panduan kualitas visual infrastruktur bidang cipta karya

26

Upload: lydat

Post on 19-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Page 2: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Page 3: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Page 4: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

KATA PENGANTAR

Page 5: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pembangunan yang dilaksanakan oleh insan Ditjen Cipta Karya sedianya merupakan akumulasi dari proses teknokratik dan partisipatif tanpa melupakan aspek

estetika dan kebermanfaatan, sehingga setiap infrastruktur yang dibangun oleh Ditjen Cipta Karya merupakan interpretasi lengkap dari kebutuhan masyarakat

dan memenuhi prinsip dasar teknis yang dipersyaratkan.

Pada tahun 2015-2019, Ditjen Cipta Karya menghadapi tantangan berat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan indikator kunci 100% akses

aman air minum, 0 % kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi layak. Seluruh stakeholder Ditjen Cipta Karya perlu menyatukan langkah untuk dapat mewujudkan

target tersebut dengan mengedepankan kualitas hasil pembangunan.

Buku “Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya” hadir untuk memberikan panduan pelaksanaan kegiatan pembangunan bagi seluruh insan Ditjen

Cipta Karya. Kami harapkan buku ini menjadi referensi buat kita semua dalam menghadirkan karya-karya infrastruktur yang andal, produktif dan berkelanjutan di

Indonesia. Buku ini membandingkan kualitas visual fisik yang baik dan kurang baik, meskipun secara fungsional telah dimanfaatkan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini sehingga bisa dimanfaatkan bersama.

Mudah-mudahan buku ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman.

Selamat berkarya.

INFRASTRUKTUR BERKUALITAS UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Jakarta, Maret 2015

Imam S. Ernawi

Plt. Direktur Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Page 6: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Page 7: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

KATA PENGANTAR

6

PENDAHULUAN

8

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 2015 - 2019

13

MANAJEMEN MUTU INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

17

MENGAPA BUKU INI DIBUAT?

18

SIAPA YANG DAPAT MENGGUNAKAN BUKU INI?

18

RUANG LINGKUP

20

LAMPIRAN

DAFTAR ISI

Page 8: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

6

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

dari segi kependudukan maupun pertumbuhan ekonomi. Trend

pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun terakhir menunjukkan angka

rata-rata di atas 5%. Sedangkan pertumbuhan penduduk, terutama di

kawasan perkotaan, mengalami pertumbuhan yang signifikan. Situasi

ini memberikan potensi yang besar bagi pembangunan Indonesia di

masa mendatang.

Pertumbuhanyangsignifikantanpadiikutipengelolaanyangbaikdisisi

lain melahirkan persoalan-persoalan yang menurunkan kualitas hidup

di kawasan permukiman. Degradasi lingkungan, merebaknya luasan

kawasan kumuh, dan kemiskinan adalah beberapa contoh persoalan

yang timbul akibat tidak seimbangnya kecepatan pertumbuhan

kawasan dengan daya dukung lingkungannya.

PENDAHULUAN

Dalam rangka mempertahankan kualitas permukiman, pemerintah

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya meluncurkan berbagai

program pembangunan sejak beberapa tahun ini. Bersama dengan

Pemerintah Daerah dan masyarakat, telah dilaksanakan berbagai

kegiatan bidang Cipta Karya oleh pemerintah dengan hasil yang

beragam.

Salah satu tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur,

terutama bidang Cipta Karya, adalah kualitas pembangunan yang

tidak maksimal sehingga mempengaruhi aspek kebermanfaatan dan

keberfungsian itu sendiri. Kita sering mendengar sarana prasarana

yang dibangun mengalami penurunan kualitas sebelum umur

konstruksinya, sehingga pada banyak tempat berimplikasi pada

tidak termanfaatkannya prasarana dan sarana yang dibangun.

Hal ini tentunya memberikan preseden buruk bagi pembangunan

infrastruktur di Indonesia.

Page 9: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Tantangan pembangunan infrastruktur yang lain adalah transformasi

pembangunan yang berubah dari berorientasi kepada Pemerintah Pusat menjadi

bertumpu kepada Pemerintah Daerah dan inisiatif masyarakat. Perubahan

paradigma ini menuntut Pemerintah Pusat untuk memperkuat aspek pembinaan

dan pengaturan sehingga seluruh kegiatan pembangunan memiliki standar dan

kualitas yang sama sesuai dengan peraturan perundangan yang telah diterbitkan.

