oleh nurfadilah nomor pokok f 511 13 002 makassar 2018

82
NILAI SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI MAPPADENDANG PADA MASYARAKAT PACCEKKEQ DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

NILAI SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI MAPPADENDANG PADA

MASYARAKAT PACCEKKEQ DI KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian

guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

Oleh

NURFADILAH

Nomor Pokok F 511 13 002

MAKASSAR

2018

Page 2: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

ii

Page 3: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

iii

Page 4: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim,

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi kehadirat Allah SWT atas segala limpahan dan

hidayahNya. Tuhan Yang Maha Pemurah yang kepadaNya segala munajat tertuju. Tak lupa

pula penulis panjatkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga tercurah

kasih dan sayang kepada beliau beserta keluarga, sahabat-sahabat dan pengikutnya.

Tulisan ini menandai suatu kurun waktu dalam sejarah panjang perjalanan hidup

penulis yang turut serta mewarnai kehidupan penulis selama menempuh studi pada jurusan

Sastra Daerah Bugis-Makassar Fakultas Ilmu Budaya.

Dalam Penyusunan skripsi ini, dibutuhkan perjuangan, kesabaran, dan semangat

untuk mencapai hasil yang maksimal. Selama penulisan skripsi berlangsung penulis

menyadari begitu banyak bantuan yang penulis terima sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Ada banyak kendala dan cobaan yang di lalui. Meskipun diakui penyelesaian

skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan jauh dari kesempurnaan yang

diharapkan, baik dari segi teoritis maupun dari segi pembahasan hasil penelitiannya. Namun

dengan ketekunan dan kerja keraslah yang menjadi pendorong penulis dalam menyelesaikan

segala proses tersebut. Juga berkat adanya berbagai bantuan moril dan materil dari berbagai

pihak yang telah membantu memudahkan penyelesaian dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi

ini berjudul “Nilai Solidaritas Sosial Dalam Tradisi Mappadendang Pada Masyarakat

Paccekkeq : Tinjauan Struktural-Fungsionalisme”

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua, ayahanda Baharuddin dan Ibunda Bahriah yang telah memberikan kasih sayang,

harapan dan doa yang tak henti-hentiya dipanjatkan untuk penulis dengan tulus dan ikhlas,

sehingga penulis bisa menjadi manusia yang berharga dan bermanfaat untuk kedua orang tua.

Page 5: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

v

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr, Nurhayati Rahman, M.S. selaku pembimbing I dan

Dr.Muhlis Hadrawi, M.Hum selaku pembimbing II yang banyak memberikan masukan, yang

sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga mendapat balasan yang

setimpal dari allah SWT.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu M.A

sebagai pimpinan Universitas yang mencurahkan perhatiannya demi perkemb-angan

Universitas Hasanuddi;

2. Bapak Dekan, para Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Ketua dan Sekretaris

Departemen Sastra Daerah, serta seluruh statf dosen dan pegawai yang banyak

membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin;

3. Segenap informan yang begitu banyak memberikan informasi dan pengetahuan

kepada penulis atas penelitian ini;

4. Segenap keluarga serta saudara-saudari tercinta, Syamsul. Taufik, Uci, Nurul, Upi,

Lisa atas kasih sayang dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama

menjalankan kuliah;

5. Kepada Etta Sahe yang sangat penulis sanyangi yang begitu setia memberikan doa,

dukungan dan kasih sayang;

6. Kepada yang penulis sayangi Azis Nya’la yang selalu menjadi penyemangat dan

selalu setia menemani serta membantu penulis selama kuliah dan juga dalam

menyelesaikan tugas akhir;

7. Kepada teman seperjuangan Rindiani dan Irmawati dalam mengerjakan skripsi, dan

terima kasih atas tumpangannya untuk tingal di kosan miliknya selama beberapa

bulan untuk memberikan sedikit ruang dalam mengerjakan skripsi penulis, untuk

Page 6: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

vi

berbagi cerita, meluapkan keluh kesah penulis yang di tempuh selama mengerjakan

skripsi;

8. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin (IMSAD-FIB-UH);

9. Teman-teman WARANI 2013; Iful, Afdal, Adi, Fajar, Yoko, Rindi, Ria, Yayu,

Yunita, Imma, Fatma, Tuti, Nisa, Janet, Kasma, Umroah yang telah menorehkan

cerita yang begitu berharga dalam kehidupan penulis selama masa kuliah di Jurusan

Sastra Daerah Universitas Hasanuddin.

Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis memohon, semoga jasa-jasa baik

berbagai pihak dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terbatas dari harapan. Olehnya itu kritik dan saran demi

perbaikan tulisan ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya, Khususnya di Departemen Sastra

Daerah Bugis-Makassar.

Makassar

Penulis

Page 7: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

vii

Daftar Isi

Sampul Depan ...................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii

Lembar Persetujuan .......................................................................................................... iii

Kata Pengantar .................................................................................................................. iv

Daftar Isi............................................................................................................................ vii

Abstrak ............................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6

C. Batasan masalah ............................................................................................. 6

D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

E. Tujuan Peneltiian ........................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................................... 9

A. Landasan Teori .............................................................................................. 9

B. Penelitian Relevan ....................................................................................... 23

C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 26

D. Defenisi Operasional .................................................................................... 28

BAB III Metode Penelitian ...................................................................................................

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 30

B. Objek Penelitian ........................................................................................... 31

C. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 31

Page 8: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

viii

D. Data dan Sumber Data ................................................................................. 32

E. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 32

F. Metode Analisi Data .................................................................................... 33

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................. 33

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 35

B. Tradisi Mappadendang Masyarakat Paccekkeq ................................................. 37

C. Fungsi Mappadendang Bagi Masyarakat Paccekke ............................................ 54

D. Nilai-Nilai Solidaritas sosial Tradisi Mappadendang ......................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 69

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 69

B. Saran ................................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 71

Page 9: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

ix

ABSTRAK

Nurfadilah. 2018. Skripsi ini berjudul “Nilai Solidaritas Sosial dalam Tradisi

Mappadendang pada Masyarakat Paccekkeq”. Departemen Sastra Daerah Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Dibimbing oleh Nurhayati Rahman dan Muhlis

Hadrawi.

Skripsi ini mengkaji tradisi mappadendang yang dibina dalam masyarakat Desa Paccekkeq

dengan melihat aspek nilai solidaritas sosial yang terkandung di dalamnya. Mappadendang

bagi masyarakat Paccekkeq adalah sarana utama untuk membangun solidaritas sosial dan

juga sebagai pernyataan rasa syukur atas berkah yang didapatkan dari hasil panen padi.

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan tradisi

mappadendanng pada masyaraka Desat Paccekkeq, menjelaskan nilai solidaritas yang

terkandung dalam pelaksanaan tradisi mappadendang pada masyarakat Paccekkeq terutama

nilai solidaritas serta mendeskripsikan fungsi soisial tradisi mappadendang pada masyarakat

Paccekkeq.

Pembahasan dalam tradisi mappadendang dilakukan dengan menerapkan teori struktural-

fungsionalisme Redcliffe-Brown. Metode pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan metode penelitia lapangan dengan cara obeservasi, wawancara, dokumentasi

dan metode penelitian pustaka. Analisis data dilakukan dengan menggunakan deskriptif

kualitatif, yakni menjelaskan data-data tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tradisi mappadendang menggambarkan nilai

solidaritas sosial dalam penelitian mencakup nilai kerjasama, gotong royong masyarakat yang

sangat kuat. Tradisi mappadendang mengandung nilai-nilai budaya yang luhur, serta seni

yang mencerminkan kepribadian masyarakatnya. Kepribadian yang utama adalah nilai

solidaritas sosial sebagai nilai utama yang sangat dijunjung tinggi dan ditopang oleh nilai-

nilai persatuan.

Kata kunci: Tradisi, Mappadendang, Solidaritas sosial

Page 10: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

x

ABSTARCT

Nurfadilah. 2018. This thesis entitled “The value in solidarity on the Mappadendang

tradition of the Paccekkeq society”. Fakultas Ilmu budaya, Universitas Hasanuddin.

Guided by Mrs. Nurhayati Rahman and Mr. Muhlis Hadrawi.

This thesis examines about the mappadendang tradition, which is fostered in Paccekkeq

villager by focusing pont at the social solidarity value aspect contained in it. Mappadendang

for the Paccekkeq community is the primary pillar in building social solidarity as well as a

gratitude statement for the blessings wich gained in harvesting rice. The purpose of this study

is to explain how was the process of implementing mappadendanng tradition in the

Paccekkeq community and also explain the value of solidarity contained in the

implementating mappadendang tradition in Paccekkeq community, especially the value of

solidarity and describe the mappadendang tradition soisial function in Paccekkeq society.

The discussion in the mappadendang tradition is done by applying structural-functionalism

theory which is belongs to Radcliffe-Brown. This research uses qualitative research methods

by collecting data through obeservation, interview, documentation and library resources. Data

analysis is done by using qualitative descriptive, that is explaining the data according to

actual situation.

The results of the research show that the mappadendang tradition describes the solidarity of

a very strong community. The mappadendang tradition contains cultural values, as well as

art that reflects the personality of the community. The ultimate personality is the value of

solidarity as the ultimate value highly upheld and sustained by the values of unity and social

respect.

Keywords: Tradition, Mappadendang, Social solidarity

Page 11: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat tardisional tidak lepas dari beragam aktivitas yang

masih berhubungan dengan warisan leluhur. Warisan leluhur secara turun-

temurun memberi ciri penting dalam kehidupan yang bersifat agraris pada

masyarakat. Terkait dengan hal itu, Suryaningsi (2014: 3) mengatakan bahwa

apabila suatu kebiasaan yang bersumber dari warisan leluhur terus dipertahankan

maka akan tercipita tardisi dalam masyarakatnya. Salah satu tardisi yang

dimaksud adalah upacara alam, ritus-ritus tradisional yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan pertanian.

Upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari kebudayaan

masyarakat pendukungnya sebagai norma-norma serta nilai-nilai budaya

masyarakatnya secara turun temurun. Norma-norma serta nilai-nilai budaya itu

kemudian ditampilkan dengan pemeragaan secara simbolis dalam bentuk upacara

yang dilakukan dengan penuh hidmat oleh warga masyarakat pendukungnya.

Upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dikonsepsikan dapat

memenuhi kebutuhan ritus para anggotanya, baik secara individual maupun secara

komunal. Penyelenggaraan tradisi ini penting artinya bagi warga masyarakat

untuk pembinaan sosial-budaya. Tradisi semacam itu oleh Manyambeang

(1984:3) menyebutkan sebagai kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan warga

masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Page 12: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

2

Berbagai suku yang ada di Indonesia misalnya suku Bugis di Sulawesi

Selatan mereka memiliki tradisi mappadendang yang telah dibina sejak beberapa

abad lampau. Mappadendang seperti yang diselenggarakan di Barru sebagai

tradisi yang melibatkan masyarakat luas sebagai pesta rakyat yang menjadi ciri

khas bagi masyarakat agraris khususnya di pedalaman. Selain di Barru tradisi

yang terkait langsung dengan pesta panen mappadendang juga dilakukan hampir

di berbagai daerah di Sulawesi Selatan seperti di Bone, Soppeng, Wajo, Pare pare

dan Sinjai yang seluruhnya sumber utama mata pencaharian yang berkaitan

langsung dengan kegiatan pertanian.

Mappadendang di berbagai daerah di Sulawesi Selatan merupakan tradisi

kuno yang seluruhnya berkaitan dengan sistem mata pencaharian masyarakat

sebagai petani. Pelaksanaan pesta rakyat bagi masyarakatnya merupakan

perwujudan kepercayaan yang berkaitan dengan pemuliaan dewi padi yaitu Datu

Sangiang Serri. Tradisi ini suatu penghargaan kepada dewi padi acara tersebut

agar manusia mendapat keberkahan yang lebih baik dari sebelumnya yaitu,

melimpahya hasil petanian.

Padi bagi masyarakat Barru, selain sebagai makanan pokok juga memiliki

mitos dan sejarah dalam masyarakatnya. Dari mitos tersebut masyarakat Barru

memaknai khusus terkait dengan kepercayaan dengan alam. Dalam mitos

Meompalo Karellae diceritakan bahwa pada saat Datu Sangiang Serri singgah di

Barru ia menceritakan bahwa penjaganya, seekor kucinng disiksa oleh penghuni

rumah yang ditempatinya dan Datu Sangiang Serri sangat marah pada saat itu.

Setelah Datu Sangiang Serriq memberikan berbagai macam nasehat kepada istri

Page 13: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

3

Pabbicara dan penduduk Barru, ia dan rombongan lalu melanjutkan

perjalanannya naik menuju ke langit (Rahman, 2009:147).

