kasus korupsi angelina sondakh case

8/18/2019 Kasus Korupsi Angelina Sondakh case

1/26

1. Selayang pandang pengadilan tipikor

Pengadilan Tipikor

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi adalah pengadilan yang khusus menangani perkara

korupsi. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berada di lingkungan Peradilan Umum. Untuk pertama

kali Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang

wilayah hukumnya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Pengadilan ini dibentuk berdasarkan pasal 5 Undang!undang Nomor " Tahun #""# $%asar

hokum& tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdapat pada pengadilan negeri' pengadilan tinggi' dan

pada (ahkamah )gung. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berkedudukan di setiap ibu kota

kabupaten*kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang

bersangkutan.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu!satunya pengadilan yang

berwenang memeriksa' mengadili' dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang diajukan

oleh penuntut umum atau yang diajukan oleh penuntut pada KPK sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang!undangan yang berlaku. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa' mengadili' dan memutus perkara

tindak pidana korupsi atau tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi

yang dilakukan oleh warga negara Indonesia di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga berwenang memeriksa' mengadili' dan memutus

perkara tindak pidana korupsi dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana

korupsi yang dilakukan oleh warga negara asing di luar wilayah Negara Republik Indonesia

sepanjang menyangkut kepentingan negara Indonesia.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berwenang memberikan i+in untuk melakukan

pembekuan' penyitaan' penyadapan' dan* atau penggeledahan.


2/26

Proses pengadilan tipikor

1. Susunan Pengadilan

,akim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas hakim karir dan hakim ad ho-.

Untuk dapat diusulkan sebagai hakim ad ho- pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi' -alon

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

/& ,)KI( K)RI0R

Untuk dapat diangkat sebagai ,akim Tindak Pidana Korupsi seorang ,akim Karier

harus memenuhi syarat!syarat sebagai berikut

a. berpengalaman menjadi ,akim sekurang!kurangnya selama /" $sepuluh& tahun1 di bidang

hukum untuk hakim

b. berpengalaman menangani perkara pidana1

-. jujur' adil' -akap' dan memiliki integritas moral yang tinggi serta reputasi yang baik selama

menjalankan tugas1

d. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin dan*atau terlibat dalam perkara pidana1

e. memiliki serti2ikasi khusus sebagai ,akim tindak pidana korupsi yang dikeluarkan oleh

(ahkamah )gung1 dan

2. telah melaporkan harta kekayaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang!

undangan.

3alon hakim yang telah lulus seleksi wajib mengikuti diklat yang diselenggarakan

oleh (ahkamah )gung untuk mendapatkan serti2ikasi sebagai hakim Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi.

Untuk dapat diusulkan sebagai hakim ad ho- Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

1. warga negara Republik Indonesia12. bertakwa kepada Tuhan 4ang (aha 0sa1

3. sehat jasmani dan rohani1

4. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dan berpengalaman

sekurang!kurangnya /5 $lima belas& tahun di bidang hukum1

5. berumur sekurang!kurangnya " $empat puluh& tahun pada proses pemilihan1

6. tidak pernah melakukan perbuatan ter-ela1

7. -akap' jujur' memiliki integritas moral yang tinggi' dan memiliki reputasi yang baik1

8. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik1 dan

9. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi hakim ad ho-.


3/26

6ebelum memangku jabatan' hakim ad ho- wajib mengu-apkan sumpah*janji menurut

agamanya di hadapan Presiden Republik Indonesia.

Ketentuan penunjukan hakim adho- sesuai dengan pasal / undang 7undang no.8 tahun

#""9

a& Untuk memilih dan mengusulkan -alon ,akim ad ho- pada Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi dan pengadilan tinggi' Ketua (ahkamah )gung membentuk panitia seleksi yang

terdiri dari unsur (ahkamah )gung dan masyarakat yang dalam menjalankan tugasnya

bersi2at mandiri dan transparan.

b& Ketentuan mengenai tata -ara pemilihan untuk diusulkan sebagai ,akim ad ho-

sebagaimana dimaksud dalam Pasal /" ayat $& diatur dengan Peraturan (ahkamah )gung.

