isi makalah sukuk

14
5/19/2018 IsiMakalahSukuk-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-sukuk 1/14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembuatan makalah ini didasari untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah sebagai matakuliah pilihan yang memiliki bobot 3 SKS. Perkembangan akuntansi syariah saat ini sudah cukup meluas di Indonesia dimana Bank – Bank konvensional yang ada di Indonesia mulai mendirikan unit bisnis syariah maupun entitas syariah yang terpisah. Munculnya entitas – entitas maupun unit syariah uga menadi a!al dari adanya instrumen syariah. Salah satu instrumen syariah yang  popular di Indonesia adalah obligasi syariah atau disebut dengan sukuk. "uuan dari tugas ini adalah untuk memaparkan teori mengenai #bligasi Syariah $sukuk% dan penerapannya di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan "uuan Instruksi Khusus mata kuliah Akuntansi Syariah& masalah yang dibahas adalah mengenai obligasi syariah $sukuk%. 'engan pokok bahasan lebih spesi(ik yaitu) *. "eori #bligasi Syariah $sukuk% +. Penerapan #bligasi Syariah di Indonesia 1.3. Tujuan Penulisan "uuan penulisan ini di bagi menadi + yaitu& tuuan umum dan khusus) 1.3.1. Tujuan Umum *. Memahami teori mengenai #bligasi Syariah 2. Mengetahui dan memahami penerapan #bligasi Syariah di Indonesia 1.3.2 Tujuan husus Memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah 1.!. Man"aat Penulisan *. Sebagai bahan pelaaran bagi mahasis!a agar dapat mengetahui dan memahami lebih rinci tentang proses penyusunan sebagai !acana a!al bagi penyusunan karya tulis selanutnya. +. Sebagai literature untuk lebih memahami. 1.#. Met$%$l$gi Penelitian 'alam penulisan Karya "ulis ini& metodologi penelitian yang digunakan adalah ) *. Studi pustaka yaitu dengan mencari re(erensi dari buku,buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini. +. Penelaahan internet yaitu dengan mencari beberapa in(ormasi di mesin pencari yang penulis tidak dapatkan dari buku,buku.

Upload: nurin-wildania-nisa

Post on 08-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Isi Makalah Sukuk

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPembuatan makalah ini didasari untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah sebagai matakuliah pilihan yang memiliki bobot 3 SKS. Perkembangan akuntansi syariah saat ini sudah cukup meluas di Indonesia dimana Bank Bank konvensional yang ada di Indonesia mulai mendirikan unit bisnis syariah maupun entitas syariah yang terpisah.

Munculnya entitas entitas maupun unit syariah juga menjadi awal dari adanya instrumen syariah. Salah satu instrumen syariah yang popular di Indonesia adalah obligasi syariah atau disebut dengan sukuk. Tujuan dari tugas ini adalah untuk memaparkan teori mengenai Obligasi Syariah (sukuk) dan penerapannya di Indonesia.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Tujuan Instruksi Khusus mata kuliah Akuntansi Syariah, masalah yang dibahas adalah mengenai obligasi syariah (sukuk). Dengan pokok bahasan lebih spesifik yaitu:

1. Teori Obligasi Syariah (sukuk)

2. Penerapan Obligasi Syariah di Indonesia

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:

1.3.1. Tujuan Umum

1. Memahami teori mengenai Obligasi Syariah 2. Mengetahui dan memahami penerapan Obligasi Syariah di Indonesia 1.3.2 Tujuan Khusus

Memenuhi tugas matakuliah Akuntansi Syariah1.4. Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami lebih rinci tentang proses penyusunan sebagai wacana awal bagi penyusunan karya tulis selanjutnya.

2. Sebagai literature untuk lebih memahami.1.5. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan Karya Tulis ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah :

1. Studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini.2. Penjelajahan internet yaitu dengan mencari beberapa informasi di mesin pencari yang penulis tidak dapatkan dari buku-buku. BAB II

Landasan Teori

2.1 Pengertian Sukuk Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note, dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), sukuk adalah certificate of equal value representing undivided shares ownership of tangible asset, usufruct and services (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity. Jadi sukuk adalah sebagai sertifikat dari suatu nilai yang dipresentasikan setelah menutup pendaftaran, bukti terima nilai sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana, sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu aktivitas investasi tertentu. Sukuk pada prinsipnya mirip dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

2.2 Karakteristik Sukuk

Karakteristik sukuk dapat disajikan sebagai berikut :

1. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).

2. Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang digunakan.

3. Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.

4. Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)

5. Memerlukan underlying asset. 6. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Obligasi syariah bukanlah surat utang seperti pada obligasi konvensional, perbedaan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional disajikan dalam tabel berikut :

2.3 Jenis Jenis Sukuk

Jenis sukuk menurut The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) :

1. Sukuk Mudharabah

Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya (Fatwa DSN No. 15/2000).

2. Sukuk Ijarah Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri. Pendapatannya bersifat tetap berupa fee ijarah / pendapatan sewa, yang besarannya sudah diketahui sejak awal obligasi diterbitkan. 3. Sukuk Musyarakah Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedangkan kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai proporsi modal masing masing pihak. 4. Sukuk Istishna

Sukuk Istishna adalah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan. 2.4 Fatwa MUI Tentang Obligasi Syariah

2.4.1 Fatwa MUI Tentang Obligasi Syariah Umum

Dewan Syariah Nasional MUI menetapkan fatwa terkait Obligasi Syariah Nomor : 32/DSN-MUI/IX/2002, yang berisi :

Ketentuan Umum

1.Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga;

2. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip prinsip syariah;

3. Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Ketentuan Khusus

1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain :

a. Mudharabah (Muqaradhah) / Qiradh

b. Musyarakah

c. Murabahah

d. Salam

e. Istishna

f. Ijarah

2.Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah;

3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal; 4. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang digunakan; 5. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad akad yang digunakan.

Penyelesaian Perselisihan

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Penutup

Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

2.4.2 Fatwa MUI tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/Sukuk Negara)

Selain menetapkan fatwa untuk Obligasi Syariah secara umum, Dewan Syariah Nasional MUI juga menetapkan fatwa mengenai Surat Berharga Syariah Negara Nomor : 69/DSN-MUI/VI/2008 sebagai berikut : Ketentuan Umum :

1. Surat Berharga Syariah Negara atau disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

2. Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan, maupun selain tanah dan/atau bangunan yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan dasar penerbitan SBSN.

3. Imbalan adalah semua pembayaran yang diberikan kepada Pemegang SBSN yang dapat berupa ujrah (uang sewa), bagi hasil, atau bentuk pembayaran lain sesuai dengan akad yang digunakan sampai dengan jatuh tempo SBSN.

4. Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN.

Ketentuan Khusus :

1. Akad yang digunakan dalam penerbitan SBSN dapat berupa :

a. Ijarah ;

b. Mudharabah ;

c. Musyarakah ;

d. Istishna ;

e. Akad lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Penggunaan akad akad sebagaimana dimaksud dalam angka 1 butir a s.d. butir e harus memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI terkait dengan masing masing akad. 3. SBSN dapat diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit SBSN.

4. Penggunaan Aset SBSN harus sesuai dengan prinsip syariah.

5. Penggunaan dana hasil penerbitan SBSN tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

6. Pemindahan kepemilikan SBSN oleh pemegang SBSN di pasar sekunder harus mengikuti kaidah yang sesuai dengan sifat akad yang digunakan pada saat penerbitan.

7. Pemerintah wajib membayar imbalan serta nilai nominal atau dana SBSN kepada pemegang SBSN pada saat jatuh tempo sesuai akad yang digunakan. 8. Pemerintah boleh membeli sebagian atau seluruh SBSN sebelum jatuh tempo dengan mengikuti ketentuan dalam akad yang digunakan pada saat penerbitan.

9. Pemerintah atau Perusahaan Penerbit SBSN boleh menerbitkan kembali suatu seri SBSN.

2.5 Akuntansi Sukuk

Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:

a. aset berwujud tertentu;

b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada;

c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;

d. aset proyek tertentu;

e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.

Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah, termasuk adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities). Pemilik sertifikat berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan menanggung kerugian sebanding dengan proporsi kepemilikan sertifikat. Penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya menggunakan akad ijarah atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain (multi akad). Untuk tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut diperlakukan sebagai satu kesatuan akad dalam penerbitan sukuk.

PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk hanya mengatur 2 jenis sukuk yaitu : sukuk mudharabah dan sukuk ijarah. Hal ini disebabkan penerbitan sukuk di Indonesia sebagian besar didominasi oleh sukuk ijarah dan sebagian kecil adalah sukuk mudharabah. 1. Akuntansi untuk Penerbit

Sukuk MudharabahSukuk Ijarah

Saat PengakuanSaat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk mudharabah.Saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk.

