ori&sukuk

39
Sejarah Obligasi di Indonesia Pemerintah Orde Lama menerbitkan empat jenis obligasi negara ritel tahun 1946, 1950 dan 1959. Benarkah obligasi berjangka waktu panjang itu berstatus default ? Ketika keadaan politik dan situasi keamanan Ibu Kota Jakarta genting akibat serangan sekutu akhir 1945, pemerintah memutus*kan memindahkan ibu kota negara ke Yogyakarta. Di kota kesultanan inilah, dirancang penerbitan obligasi nasional Republik Indonesia (RI) ber*jang*ka waktu 40 tahun. Dalam sebuah buku yang diterbitkan Bank Negara Indonesia dipaparkan, obligasi RI pertama itu diterbitkan bulan Mei 1946. Tujuannya, mengumpulkan dana masya*rakat untuk perjuangan. Masyarakat kala itu antusias sekali membeli obligasi negara karena idelisme kemerdekaan yang masih tinggi. Dana hasil penerbitan obligasi nasional 1946 digunakan untuk membiayai sektor pertanian dan kerajinan rakyat. Konon, upaya tersebut sukses pula me*redam inflasi. Ketika terjadi defisit hebat di tahun 1950, pemerintah mengambil kebijakan ‘pengguntingan uang'. Separuh mata uang dipakai sebagai alat pembayaran, dan separuh lainnya ditukar dengan obligasi pemerintah yang kemudian dinamakan Obligasi RI 1950. Sembilan tahun kemudian, pemerintahan Presiden Soekarno kembali menerbit*kan obligasi. Ada dua obligasi yang di*distribusi**kan ke rakyat di tahun 1959, yaitu Obligasi Konsolidasi 1959, dan Obligasi Berhadiah 1959 senilai Rp 2 juta. Penerbitan Obligasi Konsolidasi di*laku**kan untuk menggantikan uang rakyat yang dibekukan di bank-bank pemerintah. Sementara Obligasi Berhadiah lebih bersifat sukarela sebagai dana pembangunan. Obligasi Berhadiah berjangka waktu 30 tahun ini yang kemudian banyak dibeli pemodal individu dalam negeri. Pada tahun-tahun pertama, Obligasi Berhadiah lancar memberikan kupon tiap tahun kepada pemiliknya. Namun lama kelamaan, karena bentuknya masih fisik, dan sudah berpindah-pindah tangan, keberadaan obligasi- obligasi ini tidak jelas lagi. Salah seorang cucu pemilik Obligasi Berhadiah 1950 menyebutkan, lama kelamaan obligasi negara ini tak bisa di*uang*kan. Ia mewarisi beberapa lembar

Upload: faniusna

Post on 18-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ekonomi SMA

TRANSCRIPT

Sejarah Obligasi di IndonesiaPemerintah Orde Lama menerbitkan empat jenis obligasi negara ritel tahun 1946, 1950 dan 1959. Benarkah obligasi berjangka waktu panjang itu berstatus default ? Ketika keadaan politik dan situasi keamanan Ibu Kota Jakarta genting akibat serangan sekutu akhir 1945, pemerintah memutus*kan memindahkan ibu kota negara ke Yogyakarta. Di kota kesultanan inilah, dirancang penerbitan obligasi nasional Republik Indonesia (RI) ber*jang*ka waktu 40 tahun. Dalam sebuah buku yang diterbitkan Bank Negara Indonesia dipaparkan, obligasi RI pertama itu diterbitkan bulan Mei 1946. Tujuannya, mengumpulkan dana masya*rakat untuk perjuangan. Masyarakat kala itu antusias sekali membeli obligasi negara karena idelisme kemerdekaan yang masih tinggi. Dana hasil penerbitan obligasi nasional 1946 digunakan untuk membiayai sektor pertanian dan kerajinan rakyat. Konon, upaya tersebut sukses pula me*redam inflasi. Ketika terjadi defisit hebat di tahun 1950, pemerintah mengambil kebijakan pengguntingan uang'. Separuh mata uang dipakai sebagai alat pembayaran, dan separuh lainnya ditukar dengan obligasi pemerintah yang kemudian dinamakan Obligasi RI 1950. Sembilan tahun kemudian, pemerintahan Presiden Soekarno kembali menerbit*kan obligasi. Ada dua obligasi yang di*distribusi**kan ke rakyat di tahun 1959, yaitu Obligasi Konsolidasi 1959, dan Obligasi Berhadiah 1959 senilai Rp 2 juta. Penerbitan Obligasi Konsolidasi di*laku**kan untuk menggantikan uang rakyat yang dibekukan di bank-bank pemerintah. Sementara Obligasi Berhadiah lebih bersifat sukarela sebagai dana pembangunan. Obligasi Berhadiah berjangka waktu 30 tahun ini yang kemudian banyak dibeli pemodal individu dalam negeri. Pada tahun-tahun pertama, Obligasi Berhadiah lancar memberikan kupon tiap tahun kepada pemiliknya. Namun lama kelamaan, karena bentuknya masih fisik, dan sudah berpindah-pindah tangan, keberadaan obligasi-obligasi ini tidak jelas lagi. Salah seorang cucu pemilik Obligasi Berhadiah 1950 menyebutkan, lama kelamaan obligasi negara ini tak bisa di*uang*kan. Ia mewarisi beberapa lembar obligasi dari sang Ayah yang juga mewarisi*nya dari sang kakek. Hingga Obligasi tahun 1950 jatuh tempo tahun 1980-an, tak ditemukan data akurat siapa saja pemiliknya. Dana pengembalian*nya pun saat jatuh tempo tak tersosialisasi de*ngan baik. Banyak yang akhirnya mem*vonis obligasi-obligasi negara Orde Lama itu default alias gagal menebus kembali utangnya kepada rakyat. Namun, menurut Rahmat Waluyanto, direktur Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara Departemen Keuangan, pemerintah pernah menganggarkan dana untuk membayar pokok obligasi-obligasi negara yang diterbitkan zaman Orde Lama. "Pemerintah pernah mengumumkan akan melunasi obligasi negara yang masih outstanding, sekitar tahun 1980. Masa pelunasan lima tahun. Lewat lima tahun bersifat kadaluwarsa. Tetapi karena waktu itu mungkin sarana komunikasi, informasi masih terbatas. Terutama masyarakat yang di luar Jawa banyak yang tidak tahu, sampai sekarang banyak yang tidak mencairkan," paparnya. Kelemahan obligasi negara yang diterbitkan pemerintah 60 tahun yang lalu, lanjut*nya, tidak dijamin Undang-Undang. Ber*beda dengan saat ini. Pemerintah menerbitkan surat utang negara baik untuk institusi maupun ritel, dengan payung hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara.Pengertian Obligasi adalah Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya (debenture bond).Jenis Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia :Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.Retail Bonds : obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.Karakteristik Obligasi : Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya. Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.

Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu: Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta. At premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta. At discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

Jenis ObligasiJenis obligasi, menurut Bursa Efek Indonesia, dapat dilihat dari enam sisi yang berbeda, yaitu penerbit, sistem pembayaran bunga, hak penukaran/opsi, jaminan/kolateralnya, nilai nominal, serta perhitungan imbal hasilnya. Uraian masing-masing jenis obligasi adalah sebagai berikut.a. Dilihat dari sisi penerbit.1. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.2. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.3. M4. unicipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga.1. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.2. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.3. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.4. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.c. Dilihat dari hak penukaran/opsi.1) Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.2) Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.3) Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.4) Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.d. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya1) Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah2) Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga.3) Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.4) Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.5) Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

e. Dilihat dari segi nilai nominal.1. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal Rp 1 miliar per satu lot.2. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

f. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil..1) Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.2) Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu: Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan

A. Obligasi yang diterbitkan oleh lembaga asing1. Obligasi Eurodollar atau Eurodollar bond, Obligasi berdenominasi USD yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika.2. Obligasi Kangguru atau Kangaroo bond,adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar Australia (AUD) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Australia dan diperdagangkan pada pasar Australia.3. Obligasi Maple atau Maple bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar Kanada yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Kanada dan diperdagangkan pada pasar Kanada.4. Obligasi Samurai atau Samurai bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang yen yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Jepang dan diperdagangkan pada pasar Jepang.5. Obligasi Yankee atau Yankee bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang USD yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika dan diperdagangkan pada pasar Amerika.6. Obligasi Shogun atau Shogun bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar yen yang diterbitkan di Jepang oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Jepang.7. Bulldog bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang poundsterling yang diterbitkan di London oleh suatu lembaga atau pemerintahan asing.8. Pinjaman Ninja atau Ninja loan, suatu pinjaman sindikasi dalam denominasi mata uang yen oleh kreditur asing9. Obligasi Formosa atau Formosa bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar baru Taiwan yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Taiwan dan diperdagangkan pada pasar Taiwan10. Obligasi Panda atau Panda bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang renminbi (RMB) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar RRC dan diperdagangkan pada pasar Cina.

B. Obligasi yang diterbitkan di Indonesia1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program Rekapitalisasi Perbankan. Penerbitan Obligasi Rekap merupakan bagian dari Program Rekapitalisasi Perbankan. Tujuannya adalah untuk mengatasi kesulitan permodalan bank-bank tersebut akibat pengaruh krisis ekonomi di akhir tahun 1997. Setelah diterbitkan, Obligasi Rekap tersebut ditransfer kepada bank-bank tertentu yang terpilih untuk mengikuti program tersebut sebagai realisasi dari upaya penyertaan modal Negara. Sebagaimana obligasi pada umumnya, Obligasi Rekap merupakan instrumen Pasar Modal yang dapat diperdagangkan. Perdagangannya di Pasar Sekunder cukup menaruh minat para investor yang biasa berinvestasi pada instrumen obligasi. Alasan utamanya adalah tingkat pengembalian investasi (yield) yang cukup tinggi sementara sebagai efek yang diterbitkan oleh pemerintah secara teoritis tidak beresiko.2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel. Obligasi negara yang dijual kepada individu/perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual dengan volume minumum yang telah ditentukan. ORI diterbitkan untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, mengelola portfolio utang negara dan memperluas basis investor. ORI merupakan investasi yang bebas terhadap resiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar kupon dan pokok kepada investor. Nama pasar Obligasi Negara Ritel yang telah diterbitkan adalah Seri ORI 001 dan ORI 002.4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau "obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan SBSN ini adalah merupakan perusahaan yang secara khusus dibentuk guna kepentingan penerbitan SBSN ini. SBSN atau sukuk negara ini adalah merupakan suatu instrumen utang piutang tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Pasar obligasiAda dua jenis pasar obligasi yaitu: Pasar Primer Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan. Salah satu persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah di Bursa Efek Surabaya (BES) sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar Sekunder Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan tercarat di BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini, perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak ada tempat perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email, online trading, atau telepon.

Pendapat Ulama Kontemporer tentang Obligasi Konvensional

Sebagian besar ulama Islam kontemporer melarang jual beli obligasi konvensional dalam semua jenis dan secara keseluruhan, serta menganggap bahwa hukumnya haram mutlak. Para ulama yang berpendapat seperti itu ialah Syaikh Shaltut, Muhammad Yusuf Mussa, Syaikh Yusuf Qardawi, Abdul Aziz al Kahiat, Ali al Salus, dan Saleh Marzuki dengan memberi petunjuk fiqh yang menjadi dasar keluarnya fatwa larangan tersebut yaitu:1.Obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah dianggap sama seperti utang yang di dalamnya terdapat bunga. Bunga ini bisa dikategorikan sebagai riba al-nasia yang diharamkan oleh Islam.2.Utang obligasi sama dengan deposito yang disimpan dalam bank, dan hitungan bunga atas obligasi dianggap sama dengan bunga deposito, walaupun uang dari obligasi itu bisa diinvestasikan secara khusus setelah diserahkan kepada pihak yang mengeluarkan obligasi serta dijamin atas pengembaliannya setelah jatuh tempo plus tambahnya (bunga). Cara ini dianggap sama saja dengan utang yang dipakai untuk produksi yang dikenal di zaman jahiliah dan diharamkan oleh Al-Quran dan Sunah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) tentang Obligasi

Batasan-batasa obligasi yang diperbolehkan dalam syariah islam dari fatwa-fatwa tersebut adalah: Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI no. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah

Obligasi Ritel Indonesia (ORI)Pengertian

Obligasi Negara Ritel adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atauperseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volumeminimum yang telah ditentukan.