Sementara itu, tantangan global yang berkembang saat ini menuntut Indonesia

untuk mampu meningkatkan kualitas layanan infrastruktur seperti pemenuhan

layanan dasar air minum, pemenuhan layanan dasar sanitasi, dan mewujudkan

kota tanpa kawasan kumuh. Agenda lain yang menjadi perhatian adalah

penanganan kawasan perbatasan, penataan kota hijau dan pusaka serta

Pemenuhantargetlayanandasarjugadiikutiolehtuntutanuntukpemenuhanprinsip

pembangunan sesuai dengan komitmen internasional dan regional seperti Rio 20+,

agenda habitat nasional, dan MDG’s. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan,

berorientasi lingkungan, inovatif, dan kreatif harus dapat dicerminkan baik dalam

tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan infrastruktur.

Mengamati seluruh tantangan tersebut, maka dirasakan perlu bagi Direktorat

Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,

untuk menerbitkan buku “Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya”.

Buku ini sebagai implementasi fungsi pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan

bidang Cipta Karya, baik di pusat ataupun daerah.

meningkatkan pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat.

Buku ini menjadi salah satu persiapan Ditjen Cipta Karya dalam rangka memenuhi

target pemerintah mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan dalam

kerangka keluaran 100-0-100.

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

7

Page 10: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

8

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pemerintahan Kabinet Kerja 2014-2019 memiliki visi besar “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong“. Salah satu misi yang ditetapkan dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah meningkatkan kualitas hidup manusia yang kemudian

diterjemahkan dalam salah satu program aksi yaitu “Membangun infrastruktur”.

Dalam dokumen RPJMN 2015-2019, beberapa indikator pembangunan infrastruktur yang relevan dengan upaya

meningkatkan kualitas layanan dasar di kawasan permukiman adalah mewujudkan universal access untuk 100%

layanan air minum dan 100% layanan sanitasi layak. Selain itu program aksi lain adalah mewujudkan kota tanpa

kawasan kumuh di tahun 2019.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 2015-2019

Page 11: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

9

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Page 12: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

10

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Penyediaanaksesamanairminummerupakansalahsatuindikatorkunciyangmenjadiacuandalammengukurkualitashidupmasyarakat.DalamMillenniumDevelopment

Goals (MDGs), Pemerintah Indonesia sendiri mentargetkan capaian akses aman air minum mencapai 68,87% di tahun 2015. Sementara itu, perkiraan capaian akses aman

air minum telah mencapai 70,5% di tahun 2014. Pada tahun 2019, pemerintah memasang target 100% akses aman air minum melalui 60% akses perpipaan dan 40% akses

Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Hal ini dapat dicapai dengan beberapa kondisi diantaranya tercukupinya kebutuhan air baku 128 m3/detik, kondisi 100% PDAM yang

sehat, menurunnya tingkat kebocoran hingga 20% serta pemanfaatan idle capacity sebesar 75%.

Strategi yang diterapkan untuk mewujudkan target 100% akses aman air minum diantaranya peningkatan akses aman air minum, peningkatan kemampuan pendanaan,

peningkatan penyediaan air baku, pengembangan dan penerapan NSPK, peningkatan keterlibatan swasta dan masyarakat, serta inovasi teknologi.

Page 13: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

11

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Persoalan permukiman kumuh merupakan salah satu persoalan yang muncul akibat pertumbuhan kota yang tidak terkendali. Menurut data dari Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2014 tercatat luasan kawasan kumuh mencapai 10% dari luasan kawasan perkotaan Indonesia atau sebesar 38.431 Ha yang

tersebar di 4.108 titik kawasan permukiman kumuh perkotaan. Pada tahun 2019, pemerintah mentargetkan persentase kawasan kumuh perkotaan sebesar 0% yang

berarti tiap tahun pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas lingkungan kawasan kumuh sebesar 2%.

Pada tahun 2015-2019, pola penanganan kawasan kumuh menerjemahkan amanat UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dimana

pola penanganan terbagi menjadi; (i) pengawasan dan pengendalian; (ii) pemberdayaan masyarakat; (iii) pemugaran; (iv) peremajaan; dan (v) permukiman kembali.

