p-treatment antidepresan.docx

Upload: listyonowahid

Post on 04-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    1/22

    1

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    GANGGUAN DEPRESIF

    1.1 DefinisiDepresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya,

    dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif, gangguan distimik,

    gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar.

    Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan

    alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidurdan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak

    berdaya, serta gagasan bunuh diri.

    Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang

    tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia

    kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.

    1.2 EtiologiEtiologi depresi terdiri dari :

    1. Faktor genetikDari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan

    bipolar terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti

    adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut.

    Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam

    perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetikaadalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk

    menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan

    peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa

    orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    2/22

    2

    penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar

    daripada sanak saudara derajat pertama.

    2. Faktor B iokmiaSejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam

    metabolit amin biogenik yang mencakup neurotransmitter norepinefrin, serotonin dan

    dopamine (Gambar 1.1). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa selain faktor

    neurotransmitter yang telah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain yang

    dapat mencetuskan timbulnya depresi yaitu neurotransmitter asam amino khususnya

    GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) dan peptida neuroaktif, regulasi neurendokrin

    dan neuroanatomis.

    Pada regulasi neuroendokrin, gangguan mood dapat disebabkan terutama oleh

    adanya kelainan pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Selain itu

    kelainan lain yang telah digambarkan pada pasien dengan gangguan mood adalah

    penurunan sekresi nocturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin terhadap

    pemberian tryptophan, penurunan kadar dasar FSH (Follicle Stimullating Hormon)

    dan LH (Luteinizing Hormon), dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.

    Gambar 1.1. Mekanisme terjadinya depresi dengan etiologi neurotransmitter

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    3/22

    3

    Ada dua hipotesis terjadinya depresi secara biokimia, yaitu:

    a)Hipotesis KatekolaminBeberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi katekolamin pada

    reseptor otak. Reserpin yang menekan amina otak diketahui kadang-kadang

    menimbulkan depresi lambat. Disamping itu, MHPG (Metabolit primer

    noradrenalin otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka

    mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka gembira.

    b)Hipotesis IndolaminHipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-hidroxitriptamin (5

    HT). metabolit utamanya asam 5-hidroksi indolasetat (5HIAA) menurun dalam

    LCS pasien depresi, dan 5 HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh diri. L-

    Triptofan, yang mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak.

    3. Faktor HormonKelainan depresi mayor dihubungkan dengan hipersekresi kortisol dan

    kegagalan menekan sekresi kortisol sesudah pemberian dexametason. Pasien depresi

    resisten terhadap penekanan dexametason dan hasil abnormal ini didapatkan pada

    sekitar 50% pasien, terutama pada pasien dengan depresi bipolar, waham dan ada

    riwayat penyakit ini dalam keluarga.

    Wanita dua kali lebih sering dihubungkan dengan pruerperium atau menopause.

    Bunuh diri dan saat masuk rumah sakit biasanya sebelum menstruasi. Selama

    penyakit afektif berlangsung sering timbul amenore. Hal ini menggambarkan bahwa

    gangguan endokrin mungkin merupakan faktor penting dalam menentukan etiologi.

    4. Faktor Kepribadian PremorbidPersonalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama hidupnya,

    keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian depresi

    ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan kurang bersemangat. Personalitas

    hipomania berperilaku lebih riang, energetik dan lebih ramah dari rata-rata.

    Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia

    luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    4/22

    4

    cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang

    mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam

    pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru

    dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru

    perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses

    adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di

    keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi

    perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor

    pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik

    kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi.

    Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan

    jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan

    kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif.

    5. Faktor LingkunganEnam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih banyak peristiwa

    dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak memuaskan dan mereka keluar

    dari lingkungan social. 80% serangan pertama depresi didahului oleh stress, tetapi

    angka ini akan jatuh menjadi hanya 50% pada serangan berikutnya. Pasien depresi

    diketahui juga lebih sering pada anak yang kehilangan orang tua di masa kanak-kanak

    dibandingkan dengan populasi lainnya.

    Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan

    tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis

    dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi

    faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat

    gangguan depresif muncul.

    Satu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi adalah bahwa peristiwa

    kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama

    gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk

    menjelaskan pengamatan tersebut adalah bahwa stress yang menyertai episode

    pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan yang

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    5/22

    5

    bertahan lama tersebut dapat meyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai

    neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal. Hasil akhir dari perubahan

    tersebut akan menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk

    menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor external.

    1.3 Diagnoasa dan Klasifikasi Episode DepresifEpisode depresif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : episode depresif ringan,

    episode depresif sedang, dan episode depresif berat. Ketiga episode depresif tersebut

    memiliki gejala utama sebagai berikut.

    a. afek depresif,b.

    kehilangan minat dan kegembiraan,

    c. dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasalelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan berkurangnya aktivitas.

    Adapun gejala lazim lainnya yang dapat dijumpai pada episode depresif adalah

    sebagai berikut.

    a. Konsentrasi dan perhatian berkurangb. Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe

    ringan sekalipun)

    d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistise. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif. Tidur terganggug.Nafsu makan berkurang

    Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan (ringan, sedang, dan berat),

    diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi

    periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung

    cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat

    (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif

    berikutnya harus diklasifikasikan dibawah salah satu gangguan depresif berulang (F.33.-).

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    6/22

    6

    F.32.0 Episode depresi ringan

    Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif sepertitersebut di atas.

    Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya.F.32.1 Episode depresi sedang

    Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif sepertitersebut diatas

    Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,

    pekerjaan dan urusan rumah tangga.

    F.32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik

    Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus

    berintensitas berat

    Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok,maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak

    gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap

    episode gangguan depresif berat masih dapat dibenarkan

    Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akantetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

    menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu

    Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaanatau rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    7/22

    7

    F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik

    Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas Disertaiwaham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,

    kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung

    jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang

    menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi

    psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor

    Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidakserasi dengan afek (mood congruent)

    F 32.8 Episode Depresif Lainnya

    F 32.9 Episode Depresif YTTF 33.- Gangguan Depresif Berulang

    1.4 Tatalaksana Episode DepresifPengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan pada sejumlah

    tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik yang

    lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus dimulai

    yang menjawab bukan hanya gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.

    Dokter harus mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi psikoterapeutik.

    Jika dokter memandang gangguan mood pada dasarnya berkembang dari masalah

    psikodinamika, ambivalensi mengenai kegunaan obat dapat menyebabkan respons yang

    buruk, ketidakpatuhan, dan kemungkinan dosis yang tidak adekuat untuk jangka waktu

    yang singkat. Sebaliknya, jika dokter mengabaikan kebutuhan psikososial pasien, hasil

    dari farmakoterapi mungkin terganggu.

    1. Terapi FarmakologisAntidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam efek

    farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk pengamatan bahwa pasien

    individual mungkin berespons terhadap antidepresan lainnya. Variasi tersebut juga

    merupakan dasar untuk membedakan efek samping yang terlihat pada antidepresan.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    8/22

    8

    Pembedaan yang paling dasar diantara antidepresan adalah pada proses

    farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan yang memiliki efek

    farmakodinamika jangka pendek utamanya pada tempat ambilan kembali (reuptake

    sites) atau pada tingkat inhibisi enzim monoamine oksidasi. bekerja untuk

    menormalkan neurotransmitter yang abnormal di otak khususnya epinefrin dan

    norepinefrin. Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini sesuai dengan etiologi

    dari depresi yang kemungkinan diakibatkan dari abnormalitas dari sistem

    neurotransmitter di otak. Obat antidepresan yang akan dibahas adalah antidepresi

    generasi pertama (Trisiklik dan MAOIs), antidepresi golongan kedua (SSRIs) dan

    antidepresi golongan ketiga (SRNIs).

