p3 risma (1)

14
DAFTAR PUSTAKA Anonim,2014. Cemilan Sehat. Diakses dalam http://klikdokter.com/healthnewstopics/topik-utama/10- tips-cemilan-sehat-anak Pada Jam 08.15 WIB. Anonim,2014. Cemilan Anak. Diakses dalam http://artikel/5- cemilan-sehat-untuk-anak Pada Jam 08.00 WIB. Assaury. 1996. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Bass Wakelfield dan Kolasa. 1980. Pangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Buchari Alma. 2000. Product Development Implementation. Jakarta. Erlangga. Cohen L. 1937.Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for You . Massachusetts: Addison-Wesley. Goetsch, D.L, dan Stanley B. Davis. 1997. Manajemen Mutu Total. Jakarta: PT. Prenhallindo. Guiltinan, Joseph P dan Paul Gordon. 1991. Manajemen Pemasaran : Strategi dan Program. Jakarta. Erlangga. Iman Soeharto, Ir. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi Kedua Jilid 2.Jakarta. Erlangga. Kotler dan Amstrong (2002). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Surabaya.Penerbit Erlangga. Lyman, Howard B. 1989. Test Scores and What They Mean. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon. Oesman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta.PT. Raja Grafindo Persada. Sigit. 1992. Product Development. Yogyakarta. Penerbit BPFE 1

Upload: anggiaprilia

Post on 09-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: p3 risma (1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2014. Cemilan Sehat. Diakses dalam http://klikdokter.com/healthnewstopics/topik-

utama/10-tips-cemilan-sehat-anak Pada Jam 08.15 WIB.

Anonim,2014. Cemilan Anak. Diakses dalam http://artikel/5-cemilan-sehat-untuk-anak Pada

Jam 08.00 WIB.

Assaury. 1996. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta. PT. Raja

Grafindo Persada.

Bass Wakelfield dan Kolasa. 1980. Pangan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Buchari Alma. 2000. Product Development Implementation. Jakarta. Erlangga.

Cohen L. 1937.Quality Function Deployment, How to Make QFD Work for You.

Massachusetts: Addison-Wesley.

Goetsch, D.L, dan Stanley B. Davis. 1997. Manajemen Mutu Total. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Guiltinan, Joseph P dan Paul Gordon. 1991. Manajemen Pemasaran : Strategi dan Program. Jakarta. Erlangga.

Iman Soeharto, Ir. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Edisi Kedua Jilid 2.Jakarta. Erlangga.

Kotler dan Amstrong (2002). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Surabaya.Penerbit Erlangga.

Lyman, Howard B. 1989. Test Scores and What They Mean. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon.

Oesman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta.PT. Raja

Grafindo Persada.

Sigit. 1992. Product Development. Yogyakarta. Penerbit BPFE

Stanton J William. 1996. Prinsip Pemasaran. Yogyakarta. Penerbit Liberty.

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor. IPB.

Zimmerman dan Hart. 1982. Value Engineering A Practical Approach. Penerbit Van

Nostrand Company. New York.

1

Page 2: p3 risma (1)

DASAR TEORI

Produk merupakan salah satu aspek penting dalam variabel marketing mix, produk

juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan suatu usaha. Banyaknya

pesaing dalam dunia bisnis memerlukan suatu bentuk produk yang berbeda satu sama

lainnya. Suatu produk haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun kelebihan dibandingkan

produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini perusahaan pesaing. Suatu produk

tidak dapat dilepaskan dari pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Suatu produk juga

tidak dapat dikatakan memiliki nilai jual jika produk tersebut tidak menarik bagi konsumen

untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai produk tersebut, para ahli mempunyai

gambaran tentang definisi produk itu.

Pengertian produk menurut Kotler (2002:3): Produk memiliki pengertian yang luas

yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimilki, digunakan, atau dikonsumsikan sehingga dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk didalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat,

organisasi serta gagasan.

Sedangkan pengertian produk itu sendiri menurut Djaslim Saladin dan Yevis Marty

Oesman (2002:71) terbagi dalam beberapa pengertian, yaitu

Pengertian Produk adalah:

a. Dalam pengertian sempitnya, produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang

berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa dan yang telah dikenal.

b. Dalam pemgertian secara luas, produk adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud

(tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang didalamnya sudah tercakup warna, harga,

kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan yang diberikan produsen dan

pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap

keinginan atau kebutuhan konsumen.

c. Secara umumnya, produk itu diartikan secara ringkas sebagai segala sesuatu yang dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud

maupun tidak berwujud.

