan serta logam-logam terdapat sebagian dari mereka yang terendap dalam penambahan asetat ini. Terbentuknya dua fasa dan adanya endapan yang berbentuk gel ini, dapat disebabkan karena berlebihnya krom yang digunakan dalam proses ini. Percobaan kedua dilakukan untuk menganalisa logam transisi golongan Mangan. Permanganat (MnO4-) adalah salah satu ion yang kita gunakan untuk uji mangan. Kelarutan semua permanganat larut dalam air membentuk larutan ungu. Penambahan reagensia hidrogen peroksida pada larutan kalium permanganat yang telah diasamkan dengan asam sulfat menyebabkan warna menjadi hilang dan dilepaskan oksigen yang murni tetapi basah (mengandung air). Dengan larutan NaOH dihasilkan larutan kalium permanganat yang ungu dan dilepaskan gas oksigen. Bila larutan ini diasamkan dengan asam sulfat encer, warna ungu dari kalium permanganat larutan tetap ungu tetapi terdapat endapan yang berasal dari mangan dioksida.Pada perlakuan yang pertama yakni berdasarkan hasil pengamatan ketika KMnO4 + H2SO4 menghasilkan larutan yang berwarna ungu terang + NH4Cl (jenuh) warna larutan tetap + 5 M NaOH larutan tidak menunjukkan perubahan, + H2O2 warna larutan menjadi ungu kehitaman. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana dengan Dengan larutan NaOH dihasilkan larutan kalium permanganat yang ungu dan dilepaskan gas oksigen. Bila larutan ini diasamkan dengan asam sulfat encer, warna ungu dari kalium permanganat larutan tetap ungu tetapi terdapat endapan yang berasal dari mangan dioksida, dan penambahan reagensia hidrogen peroksida pada larutan kalium permanganat yang telah diasamkan dengan asam sulfat menyebabkan warna menjadi hilang dan dilepaskan oksigen yang murni tetapi basah (mengandung air). Tetapi ketika larutan dituangkan ke kertas saring atau kertas tissue larutan yang ditumpahkan berubah menjadi hijau dan lama-kelamaan menjadi coklat. Hal ini sesuai dengan referensi yang didapatkan bahwa warna ini dihasilkan karena permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida permanganat). Dan dalam pengidentifikasian pada perlakuan yang kedua yakni berdasarkan hasil pengamatannya, ketika larutan uji kalium permanganat di tambahkan dengan larutan nitrat AgNO3 tidak terjadi perubahan. Dimana perak nitrat ini sendiri berfungsi sebagai katalis, karena pada penambahan Na2S2O3 terdapat endapan hitam, dan larutan menjadi kecoklatan. Namun dengan adanya proses ekstraksi sederhana (kocok perlahan) dan dengan adanya pemanasan maka hal ini akan mempercepat terjadi nya perubahan pada warna larutan, dimana larutan menjadi tidak berwarna.Selanjutnya pengidentifikasinya dengan menggunakan larutan asam sulfat dan H2O2, dimana pada perlakuan yang ketiga ini perubahan terjadi pada penambahan asam sulfat dalam larutan kalium permanganat yakni larutan berubah menjadi berwarna ungu, sedangkan pada penambahan H2O2 hanya terjadi perubahan dimana larutan menjadi lebih cerah ini dalam menunjukkan bahwasanya dengan adanya penambahan H2O2 tidak terlalu mempengaruhi perubahan pada larutan uji ini.Pada perlakuan selanjutnya yakni dengan mereaksikan larutan kalium permanganat dengan larutan asam sulfat menghasilkan larutan berwarna ungu tua namun dengan adanya penambahan natrium tiosulfat, menyebabkan larutan menjadi bening kembali, jika dilakukan terus-menerus penambahan larutan ini akan semakin menyebabkan larutan menjadi semakin putih dan akhirnya keruh dan terlihat sedikit kehijauan. Hal ini sesuai dengan referensi yang didapatkan bahwa warna ini dihasilkan karena permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida permanganat). Selanjutnya dalam perlakuan dimana kalium permanganat ditambahkan dengan NaOH, menghasilkan larutan yang berwarna ungu kehitaman dan ketika dipanaskan tidak terjadi perubahan begitu pula sama halnya dengan penambahan asam sulfat akan tetap mempertahankan warna ungu kehitaman pada larutan. Hal ini kurang sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa dengan adanya pemanasan akan menyebabkan warna ungu pada larutan sedikit demi sedikit akan berkurang sehingga dihasilkan larutan yang berwarna hijau karena adanya pelepasan kalor akibat pemanasan dan sekaligus mempercepat reaksi ini. Dan dengan adanya penambahan NaOH akan mengembalikan warna ungu tua kembali pada larutan ini. Ketidak sesuaian ini sangat mungkin terjadi dalam suatu analisa percobaan di dalam laboratorium, dimana hal-hal seperti ini dapat disebabkan karena adanya kekeliruan dalam ketelitian larutan yang digunakan. Ada pula faktor lain yakni dapat diakibatkan karena alat-alat yang digunakan kurang bersih sehingga dapat mempengaruhi hasil pengamatan.Selanjutnya perlakuan terakhir yakni dengan pengidentifikasian golongan mangan dengan menggunakan proses pemanasan. Serbuk KMnO4 yang dipanaskan meleleh kemudian setelah didinginkan lelehan ini dilarutkan dalam air, sehingga menyebabkan larutan ini kembali menjadi berwarna ungu pekat dan terdapat sedikit tersisa serbuk didinding tabung reaksi yang digunakan. Hal ini sejalan dengan referensi yang didapat yakni bila kalium permanganat dipanaskan dalam tabung uji, dilepaskan oksigen yang murni, dan tertinggal suatu residu hitam, kalium manganat, dan mangan dioksida. Dan setelah diekstraksi dengan air, maka kita akan memperoleh kembali larutan kalium manganat.

