referat somatic treatment

24
BAB I PENDAHULUAN Terapi somatik (somatic treatment) pada skizofrenia telah berubah secara substansial selama 1990-an. Sampai tahun 1990 ketika clozapine (Clozaril) diperkenalkan di Amerika Serikat, semua obat antipsikotik yang tersedia memiliki jangkauan efikasi yang sama dan dikaitkan dengan efek samping neurologis yang serius yang mengganggu efektivitas mereka. Clozapine adalah obat pertama dari generasi antipsikotik baru yang berkaitan dengan efek samping ekstrapiramidal yang jauh lebih sedikit dibandingkan obat yang lebih lama dan mungkin memiliki khasiat yang lebih baik. 1 Meskipun hubungan clozapine dengan agranulositosis telah membatasi jumlah pasien yang menerimanya, obat ini memainkan peran penting dalam pengobatan psikosis yang parah. Pengenalan risperidone (Risperdal) pada tahun 1994, olanzapine (Zyprexa) pada tahun 1996, quetiapine (Seroquel) pada tahun 1997, dan ziprasidone (Zeldex) pada tahun 1998 telah memberikan alternatif baru bagi dokter untuk mengobati sejumlah besar pasien dengan skizofrenia. Dampak keseluruhan dari perubahan ini terhadap jalannya skizofrenia masih harus diteliti. 1 Terapi somatik terhadap penyakit jiwa termasuk penggunaan obat, ECT, terapi cahaya, teknik modifikasi tidur, dan psychosurgery. Penggunaan terapi somatik untuk

Upload: shinee-world

Post on 16-Apr-2017

16 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat somatic treatment

1

BAB IPENDAHULUAN

Terapi somatik (somatic treatment) pada skizofrenia telah berubah

secara substansial selama 1990-an. Sampai tahun 1990 ketika clozapine (Clozaril)

diperkenalkan di Amerika Serikat, semua obat antipsikotik yang tersedia memiliki

jangkauan efikasi yang sama dan dikaitkan dengan efek samping neurologis yang

serius yang mengganggu efektivitas mereka. Clozapine adalah obat pertama dari

generasi antipsikotik baru yang berkaitan dengan efek samping ekstrapiramidal

yang jauh lebih sedikit dibandingkan obat yang lebih lama dan mungkin memiliki

khasiat yang lebih baik.1

Meskipun hubungan clozapine dengan agranulositosis telah membatasi

jumlah pasien yang menerimanya, obat ini memainkan peran penting dalam

pengobatan psikosis yang parah. Pengenalan risperidone (Risperdal) pada tahun

1994, olanzapine (Zyprexa) pada tahun 1996, quetiapine (Seroquel) pada tahun

1997, dan ziprasidone (Zeldex) pada tahun 1998 telah memberikan alternatif baru

bagi dokter untuk mengobati sejumlah besar pasien dengan skizofrenia. Dampak

keseluruhan dari perubahan ini terhadap jalannya skizofrenia masih harus diteliti.1

Terapi somatik terhadap penyakit jiwa termasuk penggunaan obat, ECT, terapi cahaya, teknik modifikasi tidur, dan psychosurgery. Penggunaan terapi somatik untuk penyakit jiwa adalah keputusan yang harus dibuat hanya setelah pertimbangan hati-hati dari banyak faktor untuk itu masing-masing pasien. Obat-obatan saja tidak pernah menjadi terapi tunggal bagi pasien, melainkan obat mungkin merupakan komponen penting dari rencana pengobatan yang lebih besar mulai dari evaluasi medis yang komprehensif untuk penilaian berkelanjutan dari rencana perawatan dan hasil klinis.2

Para dokter harus dipandu oleh prinsip-prinsip terapeutik untuk memastikan diagnosis yang memadai, pilihan yang tepat dari terapi obat atau terapi somatik lainnya, komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga yang terkait dengan risiko dan manfaat dari pendekatan tersebut, dan instruksi yang jelas