    a. TrisiklikTrisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan sebagai

    pengobatan lini pertama untuk gangguan depresif berat. Golongan trisiklik ini

    dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin

    sekunder (nortriptyline, desipramine) dan tetrasiklik tersier (imipramine,

    amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat tersebut, yang paling sering digunakan

    adalah tetrasiklik amin sekunder karena mempunyai efek samping yang lebih

    minimal. Obat golongan tetrasiklik sering dipilih karena tingkat kepuasan klinisi

    dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar golongan dari obat ini

    tersedia dalam formulasi generik.

    Golongan obat trisiklik bekerja dengan menghambat reuptake

    neurotransmitter di otak. Secara biokimia, obat amin sekunder diduga bekerja

    sebagai penghambat reuptake norepinefrin, sedangkan amin tersier menghambat

    reuptakeserotonin pada sinaps neuron.hal ini mempunyai implikasi bahwa depresi

    akibat kekurangan norepinefrin lebih responsif terhadap amin sekunder, sedangkan

    depresi akibat kekurangan serotonin akan lebih responsif terhadap amin tersier.

    b. MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)MAOIs telah digunakan sebagai antidepresan sejak 15 tahun yang lalu.

    Golongan ini bekerja dalam proses penghambatan deaminasi oksidatif

    katekolamin di mitokondria, akibatnya kadar einefrin, noreprinefrin dan 5-HT

    dalam otak naik. Obat ini sekarang jarang digunakan sebagai lini pertama dalam

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    9/22

    9

    pengobatan depresi karena bersifat sangat toksik bagi tubuh. Selain karena dapat

    menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi dengan tiramin yang berasal dari

    makanan-makanan tertentu seperti keju, anggur dan acar, MAOIs juga dapat

    menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450 yang akhirnya akan

    mengganggu metabolisme obat di hati.

    c. SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan lini pertama pada

    gangguan depresif berat seain golongan trisiklik. Obat golongan ini mencakup

    fluoxetine, citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh klinisi yang

    pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama manjurnya dengan

    trisiklik dan jauh lebih baik ditoleransi oleh tubuh karena mempunyai efek

    samping yang cukup minimal karena kurang memperlihatkan pengaruh terhadap

    sistem kolinergik, adrenergik dan histaminergik. Interaksi farmakodinamik yang

    berbahaya akan terjadi bila SSRIs dikombinasikan dengan MAOIs, karena akan

    terjadi peningkatan efek serotonin secara berlebihan yang disebut sindrom

    serotonin dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular dan gangguan

    tanda vital.

    d. SNRIs (Serotonin and Norepinephrine Inhibitors )Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme yang hampir sama

    dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga menghambat dari reuptake

    norepinefrin.

    Selain dari golongan obat yang telah dibahas sebelumnya, masih ada

    beberapa alternatif yang digunakan untuk terapi medikamentosa pada pasien

    depresi dengan keadaan tertentu. Hal tersebut dapat terlihat lebih jelas pada

    gambar di bawah ini.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    10/22

    10

    Gambar 1.2. Pilihan obat-obatan antidepresan

    2. Terapi Non Farmakologis

    Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam pengobatan depresif

    berat adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku telah menemukan

    predictor respons terhadap berbagai pengobatan sebagai berikut ini : (1) disfungsi

    sosial yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi interpersonal, (2)

    disfungsi kognitif yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi

    kognitif-perilaku dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang tinggi mengarahkan

    respons yang baik terhadap farmakoterapi, (4) keparahan depresi yang tinggi

    menyatakan respons yang baik terhadap terapi interpersonal dan farmakoterapi.

    Pada awalnya, terapi ini dikembangkan oleh Aaron Beck yang memusatkan pada

    distorsi kognitif yang didalilkan ada pada gangguan depresi berat. Tujuan terapi iniuntuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu

    pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif.

    Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman, memusatkan pada satu

    atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialami sekarang, dengan

    menggunakan dua anggapan: pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    11/22

    11

    memiliki akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah interpersonal

    sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan atau memperberat gejala

    depresif sekarang.

    1.5 PrognosisGangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien

    cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6

    sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3

    bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan

    kembalinya gejala.

    Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif beratmemiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Banyak penelitian telah

    berusaha untuk mengidentifikasi indikator prognostik yang baik dan buruk di dalam

    perjalanan gangguan depresif berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi

    keluarga yangstabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam waktu singkat di

    rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah

    sakit adalah indikator prognostik yang baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh

    adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala

    gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    12/22

    12

    BAB II

    P-TREATMENT

    Kasus :

    Seorang Bapak berusia 35 tahun, dibawa oleh keluarganya ke dokter karena keluarga

    khawatir dengan keadaannya saat ini. Pasien mengatakan bahwa 1 bulan terakhir Ia menjadi

    mudah lelah bahkan ketika melakukan pekerjaan yang ringan. Disamping itu pasien juga

    mengeluhkan nafsu makan yang menurun, dan insomnia. Dari anamnesis yang lebih lanjut,

    diketahui bahwa pasien seringkali merasa dirinya tidak berguna lagi bagi keluarga dan,

    pasien juga menjadi sangat pesimis akan masa depannya. Pasien lebih banyak berdiam diri

    dan selalu tampak murung. Pasien juga mengalami hambatan dalam melakukan berinteraksi

    dengan orang-orang disekitarnya bahkan dengan anggota keluarga sendiri. Semua keluhan ini

    terjadi sejak sekitar 1 bulan yang lalu, dan 2 bulan sebelumnya pasien di PHK oleh

    perusahaan tempat Ia bekerja.

    2.1 Analisa Kasus :

    Keluhan-keluhan yang telah disampaikan oleh pasien dan keluarganya

    mengarah pada terjadinya gangguan suasana perasaan (mood). Gangguan mood yangterjadi pada pasien ini berupa gangguan episode depresif yang sedang, berdasarkan

    pedoman diagnose PPDGJ III, sebagai berikut.

    Sekurang-kurangnya terdapat 2 dari 3 gejala utama. Pada pasien ini terdapat 2gejala utama, yaitu : lebih banyak berdiam diri dan murung (merujuk pada

    kehilangan minat dan kegembiraan) serta pasien merasa mudah lelah bahkan ketika

    melakukan pekerjaan yang ringan.

    Ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya. Pada pasien 4gejala lain tersebut, yaitu : nafsu makan yang menurun, insomnia, merasa dirinya

    tidak berguna bagi keluarga, serta merasa pesimis akan masa depannya.

    Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu. Pada pasien iniepisode depresif sudah berlangsung sejak 1 bulan yang lalu.

    Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, danurusan rumah tangga. Pada pasien ini, Ia mengalami kesulitan dalam berinteraksi

    dengan orang-orang disekitarnya, bahkan dengan anggota keluarganya sendiri.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    13/22

    13

    2.3 P-Treatment

    1) Menentukan M asalah Pasiena. Masalah utama : pasien merasa mudah lelah bahkan ketika melakukan

    pekerjaan yang ringan, nafsu makan menurun, dan insomnia.

    b. Masalah tambahan : banyak berdiam diri dan murung, merasa dirinya tidakberguna bagi keluarga, serta merasa pesimis akan masa depannya.

    2) Tuj uan TerapiMengatasi masalah-masalah yang dirasakan pasien dengan mengobati gangguan

    depresif yang dialaminya.

