oleh : karina angelina nim r0007007 - digilib.uns.ac.id/gambar… · laporan khusus dengan judul :...

88
LAPORAN KHUSUS GAMBARAN UPAYA PENERAPAN SAFETY BEHAVIOR DI AREA WORKSHOP P.T. TRAKINDO UTAMA CABANG JAKARTA Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: duongphuc

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

LAPORAN KHUSUS

GAMBARAN UPAYA PENERAPAN SAFETY BEHAVIOR DI

AREA WORKSHOP P.T. TRAKINDO UTAMA CABANG

JAKARTA

Oleh :

Karina Angelina

NIM R0007007

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

ii

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Gambaran Upaya Penerapan Safety Behavior di Area Workshop PT. Trakindo

Utama Cabang Jakarta

dengan peneliti :

Karina Angelina

NIM. R0007007

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayenti, S.T., M.Kes. Drs. Hardjono, M.Si.

NIP. 19720322 200812 2001

A.n. Ketua Program

DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M.Kes.

NIP. 19650706 198803 1 002

Page 3: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Khusus dengan judul :

Gambaran Upaya Penerapan Safety Behavior di Area Workshop PT. Trakindo

Utama Cabang Jakarta

dengan peneliti :

Karina Angelina

NIM. R0007007

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing Magang,

Bambang Wiyono, SKM

Page 4: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

iv

ABSTRAK

Karina Angelina, 2010. GAMBARAN UPAYA PENERAPAN SAFETY

BEHAVIOR DI AREA WORKSHOP P.T. TRAKINDO UTAMA CABANG

JAKARTA. PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN

KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya penerapan safety

behavior di PT. Trakindo Utama cabang Jakarta, khususnya di area workshop, serta

kesesuaian upaya penerapan safety behavior dengan standar perusahaan dan

peraturan perundang-undangan yang ada.

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa penyebab kecelakaan terbesar

adalah human error hingga pada skala lebih dari 80%. Penyebab langsung (direct cause)

sebagai penyebab utama berasal dari unsafe act (tindakan tidak aman) serta unsafe

condition (kondisi tidak aman). Maka dari itu kunci untuk menghilangkan kecelakaan

adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman, dan menerapkan safety behavior

(perilaku keselamatan) sebagai pencegahan proaktif terhadap potensi bahaya di tempat

kerja, bila setiap individu sudah menerapkan safety behavior maka diharapkan dapat

tercipta safety culture di tempat kerja, sehingga risiko kecelakaan dapat menurun dan

diharapkan dapat mencapai angka zero accident di tempat kerja. Metode penelitian yang dipakai adalah deskriptif yaitu menggambarkan

tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkannya

dengan standar perusahaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di area workshop P.T. Trakindo Utama

Cabang Jakarta telah diselenggarakan upaya-upaya penerapan safety behavior berupa

: observasi keselamatan kerja, safety induction, toolbox meeting, safety talk, CIM

ideku, lomba K3L, personal SHE performance award, sistem work permit, safety

training, working instruction dan pemasangan safety sign dengan baik sesuai dengan

standar perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku. Saran yang diberikan

adalah meningkatkan upaya penerapan safety behavior secara keseluruhan agar

tercipta safety culture yang interdependen dan dapat mengurangi angka kecelakaan

secara nyata.

Kata kunci : Safety behavior, upaya penerapannya

Kepustakaan : 15, 1987-2010

Page 5: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah

memberikan begitu banyak kelimpahan rahmat, hidayah serta karunia yang tidak

terhingga nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan laporan

khusus dengan judul : “Gambaran Upaya Penerapan Safety Behavior di Area

Workshop P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta”

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar Ahli Madya pada Program

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Disamping itu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan

untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme

serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di

dunia kerja yang sesungguhnya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan magang sampai dengan

selesainya laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik

berupa bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga telah memberikan semangat

dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S., Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Page 6: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

vi

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., P.K.K., M.S., Sp.Ok., Selaku Ketua Progam

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Lusi Ismayenti, S.T., M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing I

4. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., Selaku Dosen Pembimbing II

5. Bapak Yogo Voluntoro selaku HRD Manager yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta.

6. Bapak Bambang Wiyono, SKM selaku SHE Supervisor sekaligus

pembimbing lapangan atas kesabaran dan kesediaannya meluangkan banyak

waktu untuk membimbing penulis dalam melakukan praktek kerja lapangan

hingga penulisan laporan umum dan khusus.

7. Seluruh keluarga besar karyawan PT. Trakindo Utama cabang Jakarta, yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala ilmu yang sangat

berharga dan bimbingan yang telah diberikan, serta penerimaan yang begitu

kekeluargaan sehingga membuat penulis kerasan dalam menjalani program

magang.

8. Seluruh dosen Program Studi DIII Hiperkes & KK Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak ilmu

yang berharga pada penulis selama 3 tahun masa perkuliahan.

9. Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Christian Raprap dan Ibunda Nia Kurniawati,

Nenek Sudarmiati tercinta, Kakek Almarhum Suharyadi Prawirodiharjo yang

Page 7: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

vii

selalu menjadi inspirasi bagi penulis, Oma, adik-adikku Novita Krisna Lestari,

Febriyanti Veronica dan Yuliana Fransisca yang selalu memberi dukungan

pada penulis, Om Mul Budi Muliawan dan Bar Sabar Nugroho yang tiada

henti mendukung dan membimbing penulis, serta seluruh keluarga besar yang

telah memberikan kasih sayang, doa, serta dukungan yang tak ternilai

harganya.

10. Teman seperjuangan selama magang bersama di Trakindo, Ahmad Zaini

Dahlan, terima kasih atas kerjasamanya serta dukungan dan bantuan yang

selalu diberikan saat penulis mengalami kesulitan.

11. Teman-teman Program Studi DIII Hiperkes & KK Angkatan 2007 khususnya

teman-teman baikku, Retno Wijayaningsih, Alvina Yanuarita C., Anastasia

Dyah Ayu K., Kalpika Anis S., Tatik Madiyati, Melinda Putri, Dimas Okhy

Anto P., Anton Sujarwo, terima kasih banyak atas segala dukungan yang

diberikan, semoga kita semua sukses, amin.

12. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan kepada penulis khususnya

Friday Wijayanti Hafni, Frienty Fajar Septaria, Riyanto Madandan.

13. Sofan Putra Perdana dan keluarga, terima kasih banyak atas segala dukungan,

bantuan, dan doa yang selalu diberikan pada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan penulisan

laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang besar kepada semua

pihak yang telah banyak membantu. Penulis menyadari tidak akan bisa membalas

Page 8: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

viii

kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dan semoga Tuhan YME membalas

semua budi baik dan bantuan yang telah diberikan, amin. Akhir kata penulis

menyadari dengan keterbatasan yang ada pada laporan khusus ini jauh dari sempurna

baik materi maupun teknik penulisannya. Karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan laporan khusus ini. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2010

Penulis,

Karina Angelina

Page 9: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 42

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 42

Page 10: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

x

C. Objek Penelitian ................................................................................ 42

D. Teknik Pengambilan Data ................................................................. 42

E. Sumber Data ...................................................................................... 43

F. Analisis Data ..................................................................................... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 45

B. Pembahasan ....................................................................................... 63

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 73

B. Saran .................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

LAMPIRAN

Page 11: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Domino .......................................................................... 10

Gambar 2. ABC Model of Behavioural Change ......................................... 22

Gambar 3. Proses Intervensi Modifikasi Perilaku ..................................... 25

Gambar 4. Program Behavioral Safety ...................................................... 31

Gambar 5. The Safety Triad ...................................................................... 39

Gambar 6. Hubungan Injury Rates dengan Safety Culture ....................... 40

Gambar 7. Kartu Observasi Keselamatan ................................................. 47

Gambar 8. Trend Temuan Observasi Keselamatan ................................... 47

Gambar 9. Safety Induction ....................................................................... 50

Gambar 10. Toolbox Meeting di Small Component ................................... 52

Gambar 11. Safety Talk pekerja di Machine Bay ....................................... 52

Gambar 12. CIM Ideku Board .................................................................... 54

Gambar 13. CIM Ideku Card ...................................................................... 54

Gambar 14. CIM Ideku Meeting ................................................................ 55

Gambar 15. Lomba Fire Fighting ............................................................... 55

Gambar 16. Lomba Ketangkasan P3K ....................................................... 56

Gambar 17. First Aid Awareness ............................................................... 62

Gambar 18. Pemasangan Safety Sign di Workshop Area ........................... 63

Gambar 19. Hubungan Injury Rates dengan Safety Culture ...................... 64

Page 12: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Contoh Pengisian Kartu Observasi Keselamatan

Lampiran 2. Kartu Induksi K3LH untuk Tamu

Lampiran 3. Diagram Proses Prosedur Induksi Tamu, Pelanggan, dan Pemasok

Lampiran 4. Diagram Proses Prosedur Induksi sub-Kontraktor atau Kontraktor

Lampiran 5. Diagram Proses Prosedur Induksi Karyawan Baru

Lampiran 6. Peta Proses Komunikasi & Konsultasi Internal K3L

Lampiran 7. Diagram Proses Surat Ijin Bekerja

Lampiran 8. Diagram Proses Pelatihan K3L dan Kompetensi Personil SHE

Lampiran 9. Diagram Proses Pelatihan K3L dan Kompetensi Personil non SHE

Lampiran 10. Analisa Kebutuhan Pelatihan K3L (&Matriks) untuk Personil SHE

Lampiran 11. Analisa Kebutuhan Pelatihan K3L (&Matriks) untuk Personil non SHE

Lampiran 12. Matriks Pelatihan K3L

Lampiran 13. Matriks Safety Induction

Lampiran 14. Flow Proses Penilaian SHE Performance Award

Lampiran 15. Matriks Penilaian SHE Performance Award

Lampiran 16. Form Penilaian SHE Performance Award

Lampiran 17. Surat Keterangan Magang

Page 13: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu

dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila

perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul

seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan

melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya

kecelakaan kerja (Bhina Patria, 2003).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi

kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban

jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini

merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya

sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah

biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung

yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen

keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu

kerja (Bhina Patria, 2003).

Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar.

Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang

Page 14: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

2

kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980

kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar.

Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia

industri di Amerika.

Pada tahun 1995 jumlah kerugian yang diderita oleh pemerintah Amerika

sudah mencapai angka 119 milyar dollar. Pertumbuhan kerugian sebesar 67,9

milyar dollar selama 15 tahun merupakan angka yang sulit dibayangkan besarnya.

Kerugian ini belum termasuk hilangnya korban jiwa yaitu setiap tahun 1 dari 10

pekerja tewas atau terluka dalam kecelakaan kerja.

Di Indonesia sendiri sangat sulit menentukan jumlah angka kerugian materi yang

muncul akibat dari kecelakaan kerja. Hal ini karena setiap kejadian kecelakaan

kerja perusahaan bersangkutan tidak berkenan menyampaikan kerugian materi

yang mereka derita. Namun menurut catatan dari Departemen Tenaga Kerja

(Depnaker) pada tahun 1999 terjadi 27.297 kasus kecelakaan kerja, dengan jumlah

korban mencapai 60.975 pekerja. Dari sejumlah korban tersebut terdiri dari 1.125

pekerja tewas, 5.290 cacat seumur hidup dan 54.103 pekerja sementara tidak bisa

bekerja.

Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang

membanggakan. Keadaan ini sangat mengganggu keberadaan perusahaan-

perusahaan tersebut. Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut tidak tinggal diam

dalam menghadapi angka kecelakaan yang begitu besar. Perusahaan-perusahaan

banyak mengeluarkan dana setiap tahun untuk meningkatkan keselamatan di

lingkungan perusahaan agar angka kecelakaan kerja yang tinggi bisa diatasi. Dana

Page 15: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

3

yang besar tersebut digunakan terutama untuk menambah alat-alat keselamatan

kerja (alat pemadam kebakaran, rambu-rambu, dll.), memperbaiki proses produksi

agar lebih aman dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan kerja secara

keseluruhan. Dalam beberapa tahun terakhir memang upaya tersebut bisa

mengurangi angka kecelakaan kerja. Namun masih jauh untuk mencapai angka

kecelakaan kerja yang minimal.

Kenyataan bahwa ternyata perbaikan yang telah dilakukan oleh perusahaan

tersebut belum bisa menurunkan angka kecelakaan kerja seminimal mungkin

membuat para ahli dibidang industri bertanya-tanya faktor apakah yang terlupakan

dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Suizer (1999) salah seorang praktisi Behavioral Safety mengemukakan

bahwa para praktisi safety telah melupakan aspek utama dalam mencegah

terjadinya kecelakaan kerja yaitu aspek behavioral para pekerja. Pernyataan ini

diperkuat oleh pendapat Dominic Cooper. Cooper (1999) berpendapat walaupun

sulit untuk di kontrol secara tepat, 80-95 persen dari seluruh kecelakaan kerja

yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior.

