panduan safety health and environment (she) departemen teknik

34
Panduan Safety Health and Environment (SHE) Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Editor: Tim Safety Health and Environment (SHE) Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, April 2016 (updated)

Upload: buithuan

Post on 08-Dec-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Panduan Safety Health and Environment

(SHE)

Departemen Teknik Kimia

Universitas Gadjah Mada

Editor:

Tim Safety Health and Environment (SHE)

Departemen Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, April 2016 (updated)

Daftar Isi Safety Protocol

I. PENDAHULUAN

a. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan lingkungan

b. Struktur organisasi tim SHE

c. Tugas dan tanggungjawab tim SHE

II. PANDUAN UMUM

a. Budaya Keselamatan (safety attitude)

b. Keadaan darurat

c. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan kondisi darurat medis

d. Ergonomi dalam lingkungan kerja

e. Asuransi

III. KONDISI KHUSUS

a. Kelistrikan

b. Mesin dan peralatan

c. Gas bertekanan

d. Bahan kimia

e. Bahan biologi (biological hazard)

f. Radiasi

IV. PERATURAN

a. Bekerja di laboratorium

i. Umum

ii. Penyimpanan Bahan Kimia

iii. Bekerja dengan Reaksi Skala Besar

iv. Percobaan yang tidak Ditunggui

v. Bekerja Sendirian

vi. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

vii. Pelaporan kejadian (incident report)

b. Pengelolaan limbah

c. Pekerja luar/kontrak

d. Pelanggaran terhadap aturan SHE

V. SISTEM AUDIT

I. PENDAHULUAN

I.1. Kebijakan Safety, Health, and Enviroment (SHE) Universitas Gadjah

Mada

KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Universitas Gadjah Mada berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan

kesehatan seluruh tenaga pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan pihak-

pihak lain yang terkait, serta menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan

hidup di wilayah UGM.

Untuk mewujudkan komitmen di atas, Universitas Gadjah Mada menerapkan

kebijakan berikut.

1. Menjadikan aspek keselamatan, kesehatan kerja, dan perlindungan

lingkungan sebagai bagian penting dari kebijakan universitas.

2. Mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan perundangan yang

mengatur keselamatan, kesehatan kerja, dan perlindungan lingkungan.

3. Menerapkan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja, dan

perlindungan lingkungan di Universitas Gadjah Mada.

4. Melakukan pembinaan dan pelatihan secara terus-menerus untuk

memastikan seluruh warga universitas memahami dan melaksanakan

aturan keselamatan, kesehatan kerja, dan perlindungan lingkungan yang

berlaku di universitas.

Kebijakan ini menuntut tanggung jawab segenap sivitas akademika Universitas

Gadjah Mada dengan dukungan serta layanan yang profesional dan berkompeten

dari universitas.

Yogyakarta, 14 Agustus 2015

Rektor,

Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D

Departemen Teknik Kimia sebagai bagian dari Universitas Gadjah Mada juga

berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja laboratorium yang aman bagi

seluruh dosen, karyawan, mahasiswa maupun tamu. Tujuan dari Program Safety

Health and Environment (SHE) dari Departemen adalah meminimalkan resiko

cedera atau penyakit pada pekerja laboratorium dengan menjamin adanya

pelatihan, informasi, dukungan dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja

secara aman di laboratorium.

Tiga unsur pokok dalam Program SHE laboratorium adalah:

Program SHE Departemen yang dipimpin oleh Koordinator SHE

Dukungan dan pelatihan SHE laboratorium oleh Tim SHE

Penjelasan dan pengawasan oleh pembimbing penelitian atau peneliti

utama

Semua orang yang bekerja di laboratorium termasuk dosen, karyawan dan

mahasiswa diharuskan mengikuti pelatihan keselamatan laboratorium yang

diselenggarakan oleh Tim SHE. Pelatihan ini memberikan penjelasan tetang

prinsip-prinsip dasar keselamatan kerja di laboratorium, referensi dan sumber

untuk informasi khusus serta rincian tentang program-program pendukung seperti

prosedur pemusnahan bahan beracun dan berbahaya (B3). Penjelasan tambahan

diberikan oleh dosen pembimbing atau peneliti utama tentang praktek kerja yang

aman untuk bahan-bahan atau peralatan khusus.

Tim SHE menyediakan pelatihan, sumber daya, dan konsultasi untuk berbagai

masalah keselamatan laboratorium termasuk keselamatan bahan kimia,

keselamatan listrik dan masalah lain. Laman SHE menyediakan berbagai

informasi tentang berbagai aspek keselamatan laboratorium.

I.2. Struktur organisasi

I.2.1. Tim SHE dalam struktur Departemen Teknik Kimia

I.2.2. Elemen Tim SHE

I.2.3. Tugas dan tanggungjawab Tim SHE

a. Tim Safety Officer

- Membuat dan menjalankan Protokol SHE

- Mereview dan memperbarui Protokol SHE

- Meneliti kecelakaan kerja dan paparan bahan kimia di Departemen

- Menjaga catatan pelatihan, mengawasi paparan bahan kimia dan

pemeriksaan kesehatan.

- Memastikan setiap orang yang bekerja di laboratorium menerima

pelatihan tentang bahan kimia dan prosedur khusus yang diperlukan.

- Mereview dan menyetujui pemakaian suatu bahan yang sangat

berbahaya.

- Memberikan persetujuan pekerja laboratorium yang akan kembali bekerja

setalah terkena paparan bahan B3 dan memerlukan pemeriksaan medis.

- Menyediakan pelatihan secara umum

- Menyediakan petunjuk kerja yang aman bagi pekerja laboratorium melalui

laman SHE Departemen.

- Menginspeksi lemari asam secara periodik.

- Menyediakan konsultasi untuk bekerja dengan aman dengan bahan B3.

b. Kepala labotorium, dosen pembimbingn dan peneliti utama

- Memastikan para pekerja laboratorium menghadiri pengarahan tentang

SHE yang diadakan Tim SHE.

- Memastikan pekerja laboratorium mengerti bagaimana bekerja dengan

bahan B3. Menyediakan pelatihan khusus jika diperlukan.

- Menyediakan pengendalian teknis (engineering control) dan alat

pelindung diri (APD) yang memenuhi syarat bagi pekerja laboratorium.

Juga memastikan peralatan tersebut dipergunakan secara benar.

- Memastikan pekerja laboratorium telah menyelesaikan dan

mengumpulkan formulir Risk Assessment sebelum mulai bekerja di lab.

- Mereview dan memberikan persetujuan untuk bekerja dengan bahan yang

sangat berbahaya dan peralatan yang beresiko tinggi.

c. Pekerja laboratorium (Dosen, karyawan, mahasiswa, peneliti tamu dan

siswa PKL)

- Mengikuti pengarahan SHE laboratorium.

- Memahami Protokol SHE

- Mengikuti prosedur dan praktek kerja yang diberikan di Protokol SHE dan

yang diberikan oleh pembimbing atau peneliti utama.

- Mempergunakan pengendalian teknis (engineering control) dan APD yang

sesuai.

- Melaporkan setiap insiden, kecelakaan, potensi paparan kimia dan situasi

nyaris celaka kepada pembimbing/peneliti utama dan Tim SHE

- Mendokumentasikan prosedur operasi khusus untuk bekerja dengan

bahan yang amat beracun termasuk diantaranya karsinogen, racun

reproduktif dan bahan kimia yang sangat beracun.

II. PANDUAN UMUM

II.1. Budaya Keselamatan (safety culture)

Budaya keselamatan suatu universitas adalah cerminan kegiatan, sikap, dan

perilaku warganya (dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan bahkan tamu

atau pekerja kontrak yang sedang berada dalam lingkungan kampus) yang selalu

mengutamakan keselamatan. Kecelakaan fatal yang terjadi di lingkungan kampus

seringkali terjadi akibat kurangnya atau lemahnya budaya keselamatan. Jika

keselamatan sudah membudaya, dipraktekkan secara aktif, dan diyakini sebagai

salah satu nilai-nilai dasar yang utama di lingkungan kampus, hal ini akan

menumbuhkan kepercayaan diri dan kehati-hatian dari seluruh warga kampus di

dalam beraktivitas.