1

Page 2: Referat somatic treatment

2

berkaitan dengan pemberian, efek samping, evaluasi respon, dan penghentian pengobatan.2

Terapi somatik pada skizofrenia bervariasi tergantung pada fase penyakit

pasien. Tahap akut biasanya ditandai dengan gejala psikotik yang memerlukan

perhatian klinis segera. Gejala-gejala ini mungkin merupakan episode psikotik

pertama atau, lebih umum, suatu kekambuhan pada individu yang telah

mengalami beberapa episode gejala. Pengobatan selama fase ini berfokus pada

pengurangan gejala psikotik paling parah.1,3

Page 3: Referat somatic treatment

3

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 SKIZOFRENIA 2.1.1 Definisi

Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1,3

Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah. Skizofrenia berasal dari kata mula-mula digunakan oleh Eugene Bleuler, seorang psikiater berkebangsaaan Swiss. Bleuler mengemukakan manifestasi primer skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi menumpul dan terganggu. Ia menganggap bahwa gangguan pikiran dan menumpulnya emosi sebagai gejala utama daripada skizofrenia dan adanya halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder atau tambahan terhadap ini.4

2.1.2 Etiologi Skizofrenia dapat dianggap sebagai gangguan yang

penyebabnya multipel yang saling berinteraksi. Diantara faktor multipel itu dapat disebut:4

a. Keturunan Penelitian pada keluarga penderita skizofrenia terutama

anak kembar satu telur angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9%-1,8%, bagi saudara kandung 7- 15%, anak dengan salah satu menderita skizofrenia 7-16%. Apabila kedua orang tua menderita

Page 4: Referat somatic treatment

4

skizofrenia 40-60% kembar dua telur 2-15%. Kembar satu telur 61-68%. Menurut hukum Mendel skizofrenia diturunkan melalui genetik yang resesif.3,4 b. Gangguan anatomik

Dicurigai ada beberapa bangunan anatomi di otak berperan yaitu : Lobus temporal, sistem limbik dan reticular activating system. Ventrikel penderita skf lebih besar daripada kontrol. Pemeriksaan MRI menunjukan hilangnya atau berkurangnya neuron dilobus temporal. Didapatkan menurunnya aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal. Pada pemeriksaan post mortem didapatkan banyak reseptor D2 diganglia basal dan sistem limbik, yang dapat mengakibatkan meningkatnya aktivitas DA sentral.3,4 c. Biokimiawi

Saat ini didapat hipotese yang mengemukan adanya peranan dopamine, kateklolamin, norepinefrin dan GABA pada skizofrenia.4

2.1.3 Gejala KlinisGejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok

gejala positif dan gejala negatif.3,4

a. Gejala Negatif Pada gejala negatif terjadi penurunan, pengurangan proses

mental atau proses perilaku (Behavior ).Hal ini dapat menganggu bagi pasien dan orang disekitarnya. 1) Gangguan afek dan emosi

Gangguan dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya : pasien menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masa depannya serta perasaan halus sudah hilang, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik

3

Page 5: Referat somatic treatment

5

(emotional rapport), terpecah belahnya kepribadian maka hal-hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama atau menangis, dan tertawa tentang suatu hal yang sama (ambivalensi).3,4 2) Alogia

Penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan dan pembicaraan. Kadang isi pembicaraan sedikit saja maknanya. Ada pula pasien yang mulai berbicara yang bermakna, namun tiba-tiba ia berhenti bicara, dan baru bicara lagi setelah tertunda beberapa waku.3,4 3) Avolisi

Ini merupakan keadaan dimana pasien hampir tidak bergerak, gerakannya miskin. Kalau dibiarkan akan duduk seorang diri, tidak bicara, tidak ikut beraktivitas jasmani.3,4 4) Anhedonia

Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari pertemanan dengan orang lain (Asociality) pasien tidak mempunyai perhatian, minat pada rekreasi. Pasien yang sosial tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak memperdulikannya.3,4 5) Gejala Psikomotor

Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya kemauan saja maka dapat dilihat adanya gerakan yang kurang luwes atau agak kaku, stupor dimana pasien tidak menunjukkan pergerakan sam sekali dan dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang bertahun-tahun lamanya pada pasien yang sudah menahun; hiperkinese dimana pasien terus bergerak saja dan sangat gelisah.3

b. Gejala Positif

Page 6: Referat somatic treatment

6

Gejala positif dialami sensasi oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi sensasi tersebut. Dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol pasien.