Dari mitos Meompalo Karellae itu, masyarakat Barru mempercayai bahwa itu

semua ada kaitanya dengan padi. Untuk itu mitos tersebut merepresentasikan

masyarakat Barru sebagai masyarakat yang sangat menghargai dan membutuhkan

padi sebagai mata pencaharian utama dan sebagai makanan pokoknya. Merujuk

dari mitos tersebut masyarakat Barru mempercayai bahwa padi harus

diperlakukan secara bijak agar tidak gagal panen. Untuk menjaga hasil pertanian

maka masyarakat Barru melakukan ritual pasca panen setiap tahunnya yang

berupa tradisi Mappadendang.

Tradisi mappadendang di desa Paccekkeq biasanya dilaksanakan sekali

dalam tiga tahun yaitu pada musim kemarau dan biasanya dilakukan masyarakat

setempat secara bersama-sama. Ritual pelaksanaan mappadendang dilakukan oleh

kalangan perempuan dan laki-laki. Mereka bersama-sama menumbuk padi dalam

lesung( palungeng) mengunakan antan (alu). Mereka yang Mappadendang

menggunakan pakaian adat tradisional seperti baju bodo bagi perempuan dan

destar (passapu) bagi laki-laki. Dalam tradisi mappadendang ada beberapa

rangkaian acara yaitu mattojang dan massauang. Dari beberapa rangkaian itulah

terlihat jelas adanya kerjasama yang terbina kuat membangun masyarakatnya

dalam melaksanakan tradisi mappadendang tersebut.

Salah satu daerah yang masih mengadakan mappadendang di Kabupaten

Barru adalah Desa Paccekkeq. Masyarakat Desa Paccekkeq melaksanakan

Page 14: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

4

mappadendang setiap tiga tahun sekali. Pandangan hidup masyarakat Desa

Paccekkeq termasuk nilai-nilai yang mendasari hubungan antara individu di

dalam kelompoknya memiliki relevansi dengan ajaran-ajaran kehidupan yang

bersumber dari mitologi Meompalo Karellae. Ajaran-ajaran kehidupan tersebut

terkait dengan prinsip-prinsip sosial, etika dan moralitas hidup masih dijunjung

tinggi oleh masyarakat paccekkeq. Namun hal yang lebih penting bagi mereka

adalah nilai-nilai atau prinsip-prinsip kehidupan sosial masyarakatnya melalui

upacara atau tradisil mappadendang seperti yang telah diucapkan sebelumnya.

Kedudukan tradisi mappadendang bagi masyarakat Desa Paccekkeq memiliki

segi penting, sehingga menarik untuk dikakji secara mendalam. Hal yang lebih

menarik dan penting lagi bahwa tradisi tersebut berfungsi sebagai media

pengetahuan nilai-nilai kehidupan bagi masyarakatnya. Hal yang lebih utama lagi

adalah fenomena nilai solidaritas (Assiwolomplongeng) masyarakat Desa

Paccekkeq hidup dan terpelihara melalui tradisi mappadendang tersebut. Hal-hal

itulah yang mendasari tradisi mappadendang menarik sekaligus penting untuk

diteliti secara ilmiah untuk mengungkapkan nilai-nilai kehidupan masyarakat

yang lebih mendalam dan lebih meluas.

Masyarakat Desa Paccekkeq menjadikan kegiatan mappadendang sebagai

tradisi sekaligus hiburan melepas lelah setelah mengolah pertanian dalam setiap

siklus musim tanam dan panen. Hal itu dapat dilihat pada setiap persiapan tradisi

tersebut dan pertunjukan musik mappadendang. Dalam pelaksanaan

mappadendang terjadi hubungan interkasi sosial, bekerjasama, gotongroyong

antara masyarakat. Dalam Desa Paccekkeq masyarakat yang sudah berusia tua

Page 15: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

5

maupun masih muda, wanita dan laki-laki berbondong-bondong menyaksikan

tradisi tersebut. mappadendang menjadi hal penting di dalam masyarakat Desa

Pacekkeq.

Perihal mappadendang sebelumnya sudah dikaji tetapi nilai solidaritas belum

ada yang mengkajinya. Pandangan masyarakat terhadap mappadendang di Desa

Paccekkeq masih kurang maka dari itu perlu di kaji dari segi ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan nilai-nilai yang tersirat di dalam tradisi mappadendang.

Hal tersebut menjadi penting dikaji disebabkan tradisi mappadendang

mengandung nilai-nilai sosial budaya yang dimiliki masyarakat Paccekkeq,

sementara itu banyak generasi yang kurang pengetahuan tentang tradisi ini

sehingga tradisi mappadendang terancam punah. hal ini disebabkan kurangnya

rasa ingi tahu generasi muda dan masyarakat untuk mengenal budaya yang ada di

daerahnya sendiri.

B. Identifikasi masalah

Dalam tradisi mappadendang mengandung beberapa nilai sosial yang sampai

pada saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakat Desa Paccekkeq, oleh

karena itu nilai-nilai tersebut perlu diungkap lebih jelas melalui kajian ilmiah.

1. Tradisi mappadendang mengandung nilai pendidikan. Proses pendidikan

mengalami perkembangan dari tahun ke tahun yang memilki dampak

positif maupun negatif . dampak-dampak itulah perlu diungkap melalui

kajian ilmiah.

Page 16: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

6

2. Dalam tradisi mappadendang mengandung nilai agama sejalan dengan

perkembangan agama islam, khususnya pengaruh paham islam

muhammadiyah dalam system kepercayaan dan organisasi agama

keberadaan mappadendang diposisikan sebagai tradisi yang kontroversi.

3. Nilai solidaritas sosial dari hari ke hari semakin memudar seiring dengan

partisipasi masyarakat terhadap upacara-upacara lokal sendiri menipis.

C. Batasan masalah

Sebagai mana yang telah dikemukakan pada identifikasi masalah di atas,

penulis tidak membahas secara keseluruhan karena adanya keterbatasan penulis.

Penulis memfokuskan penelitian ini pada nilai solidaritas dalam tradisi

mappadendang.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi mappadendang yang dilaksanaka

n oleh masyarakat Paccekkeq Kabupaten Barru?

2. Bagaimana

bentuk pelaksanaan tradisi mappadendang yang dilaksanakan

oleh masyarakat Paccekkeq Kabupaten Barru?

3. Fungsi sosial apakah yang terdapat dalam tradisi mappadendang bagi

masyarakat Paccekkeq ?

Page 17: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

7

E. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan tradisi mappadendang pada

masrakat Paccekkeq.

2. Menjelaskan bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi mappadendang pada

masrakat Paccekkeq.

3. Mendeskripsikan fungsi sosial tradisi mappadendang pada masyarakat

Paccekkeq.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu manfaat teoritis

daan praktis.

1. Manfaat Teoritis

1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan kebudayaan

dalam bentuk tradisi mappadendang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi ilmiah

mengenai gambaran tentang tradisi khususnya tradisi mappadendang.

2. Manfaat Praktis

Page 18: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

8

1. Untuk memberikan atau menambah pengetahuan bagi penulis atau

pembaca.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan dokumentasi sebagai usaha untuk

melestarikan dan mengembangkan budaya yang telah ada.

Page 19: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori merupakan alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori maka

hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja. Teori adalah landasan

dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukakn

utama dalam pemecahan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai

pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan teori yang

berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan

ini. Untuk melihat nilai-nilai ataupun fungsi-fungsi upacara kebudayaan

masyarakat, penulis menggunakan teori fungsionalisme struktural.

Antropologi budaya sebagai cabang ilmu menyoroti kebudayaan manusia.

Antropologi budaya, merupakan ilmu atau disiplin ilmu yang kahir-akhir ini

semakin meluas cakupannya. Bidang-bidang perhatian yang menekuni segi-segi

tertentu dari kehidupan manusia semakin bertambah dengan semakin

kompleksnya kehidupan manusia.

Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji umat manusia sebagai

mahluk masyarakat. Perhatiaanya terutama ditunjukka kepada sifat khas ragawi,

cara produksi, tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu

berbeda dengan pergaulan hidup lainnya. Dengan demikian dari sudut pandang

ilmu antroplogi, manusia dipandang dari sisi manusia sebagai mahluk primat

(biologi ) dan manusia sebagai mahluk sosial budaya (Wiranata, 2002:32)

Page 20: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

10

1. Struktural-Fungsionalisme

Untuk melihat nilai-nilai, ataupun fungsi-fungsi upacara kebudayaan

masyarakat, penulis menggunakan teori fungsionalisme struktural.

Seperti halnya dengan semua teori, fungsionalisme struktural juga bertumpu

pada sejumlah asumsi tentang hakikat manusia dan masyarakat. Asumsi-asumis

tersebut cenderung bersifat konservatif lebih terpusat pada struktur sosial yang

ada darpada perubahan sosial. Masyarakat dianggap terdiri dari bagian-bagian

yang secara teratur saling berkaitan (Polama, 2007: 42)

Struktural-fungsionalisme merupakan teori yang menafsirkan masyarakat

sebagai sebuah struktur atau system dengan bagian-bagianyang memiliki

fungsinya masing-masing yang saling berhubungan. Berbicara tentang pendekatan

fungsional-struktural, maka dapat dimulai dengan melihat keanekaragaman yang

terdapat dalam masyarakat. Keanekaragaman tersebut dapat dilihat dalam struktur

social masyarakat. Struktur social adalah sebuah entitas atau kelompok

masyarakat yang berhubungan satu sama lain, yaitu pola yang relatif dan

hubungannya di dalam sistem sosial, ataukepada institusi sosial dan norma norma

menjadi penting dalam sistem sosial tersebut sebagai landasan masyarakat untuk

berperilaku dalam system sosial tersebut.

Untuk melihat dan memahami pendekatan fungsional-struktural orang harus

melihat sejarah perkembangan pendekatan fungsgional. Malinowski (1884-1942)

dididik di Polandia sebagai seorang ahli matematika. Kemudian mempelajari

antropologi di Inggris selama 4 tahun dan selama perang dunia I tinggal di antara

Page 21: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

11

penduduk asli pulai Trobriand. Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori

yang dinamakan Fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua

unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsure itu terdapat.

Kata lain pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan

bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan

dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat.

Memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Menurut

Malinowski fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk

memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari

kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat

(Ihromi 1981: 59).

Pemikiran fungsionalisme struktural sangat dipengaruhi oleh pemikiran

biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri

atas organ-organ yang saling tergantung. Ketergantungan tersebut merupakan

hasil atau konsekuensi agar organism tersebut tetap dapat bertahan hidup,

Fungsional struktural juga bertujuan mencapai kesatuan sosial. Ahli lainnya

adalah Radclife-Brown (1881-1955), seorang ahli lain dalam antropologi sosial

mendasarkan teorinya mengenai perilaku manusia pada konsep fungsionalisme.

Deskripsi etnografi The Andaman Islander itu merupakan suatu contoh lain dari

suatu deskripsi terintegrasi secara fungsional, berbagai upacara agama dikaitkan

dengan mitologi atau dengan dongeng suci yang bersangkutan, dan pengaruh dan

efeknya terhadap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas desa

Andaman yang kecil menjadi tampak jelas (Koendjaraningrat 2007:174)

Page 22: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

12

Metodologi deskripsi tersebut dengan sengaja dan sadar dipergunakannya,

bahkan dirumusan pada bagian pertama dari bab mengenai upacara sebagai

berikut:

1. Agar suatu masyarakat dapat hidup, maka harus ada suatu sentimen dalam

jiwa para warganya yang merangsang mereka untuk berperilaku sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda yang dengan

demikian mempunyai efek pada solidaritas masyarakat, menjadi pokok

orientasi dari sentiment tersebut.

3. Sentimen itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat

sebagai akibat pengaruh hidup masyarakatnya.

4. Adat istiadat upacara adalah wahana yang dengan sintimen-sintimen itu

dapat diekspresikan secara kolektif dan berulang pada saat-saat tertentu.

5. Exspresi kolektif dari sentimen memelihara intensitas sentiment itu dalam

jiwa warga masyarakat, dan bertujuan meneruskannya kepada warga-

warga dalam generasi berikutnya (Koendjaraningrat 1922: 233-234)

Radcliffe-Brown kemudian menyarankan untuk memakai istilah fungsi

sosial guna menyatakan efek dari suatu keyakinan, adat, atau pranata, kepada

solidaritas sosial dalam masyarakat itu (Koenjaraningrat 2007:175)

Berlainan dengan Malinowski, Redcliffe-Brown berpendapat bahwa berbagai

aspek perilaku sosial, bukanlah berkembang untuk memuaskan kebutuhan

individual, tetapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat.

Page 23: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

13

Struktur sosial dari suatu masyarakat adalah keseluruhan jaringan dari hubungan-

hubungan sosial yang ada. Dalam biologi, sumbangan dari suatu organ terhadap

kesehatan tubuh manusia atau kehidupan binatang dapat dinilai dengan misalnya

mencoba menghilangkan organ tersebut.

Berbeda dengan unsur budaya dari satu masyarakat untuk melihat datkah

unsur itu memberi jasa dalam pemeliharaan struktur masyarakat bersangkutan.

Mungkin saja suatu kebiasaan tertentu tidak ada kaitan apa-apa dengan

pemeliharaan struktur masyarakat atau mungkin malahan merugikan bagi hal itu.