Latar Belakang Penerbitan Obligasi Ritel Indonesia

Banyak alasan yang melatari pemerintah menerbitkan obligasi negara, termasuk Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang kini menjadi buah bibir sejak mendulang sukses di pasar perdana. Salah satunya adalah untuk mengurangi pinjaman luar negeri baik pinjaman bilateral maupun multilateral. Meskipun bunga utang pinjaman program dan pinjaman proyek lebih kecil, tetapi ada biaya-biaya lain yang ditanggung pemerintah. Sehingga jika dihitung-hitung biayanya tak berbeda jauh dengan obligasi.Biaya pinjaman luar negeri meliputi management fee, commitment fee, penalty fee, prepayment fee, dan insurance fee. Belum lagi non financial cost seperti biaya pertemuan, negoasiasi, dan ketergantungan politis. Biaya dari pinjaman luar negeri itu juga tergantung pada rating yang diberikan negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Alasan lain yang melatarbelakangi penerbitan ORI adalah untuk mendukung efektivitas bank sentral (central registry) dalam melaksanakan kebijakan moneter serta membangun struktur utang pemerintah yang berkesinambungan. Untuk yang terakhir dapat dicapai karena pasar sekunder yang berkembang akan mendukung upaya pemerintah untuk melakukan re-financing utang-utangnya secara sustainable. Pemerintah mulai menggunakan obligasi negara sebagai instrumen pendanaan untuk menutupi anggaran sejak tahun 2002 lewat penerbitan Surat Utang Negara (SUN) seri FR 2001. Sebelumnya, pemerintah menerbitkan obligasi senilai 400 triliun rupiah, tetapi untuk tujuan khusus merekapitalisasi perbankan. Sejak tahun 2002 hingga saat ini pemerintah rutin mencantumkan penerbitan obligasi negara dalam anggaran. Baru pada pertengahan 2006, pemerintah meluncurkan ORI sebagai bagian dalam angka target penerbitan Surat Utang Negara (SUN). Berbeda dengan SUN rupiah dan dollar AS yang pembelinya adalah insititusi, khusus untuk ORI, kreditornya adalah rakyat Indonesia (individu warga Republik Indonesia). Namun, di pasar sekunder ORI dapat saja berpindah ke pemodal institusi, karena tidak ada lagi pembatasan identitas pembeli.

Dasar Hukum

Undang-Undang No.24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.06/2006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana.

Tujuan penerbitan ORIa). Membiayai defisit APBN. Dalam menyusun APBN sering mengalami pos anggaran pengeluaran lebih besar daripada pos pemasukan, sehingga diterbitkan obligasi untuk mendapatkan pemasukan tambahan dari pasar domestik.b). Membiayai kekurangan dana tunai jangka pendek. c). Sebagai instrumen pengelolaan portofolio utang negara. Dengan menerbitkan instrumen surat utang negara, komponen utang negara bisa dikelola melalui surat utang tersebut. Periode pembayaran bunga serta kewajiban pokok bisa diatur sesuai kemampuan keuangan negara. Munculnya obligasi ini secara tidak langsung akan memudahkan pemerintah mengelola portofolio utang negara di pasar domestik.

Manfaat Atau Keuntungan Investasi Pada ORI 1. AMAN, pembayaran kupon dan pokok sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Negara Republik Indonesia.2. MENGUNTUNGKAN, kupon lebih tinggi dari suku bunga deposito (saat penawaran di pasar perdana) dan potensi capital gain di perdagangan pasar sekunder.3. FIXED, kupon tetap dan dibayarkan setiap bulan.4. RINGAN, investasi minimal Rp5 juta dan kelipatannya.5. LIKUID, dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dan dapat dijadikan sebagai agunan atau digadaikan kepada pihak lain.6. DIVERSIFIKASI, memudahkan investor mendiversifikasi portofolio serta optimalisasi Manajemen Risiko.7. MUDAH, prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan di pasar Sekunder (melalui mekanisme bursa ataupun diluar bursa dan tercatat di Bursa Efek Indonesia).8. RITEL, dijual untuk perorangan WNI.9. PARTISIPASI, masyarakat berperan aktif secara langsung dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Risiko Investasi Pada ORI1. Risiko gagal bayar (default risk). Pada prinsipnya investasi pada ORI tidak memiliki risiko gagal bayar, karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang APBN setiap tahunnya menjamin pembayaran kupon dan pokok SUN, termasuk ORI sampai dengan jatuh temponya.

2. Risiko Pasar (market risk) adalah potensi kerugian apabila investor menjual ORI di pasar sekunder sebelum jatuh tempo pada harga jual yang lebih rendah dari harga belinya. Untuk menghindari risiko tersebut, sebaiknya ORI tidak dijual sampai dengan jatuh tempo. Atau hanya melepas ORI hanya pada saat harga jualnya lebih tinggi dibanding harga pada saat membeli.3. Risiko Likuiditas (liquidity risk) adalah potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo pemilik ORI yang memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual ORI di pasar sekunder pada tingkat harga yang wajar. Risiko tersebut sangat kecil pada Investasi pada ORI, karena ORI dapat dijadikan jaminan atau digadaikan kepada pihak lain.

Pasar Perdana

1. Penjualan ORI secara online, Indo Premier memasarkan ORI di pasar perdana secara online melalui situs www.ipotindonesia.com, selain melayani penjualan melalui kantor pusat dan 6 (enam) kantor cabang yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.2. Aman, setiap nasabah akan dibukakan sub-rekening di KSEI.3. Bebas biaya pembukaan rekening surat berharga.4. Bebas biaya penyimpanan sampai dengan jatuh tempo, untuk nasabah Indo Premier Online Trading (IPOT).5. Bebas biaya transfer untuk pembayaran kupon dan pokok, bagi nasabah dengan rekening di Bank BCA dan Bank Mandiri.6. Mudah, Pembayaran dapat dilaksanakan secara debit/kredit dari rekening nasabah yang sudah ada di Indo Premier7. Transparansi, kemudahan akses informasi dan laporan riset yang aktual, tajam dan terpercaya melalui IPOT, website, call center maupun Galeri IPOT.