1) Delusi (Waham) Merupakan gejala skizofrenia dimana adanya suatu

keyakinan yang salah pada pasien. Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali tetapi pasien tidak menginsyafi hal ini dan dianggap merupakan fakta yang tidak dapat dirubah oleh siapapun.Waham yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah waham kebesaran,waham kejaran,waham sindiran, waham dosa dan sebagainya.3

2) Halusinasi

Mendengar suara, percakapan, bunyi asing dan aneh atau malah mendengar musik, merupakan gejala positif yang paling sering dialami penderita skizofrenia.4

2.2 TERAPI SOMATIK (SOMATIC TREATMENT) PADA SKIZOFRENIA

2.2.1 Tahapan Pengobatan pada Skizofrenia

Terapi somatik pada skizofrenia bervariasi tergantung pada fase penyakit

pasien. Tahap akut biasanya ditandai dengan gejala psikotik yang memerlukan

perhatian klinis segera. Gejala-gejala ini mungkin merupakan episode psikotik

pertama atau, lebih umum, suatu kekambuhan pada individu yang telah

mengalami beberapa episode gejala. Pengobatan selama fase ini berfokus pada

pengurangan gejala psikotik paling parah.1,3

Setelah fase akut, yang biasanya berlangsung 4-8 minggu, pasien biasanya

memasuki fase stabilisasi di mana gejala akut telah terkontrol, tetapi pasien tetap

berisiko untuk kambuh jika pengobatan dihentikan atau jika mereka terkena stres.

Page 7: Referat somatic treatment

7

Selama fase ini, perawatan berfokus pada mengkonsolidasikan keuntungan terapi

dengan pengobatan mirip dengan yang digunakan pada tahap akut. Fase ini dapat

berlangsung selama 6 bulan setelah pemulihan dari gejala akut.1,3

Tahap ketiga adalah stabil, atau pemeliharaan, fase ketika penyakit ini

dalam keadaan remisi relatif. Tujuan pada tahap ini adalah untuk mencegah

kekambuhan psikotik dan untuk membantu pasien dalam meningkatkan tingkat

fungsi.1,3

2.2.2 Fokus Terapi

Pasien dengan skizofrenia dapat menunjukkan perbedaan besar pada

tingkat keparahan psikopatologi mereka serta dalam jenis gejala yang mereka

tunjukkan. Akibatnya, strategi pengobatan harus berdasarkan individu dengan

karakteristik penyakit setiap pasien. Studi terbaru menunjukkan bahwa

psikopatologi pada skizofrenia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga dimensi:

psikotik, negatif, dan tidak teratur (disorganized).1,3

Gejala psikotik meliputi halusinasi, ide referensi, dan delusi. Hal ini

adalah gejala yang cenderung mengakibatkan hospitalisasi dan mengganggu

kehidupan pasien. Gejala negatif meliputi penurunan motivasi, menumpulkan

emosional, dan kurang dalam berbicara dan berpikir, gejala-gejala ini

berhubungan dengan skizofrenia gangguan sosial. Gejala yang tidak teratur

(disorganized) termasuk bicara dan perilaku yang tidak teratur serta gangguan

pada perhatian dan pengolahan informasi, gejala-gejala ini juga terkait dengan

gangguan sosial dari skizofrenia.1,3

Obat antipsikotik paling efektif dalam mengobati dimensi psikotik.

