pai kel. 5

60
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut. Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan dalam agama, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluknya, dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik- baiknya. 1

Upload: linda-shafira

Post on 28-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: PAI kel. 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan

menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak

yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan

Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang

hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah

merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan

agama Islam itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak

yang mulia adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala

larangan-larangan dalam agama, baik yang berhubungan dengan Allah maupun

yang berhubungan dengan makhluknya, dirinya sendiri, orang lain dan

lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan apabila

tidak bisa melihat Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya

sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Akhlak itu merupakan tanda keimanan seseorang karena akhlak yang baik

adalah hasil daripada keimanan yang tersemat di hati.Akhlak yang baik dan

sempurna diukur mengikuti garis panduan yang ditetapkan oleh perintah Allah

SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Akhlak yang indah itu akan terlihat bila individu itu beriman dengan Allah

dan Rasul-Nya, kitab-Nya, malaikat-Nya, hari akhirat-Nya serta qada’ dan qadar-

Nya. beriman dan yakin dengan semua enam perkara ni dengan sebenar-benar

yakin dan percaya sepatutnya.

Selain itu, akhlak harus dibarengi dengan etika dan moral yang baik pula.

Etika Islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun masyarakat

di segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.Jadi moral adalah

perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima,

meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu. Sedangkan, moral adalah istilah

1

Page 2: PAI kel. 5

yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan

nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral

tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara

etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang

perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam

makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Apa tolak ukur Akhlak baik dan buruk ?

1.2.2 Apa saja macam-macam akhlak (mahmudah dan madzmumah) ?

1.2.3 Bagaimana mengembangkan perilaku adil, sabar, syukur, dan

pemaaf dalam pergaulan (pengertian masing-masing dan bagaimana

implementasinya dalam kehidupan) ?

1.2.4 Apa saja faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi akhlak

manusia ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui tolak ukur Akhlak baik dan buruk.

1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam akhlak (mahmudah dan

madzmumah).

1.3.3 Untuk mengetahui mengembangkan perilaku adil, sabar, syukur, dan

pemaaf dalam pergaulan (pengertian masing-masing dan bagaimana

implementasinya dalam kehidupan).

1.3.4 Untuk mengetahui faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi

akhlak manusia.

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk mengetahui penjelasan mengenai Akhlak, Etika dan Moral.

1.4.2 Untuk memudahkan pemahaman mengenai Akhlak, Etika dan Moral

serta mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2

Page 3: PAI kel. 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TOLAK UKUR AKHLAK BAIK DAN AKHLAK BURUK

Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu Al-Akhlaq yang berarti tabiat,

perangai, dan kebiasaan. Kata akhlak, salah satunya ditemukan dalam hadist

berikut ini :

Artinya : “Dari abu hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda:

“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak merupakan suatu hal ataupun situasi

kejiwaan yang mendorong seseorang insan melakukan sesuatu perbuatan dengan

senang tanpa berfikir dan perencanaan yang rapi.1 Akhlak adalah ilmu yang

menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela menyangkut perilaku

manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia lahir batin.

Sedangkan akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik maupun buruk,

yang tercermin dalam perilaku.

Tolak Ukur Akhlak Baik dan Akhlak Buruk

Akhlak sering disama artikan dengan etika, ataupun moral. Pada dasarnya,

kata akhlak, etika maupun moral memiliki pengertian serupa, yakni sama-sama

membicarakan perbuatan dan perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai

baik dan buruk. Namun, yang membedakannya adalah dasar dan ukuran baik dan

buruk itu sendiri.

3

1Mohd. Nasir Omar, Akhlak dan Kaunseling Islam, Utusan Publication & Distributor Sdn Bhd

, Kuala Lumpur : 2005, Hal 13

Page 4: PAI kel. 5

Jika etika memliki tolak ukur akal pikiran atau rasio, moral tolak ukur

yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan

berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran

filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan moral berada dalam dataran

realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

Sedangkan tolak ukur akhlak adalah wahyu Allah, yakni ketentuan yang

berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadist, dimana baik dan buruk akhlak

manusia sangat bergantung pada tata nilai yang dijadikan pijakannya, dalam hal

ini sistem moralitas yang berdasar kepada Tuhan (sistem moral Islam). Jadi, baik

dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua

sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurut ukuran (akal) manusia. Sebab jika

ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.

Melalui kedua seumber itu, dapat dipahami bahwa sifat-sifat sabar,

tawakal, syukur, dan pemaaf termasuk sifat-sifat yang baik. Begitupun sifat-sifat

seperti sirik, ria, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Namun

demikian, Islam tidak menafikan keterlibatan akal untuk menentukan baik atau

buruk, karena akal berasal dari pikiran dan pikiran sesungguhnya berasal dari hati,

sedangkan dalam hati manusia terdapat nurani dan dengan nurani lah manusia

dapat menentukan kebaikan atau keburukan, sebab Allah telah memberikan

potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Dengan fitrah tauhid itulah manusia

dengan sendirinya akan mencintai kesucian dan cenderung kepada kebenaran.

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan

(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan

(manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad: 46).

4

Page 5: PAI kel. 5

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah telah menciptakan

manusia dalam keadaan memiliki fitrah akhlak yang baik atau tauhid di dalam

dirinya.

Adapula yang mengatakan bahwa indikator manusia berakhlak adalah

tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

Sebaliknya, manusia yang tidak berakhlak adalah manusia yang terdapat nifaq

(kemunafikan) di dalam hatinya. Nifaq adalah sikap mendua terhadap Allah, tidak

ada kesesuaian antara hati dan perbuatan.

Selain itu menurut Ahli Tasawuf mengemukakan bahwa tolak ukur akhlak

antara lain:

Memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya

Tidak menyakiti orang lain

Banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya

Penyabar, tenang dan hatinya selalu bersama Allah

Cinta karena Allah dan benci karena Allah

Dan apabila akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, manusia berakhlak

adalah manusia yang akan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya

dalam hubungannya dengan Allah, sesame mahluk dan alam semesta.

2.2 MACAM-MACAM AKHLAK

2.2.1 Akhlak Al-Mahmudah

Yang dimaksud dengan “Akhlaqul mahmudah” ialah segala tingkah

laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan “fadilah” (kelebihan).