Budaya keselamatan yang mengakar kuat diperlukan untuk melindungi

seluruh warga kampus, dan juga meningkatkan ketrampilan dan kepedulian

mereka akan praktek-praktek keselamatan. Hal ini juga untuk melindungi reputasi

akademik dari universitas. Budaya keselamatan ini tumbuh dari pertimbangan-

pertimbangan ethis, moral, dan praktek, bukan dari persyaratan peraturan. Dalam

budaya keselamatan yang kuat, seluruh warga kampus memiliki kemampuan

untuk mengenal potensi bahaya, memperkirakan resiko pada saat terpapar ke

potensi bahaya, meminimalkan resiko terpapar ke potensi bahaya, dan mampu

bertindak dengan benar dalam situasi tanggap darurat. Untuk menanamkan safety

culture tersebut maka setiap pertemuan yang melibatkan orang luar Teknik

Kimia/Tamu wajib untuk memberikan safety induction.

II.2. Keadaan darurat

Jika terjadi keadaan darurat semisal kebakaran, tumpahan bahan kimia,

cedera, ledakan, dan kedaruratan medis, segera hubungi nomor berikut sesuai

dengan keadaan darurat yang terjadi:

a. Koordinator keamanan dalam 6491937

b. Pemadam kebakaran UGM 6491071

c. Pos Polisi Depok 6492333

d. Gadjah Mada Medical Center 551412, 6492575, hotline service

081328786991, 7473123

e. Puskesmas pembantu Depok 6491073

f. IRD RS Sardjito 583613 (langsung), 587333 (pesawat 349, 281)

g. Ketua Departemen Teknik Kimia (Dr. Moh. Fahrurrozi) 08164895019

h. Koordinator Safety officer (Dr Rochim B Cahyono ) 081393696232

Tim SHE akan menanggapi dan menentukan jika perlu bantuan tambahan dan

memperingatkan pihak lain yang bisa membantu.

Departemen telah menuliskan rencana aksi tanggap darurat dan menentukan

koordinator kedaruratan (koordinator SHE) serta menentukan titik kumpul.

Koordinator kedaruratan menjadi orang pertama yang dihubungi untuk

memperoleh informasi tentang prosedur kedaruratan dan prosedur aksi tanggap

darurat. Titik kumpul yang telah ditentukan menjadi tempat berkumpul seluruh

penghuni gedung jika harus dilakukan evakuasi darurat. Setiap orang harus

memastikan dirinya telah dihitung sebelum meninggalkan titk kumpul tersebut.

Petugas penyelemat diperlukan untuk memasuki gedung dan mencari orang yang

diperkirakan masih ada di dalam.

Setiap orang harus memastikan dirinya familier dengan rencana aksi tanggap

darurat.

Dalam situasi kebakaran, petugas berwenang harus segara dihubungi melalui

saluran di atas dan direkomendaikan dilakukan tindakan sebagai berikut:

1. Perseorangan tidak berkewajiban untuk memadamkan api, teapi sukarelawan

mungkin bisa berusaha memadamkan api yang relatif kecil (semisal tempat

sampah yang terbakar) jika memang yang bersangkutan telah terlatih untuk

menggunakan alat pemadam kebakaran.

- Jika anda telah terlatih dalam penggunaan alat pemadam kebakaran,

lawan api dari arah di mana anda bisa meloloskan diri hanya jika anda

yakin usaha anda pasti berhasil.

- Api yang terkurung dalam suatu wadah biasanya bisa dipadamkan dengan

cara menutupinya dengan rapat.

2. Jika pakaian anda terbakar, segera padamkan dengan menggunakan alat

mandi darurat (safety shower).

3. Jika api besar dan merambat, bunyikan alarm kebakaran untuk

memperingatkan seluruh penghuni gedung. Jika alarm tidak berbunyi atau

tidak tersedia alarm, atau tidak tersedia alarm tersebut, berteriaklah untuk

memberitahu penghuni gedung untuk segera keluar. Jika memungkinkan

matika peralatan yang mungkin akan menambah bahan bakar ke api. Jangan

matikan lemari asam di dekat lokasi karena lemari asam akan membantu

menyedot asap yang timbul. Tutup pintu di belakang anda untuk mencegah

merambatnya api.

4. Keluar dari gedung dan tunggu kedatangan aparat berwenang. Berikan

informasi tentang lokasi, kondisi api dan bahan kimia yang tersimpan dan

digunakan di sekitar lokasi.

5. Jangan masuk kembali ke dalam gedung sampai diperbolehkan oleh aparat

berwenang atau petugas pemadam kebakaran.

II.3. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan kondisi darurat medis

Dalam keadaan sakit atau terluka yang memerlukan bantuan segera kontak

petugas berwenang pada nomer telepon di atas. Jika memerlukan ambulan,

petugas tersebut bisa membantu menyediakan. Kotak P3K yang disediakan harus

memenuhi:

- Dijaga selalu dalam kondisi sanitasi yang baik

- Dibatasi untuk sediaan medis sederhana semacam kasa steril dan plester

untuk luka.

Semua sakit dan cedera akibat pekerjaan harus dilaporkan kepada pembimbing

penelitian dan Tim SHE.

II.4. Ergonomi dalam lingkungan kerja

Pengaturan fasilitas kampus, seperti meja, kursi, dan komputer, dipilih dan

diatur tata letaknya sedemikian rupa sehingga memungkinkan seluruh warga

kampus bekerja dengan aman dan nyaman, tidak mengalami cedera, dan tidak

ada potensi masalah kesehatan dalam jangka panjang.

II.5. Asuransi

Hal-hal terkait jaminan kesehatan bagi seluruh sivitas akademika mengikuti

ketentuan yang ada di GMC, BPJS atau asuransi yang sejenis.

III. KONDISI KHUSUS

III.1. Bekerja dengan Peralatan Listrik

Berbagai peralatan listrik dipergunakan sebagai alat bantu sehari-hari di

kampus. Kesalahan dalam penanganan dan penggunaan perlatan listrik dapat

mengakibatkan kecelakaan akibat sengatan listrik maupun kebakaran. Pada

bagian ini akan dibahas bahaya yang dapat ditimbulkan oleh arus listrik dan cara

pencegahannya.

III.1.1. Bahaya sengatan listrik

Terdapat empat jenis kecelakaan yang dapat diakibatkan oleh arus listrik

yaitu: sengatan listrik yang mengakibatkan kematian (electrocution), kejutan listrik

(electric shock), luka bakar dan jatuh. Kecelakaan tersebut bias diakibatkan oleh:

a. Kontak langsung dengan jaringan listrik

b. Lompatan arus listrik dari jaringan listrik yang terbuka ke badan manusia.

c. Luka bakar akibat bersentuhan dengan peralatan yang panas, api dari

peralatan yang terbakar atau terkena loncatan api listrik (electric arc

flash).

d. Kejutan sengatan litsrik dapat mengakibatkan seseorang jatuh dari

tempat tinggi.

III.1.2. Pencegahan bahaya sengatan listrik

Beberapa tips untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat arus listrik:

a. Jangan menyentuh peralatan listrik dengan tangan basah.

b. Segera ganti jika isolator pada steker atau kabel listrik rusak atau

terkelupas sehingga bagian penghantar listriknya terlihat.

c. Lakukan pembumian (earthing) peralatan listrik secara benar.

Pembumian terutama sangat diperlukan untuk peralatan yang digunakan

dekat dengan air atau yang terbuat dari logam (missal: motor, lemari es

dan mesin cuci).

d. Jangan pernah menaruh kabel listrik di lantai laboratorium jika terdapat

kemungkinan kebocoran air ke lantai.

e. Bersihkan peralatan listrik dari debu dan minyak untuk menghindari

kebocoran arus.

f. Kapasitor harus benar-benar dihilangkan muatan listriknya sebelum

boleh disentuh bagian dalamnya karena dimungkinkan masih

menyimpan tegangan yang tinggi meskipun sudah dimatikan arus

listriknya.

g. Isolator harus dipasangkan pada konduktor listrik yang dialiri arus atau

tegangan yang tinggi. Jika diperlukan diberikan papan peringatan daerah

bahaya listrik tegangan tinggi dan pembatasan aksesnya.

h. Listrik dengan tegangan tinggi bisa menyebabkan sengatan listrik tanpa

tersentuh langsung. Jaga jarak sekurang-kurangnya 30 cm dari

konduktor bertegangan 2,5 kV dan 1 m dari konduktor bertegangan 50

kV.

i. Inspeksi dan perawatan peralatan bertegangan tinggi harus dilakukan

dengan persiapan yang baik. Ketika melakukan perbaikan alat pelindung

diri yang memadai harus dikenakan yaitu: sepatu boot karet, sarung

tangan pengaman dan peralatan pelindung lain yang diperlukan.

III.1.3. Pertolongan terhadap korban kecelakaan akibat sengatan listrik

Langkah pertama adalah mematikan aliran listrik sebelum menolong korban.