    3) Pemil ihan Terapia. Terapi non-farmakologi

    Terapi interpersonal menekankan pada peningkatan kemampuaninterpersonal atau sosial, serta interaksi dengan orang lain. Terapi ini lebih

    kepada terapi kelompok yang menekankan pada pemahaman yang baik

    mengenai masalah interpersonal yang mendorong depresi. Pasien

    dibebaskan untuk mendiskusikan berbagai masalah interpersonal saat ini

    dan bukan masa lampau.

    Terapi keluarga bekerja dengan keluarga untuk memelihara perubahandan perkembangan. Ini cenderung untuk melihat perubahan dalam hal

    sistem interaksi antar anggota keluarga. Ini menekankan hubungan keluarga

    sebagai faktor penting dalam kesehatan psikologis.

    Terapi spiritual

    b. Terapi Farmakologi

    Memberikan pengobatan antidepresan yang tepat dan aman bagi pasien.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    14/22

    14

    Pemilihan Golongan Obat Anti-Depresant :

    Golongan Obat Efficacy Safety Suitabilility Cost

    Trisyclic

    Antidepressants

    (TCAs)

    +++

    FD :bekerja dengan menghambat

    pengambilan kembali norepinefrin

    dan serotonin ke saraf presinaptik

    terminal. Walaupun begitu, dengan

    konsentrasi therapeutic TCAs tidakmenghambat transpoter dopamine.

    TCAs mengakibatkan peningkatan

    konsentrasi monoamine di celah

    sinaps. Onset dari peningkatan mood

    membutuhkan 2 minggu atau lebih.

    FK :Diabsorbsi dengan baik dengan

    pemberian oral, terdistibusi secara

    luas dan segera berpenetrasi ke dalam

    CNS. Obat ini memiliki waktu paruh

    yang panjang. Dimetabolisme di hati.

    Eksresi melalui urin

    +

    ES :penglihatan kabur, mulut

    kering, retensi urin, konstipasi,

    memperparah glukoma dan

    epilepsy, perangsangan berlebih

    pada jantung yang dapatmengancam nyawa, hipotensi

    ortostatik, takikardi, efek

    sedative pada minggu pertama

    pengobatan, peningkatan berat

    badan. Disfungsi seksual (pada

    sebagian kecil pasien).

    TCAs menghalangi receptor

    serotonergik, -adrenergik,

    histamine dan muskarinik.

    TCAs memiliki index terapi

    yang sempit.

    ++

    KI :Hipersensitivitas,

    gangguan kardiovaskular yang

    berat, glukoma sudut sempit,

    pemberian bersama MAOI,

    pemulihan akut post-MI.

    P : BPH, retensi urin/GI,

    hipertitoid, glukoma sudut

    terbuka, gangguan kejang,

    tumor otak, perburukan saluran

    nafas.

    +++

    Tofranil :

    Tab. Salut 25 mg x 50 x 10

    ( Rp 260.546,-)

    Selektive Serotonin

    Re-Uptake Inhibitors

    (SSRIs)

    +++

    FD :SSRIs menghambat re-uptake

    serotonin, meningkatkan

    neurotransmitter pada celah sinaps

    ++

    ES :gangguan tidur, disfungsi

    seksual, diare, mual, sakit

    kepala, anoreksia, somnolen,

    +++

    KI : hipersensitivitas,

    penggunaan bersama dengan

    MAOI, penggunaan bersama

    +++

    Courage :

    Kapl. 20 mg x 30

    ( Rp 22.000)

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    15/22

    15

    dan pada akhirnya menigkatkan

    aktivitas neuron postsinaps.

    Antidepresan, termasuk SSRIs,

    memerlukan waktu 2 minggu untuk

    memperbaiki gangguan mood, dan

    keuntungan maksimum dapat

    diperoleh dalam 12 minggu atau

    lebih. SSRIs memiliki sedikit

    aktivitas untuk menghalangi receptor

    muskarinik, -adrenergik, histamin

    H1.

    FK :diabsorbsi dengan baik setelah

    pemberian oral, makanan memiliki

    sedikit efek pada absorbsi obat. Obat

    ini terdistribusi dengan baik, waktu

    paruh di plasma dalam rentang 16-36

    jam. Metabolisme di hepar, eksresi

    melalui urin, feses.

    kecemasan. dengan pimozide /thioridazine,

    laktasi.

    P: anak dan remaja,

    penggunaan bersama NSAIDS,

    hipoglikemik, wanita hamil,

    gangguan hepatic.

    Monoamine Oxidase

    Inhibitors (MAOIs)

    +++

    FD :bekerja dengan menghambat

    aktivasi dari enzim monoamine

    oxidase dalam neuron, sehingga

    kelebihan neurotransmitter dapat

    berdifusi ke celah sinapsefek

    antidepresan. Efek antidepresan

    +

    ES :sakit kepala, takikardi,

    mual, hipertensi, aritmia jantung

    stroke, mengantk, hipotensi

    ortostatik, penglihatan kabur,

    mulut kering, disuria,

    konstipasi.

    ++

    KI :hipersensitivitas, CHF,

    penyakit liver, gangguan ginjal

    berat, pembedahan elektif

    dengan anastesi umum,

    penggunaan bersama dengan

    obat simpatomimetik,

    --

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    16/22

    16

    diperoleh 2-4 minggu selama terapi.

    FK :diabsorbsi dengan baik melalui

    pemberian oral. Eksresi melalui urin.

    MAOIs tidak hanya

    mengahambat enzim MAO,

    tetapi juga enzim-enzim lain,

    karena itu obat ini mengganggu

    metabolisme banyak obat di

    hati.

    meperidine, dextromethorphan.

    Serotonin

    Norefinefrin Re-

    Uptake Inhibitors

    (SNRIs)

    +++

    FD : SNRIs bekerja dengan

    menghambat pengambilan kembali

    serotonin, dan pada dosis yang lebih

    tinggi menghambat pengambilan

    kembali norepinefrin. SNRIs juga

    memiliki efek yang ringan dalam

    menghambat reseptor dopamin.

    SNRIs tidak memiliki aktivitas pada

    reseptor adrenergic, muskarinik, dan

    histaminic.

    ++

    ES : mual, pusing, sedative,

    konstipasi, sakit kepala,

    bingung, gangguan ejakulasi,

    mulut kering, berkeringat.

    ++

    KI : hipersensitivitas,

    pemberian bersama MAOIs

    P : glukoma sudut tertutup,

    bipolar mania, riwayat kejang,

    gagal ginjal, dan gangguan hati.

    --

    Bupropion +++

    FD: Belum diketahui dengan pasti;

    secara stuktur tidak berhubungan

    dengan SSRIs, TCAs, MAOIs. Tidak

    menghambat aktivitas monoamin

    oksidase atau pengambilan kembali

    serotonin. Mungkin bekerja melalui

    jalur dopaminergik atau

    +

    EF : agitasi, ansietas, dan

    insomnia. Mulut kering,

    migrain, mual, muntah,

    konstipasi, tremor, nyeri perut,

    penurunan memory, arthritis,

    berdebar-debar, nyeri dada,

    infeksi, paresthesia.

    +++

    KI : hipersensitivitas, gangguan

    kejang, bulimia/anorexia, pasien

    yang terhenti menggunakan

    alcohol atau sedatives secara

    tiba-tiba. Penggunaan bersama

    MAOIs.

    --

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    17/22

    17

    noreadenergik sehingga menghambat

    pengambilan kembali noreepinefrin

    dopamin.

    Maprotilin +++

    FD : golongan tetrasiklik,

    meningkatkan konsentrasi

    norepinefrin sinaps di CNS dengan

    menghalangi NE re-uptake oleh

    membrane neuron presinaps.

