pak munsi ekologi

Upload: anantosbi

Post on 09-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

antro

TRANSCRIPT

INTISARI MATERI

= KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN =

Di Susun Oleh :

MUH. HAMIRUDDIN S.P1900214006

Dosen Pengampuh : DR. Munsi Lampe, M.A

PROGRAM PASCA SARJANA S2 ANTROPOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS HASANUDDIN2015ANTROPOLOGI EKOLOGI

A. MANUSIA DAN LINGKUNGAN ALAM FISIKManusia adalah makhluk hidup yang tidak bisa dilepaskan dengan alam dan lingkungannya. Kedua variabel ini saling terkait satu sama lainnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam di sekelilingnya. Lingkungan alam fisik adalah salah satu fakor utama bagi manusia untu dapat memepertahankan hidupnya. Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, dengan akal yang dimiliknya inilah manusia mampu mengolah alam di sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.

Kondisi lingkungan fisik mmapu menopang kehidupan manusia, adanya sumber daya produktivitas yang dimiliki oleh alam akan dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka beradaptasi dengan alam tempat tinggalnya. Alam akan menyediakan kebutuhan manusia, sedangkan manusia adalah makhluk yang mampu mengolah alam. Jadi dari hal ini terlihat bahwa manusia dengan lingkungan alam tidak akan dapat dipisahkan.

Namun selain sisi positif yang dikemukakan di atas hubungan antara manusia dengan alam fisik, terdapat juga hubungan yang negatif antara manusia dengan alam yang diakibatkan oleh tingkah laku manusia terhadap alam yang menimbulkan kerusakan.

Manusia dengan sikap yang berlebih terhadap pemanfaatan alam akan mangakibatkan terjadinya kerusakan di alam. Kebutuhan manusia untuk tetap melanjutkan kehidupan menuntut manusia untuk selalu memanfaatkan nilai produktivitas atau nilai guna yang dimiliki alam hingga akhirnya alam sendiri tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kondisi seperti inilah yang nantinya akan menimbulkan permasalahan serius terhadap kondisi alam.

Permasalahan antara manusia dengan lingkungan alam inilah yang akan menjadi fokus pembahasan dalam antropologi ekologi dalam melihat hubungan antara manusia, kebudayaan dan lingkungannnya dengan berbagai permasalahn yang ditimbulkannya.

B. MANUSIA, KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGANManusia adalah makhluk yang bertindak didasarkan atas kebudayaan yang dimilikinya, kerena kebudayaan yang dimilikinya merupakan sebuah pedoman yang dijadikannya untuk berpikir dan berperilaku. Kebudayaan dengan manusia tidak bisa dilepaskan, karena keduanya saling terkait. Tidak ada manusia tanpa kebudayaan dan tidak aka nada kebudayaan tanpa adanya manusia.

Selain itu yang penting lagi adalah lingkungan. Lingkungan adalah tempat manusia hidup yang juga tidak bisa dilepaskan dari manusia. Menusia membutuhkan alam yang meiliki nilai guna yang akan dimanfaatkan oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya. Manusia akan mengolah alam untuk mencukupi kebutuhannya. Dalam mengolah lingkungan inilah manusia menggunakan kebudayaannya untuk memilih bagaimana cara atau strategi yang digunakan oleh manusia untuk dapat memanfaatkan alam sehingga kehidupannya tetap berlanjut.

Kebudayaan yang dijadikan pedoman oleh manusia dalam bertindak akan membantu manusia mengubah alam menjadi lingkungan yang mampu menghasilkan apa yang dibutuhkannya.