Akhlak mahmudah merupakan tanda keimanan seseorang. Adapun akhlak atau

sifat-sifat mahmudah meliputi:

1) Al- Amanah

Al-Amanah menurut arti bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati,

kepercayaan (tsiqah) atau kejujuran. Kebalikannya ialah khianat. Yang

5

Page 6: PAI kel. 5

dimaksud amanah disini ialah suatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan

jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta

benda, rahasia atau tugas kewajiban. Sebagai contoh :

Pada diri manusia dianugerahi Allah sejumlah perlengkapan jasmaniah dan

ruhaniah tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya, maka berarti orang itu

bersifat atau meiliki sifat amanah. Jika anggota-anggota tubuhnya

dipergunakan kepada maksiat berarti dia khianat terhadap amanah yang

diberikan Allah kepadanya. Kewajiban memilki sifat dan sikap al-Amanah ini,

(QS. An-Nisa’ (4): 58.

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum

di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

2) Benar (ash-Shidqah)

Salah satu sifat dan sikap yang termasuk fadlilah ialah ash-Shidqah yang

berarti benar, jujur. Yang dimaksud disini ialah berlaku benar dan jujur baik

dalam perkataan maupun perbuatan. Kewajiban bersifat dan bersikap ini, (QS.

At-Taubah (9) : 119).

6

Page 7: PAI kel. 5

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”

3) Menepati Janji (al-Wafa’)

Sebagai rangkaian dari sifat amanah dan benar tersebut diatas adalah al-

Wafa’(menepati janji), sebagaimana dalam QS. Al-Ahzab (33): 23.

Artinya : “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati

apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada

yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan

mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)”.

4) Keadilan (al-Adl)

Sifat dan sikap adil ada dua macam, adil yang berhubungan dengan

perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan

pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak kepada yang

mempunyai hak. Bila seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas, atau

memberikan hak orang lain tanpa menguranginya itulah yang dinamakan

tindakan adil. Sedangkan, Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan

misalnya tindakan hakim yang menghukum orangorang yang jahat atau orang-

orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. Dan juga, Pemerintah

7

Page 8: PAI kel. 5

dipandang adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik

di kota-kota tau di desa-desa, itu diingatkan Tuhan dalam QS. Al-Maidah (5): 8

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Keadilan adalah sendi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh

sebab itu jika prinsip keadilan ini ditegakkan, niscaya akan terwujudlah

kesejahteraan dan keamanan.

5) Memelihara Kesucian Diri (al-Ifafah)

Al-Ifafah (memelihara kesucian diri) termasuk dalam rangkaian fadlilah

atau akhlaqul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Menjaga diri dari

segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap

waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan

untuk selalu berada pada status kesucian.

8

Page 9: PAI kel. 5

6) Malu (al-Haya’)

Sebagai rangkaian dari sifat dan sikap al-Ifafah ialah al-Haya’ (malu).

Yang dimaksud disini ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri

dikala akan melanggar peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi

pembimbing kepada jalan keselamatan dan mencegah diri dari perbuatan nista.

7) Keberanian (as-Syaja’ah)

Syaja’ah atau sifat berani termasuk sebagai fadlilah dalam akhlaq.

Syaja’ah bukanlah semata-mata keberanian berkelahi di medan perang,

melainkan suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya yang

berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasainya (jiwanya) pada

masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah yang berani. Al Qur’an

mengungkapkan sikap berani Rasulullah SAW dan para sahabat, ketika bahaya

penyerangan musuh di ambang pintu. (QS.Ali Imran (3): 173-174.

Artinya : “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada

mereka ada orangorang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah

mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada

mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka

menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-

baik Pelindung."

9

Page 10: PAI kel. 5

Artinya : “Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari

Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan

Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Adapun contoh-contoh keberanian dalam kehidupan sehari-hari ialah,

dokter dan juru rawat yang tenang menghadapi pasien yang gawat, para pelaut

yang mengarungi samudra dan tidak takut menghadapi topan dan badai di

lautan, dan lain-lain.

8) Kekuatan (al-Quwwah)

Al-Quwwah (sifat kuat) atau izzatunnafs (jiwa takut) termasuk dalam

rangkaian fadlilah. Kekuatan pribadi manusia dapat dibagi kepada tiga bagian,

yaitu :

a. Kekuatan fisik atau kekuatan jasmaniah yang meliputi otot

b. Kekuatan jiwa atau semangat

c. Kekuatan akal fikiran atau kecerdasan

Kekuatan itu hendaklah dibina dan diikhtiarkan supaya bertambah dalam

diri dan dapat digunakan untuk meningkatkan amal kebaikan. Sikap kuat

termasuk dalam fadlilah dan sebaliknya dilarang bersifat lemah karena dengan

kekuatan itulah seorang mukmin akan bekerja lebih banyak dan lebih

produktif, sedangkan orang-orang yang lemah tidak dapat diharapkan berbuat

apa-apa untuk kemajuan dan perkembangan.

Kekuatan sebagai fadlilah (keutamaan) difahamkan dari berbagai dalil,

antara lain: QS.Ali Imran (3): 139

Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu

bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),

jika kamu orang-orang yang beriman.”

9) Kesabaran (as-Shabr)

10

Page 11: PAI kel. 5

Kesabaran dapat dibagi kepada dua kategori, yaitu:

1) Kesabaran ketika ditimpa musibah (tabah)

2) Kesabaran dalam mengerjakan sesuatu (rajin, tekun, istiqamah)

Sabar ketika ditimpa musibah atau malapetaka, dipandang sebagai fadlilah,

lihat QS.al-Baqarah (2): 155-156.

11

Page 12: PAI kel. 5

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka

mengucapkan, "Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun".

Sabar dalam mengerjakan sesuatu berarti tekun , rajin, dan ulet. Juga

dimasukkan sebagai istiqamah. Lurus pantang mundur dan belok dari

melaksanakan kewajiban. Sikap ini jelas masuk dalam fadlilah (lihat QS.

Fussilat (41): 30.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah

Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan

turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut

dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan

(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

10) Kasih sayang (ar-Rahmah)

Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahmah) adalah fitrah yang

dianugrahkan Allah kepada berbagai makhluk. Pada hewan misalnya, jika

diperhatikan mereka begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban

jika anaknya diganggu. Naluri inipun ada pada manusia, dimulai dari kasih

12

Page 13: PAI kel. 5

sayang orangtua kepada anaknya, dan sebaliknya kecintaan anak kepada

orangtuanya, hingga dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan

keluarga, tetangga, kampung, bangsa dan yang amat luas adalah kasih sayang

antara manusia.

Allah memerintahkan pula agar hendaknya manusia memilki sifat kasih

sayang dalam diri pribadinya: QS. Al-Balad (90): 17.