Pendapat Cooper tersebut didukung oleh hasil riset dari NCS tentang

penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Hasil riset NCS menunjukkan bahwa

penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena

unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang

dilakukan oleh DuPont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96%

disebabkan oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition.

Unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti

Page 16: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

4

bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin,

menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang

berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang

pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Miner,1994).

Menurut Suizer peningkatan peraturan keselamatan; safety training ;

peningkatan alat-alat produksi; penegakan disiplin dan lain-lain belum cukup

untuk mencegah kecelakaan kerja. Perubahan yang didapatkan tidak bisa bertahan

lama karena para pekerja kembali pada kebiasaan lama yaitu unsafe behavior.

Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang terbesar

dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dan

untuk meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha

memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior, dan menerapkan safety

behavior di tempat kerja, yang bila diterapkan oleh seluruh pekerja maka akan

tercipta safety culture di tempat kerja.

Melalui kegiatan pemantauan di workshop P.T. Trakindo Utama Cabang

Jakarta, penulis mencoba untuk memberikan gambaran mengenai upaya

pengendalian angka kecelakaan dengan penerapan safety behavior melalui laporan

dengan judul “Gambaran Upaya Penerapan Safety Behavior di Area Workshop

P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana P.T.

Page 17: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

5

Trakindo Utama Cabang Jakarta mengupayakan penerapan Safety Behavior di

Area Workshop?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan

Safety Behavior di Area Workshop P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Perusahaan

Masukan sebagai bahan pertimbangan evaluasi mengenai penerapan Safety

Behavior di perusahaan serta sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan upaya

terciptanya budaya safety berdasarkan kesadaran pekerja masing-masing di PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta.

2. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.

3. Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang aplikasi nyata Safety Behavior

di tempat kerja.

b. Mempraktekkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat dan

dipelajari dibangku kuliah.

Page 18: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sumber Bahaya

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik

kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan cara dideteksi sumber-

sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

tersebut (Syukri Sahab, 1997).

Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari :

a. Manusia

Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar

kecelakaan, kerugian, atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang

bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada

umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan

Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima

melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan

langsung dengan sikap pimpinan (Freeport, 1995).

b. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya

jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat

tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada

Page 19: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

7

perawatan atau pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian

dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri

Sahab, 1997)

c. Bahan

Menurut Syukri Sahab (1997) bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko

sesuai dengan sifat bahan, antara lain :

1) Mudah terbakar,

2) Mudah meledak,

3) Menimbulkan alergi,

4) Menyebabkan kanker,

5) Bersifat racun,

6) Radioaktif,

7) Mengakibatkan kelainan pada janin,

8) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh.

Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan menurut Soeripto (1995)

tergantung pada :

1) Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung,

2) Berapa banyak terpapar bahan atau energi tersebut,

3) Berapa lama terpapar bahan atau energi tersebut.

d. Proses

Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya

mekanis seperti terjepit, terpotong atau tertimpa bahan. Hal ini dapat

Page 20: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

8

mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses

ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997).

e. Cara atau sikap kerja

Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan

berupa tindakan tidak aman, misalnya :

1) Cara mengangkat yang salah,

2) Posisi yang tidak benar,

3) Tidak menggunakan APD,

4) Lingkungan kerja,

5) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai.

f. Lingkungan Kerja

Menurut Bennett N. B. Silalahi dan Rumandaong B. Silalahi (1995),

keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain :

1) Suhu dan kelembaban udara,

2) Kebersihan udara,

3) Penerapan dan kuat cahaya,

4) Kekuatan bunyi,

5) Cara dan proses kerja,

6) Udara, gas-gas bertekanan,

7) Keadaan lingkungan setempat,

8) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan.

Page 21: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

9

2. Kecelakaan Kerja

Dalam Permenaker No. Per 03/Men/1994 mengenai Program

JAMSOSTEK Pasal I Ayat 7, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja daan pulang kerumah melalui jalan

biasa atau wajar dilalui.

Dalam buku Industrial Safety, David Colling mendefinisikan kecelakaan

kerja sebagai berikut: “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang

disebabkan oleh faktor manusia, situasi, atau lingkungan, yang membuat

terganggunya proses kerja dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit,

kematian, atau kerusakan properti kerja.”

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan yang

tidak aman (unsafe act) dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Dari

data kecelakaan didapatkan 85% sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh

karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam

penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau

membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan

aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja

(Suma‟mur, 1996).

Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan domino yang

digunakan pada cara berpikir modern dalam prinsip pencegahan kecelakaan dan

loss control. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan

Page 22: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

10

sendirinya, akan tetapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului

terjadinya kecelakaan tersebut. Urutan domino dapat dilihat seperti di bawah ini.

Gambar 1. Teori Domino

(Sumber : Teori Domino Heinrich: Teori Ilmiah Pertama tentang Penyebab

Kecelakaan Kerja, 2010)

Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang

saling berhubungan :

a. Kondisi kerja,

b. Kelalaian manusia,

c. Tindakan tidak aman,

d. Kecelakaan,

e. Cedera.

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika

satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan

roboh secara bersama.

Page 23: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

11

Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya,

jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang

menyebabkan robohnya bangunan lain.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan

menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab

kecelakaan. Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini

menyumbang 98% penyebab kecelakaan.

Jika kartu nomer 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomer 1 dan 2 jatuh,

ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu.

Dengan adanya gap/jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, pun

jika kartu kedua terjatuh, ini tidak akan sampai menimpa kartu nomer 4.

Akhirnya, kecelakaan (poin 4) dan cedera (poin 5) dapat dicegah.

Dengan penjelasan ini, Teori Domino Heinrich menjadi teori ilmiah

pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan tidak lagi

dianggap sebagai sekedar nasib sial atau karena peristiwa kebetulan.

a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)

Dalam urutan Domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan

pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian

dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu : planing

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan

controling (pengendalian).

Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan

pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan

Page 24: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

12

benar serta tidak mengarahkan para pekerjannya untuk terampil dalam

melaksanakan pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena

faktor :

1) Program yang tidak memadai (Inadequate program)

Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat

kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program

yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan.

2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program)

Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan

dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan

pemantauan pelaksanaan program tersebut

3) Standar yang tidak layak (Inadequate to Standard)

Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup

spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standar yang diterapkan.

b. Penyebab Dasar (Basic Causes)

Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab

langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari :

1) Faktor Personal (Personal Factor) yaitu meliputi :

a) Kurangnya pengetahuan,

b) Kurangnya ketrampilan,

c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental,

d) Kurangnya motivasi,

Page 25: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

13

e) Stres fisik atau mental.

2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yaitu meliputi :

a) Kepemimpinan dan kepengawasan yang tidak memadai,

b) Engineering kurang memadai,

c) Maintenance kurang memadai,

d) Alat dan peralatan kurang memadai,

e) Pembelian barang kurang memadai,

f) Standar kerja kurang memadai,

g) Aus dan retak akibat pemakaian,

h) Penyalahgunaan wewenang.

c. Penyebab Langsung (Immediate Causes)

Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung

menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab

langsung tersebut berupa :

1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)

Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat

menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya :

a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang,

b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak,

c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol,

d) Gagal mengikuti prosedur kerja,

e) Melepas alat pengaman,

f) Membuat alat pengaman tidak berfungsi,

Page 26: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

14

g) Tidak memakai alat pelindung diri,

h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak,

i) Posisi kerja yang salah,

j) Pengangkutan yang tidak layak,

k) Bersendau gurau di waktu kerja,

l) Kegagalan untuk memperingatkan.

2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap

kecelakaan. Keadaan tidak aman tersebut antara lain :

a) Peralatan atau material yang rusak,

b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak,

c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai,

d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi,

e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak,

f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang

melebihi NAB (Nilai Ambang Batas),

g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB,

h) Paparan radiasi,

i) Temperatur ruang kerja terlalu tinggi atau rendah,

j) Penerangan yang kurang atau berlebihan,

k) Ventilasi yang kurang,

l) Bahaya kebakaran dan peledakan,

m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan.

Page 27: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

15

d. Kecelakaan (Accident)

Jika potensi penyebab kecelakaan dibiarkan saja untuk terjadi, maka

jalannya akan selalu terbuka untuk kontak dengan sumber bahaya. Kecelakaan

tersebut dapat berupa :

1) Terbentur/menabrak suatu benda,

2) Terbentur/tertabrak benda/alat yang bergerak,

3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah,

4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset),

5) Terjepit diantara dua benda,

6) Terjepit kedalam alat/benda yang berputar,

7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun.

3. Safety Behavior

Safety behavior adalah perilaku keselamatan manusia di area kerja dalam

mengidentifikasi bahaya serta menilai potensi resiko yang timbul hingga bisa

diterima dalam melakukan pekerjaan yang berinteraksi dengan aktivitas, produk

dan jasa yang dilakukannya (Dewo P. Rahardjo, 2010).

Dalam mengelola perilaku keselamatan pada tahap dimana seseorang

mampu menetapkan pengendalian resiko terkait aktivitasnya merupakan perilaku

keselamatan unggul yang diharapkan dalam suatu perusahaan.

Seperti kita ketahui bahwa penyebab kecelakaan terbesar adalah human

error hingga pada skala lebih dari 80%. Penyebab langsung (Direct Cause)

sebagai penyebab utama berasal dari unsafe act (tindakan tidak aman) serta unsafe

condition (kondisi tidak aman).

Page 28: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

16

a. Penyebab Unsafe Behavior

Orang atau pekerja sering melakukan unsafe behavior terutama disebabkan

oleh :

1) Merasa telah ahli di bidangnya dan belum pernah mengalami kecelakaan

Berpendapat bahwa bila selama ini bekerja dengan cara ini (unsafe) tidak

terjadi apa-apa, mengapa harus berubah. Pernyataan tersebut mungkin benar

namun tentu saja hal ini merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan

kerja.

2) Reinforcement yang besar dari lingkungan untuk melakukan unsafe act

Reinforcement yang didapat segera, pasti dan positif. Bird (dalam

Muchinsky, 1987) berpendapat bahwa para pekerja sebenarnya ingin mengikuti

kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya need lain menimbukan

konflik dalam dirinya. Hal ini membuat ia menomorduakan safety need

dibandingkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk

menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian,

mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan dari lingkungan. Menurut

Muchinsky, dalam bukunya Psychology Applied to Work (1987), needs yang

menimbulkan konflik dengan safety needs, antara lain :

a) Safety versus saving time,

b) Safety versus saving effort,

c) Safety versus comfort,

d) Safety versus getting attention,

e) Safety versus independence,

Page 29: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

17

f) Safety versus group acceptance.

3) Pengawas atau manajer yang tidak peduli dengan safety

Para manajer ini secara langsung atau tidak langsung memotivasi para

pekerja untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan bahwa perilakunya berbahaya

demi kepentingan produksi. Keadaan ini menghasilkan efek negatif yaitu para

pekerja belajar bahwa ternyata dengan melakukan unsafe behavior ia mendapat

reward. Hal ini membuat unsafe behavior yang seharusnya dihilangkan namun

justru mendapat reinforcement untuk muncul. Selain itu kurangnya kepedulian

manager terhadap safety ini membuat pekerja menjadi meremehkan komitmen

perusahaan terhadap safety.

b. Upaya yang Biasa Dilakukan untuk Mengurangi Unsafe Behavior

1) Menghilangkan bahaya di tempat kerja dengan merekayasa faktor bahaya

atau mengenalkan kontrol fisik

Cara ini dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe behavior,

namun tidak selalu berhasil karena pekerja mempunyai kapasitas untuk

berperilaku unsafe dan mengatasi kontrol yang ada.

2) Mengubah sikap pekerja agar lebih peduli dengan keselamatan dirinya

Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa perubahan sikap akan mengubah

perilaku. Berbagai upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan

safety training. Pendekatan ini tidak selalu berhasil karena ternyata perubahan

sikap tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Sikap sering merupakan apa yang

seharusnya dilakukan bukan apa yang sebenarnya dilakukan.

Page 30: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

18

3) Memberikan punishment terhadap unsafe behavior

Cara ini tidak selalu berhasil karena pemberian punishment terhadap

perilaku unsafe harus konsisten dan segera setelah muncul, hal inilah yang sulit

dilakukan karena tidak semua unsafe behavior dapat terpantau secara langsung.

4) Memberikan reward terhadap munculnya safety behavior

Cara ini sulit dilakukan karena reward minimal harus setara dengan

reinforcement yang didapat dari perilaku unsafe.

c. Pendekatan Behavior Safety untuk Mengurangi Unsafe Behavior

Cooper (1999) mengidentifikasi adanya tujuh kriteria yang sangat penting

bagi pelaksanaan program behavioral safety, yaitu antara lain :

1) Melibatkan Partisipasi Karyawan yang Bersangkutan.

