makalah 002

Upload: muzayin-akhmad

Post on 01-Mar-2016

200 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah yang berjudul :Upaya Peningkatan Kelancaran Operasional Dan Olah Gerak Kapal Towing Tb.Niaga Sapta Samudra Di Alur Sungai Barito

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Deh5 wasa ini perkembangan pencarian minyak bumi dan gas lepas pantai atau yang terkenal dengan sebutan pengeboran lepas pantai semakin marak, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Dengan semakin maraknya pengeboran minyak lepas pantai, pembangunan kapal-kapal jenis supply, utiliiy dan anchor handling yang notabene merupakan sarana transportasi laut yang paling vital dilokasi pengeboran minyak lepas pantai, juga semakin marak.Untuk memenuhi kebutuhan transportasi tersebut, perusahaan pelayaran tidak cukup dengan menyediakan kapal-kapal dalam jumlah yang banyak saja, tetapi kapal-kapal harus merupakan armada yang tangguh yang dilengkapi dengan tenaga-tenaga pelaut yang potensial, terampil dan bertanggung jawab, dalam upaya pencegahan kecelakaan pada saat mengoperasikan kapal.Seperti diketahui bahwa untuk melayani pengangkutan material yang diperlukan oleh pengeboran minyak lepas pantai, jenis kapal supply. Crew Boat dan anchor handling harus diawaki dan dinakhodai oleh orang-orang yang kompeten dan mempunyai keahlian tersendiri. Dengan demikian setidaknya awak kapal telah mengadakan upaya untuk mencegah kecelakaan, pada saat melaksanakan bongkar-muat barang dari atau ke platform di lokasi pengeboran minyak lepas pantai, ataupun pekerjaan-pekerjaan lainnya. Awak kapal dituntut memiliki pengalaman, pengetahuan dan disiplin yang tinggi sehingga terjadinya kecelakaan kerja dapat dicegah dengan baik sehingga pelaksanaan proses pekerjaan berjalan lancar dan aman.Adanya kepedulian yang dimiliki awak kapal dalam menjalankan proses bongkar muat cargo dari atau ke Platforms ataupun Rig, atau pekerjaan lainnya di lokasi pengeboran minyak lepas pantai sangat dibutuhkan. Kepedulian seorang awak kapal yang memadai sangat dibutuhkan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan yang padat dan penuh resiko kecelakaan.Karena para awak kapal bekerja di taut lepas yang kadang dalam kondisi cuaca buruk.Selanjutnya dalam upaya pencegahan kecelakaan dalam melaksanakan bongkar muat cargo dari atau ke Rig di lokasi pengeboran minyak lepas pantai di atas kapal MV Bestlink 8 dibutuhkan ketelitian, rasa tanggung jawab dan kepedulian awak kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja,agar tidak terjadi kecelakaan ataupun korban jiwa yang senantiasa mengancam. Dengan terjadinya kecelakaan tentunya hal ini juga akan mengganggu kelancaran pengoperasian kapal dan sudah tentu akan berdampak terhadap biaya operasi kapal.Jika kepedulian awak kapal dalam melakukan proses pekerjaan kurang, akan menyebabkan banyaknya kecelakaan kerja seperti yang telah terjadi di atas kapal MV Bestlink 8 pada saat para awak kapal bagian dek melakukan bongkar muat dari kapal ke Platforms atau ke Rig, dimana ketinggian antara kapal dengan Platform ataupun Rig sangat berbeda sampai 2 (dua) kali tinggi kapai Pada saat ABK memegang tali sling barang yang mau diangkat ke platform karena saat itu keadaan laut sedang berombak, sehingga posisi kapal tidak bisa diam akan tetapi naik turun mengikuti pergerakan ombak, sehingga ketika kapal naik: kemudian turun kembali maka tali sling yang sedang dipegang salah satu ABK otomatis menjadi tegang dan menjepit salah satu jari tangannya, karena ABK saat itu tidak menggunakan sarung tangan sehingga jari tangannya terluka.Kecelakaan yang terjadi di atas kapal tersebut sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kepedulian dan disiplin ABK di dalam mengikuti prosedur kerja. Karena itulah penulis tertarik untuk menyusun makalah ini dengan judul: "MENINGKATKAN KEPEDULIAN ANAK BUAH KAPAL TERHADAP PENGGUNAAN ALAT-ALAT KESELAMATAN KERJA Dl MV BESTLINK 8.

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisana. Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab dari rendahnya kepedulian Anak Buah Kapal dalam pengoperasian alat-alat keselamatan kerja kapal, khususnya kapal MV Bestlink 8b. Untuk mencari pemecahan terhadap masalah rendahnya kepedulian Anak Buah Kapal dalam pengoperasian alat-alat keselamatan kerja di kapal MV Bestlink 8.

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Bagi Dunia AkademikDiharapkan dapat memberikan sumbangan langsung secara teori ataupun melalui penuturan dari pengalaman yang di alami penulis kepada pembaca dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian Anak Buah Kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.

b. Manfaat Bagi Dunia PraktisSebagai bahan masukan bagi bagian operasional perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan kepedulian Anak Buah Kapal di dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapa.