(Ihromi 1981:61).

Radcliffe-Brown adalah orang yang dianggap sangat berpengaruh, baik dalam

antropologi maupun sosiologi. Aspek fungsionalisme Radcliffe-Brown

digabungkan dengan dengan pendekatan strukturnya yang kemudian

menghasilkan pendekatan fungsionalisme struktural baik dalam pemikiran

sosiologi maupun antroplogi sosial (Gising, 2008: 262).

Satu masalah terbesar dari pendekatan teori fungsionalis-struktural ini, adalah

sulitnya untuk menentukan apakah satu kebiasaan tertentu pada nyatanya

berfungsi dalam arti membantu pemelirahaan sistem sosial masyarakat.

Ada tiga konsep vital yang sering digunakan Radcliffe-Brown yaitu proses

(process), fungsi (function ), dan struktur (structure). Proses sosial mengacu pada

sebuah unit aktifitas sosial sehingga regularitas proses sosial menjadi sangat

penting. Radcliffe-Brown mengangkat konsep fungsi dari psikologi. Dia percaya

bahwa istilah fungsi dalam ilmu sosial sama dengan istilah proses dalam psikologi

Page 24: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

14

yang menghubungkan antara struktur dengan kehidupan dalam kasus

bermasyarakat, fungsinya terletak pada struktur sosial dengan kehidupan sosial.

Fungsi menurut Brown, mengacu pada hubungan antara prosses dengan struktur

sosial. Dapa juga dikatakan bahwa fungsi merupakan kontribusi suatu elemen

yang membentuk keseluruhan sistem sosial (Gising, 2008: 263).

Struktur (structure) mengacu pada sejumlah bahagian pengaturan organisasi.

Dalam struktur sosial, bahagian kepribadian inilah yang mendorong seseorang

untuk berpartisipasi di dalam kehidupan sosial, sehingga menduduki status dalam

jaringan sosial (social network). Jaringan sosial terbentuk dari hubungan sosial

antara manusia di dalam sebuah masyarakat, yang dikontrol oleh norma-norma

atau pola-pola (Gising, 2008: 264).

2. Konsep Nilai

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan

atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara

pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen

pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang

benar, baik, atau diinginkan. Batasan nilai dapat mengacu kepada berbagai hal

seperti minat, kesukaan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, daya tarik( atraksi)

dan yang lain-lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

Akan tetapi, segala sesuatu yang sifatnya merupakan manifestasi perilaku reflex

atau hasil proses kimia di dalam tubuh, itu bukan merupakan nilai.

Page 25: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

15

Nilai adalah sesuatu yang berharga, brguna, bermutu, menunjukkan kualitas,

dan berguna bagi manusia. Sesuatu bernilai berarti sesatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan

hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai berkaitan dengan cita-cita,

harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat batiniah. Jadi nilai adalah suatu

kualitas yang merujuk pada sifat yang ideal dan berkaitan dengan istilah “apa

yang seharusnya” atau sollen (Rafiek, 2012:67).

Nilai adalah prinsip umum tingkah laku abstrak yang ada dalam alam pikiran

anggota-anggota kelompok yang merupakan komitmen yang positif dan standar

untuk mempertimbangkan tindakan dan tujuan tertentu. Fungsi nilai adalah

sebagai pedoman, dorongan tingkah laku manusia dalam hidup (Rafiek, 2012:68).

Jenis nilai menurut intensitasnya, ada yang disebut nilai-nilai yang

tercernakan nilai-nilai yang dominan, nilai-nilai yang tercernakan (interalized

values ) merupakan suatu landasan bagia reaksi yang diberikan secara otomatis

terhadap situasi-situasi tingkah laku eksistensi. Nilai-nilai tercernakan tidak dapat

dipisahkan dari individu, serta bentuk landasan bagi hati nuraninya, dan timbul

apabila terjadi penyimpangan terhadap nilai- nilai tersebut maka akan timbul

perasaan malu atau bersalah yang sulit dihapuskan. Nilai-nilai tercernakan bagi

individu-individu artinya individu itu menghayati atau menjiwai suatu nilai

sehingga ia akan memandang keliru pola perilaku yang tidak sesuai dengan nilai

tersebut. Sedangkan nilai yang dominan artinya nilai-nilai yang lebih diutamakan

dari pada nilai-nilai lain (Sukirma, 1999: 134)

Page 26: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

16

Fungsi nilai-nilai dominan adalah sebagai suatu latar belakang atau kerangka

patokan bagi tingkah laku sehari-hari. Kriteria suatu nilai itu dominan, ditentukan

oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Luas tidaknya rung lingkup itu pengaruh nilai tersebut nilai tersebut dalam

aktivitas total dari sistem nilai.

2. Luas tidaknya pengaruh nilai itu dirasakan oleh kelompok masyarakat.

3. Gigih tidaknya (intensitas) nilai tersebut diperjuangkan atau

dipertahankan.

Sementara, Djahri (suparlan, 1981) memaknai nilai dalam dua arti, yaitu:

1. Nilai merupakan harga yang diberikan seseorang atau kelompok orang

terhadap sesuatu yang didasarkan pada tuturan nila (value sistem) dan

tatanan keyakinan ( Belief sistem) yang ada dalam diri kita atau kelompok

manusia yang bersangkutan. Harga yang dimaksud dalam defenisi adalah

harga afektual, yakni harga yang menyangkut dunia afektif manusia.

2. Nilai merupakan isi pesan, semangat atau jiwa, kebermaknaan (fungsi

peran yang tersirat atau dibawakan sesuatu.

Berdasarkan pengertian nilai diatas dapa disimpulkan bahwa nilai adalah

harga yang diberikan sesorang atau kelompok gterhadap sesuatu (materil,

immateril, personal, kondisional) atau harga yang dibawakan / tersurat atau

menjadi jati diri manusia. Dari berbagai pendapat tentang nilai diatas, maka dapat

dikemukakan batasan nilai, yaitu nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia

Page 27: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

17

sebagai subjek, menyangkutsegala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dan seleksi perilaku yang

ketat..

4. Nilai Solidaritas Dalam Masyarakat

Solidaritas adalah sesuatu yang sangat identik di masyarakat karena

dibutuhkan dalam sebuah kelompok untuk kepentingan bersama dan menjaga

kelangsungan hidup para anggota kelompok. Solidaritas sosial adalah

kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut

bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Jhonson, 1986:

181)

Solidaritas dalam sebuah tradisi sangat di perlukan kerja sama antar anggota

atau kelompok. Solidaritas identik dengan interaksi pada masyarakat, solidaritas

masyarakat dapat dilihat diberbagai perayaan ritual dan permainan. Dalam

solidaritas kebudayaan atau tradisi ada rasa yang meliputi jiwa manusia

mewujudkan kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas misalnya

agama, ideology kebatinan kesenian dan semua ekspresi dari jiwa manusia

sebagai anggota masyarakat (Hartono, 1993: 38)

Durkheim menguraikan dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas mekanis

dan solidaritas organis. Dia berasal dari golongan masyarakat tradisional yang

pembagian kerja dalam masyarakatnya masih rendah, norma-norma yang

Page 28: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

18

cenderung refresif dan masih adanya kesatuan sosial dalam tingkat yang tinggi.

Solidaritas organik disisi lain adalah sifat yang lebih maju, sebuah masyarakat

industry dalam pembagian kerja yang begitu kompleks (tidak sama),

meningkatnya hubungan kontrak (yang diikat dengan perjanjian) dan memiliki

tingkat integrasi sosial yang lebih rendah. Dalam hal ini, upaya kontrol individu

menjadi lemah menuju suatu keadaan berkurangnya norma-norma (normless)

yang lebih tinggi dalam masyarakat (Kinloch, 2009: 90)

Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat tradisional

menuju masyarakat modern, salah satu komponen utama masyarakat yang

menjadi perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat

adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk

solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat

modern. Jadi berdasarkan bentuknya solidaritas sosial masyarakat di bedakan

menjadi solidaritas sosial mekanik dan solidaritas sosial organik.

a. Solidaritas sosial (mekanis)

Durkhem percaya bahwa solidaritas yang dianut adalah masyarakat primitive

adalah solidaritas mekanis, sebab manusianya belum berbagi-bagi dan masih

terikat oleh persahabatan, ketetanggaan dan kekerabatan seolah-olah mereka

diikat dengan kekuatan eksternal (external force) saja. Solidaritas masyarakat di

pandang oleh Durkhem sebagai kesatuan integrasi dari fakta-fakta sosial.

Masyarakat memiliki kesadaran kolektif yang membuahkan nilai-nilai dan

Page 29: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

19

menjadikan nilai nilai tersebut sebagai sesuatu yang ideal bagi individu (Bachtiar,

2006: 88).

Masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah

perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim, seluruh

anggota masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yaitu suatu

kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan

kelompok, dan bersifat ekstrim serta memaksa. Kondisi seperti ini biasanya

dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Belum terdapat saling

ketergantungan diantara kelompok yang berbeda karena masing-masing kelompok

dapat memenuhi kebutuhannya sendiri karena masih didominasi oleh kesadaran

kelompok atau kesadaran kolektif. (Sunarto, 2004:128).

b. Solidaritas sosial (Organik)

Solidaritas organik menurut Durkhem dikarakteristik dengan spesialisasi,

divisi buruh dan saling ketergantungan. Durkhem menyajikan sosiologi

pengetahuan dan fakta-fakta moral memiliki dualitas. Fakta-fakta ini

menimbulkan respek dan rasa memiliki kewajiban. Durkhem berpenderian bahwa

pemikiran bergantung pada bahasa dan bahasa bergantung pada masyarakat (

Bachtiar, 2006: 90)

Masyarakat dengan solidaritas organik tingkat heterogenitas semakin tinggi,

karena masyarakat semakin plural. Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat,

prestasi, dan karir individual menjadi dasar masyarakat pluralistik. Masyarakat

Page 30: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

20

yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru karena adanya

perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki

pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda (Ritzer & Goodman, 2008: 90-

91)

Durkheim menegaskan bahwa perkembangan pembagian kerja pun akan

didikuti integrasi masyarakat melalui “solidaritas organik” yang menimbulkan

ikatan yang saling menguntungkan dan kontribusi anggota masyarakat akan saling

melengkapi.

Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok

berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri

dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. Tipe solidaritas

yang didasarkan atas kepercayaan dan setiakawan ini diikat oleh apa yang oleh

Durkheim dinamakan conscience collective yaitu suatu system kepercayaan dan

perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Lambat laun

pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas

mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat dengan solidaritas

organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua

kebutuhanya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar

dengan orang atau kelompok lain. (M. Setiadi 2007: 89).

Suatu upacara atau ritual berfungsi untuk menetapkan solidarias sosial. Dan

solidaritas sosial ini dipertahankan untuk memungkinkan masyarakat memainkan

peranannya yang telah disepakati bersama, yakni memelihara keberlangsungan

Page 31: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

21

sistem sosial. Disisi lain dalam kehidupan sehari-hari kata struktural digunakan

dalam kaitanya dengan petanda dan penanda.

Disimpulkan bahwa solidaritas merupakan alat yang seharusnya dijadikan

anggota masyarakat sebagai alat untuk memupuk rasa persaudaraan antar anggota

masyarakat. Dengan adanya solidaritas masyarakat menjadi lebih bisa mengerti

keadaan sesama warga, selain itu mereka juga bisa saling tolong menolong antara

warga masyarakat. Di dalam bersolidaritas sosial juga sangat diperlukan sekali

interaksi sosial karena pada umumnya saat melakukan solidaritas sosial kita sudah

melakukan interaksi sosial pula, dan rasanya sangat tidak mungkin apabila dalam

bersolidaritas tidak ada sama sekali interaksi di dalamnya yang terjadi antar

sesama anggota masyarakat, sehingga apabila solidaritas sosial telah terjadi maka

secara tidak langsung telah terjadi interaksi sosial di dalamnya.

5. Tradisi

Tradisi berasal dari kata traditium pada dasarnya berarti segala sesuatu yang

diwarisi dari masa lalu. Tradisi merupakan hasil cipta rasa dan karya manusia

objek manterial, kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lemabaga yang diwariskan

dari satu generasi ke genari berikutnya. Sesuatu yang diwariskan tidak berarti

harus diterima, dihargai, diasimilasi, atau disimpan sampai manti. Bagi para

pewaris setiap apa yang mereka warisi tidak dilihat sebagai tradisi, tardisi yang

diuterima akan menjadi unsur yang akan hidup didalam kejhidupan para

pendukungnya. Ia menjadi bagia dari masa lalu yang akan dipertahankan sampai

sekarang dan mempunyai kedudukan yang sama dengan inovasi-inovasi baru.

Page 32: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

22

Tradisi adalah suatu kebiasaan, suatu kepercayaan yang sudah sangat

mendarah daging pada suatu masyarakat, yang apa bila tidak dilaksanakan atau

menyimpang akan mengakibatkan suatu kejelekan (Rafiek 2011:38).

