paper denu

7
Praktikum Geomorfologi Acara : Bentuk Lahan Denudasional ANALISIS GERAKAN TANAH DI SEMARANG Dhyan Anggraeni Rukhmana 21100114120034 [email protected] TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Abstrak Landslide merupakan suatu fenomena pergerakan tanah yang biasa disebut dengan tanah longsor. Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Rumusan masalah yang diangkat pada paper ini adalah jenis gerakan tanah seperti apa yang menyebabkan hal itu terjadi dan apa saja faktornya? Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui faktor dan jenis gerakan tanah di daerah tersebut. Metode yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah melalui studi kasus dan observasi lapangan. Gangguan dari dalam ini umumnya merupakan faktor yang dapat mengakibatkan menurunnya kuat geser dalam tanah/batuan, disamping faktor internal yang lain seperti komposisi mineral batuan/tanah, struktur geologi serta geometri morfologinya. Jenis gerakan tanah yang terjadi yaitu longsoran rotasi dan translasi. Katakunci : denudasional, gerakan tanah, longsoran, rotasi, translasi Pendahuluan Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. Landslide merupakan suatu fenomena pergerakan tanah yang biasa disebut dengan tanah longsor. Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Rumusan masalah yang diangkat pada paper ini adalah jenis gerakan tanah seperti apa

Upload: dhyanar

Post on 11-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

denudasi daerah semarang

TRANSCRIPT

Praktikum Geomorfologi

Acara : Bentuk Lahan Denudasional

ANALISIS GERAKAN TANAH DI SEMARANGDhyan Anggraeni [email protected] GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGOROAbstrak

Landslide merupakan suatu fenomena pergerakan tanah yang biasa disebut dengan tanah longsor. Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Rumusan masalah yang diangkat pada paper ini adalah jenis gerakan tanah seperti apa yang menyebabkan hal itu terjadi dan apa saja faktornya? Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui faktor dan jenis gerakan tanah di daerah tersebut. Metode yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah melalui studi kasus dan observasi lapangan. Gangguan dari dalam ini umumnya merupakan faktor yang dapat mengakibatkan menurunnya kuat geser dalam tanah/batuan, disamping faktor internal yang lain seperti komposisi mineral batuan/tanah, struktur geologi serta geometri morfologinya. Jenis gerakan tanah yang terjadi yaitu longsoran rotasi dan translasi.Katakunci : denudasional, gerakan tanah, longsoran, rotasi, translasiPendahuluanBentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. Landslide merupakan suatu fenomena pergerakan tanah yang biasa disebut dengan tanah longsor. Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Rumusan masalah yang diangkat pada paper ini adalah jenis gerakan tanah seperti apa yang menyebabkan hal itu terjadi dan apa saja faktornya? Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui faktor dan jenis gerakan tanah di daerah tersebut.MetodologiMetode yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah melalui studi kasus dan observasi lapangan. Melalui studi kasus dapat diperoleh data yang berkaitan dengan studi jurusan Teknik Geologi. Observasi lapangan dilakukan dengan mencatat dan mengamati keadaan geologi di lokasi pengamatan baik dari segi bentuklahan, morfologi, litologi, tata guna lahan, serta potensinya. Data - data tersebut dapat berupa litologi batuan, relief-relief yang terbentuk, bagaimana terbentuknya tempat itu yang dilihat dari litologi batuan dan keadaan sekitar.Hasil Dan Analisis

Pada STA 1 yang berada di wilayah Meteseh, Semarang, dengan bentuklahan Vulkanik terdenudasi morfologinya tebing, ditemukan litologi berwarna coklat, dengan struktur masif. Litologi pada STA ini sudah terdenudasi menjadi soil karena proses pelapukan dari beberapa faktor seperti fisik, kimia dan biologis. Potensi positif wilayah ini dapat digunakan sebagai tambang pasir dan potensi negatifnya berupa longsor. Tata guna lahannya dapat digunakan sebagai perkebunan. Vegetasinya berupa ilalang pohon pisang dan pohon jati. Pada STA 2 yang berada di wilayah Meteseh, Semarang, dengan bentuklahan vulkanik terdenudasi morfologinya tebing, ditemukan litologi berwarna coklat. Litologinya sudah berupa soil dikarenakan pelapukannya tergolong tinggi. Potensi positif wilayah ini dapat digunakan sebagai tambang dan potensi negatifnya berupa longsor. Tata guna lahannya dapat digunakan sebagai perkebunan. Vegetasi yang terdapat di daerah ini berupa pepohonan dan rerumputan.