Dari beberapa definisi tentang produk tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

produk adalah suatu bentuk barang atau jasa, yang ditawarkan dan telah dibuat sedemikian

rupa untuk ditawarkan atau dijual, dimiliki, dan digunakan atau dikonsumsikan agar dapat

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Pengembangan produk dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan

perusahaan untuk menambah manfaat, ciri, desain dan layanan pada barang dan jasa.

Pengertian pengembangan produk telah banyak dikemukakan para ahli, antara lain:

2

Page 3: p3 risma (1)

1. Assaury (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) adalah

suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan

suatu produk ke arah yang lebih baik sehingga dapat memberikan daya guna maupun

daya pemuas yang lebih besar.

2. Stanton (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) adalah

suatu istilah yang terbatas meliputi kegiatan teknis, seperti riset produk, rekayasa dan

design.

3. Guiltinan (1991) mengatakan bahwa pengembangan produk (product develpoment)

adalah suatu kebutuhan dan keinginan yang selalu berubah mengakibatkan adanya

segmen baru atau adanya persaingan dan perubahan teknologi.

4. Sigit (1992) mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) disebut

juga merchandising adalah kegiatan-kegiatan manufacturer (pembuat barang) atau

middlemen (perantara) yang bermaksud melakukan penyesuaian barang-barang yang

dibuat atau ditawarkan untuk dijual atas permintaan pembeli.

5. Kotler dan Armstrong (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk adalah strategi

untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang dimodifikasi

ke segmen pasar yang sekarang.

6. Dari berbagai pengertian pengembangan produk tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengembangan produk adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan melalui

perbaikan bentuk, penyederhanaan, pembentukan kembali, menambah desain atau model

dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen atau pelanggan.

Tujuan dari pengembangan produk menurut Buchari Alma (2000:101) tujuan

pengembangan produk adalah :

1.    Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas

2.    Untuk menambah omzet penjualan

3.    Untuk memenangkan persaingan

4.    Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi

5.    Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama

6.    Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan

7.    Untuk mencegah kebosanan konsumen

8.    Untuk menyederhanakan produk, pembungkus

Menurut Kotler proses pengembangan produk mengemukakan bahwa ada delapan

proses pengembangan produk baru yaitu mencakup: pemunculan gagasan (idea generation),

penyaringan gagasan (idea screening), pengembangan dan pengujian konsep (concept

3

Page 4: p3 risma (1)

development and testing), pengembangan strategi pemasaran (marketing strategy

development), analisis bisnis (business analysis), pengembangan produk (product

development), pengujian pasar (market testing), dan komersialisasi (commercialization).

Dalam setiap tahapan proses tersebut, manajemen akan mereview dan mengambil keputusan

apakah lanjut atau menghentikan proses pengembangan produk baru tersebut.

Pentingnya pengembangan produk baru mengharuskan perusahaan menetapkan

manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk itu. Menurut Stanton (1996:222),

pentingnya pengembangan produk baru sebagai berikut :

1. Hubungan dengan daur hidup produk

Ada dua hal yang berkaitan dengan konsep daur hidup membantu menjelaskan mengapa

inovasi produk sangat penting, pertama setiap produk yang ada dalam perusahaan

akhirnya tidak terpakai lagi. Kedua, keuntungan pada umumnya akan menurun karena usia

produk semakin menua, jika produk tidak diubah atau diganti dan akhirnya perusahaan

akan bangkrut.

2. Produk menunjukkan laba

Pengembangan produk sangat penting untuk mempertahankan laba yang telah

direncanakan.

3. Pengembangan produk sangat penting bagi perusahaan

Produk yang berorientasi pada pengembangan produk baru diharapkan dapat tumbuh dan

berkembang.

Preferensi terhadap makanan didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap makanan dan preferensi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi

pangan (Suhardjo 1989). Bass Wakelfield dan Kolasa (1980) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi preferensi pangan yaitu; 1) ketersediaan makanan di suatu tempat, 2)

pembelian makanan untuk anggota keluarga yang lain, khususnya orang tua, 3) pembelian

makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya, 4)

rasa makanan, tekstur, dan tempat.