Salah satu sebab keberhasilan behavioral safety adalah karena melibatkan

seluruh pekerja dalam safety management. Pada masa sebelumnya safety

management bersifat top-down dengan tendensi hanya berhenti di management

level saja. Hal ini berarti para pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe

behavior tidak dilibatkan dalam proses perbaikan safety performance. Behavioral

safety mengatasi hal ini dengan menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu

yang berpengalaman dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi unsafe

behavior. Dengan keterlibatan workforce secara menyeluruh dan adanya

komitmen, ownership seluruh pekerja terhadap program safety maka proses

improvement akan berjalan dengan baik.

Page 31: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

19

2) Memusatkan Perhatian pada Perilaku Unsafe yang Spesifik

Alasan lain keberhasilan behavioral safety adalah memfokuskan pada

unsafe behavior (sampai pada proporsi yang terkecil) yang menjadi penyumbang

terbesar terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Menghilangkan unsafe

behavior berarti pula menghilangkan sejarah kecelakaan kerja yang berhubungan

dengan perilaku tersebut. Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang

memicu terjadinya unsafe behavior para praktisi menggunakan teknik behavioral

analisis terapan dan memberi reward tertentu pada individu yang mengidentifikasi

unsafe behavior.

Praktisi lain juga mengidentifikasikan kekurangan sistem manajemen yang

berhubungan agar cepat ditangani sehingga tidak lagi memicu terjadinya unsafe

behavior. Unsafe atau safety behavior yang teridentifikasi dari proses tersebut

disusun dalam check list dalam format tertentu, kemudian dimintakan persetujuan

karyawan yang bersangkutan. Ketika sistem behavioral safety semakin matang

individu menambahakan unsafe behavior dalam check list sehingga dapat

dikontrol atau dihilangkan. Syarat utama yang harus dipenuhi yaitu, unsafe

behavior tersebut harus observable, setiap orang bisa melihatnya

3) Didasarkan pada Data Hasil Observasi.

Observer memonitor safety behavior pada kelompok mereka dalam waktu

tertentu. Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safety behavior

akan meningkat.

Page 32: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

20

4) Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data

Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data prosentase

jumlah safety behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan

yang dihadapi. Data ini menjadi umpan balik yang bisa menjadi reinforcement

positif bagi karyawan yang telah berprilaku safe, selain itu bisa juga menjadi dasar

untuk mengoreksi unsafe behavior yang sulit dihilangkan.

5) Melibatkan Intervensi secara sistimatis dan observasional

Keunikan sistem behavioral safety adalah adanya jadwal intervensi yang

terencana. Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan

kerja yang dilibatkan, karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas

sebagai observer yang tergabung dalam sebuah project team. Observer ditraining

agar dapat menjalankan tugas mereka. kemudian mengidentifikasi unsafe

behavior yang diletakkan dalam check list. Daftar ini ditunjukkan pada para

pekerja untuk mendapat persetujuan. Setelah disetujui, observer melakukan

observasi pada periode waktu tertentu, untuk menentukan baseline. Setelah itu

barulah program interverensi dilakukan dengan menentukan goal setting yang

dilakukan oleh karyawan sendiri. Observer terus melakukan observasi. Data hasil

observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan feed back bagi para karyawan.

Team project juga bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan

dan koreksi terhadap program dapat terus dilakukan.

6) Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja

Dalam sistem behavioral safety umpan balik dapat berbentuk: umpan balik

verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi; umpan balik

Page 33: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

21

dalam bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis

dalam lingkungan kerja; dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu

dimana data hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang

mendetail tantang perilaku yang spesifik.

7) Membutuhkan dukungan dari manager

Komitmen management terhadap proses behavioral safety biasanya

ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan

tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan safety behavior,

menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan,

membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif

untuk melakukan safety behavior dalam setiap kesempatan. Dukungan dari

manajemen sangat penting karena kegagalan dalam penerapan behavioral safety

biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dan komitmen dari manajemen.

d. Hasil yang Diharapkan dari Penerapan Behavioral Safety

Ada delapan hasil penerapan behavioral safety yang terencana dalam suatu

perusahaan (Cooper,1999).

1) Angka kecelakaan kerja yang rendah,

2) Meningkatkan jumlah safety behavior,

3) Mengurangi accident cost,

4) Program tetap bertahan dalam waktu lama,

5) Penerimaan sistem oleh semua pihak,

6) Generalisasi behavioral safety pada sistem lain (ex: sistem manajemen),

7) Follow up yang cepat dan regular,

Page 34: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

22

8) Peningkatan laporan tentang kecelakaan kerja yang terjadi.

4. Teori Perubahan Perilaku

Menurut Fleming & Lardner dalam buku strategies to promote safe

behavior as part of a health and safety management system, unsur inti dari

modifikasi perilaku adalah ABC Model of Behavior, Antecedents / Pendahulunya

(A), Behavior / Perilaku (B) dan Consequences / Konsekuensi (C).

Gambar 2. ABC Model of Behavioural Change

(Sumber : Bureau Veritas, 2010)

ABC Model of Behavior menentukan perilaku yang dipicu oleh satu set

pendahulunya (sesuatu yang mendahului perilaku dan kausal terkait dengan

perilaku) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil dari perilaku bagi individu) yang

menambah atau mengurangi kemungkinan bahwa perilaku akan diulang. Para

pendahulu diperlukan tetapi tidak cukup untuk mendorong terjadinya perilaku.

Konsekuensi menjelaskan mengapa orang mengadopsi perilaku tertentu.

Page 35: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

23

Tabel 1. Contoh ABC Analysis

Antecedents Behavior Consequences

- Pelindung telinga

disediakan oleh

perusahaan

- Dibutuhkan oleh

perusahaan untuk

memakai pelindung

telinga di daerah

tertentu

- Pengetahuan

mengenai potensi

kerusakan

pendengaran jika

pelindung telinga tidak

dikenakan

- Tanda menyorot

tempat pelindung

telinga diperlukan

- Lingkungan yang

bising

- Memakai pelindung

telinga di lingkungan

bising

- Mengurangi

kemungkinan

kehilangan fungsi

pendengaran di masa

depan

- Kurang kemungkinan

untuk mendapatkan

masalah dengan

manajemen untuk tidak

mengenakan pelindung

telinga

- Kesulitan mendengar

radio mereka

- Ketidaknyamanan

memakai pelindung

telinga

- Teman -teman tidak

mengenakan

pelindung telinga

- Pengetahuan bahwa

aturan-aturan untuk

mengenakan

pelindung telinga tidak

ditegakkan

- Tidak mengenakan

pelindung telinga di

lingkungan yang

bising

- Gangguan

pendengaran di masa

depan

- Menghindari

ketidaknyamanan

dalam memakai

pelindung telinga

- Dapat mendengar lebih

baik dalam lingkungan

yang bising

(Sumber : The Keil Centre, 2002)

Contoh pada Tabel 1 menunjukkan kompleksitas analisis perilaku. Dalam

contoh ini, antecendents mempengaruhi perilaku yang diinginkan terjadi, sebagai

karyawan yang disertakan dengan pelindung telinga, mereka diminta untuk

memakainya, tanda-tanda menyorot tempat yang membutuhkannya dan mereka

Page 36: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

24

tahu kebisingan yang dapat merusak pendengaran mereka. Meskipun antecedents

sudah jelas dan pada tempatnya, banyak staf tidak mengenakan pelindung telinga

mereka, karena mereka menemukan konsekuensi tidak mengenakan pelindung

telinga mereka lebih menarik (memperkuat) dibandingkan konsekuensi dari

memakai pelindung telinga mereka. Dengan demikian, tabel tersebut menjelaskan

bagaimana konsekuensi mempengaruhi perilaku.

Analisis ABC mengidentifikasi pola antecedents dan konsekuensi yang

memperkuat terjadinya perilaku dan konsekuensi yang terjadi untuk perilaku yang

diinginkan. Analisis ini memfasilitasi identifikasi intervensi untuk mengatur ulang

antecedents dan konsekuensi meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan.

Untuk berhasil melakukan analisis ABC, diperlukan untuk memiliki pemahaman

yang jelas mengenai perilaku dan apa yang penting bagi orang-orang yang

melakukan suatu perilaku. Oleh karena itu, melibatkan individu dengan

pengalaman spesifik perilaku sangat penting. ABC model of behavior adalah dasar

teoritis untuk intervensi modifikasi perilaku, tetapi menerapkan model teoritis

dalam praktik adalah proses yang lebih kompleks.

5. Perancangan Intervensi Modifikasi Perilaku Keselamatan

Menurut buku strategies to promote safe behavior as part of a health and

safety management system, perilaku modifikasi program memiliki tiga unsur

utama :

a. Menunjukkan dengan tepat perilaku yang relevan, hati-hati menentukan

perilaku yang akan berubah, dan langsung mengukur perilaku.

Page 37: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

25

b. Menganalisis perilaku tersebut dan secara khusus berfokus pada

antecedents konsekuensi, sebagai konsekuensi (misalnya jenis dan frekuensi

umpan balik yang diterima) memiliki dampak yang kuat dalam menentukan

perilaku. Apa yang terjadi sebelum perilaku (antecedents) juga dapat memiliki

dampak yang sangat penting (misalnya pelatihan, penetapan tujuan, komunikasi

kebijakan perusahaan).

c. Penekanan pada evaluasi, ketat mengevaluasi apakah perilaku telah

berubah sebagai dimaksudkan, dan apakah perubahan itu karena intervensi, atau

faktor lainnya.

Gambar 3. Proses Intervensi Modifikasi Perilaku

(Sumber : The Keil Centre, 2002)

Page 38: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

26

Intervensi modifikasi perilaku bervariasi tergantung pada pengaturan

organisasi, target populasi dan perilaku yang harus diubah. Ketiga unsur ini

membentuk enam langkah proses intervensi:

a. Menetapkan hasil yang diinginkan atau keluaran dari kegiatan atau

individu di bawah pemeriksaan

b. Menentukan perilaku kritis yang mempengaruhi area kinerja yang akan

diperbaiki

c. Memastikan bahwa individu dapat melakukan perilaku yang diinginkan

d. ABC Melakukan analisis terhadap perilaku saat ini dan yang

diinginkan, dan bila perlu mengubah antecedents

e. Mengubah konsekuensi segera setelah perilaku yang diinginkan

f. Mengevaluasi dampak dari mengubah konsekuensi pada perilaku dan

pada hasil yang diinginkan.

Proses enam langkah ini dapat digunakan untuk menganalisis dan

mempromosikan masalah perilaku keselamatan.

a. Menetapkan Hasil yang Diinginkan

Langkah pertama dalam setiap proses perubahan perilaku adalah

membangun hasil yang diinginkan atau output dari kelompok individu yang

bersangkutan. Adalah penting untuk memahami apa yang diusahakan untuk

dicapai karena jika hal ini tidak diketahui, maka tidaklah mungkin untuk menilai

keberhasilan.

Page 39: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

27

b. Menentukan Perilaku Kritis

Setelah hasil yang diinginkan yang ditentukan, maka perilaku yang

diperlukan untuk mencapai hasil ini perlu didirikan. Ketika menentukan perilaku

yang diinginkan adalah penting untuk ingat bahwa perilaku yang nyata dan

diamati, bukanlah keyakinan, sikap atau subjektif. Perilaku ini perlu didefinisikan

secara tepat. Pernyataan seperti: „menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk

keselamatan‟ adalah terlalu umum. Hal ini diperlukan untuk menentukan perilaku

aktual yang diperlukan untuk menunjukkan komitmen terhadap keselamatan.

Sebuah cara yang berguna untuk mengidentifikasi perilaku kritis adalah

memeriksa apa yang membedakan perilaku karyawan yang efektif dari mereka

yang kurang efektif di daerah di mana perbaikan yang dicari. Penilaian risiko juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi perilaku kritis yang aman dan tidak aman

yang terkait dengan bahaya.

Perilaku ini harus dinyatakan sebagai tindakan yang positif, sebagai lawan

dari kurangnya tindakan misalnya 'Mematuhi semua peraturan dan prosedur'

bukan 'tidak melanggar' prosedur. Meskipun ini mungkin tampak seperti

perbedaan semantik, adalah merupakan perbedaan penting, karena mungkin untuk

mencapai yang terakhir dengan tidak melakukan apa-apa, yang berarti itu bukan

perilaku. perangkap ini dapat dihindari dengan menerapkan Dead Man Test yang

dikembangkan oleh Lindsley, yang menyatakan, "Jika orang mati dapat

melakukan itu, itu bukanlah perilaku dan Anda tidak perlu membuang waktu

Anda mencoba untuk memproduksinya".

Page 40: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

28

Meskipun ini mungkin tampak seperti akal sehat, cukup mengejutkan

bahwa banyak tujuan bersama melanggar peraturan ini. Misalnya, tujuan

keselamatan umum organisasi adalah nol kecelakaan, yang melanggar Dead Man

Test, sebagaimana fakta bahwa orang mati tidak pernah mengalami kecelakaan.