Akibatnya, dokter menyesuaikan harapan mereka tentang tujuan dari

farmakoterapi dalam skizofrenia. Meskipun beberapa perbaikan dalam dimensi

lain sering terjadi dengan terapi obat, dokter biasanya puas bila gejala psikotik

dapat diminimalkan. Harapan ini berubah setelah pengenalan clozapine. Sejumlah

pasien yang membaik dengan pemberian clozapine menunjukkan perubahan

dimensi lain juga, termasuk penyesuaian sosial yang lebih baik. Perbaikan serupa

telah dilaporkan pada antagonis serotonin-dopamin lainnya. Selain itu, studi lain

menyarankan bahwa gejala negatif dan kognitif dapat ditingkatkan dengan obat-

obat yang lebih baru.1,3

Page 8: Referat somatic treatment

8

2.2.3 Efektivitas Obat Antipsikotik

Sejumlah besar bukti penelitian mendukung efektivitas antipsikotik untuk

skizofrenia. Banyak dari studi ini dilakukan pada tahun 1960 ketika ada

skeptisisme bahwa obat tersebut benar-benar obat antipsikotik dibandingkan obat

penenang yang lebih efektif lainnya. Evaluasi studi ini pada penelitian

Schizophrenia Patient Outcomes Research Team (PORT) tahun 1995 menemukan bahwa sekitar 70 persen pasien yang diobati dengan

antipsikotik mencapai remisi. Sebaliknya, hanya sekitar 25 persen pasien yang

diobati dengan plasebo yang mencapai remisi. Kebanyakan penelitian

membandingkan antara satu atau lebih antipsikotik dengan plasebo atau obat

seperti fenobarbital yang berfungsi sebagai kontrol, obat antipsikotik ditemukan

lebih efektif daripada plasebo atau obat penenang.1,3

2.2.4 Efektivitas ECT terhadap Skizofrenia

ECT telah dipelajari baik pada skizofrenia akut maupun kronis. Studi pada

pasien dengan skizofrenia onset baru menunjukkan bahwa ECT sama efektifnya

dengann obat antipsikotik dan lebih efektif daripada psikoterapi. Studi lain

menunjukkan bahwa suplementasi obat antipsikotik dengan ECT lebih efektif

daripada pemberian obat-obatan antipsikotik saja. Studi tentang ECT pada

skizofrenia kronis hasilnya kurang menjanjikan. Laporan anekdotal menunjukkan

bahwa ECT efektif pada pasien yang responnya kurang terhadap obat antipsikotik.

Secara keseluruhan hasil ini menunjukkan bahwa ECT mungkin memiliki peran

yang terbatas dalam skizofrenia. Pasien harus terlebih dahulu menerima uji coba

pemberian obat antipsikotik, jika obat-obat ini tidak efektif, pasien akut dapat

diobati dengan ECT. Obat antipsikotik harus diberikan selama dan setelah

pengobatan ECT.1,3

2.2.5 Terapi Somatik (Medikamentosa) pada SkizofreniaObat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia

disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik

Page 9: Referat somatic treatment

9

yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).3,5

a) Antipsikotik Konvensional Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain:3,5

(1)Haldol (haloperidol) (2)Mellaril (thioridazine) (3)Navane (thiothixene) (4)Stelazine ( trifluoperazine) (5)Thorazine ( chlorpromazine) (6)Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-

Page 10: Referat somatic treatment

10

lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.3,5

b) Newer Atypcal Antipsycotic Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal

karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain:3,5

(1) Risperdal (risperidone) (2) Seroquel (quetiapine) (3) Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan skizofrenia.5

c) Clozaril Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan

antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.1,6

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran:3,6

(1) Klorpromazin. Sedian tablet 25 dan 100 mg, injeksi 25 mg/ml. Dosis 150- 600 mg/hari

(2) Haloperidol. Sedian tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mg Injeksi 5 mg/ml. Dosis 5-15 mg/hari

(3) Perfenazin. Sedian tablet 2, 4, 8 mg. Dosis 12 - 24 mg/hari

Page 11: Referat somatic treatment

11

(4) Flufenazin. Sedian tablet 2,5 mg, 5 mg. Dosis 10 - 15 mg/hari

(5) Flufenazin dekanoat. Sedian Inj 25 mg/ml. Dosis 25 mg/2-4 minggu.