Dalam memilih makanan tertentu yang disukai pengalaman seseorang dapat menjadi

landasan yang kuat. Beberapa faktor antara lain enak, menyenangkan, tidak membosankan,

berharga murah, mudah didapat dan diolah. Penampakan merupakan hal yang banyak

mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen. Kesukaan terhadap makanan dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Ini termasuk waktu dan konteks dimana makanan itu disajikan sama

halnya dengan kondisi pribadi kita pada saat itu, seperti seberapa kita lapar, mood pada saat

itu, dan waktu terakhir sejak kita terakhir makan makanan tersebut (Lyman 1989).

4

Page 5: p3 risma (1)

Cemilan yang sehat dapat membantu anak untuk tetap kenyang sepanjang hari dan

juga dapat memberikan energi tambahan serta nutrisi penting. Tapi cemilan tidak bisa

sembarangan cemilan untuk diberikan ke buah hati. Pasalnya, salah menu bisa-bisa malah

menuai masalah kesehatan lebih rumit lagi. Misalnya, porsi snack atau pilihan menu snack

yang berlemak dan berkalori malah membuat anak jadi kegemukan atau obesitas, yang

juntrungannya malah-malah membuat anak berisiko mengalami gangguan jantung dan

bahkan diabetes (Anonim, 2014).

Untuk mendongkrak kesehatan anak selain mengkonsumsi makanan utama, camilan

bisa melengkapi gizi anak. Disarankan agar anak mendapat dua kali makanan selingan setiap

hari antara sarapan dengan makan siang, serta antara makan siang dengan makan malam.

Mereka membutuhkan porsi makanan yang sedikit tapi sering. Oleh sebab itu, harus bijak

menyediakan pilihan makanan yang sehat dan bergizi karena tidak semua camilan yang dijual

di pasaran sehat. Banyak yang nilai gizinya tidak ada, bahkan ada yang mengandung zat

kimia yang tidak baik untuk kesehatan anak. Salah satu cemilan sehat untuk anak-anak adalah

biskuat, sari gandum, mini pizza dan genji strawberry pie (Anonim,2014).

Salah satu produk pangan kering yang banyak disukai anak-anak dan orang dewasa

adalah produk biskuit sebagai makanan ringan atau snack food yang dapat dikonsumsi pada

selang waktu tertentu atau dapat dikonsumsi pada waktu makan.Produk biskuit jenisnya

beragam. Biskuit diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu biskuit keras, crackers, wafer,

dan cookies. Pada analisis ini dilakukan analisis terhadap produk biskuit kering merk

‘Biskuat’. Disini dilakukan pengamatan terhadap pengembangan produk yang dilakukan oleh

Biskuat dari awal munculnya hingga produknya yang beredar hingga saat ini. Proses

perubahan produk tersebut tentu memiliki hal yang melatarbelakanginya, mengapa Biskuat

perlu melakukan pengembangan produk dan mengapa perlu melakukan perubahan-perubahan

selama ini.

Pengembangan produk pangan untuk menambah nilai jual produk biasanya

membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi dibutuhkan suatu proses reformulasi produk di

dalamnya. Untuk itu diperlukan suatu cara dalam rangka meningkatkan mutu dan nilai jual

produk tanpa harus melakukan formulasi ulang terhadap produk. Beberapa modifikasi dan

inovasi yang dapat dilakukan terkait pengembangan produk baru antara lain modifikasi

flavor, warna, bentuk, substitusi bahan baku utama dengan bahan baku lainnya dengan tujuan

menurunkan biaya produksi atau meningkatkan nilai gizi produk tersebut tanpa mengurangi

dan menurunkan mutunya.

5

Page 6: p3 risma (1)

Biskuat adalah merek biskuit yang diproduksi oleh Mondelēz Indonesia. Merek ini

juga dikenal sebagai Tiger di negara-negara Asia Tenggara selain Indonesia. Target

konsumen terbesar yang mengonsumsi Biskuat adalah anak-anak usia 5-11 tahun. Seluruh

produk Biskuat diperkaya 9 vitamin dan 6 mineral yang terdiri dari vitamin A, B1, B2, B3,

B6, B9, B12, D dan E. Serta 6 mineral yaitu Kalsium, Selenium, Zat Besi, Iodium, Seng dan

Magnesium. Varian pertama Biskuat, yaitu Biskuat Energi, diluncurkan pada tahun 1999 oleh

Danone. Merek ini diakuisisi oleh Kraft Foods pada tahun 2008. Saat ini Biskuat adalah

merek dari Mondelēz Indonesia (perusahaan yang diresmikan pada tanggal 1 Juli 2013

menggantikan Kraft Foods sebelumnya).