C. KEBUDAYAAN, ADAPTASI DAN KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI EKOLOGIVariabel adaptasi, lingkungan dan kebudayan merupakan merupakan hal yang sangat penting bagi mnausia, dan ketiga hal itu saling terkait satu sama laian. Adaptasi merupakan suatu strategi penyesuaian diri yang digunakan manusia selama hidupnya untuk merespon terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapinya. Melalui adaptasi yang dilakukan itulah manusia dapat bertahan hidup di lingkungannya dengan berbagai tantangan yang ada di setiap lingkungan. Tantangan yang dilahirkan oleh lingkungan (lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya) menuntut manusia untuk mampu hidup selaras dengan lingkungannya. Karena dengan hidup selaras dengan lingkungannyalah manusia dapat mempertahankan hidupnya. Jika manusia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya maka ia akan gagal dan terseleksi oleh lingkungannya sendiri. Oleh karena itu kondisi lingkungan sangat mempengaruhi strategi adaptasi apa yang dipilih oleh manusia yang nantinya juga akan melahirkan strategi yang berbeda pula dalam setiap masyarakat untuk menjawab tantangan yang ada di lingkungannya. Adaptasi yang dilakukan manusia terhadap lingkungan tersebut menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya. Sedangkan keterkaitannya dengan kebudayaan adalah bahwa kebudayaan merupakan ekspresi adaptasi manusia terhadap kondisi lingkungannya. Perbedaan lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi kebudayaan masing-masing masyarakat, dan perbedaan kebudayaan akan mempengaruhi pola-pola adaptasi yang dilakukan. Jadi berdasarkan penjelasan diatas terlihat keterkaitan antara adaptasi, lingkungan dan kebudayaan yang saling terikat satu sama lain dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam realitas ekologi manusia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan saling terkait antara lingkungan fisik dan sistem sosial budaya masyarakat.

Adapun konsep-konsep yang terdapat dalam antropologi ekologi adalah :1. Manusia adalah makhluk hidup yang akan selalu mempertahankan kehidupannya dengan memanfaatkan lingkungannya agar bisa menghasilkan sesuatu untuk mencukupi kebutuhannya.2. Kebudayaan adalah pola pikir yang membentuk manusia bagaimana cara ia dalam bertindak atau berperilku dalam menghadapi lingkungannya.3. Adaptasi adalah sebuah usaha atau upaya yang dilakukan oleh manusia untuk hidup selaras dengan lingkungan di mana ia berada baik itu lingkungan fisik, lingkungan sosial maupun budaya agar dapat tetap mempertahankan kehidupannya4. Lingkungan adalah suatu tempat dimana manusia dapat mempertahankan hidup dengan memanfaatkan nilai produktivitas yang dimiliki lingkungan tempat tinggalnya.

D. TEORI DAN PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI EKOLOGI1. Pendekatan EtnoekologiPendekatan antropologi ekologi dicetuskan oleh ahli antropologi yang berlatar belakang linguistik. Pendekatan ini berasal dari etnosains yang pertama kali diperkenalkan oleh Conklin tahun 1954. Pendekatan etnoekologi berusaha melukiskan lingkungan sebagaimana lingkungan tersebut dilihat oleh masyarakat yang diteliti (emic).

Asumsi dasar pendekatan etnoekologi adalah bahwa lingkungan atau lingkungan efektif bersifat kultural sebab lingkungan obyektif yang sama dapat dipahami secara berlainan oleh masyarakat yang berbeda latar belakang lingkungan budaya yang dikodefikasi dalam bahasa. Oleh karena itu dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan etnoekologi hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah memahami lingkungan dengan menggungkapkan taksonomi-taksonomi, klasifikasi-klasifikasi yang ada dalam istilah-istilah lokal. Sebab taksonomi dan klasifikasi inilah terkandung pernyataan-pernyataan atau ide-ide masyarakat yang kita teliti mengenai lingkungannya. Dalam struktur bahasalah terkandung berbagai informasi penting untuk mendapatkan etnoekologi masyarakat yang diteliti.

2. Pendekatan Ekologi Silang Budayaa. NettingNetting melakukan penelitiannya di kalangan orang Kofyar di Nigeria dari tahun 1960 hingga 1962. Penelitian ini ditujukan untuk melukiskan sistem pertanian orang Kofyar yang dianggapnya unik dan sangat terintegrasi. Dia juga menganalisis saling hubungan antara sistem pertanian mereka dengan latar belakang sosial budaya petaninya dan perhatiannya lebih diarahkan pada aspek budaya proses adaptasi orang Kofyar. Secara umum orientasi teoritisnya adalah mencakup pemisahan berbagai unsur lingkungan yang berkaitan dengan proses adaptasi manusia dan eksploitasi yang dilakukan oleh manusia, dan hubungan empirik ciri-ciri mata pencaharian ini dengan pola-pola kebudayaan tertentu.

b. Walter GoldschmitDi awal tahun 60-an Walter Goldschmit mengetuai sebuah proyek bernama Kebudayaan dan Ekologi di Afrika Timur. Tujuan penelitian ini adalah melakukan studi perbandingan yang terkontrol mengenai perbedaan dalam kebudayaan pada kelompok-kelompok dari empat macam suku bangsa yang masing-masing mempunyai mempunyai ciri: ada yang memusatkan pada aktivitas pengembalaan dan yang lain pada kegiatan pertanian. Orientasi teoritis proyek ini muncul dari usaha menggabungkan teori struktural fungsional dengan teori evolusi.