Mengacu pada persoalan yang dihadapi di periode 2010-2014, maka beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan 2015-2019 adalah; (i) belum tersedianya

data dan informasi yang akurat untuk menginformasikan luasan kawasan kumuh yang perlu ditangani; (ii) kemampuan pemerintah daerah yang terbatas sehingga belum

dapat melaksanakan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan amanat UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; serta (iii) belum

terintegrasinya penanganan kawasan kumuh yang selama ini dilaksanakan sehingga tidak memberikan hasil yang optimal.

Page 14: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

12

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Untuk sektor sanitasi, dua sub sektor yang menjadi perhatian adalah pengelolaan air

limbah dan persampahan. Mengacu pada perkiraan capaian air limbah di tahun 2014

yang mencapai 60,61 %, maka terdapat gap sebesar 39,09 % atau kurang lebih 120 juta

jiwa yang harus dipenuhi pada tahun 2019. Pada tahun 2019 diharapkan pelayanan air

limbah mencapai 100%, dimana untuk kawasan perkotaan 95% ditangani melalui Sistem

Pengolahan Air Limbah (SPAL) setempat dan 5 % melalui SPAL terpusat kota. Sedangkan

secara kelembagaan diharapkan seluruh Pemerintah Daerah memiliki lembaga pengelola

air limbah.

Untuk sub sektor persampahan, dari kondisi saat ini sebesar 79,8 % akses pengelolaan sampah

diharapkan mencapai 100% di tahun 2019, dimana untuk kawasan perkotaan diharapkan

50% sudah diolah di pembuangan akhir dan 50% di kelola di sumber serta untuk kawasan

perdesaan 100% terkelola di sumber. Pendekatan yang dilaksanakan di sektor sanitasi

menggunakan pendekatan berbasis masyarakat untuk skala lingkungan atau kawasan, dan

berbasis institusi untuk yang bersakala kota dan regional.

Untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, maka

diperlukan kualitas fisik kota yang secara visual tertata, aman dan berperspektif lingkungan.

Untuk itu aspek penyelenggaraan bangunan gedung dan penataan bangunan menjadi

salahsatukonsentrasiDitjenCiptaKaryaterutamadalammendukungperwujudanlingkungan

yang layak huni dan berkelanjutan. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Penataan

Bangunan Gedung akan dilaksanakan melalui beberapa langkah yaitu; (i) tersedianya

payung hukum sebagai acuan penyelenggaraan bangunan gedung; (ii) meningkatkan

kompetensi aparat Pemerintah Daerah; (iii) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

penyelenggaraan bangunan gedung; dan (iv) meningkatkan kualitas lingkungan.

Seluruh target dan sasaran yang hendak dicapai oleh Ditjen Cipta Karya memerlukan kerja

keras seluruh pihak baik di pusat atau daerah. Pendekatan pembangunan yang berbasis

kolaborasi baik dari sisi program atau pendanaan diharapkan dapat meningkatkan sinergi

dan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman.

Selain itu, kualitas infrastruktur permukiman yang andal akan memberikan kesempatan

yang lebih besar bagi warga untuk menikmati hasil pembangunan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan yang memenuhi aspek dan persyaratan teknis akan memaksimalkan

pemanfaatan prasarana dan sarana itu sendiri dalam memenuhi seluruh target yang

ditetapkan pemerintah.

Page 15: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

13

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

MANAJEMEN MUTU INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Kondisi infrastruktur bidang Cipta Karya tidak terlepas dari berbagai permasalahan diantaranya kurang cermat dalam perencanaan, kurang memahami

spesifikasi peralatan, kurang memahami tata cara kerja, kurang disiplin dalam waktu pelaksanaan, dan kurang memperhatikan estetika. Karena itu diperlukan

manajemen mutu untuk mengukur kualitas dari hasil pekerjaan yang berkualitas dan berkelanjutan.

PP No. 29 Tahun 2000 Pasal 30 ayat 1 (a) :

Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggara pekerjaan konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan,

meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai

dengan standar atau norma yang berlaku.

Permen PU No. 04/PRT/M/2009 Pasal 2 :

Kebijakan Mutu Departemen merupakan suatu kebijakan/upaya guna menjamin ketersediaan infrastruktur yang andal bagi masyarakat dengan prinsip

efisien dan efektif serta melakukan peningkatan mutu kegiatan secara berkelanjutan.