Hal ini penting untuk menentukan perilaku kritis yang positif meningkatkan

keselamatan.

Selain menjadi tindakan positif, perilaku harus dapat diamati, diukur, dan

dapat diandalkan. Kadang-kadang diperbebatkan bahwa perilaku penting banyak

yang tidak diamati, tetapi ini tidak dapat menjadi kasus, misalnya dengan definisi

semua perilaku yang diamati, bahkan jika perilaku tersebut hanya diamati

oleh seorang aktor. Jika sesuatu itu tidak dapat diamati, maka sesuatu itu bukanlah

perilaku.

Begitu sesuatu yang dapat diamati maka dapat diukur, bahkan jika perilaku

tidak terjadi itu dapat diukur, "ukurannya adalah nol". Adalah penting bahwa

perilaku dapat diukur secara andal apakah perubahan perilaku akan terjadi. Cara

yang paling efektif untuk menguji keandalan adalah untuk membandingkan hasil

dari dua pengamat yang mengamati perilaku yang sama. Jika mereka datang

dengan hasil yang sama, maka pengukuran perilaku mereka cukup handal. Ketiga

kriteria (observability, terukurnya dan kehandalan) dapat dicapai melalui deskripsi

rinci dari perilaku kritis tertentu.

c. Menetapkan bahwa Grup Target dapat Melakukan Perilaku

Sasaran individu atau kelompok harus memiliki kendali atas perilaku kritis

untuk intervensi perilaku untuk bekerja. Jika perilaku tersebut tidak berada dalam

Page 41: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

29

kendali mereka, maka tidak akan mungkin bagi mereka untuk mengubah perilaku

mereka. Jika mereka tidak mampu melakukan perilaku tersebut kemudian

perubahan akan dibutuhkan dari lingkungan, sistem, peralatan atau individu

melalui program pelatihan.

d. Analisis Perilaku ABC

Analisis ABC dilakukan pada perilaku yang diinginkan dan perilaku saat

ini untuk mengidentifikasi pendahulu dan konsekuensi dari perilaku tersebut.

1) Mengubah antecedents

Jika analisis ini menunjukkan bahwa antecedents untuk perilaku yang

diinginkan tidak di tempat maka hal ini perlu ditangani. Pendahulu yang penting

dan diperlukan agar individu untuk melakukan perilaku sehingga, semua individu

yang mungkin diperlukan untuk melakukan perilaku ini akan memerlukan

antecedentsnya. Misalnya, setelah kematian organisasi mengamanatkan bahwa

semua karyawan yang bekerja di atas enam kaki harus mengenakan safety

harness. Akibatnya, ini berarti bahwa semua operator proses perlu memakai safety

harness di kesempatan, tetapi mereka belum menerima pelatihan tentang

bagaimana menggunakan safety harness. Insiden berikutnya terungkap bahwa

proses operator tidak menggunakan safety harness dengan benar dan dengan

demikian safety harness hanya memberikan perlindungan yang terbatas.

2) Analisis Konsekuensi

Analisis ABC melibatkan penilaian konsekuensi yang diinginkan dan

perilaku yang tidak diinginkan dalam hal jangka waktu mereka, prediktabilitas

dan signifikansi. Sebuah cara yang efektif untuk memastikan bahwa konsekuensi

Page 42: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

30

bagi individu diidentifikasi adalah melibatkan individu-individu yang melakukan

perilaku dalam analisis. Proses mengidentifikasi konsekuensi harus dilakukan di

lingkungan terbuka dimana para peserta dapat menyoroti konsekuensi negative

(hukuman) untuk melakukan perilaku yang diinginkan.

e. Mengubah Konsekuensi untuk Memperkuat Perilaku yang Diinginkan

Analisis ABC mengidentifikasi konsekuensi yang mendorong perilaku saat

ini, yang menyoroti area yang membutuhkan perubahan. Intervensi ini akan

melibatkan lebih banyak menyediakan konsekuensi yang segera, tertentu dan

positif untuk perilaku yang diinginkan atau menghapus konsekuensi-konsekuensi

ini dari perilaku yang tidak diinginkan. Pada kenyataannya, campuran keduanya

akan dibutuhkan.

f. Evaluasi Dampak Intervensi

Menilai efektivitas program ini membutuhkan pembentukan tingkat

perilaku perubahan dan perubahan hasil yang diinginkan berikut intervensi.

Dalam prakteknya, ini melibatkan membandingkan output dan perilaku dari

kelompok sasaran setelah intervensi dengan ukuran dasar untuk menetapkan

tingkat perubahan.

6. Unsur Kunci Program Observasi Keselamatan

Menurut M. Fleming & R. Lardner, observasi perilaku keselamatan dan

program feedback mempromosikan perilaku yang diinginkan dengan

memperkenalkan dukungan positif untuk berperilaku aman. Dukungan positif

tersebut diberikan melalui umpan balik positif. Program-program ini didasarkan

pada Model ABC, tetapi ABC analysis jarang digunakan secara eksplisit.

Page 43: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

31

Gambar 4. Program Behavioral Safety

(Sumber : The Keil Centre, 2002)

a. Pelaksanaan

Efektivitas observasi perilaku keselamatan dan program umpan balik

tergantung dari pelaksanaan yang efektif. Gambar 3 menggambarkan tahap-tahap

utama dalam pelaksanaan perilaku program keselamatan.

1) Penilaian Kematangan atau Kesiapan Budaya

Tahap pertama dalam pelaksanaan adalah penilaian dari kesiapan

organisasi untuk menerapkan program keselamatan perilaku. Kematangan budaya

merujuk pada unsur-unsur penting budaya keselamatan (misalnya komitmen

manajemen, kepercayaan, komunikasi) yang menentukan kesiapan organisasi

untuk melaksanakan program keselamatan perilaku. Riset baru-baru ini,

menunjukkan bahwa organisasi harus memilih program-program keselamatan

perilaku yang sesuai dengan tingkat kematangan budaya di tempat kerja, karena

Page 44: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

32

ketidakcocokan adalah salah satu alasan mengapa program perilaku keselamatan

gagal. Karena itu penting bagi organisasi untuk menetapkan bahwa mereka siap

untuk melaksanakan program perilaku keselamatan dan untuk mengidentifikasi

masalah potensial yang mungkin mereka hadapi. Dengan mengidentifikasi

hambatan potensial sebelum menerapkan program, organisasi akan mampu

mengelola masalah-masalah ini lebih efektif. Misalnya, jika reorganisasi mungkin

terjadi selama pelaksanaan program, maka program bisa ditunda sampai setelah

reorganisasi.

2) Dukungan Manajemen dan Tenaga Kerja

Manajemen dan kepemilikan dan dukungan tenaga kerja untuk proses

perilaku keselamatan sangat penting untuk keberhasilan program. Sebuah cara

yang efektif untuk memperoleh dukungan dan kepemilikan adalah melibatkan

karyawan dalam program ini. Bagi individu untuk terlibat mereka harus merasa

bahwa pandangan dan pendapat mereka adalah penting dan bahwa mereka dapat

membuat perbedaan. Oleh karena itu, karyawan harus dapat mempengaruhi

pemilihan program jenis dan bagaimana akan diimplementasikan. Sebuah

kelompok sangat penting untuk dilibatkan adalah para supervisor baris pertama

karena mereka dapat baik memfasilitasi atau mencegah pengamatan yang

dilakukan.

Selain melibatkan karyawan dalam pemilihan program, mereka juga perlu

langsung terlibat dalam pengelolaan program. Tidaklah mungkin bagi semua

karyawan untuk terlibat dalam menjalankan program ini karena individu yang

akan terlibat perlu untuk dipilih.

Page 45: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

33

Sebagian besar program-program keselamatan perilaku membutuhkan staf

garis depan untuk melakukan perilaku keselamatan pengamatan pada rekan-rekan

mereka. Orang-orang ini biasanya disebut sebagai pengamat. Dalam kebanyakan

kasus, karyawan diminta untuk secara sukarela untuk menjadi pengamat, tetapi

kadang-kadang seluruh tenaga kerja terlatih atau kelompok tertentu (perwakilan

safety atau pengawas) yang dipilih untuk berpartisipasi.

3) Pelatihan Perilaku Keselamatan

Terlepas dari apakah co-ordinator tunggal atau kelompok pengarah

mengelola program tersebut, pelatihan dalam teknik perilaku keselamatan akan

dibutuhkan. Pelatihan ini mungkin termasuk masukan tentang psikologi mendasari

perilaku keselamatan, bagaimana mengidentifikasi keamanan kritis perilaku dan

cara memberikan umpan balik, baik tatap muka atau ke grup. Jumlah

individu terlatih dan kedalaman pelatihan akan tergantung pada program tertentu.

Beberapa program melatih semua staf, sedangkan yang lain melatih minoritas

karyawan. Selain pelatihan steering commitee, pengamat membutuhkan pelatihan

dalam cara melakukan pengamatan dan bagaimana untuk merekam informasi.

Kedalaman dan tingkat pelatihan bervariasi antara penyedia layanan. Beberapa

penyedia menilai kualitas pengamatan oleh membandingkan pengamatan mereka

sendiri akan situasi dengan pengamatan peserta pelatihan itu. Mayoritas penyedia

memberikan bahan organisasi dan instruksi tentang bagaimana untuk melatih

pengamat internal.

Page 46: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

34

4) Menentukan Critical Safety Behaviors

Sebagian besar program-program perilaku keselamatan mengembangkan

daftar perilaku keselamatan penting untuk disertakan pada daftar periksa yang

dilengkapi dengan pengamat. Berbagai teknik dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan perilaku kritis untuk memasukkan

pada daftar. Semua penyedia diwawancarai diidentifikasi perilaku kritis melalui

analisis laporan kecelakaan sebelumnya. Setelah mengatakan ini, hanya dua

penyedia bergantung sepenuhnya pada laporan kecelakaan sebelumnya sebagai

sumber perilaku. Sepenuhnya mengandalkan laporan kecelakaan memiliki

keterbatasan yang jarang tetapi kritis kesehatan dan perilaku keselamatan dapat

dikecualikan. Analisis Kecelakaan hanya mengidentifikasi perilaku yang

menyebabkan cedera, sehingga tidak termasuk perilaku kesehatan kritis dengan

konsekuensi yang belum memanifestasikan diri mereka sendiri (misalnya terpapar

asbes) dan perilaku yang karena kebetulan belum belum menyebabkan cedera

recordable. Selain itu, kualitas dan tingkat detail yang diberikan oleh laporan

kecelakaan tidak dapat memfasilitasi identifikasi semua perilaku kritis.

5) Membangun sebuah Baseline

Elemen terakhir dalam tahap implementasi adalah membentuk garis dasar.

Ini melibatkan melakukan observasi awal untuk menetapkan tingkat saat ini

perilaku aman bagi kritis perilaku diidentifikasi. Tidak semua program

membentuk garis dasar. baseline adalah berguna karena memungkinkan umpan

balik tentang keberhasilan program dalam mengubah perilaku.

Page 47: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

35

b. Observasi dan Proses Feedback

Setelah tahap implementasi telah selesai, maka proses observasi dan

umpan balik dimulai. Ini adalah proses yang berkelanjutan dari observasi, umpan

balik, penetapan tujuan dan review.

1) Pengamatan

Tahap pertama dalam proses adalah melakukan pengamatan. Secara

umum, rekan-rekan melakukan pengamatan, tetapi di beberapa program mereka

yang dilakukan oleh atasan. Kesesuaian program beragam dalam pendekatan

mereka untuk melakukan pengamatan dan bagaimana perilaku aman diukur.

Secara umum, pengamat diberikan daftar dengan daftar perilaku (misalnya

memakai semua APD benar) dan pengamat harus menunjukkan apakah individu

tersebut aman, tidak aman atau perilaku tidak diamati. Sangat penting bahwa

perilaku jelas digambarkan memungkinkan pengamat untuk menilai apakah

seseorang berperilaku aman atau tidak aman.

2) Saran atau Masukan

Umpan balik positif adalah salah satu elemen yang paling penting dalam

proses, karena ini adalah konsekuensi positif yang diperkenalkan untuk

memperkuat perilaku yang aman. Ada dua jenis utama umpan balik, sumatif dan

formatif. Sumatif menyediakan umpan balik individu dengan informasi tentang

kinerja mereka, misalnya "Kerja yang bagus, Sam.". Formatif menyediakan

umpan balik informasi tentang bagaimana mereka dapat meningkatkan kinerja

mereka, misalnya "Pada saat Anda melakukan penilaian risiko, coba melibatkan

tim Anda, karena mereka cenderung memiliki pengetahuan lebih tentang praktis

Page 48: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

36

pekerjaan". Umpan balik formatif harus disampaikan oleh seseorang yang

dianggap kredibel dan berpengetahuan oleh individu menerima umpan balik.