Value Engineering adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan

mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi produk

atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang paling

ekonomis (Iman Soeharto, 2001). Menurut Zimmerman dan Hart (1982) Value Enginnering

adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang sistematis dan

terorganisasi dengan menggunakan analisis fungsi pada suatu proyek atau produk sehingga

diperoleh hasil yang mempunyai keseimbangan antara fungsi dengan biaya, keandalan, mutu

dan hasil guna (Performance).

Dengan kata lain Value Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan

sistematis dan kreatif dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan

mengembangkan gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang dapat

digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah, tanpa

mengurangi mutu dan nilai. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Value Engineering

bukanlah :

a. Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan menekan harga satuan tetapi

mutu dan penampilan dari suatu produk atau proyek tidak dipertahankan.

b. Mengendalikan mutu dari suatu produk atau proyek, tetapi berusaha mencari produk

dengan kualitas yang baik dan biaya yang seminimal mungkin.

c. Re-design atau desain ulang, mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana

atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana.

Fast (Functional Analysis SistemTechnique) yaitu suatu metoda untuk menganalisis,

mengkoordinasi dan mencatat fungsi-fungsi dari sutau system secara terstruktur. Dengan

menggunakan metoda ini nantinya akan dapat dibangun suatu diagram yang menggambarkan

fungsi-fungsi setiap elemen dalam suatu proyek secara sistimatis dan dapat dicari hubungan

6

Page 7: p3 risma (1)

antara masing-masing fungsi serta batasan lingkup permasalahan yang dikaji dengan

menggunakan dua buah pertanyaan yaitu bagaimana (how) dan mengapa (why).

Menurut Cohen (1937), QFD (pengembangan fungsi kualitas) adalah suatu metode

untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team

pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan

kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik

dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut.

Pengembangan fungsi kualitas (QFD) merupakan suatu tindakan untuk mendisain

proses terhadap tanggapan kebutuhan dan harapan pelanggan. Pengembagan Fungsi Kualitas

(QFD) menterjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen. Hal ini memungkinkan

organisasi/perusahaan untuk meperioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan

inovatif atas kebutuhan tersebut, dan meningkatkan proses sehingga tercapai efektivitas

maksimum. Pengembangan fungsi kualitas (QFD) adalah tindakan yang menuntun

peningkatan proses yang memungkinkan dari suatu organisasi untuk memenuhi kepuasan

pelanggan,Goetsch dan Stanley (1997).

QFD yang ditunjukkan disini sebagai sebuah seri matrik yang berhubungan dengan

kebutuhan konsumen terhadap kebutuhan yang terus-menerus yang ditunjukkan disini adalah

tipe-tipe perkembangan

1. keinginan konsumen menuju ke kebutuhan teknik dari suatu jasa.

2. kebutuhan teknik dari suatu jasa menuju ke kebutuhan proses.

3. kebutuhan proses menuju ke prosedur kualitas.

Proses dalam QFD dilaksanakan dengan menyusun satu atau lebih matrik yang

disebut The House Of Quality.Matrik ini menjelaskan apa saja yang menjadi kebutuhan dan

harapan pelanggan dan bagaimanamemenuhinya. Matrik yang disebut House Of

Qualitysecara umum dapat dilihat pada gambar 1.

7

Page 8: p3 risma (1)

Gambar 1 The House of Quality

(Sumber: Cohen, 1995: 12)

Menurut Cohen (1992) tahap-tahap dalam menyusun rumah kualitas adalah sebagai berikut:

1. Tahap I Matrik Kebutuhan Pelanggan, tahap ini meliputi: 1) Memutuskan siapa

pelanggan, 2) Mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen,

3) Menyusun keinginan dan kebutuhan tersebut, dan 4) Pembuatan diagram afinitas

2. Tahap II Matrik Perencanaan, tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan

pelanggan dan menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan.

3. Tahap III Respon Teknis, pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-

kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna

memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

4. Tahap IV Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen. Tahap ini

menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan-

kebutuhan pelanggan (tahap 1).

5. Tahap V Korelasi Teknis, tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara

karakterisitik kualitas pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu

8

Page 9: p3 risma (1)

respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam

proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.

6. Tahap IV Benchmarking dan Penetapan Target, pada tahap ini perusahaan perlu

menentukan respon teknis mana yang ingin dikonsentrasikan dan bagaimana jika

dibandingkan oleh produk sejenis

9

Page 10: p3 risma (1)

PEMBAHASAN

10