Permen PU No. 04/PRT/M/2009 Pasal 3 (1) :

Maksud dari Peraturan Menteri ini untuk memberikan panduan melaksanakan manajemen organisasi yang mengarah pada perencanaan, penerapan,

pengendalian, pemeliharaan, dan peningkatan bagi pencapaian kinerja berlandaskan SMM yang terdokumentasikan dan terintegrasi sesuai dengan

Kebijakan Mutu yang ditetapkan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

DASAR HUKUM

Page 16: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

QUALITY

PERFOR- MANCE

FEATURES

CONFOR- MANCE

SERVICE- ABILITY

PERCEIVED QUALITY

AESTHE- TICS

DURABI- LITY

RELIABI- LITY

DIMENSI KUALITAS Memenuhi fungsi

Elemen tambahan Handal

Memenuhi spesifikasi

Kemudahan perbaikan Citarasaseni

Dayatahan

Layak (Sumber: David Garvin, 1984)

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

14

Page 17: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

15

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

TQM memiliki strategi antara lain focus on consumer, continuous improvement, quality improvement, accurate evaluation, dan involve all people and functions.

Strategi pertama, Focus on Cunsomer (fokus pada kepuasan pengguna) mencakup tahap konstruksi (Pengguna Barang/Jasa) dan tahap operasional

(masyarakat pengguna).

Strategi kedua dalam mengelola kualitas untuk memuaskan pengguna melalui continuous improvement (perbaikan berkelanjutan). Strategi ini dapat

digambarkan dalam siklus PDCA, yaitu Plan (merencanakan), Do ( melaksanakan), Check (evaluasi), dan Act (tindakan penyesuaian).

TQM DALAM MENJAMIN KUALITAS PRODUK INFRASTRUKTUR

Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement) memiliki dua sasaran,yaitu :

A. Produk

a. Standar mutu: evaluasi dan update standar mutu secara periodik.

b. Spesifikasi: meningkatkan kriteria produk untuk kualitas lebih baik (misalnya lebih andal, lebih tahan lama).

B. Proses

a. Perencanaan produk sesuai kebutuhan: bermanfaat, efisien, efektif

b. Prosedur kerja: melengkapi SOP untuk setiap proses kerja

c. Efisiensi pada pelaksanaan: implementasi SOP dan percepatan pada setiap proses

d. Perbaikan proses: dapat dilakukan melalui Business Process Reengineering, diharapkan terjadi perubahan yang lebih cepat

e. Supervisi: peningkatan kualitas kompetensi konsultan dan SDM tenaga pengawas yang terdiri dari:

- Internal:

Mendorong peran Lembaga/ Instansi pembina Penyedia Jasa meningkatkan kualitas konsultan dan SDM, seperti Puslatjakon.

- Eksternal:

Bekerjasama dengan asosiasi profesi untuk meningkatkan standar kompetensi SDM Jasa Konstruksi.

f. SIM monitoring konstruksi (dari e-Procurement, SIM Monitoring Konstruksi, sampai e-Monitoring). Informasi dalam SIM mencakup; (i) Status pengadaan dan

pengiriman barang; (ii) Proses administrasi kontrak (PCM, SCM, MC-0, Amandemen, Nilai Addendum, PHO); (iii) Informasi penyedia jasa (kontraktor,

konsultan); (iv) Volume pekerjaan dan spesifikasi alat; dan (v) Foto dokumentasi.

TQM memiliki fungsi antara lain; (i) Updating data menjadi teratur; (ii) Peringatan dini (early warning) potensi masalah pada paket pekerjaan; (iii) Alat bantu

informasi setiap paket pekerjaan; (iv) Kepastian akses informasi pada level yang berwenang

Page 18: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

16

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

PENERAPAN TQM

1. Peningkatan kualitas

- Tidak saja mutu Produk/Jasa, tetapi juga biaya, delivery, keselamatan kerja

2. Evaluasi:

- Unit kerja

- Bagian manajemen kualitas

3. Partisipasi:

- Pimpinan hingga staf

- Unit kerja terkait

TANTANGAN DAN KENDALA TQM

Ada tiga tantangan TQM, yaitu komitmen, adaptasi, dan disiplin. Sedangkan kendalanya antara lain; (i) Menuntut alokasi waktu (Siklus P-D-C-A); (ii) Terjebak

dalamrutinitasprosedur,melupakanimprovement-nya;(iii)Hanyaberdampakbilapeningkatanmutusudahpadaarahyangtepat;(iv) TQMadalahperbaikan

bertahap yang saling berkaitan dan memerlukan waktu.