Umpan balik sumatif dapat diberikan di depan umum atau secara pribadi, namun

khusus untuk formatif harus diberikan secara pribadi karena bila disampaikan di

depan umum dapat disalahpersepsikan sebagai hukuman.

Tiga faktor yang mempengaruhi dampak dari umpan balik, yaitu:

a) Waktu

Pemberian saran atau masukan harus diperhitungkan waktunya sehingga

berguna dan bermakna bagi orang menerima umpan balik. Umpan balik

cenderung paling efektif segera setelah perilaku.

b) Fokus

Umpan balik harus spesifik dan fokus pada perilaku yang diinginkan

c) Kesesuaian

Umpan balik harus sesuai dengan harapan orang yang menerima umpan

balik.

Program perilaku keselamatan bervariasi dalam jenis umpan balik yang

diberikan. Beberapa program memberikan umpan balik kepada individu pada saat

itu; lain memberikan umpan balik kepada kelompok misalnya

mempresentasikan hasil grafis atau dan beberapa memberikan keduanya.

Memberikan umpan balik, terutama umpan balik formatif memerlukan

keterampilan dan keahlian, karena itu pengamat memerlukan sejumlah besar

pelatihan dan pembinaan untuk menguasai keterampilan ini.

Page 49: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

37

3) Menetapkan Tujuan dan Review

Setelah pengamatan dan proses umpan balik yang beroperasi secara

efektif, tujuan perbaikan perilaku partisipatif ditetapkan dengan kelompok

sasaran. Meskipun tidak semua program perilaku keselamatan mencakup

penetapan tujuan, bukti-bukti penelitian menunjukkan bahwa penetapan sasaran

meningkatkan jumlah perubahan perilaku. Hal ini penting untuk menetapkan

tujuan yang akan dicapai yang realistis sehingga orang akan menjadi termotivasi.

4) Modifikasi Lingkungan

Pengamatan dan proses umpan balik dapat mengidentifikasi kondisi tidak

aman atau hambatan (antecedents) kepada individu berperilaku aman. Perbaikan

lingkungan atau sistem mungkin diperlukan dalam rangka meningkatkan perilaku

karyawan. Informasi ini dikumpulkan dan tindakan yang diambil untuk membuat

perbaikan. Minta umpan balik kepada staf tentang status tidak aman

kondisi disorot oleh sistem sangat penting bagi komitmen yang berkesinambungan

untuk program ini.

5) Monitor Performance

Perubahan kinerja dilacak dari waktu ke waktu, untuk menilai dampak

program pada perilaku keselamatan. Perubahan persentase observasi di mana

perilaku dinyatakan aman menunjukkan efektivitas proses. Jika tidak ada

perubahan atau perbaikan terbatas dalam perilaku tertentu dari waktu ke waktu,

penting untuk menyelidiki perilaku ini lebih terinci untuk

mengidentifikasi apakah ada hambatan untuk kemunculan perilaku aman.

Misalnya, manajer dapat memperkuat produktivitas dengan mengorbankan

Page 50: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

38

perilaku yang aman, atau perancangan pabrik miskin dapat membuat aman

perilaku sulit dicapai dalam praktek.

6) Review Daftar Prilaku Kritis

Daftar perilaku kritis direvisi secara berkala dan perilaku baru

ditambahkan dan yang sudah ada perilaku diganti. Suatu perilaku kritis dapat

dihapus dari daftar dan diganti dengan perilaku baru, ketika telah mencapai

'kekuatan kebiasaan', yakni secara konsisten diamati sebagai aman.

Setelah tujuan tercapai maka putaran lain penetapan sasaran partisipatif dilakukan.

Di umum, target partisipatif pengaturan sesi yang diadakan secara teratur

(misalnya kuartalan).

7. Hubungan Safety Behavior dengan Safety Culture

Menurut Geller, dalam bukunya The Psychology of Safety Handbook,

secara umum total safety culture membutuhkan perhatian berkelanjutan terhadap

tiga hal berikut :

a. Environment factors (termasuk peralatan, perlengkapan, prosedur,

standard, dan temperature, keadaan fisik).

b. Person factors (termasuk sikap, kepercayaan dan kepribadian

seseorang)

c. Behavior factors (termasuk praktek kerja aman, serta turut campur

dalam masalah safety orang lain)

Page 51: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

39

Gambar 5. “The Safety Triad”

(Sumber : Geller, 1989)

Tiga faktor di atas bersifat dinamis dan interaktif. Perubahan di dalam

salah satu faktor dapat mempengaruhi dua faktor lainnya. Sebagai contoh,

behaviors/perilaku yang mengurangi kemungkinan kecelakaan sering melibatkan

perubahan lingkungan dan menuju kepada sikap yang konsisten dengan safe

behaviors. Hal ini secara khusus benar jika behaviors/perilaku dilakukan dengan

sukarela. Dengan kata lain, ketika seseorang memilih untuk bertindak dengan

aman (act safely), mereka bertindak dalam pola pikir aman (safe thinking).

Perilaku tersebut sering menghasilkan perubahan dalam lingkungan.

Sedangkan DuPont mengeluarkan teori, bahwa seiring dengan

berkembangnya safety culture di perusahaan maka angka kecelakaan juga akan

menurun. Tahapan safety culture dibagi menjadi empat tahapan, yaitu antara lain :

Reactive, Dependent, Independent, dan Interdependent.

Complying, Coaching, Recognizing,

Communicating, Demonstrating

“Actively Caring”

Knowledge, Skill,

Abilities, Intelligence,

Motives, Personality

Environment, Tools,

Machines, Housekeeping,

Heat/Cold, Engineering,

Standards, Operating

Procedures

SAFETY

CULTURE

PERSON ENVIRONMENT

BEHAVIOR

Page 52: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

40

Gambar 6. Hubungan Injury Rates dengan Safety Culture

(Sumber : DuPont, 2006)

Di dalam total safety culture, akan tercipta keadaan sebagai berikut :

d. Setiap orang merasa bertanggung jawab untuk safety dan melakukan hal yang

berkaitan dengan itu sebagai kebutuhan sehari-hari.

e. Orang-orang peka dalam mengidentifikasi unsafe conditions dan at-risk

behaviors dan mereka dapat mengoreksinya.

f. Praktek kerja aman didukung penuh dengan rewarding feedback dari rekan

pekerja dan manajer.

g. Orang-orang secara aktif peduli berkesinambungan terhadap safety untuk

dirinya sendiri dan orang lain.

h. Safety tidak dianggap sebagai prioritas yang dapat sewaktu-waktu digantikan

tergantung pada keadaan, tetapi safety dianggap sebagai suatu nilai yang

menjembatani setiap prioritas dari situasi yang ada.

Page 53: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

41

Safety Behavior

Unsafe Act

Safety Culture

Upaya Penerapan

Safety Behavior

B. Kerangka Pemikiran

Manusia

Mesin atau peralatan

Bahan

Proses

Cara Kerja

Lingkungan kerja

Sumber-sumber bahaya

Insiden / Accident

Zero Accident

Kerugian Risiko

Kecelakaan

Turun

Tempat Kerja

Tidak Ada Upaya

Pengendalian

Upaya Pengendalian

Page 54: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu

merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang

kecenderungan yang tengah berlangsung.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di area workshop P.T. Trakindo Utama Cabang

Jakarta.

C. Objek Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah tenaga kerja, proses kerja, potensi bahaya

yang ada, sikap kerja, peralatan dan mesin yang digunakan di workshop P.T.

Trakindo Utama Cabang Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung

dan ikut serta dalam kegiatan inspeksi umum terencana di lapangan.

Page 55: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

43

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya

jawab dengan pihak yang terkait dengan upaya penerapan safety behavior di

tempat kerja.

3. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan

penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

E. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai

berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survei ke lapangan/

tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja (mekanik dan

administrasi).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan sebagai pelengkap laporan

ini.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dibahas secara deskriptif yaitu gambaran

mengenai upaya penerapan safety behavior di P.T. Trakindo Utama Cabang

Page 56: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

44

Jakarta kemudian dari hasil pengamatan akan dibandingkan dengan peraturan-

peraturan pemerintah dan juga standar dari perusahaan.

Page 57: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Dari hasil observasi di lapangan yaitu mengenai proses pekerjaan serta

lingkungan kerja di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta

ditemukan berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan. PT.

Trakindo Utama menetapkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta

Pengelolaan Lingkungan adalah salah satu landasan utama dalam kegiatan

operasinya. Dalam rangka mendukung hal tersebut maka PT. Trakindo Utama

melakukan upaya-upaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja pekerja

di tempat kerja, salah satunya dengan upaya menerapkan safety behavior di

tempat kerja agar unsafe behavior yang termasuk penyumbang terbesar pada

kecelakaan kerja dapat diminimalisir, dan diharapkan dapat mengurangi terjadinya

insiden, kerusakan, dan kerugian berkaitan dengan kegiatan operasional

diperusahaan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam penerapan safety behavior di

area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta terutama berfokus pada

observasi keselamatan kerja yaitu dengan menggunakan Kartu Laporan Observasi,

serta didukung upaya-upaya lain, yaitu : Safety Induction, Toolbox Meeting, Safety

Talk, CIM Ideku, Lomba K3L, Personal SHE Performance Award, Sistem Work

Permit, Safety Training, Working Instruction serta Papan Informasi Kinerja K3L.

Page 58: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

46

Seperti yang dijelaskan dalam ABC Model of Behavior Change, bahwa sebuah

activator dapat mempengaruhi behavior dan menghasilkan consequences. Dalam hal

ini upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai activator yang memberi arahan

kepada pekerja untuk menghasilkan safety behavior yang pada akhirnya

berkonsekuensi kepada terhindarnya pekerja dari potensi bahaya yang ada.

1. Observasi Keselamatan Kerja

Di P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta, semua atasan harus memeriksa

untuk memastikan bahwa karyawan mematuhi standard, prosedur dan peraturan

keselamatan perusahaan. Atasan dapat menggunakan metode berikut untuk

melakukan pemeriksaan : berjalan keliling tempat kerja secara acak untuk

mengidentifikasi secara acak adanya tindakan / kondisi tak aman dalam wilayah

tanggungan. Bila ditemukan bahwa terdapat pekerjaan yang dilakukan dalam

kondisi tidak aman, atasan tersebut berhak untuk menghentikan pekerjaan tersebut

lalu memberikan pengarahan kepada pekerja. Temuan tersebut harus dituangkan

kedalam Kartu Laporan Observasi. Kartu Laporan Observasi adalah merupakan

“alat bantu” untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan

pengamatan pada tindakan tidak aman dan melakukan komunikasi untuk

perbaikan.

Kartu Laporan Observasi digunakan bukan untuk menghukum, melainkan

untuk mengingatkan, memberi arahan serta meningkatkan kepedulian terhadap

aspek K3. Sebagai alat bantu dalam melakukan inspeksi bagi setiap personnel

tanpa mengenal jabatan dan ruang lingkup pekerjaan untuk perbaikan behavior

dan lingkungan kerja. Rincian tentang cara pengisian dan keterangan Kartu

Laporan Observasi dapat dilihat pada lampiran 1.

Page 59: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

47

Gambar 7. Kartu Laporan Observasi

(Sumber : SOP, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2007)

Semua hasil temuan yang dicatat dalam Kartu Laporan Observasi harus

dibahas di dalam meeting P2K3 setiap bulannya, dengan maksud untuk

melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus ke seluruh departemen.

Trend Temuan Observasi Keselamatan

2009

Personal Protective Equipment

36%

Enviroment

7%

Standards & Procedures

25%

Position & Action Of People

14%Tools and Equipment

18%

Gambar 8. Trend Temuan Observasi Keselamatan

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2009)

Page 60: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

48

Dari gambar diatas dapat di lihat bahwa faktor penyumbang terbesar dalam

temuan observasi keselamatan di area workshop adalah Personal Protective

Equipment (PPE) atau Alat Pelindung Diri, disusul oleh Standards and

Procedures, lalu Tools and Equipment atau Peralatan dan Perlengkapan, lalu oleh

Position and Action of People atau Posisi dan Tindakan Pekerja, dan terakhir

Environment atau Lingkungan. Dari hasil temuan tersebut akan dibahas dan

ditentukan solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Hasil pembahasan

dalam Rapat bulanan P2K3 harus di implementasikan ke seluruh karyawan, guna

mencegah terjadinya kecelakaan. Catatan rinci mengenai Kartu Laporan

Observasi di Cabang harus disimpan dengan baik. Pematuhan pada Standar,

Prosedur dan Peraturan Keselamatan Perusahaan adalah hal yang paling penting

dan semua atasan harus memberlakukan semua persyaratan, secara konsisten,

terus-menerus. Sangsi untuk setiap pelanggaran atas standard, prosedur dan

Peraturan Keselamatan Perusahaan mengacu pada PP PT. Trakindo Utama Bab

XIX. Semua karyawan harus terbiasa dengan semua Standar, Prosedur, Peraturan

Keselamatan Perusahaan yang ada, baru atau pun revisi secara terus menerus.