Pasar Sekunder

1. Mudah dan praktis bertransaksi ORI secara online, Indo Premier merupakan agen penjual yang pertama dan satu-satunya memberikan fasilitas online trading ORI di pasar sekunder, melalui sistem Indo Premier Online Trading (IPOT), selain juga melayani trading ORI.

2. Real Time Information secara cepat, aktual dan terpercaya, yang dapat diakses melalui broker Fixed Income kami maupun sistem IPOT, berupa informasi harga bid/ offer obligasi, laporan konfirmasi jual/ beli, laporan bulanan nasabah, dan perkembangan terbaru pasar obligasi.

3. Trading fee yang kompetitif, baik untuk transaksi melalui broker Fixed Income kami maupun melalui IPOT.4. Bebas biaya administrasi untuk surat konfirmasi beli/ jual maupun laporan bulanan nasabah

Persyaratan Investasi pada ORI

lndividu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ Surat lzin Mengemudi(SIM). Investasi minimum Rp5.000.000,- (lima luta rupiah) dan kelipatan Rp5.000.000,- (lima juta rupiah). Mempunyai rekening tabungan di salah satu bank umum dan rekening surat berharga di salah satu sub-registry.

Prosedur Investasi pada ORI

1. Investasi di Pasar Perdana Investor adalah individu atau perseorangan WNI yang dibuktikan dengan KTP. Pemesanan minimal Rp5 juta dan kelipatannya s/d maksimal Rp3 miliar. Memiliki rekening dana di bank nasional dan rekening efek di IndoPremier (partisipan sub-registry) Mengisi Formulir Pemesanan dari IndoPremier. Menyetor dana ke rekening bank khusus ORI milik IndoPremier: Bank : Bank Mandiri Cabang Bursa Efek Jakarta No. rekening : 104.000.4102583 Atas Nama : PT Indo Premier Securities dan menyampaikan bukti setor dana, yang disertai remarks Nama dan No. KTP Pemesan kepada IndoPremier sesuai jumlah pemesanan. IndoPremier akan mengumumkan perolehan hasil penjatahan pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menerima bukti kepemilikan surat berharga dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Menerima pengembalian sisa dana dalam hal jumlah pemesanan tidak seluruhnya dimenangkan.

2. Investasi di Pasar Sekunder Pembelian ORI yang dilakukan dengan mekanisme bursa harus melalui Perusahaan Efek. Pembelian ORI yang dilakukan dengan mekanisme non-bursa (over-the-counter) dapat melalui Perusahaan Efek atau Bank Umum.

Mekanisme Pembayaran Kupon dan Pokok* Pemerintah melalui Bank Indonesia mentransfer dana tunai sebesar jumlah pembayaran kupon dan/atau pokok ORI ke sub-registry/ KSEI.

* Selanjutnya sub-registry/ KSEI mentransfer dana tunai kepada partisipan sub-registry (IndoPremier).

* IndoPremier mendistribusikan dana tersebut ke rekening dana investor pada tanggal jatuh tempo pembayaran kupon dan/atau pokok ORI.

* Pihak yang berhak atas kupon dan/atau pokok ORI adalah pihak yang tercatat sebagai pemegang ORI pada sub-registry 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal pembayaran kupon dan/atau pokok ORI.

Pajak Obligasi Negara Ritel

Pajak Obligasi Ritel mengikuti perundang-undongan herlaku, Berdasarkan PP No. 6 tahun 2002 tentang PPh atas Bunga dan Diskonto Obligasi yang diperdagangkan dan/dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek, dinyatakanbahwa besarnya pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajakberupa bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan/atau dilaporkanperdagongannya di bursa efek, dikenakan pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final:

a. Atus bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebesar

20% bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap 20% atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Bergando(P3B) yang berlaku bagi wajib pajak penduduk berkedudukan di luar negeri.dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)obligasi

b. Atas diskonto obligasi dengan kupon sebesar

20% bagi wajib pajak dolour negeri don hentuk usaho letup 20% alas tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran PajakBergando (P3B) yang herlaku bagi wajib pajak penduduk berkedudukan diluar negeri. dari selisih lebih harga jual atau nominal di atas hargaperolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan (acrrued interest).

Penatausahaan

Pencatatan kepemilikan dilakukan semi elektronik (srripless). Sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 kegiatanpenatausahaan yang mencakup pencatatan kepemilikan, kliring don setelmen, serta agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakon oleh BankIndonesia (BI). Selanjutnyo B1 telah menunjuk 13 sub-registry untukmembantu pelaksanaan penatausahaan tersebut.Daftar sub-registry yang telah ditunjuk oleh BI adalah Bank Central Asia,Bank Internasionol Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia , BankNiaga, Bank Rakyat Indonesia, Citibank NA, Deutsche Bank, HSBC, StandardChartered Bank, Bank Permata, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI),Bonk Danamon.Biaya atas kegiatan penatausahaan yang dibebankan pada investortergantung pada kebijakan masing-masing sub-registry. Sebagai contoh,biaya penyimpanan (Safe keeping fee) pada KSEI adalah sebesar 0,005%per tahun dari jumlah nominal investasi ORI, yang dibayar setiap hulan.