Artinya: “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan

untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”

11) Hemat (al-Iqthishad)

Yang dimaksud hemat (al-Iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu

yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan,

mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.

o Penghematan harta benda

Penghematan harta benda menurut garis-garis ketentuan Islam

dinyatakan pada QS.al-Furqan (25): 67

Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka

tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan

itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”

Sebagai contoh penghematan harta benda dalam kehidupan sehari-hari

ialah membelanjakan sesuatu harta dengan mendahulukan apa-apa yang

paling perlu. Yakni kebutuhan primer harus didahulukan, baru menyusul

kebutuhan sekunder, membelanjakan sesuatu harta dengan mendahulukan

apa-apa yang paling perlu, dan contoh yang lain-lain.

13

Page 14: PAI kel. 5

o Penghematan waktu

Memanfaatkan waktu yang tersedia dengan perbuatan-perbuatan yang

baik dan produktif, efisien dan efektif itulah yang dimaksudkan sebagai

penghematan waktu. Tidak membiarkan waktu itu lolos begitu saja tanpa

pengisian acara-acara yang bermanfaat. Jika orang Barat mempunyai

semboyan : “Time is money” (waktu adalah uang), jauh sebelum itu Allah

SWT telah menandaskan pada QS.al-Ashr (103):1-3.

Jika dengan falsafah Barat tidak membiarkan setiap detik dan menit

lolos tanpa menghasilkan dolar, maka seorang mukmin tidak membiarkan

setiap detik dan menit lolos tanpa menghasilkan amal kebaikan.

2.2.2 Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan

jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Jika

akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, maka

akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti pada firman

Allah dalam surat At-Tin ayat 4-6. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan

mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman

dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”

Adapun macam-macam dari akhlak madzmumah adalah sebagi berikut:

1) Khianat

Khianat merupakan kebalikan dari sifat amanah. Khianat merupakan

mungkar atau tidak setia dengan apa yang dipercayakan kepadanya. Khianat

adalah salah satu gejala munafik, sebagaimana sabda Rasul :

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : apabila berkata dia dusta, apabila

berjanji dia ingkar dan jika di percaya (diamanati) dia khianat”. (HR.

Muslim). Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini dipertahankan sebagai

14

Page 15: PAI kel. 5

akhlak masyarakat, karena jika sifat dan sikap amanah itu telah hilang dari

suatu umat, maka hancurlah yang bakal terjadi bagi umat itu. Jelas tandas

sabda Rasulullah SAW ketika seorang sahabat menanyakan kapan datangnya

saat kehancuran : “Apabila hilang amanah (kesetiaan), maka tunggulah

datangnya kehancuran”. (HR. Bukhari).

2) Dusta (Al- Buhtan)

Dusta merupakan kebalikan dari kebenaran dan kejujuran. Sifat dan sikap

ini membawa kepada bencana dan kerusakan bagi pribadi dan masyarakat.

Sabda Rasul :

“Sesungguhnya dusta membawa keburukan dan keburukan itu membawa ke

neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan dirinya berdusta

niscaya tercatat di sisi Allah sebagai tukang dusta”. (Muttafaq ‘Alaih).

Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan

ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan

kepala atau mengangguk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah

menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan. Beliau bersabda

yang artinya: “Tanda orang yang munafik ada tiga: jika berkata dia dusta, jika

berjanji dia ingkari, dan jika diamanahi dia khianat.” (HR. Al-Bukhari dan

Muslim).

3) Dhalim

Dhalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan perkara, berat

sebelah dalam tindakan, mengambil hak orang lebih dari batasnya atau

memberikan hak orang kurang dari semestinya. Sifat dhalim ini diancam

dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Mu’min (40): 18.

15

Page 16: PAI kel. 5

Artinya: “Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat,

yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan

kesedihan. Orang-orang yang dhalim tidak mempunyai teman setia seorang

pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima

syafaatnya.”

4) Pengecut (al-Jubn)

Sebagai kebalikan dari sifat syaja’ah ialah al-Jubn sifat pengecut yang

termasuk dalam rangkaian akhlaqul mazmumah. Sifat ini selalu membuat sifat

pribadi ragu-ragu sebelum memulai sesuatu langkah. Pengecut berarti tidak

berani menghadapi masalah atau menyerah sebelum berjuang. Sifat pengecut

dipandang sebagai sifat yang hina dan akan membawa manusia kepada

kerendahan dan kemunduran.

5) Putus Asa

Sebagai kebalikan dari sifat sabar adalah sikap putus asa yakni ketidak

mampuan seseorang menanggung derita atas musibah dan kemalasan yakni

ketidak sanggupan seseorang bertekun dalam suatu kewajiban. Putus asa

adalah cirri kelemahan mental dan dalam beberapa ayat Al Qur’an ditegaskan

bahwa sikap tersebut hanyalah pantas bagi kaum kafir.

6) Riya

Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar

disanjung atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah bukan dengan niat karena

Allah melainkan karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia.

7) Diskriminasi

16

Page 17: PAI kel. 5

Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan

memperlakukannya pula secara pilih kasih. Diskriminasi berarti bersikap

membeda-bedakan atau memisahkan antara sesama manusia, baik karena

perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan,

ideologi dan sebagainya. Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini

perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang.

8) Hasud

Hasud artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan

kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan

berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat

musibah.

Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering terjadi sehingga dengan

ketidaksenangan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela

yang  lainnya  misalnya, timbul kebencian, permusuhan, mencelakakan orang

lain, merampok, menghancurkan hak milik orang lain dll.

2.3 MENGEMBANGKAN SIKAP ADIL, SABAR, SYUKUR, DAN

PEMAAF DALAM PERGAULAN

2.3.1 ADIL

Konsep Adil Menurut Islam, oleh Ir. Fadholi, Msi :

 

�آن� ن ش� �م� ك �ج�ر�م�ن ي � و�ال �ق�س�ط� �ال ب ه�د�اء ش� �ه� �ل ل ق�وام�ين� � �وا �ون ك � �وا آم�ن ذ�ين� ال 'ه�ا ي� أ �ا ي

�م�ا ب �ير* ب خ� �ه� الل �ن إ �ه� الل � ق�وا و�ات ق�و�ى �لت ل ب� �ق�ر� أ ه�و� � �وا اع�د�ل � �وا �ع�د�ل ت �ال أ ع�ل�ى 6 ق�و�م

�ون� �ع�م�ل ت

 

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah (5):8) 

Pengertian Adil

17

Page 18: PAI kel. 5

Adapun pengertian adil itu sendiri adalah sebagaimana yang

diterangkan oleh Ibnu Qoyyim : "Orang yang adil itu ialah orang yang jika

marah, kemarahannya itu tidak menjerumuskannya kepada kebatilan. Dan

apabila ia senang, kesenangannya itu tidak mengeluarkannya dari

kebenaran." (Risalah Tabukiyah  hal. 63., Tahqiq Abu Abdirrahman Aqil

bin Muhammad bin Zaid Al-Muqthiri Al-Yamani, Maktabah Dar Al-Quds,

Shan'a, Yaman, cet. 1 th. 1411 H / 1990 M).