C. Ruang Lingkup

Banyak sekali permasalahan yang ditemui di atas kapal utility, terutama yang berkaitan dengan keselamatan kerja, seperti lemahnya disiplin awak kapal, ceroboh di dalam menggunakan alat keselamatan kerja di atas kapal, kurangnya kepedulian awak kapal terhadap peralatan keselamatan di atas kapal dan sebagainya. Untuk itu, penulis hanya membatasi makalah ini pada peningkatan kepedulian dan kesadaran awak kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal MV Bestlink 8 periode 2013 sampai 2014.

D. Metode Penelitian

Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

a. Studi LapanganPengalaman langsung dari lapangan atau tempat bekerja di atas kapal MV Bestlink 8 sewaktu beroperasi di PHE WMO Laut Jawa yaitu melalui cara observasi yang berkaitan dengan kasus-kasus yang dihadapi.

b. Studi KepustakaanData dari studi kepustakaan yang berhubungan dengan makalah ini diambil sebagai dasar ilmiah pendekatan masalah yang ada, dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari :1) Materi penunjang yang diperoleh dari berbagai buku acuan yang ada hubungannya dengan materi yang diperlukan dalam penulisan makalah ini.2) Buku literatur lain sebagai bahan-bahan yang diperoleh dari Diktat perkuliahan dokumen-dokumen dan pedoman kerja di kapal maupun bentuk lainnya yang dapat membantu melengkapi materi yang dibutuhkan penulis.

2. Metode Analisis DataMetode analisis data pada makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu analisis melalui penguraian dan penelusuran data fakta dan kondisi dan permasalahan yang kemudian di analisis berdasarkan landasan teori untuk dapat memecahkan permasalahan.

BAB IIFAKTA DAN PERMASALAHAN

A. Fakta

1. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek penelitian makalah ini adalah sewaktu penulis bekerja di atas kapal MV Bestlink 8, periode 2013 sampai 2014. Adapun data kapal yang menjadi obyek penelitian oleh penulis adalah sebagai berikut :

Name:BESTLINK 8Builders:PT. Batam Expresindo ShipyardFlag:IndonesiaPortofRegistry:Batam IndonesiaIMO/Call Sign:9640229 / YHRJYear Built:2013VesselType:Fast Supply BoatLengthOverall:42.75mBeam:8.00mDesign Draft:2.0mMain Engine:3 (Three) Unit Caterpillar Type Acers C-32(Hp/Rpm):3 x 1450 HP @ 2300 Rpm

2. Fakta Kondisi

a. Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada ABK Saat Bongkar Muat dari kapal ke platform di Lokasi Pengeboran Minyak Lepas Pantai

Dalam keadaan sehari-hari di atas kapal sebagian anak buah kapal dalam menjalankan pekerjaannya nampak kurang bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan oleh atasannya ataupun oleh perusahaan. Pelaksanaan kerja dilakukan hanya untuk menghabiskan waktu tugas yang telah ditentukan dan dilaksanakannya sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan target yang diinginkan.Selain itu, ABK merasakan lamanya operasional kerja kapal yang telah dijalani ABK di atas kapal, sehingga mereka sering meremehkan pekerjaan dan tanggung jawabnya yangdapat menimbulkan kecelakaan dalam bekerja Dengan lamanya masa kerja dimana kapal selalu disibukkan dengan urusan banyaknya pekerjaan bongkar muat cargo,maupun personal transfer dapat menyebabkan ABK menjadi jenuh dan bosan sehingga menimbulkan dampak psikologis bagi ABK. Salah satu akibatnya adalah, ABK dalam melaksanakan perawatan alat-alat keselamatan maupun pelatihan-pelatihan keselamatan yang seharusnya diikuti menjadi terbengkalai. Padahal hal ini sangat beresiko untuk jaminan keselamatan bagi diri mereka sendiri.Kecelakaan dikapal MV Bestlink 8 pada saat kapal melakukan bongkar muat di lokasi PHE-5 tgl 14.01.2014.1400lt, dimana ketinggian antara kapal, dengan Platform sangat berbeda sampai 2 (dua) kali tinggi kapal Pada saat ABK memegang tali sling barang yang mau diangkat ke platfom karena saat itu keadaan laut sedang berombak, sehingga posisi kapal tidak bisa diam pada tempatnya akan tetapi naik turun mengikuti pergerakan ombak, sehingga ketika kapal naik kemudian turun kembali maka tali sling/tug line yang sedang dipegang salah satu ABK otomatis menjadi tegang dan menjepit jari tangannya, karena ABK tidak menggunakan sarung tangan sehingga jari tangannya terluka.Akibat dari kejadian ini semua kegiatan bongkar muat ke Platform PHE-5 dihentikan sementara.Tentunya ini membawa dampak juga pada pekerjaan.Pekerjaan menjadi tertunda dan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Efek lain dari pada kejadian tersebut adalah teguran terhadap Nakhoda yang harus ditindaklanjuti dengan membuat laporan kecelakaan kepada Safety Officer di lokasi pengeboran tersebut.