Tradisi merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungny

a. Oleh karena itu pelaksanaannya sangat penting artinya bagi pembinaan sosial

budaya masyarakat yang bersangkutan. Hal itu disebabkan salah satu fungsi dari

tradisi adalah sebagai penguat norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah

berlaku (Supanto, 1992: 221-222).

Teori merupakan alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori, maka

hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja. Teori adalah landasan

dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan

utama dalam memecahan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai

pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan teori yang

berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

tulisan ini. Adapun teori yang penulis gunakan adalah seperti yang telah diuraikan

diatas.

B. Penelitian Relevan

Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat

istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai budaya tediri dari konsep-konsep

mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga suatu

masyarakat yang bersangkutan. Dalam sistem masyarakat, baik yang kompleks

Page 33: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

23

maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan dan

bahkan telah menjadi sitem.

Upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari kebuyaan

masyarakat pendukungnya yang berfungsi sebagai pengokohan norma-norma

serta nilai-nilai budaya masyarakat secara turun-temurun. Kerjasama dalam

penyelenggaraan upacara tradisional jelas dapat mengikat rasa solidaritas warga

masyarakat yang merasa memiliki kepentingan bersama.

Perihal Mappadendang sebelumnya sudah dikaji tetapi nilai solidaritas belum

ada yang mengkajinya. mappadendang di desa paccekke sudah lama dilaksanakan

tetapi di kaji secara khusus dari segi ilmu pengetahuan belum pernah. Pandangan

masyarakat terhadap Mappadendang di Desa Paccekke masih kurang maka dari

itu perlu di kaji dari segi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang

tersirat di dalam tradisi Mappadendang.

Diantara beberapa penelitian yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti

diantaranya sebagai berikikut.

Thomas Schewer (2000) dalam gerbang Jurnal pemikiran Agama dan

Demokrasi dengan judul materi “Solidaritas dan Ritualisme Orang Jawa”. Dalam

jurnal ini Thomas Schewer menulis tentang acara ritual slametan di pedesaan

yang merupakan ritual pokok yang dirayakan oleh para petani Jawa. Serta

slametan yang merupakan sarana utama masyarakat jawa untuk membangun

solidaritas sosial.

Page 34: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

24

Muhannis (2009) upacara adat Mappogau Hanua: tradisi megalitik dalam

kepercayaan adat karampuang Kabupaten Sinjai. Pada umumnya dalam

penulisannya belum masuk kedalam ranah pemaknaan berbagai ritual adat yang

dilakukan oleh komunitas yang bersagkutan. Serta upacara-upacara tradisional

lainnya yang dituliskan oleh Muhannis, (2004) yang menuliskan tentang sejarah

Karampuang. Upacara dan ritual-ritual adatnya, serta Lembaga Adat Karampuang

di Kabupaten Sinjai. Penelitian itu digarap dalam buku yang berjudul “

Karampuang dan Bunga Rampai Sinjai” dari pembahasan secara lengkap dalm

buku-buku yang pernah ditulis oleh Muhannis adalah tentang sejarah, arsitektur,

serta upacara-upacara tradisional Karampuang saja.

Firmansyah (2012) membicarakan tentang nilai solidaritas dalam upacara

Macceraq Tappareng beserta nilai solidaritas yang terkandung dalam upacara

tersebut di Kabupaten Wajo. Upacara tradisional ini berkaitan dengan alam dan

kepercayaan pada masyarakat Danau Tempe yang hampir puna. Hasil penelitian

ini membahas tentang proses pelaksanaan upacara adat macceraq tappareng dan

nilai solidaritas masyarakat Wajo disetiap proses pelaksanaan upacara macceraq

tappareng di Kabupaten Wajo.

Emminarti (2012) Disfungsi Pesta Rakyat Mappadendang Pada Masyarakat

Talepu di Kabupaten Soppeng. Dalam penelitiannya Emminarti membahas

disfungsi pesta rakyat mappadendang, dan fungsi-fungsi yang mengalami

pergeseran yang masing-masing memiliki hubungan antara yang satu dengan yang

lainnya.

Page 35: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

25

Hardianti Hasyim (2013) Nilai Gotong Royong Dalam Ritual Adat

Masyarakat Karamapuang Di Kabupaten Sinjai. Pada penelitiannya Hardianti

Hasyim membahas tentang Nilai Gotong Royong pada ritual adat masyarakat

Karampuang di Kabupaten Sinjai. Fokus yang dikaji dalam penelitian ini dalah

prosesi pelaksanaan ritual-ritual adat yang terjadi dalam upacara Mappogau

Sihanua, Ritual Maddui’, serta acara Mappattinro Resse’ pada masyarakat

Karampuang. Hasil penelitian ini mengimpormasikan prosesi pelaksanaan upacara

dalam ritual-ritual adat Karampuang di Kabupaten Sinjai yang terdiri atas Upacara

adat Mappogau Sihanua, Ritual Maddui’, serta acara Mappattinro Resse’. Nilai

gotong-royong dalam ketiga ritual adat tersebut dapat terlihatpada setiap tahap

prosesi pelaksanaannya ritual dengan adanya kebersamaan, kerjasama, dan

solidaritas yang terjalin dalam masyarakat yang ikut aktif dan meramaikan dalam

prosesi pelaksanaan ritual mulai tahap persiapan sampai tahapakhir.

Melihat kelima penelitian di atas, tradisi mappadendang sebelumnya sudah

diteliti di berbagai tempat meskipun dengan kajian yang berbeda akan tetapi

penulis lebih tertarik pada nilai solidaritas. Nilai solidaritas sosial dari hari ke hari

semakin memudar seiring dengan partisipasi masyarakat terhadap upacara-

upacara lokal sendiri menipis.

Melihat kemajuan teknologi dewasa ini semakin mempengaruhi kehidupan

masyarakat, sistem pengetahuan dan teknologi bersama unsur-unsur budaya asing

telah masuk ke dalam masyarakat pedesaan, bahkan turut mengembangkan dan

memberi dorongan agar terselenggaranya kehidupan modern, maka dari itu

Page 36: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

26

penulis tertarik mengungkap nilai solidaritas masyarakat melalui kajian ilmiah

terhadap tradisi mappadendang.

Penulis ingin menguraikan secara meluas aktivitas dan wujud tradisi

Mappadendang serta bagaimana perilaku masyarakat dalam tradisi

Mappadendang yang menjadikan penguatan solidaritas sosial.

Nilai-nilai kehidupan yang mula-mula menjadi acuan suatu kelompok,

masyarakat atau bangsa menjadi goyah akibat masuknya pengaruh nilai-nilai dari

luar. Nilai-nilai budaya lama yang bersipat tradisi lambat laun akan pudar dan

hilang. Untuk menghindari penulisan yang tumpang tindih, penulis mengkaji nilai

solidaritas sosial masyarakat Bugis dalam tradisi mappadendang. Adapun lokasi

penelitiannya yaitu terletak tepat di Kecamatan Soppeng riaja, Desa Paccekke

Kabupaten Barru.

C. Kerangka Pikir

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu mengetahui Bagaimana proses

tradisi mappadendang, bagaimana nilai sosial yang tergambar dalam pelaksanaan

tradisi mappadendang dan mengetahui apa fungsi tradisi mappadendang bagi

masyarakat Paccekke. Berdasarkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini, penulis akan memaparkan bagaimana proses tradisi mappadendang,

bagaimana nilai sosial yang tergambar dalam pelaksanaan tradisi

mappadendang dan mengetahui apa fungsi tradisi mappadendang bagi

Page 37: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

27

masyarakat Paccekke. Kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada skema

berikut ini:

Masyarakat Paccekkeq

Tradisi Mappadendang

Proses Tradisi

Mappadendang

Bentuk Tradisi

Mappadendang

Fungsi Tradisi

Mappadendang

Nilai solidaritas sosial tradisi

Mappadendang

Teori Brown

Nilai Solidaritas sosial

dalam Tradisi

mappadendang

kerjasama

Gotong Royong

Perekat Sosial

Page 38: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

28

D. Definisi Operasional

Dalam penulisan penelitian ini, penulis akan mengutarakan atau

mengungkapkan penjelasan-penjelasan segala sesuatu yang terkait di dalamnya.

Sehubungan dengan hal ini, penulis akan memberi batasan-batasan pengertian

dalam penelitian ini.

1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, brguna, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu bernilai berarti sesatu itu

berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

2. Solidaritas adalah kesepakan bersama dan dukungan, kepentingan dan

tanggung jawab antara individu dalam kelompok, terutama karena

diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan tindakatan kolektif untuk

suatu hal.

3. Tradisi adalah suatu kebiasaan, suatu kepercayaan yang sudah sangat

mendarah daging pada suatu masyarakat, yang apa bila tidak dilaksanakan

atau menyimpang akan mengakibatkan suatu kejelekan.

4. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terkait

dalam suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

5. Fungsi mengacu pada struktur sosial dengan kehidupan sosial dapat juga

dikatakan bahwa fungsi merupakan kontribusi suatu elemen yang

membentuk keseluruhan sistem sosial.

6. Proses tradisi mappadendang adalah urutan pelaksanaan dari tahap

persiapan hingga tahap pelaksanaan

Page 39: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

29

7. Bentuk tradisi mappadendang merupakan aktivitas masyarakat yang

berupa kerjasama gotong royong dan perekat sosial.

Page 40: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengunakan pendekatan struktural-fungsionalisme Redcliffe-

Brown dengan analisis yang bersifat deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, data

yang dikumpulkan berupa gambaran tentang tradisi mappadendang yang terbina

dalam upacara yang dilakukan oleh masyarakat Paccekkeq.

Penelitian deskriptif yaitu penelitan yang berusaha menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Penelitian ini bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Dengan metode deskriftif peneliti dapat menggambarkan nilai-nilai sosial yang

ada pada uapacara Mappadendang yang teknik penelitiannya berupa studi

literatus, studi dokumentasi, serta wawancara.

Penelitian kualitatif adalah mengamati orang-orang dalam lingkungan

hidupnya. Berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa mereka

dan tafsiran mereka, tentang dunia sekitarnya. Penelitian kualitatif pada

hakekatnya adalah tradisi tertentu Dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada kondisi alamiah dan

bersifat penemuan tentang tradisi mappadendang. Penelitian ini menekankan pada

Page 41: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

31

wujud mappadendang serta nilai Solidaritas sosial yang ada dalam pelaksanaan

tradisi mappadendang.

Inti dari metode ini adalah upaya untuk membuat gambaran mengenai situasi

atau kejadian dan memperlihatkan nilai-nilai solidaritas dan tindakan dari

kejadian yang menimpa orang atau masyarakat yang ingin kita pahami.

B. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah tradisi mappadendang pada masyarakat Paccekkeq.

Penelitian ini fokus pada nilai solidaritas sosial masyarakat Paccekeq sebagai nilai

utama yang tergambar disetiap pelaksanaan mappadendang.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paccekkeq, Kecamatan Soppeng Riaja,

Kabupaten Barru Sulawesi Selatan sebagai lokasi untuk mengumpulkan data.

Penetapan lokasi tersebut dilatarbelakangi dengan berbagai pertimbangan. Salah

satunya adalah masyarakat lokasi penelitian ini masih rutin melaksanakan tradisi

mappadendang sampai saat ini.

D. Data dan Sumber Data

Data pada dasarnya bahan mentah yang dikumpulkan oleh peneliti dari

dunia yang dipelajari (Sutopo, 2002: 73). Adapun data dalam penelitian ini adalah

data yang berwujud segala informasi yang diperoleh dari wawancara dengan

informan berkaitan dengan tradisi Mappadendang.

Page 42: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

32

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data

primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang paling utama dalam penelitian ini,

yang digunakan penulis sebagai acuan penelitian ini. Sumber data penelitian

ini adalah tokoh masyarakat.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang berkedudukan sebagai

penunjang penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi dan lain-lainnya yang relevan mengenai

tradisi Mauduq Lompoa.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian, ini metode pengumpulan data yang akan digunakna penulis

dalam mengembangkan sistem informasi akademik ini meliputi:

1. Metode Penelitian Pustaka

Metode penelitan pustaka yaitu mengumpulkan sejumlah sumber tertulis,

seperti buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi yang diperlukan dalam membahas objek

penelitian. Tujuan dari metode ini adaah memperoleh acuan pengetahuan dalam

memahami lebih lengkap objek penelitian yang menjadi pengamatan kajian.