Pembelian dan Penjualan ORIPada dasarnya pembelian dan penjualan ORI dapat dilakukan melalui agen yang ditunjuk yaitu :1. Agen penjualan melalui perbankan: Bank Mandiri, Bank BRI, Panin Bank,Bank BII, Citibank NA, Bank NISP,Bank BNI, Bank BCA,Bank Danamon, Bank Permata, Bank Lippo, Bank Bukopin, HSBC, Bank Niaga, dan Bank Mega.2. Agen penjualan melalui perusahaan sekuritas: Trimegah Securities, Danareksa Securities, dan Reliance securities Dari agen tersebut akan mendistrbusikan penjualannya melalui cabang-cabang yang dimiliki yang tersebar di wilayah Indonesia. Dengan penyebaran cabang agen penjualan seperti tersebut maka semestinya tidak mengalami kesulitan untuk membeli di pasar perdana. Sekiranya berminat maka sebaiknya dihubungi cabang terdekat untuk mencari informasi awal tata cara pembeliannya.

Kerahasiaan Data Pemilik

Pemerintah selaku penerbit menjaga kerahasiaan data pemilik ORI seperti yang diatur dalam PP No. 76 tahun 2005 tentang Tata Cara Penatausahaan,Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi atas Pengelolaan Surat UtangNegara sebagai Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 24 tahun 2002tentang Surat Utang Negara. Dalam pasal 13 ayat (2) PP yang dimaksuddisebutkon bahwa pihak lain yang terkait dengan pengelolaan surat utangnegara hanya dapot melakukan publikasi data dan informasi mengenai suratutang negara setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri Keuangan

Perbedaan antara Deposito, ORI, Saham, atau ReksadanaTerbitnya Obligasi Ritel Indonesia makin menyemarakkan pilihan investasi. Kehadiran ORI membuat masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan produk-produk pasar modal. Dalam skala risiko, obligasi berada di antara deposito dan saham. Sejalan dengan itu, tingkat hasil investasi yang dapat diharapkan dari obligasi adalah diantara deposito dan saham. Adagium yang berlaku dalam hal ini, adalah: semakin tinggi potensi risiko, semakin besar potensi hasilnya. Secara umum, obligasi adalah instrumen investasi bagi pemodal yang menginginkan hasil lebih tinggi dari bunga deposito, tetapi lebih amandari saham. Diantara semua jenis obligasi yang ada di pasar sekarang ini, maka ORI dapat dikatakan paling aman. ORI lebih aman dibandingkan dengan SUN (Surat Utang Negara) karena tenornya lebih pendek, hanya tiga tahun. Sementara obligasi negara secara umum lebih aman daripada obligasi korporat, karena potensi bangkrutnya negara jauh lebih kecil dibandingkan dengan bangkrutnya perusahaan. Bahkan dapat dikatakan, ORI sama amannya dengan deposito karena keduanya dijamin. Deposio samapai jumlah tertentu dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ORI dijamin oleh pemerintah. Risiko ORI muncul jika ada perbahan harga di pasar sekunder. Harga ORI di pasar sekunder dapat saja naik turun sehingga dimungkinkan terjadi capital loss akibat harga jual lebih rendah daripada harga beli. Ini bisa dihindari bila investor tetap disiplin memegang ORI hingga jatuh tempo. Untuk risiko ini, ORI memberikan kompensasi lain, yakni bunga yang lebih tinggi. Suku bunga deposito berjangka sebulan saat ini paling tinggi adalah 10% per tahun. Sedangkan ORI (ORI 001) menawarkan suku bunga sebesar 12,05 % per tahun. Bunga deposito dan ORI dibayarkan setiap bulan. Perlakuan pajak penghasilan untuk kedua instrumen ini sama, yakni dikenakan Pajak Penghasilan final sebesar 20%.

Contoh Perhitungan Hasil Investasi* Investor A membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp.10.000.000,- dengan kupon 9,35%/tahun dan tidak dijual sampai jatuh tempo; maka hasil yang diperoleh adalah : 1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12 = Rp. 77.917,- setiap bulan s/d jatuh tempo 2. Pokok pada saat jatuh tempo sebesar Rp. 10.000.000,-* Investor B membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp. 10.000.000,- dengan kupon 9,35%/tahun dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 105%; maka hasil yang diperoleh adalah : 1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12 = Rp. 77.917,- setiap bulan s/d saat dijual 2. Capital Gain = Rp. 10.000.000,- x (105-100)% = Rp. 500.000,- Dengan adanya Capital Gain, maka Pokok yang diterima saat dijual adalah Rp 10.500.000,-* Investor C membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp. 10.000.000,- dengan kupon 9,35%/tahun dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 95%; maka hasil yang diperoleh adalah : 1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12 = Rp. 77.917,- setiap bulan s/d saat dijual 2. Capital Gain = Rp. 10.000.000,- x (95-100)% = Rp. 500.000,- Dengan adanya Capital loss,Pokok yang diterima saat dijual adalah Rp. 9.500.000,-

ORI dalam Pandangan Islam (Ulama dan DSN-MUI)

Kupon bunga ORI sebesar 9,5% adalah jumlah yang cukup menggiurkan dibandingkan bunga deposito yang sekitar 5%, terlebih lagi dibanding bunga tabungan yang hanya sekitar 3-4%. Selain itu pemerintah juga mengiming-imingi investor dengan risiko yang minimal karena dijamin UU. Disamping itu investor juga mendapatkan kenikmatan pembayaran kupon setiap bulan yang biasanya obligasi negara konvensional dibayarkan setiap 6 bulanan. Inilah, ambiguitas pemerintah RI. Di satu sisi pemerintah berkeinginan mengembangkan perbankan syariah yang ternyata mampu mengembangkan sektor riil (sektor berproduksi). Pemerintah memasang target aset perbankan syariah nasional mencapai 5% dari perbankan nasional pada akhir tahun 2008. Tapi pemerintah malah menghambat melalui penerbitan ORI 004. Coba kalau dana ORI 004 sebesar 10 triliun itu masuk ke perbankan syariah, niscaya sektor riil lebih berkembang, karena fokus perbankan syariah adalah pada sektor riil.