b. Kurang Pedulinya ABK Bagian Dek terhadap Peralatan Keselamatan Kerja diKapal

Dalam hal perawatan terhadap peralatan di atas kapal, pada umumnya anak buah kapal tidak melakukannya dengan baik.Mereka melakukan segala sesuatunya dengan tidak bertanggung jawab dan masa bodoh. Salah satu contoh adalah, setelah selesai mempergunakan alat-alat (Helmet, Safety Shoes, Life Jacket, Kaca Mata, Hand Gloves) keselamatan kerja tersebut terkadang tidak dengan segera atau secepatnya untuk mengembalikan perlengkapan tersebut ke tempatnya semula. Mereka kadang-kadang meletakkan peralatan tersebut bukan pada tempatnya.Mereka tidak memikirkan bahwa bisa saja alat-alat tersebut hilang) jatuh kelaut karena tertiup angin ataupun jatuh kelaut karena terhempas oleh ombak. Jika alat-alat tersebut hilang tentunya mereka akan bekerja tanpa mempergunakanan alat-alat keselamatan kerja untuk sementara waktu jika di kapal tidak ada persediaan (stock kapal). Tentunya akan sangat beresiko terjadinya kecelakaan pada diri mereka.c. Alat-Alat Keselamatan Kerja Tidak Memenuhi Standar Keselamatan

ABK di atas kapal terkadang tidak peduli dan menyadari atas pentingnya pemeliharaan alat-alat keselamatan kerja. Hal ini sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan di atas kapal. Salah satunya adalah pada pemeliharan alat-alat pelindung keselamatan kerja di kapal PPE (Personal Protection Equipment) setelah digunakan tidak segera disimpan kembali pada tempatnya, melainkan meletakkan begitu saja di sembarang tempat sehingga tidak terawat dengan baik dan cepat rusak. Padahal alat-alat tersebut mutlak harus digunakan pada waktu bekerja dimana alat alat tersebut telah disediakan oleh pihak perusahaan.Dengan rusaknya peralatan tersebut tentunya kualitasnya pun sudah tidak memenuhi standar lagi. Hal ini tentunya berbahaya bagi ABK itu sendiri, Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak terawatnya peralatan tersebut keselamatan dan keamanan diri mereka pada saat bekerja jadi terancam dan ini tentunya akan merugikan diri mereka sendiri.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Permasalahan

Dari beberapa penjelasan serta pengamatan yang penulis coba sampaikan di dalam Bab II tentang kondisi saat ini, maka penulis dapat mengetahui adanya beberapa permasalahan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada Anak Buah Kapal yang terjadi di atas kapal MV Bestlink 8dimana penulis bekerja adalah sebagai berikut: a. Kurangnya Kepedulian ABK Dalam Menggunakan Alat-alat Keselamatan Kerja

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena lalai dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja dari ABK. Hal ini dapat terjadi karena kurang keingin tahuan dari ABK dalam hal cara penggunaan atau mungkin baru pertama kali seseorang tersebut menggunakannya. Sebagai contoh dapat penulis sebutkan disini dalam pemakaian safety harnest/safety belt pada saat bekerja di lambung kapal/ship side ABK yang bersangkutan hampir jatuh kelaut saat kapal oleng.Setelah penulis tanyakan ternyata ABK tersebut sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut tanpa menggunakan safety harnest.Dalam hal di atas, pihak perusahaan dan kapal seharusnya mempunyai tanggung jawab dalam memperkenalkan alat-alat keselamatan kerja. Tenaga kerja baru (awak kapal baru) yang akan diterima untuk bekerja perlu di interview terlebih dahulu kemampuan dan kecakapannya dalam bidang pekerjaan yang akan dilakukan, sehingga tenaga kerja baru tersebut siap untuk bekerja. Dari pihak kapal, harus melakukan familiarisasi (pengenalan) terhadap alat-alat kerja yang ada di kapal kepada awak kapal yang baru bekerja tersebut.Sehingga mereka dapat menggunakan alat-alat tersebut dengan baik dan benar, dan dapat mengurangi resiko dari kecelakaan kerja.

b. KurangPedulinya ABK pada Faktor Keselamatan Kerja

Di saat bekerja, dari yang penulis perhatikan sebagian anak buah kapal kurang memperhatikan fungsi dan manfaat dari peralatan keselamatan kerja yang telah diberikan atau disediakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan di kapal dan harus digunakan sesuai dengan prosedur kerja yang telah ada guna menjamin keselamatan kerja.ABK seolah-olah mengabaikan manfaat yang dapat diambil dari penggunaan peralatan keselamatan kerja tersebut pada waktu bekerja.Contoh-contoh yang menandakan ABK kurang peduli atas pentingnya penggunaan alat-alat keselamatan di atas kapal antara lain :1) Dalam melakukan kerja di sekitar lambung kapal yaitu dalam kegiatan perawatan kapal ABK tidak dilengkapi dengan alat keselamatan lifevest/ pelampung penolong di lambung kapal.2) Disaat kapal akan sandar atau lepas sandar dimana ABK yang sedang bekerja di atas dek akan tetapi tidak memakai safety helmet3) Apabila kapal sedang beroperasi dimana cuaca sedang buruk atau berombak, ABK yang bekerja di atas dek tidak menggunakan jaket penolong.4) Pernah terjadi suatu kecelakaan seorangABK dalam memperbaiki fender (penahan benturan yang dipasang di lambung kapal) di sisi lambung kiri kapal, dimana ABK tersebut tidak rnemakai jaket penolong saat tali penahan fender dilepas dan ABK tersebut terpeleset dan jatuh ke laut. ABK tersebut akhimya dapat di tolong dengan menggunakan pelampung penolong dan selamat.