2. Metode Penelitian Lapangan

a. Observasi

Page 43: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

33

Penulis melakukan pengumpulan data dengan mengadakan pemantauan

langsung objek masalah yang diteliti yaitu pada masyarakat Desa Paccekkeq

beserta upacara adatnya, dengan mengadakan langsung pengamatan dengan hal

yang terkait dengan masalah yang diteiliti yaitu mengamati langsunng segala

prosesi tradisi mappadendang

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh

keterangan tentang kejadian yang oleh ahli antropologi tak dapat diamati sendiri

secara langsung.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara Tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara langsung untuk mendapatkan

informasi dari informan yang berkaitan dengan masalah penelitian tentang nilai

solidaritas sosial dalam tradisi mappadendang di Kecamatan Soppeng Riaja,

Kabupaten Barru. Adapaun informan yang penilis wawancarai yaitu Kepala Desa,

Tokoh Masyarakat, Sanro Wanua,

c. Perekaman

Studi dokumentasi, yaitu studi yang dilakukan terhadap sumber-sumber

gambar. Hal ini bertujuan guna untuk mengumpulkan foto-foto serta hasil

rekaman dari responden-responden guna memperlihatkan kondisi nyata dari

Page 44: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

34

tempat penelitian da hasil penelitian atau hal-hal yang biasa dipakai sebaai bukti

keterangan.

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori dan satuan urai dasar. Tujuan analisis adalah untuk

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan inflementasikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunkana teknik pendekatan deskriptif kualitatif

yang merupakan suatu proses menggambarkan teknik pendekatan sasaran yang

sebenarnya, penelitian secara apa adanbya sejahuh peneliti dapatkan dari hasil

observasi, wawancara maupun dokumentasi.

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam pennelitian ini,

yaitu:

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara dan dokumentasi mengenai prosesi tradisi

mappadendang.

2. Mengelompokkan data yang sesuai dengan permasalahan, seperti

pproses pelaksanaan upacara tradisi mappadendang, struktur

fungsi dan nilai-nilai solidaritas yang terkandung didalamnya.

3. Menganalisis data, tahap menganalisis data setelah data-data

terkumpul dari hasil penelitian, analisis dilakukan dengan melihat

hasil penelitian tentang pelaksanaan tradisi mappadendang dengan

Page 45: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

35

menerapkan teori fungsionalisme-struktural yang berkaitan

dengan masalah sehingga dapat menghasilkan jawaban dan

kesimpulan yang diteliti.

4. Memaparkan atau mendeskripsikan laporan yang merupakan

kegiatan akhir dari penelitian.

Page 46: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Masyarakat Paccekkeq

Lokasi Desa Paccekkeq berada di dalam wilayah Kecamatan Soppeng Riaja

Kabupaten Barru. Data potensi Desa Paccekkeq (tahun 2016) menyebutkan bahwa

wilayah Paccekkeq memiliki luas 24 𝑘𝑚2 dengan jumlah penduduk 846 jiwa.

Secara administratif Desa Paccekkeq terdiri dari dua dusun yaitu dusun

Paccekkeq itu sendiri dan dusun Kading.

Desa yang jaraknya ±15 km ke arah timur dari jalan poros Makassar Pare-

Pare melalui Mangkoso bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau kendaraan

roda empat. Jalanan menuju Desa Pacccekkeq cukup baik, tetapi penuh dengan

kelokan dan tanjakan yang cukup menantang. Adapun batas administrasi desa

paccekkeq sebagai berikut:

a. Sebelah Utara :berbatasan dengan Desa Laubuluq

b. Sebelah Timur :berbatasan dengan Desa Kiru-kiru

c. Sebelah selatan :berbatasan dengan Desa Kading

d. Sebelah Barat :berbatasan dengan Desa Manuba

Page 47: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

37

Iklim Desa Paccekkeq, sebagaimana Desa-Desa lainnya di wilayah Indonesia

mempunyai iklim kemarau dan penhujan. Sehingga hal tersebut mempunyai

pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat Desa Paccekkeq.

Masyarakat Desa Paccekkeq adalah berlatar suku Bugis yang seluruhnya

beragama islam. Penyelenggaraan ibadah masyarakat desa Paccekkeq pada

umumnya didukung oleh sarana beribadah berupa masjid. Upacara-upacara

keagamaan yang banyak dilakukan, seperti upacara Maulid dan upacara Israq

Mijraj Nabi Muhammad SAW. Selain upacara besar islam lainnya seperti Idul

Fitri dan Idul Adha.

Secara resmi masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan adalah penganut agama

islam, namun beberapa kelompok penduduk Bugis yang walaupun mengaku

menganut agama islam, akan tetapi pada inti kepercayaanya terdapat konsep-

konsep kepercayaan lama, seperti kaum ToLotang dengan konsep-konsep Dewa

tertinggi yang disebut ToPalanroe. Konsep kepercayaaan mereka tersebut adalah

kepercayaan yang ada pada periode Galigo, zaman pemerintahan raja-raja Bugis-

Makassar yang tertua. Kepercayaan tersebut juga terdapat di Kajang, yang disebut

dengan kepercayaan Patunntung, yang dipimpin oleh seorang pemimpin

kepercayaan yang disebut dengan Ammatoa. Tetapi di Kalangan masyarakat

Bugis yang sudah menjadi penganut agama islam semenjak permulaan abad ke-

17, terutama di pedesaan masih terdapat tanggapan-tanggapan terhadap dunia gaib

yang berasal dari religi zaman pra islam. (Mattulada1985:59)

Page 48: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

38

Selain kepercayaan di atas, sebagian besar masyarakat Desa Paccekkeq masih

mempercayai hal-hal gaib. Kepercayaan gaib itu merupakan kepercayaan

dinamisme dan animisme yang menganggap roh nenek moyang masih dapat

mempengaruhi keadaan keluarga yang masih hidup. Oleh karena itu agar

kekuatan-kekuatan gaib yang berada di sekelilingnya dapat memberikan mereka

ketenangan hidup. Mereka berusaha mententramkan hidupnya dengan kekuatan-

kekuatan gaib tersebut, untuk mencapai ketenangan ini mereka berusaha

mengadakan upacara karena menganggap dengan ucapan itu memberikan

kehidupan yang tenang dan sejahtera dalam keluarganya.

B. Tradisi Mappadendang Pada Masyarakat Paccekkeq

Tradisi mappadendang dilaksanakan masyarakat Desa Paccekkeq sebagai

bentuk rasa syukur setelah melakukan panen serta sebagai bentuk penghormatan

kepada Dewi Padi (Sangiyang Sèrri) agar mendapat keberkahan yang lebih dari

sebelummnya dari sang kuasa. Pelaksanaan mappadendang khususnya di

Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru sering dilaksanakan di Desa

Lampoko, Desa Siddo, Desa Kading dan Desa Paccekkeq.

Tradisi mappadendang pada suku Bugis atau bisa disebut sebagai pesta panen

adat Bugis di Sulawesi Selatan. Pesta ini disebut sebagai pesta kaum tani pada

suku Bugis dan pesta rasa syukur atas keberhasilan dalam proses penanaman padi.

Pesta tani ini dilakukan dengan cara besar-besaran oleh kelompok masyarakat dan

diyakini mengandung makna yang mendalam bagi penganutnya.

Page 49: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

39

Mappadendang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yaitu setiap setelah

panen raya atau setelah panen berlangsung. Padi tahunan biasannya dituai pada

panen kedua musim timur (timoroq) dalam siklus waktu satu tahun. Pelaksanaan

mappadendang dilaksanakan selama empat hari. Selama empat hari tersebut

masyarakat dari Desa Paccekkeq maupun dari luar desa tersebut datang dan turut

meramaikan, bahkan masyarakat yang berada di luar daerah menyempatkan hadir

untuk menyaksikan acara tersebut.

1. Proses Tradisi Mappadēndang

Kumpulan data yang dianalisis dalam skripsi ini bersumber dari hasil

wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat langsung dalam proses

pelaksanaan tardisi mappadēndang dan dilengkapi pula dengan dokumen-

dokumemn yang mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini, maka penulis

akan menyajikan berikut ini hasil-hasil analisis data secara sistematis tentang

pelaksanaan tradisi mappadendang di Desa Paccekkeq Kabupaten Barru dan nilai

solidaritas sosial pada pelaksanaan tradisi mappadendang.

a. Tahap Persiapan

Pelaksanaan tradisi mappadēndang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan. Tahap persiapan adalah tahap yang berguna untuk

memutuskan dan mengumpulkan alat serta bahan yang akan digunakan dalam

pelaksanaan tradisi mappadendang. Adapun tahapan dalam prosesi persiapan

tersebut seperti berikut:

Page 50: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

40

Musyawarah dalam tradisi mappadēndang. yaitu berembuk menyatukan

pendapat, yang ikut dalam musyawarah adalah para laki-laki dari Desa Paccekkeq

dan biasanya dilaksanakan di rumah kepala Desa Paccekkeq. Pelaksanaan

musyawarah tersebut guna membicarakan tentang penentuan hari baik dan juga

membicarakan tentang kondisi ekonomi dari masyarakat Desa Paccekkeq. Dalam

musyawarah juga dibentuk panitia pelaksana mappadēndang. agar acara tersebut

berjalan lancar.

Dalam pembentukan panitia mappadēndang biasanya panitia berasal dari

warga Desa Paccekkeq. Dalam hal ini panitia dari masyarakat terdiri dari panitia

perlengkapan bahan misalnya bahan utuk membuat kue dan berbagai macam

makanan lainnya yang akan mereka suguhkan untuk para tamu ataupun sanak

keluarga yang datang menyaksikan mappadēndang.

Panitia anggaran, misalnya pantia pencarian dana berupa sumbangan dari

masyarakat setempat, panitia penyediaan alat, misalnya panitia yang menyediaan

lawasuji,palungeng, alu. tojang.

Page 51: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

41

Gambar 4.1 Musyawarah Masyarakat Desa Paccekkeq

Page 52: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

42

Gambar 4.2 Pembuatan Ayunan (Tojang)

Gambar 4.3 Pembuatan Palungeng yang Berbentuk Perahu

Page 53: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

43

b. Tahap pelaksanaan

Setelah mempersiapkan perlengkapan maupun peralatannya maka masuklah

pada tahap pelaksanaan mappadēndang. Adapun acara yang dilaksanakan dalam

tahap pelaksaaan adalah

1. Ma’baca Doang (baca doa)

Maqbaca Doang (baca doa ) merupakan proses berdoa bersama sebagai

tanda rasa syukur dan doa keselamatan bagi keluarga yang sudah meninggal

maupun yang masih hidup menurut kepercayaan mabsyarakat setempat. Dalam

pelaksanaan maqbaca doang masyarakat Desa Paccekkeq berkumpul di rumah

induk untuk mengikuti acara tersebut. Rumah induk yang dimaksud adalah rumah

yang ditunjuk oleh mamsyarakat setempat saat musyawarah, biasanya rumah

dekat dengan lapangan atau lahan kosong yang cukup luas. Maqbaca Doang

dilaksanakan pada saat sehari sebelum acara puncak, masyarakat melaksanakan

maqbaca doang karena mereka meyakini bahwa doa bersama tersebut merupakan

tanda rasa syukur masyarakat setempat serta doa keselamatan bagi keluarga yang

sudah meningggal maupun yang masih hidup.

Page 54: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

44

Gambar 4.4 Maqbaca Doang (baca doa)

2. Mappadēndang

Mappadēndang. atau yang lebih dikenal dengan sebutan pesta tani pada suku

Bugis merupakan suatu pesta syukur atas keberhasilannya dalam menanam padi

kepada Tuhan. Mappadēndang sendiri merupakan suatu pesta yang diadaakan

dalam rangka besar-besaran. Yakni acara penumbukan gabah pada lesung dengan

tongkat besar (Alu) sebagai penumbuknya. Mappadēndang adalah tradisi

menumbuk padi karena dulu tidak pakai mesin giling makanya mappadēndang.

Page 55: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

45

pun sebagai sesuatu yang sering dilakukan masyarakat untuk mengolah gabah

menjadi beras.

Pesta rakyat ini umumnya dilaksanakan oleh tujuh orang, yaitu terdiri dari

empat orang perempuan yang berperan sebagai Indoq padēndang dan 3 orang

laki-laki, yang dua berperan sebagai passeppi’ padēndang (sayap di kepala

lesung) dan satu lagi berperan sebagai Passere.

Bunyi ketukan alu yang berulang-ulang dan berirama yang diciptakan oleh

tujuh orang ini merupakan puncak dari tradisi mappad’ndang. Yang sangat

berperan dalam mapppadēndang ini adalah Passērē. Passērē dituntut untuk dapat

menciptakan suatu suasana yang meriah setelah panen tiba. Passērē dalam hal ini

akan menjadi suatu pusat perhatian yang akan menghibur semua penonton dengan

segala kelucuan yang akan ditampilkan untuk menghibur penonton. Bunyi

ketukan alu terus berlangsung sampai rangkaian acara tersebut selesai.

Mapppadēndang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali pada saat selesai

panen. Mapppadēndang terus dilaksanakan hingga saat ini karena masyarakat

tetap mempertahankan kepercayaan dan keyakinannya terhadap Dewi Padi

(Sangiyang Serri).