Sukuk Ritel

Pengertian Sukuk Ritel

Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Definisi sukuk / sertifikat ialah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa didalam kepemilikan aset dan proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima niali sukuk, saat jatuh tempo dengan menerima dana sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut. Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), sukuk adalah certificate of equal value representing undivided shares ownership of tangible asset, usufruct and services (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity. Jadi sukuk adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang dipresentasikan setelah menutup pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas investasi tertentu. Sukuk pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir. Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 31/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk dalah efek syariah berupa sertufikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Tujuan Penerbitan Sukuk RitelPenerbitan SUKUK RITEL ini memiliki tujuan yang sama dengan Obligasi yang diterbitkan Pemerintah lainnya (SUN, ORI, SBSN) yaitu untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola pembiayaan negara dan menjamin tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

Kelebihan Sukuk Ritel Terbebas dari Risiko Gagal Bayar (Default Risk) : Risiko tidak terbayarnya investasi pada saat jatuh tempo. Investasi SR terbebas dari risiko ini karena dijamin oleh Negara melalui UU SUN dan dananya disediakan dalam APBN setiap tahunnya Terbebas dari Risiko Pasar : Risiko terjadinya potensi kerugian karena penurunan harga SR. Risiko ini dapat dihindari jika Investor memegang SR sampai dengan jatuh tempo. Terbebas dari Risiko Likuiditas : Risiko terjadinya potensi kerugian jika Investor tidak dapat melakukan penjualan di pasar sekunder. Risiko ini dapat dimitigasi karena BRI sekaligus sebagai stand by buyer (pembeli siaga) di pasar sekunder. Baiklah kalau kamu sekarang tertarik untuk berinvestasi melalui sukuk ritel SR003 ada baiknya untuk mencatat tanggal releasenya yaitu tanggal 7 Februari 2011 sampai dengan 18 Februari 2011 selama jam kerja. Perlu di catat bahwa walaupun porsi pembelian sukuk ritel SR003 tidak dibatasi, ada baiknya kita melakukan pembelian pada awal penawaran, karena ada kemungkinan ada pembatasan plafond tertentu bagi bank yang ingin menyalurkan produk investasi Sukuk Ritel seri SR003 ini.

Manfaat Memiliki Sukuk Ritel1) Investasi yang aman (Pemerintah sebagai penjamin)2) Memberikan return yang relatif tinggi (12% gross => 9.6% nett) dibandingkan produk konservatif lain seperti reksadana pasar uang atau deposito.Mendapatkan pembayaran imbalan yang dilakukan secara berkala (perbulan)3) Berpotensi memperoleh Capital Gain, ketika harga sedang naik di Pasar Sekunder

Risiko Memiliki Sukuk Ritel1) Risiko Gagal Bayar (Default Risk), adalah risiko dimana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk investasi jatuh tempo. Berhubung yang menerbitkan Pemerintah, risiko ini sangatlah kecil (diasumsikan risk free)2) Risiko Pasar (Market Risk), adalah potensi kerugian bagi investor (capital loss) karena menjual Sukuk Ritel sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya turun) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk), adalah kesulitan dalam pencairan, risiko ini bisa disebabkan karena kecenderungan produk syariah di-hold (tidak diperjualbelikan hingga jatuh tempo), Persamaan dan Perbedaan SUKUK RITEL dan ORI

A. Persamaan : Sukuk Ritel dan ORI merupakan Surat Berharga Negara yang diperuntukkan bagi Investor ritel Sukuk Ritel dan ORI merupakan bukti investasi masyarakat kepada pemerintah Baik Sukuk Ritel maupun ORI pembayaran bunga/imbalan dan pelunasan/pembelian kembali dijamin oleh Pemerintah.B. Perbedaan : ORI adalah pinjaman modal dari masyarakat kepada Pemerintah, sedangkan Sukuk Ritel adalah bentuk penyertaan modal masyarakat atas bagian dari aset Sukuk Ritel yang dijadikan obyek transaksi. ORI memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa bunga. Sedangkan Sukuk Ritel memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa imbalan sewa, sesuai dengan akad yang digunakan.

Cara Menghitung Imbalan Sukuk Ritel1. Skenario 1 (Harga Par)Investor A membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00 dengan kupon 12% dan tidak dijual sampai jatuh tempo, maka hasil yang diperoleh adalah :Imbalan = 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12 = Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan jatuh tempoNilai Nominal jatuh tempo = Rp 10,000,000.00

Total yang diperoleh saat jatuh tempo = Imbalan + Nilai Nominal = Rp 10,100,000.002. Skenario 2 (Harga Premium atau harga sedang naik)Investor B membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00 dengan kupon 12% dan dijual ke Pasar Sekunder dengan harga 105%, maka hasil yang diperoleh adalah :Imbalan = 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12 = Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan dijualCapital Gain saat dijual = Rp 10,000,000.00 x (105-100)% = Rp 500,000.00

Nilai Nominal saat dijual = Nilai Nominal + Capital Gain = Rp 10,000,000.00 + Rp 500,000 = Rp 10,500,000.00

Total yang diperoleh saat dijual = Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual = Rp 10,600,000.003. Skenario 3 (Harga Discount atau harga sedang turun)Investor C membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00 dengan kupon 12% dan dijual ke Pasar Sekunder dengan harga 95%, maka hasil yang diperoleh adalah :Imbalan = 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12 = Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan dijualCapital Loss saat dijual = Rp 10,000,000.00 x (95-100)% = Rp 500,000.00

Nilai Nominal saat dijual= Nilai Nominal + Capital Loss = Rp 10,000,000.00 Rp 500,000 = Rp 9,500,000.00

Total yang diperoleh saat dijual= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual = Rp 9,600,000.00

Undang-Undang SukukPada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk).Karakteristik Sukuk Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title). Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan. Terbebas dari riba, gharar, dan maysir. Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV) Memerlukan underlying asset. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Jenis-Jenis SukukSukuk, berdasarkan strukturnya terdapat berbagai jenis, yang dikenal secara international dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) adalah : Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Sukuk Musyarakah : Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