c. Kurangnya Pengawasan Terhadap ABK Dalam Menggunakan Alat-alat Keselamatan Kerja

Dalam kegiatankerja sehari-hari di atas kapal khususnya kapal dimana penulis bekerja yaitu kapal MV Bestlink 8dalam melaksanakan perawatan kapal, diperlukan suatu pengawasan kerja yang ketat terhadap para pekerja atau ABK di atas kapal oleh pihak atasan. Yaitu antara lain Nakhoda atau perwira. Misalnya dengan mengontrol mereka untuk tidak merokok di luar atau melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan api di dek, yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan kapal dan seluruh pekerja serta ABK itu sendiri. Disiplin dari pada awak kapal sangat diperlukan. Dengan tingginya disiplin dari awak kapal, dengan sendirinya telah mengurangi salah satu faktor kecelakan di kapal.Kurangnya pengawasan dari para perwira kapal mengakibatkan ABK yang melakukan proses perawatan alat-alat keselamatan tidak menggunakan kegiatan perawatan yang telah ada namun ABK menggunakan caranya sendiri, sehingga berakibat banyak alat-alat keselamatan yang tidak terawat dengan baik. Ditambah dengan kelalaian dari perwira dek yang tidak melakukan pengawasan terhadap ABK secara terus menerus selama ABK melakukan pekerjaan. Guna menghindari pengawasan secara terus menerus terhadap ABK dek disaat bekerja, maka sebaiknya diadakan pelatihan pelatihan secara berkala dan terencana agar mereka lebih terampil dan profesional dalam melakukan tugas-tugasnya.

d. Perlengkapan Alat Keselamatan Tidak Terawat Dengan Baik

Dilain pihak dalam mengoperasikan kapal dengan jam kerja yang padat dimana untuk melakukan suatu perawatan terhadap kapal itu sendiri beserta peralatannya sering timbul kendala-kendala. Dengan suatu sistim kerja yang sangat sibuk dan memerlukan suatu konsentrasi yang tinggi dari semua para ABK di kapal dapat mengakibatkan tidak jalannya sistem manajemen keselamatan (SMS).Bestlink 8 adalah kapal yang melayani Oil Field (daerah pengeboran minyak lepas pantai) dan mempunyai jenis kerja yang beraneka ragam.Dari mengangkut pekerja Rig atupun Platform, juga mengantar muatan peralatan kebutuhan Rig juga Platform.Keselamatan pekerja dan ABK serta muatannya adalah prioritas utama. Oleh karena itu perawatan alat- alat keselamatan kerja menjadi lebih serius dan harus dilaksanakan berkesinambungan.

e. Kurangnya Koordinasi Sebelum Bekerja

Kecelakaan kerja yang pemah terjadi di atas kapal sering disebabkan oleh faktor dari kesalahan manusia yang bisa disebabkan oleh tidak adanya koordinasi kerja yang tidak berjalan karena berbagai masalah yang di hadapi oleh para pekerja atau ABK itu sendiri yang mungkin karena lamanya masa kerja yang sudah dijalani atau karena tekanan dari pekerjaan yang dilakukannya.Dimana dari pengamatan yang penulis lakukan para ABK tersebut menghadapi tekanan kerja dari atasannya yang dapat menyebabkan ABK tersebut kehilangan kontrol dan konsentrasinya dalam melakukan pekerjaannya. Dan juga lingkungan kerja yang tidak kondusif, Ini terkadang timbul di kapal itu sendiri karena tidak harmonisnya atau ada suatu ketidak cocokkan antar sesama ABK yang dapat berpengaruh pada kinerja mereka sehingga tidak dapat tercapai hasil yang optimal.

f. Kurangnya Familiarisasi tentang Alat-alat Keselamatan Kerja

Penerapan pengenalan atau familiarisasi alat-alat keselamatan kerja di atas kapal akan sangat diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil dari ABK yang berkualitas dan memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Maka dari itu antara pihak perusahaan dan pihak kapal diperlukan suatu kerjasama yang baik untuk melaksanakan suatu metode atau sistim pelatihan pengenalan (familiarisasi) dan pelatiban keselamatan yang baik sesuai dengan yang diatur oleh IMO yang ada di dalam STCW-95 code peraturan 1/ 14,1.4 dan A-1/14 tentang familiarisasi tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan peraturan Vl/1 dan 2 tentang familiarisasi tentang keselamatan yang diimplementasikan dalam ISM CODE. Dimana di atas kapal terhadap ABK yang baru naik selalu di berikan pelatihan pengenalan alat-alat keselamatan dan semua peralatan baik itu pekerjaan di dek maupun alat keselamatan kerja di anjungan dalam hal ini alat-alat navigasi dan juga letak dari alat-alat tersebut beserta jumlah dan cara pemakaiannya.