Pada STA 3 yang berada di wilayah Sigar Bencah, Semarang, dengan bentuklahan struktural terdenudasi morfologinya perbukitan, ditemukan kenampakan berupa longsoran bebatuan besar dibawah tebing terjal. Bahan rombakan berukuran besar hingga kecil. Potensi positifnya dapat digunakan untuk perkebunan, negatifnya terjadi longsoran. Tata guna lahannya dapat dipergunakan untuk lahan kosong. Vegetasinya berupa pepohonan dan semak semak.Pada STA 4 yang berada di wilayah Sadeng, Semarang, dengan bentuklahan Vulkanik terdenudasi morfologinya tebing, ditemukan litologi berwarna coklat dengan struktur perlaisan. Litologi yang ada di daerah ini sudah terdenudasi menjadi soil, namun adapula yang masih berupa litologi yang fresh. Potensi positifnya dapat digunakan untuk tambang pasir, negatifnya terjadi longsoran. Tata guna lahannya dapat dipergunakan untuk lahan kosong. Vegetasinya berupa pepohonan dan semak semak.

PembahasanSalah satu faktor penyebab longsoran yang sering terjadi adalah akibat intensitas curah hujan relatif tinggi dengan durasi yang lama yang menyebabkan perubahan atau peningkatan kandungan air dalam tanah. Hal ini dapat merubah kondisi tanah dari kondisi tidak jenuh air (unsaturated) menjadi jenuh air (saturated), sehingga parameter kuat geser tanah terutama kohesi (c) antar butiran akan berkurang. Perubahan kandungan air juga dapat memicu kembang susut tanah yang dapat menyebabkan keruntuhan lereng. Apabila pergerakan tanah akibat perubahan volume ini terjadi pada tanah pembentuk lereng, maka akan terjadi longsoran yang dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup berarti. Air hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah yang lolos air (permeable) akan berakumulasi pada kaki lereng dan menyebabkan muka air tanah naik, sehingga memperbesar tekanan hidrostatis pada lereng tersebut. Infiltrasi air ke dalam tanah, menghilangkan tekanan air pori negatif dan menaikan tekanan air pori positif yang mengurangi kuat geser tanah. Air hujan juga dapat menyebabkan hilangnya ikatan tanah (soil suction).

Soil suction ini sangat tergantung dari kadar air tanah. Adanya hujan akan menambah kandungan air dalam tanah dan akhirnya menurunkan kekuatan tanah. Biasanya fenomena ini terjadi di akhir musim penghujan yang merupakan fase yang paling kritis untuk tanah-tanah dengan permeabilitas tinggi. Kenaikan kadar air ini juga dapat menambah beban tanah yang harus ditahan oleh lereng pada bidang longsornya. Pada lereng-lereng yang menunjukan gejala munculnya mata air rembesan di bagian kaki lereng setelah terjadi hujan, merupakan suatu indikasi bahwa lereng ini tidak stabil dan akan berpotensi longsor.

Jenis dan komposisi tanah pembentuk lereng sangat berpengaruh terhadap longsoran sehingga menimbulkan perubahan parameter tanah dan tegangan air pori serta tekanan hidrostatis dalam tanah akan mengakibatkan peningkatan tegangan geser tanah (Suryolelono, 2003).

1. Longsoran Translasi di Meteseh

Pada kasus longsoran di Meteseh, peristiwa kelongsoran lereng sering terjadi setiap musim hujan. Tipe longsoran yang terjadi dapat dilihat dari bidang gelincir yang menggelombang landai dan masa tanah berpindah, termasuk ke longsoran translasi. Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri, erat kaitannya dengan kondisi geologi antara lain jenis tanah, tekstur (komposisi) dari tanah pembentuk lereng sangat berpengaruh terjadinya longsoran, adanya lapisan tanah serpih (shale), tanah berbutir halus (loess), pasir lepas (loose sand), dan bahan organik. Bentuk butiran tanah (bulat, ataupun tajam) sangat berpengaruh terhadap gesekan (friction) yang terjadi dalam tanah, pelapisan tanah, geomorfologi (kemiringan lereng), iklim, terutama hujan dengan intensitas tinggi atau sedang, dengan durasi yang lama di awal musim hujan, atau menjelang akhir musim hujan, menimbulkan perubahan parameter tanah yang berkaitan dengan pengurangan kuat gesernya. Pada batuan pengurangan kuat geser dapat diakibatkan oleh adanya diskontinuitas, sifat kekakuan, arah bedding, joint, orien-tasi lereng, derajat sementasi batuan batupasir yang buruk.

Selain tekstur tanah, pengaruh fisik dan kimia dapat mempengaruhi, terhadap pengurangan kuat geser. Pengaruh fisik antara lain lemahnya rekatan - rekatan yang terjadi pada tanah lempung, hancurnya batuan (disintegrasi) akibat perubahan temperatur, proses hidrasi terutama pada jenis tanah lempung berkaitan dengan meningkatnya tekangan air pori, kondisi jenuh lapisan tanah berbutir halus. Pengaruh kimia dapat diakibatkan oleh larutnya bahan semen dalam batupasir.