Jika aliran listrik tidak dapat dimatikan, maka tolonglah korban dengan menarik

korban sengatan listrik supaya terbebas dari sumber listrik memakai tongkat atau

dengan membalut tangan penolong dengan kain kering dan menarik pakaian

korban. Selanjutnya tolonglah korban sesuai petunjuk pada panduan P3K.

III.2. Bekerja dengan Alat Pertukangan dan Mesin

Sebagian besar kecelakaan yang terjadi ketika bekerja dengan alat

pertukangan dan permesinan disebabkan oleh kecerobohan pemakai,

ketidakrapian dan kesalahan manusia. Peralatan pertukangan dan permesinan

dapat dipergunakan dengan aman jika mengikuti aturan pemakaiannya dan

memperhatikan bahaya yang bias ditimbulkan dan pencegahannya.

III.2.1. Pakaian

Pakaian yang dipakai saat bekerja diharapkan antara lain dapat memberikan

perlindungan dari cedera akibat terkena benda tajam dan permukaan panas serta

mencegah pakaian dan rambut terlilit dalam bagian mesin yang berputar.

Persyaratan pakaian kerja:

a. Pakaian yang dikenakan sebaiknya pas di badan dan tidak ada bagian

yang menjuntai ke luar yang dapat terperangkap dalam mesin. Sepatu

yang dikenakan harus tertutup untuk menghindari paparan benda tajam

atau bahan lain yang berbahaya.

b. Tidak mempergunakan sarung tangan ketika mengoperasikan peralatan

yang berputar dengan cepat.

c. Selalu mempergunakan kacamata pengaman dan APD lain yang

diperlukan.

III.2.2. Penanganan peralatan pertukangan dan permesinan

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pengoperasian mesin antara lain:

a. Menyentuh atau terlilit bagian yang berputar atau bergerak.

b. Cedera akibat serpihan atau bahan lain yang terlempar dari mesin.

Untuk mencegah bahaya tersebut, pemakai peralatan atau mesin harus

mempelajari terlebih dahulu cara pemakaian yang benar di bawah pengawasan

pembimbing yang terampil.

III.2.3. Tindakan pencegahan ketika mengoperasikan mesin

- Sebelum pengoperasian

a. Periksa keadaan mesin misal: jika ada bagian yang goyah, alat

pengaman yang rusak dan kondisi peralatan lain di sekitarnya.

b. Perhatikan kemungkinan bahaya yang bisa terjadi, misal: bagian yang

tidak stabil ketika berputar atau bagian yang mungkin bisa terlepas saat

dipakai.

c. Pastikan mesin tidak akan kehilangan keseimbangan ketika

dioperasikan.

d. Pastikan kondisi aman di lingkungan sekitar.

- Selama pengoperasian

a. Jangan meninggalkan mesin tanpa pengawasan.

b. Selalu gunakan sikat atau peralatan lain (bukan dengan tangan kosong)

untuk mengambil serpihan bahan di dalam mesin yang bergerak.

c. Jika mesin berhenti mendadak segera matikan sumber tenaga utama

dan periksa jika ada kerusakan yang terjadi.

d. Perhatikan jika ada getaran atau bunyi yang tidak normal dari mesin.

- Setelah pengoperasian

a. Setelah pekerjaan selesai pastikan mesin benar-benar telah berhenti

sebelum mengambil bahan yang diproses.

b. Jangan pernah menghentikan paksa mesin dengan tangan ataupun alat

lain.

c. Pastikan bahwa saklar utama telah dalam posisi mati.

III.2.4. Peralatan pengaman

Peralatan pengaman di antaranya adalah: tutup pengaman untuk mencegah

terlemparnya serpihan atau untuk menutupi bagian mesin yang bergerak dan

saklar ganda untuk mencegah pengoperasian mesin secara tidak sengaja.

Diharapkan peralatan-peralatan yang berbahaya memiliki dua alat pengaman atau

lebih. Alat pengaman tidak boleh dimatikan secara sengaja dan alat tidak boleh

dioperasikan jika alat pengaman tidak berfungsi.

III.3. Bekerja dengan Bahan Kimia

Informasi tentang bahaya fisik dan kesehatan dari bahan kimia harus

disediakan dan mudah diakses bagia siapa saja di laboratorium. Informasi ini

harus disediakan pada dua tempat yaitu: label bahan kimia dan MSDS. Label

pada wadah asli dan MSDS bahan kimia memberikan informasi tentang identitas

dari bahan yang terkandung dan bahaya fisik dan kesehatannya.

III.3.1. Label

Label dari pabrik harus dijaga tetap terpasang. Jangan sekali-kali

menghilangkan atau merusak label tersebut sebelum wadahnya kosong. Jika

sebuah bahan kimia dipindahkan dari satu wadah ke wadah lain untuk

penyimpanan, wadah baru harus diberi label yang berisi: nama bahan, kandungan

kimianya dan peringatan bahayanya.

III.3.2. Material Safety Data Sheet

Seluruh pembuat bahan kimia dan distributornya harus melakukan evaluasi

bahaya dari produknya dan menyertakan informasinya dalam MSDS. Semua

MSDS harus disimpan dalam satu lokasi dalam laboratorium atau di jurusan.

III.3.3. Pemisahan Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang tidak saling compatible tidak boleh disimpan dalam

satu lokasi yang sama. Penyimpanan bahan kimia sesuai urutan alphabet, tanpa

mempertimbangkan kompatibilitas, dapat meningkatkan resiko terjadinya reaksi-

reaksi yang berbahaya, terutama jika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan

pecahnya kemasan.

- Cairan yang Dapat Terbakar

Cairan yang dapat terbakar memerlukan kondisi penyimpanan yang tertentu.

Untuk informasi lebih lanjut, baca Panduan untuk Bahan Dapat Terbakar.

- Bahan Asam

a. Asam-asam mineral, termasuk asam fosfat, hidrokhlorid, nitrat, sulfat, dan

perkhlorat dapat disimpan di dalam lemari yang dirancang untuk Asam-

asam korosif. Lemari yang terbuat dari bahan non logam ini tidak memiliki

interior yang terbuat dari logam, dilapisi dengan bahan tahan asam, dan

lantai lemari dirancang sedemikian sehingga mampu menampung

tumpahan asam.

b. Asam-asam mudah menguap, seperti oleum atau asam nitrat berasap,

sebaiknya disimpan di dalam lemari khusus yang berventilasi, seperti

misalnya bagian bawah dari lemari asam, terutama jika kemasannya

sudah pernah dibuka. Asam-asam mineral yang pekat dapat sangat

reaktif.

c. Asam-asam pekat bahkan dapat bereaksi hebat dengan larutan encer dari

asam yang sama, jika dicampur dengan cepat. Misal: asam sulfat pekat

dicampur secara cepat dengan asam sulfat 1 molar akan melepaskan

kalor dalam jumlah yang besar. Asam dengan konsentrasi yang berbeda-

beda harus disimpan terpisah. Jika disimpan dalam lemari yang sama,

gunakan nampan/ember palstik untuk menjauhkan satu sama lain di

dalam lemari yang sama.

d. Asam asetat adalah asam organik dan harus disimpan terpisah dari asam-

asam mineral. Karena asam asetat dapat terbakar, maka asam ini

sebaiknya disimpan bersama-sama dengan cairan dapat terbakar lainnya.

e. Asam pikrat dapat membentuk garam yang dapat meledak jika bereaksi

dengan berbagai jenis logam. Kristal asam pikratpun bersifat eksplosif.

f. Asam perkhlorat adalah oksidator yang sangat kuat dan harus dijauhkan

dari semua bahan organic, termasuk kayu.

- Bahan Kimia tidak Stabil

Eter, beberapa keton, dan olefin dapat membentuk peroksida jika terpapar ke

udara atau cahaya. Karena bahan-bahan ini mungkin dikemas dalam kondisi tidak

kedap udara, peroksida dapat terbentuk bahkan sebelum kemasan dibuka.

Beberapa bahan kimia, seperti dinitrogliserin dan german, bersifat sensitive

terhadap goncangan. Artinya, mereka dapat terdekomposisi dengan cepat atau

meledak jika tergoncang-goncang atau bahkan diaduk. Bahan-bahan ini menjadi

semakin sensitive terhadap goncangan dengan makin lamanya penyimpanan.