2. Penentuan Masalah Utama

a. Kurangnya kepedulian ABK dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja

Dengan adanya kejadian seorang ABK yang terluka jarinya saat memegang tug line/tali sling saat bongkar muat di phe-5,disebabkan karena saat itu ABK yang bersangkutan tidak menggunakan sarung tangan,ABK tersebut kurang peduli akan keselamatanya sehingga penggunaan alat-alat keselamatan kerja di anggap remeh.

b. kurangnya koordinasi sebelum memulai pekerjaan

Di dalam pekerjaan sehari-hari ABK selalu di tuntut untuk selalu menggunakan pull PPE (personal protection equipment) karena kondisi pekerjaan Dan lokasi kerja yang dimana sewaktu-waktu ancaman kecelakaan selalu ada.Disini peran seorang Nakhoda dan Chief Officer di tuntut untuk selalu memberi arahan dan pandangan kepada ABK akan pentingnya menggunakan alat-alat keselamatan kerja agar ABK senantiasa terhindar dari kecelakaan di dalam bekerja, maka dari itu perlunya selalu ada koordinasi dan safety breefing setiap kali akan memulai pekerjaan.

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Landasan Teori

ABK yang peduli di dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal merupakan suatu keharusan. Dengan memiliki ABK yang peduli dengan keselamatan ini, maka perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan munculnya sejumlah kecelakaan kerja. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa kecelakaan kerja yang terjadi di atas kapal akan merugikan banyak pihak, bukan hanya pihak pemilik kapal saja, melainkan juga pencharter dan awak kapal. Oleh karena itu, kepedulian ABK di dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja mutlak diperlukan untuk dapat menghindari kecelakaan kerja yang mungkin timbul di atas kapal.Salah satu kutipan buku Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditulis Suardi : 2005 hal 12, bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara dan lain-lain. 2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat.3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan. 4. Factor fisiologis, seperti sikap dan cara kerja.5. Factor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara sesama pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja.

Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil salah satu contoh adalah faktor fisiologis seperti sikap dan cara kerja, faktor ini sangat berpengaruh sekali terhadap kepedulian ABK dalam menggunakan alat- alat di kapal terutama alat alat keselamatan, Sikap ABK yang tidak disiplin atau tidak serius dalam melakukan setiap tugasnya akan mengakibatkan terjadinya suatu kesalahan dalam tugas tersebut, Sehingga mereka jadi kurang terampil dan unsur ketelitian tidak ada maka hasil pekerjaan mereka pun tidak akan bisa maksimal.Sesuai dengan ketentuan STCW 1978/1995 Seksi B-V/4 dan B-V/5 memberikan rekomendasi pelatihan untuk para perwira dan bawahan (ratings) yang bertanggung jawab untuk penanganan muatan di atas kapal-kapal yang mengangkut muatan berbahaya dalam bentuk padat jumlah besar dan bentuk kemasan.Berikut penulis ambil kutipan dari beberapa sumber mengenai peraturan yang berhubungan dan mendasari teori dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Perusahaan harus menetapkan prosedur untuk memastikan bahwa personil yang baru dan personil yang dipindahkan untuk tugas-tugas baru yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan diberikan pengenalan (familiarization) yang sesuai dengan tugas tugasnya, instruksi yang penting harus disiapkan sebelum berlayar, harus dikenal, didokumentasikan dan diberikan" ISM Code dalam elemen 6.3)2. "Perusahaan harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk mengidentifikasikan setiap diklat. Yang mungkin diperlukan dalam mendukung Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) dan memastikan bahwa diklat dimaksud diberikan untuk semua personil yang terkait. ( ISM Code dalam elemen 6.5)3. "Penggunaan alat-alat keselamatan diri pada waktu bekerja harus digunakan disetiap pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu yang akan diawasi oleh perwira jaga, alat pelindung diri atau alat keselamatan kerja menjadi sangat penting perannya dalam kelancaran disetiap pekerjaan sehingga hal-hal yang tidak kita inginkan seperti kecelakaan kerja bisa terhindari atau diminimalisir''. (Watch keeping In Port, chapter 4.10, Safety Clothing and Equipment )

Kutipan di atas sangat bermanfaat untuk diperhatikan dan diterapkan di atas kapal ataupun diterapkan oleh perusahan yang bergerak dibidang pelayaran untuk mengantisipasi terjadinya suatu kecelakaan.

B. Analisa Penyebab Masalah

Sebagairnana telah penulis kemukakan pada Bab III, permasalahan utama yang akan penulis bahas lebih lanjut adalah "Kurangnya kepedulian ABK dalam menggunakan alat alat keselamatan kerja". Adapun penyebab dari permasalahan ini adalah:

1. Kurangnya Kepedulian ABK Dalam Menggunakan Alat-alat Keselamatan Kerja

Kurangnya Kepedulian ABK Dalam Menggunakan Alat-alat Keselamatan Kerja disebabkan oleh:

a. Latihan Penggunaan Alat-Alat Keselamatan tidak terlaksana oleh perwira diatas kapal karena kesibukan operasional kapal.

Pelatihan merupakan hal yang sangat diperlukan di atas kapal, dalam hal ini khususnya pelatihan dalam upaya peningkatan pengoperasian kapal .Namun di atas kapal tempat penulis bekerja, pelatihan jarang dilaksanakan bahkan tidak terjadwal sehingga kepedulian anak buah kapal dalam penggunaan alat-alat keselamatan kurang. Hal tersebut jika dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kecelakaan saat ABK bekerja yg dapat menghambat operasional kapal tersebut.

b. Kurangnya Pengenalan Prosedur Kerja

Familiarisasi tentang prosedur kerja perlu sering dilakukan agar ABK dapat memahami fungsi dan cara penggunaan setiap alat keselamatan yang ada. Namun pengenalan atau familiarisasi prosedur kerja yang baik dan benar di atas kapal masih jarang dilakukan. Hal ini sering menyebabkan kebingungan pada ABK ketika akan menggunakan alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal.