%alam memangku sebuah jabatan hakim ad ho-' seorang hakim akan dilantik terlebuh

dahulu dan harus memba-akan sumpah yang telah diatur dalam undang 7 undang nomor 8

tahun #""9' dalam pasal / dikatakan bahwa:5;

6ebelum memangku jabatan' ,akim ad ho- diambil sumpah atau janji menurut agamanya

oleh

Ketua (ahkamah )gung untuk ,akim ad ho- pada (ahkamah )gung1

Ketua pengadilan tinggi untuk ,akim ad ho- pada pengadilan tinggi1

Ketua pengadilan negeri untuk ,akim ad ho- pada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

2. Pemeriksaan Pendahuluan

Pada hari sidang yang telah ditetapkan sebelum mulai memeriksa pokok perkara' ketua

majelis hakim mengadakan pemeriksaan pendahuluan mengenai kelengkapan dan kejelasan

materi surat dakwaan.

Jaksa )gung mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelidikan' penyidikan' dan

penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama!sama oleh orang yang tunduk pada

Peradilan Umum dan Peradilan (iliter.

3. Penyidikan !lat "ukti dan Pem#uktian

Untuk kepentingan penyidikan' tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh

harta bendanya dan harta benda istri atau suami' anak' dan harta benda setiap orang atau

korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana

korupsi yang dilakukan tersangka.

)lat bukti yang sah dalam perkara tindak pidana korupsi adalah yang ditetapkan berdasarkan

,ukum )-ara Pidana yang berlaku' dan alat bukti lain yang meliputi


4/26

In2ormasi yang diu-apkan' dikirim' diterima' atau disimpan se-ara elektronik dengan alat

optik atau yang serupa dengan itu1 dan %okumen' yakni setiap rekaman data atau in2ormasi

yang dapat dilihat' diba-a' dan*atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa

bantuan suatu sarana' baik yang tertuang di atas kertas' benda 2isik apa pun selain kertas'

maupun yang terekam se-ara elektronik' yang berupa tulisan' suara' gambar' peta' ran-angan'

2oto' huru2' tanda' angka' atau por2orasi $tanda pengesahan& yang memiliki makna.

6etelah penyidikan dinyatakan -ukup' penyidik membuat berita a-ara dan disampaikan

kepada Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk segera ditindaklanjuti.

2. P$%&"!'!( P)*)* *&'P +!( *&'!P

"&*& *$S!T&

6e-ara keseluruhan perbedaan yang mendasar antara Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana

warisan an 6tra2re-ht& dengan Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana


5/26

,!*T)% )"-$*T, / S&"-$*T,

Karakter @%aad!dader 6tra2re-htA yang lebih manusiawi tersebut se-ara sistemik mewarnai

Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana baru' yang antara lain juga tersurat dan tersirat dari

adanya pelbagai pengaturan yang berusaha menjaga kesimbangan antara unsur*2aktor

obyekti2 $perbuatan*lahiriah& dan unsur*2aktor subyekti2 $manusia*batiniah*sikap batin&.

,al ini antara lain ter-ermin dari pelbagai pengaturan tentang Tujuan Pemidanaan' 6yarat

Pemidanaan' pasangan 6anksi berupa Pidana dan Tindakan' pengembangan )lternati2 Pidana

Kemerdekaan jangka pendek' Pedoman atau )turan Pemidanaan' Pidana (ati


6/26

suatu kenyataan bahwa di beberapa daerah di tanah air' masih terdapat ketentuan!ketentuan

hukum yang tidak tertulis' yang hidup dan diakui sebagai hukum di daerah yang

bersangkutan' yang menentukan bahwa pelanggaran atas hukum itu patut dipidana.

%alam hal ini hakim dapat menetapkan sanksi berupa @Pemenuhan Kewajiban )datA

setempat yang harus dilaksanakan oleh pembuat tindak pidana. ,al ini mengandung arti'

bahwa standar' nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat setempat masih tetap

dilindungi untuk lebih memenuhi rasa keadilan yang hidup di dalam masyarakat tertentu.