Untuk bahan kimia yang berpotensi tidak stabil:

a. Pada labelnya, tuliskan tanggal penerimaan kemasan dan tanggal

pertama kali kemasan dibuka.

b. Setelah 6 bulan sejak pertama kali kemasan dibuka, buang kemasan

dan isinya.

c. Buang kemasan yang belum pernah dibuka setelah 1 tahun penerimaan,

kecuali telah ditambahkan inhibitor ke dalamnya.

- Daerah Khusus

Daerah/ruangan yang secara khusus dipakai untuk penyimpanan bahan-

bahan berbahaya, termasuk bahan yang bersifat karsinogen, sangat beracun, dan

dapat merusak janin, harus diberi tanda Daerah Khusus. Bahan-bahan ini harus

disimpan terpisah dari bahan-bahan kimia yang lain, selama ruangannya

memungkinkan

III.3.4. Pencegahan tumpahan

Sebagian besar tumpahan sebenarnya bisa dihindari. Berikut ini beberapa

tip yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya tumpahan ataupun

mengurangi besarnya tumpahan:

a. Tempatkan wadah bahan kimia dalam lemari asam atau meja kerja yang

bisa mengurangi kemungkinan tersenggol secara tidak sengaja

b. Taruh semua bahan yang tidak terpakai dalam tempat penyimpanannya

yang sesuai dan jaga tempat kerja selalu bersih dan bebas dari benda-

benda yang tidak diperlukan.

c. Rencanakan setiap gerakan anda. Perhatikan ke arah mana akan

menuju sehingga tidak akan menyebabkan tumpahan.

d. Hindari memindahkan bahan kimia melalui koridor ruangan pada saat

banyak orang berlalu-lalang sperti saat jam pergantian kelas.

e. Pindahkan bahan kimia memakai alat angkut bahan kimia atau kereta

dorong.

f. Tempatkan lembaran plastik yang bisa menyerap bahan kimia di ats

meja atau lemari asam di mana tumpahan bahan kimia sangat mungkin

terjadi. Jika volume cairan lebih besar dari yang bisa diserap, gunakan

nampan.

III.3.5. Transportasi bahan kimia

Tumpahan dan paparan bahan kimia dadapat terjadi jika bahan tersebut

dipindahkan secara tidak benar meskipun hanya dipindahkan dari bagian yang

berbeda di ruangan laboratorium tersebut. Untuk menghindarkan kejadian

tersebut, pertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Gunakan alat pengangkut botol, kereta dorong atau wadah sekunder

(secondary container) ketika memindahkan bahan kimia yang disimpan

dalam kemasan yang bisa pecah (khususnya jika lebih dari 250 ml)

melalui koridor atau antar gedung. Wadah sekunder terbuat dari karet,

logam atau plastik yang dilengkapi pegangan pembawa dan cukup besar

untuk menampung seluruh isi kemasan jika kemasannya pecah.

b. Pemindahan bahan B3 dalam kemasan individual melebihi empat liter

antar gedung sangat tidak disarankan.

c. Ketika bergerak di dalam laboratorium, antisipasi gerakan orang lain

yang berbalik atau perubah arah secara tiba-tiba. Jika anda trenatuk

atau terjatuh ketika membawa alat gelas atau bahan kimia, usahakan

untuk melemparnya menjauhi diri anda atau orang lain.

d. Orang yang memindahkan bahan kimia harus mengetahui bahaya dari

bahan kimia yang dibawa dan cara penanganan jika terjadi tumpahan.

e. Ketika membawa silinder gas, gas silinder harus terikat pada kereta

dorong dan katupnya dilindungi dengan tutup. Jangan

pernahmengangkat atau menggulingkan silinder gas untuk

memindahkannya.

f. Pindahkan bahan kimia melewati elevator khusus barang, bukan

elevator untuk orang, jika tersedia.

g. Simpan bahan kimia dalam kemasan aslinya ketika memindahkannya,

jika memungkinkan.

III.3.6. Penanganan Jika Terkena Bahan Kimia

Prosedur berikut ini harus diikuti dalam kondisi terpapar bahan kimia. Semua

insiden harus dilaporkan kepada kepala laboratorium, pembimbing atau peneliti

utama.

- Bahan kimia di kulit atau pakaian

a. Segera bilas dengan air tidak kurang dari 15 menit (kecuali untuk Asam

Fluorida, padatan flammable atau phenol >10%). Untuk paparan yang

banyak harus digunakan safety shower.

b. Ketika membilas secepatnya tanggalkan pakaian dan perhiasan yang

terkontaminasi. Setiap detik menentukan. Jangan buang waktu karena

masalah kesopanan.

c. Hati-hati ketika melepas kaos atau sweater tanpa kancing, untuk

mecegah kontaminasi pada mata.

d. Baca MSDS untuk mengetahui adanya akibat yang akan timbul

kemudian.

e. Buang pakaian yang terkontaminasi atau cuci secara terpisah dari

pakaian lain. Bahan dari kulit tidak bisa didekontaminasi dan harus

dibuang.

Jangan gunakan pelarut untuk membilas kulit. Pelarut akan menghilangkan

minyak pelindung dari kulit dan menyebabkan iritasi dan inflamasi. Dalam kondisi

tertentu pembilasan dengan pelarut bisa mempercepat absorbs bahan beracun.

Untuk padatan flammable yang terkena kulit, pertama hilangkan bahan tersebut

sebanyak-banyaknya dari kulit kemudian ikuti prosedur di atas.

Untuk asam fluorida, bilas dengan air selama 5 menit. Gunakan kalsium glukonat

(calcium gluconate) 2,5%. Jika tidak tersedia, lanjutkan pembilasan selama 15

menit. Kemudian segera minta bantuan medis ke unit gawat darurat rumah sakit

terdekat.

- Bahan kimia di mata.

a. Segera bilas mata dengan air selama setidaknya 15 menit. Mata harus

dipaksa terbuka saat pembilasan dan bola mata harus diputar

sedemikian sehingga seluruh permukaanya terbilas. Lebih baik

digunakan pancuran mata (eye wash fountain) supaya tangan bisa

bebas menahan mata supaya terbuka. Jika tidak tersebia pancuan mata,

siramkan air ke mata, pembilasanya dari arah hidung ke luar suapya

tidak mengkontaminasi mata yang tidak terpapar bahan kimia.

b. Lepas lensa kontak selama pembilasan. Jangan buang waktu dengan

melepas lensa kontak sebelum pembilasan. Jangan mencoba membilas

dan memakai kembali lensa kontak.

c. Segera periksakan ke petugas medis tanpa memandang parah atau

tidak akibat yang terlihat. Jika memerlukan ambulan segera kontak

petuga berwenang di nomer telepon di atas. Jelaskan bahan kimia apa

yang terpapar. Jika memungkinkan bawa serta MSDS-nya.

- Menghirup bahan kimia

a. Segera tutup wadahnya, buka jendela atau tingkatkan ventilasinya dan

pindah ke udara segar.

b. Jika gejala semacam sakit kepala, iritasi hidung atau tenggorokan,

pusing atau mual-mual terus terasa, segera hubungi petugas medis.

Jelaskan bahan kimia yang terhirup.

c. Perikasa MSDS untuk mengetahui pengaruh kesehatan apa yang akan

timbul termasuk yang tidak timbul seketika.

- Bahan kimia tertelan dengan tidak sengaja

a. Segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.

b. Jangan paksa untuk memuntahkan

III.4. Bekerja dengan Gas

Banyak jenis gas yang dipergunakan di laboratorium dan semuanya harus

ditangani dengan hati-hati.

III.4.1. Klasifikasi gas dan sifat-sifatnya

a. Gas mudah terbakar (flammable gas): H2, CO, NH3, H2S, methane,

propane, dll.

b. Gas pengoksidasi (oxidizing gas): udara, O2, O3, Cl2, NO, NO2 dll.

c. Gas bisa meledak (explosive gas): campuran antara flammable dan

oxidizing gas.

d. Gas inert (iner gas): N2, He, Ar, dll.

e. Gas yang dicairkan/dipadatkan: N2, He, LPG, dry ice dll.

f. Gas beracun (Toxic gas): CO, CO2, NH3, halogen (Cl2, F2), hydrogen halide

(HF, HCl), H2S, HCN, arsine (AsH3), phosgene, silanes, ozone, dll.

g. Gas korosif (corrosive gas): Cl2, HCl, O3 dll.

h. Gas bertekanan tinggi: banyak gas di simpan dalam tabung bertekanan

tinggi sehingga penanganan yang keliru bisa mengakibatkan kecelakaan

yang serius.

III.4.2. Pencegahan kebakaran, luka bakar dan ledakan

- Ledakan gas

Jika gas yang mudah terbakar dan gas pengoksidasi bercampur dengan

proporsi tertentu maka akan terbentuk campuran gas yang bisa meledak

(eksplosif). Untuk mencegah terbentuknya campuran yang eksplosif maka harus

dicegah terjadinya kebocoran gas dan ventilasi ruangan harus memadai. Perlu

dipastikan ruangan tempat percobaan memiliki ventilasi dan exhaust fan yang

memadai.

- Sumber api

Untuk terjadinya kebakaran/ledakan diperlukan adanya tiga unsur yaitu:

bahan bakar, gas pengoksidasi dan sumber api. Sumber api yang bisa

menyebabkan kebakaran bukan saja nyala api yang terbuka namun juga

peralatan atau bahan bersuhu tinggi, percikan listrik static, benturan, katalis, dan

serbuk metal dalam jumlah besar.

- Jika terjadi kebocoran

Perencanaan dan pelatihan terhadap personel yang ada di sekitar sumber

gas harus dilakukan untuk memastikan semua orang mengetahui apa yang harus

dilakukan jika terjadi kebocoran gas. Harus dipersiapkan rute evakuasi yang aman

dan pencegahan supaya tidak terdapat sumber api yang bisa memicu

kebakaran/ledakan.

III.4.3. Penanganan gas bertekanan tinggi

Gas-gas bertekanan memunculkan bahaya selain dari gasnya sendiri, juga

dari energy dalam jumlah besar yang terkandung dalam silnder bertekanan.

Silinder besar dengan berat 130 pound atau lebih dapat memunculkan bahaya

cedera jika menimpa kaki atau tangan.

a. Semua silinder harus terikat ke dinding, bangku, atau struktur oleh rantai

atau tali. Bisa juga dipakai stand untuk silinder.

b. Pisahkan silinder berdasarkan jenis gas (misal: dapat terbakar, inert, dsb.)

c. Jauhkan silinder dari sumber panas dan kondisi cuaca yang ekstrem.

III.5. Bekerja dengan Bahan Biologi

Dalam banyak penelitian di laboratorium sering dipakai bahan-bahan biologis

(darah, kotoran, tulang dll) dan/atau makhluk hidup (binatang, mikrobia, tanaman

dll). Oleh karena itu para peneliti perlu mengetahui bahaya yang mungkin

ditimbulkan dari bahan dan makhluk biologis dan cara pencegahannya.

III.5.1. Resiko yang bisa dihadapi dengan bekerja menggunakan bahan-bahan

biologis (biohazards).

Biohazards adalah bahaya yang ditimbulkan dari organisme patogen dan

turunan metabolismenya kepada manusia aatu organsme lain.

a. Jenis dan karakteristik patogen

Patogen bisa menyebabkan penyakit dan kematian jika masuk ke dalam

tubuh. Jenis patogen meliputi: virus, bakteri, jamur, parasite, prion dan

toksin.

b. Rute infeksi patogen

Patogen bisa mesuk ke dalam tubuh melalui kulit dan membran mukosa.

Rute infeksi tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Kulit: infeksi terjadi melaui luka di kulit atau karena tertusuk jarum

suntik, paku, pecahan kaca atau melalui gigitan nyamuk dan

serangga lain.

2. Membran mukosa: infeksi pada saluran pernafasan dapat terjadi

melalui aerosol yang terhirup lewat saluran pernafasan. Infeksi lewat

saluran makanan melalui makanan dan minuma yang tertelan.

Infeksi pada mata dari kontak langsung dengan patogen.

III.5.2. Tindakan pencegahan secara umum

- Tiga persyaratan umum untuk penanganan patogen:

a. Patogen harus ditangani dalam fasilitas yang sesuai.

b. Peneliti harus memahami cara manipulasi aspetik yang benar, cara

sterilisasi dan cara disinfeksi.

c. Metode penanganan yang tepat untuk patogen di laboratorium harus

diikuti dengan cermat.

- Dalam laboratorium

a. Selalu mamakai APD yang sesuai.

b. Disinfeksi tangan dan jari jemari setelah melakukan percobaan

dengan patogen.

c. Tangani dengan benar peralatan, media kultur, limbah, bagian

hewan, dan meja lab yang terkontaminasi dan sterilisasikan dengan

benar.

d. Tangani sampel sedemikian sehinga untuk menghinari terbentuknya

aerosol

e. Untuk menghindari luka maka tangani dengan hati-hati alat suntik

dan alat lain yang tajam. Taruh jarum dan peralatan lain yang bisa

menimbulkan luka dalam wadah yang keras dan suci-hamakan

sebelum dibuang.

f. Jangan keluar dari lab dengan masih mengenakan pakaian kerja.

III.6. Bekerja dengan Peralatan yang Mengeluarkan Radiasi

III.6.1. Perlindungan dari bahaya radiasi laser

Untuk bisa bekerja secara aman dengan peralatan yang memakai laser, ada tiga

jenis pengendalian yang perlu dilakukan yaitu:

a. Engineering control

Peralatan safety yang harus dilengkapi pada alat yang mempergunakan

laser adalah:

Enclosure (penutup)

Interlocks

Beam stops and filters

Laboratorium harus mempunyai penerangan yang memadai

sehingga pupil mata dalam kondisi sekecil mungkin

b. Admistrative control

Tersedia label yang berisi informasi safety yang diperlukan

Prosedur otorisasi pemakaian laser

Pelatihan yang sesuai

Papan peringatan yang memadai

c. Pemakaian APD

Peralatan pelindung mata yang sesuai dengan jenis laser yang

dipakai harus tersedia.

Tabel III.6.1. Klasifikasi laser

Kelas Deskripsi Keterangan

1 SAFE (1) Outputnya sangat rendah sehingga aman

Kelas Deskripsi Keterangan

atau (2) Laser berada dalam sistem yang

tertutup secara total.

2 LOW POWER:

Visible CW and

pulsed lasers

Untuk kasus CW (continuous wave),

perlindungan mata biasanya diperoleh dari

respons penolakan yang alami. Bahaya bisa

dikendalikan dengan cara yang relative

sederhana.

3A LOW - MEDIUM

POWER

Perlusan dari kelas 2. Proteksi masih diperoleh

dari respons penolakan alami, namun

penampakan langsung dari intrabeam yang

dilihat dengan alat bantu optic mungkin akan

berbahaya. Ini harus dilakukan pengendalian.

3B MEDIUM POWER Bahaya dari melihat sinar secara langsung dan

dari pantulan lurusnya. Diperlukan pengendalian

yang lebih detail.

4 HIGH POWER Bahaya dari melihat sinar secara langsung, dari

pantulan nlurus dan pantulan difuse-nya.

Diperlukan pengendalian yang sangat ketat.

III.6.2. Perlindungan dari bahaya sekunder yang berkaitan dengan laser.

Beberapa bahaya sekunder yang berkaitan dengan pemakaian laser adalah:

a. Bahaya listrik dari peralatan utama yang dipakai, khususnya power suply

yang bertegangan tinggi dan dari kapasitor untuk pulsed laser.

b. Bahaya listrik dari peralatan penunjang yang dipakai.

c. Bahaya mekanis dari motor, pompa dan peralatan lain

d. Sumber cahaya kuat yang dipakai untuk membangkitkan laser.

e. Bahan kimia berbahaya yang dipakai

f. Limbah B3 yang dihasilkan

g. Ledakan dari peralatan yang dipakai

h. Kebakaran

i. Pendingin cryogenic

j. Pembentukan ozone dan NOx

k. Sinar X yang kemungkinan ikut dibangkitkan.

III.6.3. Prosedur safety umum

Secara umum hal-hal berkaitan dengan safety yang harus diperhatikan adalah:

a. Menggunakan laser sekecil yang dimungkinkan

b. Menghindari paparan intra-beam ke mata dengan desain peralatan yang

sesuai.

c. Peralatan laser perlu dioperasik di tempat yang terpisah dari peralatan lain

sehinga hanya orang terlatih yang bisa mengaksesnya.

d. Memberikan penutup secara menyeluruh untuk mencegah paparan radiasi

laser ke sekitarnya.

e. Arah laser harus dijaga tetap dan tidak berubah.

f. Menghindari pantulan laser yang tidak diinginkan dengan cara memakai

peralatan optik yang dilapisi bahan yang tidak memantulkan sinar.

g. Menghindari peralatan laser dijalankan tanpa pengawasan.

h. Safety interlocks selalu diperiksa dan dirawat sehingga bekerja dengan

baik

i. Memastikan semua yang bekerja dengan laser memakai pelindung mata

yang sesuai.