KUNCI KEBERHASILAN

Ada tiga kunci keberhasilan TQM, yaitu:

1. Mengkondisikan pola pikir:

Menempatkan mutu sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja

2. Manajemen kualitas secara total:

Menerapkan secara kontinyu dan menyeluruh, tidak parsial

3. Dibentuknya Bagian Manajemen Kualitas:

- Mengendalikan arah perbaikan kualitas

- Menetapkan spesifikasi proses, alat, prosedur untuk meningkatkan mutu

Page 19: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

17

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Buku ini disusun dengan tujuan memberikan panduan bagi pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana permukiman yang andal, produktif, dan berkelanjutan.

Diharapkan para pelaksana kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat menjadikan buku ini sebagai salah satu acuan dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman.

Buku ini disusun berdasarkan hasil kajian teknis dan pengamatan lapangan terhadap pembangunan infrastruktur permukiman yang pernah dilaksanakan, baik dengan

dana APBN, APBD, swasta dan masyarakat. Kualitas pekerjaan yang baik ataupun kurang baik dari berbagai kegiatan kemudian didokumentasikan dan dikaji untuk

kemudian dimasukkan dalam buku panduan ini.

Beberapa manfaat yang sekiranya dapat diambil dengan keberadaan buku ini adalah:

- Menjadi panduan para pelaksana untuk memastikan hasil pembangunan berfungsi dan memenuhi kaidah teknis yang dipersyaratkan.

- Memberikan inspirasi bagi para pelaksana kegiatan dalam meningkatkan kualitas kegiatan baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan ataupun pengawasan.

- Menjadi masukan bagi para pelaksana kegiatan dalam upaya meningkatkan kebermanfaatan prasarana dan sarana yang telah dibangun.

Melalui buku ini, ada harapan besar bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh para pelaksana kegiatan tidak sebatas kepada upaya pemenuhan

kewajiban dalam kontrak. Pembangunan infrastruktur yang diharapkan menjadi upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kehadiran infrastruktur yang

andal, produktif, dan berkelanjutan. Infrastruktur yang dibangun oleh pelaksana kegiatan di Ditjen Cipta Karya dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat ataupun

stakeholder lainnya mengenai kehadiran prasarana dan sarana dengan kualitas yang baik dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

MENGAPA BUKU INI DIBUAT?

Page 20: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

18

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

SIAPA YANG DAPAT MENGGUNAKAN BUKU INI?

Buku ini diperuntukkan buat para pelaksana kegiatan di Ditjen Cipta Karya untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan kaidah dan tujuan

pembangunan yang diinginkan. Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi beberapa pihak, yaitu Satker di lingkungan Ditjen Cipta Karya, kontraktor,

fasilitator, dan kelompok masyarakat, dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman.

Tidak tertutup kemungkinan buku ini diperuntukkan bagi stakeholder yang lebih luas sebagai referensi pelaksanaan pembangunan sarana prasarana

permukiman baik yang didanai oleh APBD, CSR ,atau sumber pendanaan lainnya.

RUANG LINGKUP

Buku “Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya” terdiri atas

beberapa bagian buku diantaranya:

• Buku Umum

• Buku 1 Prasarana dan Sarana Air Minum

• Buku 2 Prasarana dan Sarana Sanitasi

• Buku 3 Pengembangan Kawasan Permukiman

• Buku 4 Bina Penataan Bangunan

• Buku 5 Pemberdayaan Masyarakat

Tiap-tiap buku berisikan informasi dan deskripsi terkait kualitas pekerjaan yang

secara visual terlihat baik dan kurang baik pada masing-masing tahapan

pekerjaan di tiap sektor terkait sarana prasarana permukiman. Pembagian buku

ini ke dalam beberapa bagian diharapkan dapat mempermudah bagi para

pelaksana kegiatan dalam mencari referensi untuk tiap-tiap tahapan pekerjaan

sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan masing-masing Satker.