Negara-negara yang telah menerbitkan sukuk : Eropa (Jerman, Inggris dan Kanada). Timur Tengah (Dubai, Uni Emirat Arab, Kuwait, Pakistan dan Qatar). Asia (Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Cina, India dan Indonesia)Selain negara-negara yang telah disebutkan, ada pula kota-kota yang telah melirik dan mengembangkan instrumen keuangan yang berbasis ekonomi syariah ini, di antaranya adalah Hongkong. Pemerintah Hongkong melalui Hongkong Monetary Authority (Bank Sentral Hongkong) telah membentuk kelompok kerja yang bertugas menerbitkan peraturan yang diperlukan terkait dengan sistem ekonomi syariah, sistem pajak, dan regulasi lainnya agar sistem syariah bisa berjalan seperti sistem ekonomi konvensional. Usaha ini pun terus bergulir dengan diluncurkannya Hangseng Islamic China Index Fund oleh Badan Pengawas Pasar Modal Hongkong.Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan jatuh tempo. dalam hal sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah. Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi:1. sebagai penerbit sukuk,2. menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset,3. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor. Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Penggunaan Underlying AssetPenerbitan sukuk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek perjanjian (underlying asset). aset yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau sedang dibangun. fungsi underlying asset tersebut adalah: Menghindari riba Sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder. Untuk menentukan jenis struktur sukuk.Dalam sukuk Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Ijarah Sale And Lease Back, penjualan aset tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (benefit title) sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. pada akhir periode sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.Prospek Sukuk di IndonesiaPasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Meski terlambat, Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk). kita patut memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil menghasilkan UU Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk di Indonesia, sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih kecil.Pada tahun ini, pemerintah berencana menerbitkan sukuk hingga Rp18 triliun. Bila dibandingkan dengan obligasi negara konvensional, rencana penerbitan sukuk ini memang masih kecil. Namun, dimulainya penerbitan sukuk ini oleh pemerintah ini akan dapat menjadi trigger bagi penerbitan sukuk lainnya. Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara dan adanya rencana penerbitan sukuk oleh pemerintah, itu berarti sukuk kini menjadi instrumen pembiayaan yang diakui sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap sukuk kita, baik sukuk negara maupun sukuk korporasi.Fakta menunjukkan perkembangan sukuk memang dimulai dengan adanya soverign sukuk. Berdasarkan data dari Standard & Poors (S&P), bila pada tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%, maka sejak saat itu komposisinya mengalami pergeseran. Pada tahun 2007, kini justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%.

Perkembangan SukukSukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan global. Pada tahun 2007, nilai sukuk yang diperdagangkan di pasar global telah meningkat lebih dari dua kali dibandingkan tahun 2006, dan mencapai US$62 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar US$27 miliar. Dari tahun 2001 hingga tahun 2006, Sukuk mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 123%. Berdasarkan proyeksi S&P, dalam lima tahun ke depan, pasar sukuk dapat menembus level US$100 miliar, tergantung pada kondisi stabilitas pasar kredit. Sementara itu, Moodys memperkirakan bahwa pasar sukuk akan meningkat sebesar 35% per tahun. Pada tahun 2010, pasar sukuk global diperkirakan dapat menembus hingga US$200 miliar, terutama ditopang oleh negara-negara di kawasan Teluk, Inggris, Jepang, dan Thailand.

Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan Teluk dan Asia. Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai instrumen pembiayaan. Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk, padahal pada tahun 2001 baru ada 2 negara. Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia masih mempertahankan sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Pada tahun 2007, lebih dari US$25 miliar sukuk (atau sekitar 75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia pada tahun itu) adalah sukuk yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia. Sementara itu, Malaysia sendiri menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di dunia. S&P memperkirakan Malaysia dan UEA akan tetap memegang posisinya sebagai penguasa pasar, karena ditopang oleh regulator dan status UEA sebagai pintu masuk (gateway) para investor global. Selain dukungan yang kuat dari pemerintah setempat, perkembangan pesat tersebut juga tidak terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri. Berdasarkan data dari Dowjones terlihat bahwa di seluruh dunia indeks surat berharga yang berbasis syariah (saham dan sukuk), kinerjanya lebih baik dibandingkan indeks konvensional. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia, sebagai negara terbesar dalam hal pangsa pasar penerbitan sukuk di dunia.Potensi Bagi IndonesiaSebagaimana disebut di atas, perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya bermula karena adanya inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan regulator terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar keuangan syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Hingga saat ini, baru terdapat sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai emiten syariah oleh Bapepam. Dengan diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di Indonesia bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor terhadap sukuk ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk global saat ini. Tahun ini pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan pasar sukuk domestik. Jika penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin menarik investor asing, khususnya dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan syariah di Indonesia.Namun demikian, pasar sukuk di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, pasar keuangan syariah di Indonesia tidak terlalu likuid. Penyebabnya, pangsa pasarnya yang relatif kecil, yaitu kurang dari 5% dari seluruh sistem keuangan di Indonesia. Kecilnya pangsa pasar keuangan syariah ini diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan pasar sukuk domestik akan tetap terbatas. Oleh karenanya, bila langkah perdana pemerintah menerbitkan sukuk domestik berhasil, selanjutnya perlu dibuka pasar sukuk global sebagai benchmark bagi penerbitan sukuk global lainnya, baik sovereign sukuk maupun corporate sukuk. Selain itu, regulasi yang masih dirasakan menghambat perkembangan pasar sukuk domestik juga perlu dibenahi, sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/12 tahun 2004. Dalam PBI tersebut, bank yang memiliki sukuk agar memegangnya hingga jatuh tempo. Meski aturan ini penting untuk menjaga aspek kesyariahan bank syariah, namun PBI ini perlu direvisi agar tidak menghambat likuiditas pasar sukuk.