IV. PERATURAN SHE

IV.1. Bekerja di laboratorium

- Aturan sebelum bekerja

1. Memenuhi syarat bekerja di laboratorium :

a. Bagi peneliti: menunjukkan proposal penelitian yang sudah

ditandatangani pembimbing kepada laboran.

b. Bagi praktikan: telah mengikuti safety briefing yang diadakan oleh tim

Safety, Health and Environment (SHE), Jurusan Teknik Kimia, UGM.

2. Telah mengisi RISK ASSESSMENT :

a. Bagi peneliti dan siswa PKL: telah disetujui oleh pembimbing, kepala

laboratorium dan koordinator SHE.

b. Bagi praktikan: telah disetujui oleh pembimbing atau kepala

laboratorium.

3. Mengetahui lokasi dan cara penggunaan peralatan keselamatan darurat,

termasuk safety shower, eyewash station dan alat pemadam api ringan

(APAR).

4. Memahami prosedur tanggap darurat, tanda bahaya dan rute evakuasi.

5. Mengetahui jenis dan penggunaan alat pelindung diri (APD).

6. Memahami prosedur kerja dan peralatan yang akan digunakan.

- Aturan selama bekerja

1. Selalu menggunakan APD minimum yaitu: kacamata pelindung (safety

glasses), jas laboratorium dan sepatu tertutup. APD yang lain digunakan

menyesuaikan dengan jenis percobaan. Pemakai kacamata plus atau

minus tetap wajib menggunakan kacamata pelindung bersama dengan

kacamata plus atau minusnya.

2. Mematuhi prosedur kerja dan peralatan dengan mempertimbangkan

keselamatan diri dan lingkungan.

3. Menggunakan peralatan laboratorium sesuai fungsinya.

4. Selalu waspada terhadap adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman

dan melaporkannya kepada staf laboratorium atau pembimbing. Misal

adanya kabel listrik yang terkelupas dan menggunakan nyala api tanpa

ijin.

5. Konsultasi ke pembimbing dan mengisi surat ijin yang ditandatangani

kepala laboratorium untuk percobaan yang tidak ditunggui.

6. Transportasi bahan kimia antar ruangan laboratorium harus menggunakan

alat bantu khusus (misal: bottle carrier).

7. Selalu memberi label identitas resmi dari jurusan pada saat menyimpan

suatu bahan atau limbah hasil percobaan.

8. Dilarang menghalangi akses ke peralatan keselamatan, lorong dan pintu.

9. Dilarang bergurau atau tidur selama di dalam laboratorium.

10. Dilarang menggunakan peralatan yang menghalangi pendengaran. Misal

memakai headset sehingga tidak mendengar tanda bahaya.

11. Dilarang mempersiapkan, menyimpan atau mengkonsumsi makanan atau

minuman di dalam laboratorium.

12. Dilarang merokok di dalam laboratorium.

13. Bagi yang bekerja di luar jam kerja resmi wajib mengisi surat ijin yang

ditandatangani kepala laboratorium dan dilarang bekerja sendirian.

- Aturan setelah bekerja

1. Melepas semua kabel dan alat listrik lainnya (misal steker dan sambungan

kabel), yang penyambungannya hanya bersifat sementara.

2. Membersihkan alat-alat dan tempat kerja, meletakkan dan

mengembalikan alat-alat yang digunakan ke tempat semula.

3. Mengolah atau menempatkan limbah penelitian/percobaan pada tempat

yang disediakan.

4. Memastikan bahwa tempat kerja dan laboratorium dalam keadaan aman.

Misal mematikan listrik, lampu, kran air atau kran gas.

5. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum meninggalkan

laboratorium.

Untuk menjamin setiap orang yang bekerja di laboratorium memahami setiap

potensi bahaya yang ada, maka sebelum memasuki laboratorium untuk memulai

pekerjaan diwajibkan mengisi form Identifikasi Potensi Bahaya (Risk Assesment)

dan Kontrak Keselamatan Bekerja di Laboratorium

IV.2. Penyimpanan Bahan Kimia

Secara umum, simpan bahan-bahan dan peralatan di dalam lemari atau rak

yang memang dirancang untuk keperluan penyimpanan.

1. Hindari menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terpaksa

meletakkan bahan/peralatan di atas lemari, sediakan ruang kosong

sekurang-kurangnya 18 inchi dari kepala sprinkler (alat sembur air untuk

pemadam kebakaran) atau (jika sprinkler tidak tersedia) 24 inchi dari

langit-langit ruangan.

2. Pastikan berat bahan kimia tidak melebihi beban maksimal dari lemari

atau rak.

3. Rak yang terpasang di dinding harus dilengkapi dengan kerangka yang

bagus dan sangat kuat. Rak semacam ini tidak direkomendasikan untuk

penyimpanan bahan kimia.

4. Lemari untuk penyimpanan bahan kimia harus terbuat dari bahan yang

kuat dan kokoh, lebih diutamakan dari logam atau kayu keras.

5. Jangan menyimpan bahan-bahan di atas lemari yang tinggi di mana

bahan-bahan itu sulit terlihat atau dijangkau.

6. Jangan menyimpan cairan yang bersifat korosif di tempat yang lebih

tinggi dari mata manusia.

7. Sediakan tempat penyimpanan yang khusus untuk setiap jenis bahan

kimia, dan kembalikan bahan kimia itu ke tempatnya semula setiap kali

selesai pemakaian.

8. Jangan menyimpan bahan kimia di dalam lemari asam, kecuali bahan

kimia itu sedang digunakan.

9. Jika penyimpanan suatu bahan kimia tidak mensyaratkan lemari yang

berventilasi, simpan bahan kimia itu di dalam lemari yang tertutup atau di

atas rak yang berbibir untuk mencegah kemasan bahan kimia terguling

jatuh pada saat terjadi kecelakaan atau kebakaran.

10. Hindari pemaparan bahan kimia secara langsung ke sumber panas atau

cahaya matahari.

11. Patuhi semua aturan-aturan mengenai penyimpanan bahan-bahan kimia

yang tidak saling compatible (pencampuran bahan-bahan kimia itu dapat

menyebabkan terjadinya kondisi yang berbahaya).

12. Gunakan tempat penyimpanan/kemasan sekunder dari bahan yang

tahan korosi, jika kemasan aslinya rusak atau bocor.

13. Bedakan lemari es untuk penyimpanan bahan kimia dengan lemari es

untuk penyimpanan makanan. Setiap lemari es harus dipasang label “No

Food” atau “Food Only”.

14. Jangan menyimpan cairan yang dapat terbakar di dalam lemari es,

kecuali lemari es itu memang dirancang untuk keperluan itu. Lemari es

yang bisa dipakai untuk penyimpanan bahan yang dapat terbakar tidak

mengandung komponen-komponen yang dapat memunculkan percikan

api untuk menghindari bahaya ledakan.

15. Lemari penyimpanan bahan kimia yang diletakkan di luar laboratorium

(misal: di lorong/koridor) harus diberi label yang menunjukkan nama

laboratorium dan group riset yang memiliki dan menggunakannya.

IV.3. Bekerja dengan Reaksi Skala Besar

Pembesaran skala reaksi dari yang semula menghasilkan beberapa

milligram menjadi yang menghasilkan lebih dari 100 g kemungkinan memberikan

tambahan resiko beberapa kali lebih besar. Perilaku, prosedur dan pengendalian

terhadap reaksi skala besar pada dasarnya sama dengan reaksi skala kecil.

Meskipun demikian, perbedaan perpindahan panas, pengaruh pengadukan, waktu

pelarutan dan pengaruh konsentrasi serta jumlah bahan yang jauh lebih besar

memerlukan perhatian khusus. Perencanaan yang cermat dan konsultasi dengan

pekerja yang berpengalaman diperlukan untuk mempersiapkan diri menghadapi

segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Meskipun tidak selalu mungkin untuk memprediksi bahwa reaksi skala besar

telah meningkatkan resiko, bahaya harus dievaluasi jika ada kondisi-kondisi

sebagai berikut:

a. Bahan baku atau bahan antara mengandung gugus fungsional yang

diketahui bisa meledak ( misal ikatan N—N, N—O, N—halogen, O—O, and

O—halogen)

b. Reaktan atau hasil tidak stabil pada suhu dekat suhu operasi. Pengujian

awal bisa dilakukan dengan memanaskan sejumlah kecil bahan di tabung

melting point.

c. Reaksi yang tertunda, yaitu diperlukan adanya masa induksi.

d. Hasil samping berupa gas terbentuk.

e. Reaksi tersebut eksotermis. Pertimbangkan apa yang bisa dilakukan untuk

mendinginkan jika reaksi mulai lepas kendali (run-away reaction).

f. Reaksi yang memerlukan waktu refluks yang lama. Pertimbangkan apa

yang akan terjadi jika pelarutnya habis karena kondensasi yang buruk.

g. Rekasi yang memerlukan suhu di bawah 0oC. Pertimbangkan apa yang

akan terjadi jika reaksi memanas sampai suhu ruangan.