(6) Levomeprazin. Sedian tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml. Dosis 25 - 50 mg/hari

(7) Trifluperazin. Sedian tablet 1 mg dan 5 mg. Dosis 10 - 15 mg/hari.

(8) Tioridazin. Sedian tablet 50 dan 100 mg. Dosis 150 - 600 mg/hari.

(9) Sulpirid. Sedian tablet 200 mg 300,Injeksi 50 mg/ml. Dosis 600mg/hari 1 - 4 mg/hari

(10) Pimozid. Sedian tablet 1 dan 4 mg. Dosis 1 - 4 mg/hari. (11) Risperidon. Sedian tablet 1, 2, 3 mg Dosis 2 - 6 mg/hari

Cara penggunaan3

a) Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

b) Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

c) Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.

d) Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

e) Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Page 12: Referat somatic treatment

12

(1)Onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4 minggu (2)Onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2-6 jam (3)Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari) (4)Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk

mengurangi dampak efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien

f) Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu).

g) Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.

h) Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

i) Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam waktu 2 minggu - 2bulan.

j) Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.

k) Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent

Page 13: Referat somatic treatment

13

(injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

l) Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizpfrenia.

m)Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

n) Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari (Kaplan and Sadock, 2010).

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama Newer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk

penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.6

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril).6

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh) Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk

itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis

Page 14: Referat somatic treatment

14

menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.3

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya:3

a) antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal

b) antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat

pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode petama skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.1,3

Terapi Psikososial Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu

kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan

Page 15: Referat somatic treatment

15

masyarakat. Penderita selama ini menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka sebagaimana juga halnya waktu menjalani psikoterapi. Kepada penderita diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan, banyak bergaul.1,3

Terapi Perilaku Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Jenis-jenis psikoterapi perilaku adalah latihan ketrampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi (role playing) dalam terapi dan pekerjaan rumah tentang ketrampilan yang dilakukan.1,3

Terapi berorintasi-keluarga Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia

seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.1,3 Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok

Page 16: Referat somatic treatment

16

efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.1,3

Psikoterapi individual Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari

yang ditemukan di dalam pengobpasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.3

Page 17: Referat somatic treatment

17

BAB IIIKESIMPULAN

Skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Terapi somatik pada skizofrenia bervariasi tergantung pada fase penyakit

pasien. Tahap akut biasanya ditandai dengan gejala psikotik yang memerlukan

perhatian klinis segera. Gejala-gejala ini mungkin merupakan episode psikotik

pertama atau, lebih umum, suatu kekambuhan pada individu yang telah

mengalami beberapa episode gejala. Pengobatan selama fase ini berfokus pada

pengurangan gejala psikotik paling parah.

Setelah fase akut pasien biasanya memasuki fase stabilisasi di mana gejala

akut telah terkontrol, tetapi pasien tetap berisiko untuk kambuh jika pengobatan

dihentikan atau jika mereka terkena stres. Selama fase ini, perawatan berfokus

pada mengkonsolidasikan keuntungan terapi dengan pengobatan mirip dengan

yang digunakan pada tahap akut. Fase ini dapat berlangsung selama 6 bulan

setelah pemulihan dari gejala akut.

Tahap ketiga adalah fase stabil atau pemeliharaan ketika penyakit ini

dalam keadaan remisi relatif. Tujuan pada tahap ini adalah untuk mencegah

kekambuhan psikotik dan untuk membantu pasien dalam meningkatkan tingkat

fungsi.

15

Page 18: Referat somatic treatment

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Tenth edition. UK: Lippincott Williams & Wilkins

2. Hales RE. 2000. The American Psychiatric Press: Textbook of Psychiatry, Second Edition. USA: American Psychiatric Publishing

3. Kaplan and Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

4. Lumbantobing. 2007. Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Baihaqi. 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT Refika Aditama.

6. Andri. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis. Majalah Kedokteran Indonesia, 2009: 59(9); 444-449