    ++

    ES : mengantuk dan efek

    kolinergik, hipotensi, takikardi,

    rush, mulut kering

    ++

    KI : hipersensitivitas, kelainan

    cardiovascular, glukoma sudut

    sempit, penggunaan bersama

    dengan MAOIs

    +

    Ludios :

    25 mg x 5 x 10

    ( Rp 125.000)

    Golongan obat antidepresan yang dipilih adalah Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRIs).Pada dasarnya, semua obat anti depresi

    mempunyai efek primer (klinis/ efikasi) yang sama, perbedaan terutama pada efek samping. Dipilih golongan SSRIs yang efek sampingnya

    sangat minimal, spektrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat sangat minimal, serta lethal doseyang tinggi sehingga relative aman.

    Pemilihan Obat dari Golongan SSRIs

    Fluoksetin +++

    FK :

    Peak plasma time: 6-8 jam

    Protein bound : 95%

    Half-life : 7-9 hari

    Metabolisme : Liver

    Eksresi : urin.

    +++

    ES :sakit kepala, mual,

    insomnia, anoreksia, ansietas,

    diare, somnolen.

    +++

    KI :hipersensitivitas,

    bersamaan dengan MAOIs,

    bersaman dengan

    pimozide/thioridazine, laktasi.

    +++

    Courage :

    Kapl. 20 mg x 30

    ( Rp 22.000)

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    18/22

    18

    Sertralin +++

    FK :

    Peak plasma time : 4,5-8,4 jam

    Protein bound : 98%

    Half-life : 26 jam

    Metabolisme : Liver

    Ekstresi : 12-14% uine; 40-45%

    feses.

    ++

    ES : Diare, mual, sakit kepala,

    insomnia, gangguan ejakulasi,

    pusing, mulut kering, lelah,

    somnolen.

    +++

    KI : hipersensitivitas,

    hipersensitivitas, bersamaan

    dengan MAOIs, bersaman

    dengan pimozide.

    +

    Iglodep :

    Tab. salut 50 mg x 30

    (Rp 246.000)

    Flufoksamine ++

    FK :

    Peak plasma time : 3-8 jam

    Protein bound : 80%

    Half-life : 15,6 jam

    Metabolisme : Liver

    Ekstresi : 85% uine;

    ++

    ES : mual, sakit kepala,

    somnolen, berkeringat,

    insomnia, diare, pusing,

    xerostomia, anorexia, gangguan

    ejakulasi.

    +++

    KI : hipersensitivitas,

    hipersensitivitas, bersamaan

    dengan MAOIs,

    +

    Luvox :

    Tab. salut 100 mg x 30

    (399.000)

    Obat antidepresan yang dipilih dari golongan SSRIs ini adalah Fluoxetine. Efficacy, safety, suitability dari golongan SSRIs ini hampir sama.

    Namun perbedaan mencolok terdapat cost.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    19/22

    19

    4) Penul isan dan Pemberian Resep

    5) Komunikasi TerapiInformasi Penyakit :

    Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitandengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

    pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

    kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

    Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) makaorang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari

    pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir di semua aspek kehidupannya.

    Informasi Terapi

    Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress sebaiknya dihindarkan daripasien.

    Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam pemulihan dan kesembuhan kondisipasien, sehingga pihak keluarga juga harus membentuk suatu lingkungan yang

    kondusif bagi pasien.

    dr. Putri

    SIP. 123456789

    Jln. K.H. Wahid Hasyim No 90

    Telp. 0541777777

    Rabu, 12-10-2012

    R/ Courage Kapl. 20 mg No. XV

    1 dd Kapl. I o.m.

    Pro : Tn. A

    Usia : 35 tahun

    Alamat : Jln. Pramuka No.5

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    20/22

    20

    Obat yang diberikan berfungsi untuk mengurangi keluhan-keluhan yangdialami oleh pasien dan memperbaiki gangguan moodnya.

    Pengobatan ini berlangsung selama 2-6 bulan, tergantung dari pemulihanpasien.