Hasil studi dari proyek penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian-penyesuaian ekonomi yang berlaianan antar pengembala dan petani, yang dipengaruhi oleh situasi lingkungan yang berbeda, memang telah menghasilkan nilai-nilai, sikap dan ciri-ciri kepribadian yang berbeda pula.

Dari kedua penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil kedua penelitian tersebut adalah sama-sama mengkaji mengenai cara masyarakat mempertahankan hidupnya yaitu terdapat adanya pola adaptasi masyarakat yang berbeda terhadap lingkungan. Lingkungan yang berbeda akan menghasilkan adaptasi yang berbeda pula. Karena tuntutan dari setiap lingkungan berbeda-beda terhadap manusianya.\ Membandingkan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya, yang dibandingkan adalah unsur-unsur kebudayaannya.\ Membandingkan sistem-sistem tertentu dengan sistem yang lain dalam kebudayaan Membandingkan hasil kebudayaan.Dalam pendekatan antropologi ekologi silang budaya tujuan membandingkan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain adalah dikarekan kebudayaan disetiap masyarakat mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda. Karakteristik yang berbeda ini pulalah yang mempengaruhi perbedaan pola pikir dan tindakan (kebudayaan materi dan kebudayaan non materi) dalam masing-masing masyarakat.

Selain itu perbedaan ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing kebudayaan juga mempengaruhi bagaimana interaksi manusia dengan lingkungan. Terutama dalam hal beradaptasi dengan lingkungan baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial.Perbedaan pendekatan ekologi silang budaya dengan pendekatan etnoekologi adalah :1. Pendekatan etnoekologi lebih menekankan kepada linguistik atau bahasa yang dimiliki dalam suatu masyarakat. Untuk meneliti suatu masyarakat tertentu peneliti terlebih dahulu harus memahami bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang akan ditelitinya. Artinya pendekatan ini lebih memusatkan pada satu perhatian dalam memahami masyarakat yaitu bahasa yang dimiliki sebagai salah satu wujud dari kebudayan yang dimilikinya. Dan menurut pendekatan ini bahasa yang dimiliki akan menunjukkan perilaku apa nantinya yang akan dilakukannya dalam beradaptasi dengan lingkungan.2. Sedangkan pendekatan ekologi silang budaya tidak berpusat pada unsur bahasa saja. Namun karena dipengaruhi oleh teori fungsionalisme dan evolusi, maka pendekatan ini melihat lebih banyak unsur budaya dalam masyarakat seperti mata pencaharian, teknologi, ekonomi yang terwujud dalam satu sistem kebudayaan dalam masyarakat yang akan mempengaruhi bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungannya.

E. TEORI EKOSISTEMIK MATERIALISTIKPendekatan ini penekanannya adalah pada perilaku fisik manusia yang nyata, bagaimana manusia secara langsung mempengaruhi dan mengubah lingkungannya. Pendekatan ini melihat tingkah laku manusia yang dapat dilihat dan diukur dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pendekatan ini dipengaruhi aliran neo-fungsionalisme, yang mana pendekatan ini melihat sistem yang ada dalam masyarakat. untuk mengkaji suatu masyarakat maka perlu mengkaji semua sistem, hal ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur kebudayaaan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi lingkungan ataupun sebaliknya. oleh karena itulah pendekatan ini adalah pendekatan yang mengkaji hubungan manusia, lingkungan dan kebudayaan secara holistik. Berbeda dengan pendekatan etnoekologi yang sebelumnya, pendekatan etnoekologi hanya mengungkap istilah lokal melalui klasifikasi bahasa yang dimiliki oleh masyarakat. etnoekologi hanya melihat satu unsur kebudayaan saja. Sedangkan ekosistemik ini adalah melihat keseluruhan unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dilihat secara terpisah dalam mengkaji masyarakat..