Sebagai tambahan, berbagai fenomena panas mungkin tidak terdeteksi di skala

kecil namun akan menghasilkan pengaruh yang signifikan di skala besar. Teknik

analisis termal harus dilakukan untuk menetukan modifikasi proses yang mungkin

diperlukan

IV.4. Percobaan yang tidak Ditunggui

Percobaan di laboratorium yang melibatkan bahan B3 kadang-kadang perlu

dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam tanpa ditunggui. Dalam hal ini,

peneliti bertanggungjawab merancang percobaannya untuk mencegah keluarnya

bahan B3 jika terjadi interupsi layanan utilitas seperti listrik, air pedingin dan gas

inert.

a. Lampu laboratorium harus dibiarkan menyala dan tanda harus dipasang

untuk member informasi percobaan yang dilakukan dan bahan B3 yang

digunakan.

b. Jika memungkinkan, perlu dilakukan pengaturan untuk adanya pekerja lain

yang secara periodic melakukan inspeksi.

c. Poster Informasi Darurat harus mencantumkan nomer telpon dari orang

yang bertanggungjawab jika terjadi kondisi darusrat.

d. Perhatikan dengan seksama bagaimana penyimpanan bahan kimia dan

peralatan, pertimbangkan kemungkinan terjadinyan kebakaran, ledakan

atau reaksi yang tidak dikehendaki.

IV.5. Bekerja Sendirian

Orang yang bekerja menggunakan bahan B3 tidak boleh bekerja sendirian.

Orang lain yang mempunyai kemampuan untuk datang memberikan pertolongan

harus berada dalam jangkauan kontak mata atau suara.

a. Jika bekerja sendirian tidak bisa dihindari lagi maka pekerja harus

mempunyai telefon yang melakukan kontak dengan orang lain yang bisa

diandalkan untuk menolong setidaknya setiap 30 menit.

b. Jika tidak ada orang lain di laboratorium yang tersedia maka ia harus

berkoordinasi dengan orang lain di dalam gedung untuk kontak secara

periodik.

Pembimbing penelitian atau peneliti utama bertanggung jawab untuk menentukan

jika pekerjaan yang dilakukan memerlukan perlakuan khusus misalnya harus ada

dua orang di dalam ruangan yang sama untuk melakukan kegiatan tertentu.

IV.6. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

APD adalah alat khusus yang digunakan untuk melindungi pemakainya dari

suatu bahaya dari sebuah bahan B3. Ini merupakan system perlindungan terakhir,

dipakai jika pengendalian dengan rekayasa tidak memungkinkan. APD tidak

mengurangi atau menghilangkan bahaya, melindungi hanya pemakainya dan

tidak melindungi orag lain.

APD meliputi sarung tangan, pelindung nafas, pelindung mata dan pakaian

pelindung. Kebutuhan APD tergantung pada jenis pekerjaan dan sifat dan jumlah

dari bahan yang dipakai dan harus dilihat untuk kasus per kasus. Pekerja yang

memakai APD harus mengetahui gunanya, cara penggunaan yang benar dan

keterbatasan dari APD tersebt. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di Petunjuk Alat

Pelindung Diri

IV.7. Pelaporan kejadian (Incident report)

Seluruh kecelakaan, cedera atau nyaris-celaka harus dilaporkan kepada

pembimbing atau peneliti utama. Jika pekerja laboratorium merasa dirinya sudah

terlalu banyak terpapar bahan kimia, dia perlu menghubungi Tim SHE meskipun

tanpa gejala yang terlihat. Tim SHE akan menghubungi pekerja yang

bersangkutan dan kepala laboratorium untuk melakukan investigasi.

Tim SHE Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada mendukung

budaya pelaporan insiden maupun kejadian nyaris-celaka. Setiap kejadian insiden

yang berkaitan dengan SHE harus dilaporkan dengan menggunakan form standar

yang ada (terlampir). Laporan insiden in dibuat oleh yang bersangkutan dengan

diketahui oleh laboran dan kelapa laboratorium.

Untuk membentuk lingkungan kerja yang aman, setiap laporan insiden yang

ada akan ditindaklanjuti dengan investigasi secara terukur sesuai dengan

tingkatan yang ada, sebagai berikut:

a. Apabila insiden tersebut menyebabkan terjadinya near accident, investigasi

dilakukan oleh laboran dan kepala laboratorium untuk ditentukan langkah-

langkah pencegahan yang diperlukan

b. Apabila insiden tersebut menyebabkan kecelakaan ringan, investigasi

dilakukan oleh safety officer Departemen dan kepala laboratorium untuk

ditentukan root cause-nya dan tindakan yang diperlukan.

c. Apabila insiden tersebut menyebabkan kecelakaan berat, investigasi akan

dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Ketua Departemen dan dilakukan

sidang SHE untuk menentukan tindakan yang diperlukan.

Investigasi ini tidak bertujuan menunjukkan pihak yang bersalah atau bertanggung

jawab terhadap suatu kejadian. Setiap investigasi yang dilakukan harus

merekomendasikan tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya insiden

serupa dikemudian hari.

IV.8. Pengelolaan limbah

Limbah berbahaya harus dikelola sesuai peraturan yang berlaku, sejak dihasilkan di lingkungan Departemen Teknik Kimia, UGM, sampai ke titik pembuangan akhir di mana limbah telah memenuhi standar keamanan lingkungan atau telah dikirimkan ke pihak professional yang memiliki kompetensi pengolahan limbah.

Limbah berbahaya adalah bahan berwujud padat, cair, atau gas yang menunjukkan karakteristik “berbahaya” atau bahan kimia/biologi tertentu yang secara spesifik terdaftar sebagai limbah berbahaya. Limbah, yang tidak tercantum dalam daftar bahan kimia/biologi tertentu yang berbahaya, dikategorikan memiliki karateristik “berbahaya” karena limbah ini menunjukkan sekurang-kurangnya satu karakteristik “berbahaya”.

IV.8.1. Karakeristik limbah Berbahaya

Untuk limbah kimia, yang dimaksud karakteristik “berbahaya” adalah ignitability, corrosivity, reactivity, dan toxicity. Suatu bahan dikatakan memiliki karakteristik “ignitability” jika bahan ini adalah:

a. Cairan yang memiliki flash point kurang dari 140˚F (= 60˚C) b. Padatan yang dapat terbakar secara spontan pada kondisi tekanan dan

suhu normal c. Oksidator d. Gas-gas bertekanan yang dapat menyala

Beberapa contoh bahan yang memiliki karakteristik “ignitability” adalah etanol, natrium nitrat, gas hidrogen, xylene, dan aseton. Suatu bahan dikatakan memiliki karakteristik “corrosivity” jika bahan ini adalah:

a. Larutan aqueous yang pHnya kurang dari atau sama dengan 2, atau lebih besar atau sama dengan 12,5

b. Karateristik “corrosivity” ini tidak berlaku untuk bahan padat maupun cairan non-aqueous

Beberapa contoh bahan yang memiliki karakteristik “corrosivity” adalah asam khlorida, asam nitrat, dan natrium hidroksid. Suatu bahan dikatakan memiliki karakteristik “reactivity” jika bahan ini adalah:

a. Bahan yang bereaksi sangat cepat atau menghasilkan uap yang beracun jika bahan ini dicampur dengan air

b. Limbah yang mengandung sianida atau sulfide yang melepaskan uap beracun jika limbah ini dicampur dengan air

c. Bahan yang pada kondisi normal bersifat tidak stabil atau eksplosif Beberapa contoh bahan yang memiliki karakteristik “reactivity” adalah logam natrium, senyawa sulfide yang reaktif, kalium sianida, dan asam pikrat.

Karakteristik “toxicity” dimiliki oleh limbah yang dapat mencemari air tanah jika

dibuang dengan cara yang tidak benar. Bahan-bahan ini digolongkan limbah

berbahaya karena di tempat penampungan limbah dapat merembeskan bahan-

bahan beracun tertentu ke lingkungan. Berikut ini adalah daftar 40 limbah dengan

konsentrasi maksimum yang diijinkan di alam.