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang

lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan

dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang

dilebihkan atau dikurangi. Seperti yang dijelaskan Al Qur’an dalam surah

Ar Rahman/55:7-9:

“Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca

(keadilan) suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan

tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu”.

Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan)

dan al qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata

dzalim.

Dalam Al Qur’an kata adil dan anak katanya diulang sekitar 30 (tiga

puluh) kali. Al Qur’an mengungkapkannya sebagai salah satu dari asma’ al

husna Allah dan perintah kepada Rasulullah untuk berbuat adil dalam

menyikapi semua umat yang muslim maupun yang kafir. Begitu juga

perintah untuk berbuat adil ditujukan kepada kaum mukminin dalam

segala urusan.

Terdapat beberapa pengertian yang di buat oleh Ulama tentang adil,

yakni:

1) Secara kebahasaan al-adl dapat diartikan sebagai keseimbangan.

2) Secara keagamaan diartikan sebagai ‘meletakkan sesuatu pada

tempatnya.

18

Page 19: PAI kel. 5

3) Kata al-adl dalam fiqh, yaitu daya psikologis yang menolak perbuatan

buruk dan mendorong perbuatan baik.  

4) Adil berarti menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain

tanpa kurang.

5) Adil berarti memberi hak setiap orang yang berhak tanpa lebih dan

tanpa kurang dan menghukum orang yang jahat atau melanggar hukum

setara dengan kesalahannya.

Konsep Keadilan

1. Keadilan intelektual (al-‘adl al-fikri)

Yang dimaksud adalah pemikiran seseorang yang berani

menyatakan bahwa sesuatu sebagai kebenaran atau kesalahan yang

secara objektif karena memang benar atau salah, bukan karena

pertimbangan subjektif dan tendensial lain.

2. Keadilan terhadap diri sendiri

Menegakkan keadilan pada diri sendiri itu hendaklah berani

mengakui kesalahan dirinya sendiri dan bersedia menerima akibat dari

pada kesalahan tersebut. Keadilan pada diri sendiri itu dapat dipelihara

apabila seseorang itu mempunyai ilmu tentang yang benar (hak) dan

yang salah (batil).

Bentuk lain adil adalah Tawazun (keseimbangan) meliputi fisik,

akal, dan ruhani. Sabda Nabi yang artinya: “Berlaku adillah

walaupun ke atas diri kamu.”

3. Adil kepada orang lain. 

Keadilan kepada orang lain artinya menyempurnakan hak mereka

dan melaksanakan hukum secara saksama antara mereka, membela

orang yang teraniaya dan menghukum orang yang bersalah. Ini

berdasarkan ayat Al-Quran An Nahl Ayat 90.

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

19

Page 20: PAI kel. 5

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran.”

Sabda Nabi : “(hakim) itu ada tiga jenis ; dua daripadanya masuk ke

Neraka dan satu daripadanya masuk ke Syurga. Lelaki (hakim) yang

tahu perkara yang benar, lalu ia menghukum berlandaskan kebenaran

tersebut, maka ia masuk ke Syurga. Dan lelaki (hakim) yang tidak

tahu perkara yang benar, lalu ia menjalankan hukuman atas

kejahilannya, maka ia masuk ke Neraka.”

Islam mewajibkan umatnya berlaku adil dalam semua urusan. Al

Qur’an mendistribusikan kewajiban sikap adil dalam beberapa hal

seperti :

1. Menetapkan hokum

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil.” QS.4:58.

2. Memberikan hak orang lain.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat

kebajikan..” QS. 16:90

3. Dalam berbicara

“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,

kendatipun ia adalah kerabatmu.”QS. 6:152

4. Dalam kesaksian

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun

terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatnu. QS. 4:135

5. Dalam pencatatan hutang piutang

“Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya

dengan benar..”QS 2:282

6. Dalam Mendamaikan perselisihan

20

Page 21: PAI kel. 5

“…maka damaikan antara keduanya dengan adil dan berlaku

adillah..”QS. 49:9

7. Menghadapi orang yang tidak disukai

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu pada suatu kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil

itu lebih dekat kepada taqwa.QS. 5:8

8. Pemberian balasan

“…dan barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan

sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak

seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua

orang yang adil di antara kamu …QS. 5:95

Imam As Syafi’iy menegaskan kepada para qadli (hakim) agar

bersikap adil dalam lima hal terhadap dua orang yang berselisih, yaitu :

1. Ketika masuk pintu,

2. Saat duduk di hadapannya,

3. Menghadapkan wajah kepadanya,

4. Mendengarkan pembicaraannya,

5. Memutuskan hukum.

2.3.2 SABAR

Pengertian Sabar

Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar Shabara ( �ر� Shabara’ala .,(ص�ب

( �ر� ص�ب ) berarti bersabar atau tabah hati, shabara’an (ع�ل�ى �ر� ص�ب berarti (ع�ن�

memohon atau mencegah, shabarabihi ( �ر� ص�ب �ه�  .berarti menanggung (ب

Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : pertama, tahan menghadapi

cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas

patah hati, sabar dengan pengertian sepeti ini juga disebut tabah, kedua

sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru.

Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah

agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan

21

Page 22: PAI kel. 5

uji dalam mengabdi mengemban perintah-perintah Allah serta tahan dari

godaan dan cobaan duniawi.

Dalam pendekatan ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah,

yakni dapat menahan diri dari melakukan hal-hal yang bertentangan

dengan hukum Islam, baik dalam keadaan lapang maupun sulit, mampu

mengendalikan nafsu yang dapat menggoncangkan iman. Menurut Ibnu

Qayyim sabar berarti menahan diri dari keluh kesah dan rasa benci,

menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota badan dari tindakan

yang mengganggu dan mengacaukan.

Definisi sabar menurut Qur’an surat Ali’Imran ayat 146-147 yang

artinya : “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama

mereka sejumlah besar dari pengikut-(nya) yang bertakwa, meraka tidak

menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan

tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh)”.

Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka

selain ucapan “Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa tindakan-tindakan

kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tolonglah kami

terhadap kaum kafir”. Orang yang sabar menurut ayat tersebut adalah yang

apabila ditimpa musibah tidak menjadi lemah, lesu dan menyerah dengan

keadaan yang terjepit, bahkan ketika ditimpa misibah, orang yang sabar

berdoa memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan tindakan-

tindakan yang melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah

SWT. Telah dikatakan oleh Imam Al-Ghazali bahwa sabar itu adalah suatu

tegaknya dorongan Agama yang telah berhadapan dengan dorongan hawa

nafsu. 