2. Safety Induction

Pada saat pertama datang setiap karyawan, kontraktor, tamu, pelanggan,

dan pemasok yang ingin memasuki daerah tanggung jawab PT. Trakindo Utama

Cabang Jakarta harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Melaporkan kepada petugas keamanan / penerima tamu dengan

memberitahukan maksud dan tujuan kedatangannya.

Page 61: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

49

b) Menyerahkan tanda identitas (KTP/SIM atau tanda pengenal lain kepada

petugas.

c) Khusus bagi tamu yang memasuki workshop dan gudang harus diberikan

induksi K3L sebelumnya oleh si penerima tamu dengan menggunakan visitor

induction card.

d) Tamu harus selalu memakai / diperlihatkan Tanda Tamu (di bagian saku atau

kerah baju) yang diberikan oleh petugas.

Selain hal tersebut, para kontraktor yang bekerja di PT. Trakindo Utama

harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Pada awal mula memenuhi semua persyaratan yang berlaku untuk tamu diatas.

b) Sebelum masuk ke workshop atau mulai bekerja, semua karyawan kontraktor

harus melaporkan kepada Departemen SHE, yang akan memberikan induksi

keselamatan khusus kontraktor yang sesuai.

c) Tanpa kecuali semua kontraktor serta sub kontraktor wajib memenuhi semua

persyaratan Sistem Manajemen K3L dari PT. Trakindo Utama.

d) Semua kontraktor, serta sub kontraktor wajib mentaati SOP. Untuk

memastikan hal itu Kepala Departemen terkait bertanggung jawab untuk

penegakannya.

e) Sebelum mulai bekerja, semua kontraktor serta subkontraktor wajib membawa

semua peralatan kerja, peralatan pengaman dan APD (Alat Pelindung Diri)

sesuai “kontrak kerja” dan memperlihatkan peralatan tersebut kepada staf

Departemen SHE untuk pemeriksaan serta persetujuan.

Page 62: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

50

f) Semua kontraktor serta subkontraktor akan diberikan kartu tanda pengenal

khusus dan harus selalu memakai/diperlihatkan tanda tersebut.

Selain hal tersebut, para karyawan yang bekerja di lingkungan PT.

Trakindo Utama harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Jika kunjungan ke cabang lain kurang dari 5 hari, karyawan harus mengikuti

prosedur induksi tamu. Materi induksi sama dengan materi induksi tamu di

Matrix Induksi.

b) Karyawan yang pindah sementara dari satu cabang ke cabang yang lain harus

mengikuti prosedur sama seperti poin a diatas.

c) Karyawan yang pindah tetap dari satu cabang ke cabang yang lain, harus

mengikuti prosedur yang sama seperti poin a.

Gambar 9. Safety Induction

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2010)

Semua karyawan, kontraktor, sub kontraktor, dan penyedia jasa (pemasok)

yang telah mengikuti induksi awal, harus mengikuti induksi ulang yang materinya

sesuai dengan Matrix Induksi, minimal setahun sekali. Karyawan, kontraktor, sub

kontraktor, dan penyedia jasa (pemasok) yang belum mengikuti induksi ulang

dalam periode 12 bulan terakhir, sama sekali tidak diperkenankan / diizinkan

Page 63: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

51

masuk atau melakukan pekerjaan apapun di semua daerah tanggung jawab PT.

Trakindo Utama.

Semua penyedia jasa (jangka pendek) yang perlu melakukan pekerjaan

khusus (bukan pekerjaan “kontrak”), harus mengikuti sesi induksi khusus. Induksi

khusus akan termasuk semua materi serta topic yang terdapat di Matrix Induksi

yang berlaku. Induksi khusus akan mencakup sosialisasi mengenai porsi dari

Profil Resiko, SOP, dan WIN yang terkait dengan semua aktivitas yang akan

dilakukan oleh jasa penyedia / pemasok. Jika aktivitas atau kegiatan tidak

tercakup dalam Profil Resiko, SOP dan WIN yang telah ada, maka dalam sesi

induksi khusus ini penyedia jasa / pemasok harus membuat Profil Resiko, SOP,

dan WIN, sebelum pekerjaan dimulai / diperbolehkan.

3. Toolbox Meeting

Toolbox Meeting adalah pembicaraan mengenai persiapan kerja yang

dilakukan setiap hari sebelum dimulainya suatu pekerjaan. Semua foreman harus

mengumpulkan semua karyawan di tiap section di permulaan shift dan

mendiskusikan topik Toolbox Meeting. Toolbox Meeting diadakan untuk

memberikan kesadaran pada karyawan tentang K3L, setiap Branch Manager harus

memastikan adanya system “toolbox meeting dan safety talk” di cabangnya.

Topik-topik bagi semua toolbox meeting dan safety talk didasarkan pada :

tugas/pekerjaan beresiko tinggi yang dilakukan, berita kerugian besar, informasi

khusus dari head office.

Page 64: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

52

Gambar 10. Toolbox Meeting di Small Component

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

4. Safety Talk

Setiap Branch Manager memastikan adanya safety talk mingguan di

cabangnya. Seluruh panduan mengenai safety talk harus didistribusikan dalam

formulir SHE.FRM.010.R00. Semua dokumentasi tentang berlangsungnya safety

talk, harus di catat dalam formulir SHE.FRM.011.R00. Bahan safety talk juga

dilakukan dengan menggunakan SHE Bulletin. Untuk Area Workshop PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta Safety Talk dilaksanakan di setiap section pada

hari jum’at jam 08.00 pagi sampai jam 09.00 pagi. Safety talk dipimpin oleh

supervisor dari tiap section lalu materi yang telah disiapkan dan distribusikan

kepada peserta dibahas / didiskusikan bersama.

Gambar 11. Safety Talk Pekerja Section Machine Bay

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

Page 65: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

53

5. CIM Ideku

CIM (Continuous Improvement Management) Ideku adalah salah satu

terobosan baru oleh P.T. Trakindo Utama. Dimana di tiap section disediakan

sebuah papan besar yang berisi kartu dan stiker penanda berwarna warni. Papan

ini adalah sebagai media penampung ide atau kritik dan saran dari para pekerja

mengenai masalah SHE, Safety Maintenance/CC (Contamination Control),

Workshop, dan Management. Setiap pekerja bebas menuangkan ide mereka

tentang suatu masalah kedalam kartu lalu di tempelkan stiker penanda sesuai

masalah yang mereka bahas, seperti untuk masalah SHE diberi warna hijau,

setelah itu diselipkan di kolom new. Tiap minggunya para supervisor atau

foreman perwakilan dari tiap section akan berkumpul dan menggelar CIM Ideku

Meeting yang membahas tiap-tiap masalah yang ada di kolom new. Setelah

dibahas lalu ditentukan penanggung jawab dari tiap-tiap masalah maka kartu dari

kolom new dipindahkan ke kolom assigned, pada saat pengupayaan tindakan

perbaikan maka kartu dipindahkan ke kolom in process short term (untuk jangka

pendek), atau in process long term (untuk jangka panjang). Bila dalam jangka

waktu lama masalah yg assigned tidak diperbaiki, maka kartu tersebut akan

masuk ke dalam kolom past due. Setelah masalah terselesaikan, kartu akan

dipindahkan ke kolom review, untuk sebelumnya direview bersama pada saat CIM

Ideku Meeting, lalu dengan kesepakatan bersama di masukkan kedalam kolom

closed, untuk ditutup kasusnya.

Page 66: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

54

Dengan adanya Program CIM Ideku ini, maka dapat terus dilakukan

perbaikan dan perkembangan secara berkelanjutan dengan partisipasi dari para

pekerja.

Gambar 12. CIM Ideku Board

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

Gambar 13. CIM Ideku Card

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

Page 67: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

55

Gambar 14. CIM Ideku Meeting

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

6. Lomba K3L

Setiap setahun sekali, PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta menggelar

acara lomba-lomba dalam rangka menyambut datangnya Bulan K3. Lomba-lomba

yang diadakan antara lain : lomba ketangkasan P3K, lomba Fire Fighting, SHE

Quiz, lomba slogan K3, dan lain-lain, bervariasi setiap tahunnya. Lomba-lomba

ini bebas diikuti oleh seluruh karyawan yang bekerja di PT. Trakindo Utama

Cabang Jakarta. Pemenang akan mendapatkan hadiah yang akan diumumkan pada

upacara penutupan bulan K3. Lomba-lomba ini cukup membangkitkan perhatian

para pekerja pada masalah K3L dengan cara yang menyenangkan dan kompetitif.

Gambar 15. Lomba Fire Fighting

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

Page 68: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

56

Gambar 16. Lomba Ketangkasan P3K

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

7. Personal SHE Performance Award

Pemberian Personal SHE Performance Award ini bertujuan untuk

meningkatkan motivasi & partisipasi karyawan dalam program SHE &CC serta

CIM “Ideku”. Periode pemberian personal SHE Performance Award ini setiap

empat bulan sekali, dengan metode penilaian kwalitatif & kwantitatif, yang dinilai

oleh SHE Committee.

Metode penilaian adalah sebagai berikut :

a) Masing-masing Foreman / Supervisor memilih nama nominator yg

dianggap memenuhi kriteria di masing – masing sectionnya

b) Foreman / Supervisor beserta Department Head melakukan penilaian

dengan “Checklist personel SHE Performance Award”

c) Metode penilaian dilakukan dengan cara observasi di lapangan dan melihat

data di SHE / HR untuk melihat sisi SHE Behavior, SHE Knowledge,

keterlibatan dalam safety observation, CC dan performance SHE (dilihat

dari data kecelakaan maupun pelanggaran terhadap peraturan SHE)

Page 69: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

57

a) Hasil penilaian nominator dikumpulkan kepada SHE Department untuk

bersama –sama dinilai oleh SHE Committee dalam panel review

b) Penentuan pemenang berdasarkan score tertinggi

c) Juara diambil sebanyak 3 orang dari Service (Workshop), Field Service, Part

Warehouse

d) Pengumuman dan pemberian penghargaan disampaikan dalam safety talk

bersama pada akhir bulan

e) “The safety man of this month” (pemenang) diberi kesempatan untuk

menyampaikan presentasi safety dalam safety talk

8. Sistem Work Permit

Di PT. Trakindo Utama, kepala departemen yang mengelola pekerjaan

yang akan dilakukan oleh kontraktor / sub kontraktor / karyawan bertanggung

jawab untuk memberikan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan yang

berhubungan dengan keselamatan sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor atau sub

kontraktor yang melakukan pekerjaan, harus mengisi Surat Izin Kerja

(SHE.FRM.030.R00). Kepala departemen harus memverifikasi formulir permit to

work yang telah diisi antaranya : jenis pekerjaan, jumlah karyawan, durasi waktu

pekerjaan, peralatan pekerjaan, Alat Pelindung Diri (APD), potensi resiko dari

pekerjaan tersebut serta tindakan pencegahan dan pengamanannya yang

diperlukan. Setelah disetujui, formulir permit to work yang telah diisi kemudian

dibuat rangkap tiga kali (untuk user 1, untuk kontraktor 1, dan 1 untuk petugas

keamanan). Formulir asli disimpan oleh SHE Department.

Page 70: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

58

Petugas keamanan memastikan kontraktor telah memiliki surat ijin kerja

sebelum memasuki lokasi pekerjaan/kantor. Manager Departemen, Supervisor

terkait dan Departemen SHE harus melakukan pengawasan pada waktu-waktu

teretentu untuk meyakinkan apakan pekerjaan telah dilakukan dengan aman dan

telah memenuhi persyaratan sesuai surat ijin. Jika pekerjaan dilakukan diluar jam

kerja normal (pada malam hari atau hari-hari libur) harus tetap dilakukan

pengawasan oleh user atau personel dari department yang bersangkutan. Apabila

pada saat melakukan observasi pengawasan pekerjaan kontraktor/sub kontraktor

diketahui melakukan tindakan yang beresiko, maka pengawas yang bersangkutan

harus segera menghentikan pekerjaan. Departemen manajer atau supervisor

berhak memberikan sangsi berupa dihentikannya suatu pekerjaan (sementara

waktu atau permanen) bagi kontraktorm sub kontraktor, atau karyawan apabila

mereka melanggar persyaratan surat ijin kerja atau ketentuan SOP perusahaan

dalam proses kerja. Setelah pekerjaan selesai kontraktor, sub kontraktor dan/atau

karyawan harus membersihkan tempat kerja dan memastikan bahwa area

ditinggalkan dalam kondisi aman.