PengukuranSukuk mudharabah diakui sebesar nilai nominal.Sukuk ijarah diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan premium atau diskonto dan biaya transaksi terkait dengan penerbitannya.

Setelah pengakuan awal, jika jumlah tercatat berbeda dengan nilai nominal maka perbedaan tersebut diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk ijarah dan diakui sebagai beban penerbitan sukuk ijarah.

Pengakuan dan Pengukuran atas Biaya Transaksi Biaya transaksi diakui secara terpisah dari sukuk mudharabah

Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk mudharabah, dan diakui sebagai beban penerbitan.Biaya transaksi diakui sebagai pengurang atas nilai nominal sukuk.

Return bagi investor Berupa bagi hasil

Bagi hasil yang menjadi hak investor sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai bebanBerupa Ujrah/ fee

Beban ijarah diakui pada saat terutang

Penyajian Bagi entitas syariah : Sebagai Dana Temporer

Bagi entitas nonsyariah : sebagai liabilitas yang terpisah dari liabilitas lain dan dalam urutan paling akhir dalam liabilitas

Biaya transaksi penerbitan sukuk mudharabah disajikan alam aset sebagai beban tangguhanDisajikan sebagai liabilitas secara neto setelah premium atau diskonto dan biaya transaksi yang belum.

Pengungkapana. Persyaratan utama dalam penerbitan, seperti : aktivitas, ringkasan akad, jangka waktu, nilai, prinsip bagi hasil dan lainnya.

b. Penjelasan aktivitas yang mendasari penerbitan seperti : jenis usaha, tren usaha dan pihak pengelola.

c. Lain-lain. a. Pesyaratan utama dalam penerbitan, seperti : aktivitas, ringkasan akad, jangka waktu, nilai nominal, besar imbalan dan lainnya.

b. Penjelasan aktivitas yang mendasari penerbitan seperti : jenis dan umur ekonomik

c. Lain lain.

2. Akuntansi untuk Investor

Sukuk MudharabahSukuk Ijarah

Sebelum PengakuanEntitas menentukan klasifikasi investasi dalam 2 pilihan:

a. Diukur harga perolehan: jika model usahanya bertujuan memperoleh arus kas kontraktual (tujuan ditetapkan oleh entitas) dan persyaratannya ada tanggal pembayaran. Untuk sukuk mudharabah adalah arus kas kontraktual berupa bagi hasil dan pokok, sedangkan untuk sukuk ijarah adalah arus kas imbalan berupa ujrah.

b. Diukur pada nilai wajar.

Entitas tidak boleh mengubah klasifikasi kecuali ada perubahan tujuan model usaha.

Saat PengakuanPada saat tanggal perdagangan atau penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim.Pada saat tanggal perdagangan atau penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim.

Pengukuran

Jika menggunakan harga perolehanSebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi.Sebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi, jika ada selisih atas nilai nominal dan biaya perolehan maka diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk.

Jika menggunakan nilai wajarSebesar nilai wajar tidak termasuk biaya transaksi.

Setelah Pengakuan Awal

Jika menggunakan harga perolehanJika terdapat indikasi penurunan nilai, maka entitas membandingkan antara nilai tercatat dan jumlah terpulihkan. Jika jumlah terpulihkan lebih kecil maka diakui rugi penurunan nilai.

Jumlah terpulihkan adalah jumlah dari nilai pokok yang akan diterima tanpa memperhitungkan nilai kini.

Jika menggunakan nilai wajarDiukur pada nilai wajar, selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi.

Penentuan nilai wajarinvestasi mengacu pada urutan sebagai berikut:

Kuotasi harga pasar aktif, atau

Harga yang terjadi dari transaksi terkini jika tidak ada kuotasi harga di pasar aktif, atau

Nilai wajar instrumen sejenis jika tidak ada kuotasi harga di pasar aktif dan tidak ada harga yang terjadi dari transaksi terkini.

Penyajian Tergantung pada pilihan pengukuran.

Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto dalam laba rugi.

Pengungkapan Klasifikasi berdasarkan jumlah investasi.

Tujuan model usaha yang digunakan.

Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada dan penyebabnya.

Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan.

2.5.1 Ilustrasi Akuntansi Sukuk Entitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang dimilikinya. Nilai tercatat Aset Z adalah Rp100 milyar dan metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Penerbitan sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut:

- Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.

- Investor mewakilkan kepada Entitas A atas aset yang mendasari penerbitan sukuk (Aset Z).

- Aset Z disewakan kepada Konsumen.

1. Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun

Tidak ada jurnal2. Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari InvestorKas dan setara kas 100.000.000.000

Sukuk ijarah

100.000.000.0003. Pada saat aset disewakan kepada Konsumen

Tidak ada jurnal

4. Pada saat menerima pembayaran sewa dari Konsumen

Kas dan setara kas 30.000.000.000

Kewajiban

30.000.000.000

Sukuk ijarah

20.000.000.000

Pendapatan sewa

20.000.000.000

Beban penyusutan 20.000.000.000

Akumulasi penyusutan

20.000.000.000

5. Pada saat pembayaran kepada Investor

Kewajiban

30.000.000.000

Kas dan setara kas

30.000.000.000

B. Sukuk Ijarah Diterbitkan atas Aset yang DisewaEntitas A menerbitkan sukuk ijarah atas Aset Z yang akan disewanya. Penerbitan sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut:

Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.

Investor mewakilkan kepada Entitas A untuk membeli Aset Z.

Aset Z disewa oleh Entitas A selama jangka waktu sukuk ijarah.

Aset Z dihibahkan kepada Entitas A setelah berakhirnya jangka waktu sukuk ijarah, nilai wajar Aset Z sebesar Rp5 milyar.

(1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk ijarah, Rp100 milyar, 5 tahun

Tidak ada jurnal

(2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor

Db Kas dan setara kas 100.000.000.000

Kr Sukuk ijarah 100.000.000.000

(3) Pada saat Entitas A membeli Aset Z atas nama Investor

Tidak ada jurnal

(4) Pada saat Entitas A menyewa Aset Z kepada Investor

Tidak ada jurnal

(5) Pada saat Entitas A membayar sewa

Db Beban ijarah 10.000.000.000

Db Sukuk ijarah

(bagian dari beban ijarah) 20.000.000.000

Kr. Kas dan setara kas 30.000.000.000

(6) Pada saat Aset Z dihibahkan kepada Entitas A

Db Aset Z 5.000.000.000

Kr Pendapatan

(setara nilai wajar) 5.000.000.000

C. Sukuk MudharabahEntitas A menerbitkan sukuk mudharabah atas Proyek Z. Penerbitan sukuk dilakukan dengan skema sebagai berikut: Entitas A menerbitkan sukuk ijarah dan Investor membeli sukuk ijarah tersebut.

Bagi hasil antara Entitas A dan Investor adalah 40% dan 60% dari pendapatan proyek (dasar laba bruto atau gross profit basis).

Pengembalian modal pokok dilakukan pada akhir tahun kelima.

(1) Pada saat Entitas A menerbitkan sukuk mudharabah, Rp100 milyar, 5 tahun

Tidak ada jurnal

(2) Pada saat Entitas A menerima pembayaran dari Investor

Db Kas dan setara kas 100.000.000.000

Kr Sukuk mudharabah 100.000.000.000

(3) Pada saat Aset Z menghasilkan laba bruto Rp15 milyar

Db Kas dan setara kas 15.000.000.000

Kr Pendapatan 6.000.000.000

Kr Kewajiban 9.000.000.000

Hal ini akan dilakukan setiap tahun. Pada saat jatuh tempo, dilakukan perhitungan untuk menentukan bagi hasil final.

(4) Pada saat sukuk mudharabah jatuh tempo

Db Sukuk mudharabah 100.000.000.000

Kr Kas dan setara kas 100.000.000.000Sheet1

Karakteristik Obligasi Syariah Obligasi Konvensional

Penerbit Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi

Sifat Instrumen Sertifikat kepemilikan /penyertaan atas suatu asetInstrumen Pengakuan Utang

Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin/fee Bunga/kupon, capital gain

Jangka Waktu Pendek - Menengah Menengah - Panjang

Underlying AssetPerlu Tidak Perlu

Pihak yang terkait Issuer, SPV, investor, trusteeObligator /issuer, investor

Price Market Price Market Price

Investor Islami, KonvensionalKonvensional

Pembayaran Pokok Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi

Penggunaan Hasil Penerbitan Harus sesuai syariah Bebas

Dasar Hukum Undang - undang Undang - undang

Metode Penerbitan Lelang, bookbuilding, private placement Lelang, bookbuilding, private placement

Ketentuan Perdagangan Tradable Tradable

Dokumen yang Diperlukan Dokumen pasar modal, dokumen syariah Dokumen pasar modal

Syariah Endorsement Perlu Tidak Perlu