Jika di pandang dari segi Agama Islam, sabar adalah Hidayah Allah

kepada manusia untuk mengenal-Nya, mengenal rasul-Nya, mengenal juga

mengetahui serta mengamalkan ajaran-Nya. Sabar adalah suatu sifat yang

telah membedakan antara manusia dengan hewan di dalam hal

menundukkan bahwa nafsu itu adalah sifat sabar. Sedangkan dorongan

hawa nafsu itu ialah tuntunan syahwat dan juga keinginan yang minta

22

Page 23: PAI kel. 5

untuk dilaksanakan.  Jadi sabar di sini adalah suatu kekuatan, daya positif

yang mendorong jiwa untuk menunaikan suatu kewajiban.

Dan disamping itu pula bahwa sabar adalah suatu kekuatan yang

menghalangi seseorang untuk, melakukan kejahatan. Di dalam Al-Qur'an

kata sabar telah disebutkan di tujuh puluh tempat, menurut Ijma' Ulama'

ummat, sabar ini wajib, dan juga merupakan separuh dari iman (menurut

pendapat Imam Ahmad). Sebab iman di sini dibagi menjadi dua bagian,

yakni separuh ialah sabar dan yang separuhnya lagi itu adalah syukur.

Di dalam Al-Qur'an kata sabar itu disebutkan dalam enam belas versi

diantaranya ialah : Perintah sabar, terdapat di dalam firman Allah SWT.

yang artinya ialah : 

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan

shalat". (QS. 1 : 45). 

Larangan melakukan sebaliknya, seperti firman-Nya: "Dan

janganlah kalian bersifat lemah dan janganlah (pula) kalian bersedih

hati". (QS. 3 : 138). 

Sifat yang paling dilarang oleh Allah adalah sifat lemah dan juga

bersedih hati, oleh karena itu sifat tersebut adalah mempunyai arti tidak

sabar, sebab sifat itu sangat dilarang oleh Allah SWT.

Artinya : "Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan

dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya)

dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". (QS. 1 : 177). 

"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar". Allah bersama dengan

orang-orang yang sabar, dan ini merupakan kebersamaan secara khusus,

yang berarti menjaga, melindungi dan menolong mereka, bukan sekedar

kebersamaan secara umum, firman-Nya adalah : "Dan bersabarlah

kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Anfal :

46). 

Pengabaran Allah bahwa, sabar adalah lebih baik bagi para

pelakunya, sesuai dengan firman Allah: 

23

Page 24: PAI kel. 5

"Tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itu yang lebih baik bagi

orang- orang yang sabar". (QS. An-Nahl : 126).

Hanya kepada Allah-lah setiap manusia akan kembali dan Allah

membenci manusia yang tidak sabar karena sifat tidak sabar akan

berkembang jauh melahirkan sikap putus asa, dan Allah sangat membenci

sifat putus asa.

Oleh karena itu, sabar merupakan alat untuk mengendalikan diri agar

seseorang bisa bertindak secara bijak. Putus asa berarti menyerah kepada

apa yang semestinya bisa kita hadapi, bisa kita ubah dan mungkin bisa kita

perbaiki. Putus asa akan menyuburkan sifat malas dan sifat malas akan

mengarah pada kebodohan.

Orang yang tidak sabar selalu gentar dalam menghadapi cobaan yang

datang kepadanya sehingga menyebabkan nyali mereka ciut. Cobaan kecil

yang menimpanya dipandang besar dan berat. Hal ini menyebabkan hati

mereka akan bertambah gusar dan menghilangkan semua semangat yang

ada pada diri mereka. Mereka akan menganggap diri mereka tidak berarti

dan tidak akan mampu menghadapi tantangan di depan mereka.

Kepercayaan kepada diri sendiri akan hilang dan menyerah pada keadaan

tanpa ada usaha terlebih dahulu.

Betapa meruginya diri kita bila kita termasuk dalam golongan orang

yang tidak mau sabar dan mudah menyerah. Allah telah menciptakan kita

sebagai manusia yang paling sempurna yang dibekali dengan akal dan

pikiran. Hendaknya dengan akal itu kita mampu menyadari bahwa Allah

Maha Kuasa dan Maha Pemurah. Selain itu, kita juga memiliki hati yang

mampu kita jadikan cermin terhadap setiap perbuatan yang telah kita

lakukan. Bahwa apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan tuntunan

ajaran kita.

Untuk itu hendaknya kita bisa menanamkan sifat sabar dalam diri

kita. Dengan bersikap sabar maka hati menjadi lapang dan pikiran menjadi

jernih. Dengan sabar pula kita bisa mengendalikan emosi diri kita secara

bijak karena emosi yang meledak-ledak dan berlebihan tidak akan

24

Page 25: PAI kel. 5

membawa manfaat, baik bagi diri kita sendiri atau pun bagi orang lain.

Dan lebih jauh lagi kita akan mampu memiliki sifat ikhlas, yang

merupakan rahasia diri sekaligus sifat yang dimuliakan oleh Allah.

Sabar Terbagi Menjadi Tiga Golongan

Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, sabar dapat di

golongkan menjadi tiga kelompok yaitu sabar dalam menjalankan perintah

allah swt, sabar dalam menerima segala musibah, dan sabar dalam

menahan hawa nafsu.

1. Sabar Menjalankan Perintah Allah SWT

Manusia mempunyai berbagai macam tugas kehidupan. Di saat

menjalankan tugas tersebut, manusia tidak terlepas dari hambatan dan

tantangan. Tapi orang yang sabar akan mampu meraih keberhasilan dalam

menjalankan segala tugasnya. Firman allah swt, surat Taha ayat 132

�ح�ن� ن ق:ا ر�ز� �ك� �ل أ �س� ن ال� �ه�ا �ي ع�ل �ر� و�اص�ط�ب ة� �الصال� ب �ك� �ه�ل أ م�ر�� و�أ

طه * سورة ق�و�ى �لت ل �ة� �ع�اق�ب و�ال ق�ك� ز� �ر� ن

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki

kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat ( yang

baik ) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.”