Keadaan seperti ini tidak akan menggoyahkan dan tetap menjamin pelaksanaan asas legalitas

serta larangan analogi yang dianut dalam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana.

P$0"!T!S!( '&*&0 P+!(!

(engingat kemajuan yang terjadi dalam bidang keuangan' ekonomi dan perdagangan' lebih!

lebih di era globalisasi serta berkembangnya tindak pidana terorganisasi baik yang bersi2at

domestik maupun transnasional' maka subyek hukum pidana tidak dapat dibatasi hanya pada

manusia alamiah $natural person& tetapi men-akup pula korporasi' yaitu kumpulan

terorganisasi dari orang dan*atau kekayaan' baik merupakan badan hukum $legal person&

maupun bukan badan hukum.

%alam hal ini korporasi dapat dijadikan sarana untuk melakukan tindak pidana $-orporate

-riminal& dan dapat pula memperoleh keuntungan dari suatu tindak pidana $-rimes 2or

-orporation&. %engan dianutnya paham bahwa korporasi adalah subyek tindak pidana' berarti

korporasi baik sebagai badan hukum maupun non!badan hukum dianggap mampu melakukan

tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana $-orporate -riminal

responsibility&.

%i samping itu' masih dimungkinkan pula pertanggungjawaban pidana dipikul bersama oleh

korporasi dan pengurusnya yang memiliki kedudukan 2ungsional dalam korporasi atau hanya

pengurusnya saja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana. %engan

diaturnya pertanggungjawaban pidana korporasi dalam


7/26

6anksi terhadap korporasi dapat berupa pidana $stra2&' namun dapat pula berupa tindakan tata

tertib $maatregel&. %alam hal ini kesalahan korporasi diidenti2ikasikan dari kesalahan

pengurus yang memiliki kedudukan 2ungsional $mempunyai kewenangan untuk mewakili

korporasi' mengambil keputusan atas nama korporasi dan kewenangan menerapkan

pengawasan terhadap korporasi&' yang melakukan tindak pidana dengan menguntungkan

korporasi' baik sebagai pelaku' sebagai orang yang menyuruhlakukan' sebagai orang yang

turutserta melakukan' sebagai penganjur maupun sebagai pembantu tindak pidana yang

dilakukan bawahannya di dalam lingkup usaha atau pekerjaan korporasi tersebut.

P%!+&! T!*"$%S!!'

)sas tiada pidana tanpa kesalahan $geen stra2 +onder s-huld& tetap merupakan salah satu asas

utama dalam hukum pidana. Namun demikian dalam hal!hal tertentu sebagai perke-ualian

dimungkinkan penerapan asas @stri-t liabilityA dan asas @>i-arious liabilityA.

%alam hal yang pertama' pembuat tindak pidana telah dapat dipidana hanya karena telah

dipenuhinya unsur!unsur tindak pidana oleh perbuatannya' sedangkan yang kedua

tanggungjawab pidana seseorang dipandang patut diperluas sampai kepada tindakan

bawahannya yang melakukan pekerjaan atau perbuatan untuknya atau dalam batas!batas

perintahnya.

-$(S-$(S P+!(!

%alam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana baru ini diatur mengenai jenis pidana berupa

pidana pokok' pidana mati' dan pidana tambahan. Jenis pidana pokok terdiri atas

/. pidana penjara1

#. pidana tutupan1

. pidana pengawasan1

. pidana denda1 dan

5. pidana kerja sosial.

%alam pidana pokok diatur jenis pidana baru berupa pidana pengawasan dan pidana kerja

sosial. Kedua jenis pidana ini bersama dengan pidana denda perlu dikembangkan sebagai

alternati2 dari pidana perampasan kemerdekaan jangka pendek $short prison senten-e& yang

akan dijatuhkan oleh hakim' sebab dengan pelaksanaan ketiga jenis pidana ini terpidana dapat

dibantu untuk membebaskan diri dari rasa bersalah' di samping untuk menghindari e2ek

http://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidanahttp://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidanahttp://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidanahttp://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidana


8/26

destrukti2 dari pidana perampasan kemerdekaan. %emikian pula masyarakat dapat

berinteraksi dan berperan serta se-ara akti2 membantu terpidana dalam menjalankan

kehidupan sosialnya se-ara wajar dengan melakukan hal!hal yang berman2aat.