Penyebab lain adalah tidak berfungsinya sistem drainase yang berupa parit karena tertutup oleh material dari atas lereng yang dibawa oleh air, akibatnya air menggerus kaki lereng. Ditambah lagi dengan adanya aktivitas penambangan material di kaki lereng yang memicu terjadinya longsoran.

2. Longsoran Rotasi dengan Aliran Rombakan di Sigar Bencah

Pada daerah ini terlihat adanya material-material berukuran besar hingga kecil yang berada dibawah sekitar terbing yang curam. Karena litologinya sama dimungkinkan dulunya kedua sisi tersebut menyatu dengan ketinggian yang samapula, dan karena terjadinya gerakan tanah mengakibatkan daerah tersebut memiliki beda ketinggian dan kenampakan. Dilihat dari material yang jatuh berupa bongkahan batuan yang besar hingga kecil dan adanya tanah yang juga ikut longsor dimungkinnkan gerakan tanah yang terjadi adalah longsoran rotasi dengan aliran rombakan. Dimana masa tanah dan material lainnya bergerak dan bidang gelincirnya berbentuk cekung. Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya hal tersebut, seperti: Lereng tebing yang terjal mempengaruhi gaya pendorong karena pengikisan oleh fluida terjadi secara intensif. Litologi yang ditemukan disana kurang resisten sehingga menyebabkan mudahnya proses pelapukan terjadi dan ketika mendapat pengaruh dari air, pembebanan menyebabkan terjadinya gerakan tanah mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Pelindihan bahan perekat, kehadiran air di dalam tubuh tanah/batuan dapat melarutkan bahan-bahan pengikat butiran-butiran yang membentuk tubuh batuan sedimen maupun tanah pelapukan sehingga daya rekat antar butir/materialnya menghilang. Gangguan dari dalam ini umumnya merupakan faktor yang dapat mengakibatkan menurunnya kuat geser dalam tanah/batuan, disamping faktor internal yang lain seperti komposisi mineral batuan/tanah, struktur geologi serta geometri morfologinya.3. Longsoran Translasi di Pertambangan Pasir Sadeng

Pada daerah Sadeng tepatnya di tambang pasir yang memiliki kenampakan tebing terjal terjadi suatu gerakan tanah yang mengakibatkan adanya longsoran. Dimana bidang gelincir dari tanah merata, sehingga dapat dikatakan jenis gerakan tanahnya longsoran translasi. lereng tebing yang terjal mempengaruhi gaya pendorong karena pengikisan oleh fluida terjadi secara terus menerus. Litologi yang terdapat disana kurang resisten sehingga menyebabkan mudah terlapukkan dan ketika mendapat pengaruh dari air dan kemudian terkena pembebanan dari material berupa vegetasi atau yang lainnya, litologi tersebut akan lembek dan jenuh air sehingga mudah terjadi longsor. Faktor lainnya juga dapatberupa faktor internal antara lain komposisi mineral batuan/tanah, struktur geologi, dan geometri morfologinya.Kesimpulan dan SaranDaerah Gunungpati, Semarang merupakan bentuklahan denudasional dengan pross pembentukan berupa pelapukan yang menyebabkan litologinya menjadi soil, kemudian erosi yang menyebabkan pengikisan material material hasil dari pelapukan itu sendiri, kemudian gerakan tanah yaitu berupa longsoran secara rotasi maupun translasi akibat dari pembebanan material diatas litologi tersebut namun litologi tersebut tidak resisten terhadap tekanan dan pengaruh flufiatil terus menerus sehingga terjadi gerakan tanah. Sebaiknya daerah yang memiliki litologi dengan tingkat resisten yang kurang tidak dimanfaatkan untuk daerah pemukiman karena mewaspadai bahaya longsor, namun apabila hal tersebut dilakukan setidaknya ada suatu tindakan untuk membuat litologi tersebut resisten seperti melapisi litologi tersebut dengan semen atau beton.Daftar Pustaka

[1]Ebook Pengenalan Gerakan Tanah. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. http://www.esdm.go.id/regulasi/pencarianlegislasiaregulasi/doc_download/489-pengenalan-gerakan-tanah.html. (diakses pada hari Selasa tanggal 28 April 2015 pukul 08.45 WIB)

[2]Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar. 2014. Buku Praktikum Geologi Dasar. Semarang. [3] Herlambang, Sudarno. 2004. Proses Geomorfologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

[4]Herlambang, Sudarno.2009. Dasar-Dasar Geomorfologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Lampiran

Gambar 1. STA 1

Gambar 2. STA 2

Gambar 3. STA 3

Gambar 4. STA 4