2. Rendahnya Kepedulian ABK Tentang Alat Keselamatan

Masalah rendahnya kesadaran ABK tentang alat keselamatan disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. Jarang Diberikan Ceramah Tentang Pentingnya Alat Keselamatan

Ceramah atau briefing mengenai fungsi dan cara penggunaan semua alat keselamatan di atas kapal perlu sering diadakan untuk meningkatkan kesadaran ABK dalam menggunakan alat keselamatan kerja.Tetapi yang terjadi di atas kapal adalah bahwa ceramah seperti ini jarang diadakan sehingga pengetahuan ABK menjadi terbatas. Kalau tidak segera diatasi, maka masalah ini dapat merugikan pihak perusahaan dan ABK sendiri, terutama bila muncul b. Belum dilaksanakannya Familiarisasi Kepada ABK Tentang AlatAlat Keselamatan

Alat keselamatan merupakan hal yang sudah biasa diternui di atas kapal, tetapi dalam penggunaan alat-alat keselamatan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan di atas kapal. Dalam hal ini di atas kapal MV Bestlink 8 peralatan keselamatan sudah cukup memadai akan tetapi masih rendahnya kesadaran anak buah kapal dalam menggunakan peralatan keselamatan sehingga mengakibatkan kecelakaan di atas kapal MV Bestlink 8.

C. Analisis Pemecahan Masalah

Dari uraian pada bab sebelumnya diketahui bahwa permasalahan utama yang akan dibahas lebih lanjut pada bab ini adalah: "Kurangnya kepedulian ABK dalam menggunakan alat alat keselamatan kerja" yang disebabkan oleh kurangnya pelatihan/pengenalan alat-alat keselamatan kerja bagi ABK dan rendahnya kesadaran ABK tentang alat keselamatan kerja. Berikut adalah pemecahan terhadap kedua penyebab ini:

1. Kurangnya Kepedulian ABK Dalam Penggunaan Alat-Alat Keselamatan Kerja

Pemecahannya adalah sebagai berikut:

a. Diberikan Pelatihan Disiplin Oleh Chief Officer Dalam penggunaan Alat-alat Keselamatan Kerja

Dalam upaya meningkatkan potensi kerja ABK tersebut.perlu diadakan pelatihan pelatihan yang mengacu pada peraturan ISM CODE Elemen 6.5 yang menyatakan Latihan Keselamatan harus dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan SMS. Latihan bertujuan guna memastikan bahwa awak kapal memenuhi standar SMS perusahaan dan guna menambah percaya diri ABK dalam melakukan pekerjaan, salah satunya adalah dalam hal mengendalikan keadaan darurat. Dengan memotivasi mereka dan diadakan pelatihan secara berkala dan terencana, diharapkan akan mendapatkan hasil yang maksimal.Latihan atau training adalah suatu kegiatan dari perusahaan dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, kepedulian dan pengetahuan karyawanya sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.Pelatihan penggunaan alat-alat keselarnatan perlu dilakukan secara berkesinambungan, agar apabila terjadi keadaan darurat semua awak kapal dapat menggunakannya dengan benar. Dalam bekerja ABK dapat menggunakan alat alat keselamatan kerja sesuai dengan fungsinya. Juga cara-cara perawatan dari alat-alat tersebut harus diterapkan, agar dalam penggunaannya alat-alat tersebut tidak mengalami kendala ataupun hambatan. Tanpa alat-alat keselamatan kerja yang memadai dan kualitas dari alat-alat keselamatan kerja yang baik akan sulit mendapatkan hasil yang maksimal. Kualitas alat-alat keselamatan yang buruk akan mengakibatkan keselamatan ABK dan Penumpang kurang mendapat jaminan. Kurangnya pemeliharaan alat-alat keselamatan kerja mengakibatkan, penundaan pekerjaan berpengaruh terhadap bertambahnya beban pemeliharaan.Melaksanakan latihan bagi awak kapal diharapkan pekerjaan akan menjadi lebih baik, kerusakan property maupun lingkungan dapat diperkecil, pemborosan dapat diperkecil dan yang penting kecelakaan kerja dapat ditekan seminim mungkin.Pelatihan yang berkelanjutan baik di darat maupun di atas kapal sangat penting untuk menambah kepedulian atau mengingatkan kembali materi-materi yang telah'didapat dari kursus- kursus yang telah diikuti oleh awak kapal.Sehingga dengan latihan diharapkan akan tercapai Safety Program Cultur, yang terdiri dari:1) Know your duties and responsibilities (mengenal tugas dan tanggung jawab)2) Familiarization Training (pelatihan). 3) Periodical I Refresher Training (pelatihan berjangka).Safety committee and Non-Confirmity Reporting (pertemuanmembahas tentang keamanan dan keselamatan kerja).4) Follow Established Procedures (Mengikuti aturan yang sudah ditetapkan).5) Performannce Monitoring (pengawasan basil kerja).Plan Maintenance Programme (Program rencana kerja).6) Good House Keeping (kebersihan/kerapian).