    Informasi Pemakaian Obat

    Courage kapl. 20 mg diminum 1x/hari tiap pagi. Obat ini dapat diminumsebelum ataupun setelah makan

    6) Monitori ng dan Evaluasi Pasien kembali kontrol setelah 2 minggu pengobatan/ketika obat yang

    diberikan habis untuk mengevaluasi pengobatan yang telah diberikan.

    Segera kontrol ke dokter bila keluhan berkurang atau jika muncul keluhan lain.

  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    21/22

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 2007. Pharmaceutical Careuntuk Penderita Gangguan Depresif. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

    Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI

    2. Kaplan, Harold I. et al. 2010. Aspek Neuropsikiatrik dari Infeksi HIV (HumanImmunodeficiency Virus) dan Sindrom Imunodefsiensi Didapat (AIDS). Sinopsis

    Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara: Tangerang.

    3. National Academy on An Aging Society. 2000. Depression: A Treatable Disease.http://www.agingsociety.org/depression.pdf (diakses 3 Maret 2011).

    4. Ismail; Siste, 2010. Buku Ajar Psikiatri. BAB 14: Gangguan Depresi. Jakarta: FKUI. P:209-222.

    5. Ingram G, 1993. Catatan Kuliah Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

    6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 1993. Pedoman Penggolongandan Diagnosis Gangguan Jiwa III. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993.

    7. Akhtar, Danesh. 2007. Relation Between Depression and Sociodemoghraphic factors.International Journal of Mental Health Systems 1:4 (p) 1-9. Biomed Central: Canada.

    8. Tomb, David A. 2004.Klasifikasi Psikiatrik dan Pengkajian DSM-IV. Buku SakuPsikiatri. EGC: Jakarta.

    9. Trisdale, Sandra.K. 2003. Stress, Depression and HIV.http://img.thebody.com/legacyAssets/48/63/stress.pdf (diakses 3 Maret 2011).

    10. Slotten, Rose.MD. 2004. Coping with Depression. Journal Positively Aware : 38-40.http://img.thebody.com/legacyAssets/10/31/mayjun_04.pdf (diakses 3 Maret 2011).

    11. Institut Nasional Kesehatan Mental. (2002).Breaking tanah, melanggar melalui:Rencana strategis penelitian gangguan mood Institut Nasional Kesehatan

    Mental (Publication No 0507-B-05). Diakses diakses 3 Maret 2011 dari NIMH situs web

    via GPO Access:http://purl.access.gpo.gov/GPO/LPS20906.

    12. Arozal, Wawaimuli. Gan, Sulistia. 2007. Psikotropik. Farmakologi dan Terapi. FKUI :Jakarta.

    13.

    Howland, R. D., & Mycek, M. J.2006. Pharmacology 3rd Edition.Lippincott Williams& Wilkin.

    http://www.agingsociety.org/depression.pdfhttp://img.thebody.com/legacyAssets/48/63/stress.pdfhttp://img.thebody.com/legacyAssets/10/31/mayjun_04.pdfhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://purl.access.gpo.gov/GPO/LPS20906&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjUUlbIVmvV24819iizw8z9_P4WjQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://purl.access.gpo.gov/GPO/LPS20906&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjUUlbIVmvV24819iizw8z9_P4WjQhttp://img.thebody.com/legacyAssets/10/31/mayjun_04.pdfhttp://img.thebody.com/legacyAssets/48/63/stress.pdfhttp://www.agingsociety.org/depression.pdf
  • 8/13/2019 P-Treatment Antidepresan.docx

    22/22

    TUGAS P-TREATMENT

    ANTIDEPRESSANT

    LABORATORIUM FARMAKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA

    OKTOBER 2012

    Disusun oleh :

    Alfi Wakhianto (05.48873.00274.09)

    Noerwanti Y. Ridwan (0808015039)

    Putri Khumairotullaon (0808015063)

    Sari Hestiyarini (0808015043)

    Pembimbing :

    dr. Ika Fikriah, M. Kes