Urutan jenis pidana pokok tersebut di atas menentukan berat ringannya pidana $stra2maat&.

,akim bebas memilih jenis!jenis pidana $stra2soort& yang akan dijatuhkan di antara kelima

jenis tersebut' walaupun dalam


9/26

yang berkaitan dengan berat ringannya pidana yakni berupa an-aman pidana minimum

khusus yang sebenarnya sebelumnya juga sudah dikenal dalam perundang!undangan pidana

di luar Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana. Pengaturan sistem pemidanaan baru ini

dilakukan berdasarkan pertimbangan

/. untuk menghindari adanya disparitas pidana yang sangat men-olok bagi tindak

pidana yang sama atau kurang lebih sama kualitasnya1

#. untuk lebih menge2ekti2kan pengaruh pre>ensi umum' khususnya bagi tindak pidana

yang dipandang membahayakan dan meresahkan masyarakat1

. apabila dalam hal!hal tertentu maksimum pidana dapat diperberat' maka sebagai

analog dipertimbangkan pula bahwa untuk minimum pidana pun dalam hal!hal

tertentu dapat diperberat.

Pada prinsipnya pidana minimum khusus merupakan suatu penge-ualian' yaitu hanya untuk

tindak pidana tertentu yang dipandang sangat merugikan' membahayakan' atau meresahkan

masyarakat dan untuk tindak pidana yang dikuali2ikasi atau diperberat oleh akibatnya.

P+!(! +$(+! +!!0 *&'P

%alam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana baru ini an-aman pidana denda dirumuskan

dengan menggunakan sistem kategori. 6istem ini dimaksudkan agar dalam perumusan tindak

pidana tidak perlu disebutkan suatu jumlah denda tertentu' melainkan -ukup dengan

menunjuk kategori denda tertentu sebagaimana yang ditentukan dalam ensi Internasional tentang ,ak!hak )nak

http://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidanahttp://seniorkampus.blogspot.com/search/label/Hukum%20Pidana


10/26

$3on>ention on the Rights o2 the 3hild& dalam kerangka pemajuan dan perlindungan ,ak!

,ak )sasi (anusia.

RUU tentang KU,P ini terdiri dari # $dua&


11/26

d. 6ubjek hukum pidana tidak hanya terbatas pada manusia $naturlijk person& tetapi juga

men-akup pula korporasi yaitu kumpulan terorganisasi dari orang dan atau kekayaan' baik

merupakan badan hukum $legal person& maupun bukan badan hukum. ,al ini dikarenakan

korporaasi dapat dijadikan sarana untuk melakukan tindak pidana $corporate criminal & dan

dapat pula memperoleh keuntungan dari suatu tindak pidana $crimes for corporation&.

6ehingga korporasi dianggap mampu melakukan tindak pidana dan dapat

dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana. %an dimungkinkan pula pertanggungjawaban

pidana dipikul bersama oleh korporasi dan pengurusnya yang memiliki kedudukan 2ungsional

dalam korporasi atau hanya pengurusnya saja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam

hukum pidana. 6ehingga dengan diatur dalam


12/26

hakim. 6ebab dengan pelaksanaan ketiga jenis pidana ini terpidana dapat dibantu untuk

membebaskan diri dari rasa bersalah. %isamping untuk menghindari e2ek destrukti2 dari

pidana perampasan kemerdekaan. %emikian pula masyarakat dapat berinteraksi dan berperan

serta se-ara akti2 membantu terpidana dalam menjalankan kehiduan sosialnya se-ara wajar

dengan melakukan hal yang berman2aat.