Dari unsur- unsur tersebut di atas maka setiap Anak Buah Kapal (ABK) akan selalu mengingat: Think Safety, Act Safety, Be Safety (Memikirkan Keselamatan, Bertindak Keselamatan, Melakukan Keselamatan).Latihan - latihan keselamatan harus dilaksanakan sesuai prosedur dan pelaksanaan di dalam SMS.Latihan harus dalam keadaan mencerminkan situasi darurat dan harss diarahkan untuk memastikan bahwa anak buah kapal memenuhi standar SMS perusahaan dan menambah kepercayaan diri dalam mengendalikan situasi yang timbul bila terjadi kecelakaan.Pembiasaan dengan tugas SMS diperlukan khususnya demi untuk mempertahankan SMS secara terus menerus dan tingkat kerja yang efektif.Sarana lain yang berisi pengetahuan seperti safety video program, buku buku tentang tata cara penggunaan alat-alat keselamatan hendaknya tersedia di atas kapal sebagai pengetahuan bagi para ABK, untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

b. Pengenalan Prosedur Kerja oleh Chief Officer

Pengenalan prosedur kerja di atas kapal sangat diperlukan. Pengenalan prosedur kerja di sini dalam arti suatu strategi di dalam pelaksanaan pelatihan yang sistematis, sehingga semua ABK dapat menggunakan dan terlatih pada semua jenis peralatan kesetamatan kerja sebagai mana mestinya. ABK dituntut untuk dapat menggunakan peralatan keselamatan dengan baik pada saat yang tepat. Dengan pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara sistimatis dan terencana, tentunya diharapkan mendapatkan hasil yang baik yaitu ABK diharapkan dapat menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan baik.Seperti dalam kutipan buku sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja karangan Rudi Suardi : th 2005 hal 12 Mengenai Tanggung jawab dan wewenang Level Manajemen antara lain :1) Memastikan pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan persyaratan2) Memberikan pemahaman pada pekerja tentang potensi bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja.

3) Jika diperlukan membuat instruksi kerja atau prosedur tentang penggunaan alat pelindung diri.

Tingkat kepedulian anak buah kapal merupakan faktor yang harus diperhitungkan. Kecakapan dan kepedulian anak buah kapal akan memberikan jaminan peroleben hasil kerja yang baik pula.Pihak perusahaan diharapkan untuk dapat menerima tenaga kerja baru yang berkualitas, dengan mengadakan pengujian terlebih dahulu.Pihak kapal perlu juga untuk mengadakan pelatihan-pelatihan kerja yang baik dan benar di atas kapal guna menanamkan semangat kerja yang tinggi kepada mereka, yang tentunya diharapkan akan mendapat hasil kerja yang baik pula.

2. Rendahnya Kepedulian ABK Dalam Penggunaan Alat Keselamatan Kerja

Pemecahannya adalah dengan cara:

a. Safety Breefing Tentang Pentingnya Dalam Penggunaan Alat Keselamatan Oleh Chief Officer

Kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak diinginkan terjadi di atas kapal.Oleh karena itu ABK yang bekerja di atas kapal perlu diberikan pelatihan dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja.Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ABK tentang peralatan keselamatan, maka perlu diadakan pendidikan di atas kapal. Pendidikan di atas kapal dapat dilakukan dengan memberikan buku-buku petunjuk mengenai alat-alat keselamatan kerja yang ada di atas kapal Buku-buku petunjuk mengenai peralatan keselamatan ini sangat bermanfaat bagi ABK baik ABK baru maupun ABK yang sudah lama bekerja di atas kapal agar dapat meningkatkan pengetahuan ABK tentang alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal. Selain buku-buku petunjuk, hal yang sangat mudah dipahami oleh ABK adalah dengan menggunakan video, karena dengan menggunakan video ABK dapat dengan mudah mengerti.Dalam usaha meningkatkan pengetahuan ABK tentangPentingnya penggunaan peralatan keselamatan kerja juga dapat dilakukan dengan cara memberikan latihan-latihan dan safety breefing secara berkala di atas kapal untuk meningkatkan pengetabuan dan kemampuan ABK mengenai alat-alat keselamatan sehingga akan mampu bekerja dengan baik dan selalu mengutamakan keselamatan kerja di atas kapal.Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan sumber daya manusia (SDM) tidak sama dengan pendidikan di kapal, sekalipun umum memandang sebagai suatu proses yang sama. Jika pendidikan lebih mengutamakan pengembangan proses intelektual pembinaan ini dititik beratkan pada pembinaan kemampuan yang sifatnya fungsional. Suatu industrial diperlukan dalam program pembinaan anak buah kapal agar sasaran utama yaitu meningkatkan kualitas kerja ABK dalam upaya mencegah kecelakaan kerja di kapal merupakan suatu sasaran yang akan dicapai.

b. Chief Officer Memberikan Familiarisasi Tentang cara Penggunaan Alat-Alat Keselamatan Kepada ABK.