X. KESIMPULAN1. Ion-ion logam transisi lebih mudah tereduksi2. Garam-garam dan ion-ion logam transisi dalam air lebih mudah terhidrat dan teroksidasi menghasilkan sifat sedikit asam.3. Proses pemanasan dan penambahan larutan nitrat dalam percobaan ini berfungsi sebagai salah satu pemercepat reaksi (katalis)4. Jika larutan asam suatu kromat diolah dengan hidrogen peroksida akan dihasilkan CrO5 yang berwarna kuning.5. Stabilitas yang meningkat dalam larutan amil alkohol, jika ditambahkan asam akan terbentuk gas O2 dan ion Cr3+ serta H2O6. Semua permanganat larut dalam air membentuk larutan ungu7. Akan terbentuk gas O2 serta ion MnO42- bila KMnO4 direaksikan dengan NaOH dan akan terbentuk endapan MnO2 jika larutan diasamkan.8. Permanganat larut dalam reagensia sehingga menghasilkan suatu larutan yang kehijauan, yang mengandung heptoksida (anhidrida permanganat).

DAFTAR PUSTAKA

Ariska, Riasita. 2011. Laporan Kimia Anorganik II. (Online), (http://yuyaarhiyasita.blogspot.com/2011/10/laporan-kimia-anorganik-ii.html, diakses pada tanggal 21 Maret 2014)Gulo, Fakhili. 2007. Panduan Praktikum Kimia Anorganik II. Indralaya: UPPSBSvehla, G. 1990. Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.Svehla, G. 1990. Vogel II Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.Svehla, G. 1985. Analisa Anorganik Kualitatif II. Jakarta: Kalman Media Pustaka.Wandary, Rahayu. 2011. Reaksi Kualitatif Logam-Logam Transisi. (Online), (http://fleurazzahra.blogspot.com/2011/12/reaksi-kualitatif-logam-logam-transisi.html, diakses pada tanggal 21 Maret 2014)Zulaiha, Zila. 2011. Laporan Hasil Praktikum Kimia Anorganik II-Reaksi Kualitatif Logam Logam Transisi. (Online), (http://zilazulaiha.blogspot.com/2011/12/laporan-hasil-praktikum-kimia-anorganik_04.html, diakses pada tanggal 21 Maret 2014)