2. Sabar Dalam Menerima Segala Musibah

Sabar dalam menerima musibah ini artinya sabar dalam menerima

cobaan ( musibah ) tidak mengeluh dan tidak putus asa tetapi

mengembalikan semua itu kepada allah swt. Misalkan musibah ketika di

beri ujian sakit, dia menerima sakitnya dengan ikhlas dan berusaha untuk

mencari obatnya. Firman Allah SWT :

25

Page 26: PAI kel. 5

� �م�و�ال� و�ل األ� م�ن� �ق�ص6 و�ن �ج�وع� و�ال �خ�و�ف� ال م�ن� ي�ء6 �ش� ب �م� ك �و�ن �ل �ب ن

�ة* * م�ص�يب �ه�م� �ت ص�اب� أ �ذ�ا إ ذ�ين� ال �ر�ين� الصاب ر� Oش� و�ب ات� م�ر� و�الث �ف�س� �ن و�األ�

البقرة * سورة اج�ع�ون� ر� �ه� �ي �ل إ ا �ن و�إ ه� �ل ل ا �ن إ �وا ق�ال

Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan,

dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)

orang-orang yang apabila di timpa musibah, mereka mengucapkan : “

Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. QS. Al-Baqarah 155-156

3. Sabar Dalam Menjaga Diri Dari Kemaksiatan

Sabar dalam menjaga diri dari kemaksiatan berarti menjaga diri dari

perbuatan yang menyebabkan dia berdosa dan jika sufah terlanjur maka

dia akan segera bertaubat. Orang yang senantiasa dapat menahan diri dari

kemaksiatan maka dia akan dapat menahan diri dari segala kejahatan yang

menimpa dirinya.

�ر�ين� * �لصاب ل �ر* ي خ� �ه�و� ل �م� ت �ر� ص�ب �ن� �ئ و�ل �ه� ب �م� �ت ع�وق�ب م�ا �ل� �م�ث ب �وا ف�ع�اق�ب �م� �ت ع�اق�ب �ن� و�إ

ون� �ر� �م�ك ي م�ما �ق6 ض�ي ف�ي �ك� ت و�ال� �ه�م� �ي ع�ل ن� �ح�ز� ت و�ال� ه� �الل ب �ال إ ك� �ر� ص�ب و�م�ا �ر� و�اص�ب

النحل* 127-126سورة

Artinya : “Dan kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan

yang sama dengan siksaan yang di timpakan kepadamu. Akan tetapi jika

kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang

yang sabar, bersabarlah ( hai Muhammad ) dan tiadalah kesabaranmu itu

melainkan dengan pertolongan allah dan janganlah kamu bersedih hati

terhadap ( kekafiran ) mereka dan janganlah kamu bersempit dada

terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” ( QS. AN-Nahl 126-127 )

Beberapa sifat sabar yang lain adalah :

1. Sabar dalam berdakwah

2. Sabar dalam medan perang

3. Sabar dalam pergaulan antar manusia

26

Page 27: PAI kel. 5

4. Sabar terhadap gejolak hawa  nafsu

5. Kesenangan hidup, Tidak melirik kekayaaan orang lain, Seksual, Tidak

marah

Seorang muslim yang mempunyai sikap sabar maka dia akan

memiliki dampak positif yang ada di dalam dirinya. Dampak positif dari

perilaku sabar antara lain sebagai berikut :

1. Dapat menciptakan kedamaian dalam kehidupan

2. Mendorong  tercapainya keberhasilan dan kesuksesan

3. Dapat mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungan

4. Dapat menimbulkan semangat hidup

5. Dapat menghilangkan sikap putus asa

6. Dapat menghindarkan diri dari hal yang buruk serta menyelamatkan

dari godaan hawa nafsu

7. Dapat pahala

8. Dijanjikan masuk surga

9. Diampuni dosanya

2.3.3 SYUKUR

Pengertian Syukur

Kata syukur (و�ر� ك – adalah bentuk mashdar dari kata kerja syakara (ش�

yasykuru – syukran – wa syukuran – wa syukranan (– – – ا �ر: ك ش� �ر� ك �ش� ي �ر� ك ش�

:ا – ان �ر� ك و�ش� ا �و�ر: ك ي�ن) Kata kerja ini berakar dengan huruf-huruf syin .(و�ش� kaf ,(ش�

�اف) ,(ك dan ra’ اء) ,(ر� yang mengandung makna antara lain ‘pujian atas

kebaikan’ dan ‘penuhnya sesuatu’.

Al-Asfahani menyatakan bahwa kata syukur mengandung arti

“gambaran di dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke

permukaan”. Pengertian ini diambil dari asal kata “syakara” ( �ر� ك ,(ش� yang

berarti ‘membuka’ sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” (kufur)”

yang berarti ‘menutup’, atau ‘melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.

Di dalam kaitan ini, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur

mencakup tiga sisi, yaitu:

27

Page 28: PAI kel. 5

1. Syukur dengan hati, yakni kepuasaan batin atas anugerah.

2. Syukur dengan lidah, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji

pemberinya.

3. Syukur dengan perbuatan, yakni dengan memanfaatkan anugerah yang

diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Jadi, pada prinsipnya segala bentuk pujian (kesyukuran) harus ditujukan

kepada Allah Swt. Itu sebabnya kita diajarkan oleh Allah untuk mengucapkan

“Alhamdulillah” ( �ح�م�د� �ل ا ل di dalam arti ‘segala puji (hanya) tertuju kepada ,(له

Allah’.

Beberapa perintah dalam Al-Qur’an untuk mensyukuri nikmat Allah:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,

dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-

Ku.“(QS. Al-Baqarah : 152)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika

kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat

pedih.”(QS. Ibrahim : 7)

Implementasi Syukur dalam Pergaulan dan Kehidupan Sehari-

Hari

Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui implementasi dari hakikat

syukur untuk seorang muslim antara lain :

1. Seorang muslim minimal melafadzkan kata “Alhamdulillah”

(Segala puji hanya bagi Allah).

2. Seorang muslim jika seluruh aktifitas hidupnya menghasilkan

output berupa “kebaikan-kebaikan” atau “keberhasilan” yang

diperoleh, maka harus bersumber dari rahmat dan berkah dari Allah

Swt bukan karena kemampuan dan kehebatan dirinya.

3. Kebaikan atau keberhasilan yang diperoleh seorang muslim,

merupakan hasil didikan dari orang tuanya, sehingga bukti kita

28

Page 29: PAI kel. 5

bersyukur kepada Allah SWT harus dibarengi dengan berbuat baik

kepada kedua orang tua.

4. Seorang yang bersyukur selalu melakukan pekerjaan atau aktifitas

dunia baik pemikiran, hati maupun jasad diniatkan untuk mendapat

ridho dan rahmat dari Allah SWT.

5. Seorang yang bersyukur dalam kehidupannya selalu banyak

bertobat kepada Allah SWT dengan kalimat “Istighfar”.

2.3.4 PEMAAF

Pengertian Pemaaf

Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian maaf itu ialah apabila anda

mempunyai hak untuk membalas, lalu anda gugurkan hak itu, dan bebaskan

orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda.