Page 21: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

19

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Page 22: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

TIM PENYUSUN

Pembina

Imam S. Ernawi

Antonius Budiono Pengarah

Dadan Krisnandar

Adjar Prajudi

Hadi Sucahyono

M Maliki Moersid

Mochammad Natsir

Penyunting

Sri Murni Edi K

Dian Irawati

Nieke Nindyaputri

Hendarko Rudi Susanto

Prasetyo

Dodi Krispratmadi

Emah Sudjimah

Rudy A. Arifin

Oloan Simatupang

Agus Achyar

Somba Tambing

Hilwan Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

20

Penulis

Bhima Dhananjaya

Elkana Catur H

Zikra

Meliva Rizki Aulia

Rady Febrian

Indrastuti

Dika Dwi Angga

Dyah Lalita Widyanari

Pierre Natigor Pohan

Defri Kus Triyanto

Buchori

Tim Kreatif dan Desain

Gilang Ramadhan

Rinandita Anggareni

Alexandra Elma

Djati Waluyo Widodo

Ibnu Ari Jatmiko

Kemal Rendy Purwoko Data dan Dokumentasi

Muljihad Nur Muharom

Bramanti Nawang Sari

Page 23: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

21

TATA KELOLA ORGANISASI

DITJEN CIPTA KARYA

1 TujuanTata Kelola Organisasi

Ditjen Cipta Karya

Mewujudkan Permukiman Layak Huni &

Berkelanjutan Semua Kebijakan, Program, dan kegiatan organisasi

di pusat dan dasar memiliki, satu tujuan yang sama

3 Internalisasi Nilai

Cipta Karya

1.

2.

3.

Pemahaman terhadap posisi dan penugasan

sebagai pejabat/staf di lingkungan Ditjen Cipta

Karya Effective Positioning) • Value Transformer, Penata Program,

Pelaksana Kegiatan Pelembagaan di Pemda dan masyarakat

mengenai tujuan Cipta Karya

(Institutionalization) • Turbinlakwas secara efektif proporsional Penguasaan model pembangunan dan

lingkungan internal bidang Cipta Karya pada

setiap tingkatan/aras spasial pelaksanaan

program/kegiatan (Cascading) • Regional, kabupaten/kota, kawasan, dan

lingkungan

5 Aktualisasi Nilai

Cipta Karya

1.

2.

3.

4.

5.

Kreatifitas dalam bekerja (creative)

Menciptakan / melakukan kegiatan yang

dapat menginspirasi pihak lain untuk sinergi

pelaksanaan kegiatan Cipta Karya (inspiring) Pantang menyerah dalam upaya menanamkan

nilai-nilai untuk tmelembagakan pencapaian

tujuan perwujudan Permukiman Layak Huni dan

Berkelanjutan (perseverance) Carabepikiryangoutofthebox(thinkingoutofthe

box) Seluruh kegiatan dapat diakui dan diterima

oleh masyarakat untuk memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat

(acknowledged)

Page 24: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya

22

1.

2.

Transformasi Nilai ke-Cipta Karya-

an yang baik Setiap kebijakan, program dan

kegiatan di raktikkan dengan berbasis nilai Program yang Berkualitas Melalui

Planning, Programming, dan

Budgeting yang Terpadu dan

Tidak Sektoral Kegiatan yang dilaksanakan

memiliki indikator kinerja utama yang terukur untuk pencapaian program secara efektif

5.

6.

Produk Kegiatan yang Baik,

Efisien, Tepat Waktu dan

Berkualitas, serta Bermanfaat Keunggulan produk sebagai

benchmarking kegiatan di daerah dan masyarakat Pengelolaan Informasi untuk

Pemberian Pelayanan yang Efektif

dan Membangun Image Organisasi yang Baik Melayani

secara proaktif, responsif, just in time

3.

4.

Organisasi Pembelajaran yang

senantiasa Lebih Baik dan Efektif Organisasi pada setiap tingkatan

bersifat dinamis melakukan pembaruan dengan tata laksana yang responsif Sumber Daya Manusia yang

Berperilaku Efektif dan Responsif

Menjawab Tantangan Masa Kini

dan ke Depan Pengembangan sumber

daya manusia secara berkelanjutan dan terukur untuk efektifitaspencapaian tujuan organisasi

7. Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik Menerapkan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik secara berkelanjutan, termasuk program reward & punishment

TATA KELOLA ORGANISASI

DITJEN CIPTA KARYA

7 Pilar

Cipta Karya

Page 25: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Page 26: Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya