oma

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing- masing memiliki bentuk akut dan kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva. 1 Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang. 1 Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. 1 Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan pada orang dewasa 1

Upload: ayu-ika-sh

Post on 04-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh telinga tengah

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi

atas otitis mediasupuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki

bentuk akut dan kronis.Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media

supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media

tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.1

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh

bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel

mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun

virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung

sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1

Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga

tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan

menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.1

Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun

bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi

terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan

letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran

napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh

karena system imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna.1

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada

saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media

berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di

Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis

media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga

kali atau lebih.2

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

(Gambar 1) Anatomi Teling3

2.1.1 Telinga Luar

Telinga dibagi atas telinga telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk

huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua

pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3

cm.1

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh

kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar

serumen.1

2

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, prosesus

mastoideus dan tuba Eustachius.4,5 Membran timpani merupakan dinding lateral

kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani.

Ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus

terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka

dalam dan membuat sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo

kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of ligt).4

Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa

dan pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih

tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris

anterior (lipatan muka), plika maleolaris posterior (lipatan belakang).4

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,

bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan

diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian

atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior. 6

Atap kavum timpani dibentuk oleh tegmen timpani, memisahkan telinga

tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk

oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura

petroskuama. Lantai kavum timpani dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan

lantai kavum timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali

hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.6

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini

juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding posterior dekat keatap,

mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani

dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Dibelakang dinding posterior

kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus sigmoid. Dinding anterior

3

bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang

tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum

berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan

inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan

oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini

terutama berperan sebagai muara tuba Eustachius. 6

Kavum timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus

dan stapes, dua otot yaitu muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, saraf

korda timpani dan saraf pleksus timpanikus. 6

Saraf korda timpani merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke

kavum timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan

posterior. Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang

berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui

ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3

depan lidah bagian anterior. Saraf pleksus timpanikus berasal dari n. timpani

cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang

berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna. 4

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.

Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm

berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9

bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan

rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi,

drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga

tengah. 4

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala

vestibuli. 1

4

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak

skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala

media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan

endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s

membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran

ini terletak organ Corti. 1

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut

membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari

sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ

Corti.1

2.2 Otitis Media Akut

2.2.1 Definisi

Otitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1

2.2.2 Epidemiologi

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada

saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media pada

anak berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode

otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya

tiga kali atau lebih.7

2.2.3 Etiologi

Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama dari otitis

media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga

pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga sehingga terjadi

5

peradangan. Hal-hal yang menyebabkan sumbatan pada muara tuba antara lain,

infeksi saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan udara tiba-tiba, tumor, dan

pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu faktor

penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik,

seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%),

Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan

terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba

Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.1,2

2.2.4 Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti

radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran

Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan

infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,

tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.

Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka

sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu

pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang

dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika

lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan

organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan

pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun

cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45

desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.

Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat

merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi

otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini

6

berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,

pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1

2.2.5 Stadium

OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran membran

timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium

hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.1

Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi membran

timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara.

Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan

otitis media serosa virus. terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba

eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik

untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang

berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati

dengan memberikan antibiotik.1

Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada

membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat

yang serosa sehingga sukar terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan

analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin.

Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam

darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran

sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan

ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin

4x40 mg/kgBB/hari.1

7

Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan

hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani

menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga

tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka

terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang

lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain

antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran

timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat

berkurang. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,

agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.1

Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti terlambatnya

pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat menyebabkan

membran timpani ruptur. Keluar nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak

yang tadinya gelisah akan menjadi lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur

nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar

secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta

antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.1

Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang

dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan

daya tahan tubuh baik.1

8

2.2.6 Diagnosis

2.2.6.1 Anamnesis

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di

dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat

riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang

dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh

di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA

ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah

dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang

anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka

sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur

dengan tenang.1

Pada penelitian dikatakan bahwa anak-anak dengan OMA biasanya hadir

dengan riwayat onset yang cepat dan gejala seperti otalgia, rewel pada bayi atau

balita, otorrhea, dan/atau demam6,8. Dalam sebuah survei di antara 354 anak-anak

yang mengunjungi dokter untuk penyakit pernapasan, demam, sakit telinga, dan

menangis yang berlebihan sering didapatkan dengan OMA (90%). Namun, gejala

ini juga terdapat pada anak tanpa OMA (72%). Gejala lain dari infeksi virus

pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau

menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja

tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda.8

2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan

inflamasi diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan pasti. Untuk melihat

membran timpani dengan baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi

membran timpani harus dibersihkan dan dengan pencahayaan yang memadai.

Temuan pada otoskop menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan

OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari membran

timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran

OMA. Penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA.9

9

 

Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh

edema dari membran timpani. Kemerahan dari membran timpani yang disebabkan

oleh peradangan mungkin hadir dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan

oleh demam tinggi. Ketika kehadiran cairan telinga bagian tengah sulit untuk

menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu dalam membangun

diagnosis.10

2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis

(penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan

pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada

bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah

sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member

respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan

komplikasi.(8) Untuk menilai keadaan adanya cairan di telinga tengah juga

diperlukan pemeriksaan timpanometeri pada pasien.1

2.2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi,

penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,

sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes

hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau

HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang

dewasa. Sumber infeksi harus diobati antibiotik diberikan jika penyebabnya

kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.

Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan

miringotomi. Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau

ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan

konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang

terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan.

10

Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap

penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis

50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB

dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus

disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan

miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang

terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan

adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang

adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam

waktu 7 – 10 hari

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,

sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi

resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui

perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya

edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan

sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak,

kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

2.2.8 Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses

sub-periosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.

Namun, sekarang setelah adanya antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya

didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK jika perforasi menetap dan sekret tetap

keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. (1)

11

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.M

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl.KH.Azhari Lrg. LBC No.110 RT.05 RW.05 12 Ulu

Tanggal datang : 13 Oktober 2015

No.RM : 313204

II. ANAMNESIS

Anamnesis : Autoanamnesis

Keluhan Utama : Nyeri pada teling kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang

Os nyeri pada telinga kiri sejak 3 hari sebelum berobat ke rumah sakit.

Nyeri dirasakan di teliga bagian dalam dan terasa semakin hebat. Os juga

mengeluh telinga berdengung dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Riwayat

demam disertai batuk dan pilek dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Tidak ada

keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara

sengau, benjolan di leher disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os sering menderita batuk &

pilek. Riwayat trauma, keluar darah dari hidung, suka mengorek telinga, dan

sering berenang disangkal.

12

Riwayat Penyakit Keluarga

Os mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. Riwayat

alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita.

Riwayat Alergi

Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal ketika terkena debu,

atau setelah memakan makanan tertentu disangkal. Riwayat asma juga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Suhu : 37,4°C

Nafas : 22 x/ menit

Nadi : 90 x/ menit

Status lokalis Telinga

Bagian KelainanAuris

Dextra Sinistra

Preaurikula Kelainan kongenitalRadang dan tumorTrauma

---

---

AurikulaKelainan kongenitalRadang dan tumorTrauma

---

---

Retroaurikula

EdemaHiperemisNyeri tekan SikatriksFistula Fluktuasi

------

------

PalpasiNyeri pergerakan aurikulaNyeri tekan tragus

-

-

-

-

13

Canalis Acustikus Externa

Kelainan kongenitalKulit SekretSerumen EdemaJaringan granulasiMassa Cholesteatoma

-Tenang

------

-Tenang

+ (keruh)-----

Membrana Timpani

Warna

Intak RetraksiRefleks cahayaPerforasi

putih keabu- abuan

(+)(-)(+)(-)

Hiperemis

(-)(+)(+)(-)

HidungRhinoskopi

anteriorCavum nasi kanan Cavum nasi kiri

Mukosa hidung Hiperemis (+), sekret (+), massa (-)

Hiperemis (+), sekret (+), massa (-)

Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)Konka inferior dan media

Edema (+), hiperemis (+)

Edema (+), hiperemis (+)

Meatus inferior dan media

Polip (-) Polip (-)

Mulut Dan Orofaring

Bagian Kelainan Keterangan

Mulut

Mukosa mulutLidah

Palatum molleGigi geligiUvula Halitosis

Tenang Bersih, basah,gerakan normal kesegala

arahTenang, simetris

Caries (-)Simetris

(-)

14

Tonsil

Mukosa BesarKripta : Detritus :Perlengketan

TenangT1 – T1

Normal - Normal(-/-)(-/-)

Faring Mukosa Granula Post nasal drip

Tenang(-)(-)

Maksilofasial Bentuk : Simetris Nyeri tekan : -

Leher Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGBMassa : Tidak ada

IV. DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronik ( OMSK )

V. DIAGNOSIS

Otitis media akut stadium supurasi auris sinistra

VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI

Pemberian antibiotik

Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau

sefalosporin. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak

diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari,

atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

15

Pemberian analgesik

Asam Mefenamat 3x500mg/hari

Miringotomi

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar

terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada

cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan

terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-

vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar

membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil

dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran

posteroinferior.

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

16

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien

perempuan, usia 21 tahun datang ke poli THT RSMP dengan keluhan nyeri pada

telinga kiri sejak 3 hari sebelum berobat ke rumah sakit. Nyeri dirasakan di telinga

bagian dalam dan terasa semakin hebat. Os juga mengeluh telinga berdengung dan

adanya penurunan fungsi pendengaran. Riwayat demam disertai batuk dan pilek

dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os.

Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher

disangkal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik membran timpani sinistra didapatkan

edema yang hebat pada mukosa telinga tengah terbentuknya eksudat yang purulen

di kavum timpani, membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien

didiagnosis menderita Otitis Media Akut Stadium Supurasi.

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh

bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel

mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun

virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung

sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk

dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi

gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu,

analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar

terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang

menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan

pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak

harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik.

17

Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di

kuadran posteroinferior.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :

Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta

FKUI, 2007: 10-14, 65-74.

2. Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004.

Available at :

http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full.html

3. Picture of ear anatomy. Available at :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002077.htm

4. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,

Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi

kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62

5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan

mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit

THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118

6. Berman S. Otitis media ini developing countries. Pediatrics. July 2006.

Available from URL: http://www.pediatrics.org

7. Epidemiology of acute otitis media. Available at :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519

8. Niemela M, Uhari M, Jounio-Ervasti K, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa

E. Lack of specific symptomatology in children with acute otitis media.

Pediatr Infect Dis J.1994;13 :765– 768

9. Pelton SI. Otoscopy for the diagnosis of otitis media. Pediatr Infect Dis

J.1998;17 :540– 543

10. Klein JO, McCracken GH Jr. Introduction: current assessments of

diagnosis and management of otitis media. Pediatr Infect Dis

J.1998;17 :539

19