Sebelum bekerja di dalam area PT. Trakindo Utama, kontraktor, sub

kontraktor dan/atau karyawan harus mengikuti Induksi Keselamatan yang berlaku,

harus membuat JSA yang terkait dan melakukan sosialisasi bagian dari profil

resiko berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kontraktor / sub

kontraktor / karyawan dilarang menggunakan peralatan, perkakas atau peralatan

lain di dalam area PT. Trakindo Utama yang tidak sesuai dengan persyaratan, hal

ini dicatat dalam form work permit. Jika didapatkan kontraktor, sub kontraktor,

Page 71: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

59

atau karyawan yang bekerja di area PT. Trakindo Utama tanpa work permit

dimana ini diwajibkan, harus segera dihentikan pekerjaannya sampai dibuat surat

izin kerja.

Surat izin bekerja perlu untuk (tapi tidak dibatasi) hal-hal berikut :

a) Pada “pekerjaan apapun” (misal inspeksi/perawatan/dll) yang perlu untuk

dilakukan di dalam Ruang Tertutup dimana mungkin terdapat lingkungan

kurang oksigen.

b) Pada Pekerjaan dengan Panas (Las Potong/Penyambungan) yang perlu

dilakukan di dekat bahan yang berbahaya atau bahan mudah terbakar di dalam

ruang tertutup atau di lingkungan kerja yang berbahaya.

c) Pada pekerjaan yang dilakukan di instalasi listrik tegangan tinggi.

d) Pada saat pekerjaan penggalian dilakukan mungkin terdapat kabel atau pipa.

e) Pada tugas jenis tertentu yang diluar tugas biasa (one-of-a-kind) dilakukan,

dimana ada resiko cedera serius / tinggi.

f) Pada saat perlu melakukan pekerjaan lebih dari 1,8 m diatas permukaan tanah

(Bekerja di ketinggian / Working at Heights).

9. Safety Training

Kepala cabang, kepaala departemen HR, dan departemen SHE Head Office

bertanggung jawab untuk membuat dan mengendalikan analisa kebutuhan

pelatihan di cabang. Informasi mengenai analisa kebutuhan pelatihan tercatat

dalam matriks kebutuhan pelatihan K3L untuk personil SHE dan Matriks

Kebutuhan Pelatihan K3L untuk personil non SHE. Analisa harus dilakukan untuk

mengidentifikasi semua tugas, termasuk yang memerlukan pelatihan khusus.

Page 72: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

60

Analisa di atas harus berdasarkan penilaian resiko dari semua kegiatan di cabang.

Berdasarkan hasil analisa, HR harus membuat rencana pelatihan tahunan

(Training Master Plan).

Bahan pelatihan Internal K3L diluar awareness yang akan digunakan di

cabang semua terpusat melalui Departemen SHE-HO. Departemen SHE-HO

membuat bahan pelatihan K3L untuk semua cabang, sedangkan untuk awareness

dapat disusun oleh masing-masing cabang. Bahan pelatihan yang telah dibuat oleh

Departemen SHE-HO dan dipastikan dapat mengatur semua kebutuhan pelatihan

di cabang. Bahan pelatihan disosialisasikan melalui coordinator / perwakilan SHE

di cabang atau dibantu oleh departemen SHE-HO. Setiap bahan pelatihan K3L

dan dokumentasinya harus dikelola dan dikendalikan oleh SHE personil di

cabang. Setiap bahan pelatihan K3L disesuaikan dengan kebutuhan / sifat

pekerjaan karyawan di semua cabang. Efektifitas dari setiap bahan pelatihan K3L

dapat ditinjau dan dievaluasi jika dibutuhkan. Coordinator / perwakilan SHE dan

perwakilan karyawan di cabang dapat mengusulkan untuk perbaikan mengenai

bahan pelatihan K3L ke Departemen SHE-HO. Sedangkan untuk materi pelatihan

yang tidak dapat dilakukan internal dilakukan oleh pihak eksternal yang telah

diseleksi kompetensinya.

Untuk pekerjaan beresiko tinggi yang harus diberi pelatihan khusus

sebelumnya, yaitu :

a) Bekerja di ketinggian

b) Isolasi energy (LOTO)

c) Lifting / Rigging

Page 73: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

61

d) Pekerjaan yang diatur dalam UU (Crane, Forklift, dan Pengelasan)

e) Perbaikan listrik

f) Penggunaan bahan kimia

Untuk karyawan yang baru masuk atau baru pindah harus diberikan

induksi dan pelatihan dasar keselamatan. Pelatihan penyegaran dilakukan untuk

setiap karyawan setiap tahun sekali.

Peserta yang mengikuti pelatihan yang berdurasi sama dengan atau lebih

dari 4 jam atau setengah hari akan diberikan sertifikat yang akan diterbitkan oleh

Departemen SHE-HO. Awareness K3L dilakukan secara teratur setiap minggu

dengan durasi waktu 1-2jam tergantung dari materi yang disampaikan.

Departemen HR cabang, harus memastikan bahwa ada rekaman mengenai seluruh

karyawan yang mengikuti Pelatihan. Untuk SHE Personil, kebutuhan pelatihan

disusun oleh Departemen SHE-HO. Departemen HR HO akan menganalisa hasil

identifikasi kebutuhan pelatihan Staf SHE Departemen dan memasukkan kedalam

jadwal pelatihan tahunan. Departemen HR Cabang dan Departemen SHE-HO

harus memastikan bahwa ada rekaman rinci mengenai para Staff SHE department

yang mengikuti pelatihan.

Semua karyawan yang tergabung dalam First Aider dan karyawan yang

sering bertugas ke field harus mengikuti pelatihan P3K. pelatihan penyegar P3K

dilakukan setiap empat tahun. Semua personil harus mendapatkan pelatihan /

sosialiasi penggunaan APAR. Semua kepala departemen bertanggung jawab

mengevaluasi karyawan tiap 6 bulan sekali untuk melihat sejauh mana kinerja

pengetahuan dan keterampilan karyawan.

Page 74: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

62

Gambar 17. First Aid Awareness

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

10. Working Instruction

Dengan adanya working instruction yang ditempelkan di alat-alat dan

mesin-mesin yang akan dioperasikan di area workshop, pekerja dapat melakukan

tahapan pekerjaan dengan aman sesuai dengan instruksi yang diberikan. Instruksi

kerja ini dapat dijadikan pekerja sebagai pedoman untuk bekerja secara aman.

11. Safety Sign

Pemasangan Safety Sign di tempat kerja dapat menjadi suatu media

komunikatif yang berisi himbauan untuk bekerja aman. Di Area Workshop PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, telah terpasang berbagai macam safety sign,

rambu, poster serta banner. Safety sign ini juga selalu direview keadaan fisiknya

dan diganti dengan yang baru bila keadaannya sudah tidak baik lagi.

Page 75: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

63

Gambar 16. Pemasangan Safety Sign di Workshop Area

(Sumber : SHE Department, PT. Trakindo Utama Jakarta, 2010)

B. Pembahasan

1. Observasi Keselamatan Kerja

Pelaksanaan Observasi Keselamatan Kerja di Area Workshop PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah berjalan baik, dan tersosialisasikan dengan

baik. Program observasi keselamatan kerja ini juga telah masuk ke dalam SOP

(Standard Operating Procedure) Perusahaan, yaitu SHE.SOP.021.R00 yaitu

tentang Pemantauan Perilaku K3L. Berdasarkan pendapat Cooper (1999) ada

tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program behavioral safety,

yaitu antara lain :

a) Melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan,

b) Memusatkan perhatian kepada perilaku unsafe yang spesifik,

c) Didasarkan pada hasil observasi,

d) Proses Pembuatan Keputusan Berdasarkan Data,

e) Melibatkan Intervensi secara sistimatis dan observasional,

f) Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja,

Page 76: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

64

g) Membutuhkan dukungan dari manager.

Semua kriteria tersebut masuk ke dalam proses observasi keselamatan

kerja yang dilaksanakan di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta.

Diawali dengan dukungan dari atasan (manager dan supervisor), observasi

keselamatan kerja dipusatkan pada perilaku unsafe yang spesifik, namun dapat

juga kepada perilaku aman yang patut mendapat apresiasi, lalu memberikan

umpan balik terhadap perilaku kerja pekerja, setelah itu didasarkan pada hasil

observasi, setelah dianalisa, para atasan membuat keputusan untuk merancang

program interverensi dilakukan dengan menentukan goal setting yang dilakukan

oleh karyawan sendiri, dengan terus dilaksanakan observasi, para atasan juga

bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap

program dapat terus dilakukan.

Gambar 19. Hubungan Injury Rates dengan Safety Culture

(Sumber : DuPont, 2005)

Program observasi keselamatan kerja di PT. Trakindo Utama pada

dasarnya mengadopsi program observasi kartu STOP dari DuPont. DuPont sendiri

Page 77: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

65

menjelaskan bahwa injury rates (tingkat kecelakaan) akan semakin menurun

seiring dengan berkembangnya safety culture di perusahaan. Pada saat ini culture

yang ada di area workshop PT. Trakindo Utama dapat digolongkan kedalam tahap

dependent, karena pendistribusian kartu obervasi itu sendiri masih terbatas untuk

para supervisor yang masih juga ditargetkan jumlah pengumpulannya tiap bulan,

dan masih banyak yang belum mencapai target. Sehingga perilaku keselamatan

yang diterapkan di PT. Trakindo Utama masih terbatas dibawah pengawasan.

Untuk ke depannya, dengan digalakkannya program observasi keselamatan kerja

ini, diharapkan akan terbentuk safety culture yang independent, yaitu sadar akan

safety untuk dirinya sendiri tanpa pengawasan, lalu menuju ke tahap

interdependent, atau bisa disebut juga Total Safety Culture, dimana semua orang

sadar akan safety dan saling mengingatkan akan safety masing-masing. Pada

tahap interdependent tersebut, kartu observasi dapat didistribusikan kepada

seluruh pekerja, dan seluruh pekerja dapat berpartisipasi dalam program observasi

keselamatan kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman yang tentu saja

dapat mengurangi angka kecelakaan. Kendala yang sering terjadi adalah pada

penulisan laporan secara tertulis di kartu observasi dan pengumpulannya.

Kebanyakan supervisor langsung mengkomunikasikan untuk tindakan perbaikan

pada saat observasi, lalu lupa untuk mencatat dan melaporkannya.

Dengan demikian, pelaksanaan observasi keselamatan ini telah sesuai

dengan standard yang digunakan perusahaan yaitu OHSAS 18001 : 2007 klausul

4.4.3 tentang Komunikasi, Partisipasi & Konsultasi. Sebagai bukti nyata

komitmen K3L dari manajemen

Page 78: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

66

2. Safety Induction

Di PT. Trakindo Utama, standar yang mengatur tentang pelaksanaan safety

induction diatur pada SOP Perusahaan SHE.SOP.008.R00.

Pada pelaksanaannya safety induction sudah berjalan dengan baik dan

efektif. Setiap pekerja, vendor atau tamu yang memasuki area workshop PT.

Trakindo Utama Jakarta, terlebih dahulu akan mendapatkan materi safety

induction sesuai dengan kepentingan masing-masing. Materi yang diberikan pada

saat safety induction juga padat dan tepat sasaran, namun yang perlu diperhatikan

adalah durasi dari pemberian safety induction, karena bila terlalu lama, peserta

cenderung mengantuk, karena itu perlu dihadirkan presentasi yang interaktif dan

komunikatif agar peserta dapat lebih bersemangat dalam mengikuti safety

induction.

Pelaksanaan safety induction ini sesuai dengan UU no. 1 Tahun 1970 pasal

9 ayat 1 yang menyatakan bahwa, Pengurus diwajibkan menunjukkan dan

menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat

kerjanya.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat

kerjanya.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaannya.

(Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007)

Page 79: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

67

3. Toolbox Meeting

Toolbox Meeting diatur pada SOP Perusahaan SHE.SOP.004.R00

mengenai Komunikasi & Konsultasi Internal K3L. Toolbox Meeting berfungsi

sebagai media komunikasi antara atasan dengan pekerja dalam koordinasi list

pekerjaan dan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu untuk masing-

masing pekerja sebelum memulai kerja. Pada pelaksanaannya, waktu toolbox

meeting sebagian besar digunakan untuk membahas proses kerja yang akan

dilakukan pada hari tersebut, namun kadang membahas juga masalah safety dalam

melaksanakan tugas yang akan dilakukan. Toolbox meeting memegang peranan

penting sebagai media komunikasi para atasan (supervisor/foreman) dalam

memberi arahan untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang aman kepada

pekerja.

Dengan demikian, pelaksanaan safety toolbox di area workshop PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta sudah sesuai dengan PER.05/MEN/1996, elemen

2.3, tentang Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2.3.1

Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan

secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan (Himpunan Perundang-

undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

4. Safety Talk

Pelaksanaan safety talk di PT. Trakindo Utama diatur dalam SOP

Perusahaan SHE.SOP.004.R00 mengenai Komunikasi dan Konsultasi Internal K3.