Allah menjelaskan bahwa hamba yang mulia di sisi Allah adalah

mereka yang berhati mulia, bersikap lembut, dan mempunyai toleransi

tinggi.Orang yang seperti inilah yang dikenali berhati emas, terpuji

kedudukannya di sisi Allah.Memaafkan lawan di mana kita berada dalam

kemenangan, kita berkuasa, tetapi tidak dapat bertindak sekehendak hati.Inilah

sifat mulia dan terpuji.

Allah SWT berfirman :

ل�ين� اه� الج� ع�ن� عر�ضأ� و� ف� ب�الع�ر ر م�

أ و� و� الع�ف ذ� خ�

Artinya :Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan

baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh. [Al-A’raf/7:199].

Sebaliknya, hati pemaaf itu nikmat sekali. Hatinya akan terus lapang,

karena tidak ada kemarahan yang tersisa dan tersimpan di dalam hatinya.

Orang pemaaf itu adalah manusia yang bebas sesungguhnya.Tidak ada

ganjalan di dalam hati.Orang pemaaf itu jiwanya ringan dan tidak ada beban.

Orang yang suka memaafkan itu akan mudah dimaafkan orang.

Rasulullah bersabda “Barangsiapa memaafkan, saat dia mampu

membalas, maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan“ (HR Ath-

Thabrani).

29

Page 30: PAI kel. 5

Implementasi Pemaaf dalam Pergaulan dan Kehidupan Sehari-

Hari

Perlu diketahui, orang pemaaf adalah salah satu ciri orang bertakwa.

Beberapa perilaku pemaaf dalam implementasinya di pergaulan dan kehidupan

sehari-hari :

1. Mudah memaafkan pada sesama Muslim

2. Penyayang terhadap sesama Muslim

3. Lapang dada terhadap kesalahan orang

4. Orang pemaaf tidak bertindak membalas dendam atau sakit hati

terhadap orang yang memusuhinya, walaupun telah ditawannya,

melainkan memaafkannya karena Allah SWT semata-mata.

Implementasi orang pemaaf ini dianjurkan dalam Q. S. Ali Imran : 159 :

ف� ع� ف�ا � ف ل� ع ف� ع� ل� ف�� ا ف� ف�ان ل� ع� ف� ع� ا ف� ل�ي �ف ظ��ا ف� ف ف"ن ع ف� ف# � ع$ ف% ف� ف ل�ن ل& �� ف ا� ف� م� ة) ف* ع� ف+ ف*ا ل, ف� ل- ع� ف.ا ع� ا ل�ي ع$ ف0 ع+ ل# ف1ا ف# ع$ ف% ف� ع- ل� ع2 ف3 ع4 ف#ا ع$ ف% عن ف�

Artinya :Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah-

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.

2.4 FAKTOR PEMBENTUK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

AKHLAK MANUSIA

Definisi

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,

yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), pendekatan terminologik

(peristilahan).Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari

khuluqun *ق� ل yang menurut bahasa berarti خ� budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan

khalaqun �ق* ل yangخ� berarti kejadian, yang juga erat hubungannya

30

Page 31: PAI kel. 5

dengan  �ق* ال �و�ق* yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqunخ� ل yang م�خ�

berani yang diciptakan.

Definisi dari akhlak menurut Imam al-Ghazali yaitu: Suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Dr. M. Abdulah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai: Sesuatu

kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana

berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam

hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa

akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih,

sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang

melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan

diangan-angankan lagi.

Pembentukan akhlak dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah

hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan

terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk

di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan

intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

Arti pembentukan akhlak sebagaimana Imam al-Ghazali kemukakan,

“Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi

wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya hadits yang mengatakan,

‘perbaikilah akhlak kamu sekalian’.” Dengan demikian dapat kita katakan bahwa

akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi

rohaniah yang terdapat dalam diri manusia.

Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada

masalah-masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk

menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi

Akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang

menyimpang seperti minum khomer dan berjudi.Hal-hal tersebut mereka lakukan

dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah

31

Page 32: PAI kel. 5

mereka.Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama nabi

mengalami kesulitan. 

Faktor Pembentuk Akhlak

Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan

manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar

kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti

bersumber dari kejiwaan. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak seseorang

A. Insting

Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat.

Namun perlu diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh

mustafa bahwa insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan

yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah

tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.

Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang

membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak

dapat lengah dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh.

Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak dan

kadang-kadang pula diterima.

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia

dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh insting seseorang ( dalam

bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia

sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai

motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain

adalah:

a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu

hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain.

b. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam Al-quran diterangkan yang

artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang

32

Page 33: PAI kel. 5

banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang

ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan

di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

c. Naluri Keibuan (maternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada

anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk

mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan.

e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan

penciptanya.

B. Pola Dasar Bawaan

Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:

1.    Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.

Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda

sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan

kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang diturunkan ini, manusia dapat

mengalahkan alam didalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang

tidak dapat menghadapinya.

2. Sifat-sifat bangsa.

Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan

sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini

menjadikan beberapa orang dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa

orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga

dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

C. Lingkungan

Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup, dalam

arti yang seluas-luasnya. Aspek-aspek di dalam lingkungan itu berupa,

budaya masyarakat, dan keadaan geografis. Lingkungan tumbuh-tumbuhan

oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusia ialah apa yang

melingkungi dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa.

33

Page 34: PAI kel. 5

Lingkungan ada dua macam, yaitu:

1. Lingkungan alam

Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak

zaman plato hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-

penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah

menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya

bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup

didalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubuh

tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah,

letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan

pelabuhan adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka

yang mengenai akal dan akhlak. 

2. Lingkungan pergaulan

Di dalam lingkungan pergaulan ini dibagi lagi menjadi beberapa

faktor, yaitu:

Lingkungan keluarga, dimana lingkungan ini memiliki prioritas

yang lebih besar untuk mempengaruhi akhlak seseorang anak, karena

lingkungan ini merupakan lingkungan pertama yang akan di masuki

seorang anak tersebut, akhlak orang tua dalam lingkungan keluarga akan

mempengaruhi akhlak anaknya.

Lingkungan sekolah, setelah anak memasuki usia sekolah maka ia

akan dihadapkan pada lingkungan baru, teman-teman baru, suasana baru,

materi palajaran yang baru. Otomatis dia akan berusaha menyesuaikan dan

mempelajari hal hal yang baru tersebut. Disinilah dia mulai dihadapkan

dari berbagai macam permasalahan yang timbul dari hal hal baru tersebut

yang berbeda dengan lingkungan keluarga yang telah di masuki

sebelumnya. Akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut

pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.