Page 56: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

46

Gambar 4.5 Mappadēndang

3. Mattojang (berayun)

Mattojang berasal dari bahasa bugis yang berarti ayunan. Mattojang

merupakan salah satu rangkaian yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam

pelaksanaan tradisi mappadēndang. yang telah menjadi tradisi masyarakat

setempat. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Paccekkeq konon turunnya

Page 57: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

47

Batara guru dari Boting Langi’ (negri khayangan ) dengan menggunakan tojang

pulaweng (ayunan emas). Tojang Pulaweng yang berarti ayunan emas. “Mitos

inilah yang kemudian berkembang dan menjadi kepercayaan masyarakat sehingga

melaksanakan Mattojang dalam acara mappadēndang.

Mattojang dilaksanakan dilapangan terbuka atau tempat yang telah ditentukan

saat musyawarah, mattojang dilaksanakan pada saat acara puncak. Sebelum

tojang digunakan oleh masyarakat setempat terlebih dahulu sanro kampong

membacakan mantra untuk keselamatan para gadis agar tidak terjadi sesuatu pada

saat tradisi sedang berlangsung dan juga mendapat keberkahan. Dalam

pelaksanaan mattojang anak-anak yang diayun harus menggunakna baju bodo

yang merupakan baju adat suku bugis.

Ayunan tersebut terbuat dari pohon randu yang kemudian di ikatkan pada

beberapa batang bambu sebagai penyangga serta bambu lainnya digunakan

sebagai tempat bergantungnya tali ayunan. Tali yang digunakan terbuat dari kulit

kerbau yang telah disimpan dan digunakan warga Desa Paccekkeq ketika ada

acara ritual saja.

Tradisi mattojang telah menjadi ritual yang turun temurun dan menjadi

simbol kedewasaan bagi masyarakat desa paccekkeq. Dengan adanya mattojang

dalam rangkaian mappadēndang mempunyai arti dan nilai tersendiri bagi

masyarakat Desa Paccekke’ dan terus mempertahankan pemahaman mereka

mengenai budaya tersebut dan terus melestarikannya.

Page 58: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

48

Gambar 4.6 Pembacaan Mantra Oleh Sanro Kampong Agar Ayunan

Tersebut Dapat Digunakan Oleh Masyarakat

4. Mappabbittē Manuq (sabung ayam )

Mappabbitē Manuq (sabung ayam ) yaitu adu antara dua ekor ayam dalam

sebuah arena. Mappabittē manuq atau lasim disebut sabung ayam sering

berkonotasi jelek. Kegiatan itu biasanya diidentikkan dengan perjudian. Namun di

Desa Paccekkeq mappabittē manuq menjadi simbol perdamaian.

Mappabittē manuq dilaksanakan oleh dua orng yang telah di tunjuk untuk

memulainya. Mappabittē manuq dilaksanakan di lapangan yang tidak jauh dari

Page 59: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

49

tempat mappadendang dan mattojang. Seluruh masyrakat Desa Paccekkeq

maupun orng yang berasala dari luar Desa Paccekkeq menyaksikan dan

menikmati acara tersebut.

Mappabbittē manuq merupakan simbol pengganti pertikaian, menurut

kepercayaan masyarakat Desa Paccekkeq. Dalam acara ini tidak ada ayam yang

dinyatakan menang atau kalah, baik ayam yang kalah dan menang sama-sama

disembelih untuk dinikmati bersama.

Gambar 4.7 Mappabittē Manuq (Sabung Ayam)

2. Bentuk Tradisi Mappadendang

Bentuk tradisi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah aktifitas masyarakat,

masyarakat dalam mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan

mappadeēndang. Agar terlaksananya dengan lancar pelaksanaan mappadendang

biasanya dilaksanakan oleh masyarakat setempat secara bersama-sama dengan

melibatkan segenap masyarakat dan berbagai lapisan sosial dan umum. Perbedaan

status sosial yang melekat pada masyarakat melebur menjadi satu. Berkumpul,

bekerja sama untuk mempermudah pekerjaan, sesekali bercengkrama demi

Page 60: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

50

mencapai tujuan tertentu yang sudah direncanakan. Masyarakat hidup

berdampingan dan berinteraksi karena manusia akan selalu hidup bergantung

dengan yang lainnya.

Sehari sebelum pelaksanaa mappadendang masyarakat khususnya kaum

wanita berbondong-bondong kerumah induk untuk mempersiapkan keperluan

mappadendang serta bahan makanan. Adapun peran yang diambil kaum laki-laki

yaitu mempersiapkan palungeng yang berbentuk perahu, lawasuji, tiang untuk

membuat ayunan.

Pesta syukur panen ini sangat dinanti oleh masyarakat setempat yakni

acara penumbukan gabah pada lesung (palungeng) dengan tongkat besar (alu)

sebagai penumbuknya. Kondisi sosial masyarakat yang kehidupan sosial

kebudayaannya dipengaruhi oleh pemahaman-pemahan warisan terdahulu

akan mempengaruhi keberlangsungan hidup dan bergantung pada kepercayaan-

kepercayaan terdahulu dengan mempertahankan budaya-budaya dilingkungan

akan menjadi basis sosial untuk kelangsungan hidup.

Upaya yang dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan solidaritas

dalam sebuah tradisi diantara mereka berbeda-beda, dari kelas satu dengan kelas

lainnya. Misalnya masyarakat yang sebagai penyelenggara dan ketua adat dan

masyarakat yang memberikan sumbansi kepada penyelenggara semua yang turut

terlibat dalam acara ritual dan tradisi. Biasanya mereka saling melengkapi saling

menghormati diantara sesama saling membantu dan lain sebagainnya. Adapun

bentuk aktivitas masyarakat dalah tradisi mappadendang adalah:

Page 61: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

51

a. Kerjasama

Kerjasama adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang atau

kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ketika kerjasama dalam masyarakat

tidak terjalin dengan baik maka hubungan masyarakat akan mengalami ketidak

harmonisan. Aktivitas tradisi mappadendang di Desa Paccekkeq selalu

bekerjasama dalam pelaksanaan ritual baik persiapan ritual dan pelaksanaan ritual

tersebut. Mereka mengutus perwakilan untuk mendatangi rumah warga.

Perwakilan tersebut meminta sumbangsi kepada warga. Bentuk kerjasama itu bisa

terlihat dari pembagian tugas yang dilakukan pada saat proses persiapan acara

sampai acara selesai.

b. Gotong Royong

Kegiatan gotongroyong pada saat pelaksanaan mappadendang akan

dilaksanakan yaitu membersihkan peralatan yang akan digunakan pada saat

melaksanakan tradisi mappadendang dan pada saat proses penyembeliyan hewan

semua di kerjakan secara bersama-sama.

Bentuk solidaritas yang dihasilkan dari hubungan sosial antar sesama

masyarakat yaitu saling tolong menolong disaat mereka yang berbeda stratifikasi

tapi menjalankan tradisi yang sama maka mereka akan senantiasa saling

membantu untuk melanjacarkan pelaksanaan tradisi sampai selesai di laksanakan.

Unsur kepercayaan masyarakat setempat yang menghormati padi sebagai

keberkahan dari langit, menjadi pedoman bagi seluruh warga Desa Paccekkeq.

Mereka dituntun untuk mengolah bumi bukan hanya mengikuti kepentingan

Page 62: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

52

peribadi, namun juga mementingkan kelanjutan alam yang lestari. Menjaga

keseimbangan bumi sesungguhnya adalah jalan terbaik bagi kehidupan manusia

demikian juga dengan lahan-lahan pertanian di Desa Paccekkeq setelah masa

tanam padi.

Mappadēndang merupakan tradisi khas dalam masyarakat Bugis yang

kebudayaanya berlatar belakang kehidupan yang bersifat agrasis. Tradisi ini sudah

sejak lama dilaksanakan oleh masyarakat Paccekkeq di sebuah desa di dalam

wilayah Kabupaten Barru. Tradisi mappadēndang pada dasarnya adalah bagian

dari sistem kepercayaan masyarakat Bugis pada masa lampau sebagai sistem

kepercayaan tentang Dewi, yakni Dewi Padi yang dalam hal ini disebut Sangiyang

Sērri.

Penamaan Dewi padi masyarakat Paccekkeq seperti halnya dengan seluruh

masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan dinamakan Sangiyang Sērri. Masyarakat

beranggapan bahwa Sangiyang sērri patutlah diberi perlakuan, jamuan dan rayuan

agar dia merasa senang atas manusia. Para petani sawah sangat mengenalnya

dengan akrab, bahkan banyak di antara mereka yang menganggapnya sebagai padi

itu sendiri. Sangiyang Sērri memang dipandang sebagai salah satu dewa yang

mengisi biji padi hingga kemudian menjadi beras. Itulah sebabnya mengapa,

seperti yang masih kita temukan di sejumlah kalangan petani, beras atau padi

pantang disia-siakan, karena itu berarti menyepelekan Sangiyang Sērri.

Itulah sebabnya dalam teks Mēommpalo Karellae atau mēompalo Bolongngē

sebagai teks yang terkait langsung dengan sistem kepercayaan Sangiyang Sērri di

Page 63: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

53

dalamnya secara tersurat mengajarkan moralitas dan etika masyarakat agar dapat

memuliakan Sangiyang Sērri untuk mencapai penghasilan padi yang baik, maka

dari itu masyarakat sepatutnya melakukan komunikasi dengan Sangiyang Sērri,

termasuk menghindari perilaku yang tidak disenanginya.

Ajaran moralitas Sangiyang Sērri ialah menghendaki manusia menjadi

pemurah, gemar tolong menolong, tidak pelit dan menghindari pergaulan bebas.

Pada sisi lain, Sangiyang Sērri pun memiliki hasrat untuk dimuliahkan melalui

ritus-ritus khusus yang dipersembahkan oleh masyarakat. Kepercayaan

masyarakat Bugis mengungkapkan bahwa, apabila petani memberikan

persembahan untuk pemuliaan terhadap Sangiyang Sērri selaku Dewi Padi, maka

dipercaya akan mendatangkan keberhasilan panen.

Padi akan tumbuh subur, tidak terkena hama penyakit serta tikus tidak akan

mengganggu tanaman padi. Bentuk persembahan untuk memberi jamuan pada

Sangiyang Sērri sebagai penguasa Padi, maka masyarakat Desa Paccekkeq

melaksanakan acara mappadēndang. Sebaliknya, apabila tidak melakukan ritual

pemujaan tersebut, maka situasi sebaliknya akan terjadi, yakni panen dipercayai

tidak akan berhasil atau gagal. Tradisi mappadendang pada masyarakat Desa

Paccekkeq sudah ada sejak berabad-abad dan rutin dilaksanakan setiap tiga tahun

sebagai ritus kolektif. Ritual mappadēndang terus-menerus berlangsung hingga

menembus abad ke- 21 ini.

Desa Paccekkeq adalah desa yang masih melestarikan kebudayaannya.

Upacara-upacara adat ritual kuno tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Page 64: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

54

masyarakatnya, walaupun saat ini teknologi dan pola hidup modern mulai

merambah kawasan desa tersebut. Segala macam tradisi terus dilaksanakan

masyarakatnya salah satunya adalah mappadēndang. Mappadēndang yang pada

proses pelaksanaannya terdiri atas beberapa proses

C. Fungsi-Fungsi Sosial Dalam Tradsisi Mappadendang

Tradisi sebagai kepercayaan yang melekat dalam kehidupan masyarakat

memilki tiga komponen dasar yaitu kepercayaan, ritus dan komunikasi menjadi

salah satu aktivitas penting bagi masyarakat dalam hidupnya yang selalu

dilaksanakan. Segala bentuk dan fungsinya berkaitan erat dengan masyarakat

dimana tradisi tersebut hidup, tumbuh dan berkembang. Tradisi yang diciptakan

oleh masyarakat mempunyai makna dan arti penting bagi kehidupan

masyarakatnya, dengan demikian tradisi yang hidup dalam masyarakat tertentu

memiliki fungsi tertentu.

Tradisi mappadēndang yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Paccekkeq

setiap tiga tahun sekali merupakan ritual perayaan rasa syukur yang diadakan oleh

masyarakat atas perolehan hasil pertaniannya.

Fungsi mappadēndang di Kabupaten Barru terdiri atas ; penghormatan

terhadap Sangiang Serri, pernyataan rasa syukur, media komunikasi sosial budaya

dan perekat sosial. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut dibawah ini akan diulas

tentang fungsi-fungsi pelaksanaan tradisi mappadēndang yang diadakan setiap

tiga tahun sekali.

Page 65: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

55

1. Penghormatan Terhadap Sangiang Serri

Sangiang atau Sangiang Serri adalah nama yang diberikan untuk Dewi Padi,

yang di percaya sebagai gadis muda dan cantik. Ada beberapa tradisi lisan yang

berkaitan dengan dewi yang sepintas tampak saling bertentangan. Versi yang

paling banyak dikenal adalah cerita siklus la galigo tentang turunnya Batara Guru

ke bumi. Anak pertamanya adalah seorang perempun bernama We Oddang

Nriwu’, yang meninggal tidak lama setelah lahir dan kemudian dimakamkan.