Safety talk dilaksanakan tiap hari jum’at, dengan durasi 1 jam, di tiap section,

Page 80: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

68

dipimpin oleh atasan masing-masing dengan membahas materi tentang K3L di

tempat kerja. Dari observasi yang dilakukan penulis selama masa magang,

pelaksanaan safety talk yang paling efektif adalah yang bertempat di FIP Room,

dipandu oleh Bapak Toni selaku supervisor dari small component section.

Pelaksanaan safety talk di section tersebut sangat komunikatif, interaktif, dan

parsitipatif. Setiap masalah yang ada dibahas dan diuraikan oleh pemandu sampai

jelas dan peserta secara aktif berbalas-balasan memberikan pendapatnya. Namun,

secara umum, pelaksanaan safety talk di area workshop PT. Trakindo Utama

Cabang Jakarta sudah berjalan dengan baik, hanya perlu meningkatkan kualitas

penyajian dan format dari materi safety talk, agar pekerja juga bersemangat untuk

berpartisipasi dalam safety talk.

Dengan demikian, pelaksanaan safety talk di area workshop PT. Trakindo

Utama Cabang Jakarta sudah sesuai dengan PER.05/MEN/1996, elemen 2.3,

tentang Penyebarluasan Informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2.3.1 Informasi

tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan secara

sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan, 2.3.2 Catatan-catatan informasi

keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja

dan orang lain yang datang ke tempat kerja (Himpunan Perundang-undangan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).

5. CIM Ideku

Bila kartu observasi keselamatan didistribusikan untuk para atasan

(supervisor / manager), maka kartu CIM Ideku didistribusikan untuk seluruh

pekerja. Seluruh pekerja bebas mengisi kartu CIM Ideku bila menemui hambatan

Page 81: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

69

dalam bekerja lalu mengusulkan ide sebagai solusinya. Pelaksanaan program CIM

Ideku ini sangat berguna bagi pengembangan berkelanjutan di area workshop

dengan bantuan partisipasi ide pekerja. Dengan adanya program CIM Ideku, para

pekerja dapat menganalisa potensi-potensi bahaya yang ada di tempat kerja lalu

mencari solusi yang tepat untuk menanganinya, dengan demikian terbentuk pola

pikir keselamatan bagi pekerja (safe thinking). Pada pelaksanaannya, sosialisasi

CIM Ideku sudah terselenggara dengan baik, namun dalam penyelenggaraan CIM

Ideku meeting kadang masih kurang koordinasi, dan kadang masih timbul

keabsenan dari beberapa perwakilan section.

Secara keseluruhan, program ini telah sesuai dengan standard OHSAS

18001 : 2007 klausa 4.4.3 mengenai komunikasi, partisipasi, dan konsultasi.

6. Lomba K3L

Lomba K3L yang diadakan dalam rangka menyambut Bulan K3 pada

pelaksanaannya berjalan cukup baik dan lancar. Namun kendala yang terjadi

adalah kurangnya animo pekerja untuk mengikuti lomba, karena hadiah yang

diberikan kurang bervariasi. Jenis lomba yang diadakan cukup bervariasi dan

bermanfaat bagi para peserta. Pada pelaksanaannya, banyak lomba-lomba yang

direncanakan untuk diadakan, tetapi gagal karena kurangnya animo pekerja, yang

kebanyakan lebih fokus pada pekerjaan mereka, dan cenderung kurang

bersemangat dalam mengikuti lomba-lomba K3L. Untuk lomba beregu yang

membutuhkan perwakilan dari tiap section, dibutuhkan perhatian lebih dari atasan

(supervisor), untuk mengkoordinasi dan mendukung pekerja untuk mengikuti

lomba.

Page 82: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

70

Secara umum pelaksanaan lomba K3L ini telah sesuai dengan Kepmenaker

No.Kep.245/Men/1990 tentang Hari K3 Nasional, yang mewajibkan Peringatan

hari K3 diisi dengan kegiatan - kegiatan yang terus meningkatkan pengenalan,

kesadaran, penghayatan dan pengamalan K3 sehingga membudaya di kalangan

masyarakat (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

2007).

7. Personal SHE Performance Award

Pada pelaksanaannya, Personal SHE Performance Award kurang

tersosialisasi pada pekerja. Hanya sebagian orang, terutama yang termasuk dalam

P2K3 yang mengerti jelas tentang perihal Personal SHE Performance Award,

karena dijelaskan dalam Rapat P2K3. Sebaiknya tata cara, hal-hal yang dinilai,

serta alur proses untuk meraih Personal SHE Performance Award ini

disosialisasikan melalui Papan Informasi Kinerja K3L, sehingga timbul rasa

kompetitif bagi pekerja untuk bertindak aman dan lebih memperhatikan aspek

K3L dalam bekerja.

Dengan demikian Personal SHE Performance Award ini telah sesuai

dengan standar OHSAS 18001 : 2007 klausa 4.5.1, tentang Pemantauan dan

Pengukuran Kinerja.

8. Work Permit

Pelaksanaan Work Permit diatur dalam SOP Perusahaan

SHE.SOP.013.R00. Pada pelaksanaannya, work permit sudah berjalan dengan

sangat baik. Bila ada kontraktor yang ingin bekerja di dalam area workshop PT.

Trakindo Utama Jakarta, maka pihak security hanya akan memberi ijin bekerja

Page 83: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

71

bila sudah mendapat surat ijin kerja dari SHE Department. Para kontraktor juga

harus menyertakan JSA dari pekerjaan yang akan dilakukan, bila belum ada, maka

SHE Officer/Supervisor akan membantu dan membimbing kontraktor untuk

membuat JSA tersebut. Bila ada penambahan jam kerja dari yang dituliskan di

form work permit, maka kontraktor akan kembali mengisi work permit untuk

waktu tambahannya. Selama melakukan pekerjaan pun, kontraktor akan diawasi

oleh supervisor dari pihak trakindo maupun dari pihak kontraktor. Dengan

menandatangani form work permit tersebut, maka kontraktor harus mengikuti

prosedur langkah kerja aman yang ada dan menggunakan alat pelindung diri yang

diwajibkan, bila terjadi pelanggaran, maka supervisor berhak menghentikan

pekerjaan tersebut.

Dengan demikian, pelaksanaan work permit telah sesuai dengan,

PER.05/MEN/1996, elemen 6, mengenai keamanan bekerja berdasarkan sistem

manajemen K3, poin 6.1.3, Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan

jika diperlukan diterapkan suatu sistem “ijin kerja“ untuk tugas-tugas yang

berisiko tinggi (Himpunan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, 2007).

9. Safety Training

Perencanaan dan pelaksanaan safety training diatur dalam SOP Perusahaan

SHE.SOP.007.R00 mengenai Pelatihan K3L. Pada pelaksanaannya, safety

training sudah cukup baik dan tepat sasaran dengan adanya Matriks Kebutuhan

Pelatihan K3L. Namun untuk safety awareness yang ditargetkan seminggu sekali

pada kenyataannya, jauh dari target karena sibuknya proses pekerjaan di

Page 84: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

72

workshop serta kurangnya tenaga safety yang memiliki kompetensi untuk

memberikan awareness.

Secara umum, pelaksanaan safety training ini telah sesuai dengan

PER.05/MEN/1996, elemen 12 tentang Pengembangan Keterampilan dan

Kemampuan, serta UU No.1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 3, yang berisi : “Pengurus

diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada

dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran

serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian

pertolongan pertama pada kecelakaan.”

10. Working Instruction

Pada pelaksanaannya, working instruction sudah tersosialisasikan dengan

cukup baik, dan telah ditempel di mesin dan peralatan yang akan digunakan dalam

proses pekerjaan.

Pelaksanaan Working Instruction ini sesuai dengan UU no. 1 Tahun 1970

pasal 9 ayat 1 butir e yang menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan

dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang cara-cara dan sikap yang

aman dalam melakukan pekerjaannya.

11. Safety Sign

Pemasangan Safety Sign pada pelaksanaannya, dapat menjadi pemicu pekerja

untuk bertindak aman. Pada pelaksanaannya pemasangan safety sign sudah cukup

baik, diletakkan di tempat-tempat yang strategis, serta menggunakan bahasa dan

simbol yang komunikatif. Yang perlu dibenahi mungkin adalah merutinkan review

safety sign setiap bulan, sehingga bila ada safety sign yang ditemukan dalam kondisi

tidak baik, dapat segera diganti atau diperbaiki.

Page 85: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

73

Dengan demikian, hal ini sudah sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970 pasal 14

(b) mengenai kewajiban pengurus, yang berbunyi : “Memasang dalam tempat kerja

yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua

bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.”

Page 86: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai upaya penerapan safety

behavior di area workshop PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta, dapat ditarik

kesimpulan bahwa Upaya-upaya yang dilakukan PT. Trakindo Utama Cabang

Jakarta untuk menerapkan safety behavior di area workshop antara lain :

Observasi Keselamatan Kerja, Safety Induction, Toolbox Meeting, Safety Talk,

CIM Ideku, Lomba K3L, Personal SHE Performance Award, Sistem Work

Permit, Safety Training, Working Instruction dan Pemasangan Safety Sign.

Dengan demikian, PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta telah melakukan upaya

penerapan safety behavior di Area Workshop dengan baik sesuai dengan standar

yang ada di perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya penerapan safety behavior di

area workshop P.T. Trakindo Utama Cabang Jakarta sebagai upaya proaktif dalam

mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja, maka penulis mencoba untuk

memberikan masukan yang mungkin berguna bagi tenaga kerja, perusahaan,

maupun semua orang yang terlibat dalam suatu proses kegiatan perusahaan, yang

bisa dipertimbangkan dalam usaha untuk mendukung program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dan Lingkungan, sebagai berikut :

Page 87: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

74

1. Meningkatkan kepedulian supervisor akan masalah safety pekerja, dengan

menggalakkan pengisian kartu observasi keselamatan, kalau perlu

diadakan pemberian reward dan dimasukkan dalam penilaian kinerja

sehingga program observasi keselamatan kerja dapat menjadi suatu

tanggung jawab wajib bagi supervisor.

2. Untuk pemberian safety induction dihadirkan materi presentasi yang

interaktif dan komunikatif agar peserta dapat lebih bersemangat dalam

mengikuti safety induction.

3. Perlu adanya peningkatan kualitas penyajian dan format dari materi safety

talk, agar pekerja bersemangat untuk berpartisipasi dalam safety talk.

4. Untuk penyelenggaraan CIM Ideku meeting lebih ditingkatkan lagi

koordinasi antar supervisor, dan ditingkatkan lagi tingkat kehadiran

peserta.

5. Meningkatkan perhatian dari atasan (supervisor) tiap section, untuk

mengkoordinasi dan mendukung pekerja untuk mengikuti lomba-lomba

K3L.

6. Sebaiknya tata cara, hal-hal yang dinilai, serta alur proses untuk meraih

Personal SHE Performance Award ini disosialisasikan melalui Papan

Informasi Kinerja K3L, sehingga timbul rasa kompetitif bagi pekerja

untuk bertindak aman dan lebih memperhatikan aspek K3L dalam bekerja.

7. Meningkatkan upaya penerapan safety behavior secara keseluruhan agar

tercipta safety culture yang interdependen dan dapat mengurangi angka

kecelakaan secara nyata.

Page 88: Oleh : Karina Angelina NIM R0007007 - digilib.uns.ac.id/Gambar… · Laporan Khusus dengan judul : ... tentang upaya penerapan safety behavior di perusahaan dan membandingkann ya

75

DAFTAR PUSTAKA

Bennet H.B. Silalahi dan Rumodang B. Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan

Kerja dan kesehatan Kerja. Jakarta : Pustaka Binaan Pressindo.

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DPNK3),

2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja RI.

Geller, E.S, 2001. The Psychology of Safety Handbook. Lewis Publisher

Fleming, M. dan Lardner, R., 2002. Strategies to promote safe behaviour as part

of a health and safety management system. The Keil Centre

Muchinsky, P. M., 1987. Psychology Applied to Work. Chicago: Dorsey Press.

Suma’mur, 1996. Keselamatam Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT.

Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2007a. Komunikasi dan Konsultasi Internal K3.

Jakarta: PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2007b. Pelatihan K3L. Jakarta: PT. Trakindo

Utama Cabang Jakarta.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2007c. Pemantauan Perilaku K3L. Jakarta: PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2007d. Standar untuk Induksi K3L. Jakarta: PT.

Trakindo Utama Cabang Jakarta.

Trakindo Utama Cabang Jakarta, 2007e. Surat Ijin Bekerja. Jakarta: PT. Trakindo

Utama Cabang Jakarta.

Bhina Patria. http://www.inparametric.com. Bagaimana Behavioural Safety Mengurangi

Angka Kecelakaan Kerja. Diakses tgl. 5 Juni 2010.

Cooper, D. M. www.behavioural-safety.com. The Psychology of Behavioral

Safety. Diakses tgl. 5 Juni 2010.

Dewo P. R. http://www.sentral-sistem.com. Excellent Safety Behavior Reducing

Cause of Accident Significantly. Diakses tgl. 5 Juni 2010.