IV.8.2. Penyimpanan Limbah di dalam Laboratorium

Setiap lokasi di Departemen Teknik Kimia, UGM yang menghasilkan dan

menyimpan limbah kimia/biologi secara sementara disebut Satellite Accumulation

Area (SAA). Langkah-langkah yang perlu dilakukan terkait SAA adalah:

1. Penyiapan area limbah

a. Tetapkan suatu area pengumpulan limbah dekat dengan lokasi di mana

limbah dihasilkan

b. Limbah dilarang diangkut keluar laboratorium ke lokasi pengumpulan

limbah yang jauh dari laboratorium, kecuali dilakukan oleh pihak

professional

c. Limbah cair harus disimpan di dalam container khusus

d. Petunjuk 1a, b, dan c ini harus dipasang di dekat lokasi pengumpulan

limbah

2. Pengumpulan Limbah

a. Setiap container ditempeli label standar dari Departemen Teknik Kimia

UGM pada saat pertama kali limbah dimasukkan ke dalam container

b. Label diisi dengan lengkap

c. Tutup container limbah harus selalu terpasang erat selama

penyimpanan, kecuali saat dilakukan penambahan limbah. DILARANG

KERAS MENCAMPUR LIMBAH KECUALI SUDAH MENGETAHUI

DENGAN PASTI APAKAH LIMBAH YANG DICAMPUR SALING

COMPATIBLE ATAU TIDAK.

3. Permintaan pengambilan limbah

a. Permintaan pengambilan limbah dialamatkan kepada SHE team.

b. Selanjutnya SHE team akan memutuskan limbah mana saja yang akan

diolah di pengelolaan limbah terpadu Departemen Teknik Kimia, UGM,

dan limbah mana saja yang pengolahannya dikoordinir oleh pihak

universitas

c. SHE team tidak akan memproses limbah yang labelnya tidak diisi

dengan lengkap

Jumlah limbah yang terakumulasi di SAA tidak boleh melebihi 55 gallon. Untuk

bahan-bahan yang dapat mengakibatkan keracunan acute, jumlah limbah

maksimal yang dapat terakumulasi di SAA adalah 1 liter. Beberapa contoh bahan

kimia yang dapat mengakibatkan keracunan acute adalah natrium azid, osmium

tetroxide, dan natrium sianida, Tentang potensi keracunan acute beberapa jenis

bahan kimia, MSDS untuk bahan kimia yang bersangkutan dapat dijadikan

alternative rujukan. Konsultasi ke pembimbing dan SHE Officer bisa dilakukan

selama Risk Assessment tentang potensi keracunan akut suatu bahan kimia. Jika

jumlah limbah yang tertampung di SAA sudah melebihi jumlah yang diijinkan, SHE

team harus segera dihubungi untuk melakukan koordinasi pengambilan

limbahnya. Limbah hanya boleh terakumulasi di dalam SAA selama 12 bulan

maksimum, meskipun jumlahnya belum melebihi jumlah maksimum yang diijinkan.

IV.8.3. Persyaratan Container

Container limbah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Kondisinya mash bagus

b. Compatible dengan limbah yang disimpan

c. Selalu dalam keadaan tertutup kecuali selama proses pengisian

d. Ditempeli label standar Departemen Teknik Kimia UGM yang telah diisi

penuh dengan informasi yang dibutuhkan

e. Jika limbah adalah bahan kimia yang sudah kadaluarsa, container asli

dapat digunakan dan label standar Departemen Teknik Kimia UGM tidak

diperlukan selama label aslinya tetap dapat dibaca dengan jelas.

f. Limbah harus selalu berada di dalam laboratorium sebelum diambil oleh

SHE team

g. Dilarang meletakkan limbah di area public

IV.8.4. Label Standar Departemen Teknik Kimia UGM

Berikut ini adalah label standar Departemen Teknik Kimia UGM.

Semua container limbah harus ditempeli label standar Departemen Teknik Kimia

UGM ketika limbah pertama kali dimasukkan ke dalam container. Pada saat

container ditempeli label, info tentang contact person dan bahan kimia harus

sudah terisi. Info tentang persentase camouran bahan kimia baru dituliskan ketika

container sudah terisi penuh. Contact person bertanggung jawab untuk

melakukan pencatatan sehingga pada saat container penuh, contact person dapat

melakukan perhitungan komposisi limbah. Dilarang menggunakan lambing kimia,

singkatan, atau kode untuk identifikasi limbah.

IV.9. Pekerja luar/kontrak

Setiap partner yang terlibat dalam pekerjaan di Departemen Teknik Kimia

misal pekerjaan konstruksi, jasa peralatan, jasa kebersihan dll wajib

memperhatikan aspek SHE untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja

yang bersangkutan maupun lingkungan Departemen Teknik Kimia. Hal-hal yang

harus diperhatikan setiap partner tersebut antara lain:

a. Perusahaan dan pekerja wajib mentaati setiap aturan terkait dengan SHE

di lingkungan Departemen Teknik Kimia

b. Pekerja wajib menunjukkan surat izin bekerja (working permit) dari pihak

Sarana-Prasarana pada waktu pekerjaan akan dimulai.

c. Diwajibkan mengikuti safety breifing yang dilaksanakan oleh tim SHE dan

Sarana-prasarana pada awal dimulainya pekerjaan atau kontrak. Dalam hal

terjadi pergantiaan pekerja dalam masa kontrak, pekerja yang

menggantikan juga diwajibkan untuk melapor kepada bagian Sarana-

prasarana dan mengikuti safety briefing terlebih dahulu.

d. Setiap pekerja wajib mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan

tingkat resiko pekerjaan.

e. Ketaatan perusahaan dan pekerja terhadap aspek SHE akan dievaluasi

oleh pihak terkait.

f. Departemen Teknik Kimia berhak menghentikan setiap jenis kontrak dan

pekerjaan yang dinilai tidak memperhatikan aspek SHE tanpa konsekuensi

keuangan. Ketentuaan ini dimasukkan dalam setiap perjanjian kerja yang

dibuat oleh Departemen.

IV.10. Pelanggaran terhadap aturan SHE

Dengan komitmen yang tinggi dari Departemen Teknik Kimia, setiap

peraturan terkait dengan SHE harus dijamin pelaksanaanya. Semua mahasiswa

yang bekerja di laboratorium diwajibkan untuk mematuhi Aturan Bekerja di

Laboratorium sebagaimana tersebut dalam dokumen ini serta panduan dan aturan

tambahan yang diberikan dalam praktikum/penelitian tertentu. Mahasiswa yang

melanggar Aturan Bekerja di Laboratorium tersebut akan diberikan sanksi sebagai

berikut:

Pelanggaran Sanksi

Pelanggaran pertama Peringatan

Pelanggaran kedua Untuk mahasiswa praktikum: dikeluarkan dari

kelas praktikum yang sedang berlangsung dan

diberikan nilai nol untuk mata praktikum yang

bersangkutan.

Untuk mahasiswa penelitian: diminta

menghentikan percobaan yang sedang

berlangsung dan dilarang bekerja di laboratorium

selama 7 hari kerja berturut-turut

Pelangggaran ketiga Dibatalkannya mata kuliah praktikum atau

penelitian untuk semester tersebut.

V. SISTEM AUDIT

V.1. Audit Internal

Untuk menjamin pelaksanaan sistem SHE yang baik dan perbaikan yang

terus menerus, audit sistem dilakukan secara berkala dan berjenjang. Audit

internal ini bertujuan untuk mengevaluasi ketaatan terhadap aspek SHE yang

telah ditentukan. Berdasarkan data laporan insiden dan masukan yang ada, audit

internal dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Ketua Departemen dan

dilaksanakan minimal sekali dalam setahun. Hasil audit wajib dilaporkan kepada

Ketua Departemen yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Kinerja setiap pihak di lingkungan Departemen terkaik aspek SHE

b. Evaluasi kepatuhaan terhadap setiap aktivitas yang ada

c. Identifikasi peluang perbaikan yang diperlukan

Penyebarluasan hasil audit dilakukan oleh Departemen kepada setiap pihak

terkait guna perbaikan aspek SHE secara terus menerus.

V.2. Audit Eksternal

Audit external dilakukan oleh qualified assesor yang ditunjuk oleh Ketua

Departemen dan dilaksanakan minimal sekali dalam 3 tahun. Dalam

pelaksanaanya, tim external audit harus didampingi oleh tim SHE untuk

mendapatkan hasil yang obyektif terhadap kondisi yang ada. Hasil audit

dilaporkan kepada Ketua Departemen.

Lampiran