Kedua, belum adanya kepastian masalah perpajakan terkait dengan transaksi yang melibatkan investor sukuk. Permasalahan perpajakan ini tidak hanya terkait dengan sukuk, namun menyangkut transaksi keuangan syariah secara keseluruhan. Isu yang paling mengemuka adalah adanya double taxation dalam transaksi keuangan syariah.Ketiga, kebanyakan produk keuangan syariah bersifat debt-based atau debt-likely. Padahal, idealnya keuangan syariah adalah profit-loss sharing. Ini terlihat dari komposisi tingkat kupon sukuk yang dibayarkan masih mendasarkan pada tingkat suku bunga tertentu. Sehingga, tidak mengherankan jika AAOIFI memberikan penilaian bahwa sekitar 85% sukuk belum sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, bagi Indonesia perlu pengembangan inovasi dan struktur sukuk yang lebih beragam.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Investor terhadap Sukuk Ritel Dibandingkan dengan Obligasi KonvensionalPemilihan setiap investor dalam memilih bentuk investasi mana yang akandiambil tentunya berbeda-beda, dan perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh risiko yang melekat dalam sebuah investasi, return yang dapat dihasilkan sebuah investasi, dan jenisinvestor yang melakukan investasi. Keputusan investasi dari setiap perusahaan adalah berbeda satu dengan lainnya, keputusan investasi adalah hasil dari perhitungan pihak manajemen, karena keputusan investasi sangat terkait dengan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut (Hasibuan, S. M, 2005). Sehinggadapat disimpulkan bahwa keputusan seorang investor dalam memilih investasidipengaruhi oleh banyak hal, seperti risiko, return, jenis investor, dan perhitunganmanajemen perusahaan.Jika faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan terhadap investasi, lalu bagaimana dengan pemilihan terhadap obligasi dan sukuk ritel, apakah faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi pemilihan terhadap obligasi konvensional maupun sukuk ritel? Jika memperhatikan kondisi pasar modal Indonesia saat ini, penjualan sukuk ritelyang diecer dengan pembelian terendah Rp 5.000.000 tersebut cenderung laris manis di pasaran. Minat masyarakat terhadap sukuk ritel melebihi minat masyarakat terhadapobligasi konvensional, hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya permintaanmasyarakat terhadap sukuk ritel, yang berarti merupakan ancaman bagi perusahaan- perusahaan yang memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi.Pemilihan investor terhadap sukuk ritel dibandingkan dengan obligasikonvensional tentunya bukan tanpa alasan, namun disertai beberapa faktor dan pertimbangan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seorang investor untuk memilih berinvestasi pada sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi adalah sebagai berikut : Sukuk ritel menawarkan bunga sebesar 12%, sedangkan obligasi tidak menawarkan sebesar ini. Agar mampu bersaing dengan sukuk ritel, obligasi yangditerbitkan harus menawarkan bunga yang lebih besar dari 12%. Hal ini harusdilakukan karena investor memiliki pemikiran yang rasional, tentunya investor akanlebih memilih investasi yang memberikan return yang lebih besar, yaitu sukuk ritel. Risiko yang melekat di sukuk retail hampir tidak ada, atau nyaris 0%,sukuk ritel berisiko sangat kecil karena sukuk ritel adalah obligasi syariah yangditerbitkan oleh pemerintah, sehingga obligasi ini memiliki risiko yang sangatminim. Dan apabila dibandingkan dengan risiko yang melekat pada obligasikonvensional yang diterbitkan perusahaan-perusahaan untuk mencari dana, makaobligasi konvensional jelas kalah, sebab risiko yang melekat pada obligasikonvensional cukup besar, dan risiko ini muncul karena tidak ada jaminan bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi konvensional akan berjalan terus dan tidak mengalami kebangkrutan. Apabila perusahaan penerbit obligasi konvensionalmengalami kebangkrutan, maka para investor yang berinvestasi pada perusahaantersebut akan menerima risiko gagal bayar (default risk ), dikarenakan perusahaaninvestee tidak mampu memberikan pembayaran atas investasi yang dilakukan oleh para investor. Jangka waktu sukuk ritel tidak terlalu lama, yaitu hanya tiga tahun,dibandingkan dengan jangka waktu obligasi konvensional yang mencapai sepuluhtahun atau lebih, tentunya usia sukuk ritel merupakan yang paling cocok denganorientasi para investor saat ini. Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak (uqud) yang dapat diterima secara global, artinya kontrak-kontrak yang digunakandapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja. Dan tentunya haltersebut akan menambah kemudahan bagi masyarakat luas untuk mencoba menjadiseorang investor. Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsip- prinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor. Jadi, para investor yang ingin berinvestasi dalam investasi yang halal, dapat memilihinvestasi ini. Dan hal ini akan menambah keunggulan dari sukuk ritel biladibandingkan dengan obligasi konvensional. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dantransparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebihsedikit rumit. Dan tentu saja kemudahan ini akan semakin menarik minat investor untuk membeli sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi konvensional. Dengan adanya sukuk retil maka memberikan kesempatan kepadamasyarakat untuk ikut berpartisipasi dan mendukung pembiayaan pembangunannasional. Sukuk ritel yang diecer dapat dibeli dengan pembelian terendah Rp5.000.000, sehingga jangkauan masyarakat yang mampu membeli sukuk ritel dapatsemakin meluas, karena ditambah dengan pembelian oleh masyarakat kelasmenengah.

Pembahasan di atas menjelaskan mengenai alasan-alasan yang menyebabkansukuk ritel terjual laris di pasaran dan mampu mengalahkan penjualan obligasi. Larisnya penjualan sukuk retil memberikan keuntungan bagi pemerintah, karena sukuk Ritelmembantu dalam hal membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan,memperluas basis investor, mengelola portofolio pembiayaan negara, dan menjamintertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

KESIMPULANDari pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu bahwa penerbitan sukuk retil atau obligasi syariah yang dilakukan oleh pemerintah mengalahkan penjualan obligasi konvensional di pasar modal, dan hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :1. Sukuk ritel menawarkan bunga yang lebih besar dari obligasi konvensional.2. Risiko yang melekat di sukuk retil hampir tidak ada, atau nyaris 0%, sedangkan risiko yang melekat pada obligasi konvensional cukup besar.3. Jangka waktu sukuk ritel merupakan yang paling cocok dengan orientasi para investor saat ini, yaitu 3 tahun.4. Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak yang dapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja.5. Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsip- prinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor.6. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dan transparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebih sedikit rumit.7. Sukuk retil yang diecer berharga cukup rendah, Rp 5.000.000, sehingga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan mendukung pembiayaan pembangunan nasional.

OBLIGASI RITEL INDONESIA(ORI)

DANSUKUK RITEL

DISUSUN OLEH :FANI USNAWATI (05)X-1