34

Page 35: PAI kel. 5

Lingkungan  yang bersifat umum maksudnya disini adalah

lingkungan masyarakat luas. Bila seseorang yang hidup dalam masyarakat

yang tertip, teratur, maka ia akan ikut menjadi tertib dan teratur.[3]

Lingkungan juga meliputi pekerjaan, pemerintah, syiar agama,

keyakinan, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian,

pengetahuan dan akhlak. Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh

kemajuan manusia.Ini dikarenakan hakikat manusia sebagai makhluk

social yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Karenanya dalam

suatu pergaulan maka manusia akan saling mempengaruhi dalam pikiran,

sifat, dan tingkah laku.

D. Kebiasaan

Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah

dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian,

berbicara, mengajar dan lain sebagainya.

Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan

yaitu:

a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan

b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan, dan

diulang terus menerus.

Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang

tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus

dibarengi dengan perasaan suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya

senang atau suka hati saja tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi

kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai karena keinginan hati dan

dilakukan berulang-ulang.

E. Pendidikan

Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap

perubahan perilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar

siswa memahaminya dan dapat melakukan perubahan pada dirinya.

35

Page 36: PAI kel. 5

Dengan demikian strategis sekali jika dikalangan pendidikan dijadikan

pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke

perilaku yang lebih baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam

pendidikan, untuk bisa dijadikan agenperubahan sikap dan perilaku

manusia, yaitu:

1.  Tenaga pendidik

2.   Materi pengajaran

3.   Metodologis pengajaran

4.   Lingkungan sekolah

Lingkungna sekolah dalam dunia pandidikan merupakan tempat

bertemunya semua watak. Ada  anak yang nakal, berprilaku baik dan

sopan dalam berbahasa dan sifatnya, pandai dalam berbicara, dan

berinteraksi sesamanya.

F. Menurut Para Aliran

Berdasarkan buku karangan H. Abudin Nata faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya, ada 3 aliran yang

sudah amat populer. Pertama, nativisme. Kedua, empirisme. Ketiga,

konvergensi.[3]

1) Aliran Nativisme

Di dalam aliran Navitisme di jelaskan bahwa faktor yang paling

dominan untuk mempengaruhi pembentukan akhlak seseorang adalah

faktor dari dalam diri manusia itu sendiri, yang bentuknya dapat berupa

kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bakat bawaan

untuk baik di bidang seni maka dengan sendirinya orang tersebut juga

akan baik dalam bidang seni. Aliran ini lebih menonjolkan sifat bawaan

yang dibawa oleh seseorang anak. Dan tidak memperhitungan peranan

pembinaan, pendidikan, pengajaran serta lingkungan yang berperan di

dalamnya.

36

2zahruddin, pengantar studi akhlak, (jakarta: raja grafindo persada, 2004), hal. 95 

Page 37: PAI kel. 5

3Prof. Dr.H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta, PT.Raja Garfindo Persada.2000) hal. 166

2) Aliran Empirisme

Aliran ini memiliki pendapat yang bersebrangan dengan aliran

Nativisme, dimana faktor yang paling dominan yang mempengaruhi

pembentukan akhlak seorang adalah faktor dari luar, yaitu berupa faktor

lingkungan social, pendidikan, dan juga pengajaran.

Di dalam aliran ini di jelaskan bahwa faktor bawaan dari orang tua,

tidak akan nampak apabila tidak di sertai usaha dari si anak itu sendiri. Hal

ini di buktikan dengan fakta yang menunjukkan bahwa anak yang

dilahirkan dari orang tua yang cerdas kenyataanya memiliki potensi untuk

lemah dibidang akademik.3

3) Aliran Konvegensi

Di dalam aliran ini menjelaskan bahwa faktor faktor yang dapat

mempengaruhi akhlak seseorang adalah penggabungan kedua aliran

sebelumnya, yaitu aliran Navitisme dan aliran Empirisme. Aliran ini

menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang adalah

faktor internal dan external. Dimana faktor internal yang di maksud adalah

faktor keturunan dan faktor externalnya adalah faktor lingkungan sosial ,

pendidikan dan pengajaran.

Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari arti

ayat dan hadits di bawah ini:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur.”

“ setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa

ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang

tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi.”

(HR. Bukhori).

Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas

bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedau orang tua.

Teori konvergensi merupakan yang sesuai dengan ajaran Islam.

37

Page 38: PAI kel. 5

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak 

ada dua, yaitu faktor dari dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati

yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua,

guru di sekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

38

Page 39: PAI kel. 5

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak itu merupakan tanda keimanan seseorang karena akhlak yang baik

adalah hasil daripada keimanan yang tersemat di hati.Akhlak yang baik dan

sempurna diukur mengikuti garis panduan yang ditetapkan oleh perintah Allah

SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dalam ajaran Islam, akhlak dibagi menjadi

dua, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.

Selain itu, akhlak harus dibarengi dengan etika dan moral yang baik pula.

Etika Islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun masyarakat

di segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.Jadi moral adalah

perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima,

meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu.

Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling

penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia

yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik

radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi

pekertinya.”(HR.Bukhari dan Muslim).

3.2 Kata Penutup

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Dengan kerendahan hati kami panjatkan puji

syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini disusun

dalam rangka memenuhi tugas MKU Agama Islam tahun pelajaran 2013 / 2014.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, yang telah banyak memberikan

inspirasi dan jalan keluar terbaik selama mengalami kesusahan dan

dorongan semangat saat mengerjakan karya tulis ilmiah ini;

39

Page 40: PAI kel. 5

2. Dra. Hj. Mu’niah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing MKU Agama Islam

yang telah memberikan kami ilmu;

3. Pihak- pihak lain yang telah memberi dorongan moril sehingga kami bisa

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kami berharap

saran dan kritik yang membangun. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat demi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Amin.

3.3 Rekomendasi

Adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca

sekalian.Semoga lebih memudahkan pemahaman mengenai Akhlak, Etika dan

Moral serta mampu mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

dapat menjadikan pembaca semua menjadi orang yang memiliki akhlak, etika dan

moral yang lebih baik dari sebelumnya.

40

Page 41: PAI kel. 5

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Grasindo.

Al-Jazairi, dan Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam.

Jakarta: Lentera.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Jakarta :

Lentera.

Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : CV Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Omar, Nasir. 2005. Akhlak dan kaunseling Islam. Kuala Lumpur: Utusan

Publication & Distributor Sdn Bhd

Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengatar Studi Akhlak. Jakarta : PT

Raja Grafmdo Persada.

Zahruddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada

41