Inilah peristiwa kematian pertama di muka bumi. Beberapa hari kemudian, ketika

Batara Guru sendiri tidak perlu memakan tanaman baru itu, cukup dengan

menikmati sagu, sekoi (betteng) dan jelai (bata). Lama berselang, ketika

Sawerigading berkunjung ke dunia akhirat, ia melihat rumah Sanggiang Serri

disana dan diberitahu oleh pemandu bahwa sementara jasadnya tinggal di dunia,

jiwanya (banappatti) bersemayam di tempat itu bersama anak-anak yang

meninggal sewaktu kecil (Pelras 2005:107).

Sengiang Serri adalah keturunan Datu Patoto anak Datu Palinge yang

menjelma menjadi padi untuk makanan manusia di dunia. Kejengkelan Sangiang

Serri itulah menyebabkan dia tinggal di langit selama 7 tahun, dan 70 tahun

lamanya tidak menampakkan dirinya di Luwu. Selama itu puluhan padi-padian

tak menjadi sehingga yang menjadi makanan sehari-hari orang Luwu pada waktu

itu hanyalah sagu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2001:306).

Page 66: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

56

Kehadiran Sangiang Serri dalam kehidupan masyarakat petani di Paccekkeq

dianggap sebagai berkah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seseorang yang

dianggap memiliki suatu akidah dan akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

Padi bagi masyarakat Barru, selain sebagai makanan pokok juga memiliki

mitos dan sejarah dalam masyarakatnya. Dari mitos tersebut masyarakat Barru

memaknai khusus terkait dengan kepercayaan dengan alam. Pada saat itulah

masyarakat Barru sampai saat ini melaksanakan mappadendang .

2. Pernyataan Rasa Syukur

Pernyataan rasa syukur atas hasil kerja yang didapatkan dalam kehidupan

bermasyarakat merupakan suatu bentuk ungkapan yang dilakukan semua orang.

Begitu juga yang dilakukan oleh petani di Paccekkeq Kabupaten Barru yang

mengungkapkan rasa syukur dengan mengadakan ritual mappadēndang atas hasil

panen padi yang diperoleh.

Pernyataan rasa syukur yang dilakukan oleh masyarakat Paccekkeq kepada

Allah SWT, hal ini dapat dilihat dari adanya maqbaca doang yang dilakukan oleh

masyarakat. Maqbaca doang pada umumnya dikenal oleh masyarakat islam

karena di dalam maqbaca doang terdapat bacaan Alquran sehingga

mappadēndang yang akan dilaksanakan bukanlah suatu bentuk kegiatan musyrik

(menyembah selain Allah ).

Selain itu bentuk penyataan rasa syukur yang dilaksanakan oleh masyarakat

juga dapat dijadikan tolak ukur perekonomian masyarakat yang melaksanakan

tradisi mappadēndang. Contohnya yaitu apabila masyarakat mendapat hasil panen

Page 67: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

57

yang banyak maka tradisi mappadēndang akan dilaksanakan secara besar-besaran.

Namun apabila pendapatannya sedikit maka tradisi mappadēndang juga akan

dilaksanakan secara sederhana.

Kehidupan masyarakat Paccekkeq sekarang ini, mereka beranggapan bahwa

para petani yang memiliki Sangiyang Seri di dalam rumahnya berarti mereka

wajib untuk melaksanakan mappadēndang sebagai bentuk penghormatan. Hal

tersebut disebabkan oleh anggapan bahwa padi merupakan sumber kehidupan

sehingga mereka patut melaksanakan mappadēndang sebagai wujud pernyataan

rasa syukur.

3. Perekat Sosial

Perekat sosial membentuk ikatan dan persatuan sosial masyarakat Desa

Paccekkeq, menciptakan perasaan kebersamaan dan saling bergotongroyong antar

masyarakat merupakan ciri khas masyarakat Desa Paccekkeq dalam

melaksanakan tradisi mappadendang. Tradisi mappadēndang masih dilaksanakan

sampai saat ini, tradisi yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat sebagai perekat

hubungan sosial yang terbukti efektif untuk tujuan yang dimaksud. Tradisi

mappadēndang merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur. Maka dari itu

masyarakat merasa penting untuk tetap mempertahankan tradisi tersebut.

Mappadēndang dan masyarakat mempunyai hubungan yang saling berkaitan,

kehadirannya dirasa penting bagi masyarakat. Karena memilki fungsi, makna dan

arti bagi masyarakat Paccekke’ sehingga tradisi mappadēndang masih rutin

dilaksanakan setiap tiga tahun sekali oleh masyarakat Paaccekkeq.

Page 68: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

58

Tradisi mappadēndang sebagai perekat sosial yaitu pengikat solidaritas

masyaraka Desa Paccekkeq, hal ini tampak pada proses penyelenggaraannya yang

melibatkan seluruh masyarakat Desa Paccekkeq, segala persiapan mulai dari awal

sampai akhir melibatkan semangat kebersamaan dan gotong-royong

masyarakatnya. Melalui tradisi tersebut akan terwujud suatu keakraban dan

kerukunan bersama.

Tradisi mappadēndang juga sebagai media sosialisasi, penyelenggaraan

mappadēndang merupakan sarana sosialisai, terutama bagi generasi mudah yang

utuk menjadi lebih dewasa. Dengan dilaksanakannya tradisi mappadēndang yang

dalam pelaksanaannya melibatkan anak-anak,remaja, tua dan muda tentunya dapat

menjadi pelajaran tentang tradisi milik masyarakat Desa Paccekkeq, agar

kedepannya generasi-generasi dari sekumpulan masyarakat paccekke’ tersebut

mampu meneruskan tradisi tersebut.

4. Media Komunikasi Sosial Budaya

Berbagai alasan tentunya menjadi pemicu mengapa hingga saat ini ritual atau

upacara semacam itu hingga saat ini masih dipertahankan. Salah satu faktor

tersebut karena tradisi mappadendang ini memiliki fungsi sebagai sarana

komunikasi budaya bagi masyarakat. Fungsi yang dimaksudkan dalam hal ini

bahwa acara tersebut akan menjadi salah satu cara untuk mewariskan nilai-nilai

budaya yang dimiliki kepada generasi muda agar mereka mampu mengenal dan

menjaga kekayaan budaya yang dimilikinya.

Page 69: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

59

Sebagai media komunikasi sosial budaya mappadendang secara tidak

langsung akan memperkuat identitas masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan

dalalm pelaksanaan acara tersebut tersirat pesan bahwa masyarakat Desa

Paccekkeq memiliki identitas kuat di tengah perkembangan zaman dan masuknya

teknologi di tengah-tengah masyarakat yang tidak menutup kemungkinan akan

menguras nilai-nilai modal sosial (social capital) masyarakat. Dengan adanya

tradisi mappadendang yang memilki fungsi utama bagi masyarakat Desa

Paccekkeq yaitu sebagai alat komunikasi budaya demi mewariskan kekayaan

budaya yang dimiliki.

D. Solidaritas Sosial Sebagai Nilai Utama di Balik Tradisi Mappadendang

Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati atau sesuatu yang

diinginkan dicapai karena dianggap sesuatu yang berharga dan bernilai. Nilai

terbentuk atas dasar pertimbangan cipta, rasa, dan karsa dan keyakinan seseorang

dan sekelompok masyarakat. Secara teoritis terbentuknya suatu nilai melalui suatu

proses tertentu atas dasar kesadaran dan keyakinan, jadi tihdak dapat dipaksakan.

Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam

perbuatannya.

Solidaritas bisa didefenisikan sebagai perasaan atau ungkapan dalam sebuah

kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Solidaritas adalah kesepakan

bersama dan dukungan, kepentingan dan tanggung jawab antara individu dalam

kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan

Page 70: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

60

tindakatan kolektif untuk suatu hal. Apa yang membentuk dasar dari solidaritas

bervariasi antara masyarakat.

Dalam suatu sistem sosial, solidaritas menjadi hal yang sangat penting demi

mencapai kelangsungan dan eksistensi dari sistem sosial tersebut. Sebagai suatu

sistem sosial, tradisi mappadendang memiliki peran yang sangat penting dalam

mewujudkan solidaritas masyarakat di Desa Paccekkeq diantaranya :

a. Menghimpun Keturunan Masyarakat Desa Paccekkeq

Fungsi solidaritas sosial yang bisa dilihat dari pelaksanaan tradisi

mappadendang adalah kemampuan untuk menghimpun kembali penduduk asli

Desa Paccekkeq yang berada di luar daerah. Setiap acara ini dilaksanakan,

mereka akan kembali ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga

meskipun mereka harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk tiba di kampung

halaman untuk menyaksikan tradisi ini. Solidaritas yang juga nampak pada tradisi

mappadendang yaitui dimana mereka saling membantu satu sama lain

mempersiapkan perlengkapan yang di perlukan, yang nampak pada saat itu

adalah dari segi konsumsi, dimana para wanita sibuk memasak dan para lelaki

sibuk mengurus keperluan di luar, dalam sosiologi di kenal sebagai solidaritas

mekanik yaitu dimana solidaritas yang terjalin karena adanya kesamaan ras, suku,

dan agama (Durkheim).

b. Media Harmoni Kehidupan Sosial

Nilai solidaritas tampak dengan berbaurnya segenap lapisan masyarakat pada

saat puncak acara mappadēndang berlangsung. Seolah-olah mereka menjadikan

Page 71: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

61

sebagai ajang paling efektif untuk menumbuhkan rasa solidaritas, saling mengenal

pribadi atau individu lainnya demi membangun nilai-nilai kemanusiaan yang

harmonis, saling menghormati dan mengahargai sesama peserta tamu undangan

tradisi mappadēndang yang datang dari berbagai daerah.

Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok

berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri

dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. Tipe solidaritas

yang didasarkan atas kepercayaan dan setiakawan ini diikat oleh apa yang oleh

Durkheim namakan conscience collective yaitu suatu system kepercayaan dan

perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Lambat laun

pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas

mekanik berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat dengan solidaritas

organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua

kebutuhanya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar

dengan orang atau kelompok lain. (M. Setiadi 2007: 89).

Setelah melihat proses-proses pelaksanaan upacara mappadēndang dari tahap

pelaksanaan hingga tahap penyelesaian dari hasil penelitian, dapat terlihat jelas

bahwa nilai kebersamaan atau nilai solidaritas masyarakat sangat terjalin mulai

dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan sampai pada tahap penyelesaian. Dalam

tradsi mappadēndang dapat terbentuk rasa persatuan, kekeluargaan, kepedulian,

dan gotongroyong antar masyarakat Desa Paccekkeq karena masyarakat bahu-

membahu dalam menyukseskan acara tersebut yang telah diwariskan para leluhur

terdahulu secara turun-temurun. Sumbangsi moral maupun materi dari seluruh

Page 72: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

62

warga secara tidak langsung telah memupuk rasa persaudaraan masyarakat

setempat.

c. Media Musyawarah

Hal menunjukkan nilai solidaritas dalam tradisi mappadēndang adalah

musyawarah atau biasa disebut tudang sipulung. Tudang sipulung berarti

berkumpul. Secara bahasa tudang sipulung berarti duduk berkumpul. Adapun

yang dimaksud dalam istilah adalah duduk berkumpul kumpul untuk

bermusyawarah dan berdiskusi membicarakan masalah pertanian yang akan

dihadapi. Dengan demikian tudang sipulung dibicarakan dan didiskusikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan mappadēndang. Dalam musyawarah

masyarakat menetapkan waktu pelaksanaan dan mempersiapkan bahan dan

perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan mappadendang.

Dalam musyawarah dibentuk suatu kepanitiaan yang mengurus segala hal

yang berkaitan dengan pelaksanaan mappadēndang, contohnya panitia pencarian

dana dan panitia perlengkapan, panitia konsumsi. Dalam pembentukan panitia ini,

warga yang ditunjuk dan yang telah ditentukkan tugasnya adalah dari hasil

kesepakatan bersama, masing-masing mempertanggung jawabkan tugas yang

diberikan karena tampa tanggung jawab prosesi pelaksanaan mappadēndang tak

akan berjalan sesuai dengan yang dikehendaki masyarakat.

Dari musyawarah tersebut tercipta interaksi sosial antar masyarakat, dalam

sebuah interaksi manusia membutuhkan komunikasi untuk keberlanggsungan

hidup kelompoknya.

Page 73: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

63

Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, yang menunjuk pada

hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Kehidupan sosial tidak mungkin ada

tanpa kehidupan bersama karena interaksi sosial merupakan syarat terjadinya

aktivitas aktivitas sosial. Individu atau kelompok-kelompok bekerja sama,

semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang yang kemudian

menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya (Soekanto, 2012: 55)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa musyawarah yang diadakan dalam

mappadēndang adalah suatu upaya untuk memecahkan permasalahan dan mencari

jalan keluarnya guna mengambil keputusan bersama dalam anggota masyarakat.