Perusahaan perlu memastikan bahwa personel kapal memiliki pengetahuan yang memadai tentang alat-alat keselamatan kerja di atas kapal dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan dan familiarisasi tentang alat-alat keselamatan kerja. Pengarahan yang dilakukan adalah yang berkaitan dengan aturan-aturan, sangsi-sangsi dan tanggung jawab ABK di atas kapal, terutama yang berkaitan dengan keselamatan kerja.Pengarahan ini penting sekali dilakukan agar ABK tidak mengalami kebingungan di dalam cara-cara penggunaan alat-alat keselamatan kerja yang ada di atas kapal. Dengan pengarahan, ABK diharapkan dapat memahami dengan teliti manfaat masing-masing alat keselamatan tersebut sehingga kecelakaan kerja dapat dikurangi sekecil mungkin.Para anak buah kapal yang baru naik kapal baik yang belum berpengalaman maupun yang sudah berpengalaman perlu dilakukan pengenalan kondisi kapal tentang :1) Pengenalan cara penggunaan alat alat keselamatan kerja2) Pengenalan letak dimana alat keselamatan kerja disimpan3) Pengenalan fungsi dari alat keselamatan kerja4) Prosedur perawatan alat alat keselamatan kerja

Sehingga awak kapal yang ada di atas kapal, mempunyai kemampuan secara penuh untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan mereka. Bahkan para anak buah kapal yang sudah berpengalaman pun perlu belajar dan menyesuaikan dengan kondisi kapal, orang yang ada di kapal serta prosedur-prosedurnya. Mereka juga memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut untuk mengerjakan tugas-tugas secara baik.Adapun tujuan utama program familiarisasi ABK untuk meningkatkan kecakapan atau kemampuan ABK sesuai dengan jabatan dan tanggung jawabnya. Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas kerja ABK dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan, Meskipun usaha-usaha tersebut memakan waktu, tetapi akan mengurangi perputaran tenaga kerja dan membuat anak buah kapal menjadi lebih produktif.Mereka merasa lebih terjamin atau aman dan lebih diperhatikan. Dengan tingkat kecemasan yang rendah mereka akan lebih dapat mempelajari tugas-tugas dengan lebih baik. Program orientasi mempercepat proses sosialisasi dan penerimaan ABK baru dalam kelompok kerja.Meskipun ABK baru telah menjalani orientasi yang baik, mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan. Mereka harus dilatih dan dikembangkan dalam bidang tugas-tugas mereka. Begitu pula ABK lama yang telah berpengalaman memerlukan juga latihan-latihan untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang jelek.Sebelum pelaksanaan aktivitas diadakan safety meeting terlebih dahulu yang diikuti oleh anak buah kapal yang akan melakukan aktivitas pekerjaan, dirnana didalam pertemuan tersebut menentukan jenis suatu pelatihan, lokasi pelatihan, alat yang akan dipergunakan termasuk alat alat keselamatan kerja dan mengatur penempatan personilnya. Dengan melaksanakan hal tersebut maka di harapkan proses pelatihan dapat diselesaikan dengan hasil yang seoptimal dan seefisien mungkin sesuai dengan rencana.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan melakukan identifikasi masalah dan altematif pemecahan masalah, maka penulis melakukan kesimpulan bahwa kecelakaan kerja dapat terjadi karena disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Kurangnya kepedulian ABK dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja sehingga jika terjadi kecelakaan kerja di kapal akan berakibat fatal.2. Dikarenakan kurangnya ceramah dan familiarisasi tentang pentingnya penggunaan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal membuat terkadang ABK tidak peduli dengan keselamatanya sendiri.3. Latihan penggunaan alat-alat keselamatan yang tidak terjadwal mengakibatkan ABK kurang peduli dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja.4. Kurangnya kepedulian ABK terhadap penggunaan alat-alat keselamatan kerja juga disebabkan oleh kurangnya pengenalan prosedur kerja di atas kapal.

B. Saran

Untuk rnencegah terjadinya kecelakaan kerja di atas kapal maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Chief Officer / Safety Officer di atas kapal hendaknya dapat meningkatkan kepedulian dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja kepada ABK agar ABK dapat selalu menggunakan alat-alat keselamatan saat bekerja.2. Nahkoda memberikan pengarahan tentang pentingnya alat-alat keselamatan kerja dan memberikan familiarisasi kepada ABK tentang alat-alat keselamatan kerja.3. Hendaknya perusahaan pelayaran dapat berkoordinasi dengan pihak kapal atau melakukan internal audit dan familiarisasi tentang pentingnya penggunaan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal, khususnya ABK yang baru sign on di kapal agar kepedulian ABK tentang penggunaan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal dapat meningkat/ lebih baik.4. Mualim I agar selalu mengingatkan ABK diatas kapal tentang pentingnya penggunaan alat-alat keselamatan kerja serta pengenalan tentang prosedur kerja yang benar agar ABK peduli dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Moedjiman R, SH (2007), Prosedur Penulisan Makalah, Penerbit BP3IP Jakarta.

Nitisemito, Alex S, Drs (1982), Manajemen Personalia.

Roberts, Peter, Captain, BSc (2002), Watchkeeping Safety And Cargo Management In Port.

Rosadhi, Sammy Drs, MM (1999), Implementasi STCW 1978/1995.

Suardi, Rudi (2005) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PMM Jakarta.

Yatim, Rozaimi, Capt. (2003), Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM CODE), Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.

International Maritime Organization (1996), STCW 95, London.

30