F. TEORI DETERMINISME DAN POSIBILISMEDeterminisme Lingkungan Kepribadian, moralitas, moralitas, politik dan pemerintahan, agama/religi, kebudaayaan material, biologi semuanya telah menjadi subyek untuk penjelasan oleh determinisme lingkungan (envirronment determinism). Hippocrates memandang tubuh manusia itu sebagai tempat beradanya empat jenis humor yaitu empedu kuning, empedu hitam, plegma, dan darah, yang mewakili api, tanah, air, ddan darah berturut-turut. Iklim dipercaya sebagai yang bertanggung jawab terjadi keseimbangan (balance) humor-humor itu dan karena itu perbedaan geografis dalam benntuk fisik dan kepribadian. Jadi, orang-orang yang tinggal di daerah beriklim panas mempunyai sifat-sifat bernafsu/bergairah, senang kekerasan, malas, berusia pendek dan lincah karena udara panas dan kurangnya air. Pemerintah-pemerintah yng dipostic, dipihak lain cocok untuk iklim yang panas karena orang-orang kekurangan semangat dan kecintaan akan kebebasan (liberty) dan kelebihan gairah. Iklim yang dingin tidak mempunyai bentuk pemerintahan yang riel karena orang-orang tidak mempunyai keterampilan dan intelegensi serta sangat suka akan kebebasan pribadi.Para antropolog dan geographer telah berusaha mencri penyebab-penyebab adanya distribusi unsur-unsur budaya (culture traits) secara geografis. Beberapa orang mengusulkan lingkungan (sebagai penyebabnya) sementara lainnya mengusulkan difusi. Konsep daerah kebudayaan (culture area) sangat cocok untuk maksud ini, yang memungkinkn terdapatnya berbagai kebudyaan dalam daerah-daerah geogrfis yang luas untuk diklasifikasikan menjadi satu tipe tunggal karena mempunyai beberapaa unsur (traits) yang sama. Beberapa geographer dan antropolog masa lalu dengan cepat mencatat adanya kesesuaian diantara daerah-daerha kebudayaan dan daerah-daerah lamiah (natural areas) dan menandaskan bahwa lingkunganlah yang menyebabkan terjadinya daerah-daerah kebudyaan yang berbeda-beda itu. Tema determinisme lingkungan sebagian digantikan oleh munculnya model-model manusia lingkungan yang memandang lingkungan sebagai mempunyai pembatas tapi kreatif atau yang mengakui adanya interaksi bersama yang kompleks.Di satu pihak, sejumlah penyelidikakhir-akhir ini telah mengemukakan model-model yang membatasi peran lingkungan sebagai faktor (agent) perubahan biologis. Dorongan genetic, yakni, tingkah laku yang disebabkan karena kesalahn pengambilan sample dalam populasi yang kecil, adalah bagian penting dari kebanyakan model itu. Peranan seleksi alam telah dipertanyakan karena adanya pengakuan bahwa gene bukanlah subyek kebenaran yang terpisah untuk memanipulasi dengan mudah faktor-faktor lingkungan, tapi merupakan bagian daripada sistem interaksi yang kompleks.

Posibilisme Pergeseran tentang penjelasan lingkungan dalam antropologi dari determinisme menuju ke arah posibilisme disebabkan adanya pengaruh pribadi Frans Boas yang memperlihatkan bahwa asal usul pola-pola dan ciri-ciri kebudayaan spesifik pada umumnya daapat dijumpai dalam tradisi historis bukannya lingkungan. Penekanan Boas pada penjelasan kebudayaan spesifik telah menimbulkan apa yang disebut aliran partikularisme sejarah, sebagai aliran yang anti paham lingkungan (antienvironmrntalisme). Ia memandang tidak relevan dengan penjelasnn asal usul unsur-unsur kebudayaan (culture traits). Jadi, lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam menjelaskan mengapa sebagian ciri-ciri itu ada. Kepercayaan ini merupakan cap dari posibilisme. Mason telah mengemukakan bahwa distribusi geografis kebudayaan material dan teknologi telah dibentuk oleh lingkungan tapi tidak disebabkan oleh lingkungan (1896, hlm.663). jadi, pertanian adalah diagnostic Amerika Serikat bagian timur, bukan karena disebabkan oleh iklim sedang tapi karena daerah itu mempunyai musim tanam yang diperlukan. Memang benar bahwa kebudayaan berakar pada alam,dan dengan demikian tidak seluruhnya dapat dimengerti kecualidengan acuan kepada bagian alam dimana kebudayaan itu terjadi, kebudayaan itu bukan dihasilkan dibandingkan dengan tanaman yang ditimbulkan oleh tanah dimana ia tumbuh.

Page | 2