Dari segi ekonomi nilai solidaritas juga dilihat dari pengumpulan dana

masyarakat. Setiap kepala keluarga menyumbang sekitar ± 200.000 untuk acara

mappadēndang. Sanak keluarga yang berada di luar daerah pun juga ikut memberi

sumbangsi agar terlaksananya acara tersebut.

d. Merawat Kerjasama dan Gotong Royong

Nilai solidaritas juga dapat dilihat dari segi persiapan bahan dan perlengkapan,

contohnya dalam pembuatan makanan dan pembuatan. Nilai solidaritas dapat

dilihat secara kongkret dari pembuatan makanan sesaji ataupun makanan yang

akan disajikan untuk para peserta dan tamu undangan dalam pelaksanaan

mappadēndang di Desa Paccekkeq. Dalam proses pembuatan makanan,

masyarakat yang umumnya perempuan berbondong-bondong ke rumah induk

untuk pembuatan bahan makanan tersebut dan dilakukannya secara bersama-

sama.

Page 74: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

64

Gambar 4.8 Suasana Memasak

Solidaritas dalam sebuah tradisi sangat di perlukan gotongroyong dan

kerjasama antar anggota atau kelompok. Aktivitas manusia sebagai makhluk

hidup yang berkelompok hampir seluruh waktunya digunakan untuk

kelompoknya. Mansuia selalu hidup berdampingan satu dengan yang lainnya,

saling bekerja sama dan saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Dengan adanya tradisi mappadēndang dapat disimpulkan bahwa dalam

masyarakat terjalin simbiosis mutualisme yang terjadi dalam interaksi antar

Page 75: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

65

penduduk antara tujuan hajat dan juga tamu undangan/kehadiran tanpa undangan.

Maksudnya tradisi mappadendang dapat dilihat sebagai satu sebab terbentuknya

interaksi sosial yang berdampak pada kepentingan. Kepentingan ini yang

kemudian memberikan dampak pada masyarakat berupa solidaritas sosial.

Solidaritas kemudian menjadi nilai yang mengendap dalam jiwa masyarakat

yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial mereka. Solidaritas yang

terbentuk dikalangan masyarakat Desa Paccekkeq dikarenakan adanya sebuah

bentuk kepentingan bersama. Bentuk kepentingan bersama terbentuk dikarenakan

adanya aktivitas tradisi. Tradisi mappadēnddang berdampak pada meningkatnya

kehidupan sosial dan ekonomi pada masyarakata Desa Paccekkeq. Keberadaan

tradisi mappadēndang tentunya banyak dikenal oleh masyarakat luar karena kaya

akan kebudayaan yang menyebabkan meningkatkan solidaritas sosial masyarakat.

Nilai solidaritas yang terlihat dalam Maqbaca doang (baca doa) adalah

masyarakat mengumpulkan bahan makanan yang akan disajikan, benda-benda

seperti payung hitam, kain kafan, sarung, rotan dan lain-lain. Setelah semua bahan

terkumpul barulah masyarakat membuat bahan yang telah dikumpulkan bersama

untuk membuat sesajian untuk digunakakn dalam acara Maqbaca doang serta

makanan untuk disuguhkan kepada tamu undangan serta masyarakat Desa

Paccekkeq.

Nilai solidaritas yang ada dalam mappadēndang itu sendiri, kita dapat melihat

dari bagaimana antusias masyarakat mempersiapkan segala perlengkapan.

Masyarakat bergotongroyong mengerjakan lesung yang berbentuk perahu

Page 76: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

66

(palungeng), mempersiapkan kayu yang panjangnya ± 2m yang digunakan untuk

menumbuk padi (alu), membuat rumah-rumah yang terbuat dari kayu dengan

tiang sebagai penyangga dan tiangnya dan di kelilingi daun kelapa sebagai

hiasannya. Masyarakat bekerja sama membinyikan antan yang kemudian

menciptakakn irama. Itu semua adalah bentuk solidaritas masyarakat Desa

Paccekkeq agar terlaksananya dengan lancar acara tersebut.

Nilai solidaritas yang ada dalam mattojang adalah bekerja sama. Masyarakat

tradisional dikenal memiliki sifat kerja sama yang sangat baik. Selain

gotongroyong solidaritas sosial adalah kerja sama. Kerjasama merupakan

kumpulan individu atau kelompok yang saling berinteraksi satu dengan yang lain

yang hasilnya bisa dinikmati bersama.

Masyarakat bekerjasama untuk membuat ayunan yang tingginya sekitar ±10

meter, akan tetapi sebelum itu masyarakat memilih pohon randu yang bisa

digunakan untuk tiang ayunan. Setelah itu barulah masyarakat mendirikan tiang

tersebut untuk dijadian tiang ayunan sedangkan tali yang digunakan adalah

menggunakan tali yang terbuat dari kulit sapi yang telah masyarakat simpat

bertahun-tahun lamanya. Tali tersebut digunakan oleh masyarakat ketika ada

ritual-ritual.

Jika berbicara mappaqbitte manuq (sabung ayam ) hal itu terdengar negatif di

telinga peendengarnya, maka berbeda halnya dengan masyarakat Desa Paccekkeq.

Masyarakat Desa Paccekkeq memasukkan mappaqbitte manuq kedalam rangkaian

Page 77: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

67

mappadēndang karena masyarakat masih memegang teguh kepercayaan seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya.

Nilai solidaritas yang terlihat dalam mappaqbitte manuq adalah bagaimana

kedua orang yang telah ditunjuk untuk memulai acara mappaqbitte manuq. Pada

saat kedua ayam tersebut berkelahi, tidak ada ayam yang dinyatakan menang

maupun kalah. Ketika salah satu dari ayam tersebut terluka pada saat itu pula

acara mappaqbitte manuq telah selesai dan kedua ayam tersebut disembelih

kemudian diolah untuk dijadikan santapan oleh masyarakat maupun tamu

undangan.

Page 78: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

68

Gambar 4.9 Suasana Makan Bersama

Nilai solidaritas juga dapat dilihat pada acara makan bersama dimana

masyarakat yang turut berpartisipasi dalam tradisi mappadēndang maupun

masyarakat yang datang menyaksikan tradisi tersebut tanpa terkecuali turut

diundang untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan. Dalam acara makan

bersama tersebut segala perbedaan status sosial yang melekat di masyarakat

sekarang ini melebur menjadi satu rasa yaitiu rasa kebersamaa. Berkumpul,

berbahagia, dan menyantap makanan dalam satu tempat yang telah ditentukan dan

mendapatkan menu makanan yang sama tanpa adanya sekat pemisah antara yang

kaya dan miskin adalah kepuasan tersendiri bagi masyarakat. Acara makan

bersama juga menunjukkan kerukunan antara masyarakat tanpa terkecuali dan

merupakan fenomena kebersamaan yang menunjukkan kekuatan persatuan dan

kesatuan masyarakat peserta mappadēndang yang diikat oleh rasa persaudaraan

yang kokoh.

Page 79: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka, penulis dapat menyimpulkan hasil

penelitian sebagai berikut :

1. Proses tradisi mappadendang di Desa Paccekkeq Kecamatan soppeng Riaja

Kabupaten Barru meliputi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan. Dalam tahap persiapapn masyarakat bersama-sama

mengadakan persiapan untuk tradisi mappadendang. Persiapannya antara

lain adalah musyawarah, penyediaan bahan untuk makanan para tamu

undangan dan masyarakat Desa Paccekkeq, dan alat upacara misalnya

walasuji, lesung yang berbentuk perahu dan batang pohon randu untuk

dijadikan tiang penyangga untuk membuat ayunan. Sedangkan tahap

pelaksanaannya , tradisi mappadendang diawali dengan maqbaca doang,

mappadendang dimana Passere dituntut untuk menciptakan suasana yang

meriah setelah panen tiba dan menjadi pusat perhatian karena menghibur

semua penonton dengan segala keluacuan yang akan ditampilkan untuk

menghibur penonton. pembacaan mantra untuk ayunan dan mappaqbitte

manuq

2. Adapun bentuk-bentuk yang dimaksud adalah aktivitas masyarakat yaitu

kerja sama dan gotong royong masyarakat dalam pelaksaan tradisi

mappadendang.

Page 80: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

71

3. Nilai solidaritas yanag terkandung dalam proses tradisi mappadendang

Nilai solidaritas merupakan kesepakatan bersama dan dukungan, kepentingan

dan tanggung jawab antara individu dalam kelompok karena diwujudkan dalam

tindakan kolektif. Adapun nilai solidaritas sosial yang terkandung dalam tradisi

mappadendang nilai kerjasama, gotong royong dan perekat sosial.

Setelah melihat proses pelaksanaan tradisi mappadendang, maka terlihat jelas

bahwa nilai solidaritas dalam tradisi mappadendang sangat terjalin mulai dari

tahap persiapan sampai tahap pelaksanaannya. Tradisi mappadendang membentuk

rasa persatuan, kekeluargaan, kepedulian dan gotong royong antar masyarakat

Desa Paccekkeq karena mereka saling bahu-membahu dalam menyukseskan acara

tersebut. Sumbangsi moral maupun materil dari seluruh masyarakat secara tidak

langsung telah memupuk rasa persaudaraan masyarakat setempat.

B. Saran

Diharapkan studi tentang nilai-nilai solidaritas sosial pada pelaksanaan tradisi

mappadendang dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut

dari segi lain sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai

pelaksanaan tradisi mappadendang dalam skala yang makin luas.

Peran pemerintah dalam melestarikan tradisi mappadendang dalam hal ini

sangatlah penting, untuk itu alangkah baiknya jika pemerintah ikut berpartisipasi

untuk membangun suatu lembaga yang membina kesenian-kesenian budaya

tradisional seperti mappadendang agar kelestariaannya terjaga.

Page 81: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

72

DAFTAR PUSTAKA

Alih, Media, Sawerigading. 2001 (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Prov. Sul-Sel

Darmapoetra, Juma. 2014. Suku Bugis. Makassar. Arus Timur.

Emmynarti. 2012. Disfungsi Pesta Rakyat Mappadendang Pada Masyarakat

Talepu Kabupaten Soppeng. Skripsi Sarjana. Makassar. Fakultas Ilmu

Budaya. Universitas Hasanuddin.

Firmansyah. 2012. Nilai-nilai Solidaritas Dalama Upacara Maccera Tappareng

di Kabupaten Wajo. Skripsi Sarjana. Makassar. Fakultas Ilmu Budaya.

Universitas Hasanuddin.

Gissing, Basrah. 2008. Ilmu Budaya Sebuah Pengantar. Makassar. Penerbit

@Roby Press.

Gunawan, Ary. H. 2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Tentang Pelbagai

Problem Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Hartono. H. 1993. Ilmu Sosiologi Dasar. Jakarta. Bumi Aksara

Hasyim, Hardianti. 2013. Nilai Gotong Royong Dalam Ritual Adat Masyarakat

Karampuang Di Kabupaten Sinjai. Skripsi Sarjana. Makassar.

Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Hasanuddin.

Ihromi. T. O. 1981, Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia.

Johnson. D. P. 1986. Teori Sosiologi Klasik & Modern. Jilid I. Jakarta. Gramedia

Koenjaraningrat. 2007. Sejarah Antropologi Budaya 1. Jakarta. UI Press.

Kunloch, Graham. C. 2009. Perkembangan dan Paradigma Utama Teori

Sosiologi. Cetakan II. Bandung. CV Pustaka Setia

M. Setiadi, Elly. Dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung. Prenada

Media Group.

Manyambeang, K. 1984. Upacara Tradisional Dalama Kaitannya Dengan

Peristiwa Alam dan Kepercayaan Propensi Sulawesi Selatan.

Mattulada. 1985. Latoa. Lembaga Penebrbitan Universitas hasanuddin. Ujung

Pandang

Page 82: Oleh NURFADILAH Nomor Pokok F 511 13 002 MAKASSAR 2018

73

Monohartono, Gunawan. dkk. 2004. Seni Tradisional Sulawesi Selatan. Makassar.

Lamacca Press.

Pelras, Christian. 2006 Manusia Bugis , Forum Jakarta-Paris.

Polama, Magaret. M. 2007. Sosiologi Kontenporer. Jakarta. PT Raja Grapindo

Persada.

Rafiek. M.2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta. Aswaja Pressindo

Rahman, Nurhayati.2009. Kearifan lingkungan Hidup Manusia Bugis

Berdasarkan Naskah Meong Mpaloe. Makassar. La Galigo Press.

Ritzer, George & Godman, Doglas. J. 2008. Teori Sosiologi Modernn. Jakarta.

Kencana Prenada Media

Sajogyo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta. Gadja Mada University press.

Sukirma, A. R. 1999. Sejarah Islam di Daerah Wajo. Balai Kajian sejarah dan

Nilai Tradisional. Ujung Pandang.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (edisi revisi). Jakarta. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Supanto, dkk. 1992.Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: Proyek Inventerisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya.

Suryaningsi, Tini. Dkk. 2014. Ritual Kago-ago. Makassar. Pustaka

Sawwerigading.

Wiramata, A.B, Gede, I. 2002. Antropologi Budaya. Bandung. PT.Citra Aditya

Bakti.