2) Pidana Mati, Dan Pidana Tambahan

Pidana mati tidak terdapat dalam urutan pidana pokok. Pidana mati ditentukan dalam pasal

tersendiri untuk menunjukkan bahwa jenis pidana ini benar!benar bersi2at khusus sebagai

upaya terakhir untuk mengayomi masyarakat. Pidana mati adalah pidana yang paling berat

dan harus selalu dian-amkan se-ara alternati2 dengan jenis pidana seumur hidup atau pidana penjara paling lama #" $dua puluh& tahun. Pidana mati dapat dijatuhkan pula se-ara bersyarat'

dengan memberikan masa per-obaan' sehingga dalam tenggang waktu masa per-obaan

tersebut terpidana diharapkan dapat memperbaiki diri sehingga pidana mati tidak perlu

dilaksanakan' dan dapat diganti dengan pidana perampasan kemerdekaan.

g. ,akim bebas memilih jenis!jenis pidana $ strafsoort & yang akan dijatuhkan di antara kelima

jenis tersebut' walaupun dalam


13/26

di luar Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana. Pengaturan sistem pemidanaan baru ini

dilakukan berdasarkan pertimbangan

/& Untuk menghindari adanya disparitas pidana yang sangat men-olok bagi tindak pidana

yang sama atau kurang lebih sama kualitasnya1

#& Untuk lebih menge2ekti2kan pengaruh pre>ensi umum' khususnya bagi tindak pidana yang

dipandang membahayakan dan meresahkan masyarakat1

& )pabila dalam hal!hal tertentu maksimum pidana dapat diperberat' maka sebagai analog

dipertimbangkan pula bahwa untuk minimum pidana pun dalam hal!hal tertentu dapat

diperberat1

& Pada prinsipnya pidana minimum khusus merupakan suatu penge-ualian' yaitu hanya

untuk tindak pidana tertentu yang dipandang sangat merugikan' membahayakan' atau

meresahkan masyarakat dan untuk tindak pidana yang dikuali2ikasi atau diperberat oleh

akibatnya.

j. %alam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana baru ini an-aman pidana denda dirumuskan

dengan menggunakan sistem kategori. 6istem ini dimaksudkan agar dalam perumusan tindak

pidana tidak perlu disebutkan suatu jumlah denda tertentu' melainkan -ukup dengan

menunjuk kategori denda tertentu sebagaimana yang ditentukan dalam ensi Internasional tentang ,ak!hak )nak

$Convention on the Rights of the Child & dalam kerangka pemajuan dan perlindungan ,ak!

,ak )sasi (anusia.

2. "uku *edua


14/26

a. Untuk menghasilkan Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana yang bersi2at kodi2ikasi dan

uni2ikasi' di samping dilakukannya e>aluasi dan seleksi terhadap pelbagai tindak pidana yang

ada di dalam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana lama' apresiasi juga dilakukan terhadap

pelbagai perkembangan tindak pidana yang terjadi di luar Kitab Undang!Undang ,ukum

Pidana' antara lain' berbagai Undang!Undang tentang Tindak Pidana Pen-u-ian Uang'

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme' Penghapusan Kekerasan %alam Rumah Tangga'

Pengelolaan Dingkungan ,idup' Perlindungan ensi internasional baik yang sudah dirati2ikasi maupun yang

belum dirati2ikasi juga dilakukan' antara lain Tindak Pidana Penyiksaan atas dasar Undang!

Undang Nomor 5 Tahun /99? tentang Pengesahan Convention !gainst orture and ther

Cruel# $nhuman or %egrading reatment or &unishment $Kon>ensi (enentang Penyiksaan

dan Perlakuan atau Penghukuman Dain yang Kejam' Tidak (anusiawi' atau (erendahkan

(artabat (anusia&' /9?. %i samping itu se-ara antisipati2 diatur pula Kejahatan Perang

$'ar Crimes& yang bersumber pada 6tatuta Roma /99? tentang $nternational Criminal

Court# dan perluasan Tindak Pidana Korupsi yang bersumber pada (nited ations

Convention !gainst Corruption $#""&.

d. %engan sistem perumusan tindak pidana sema-am itu' maka penambahan beberapa pasal

dalam Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana' khususnya di dalam


15/26

e. 6ejalan dengan proses globalisasi' lajunya pembangunan dan perkembangan sosial yang

disertai dengan mobilitas sosial yang -epat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

-anggih' diperkirakan jenis tindak pidana baru masih akan mun-ul di kemudian hari. Eleh

karena itu' terhadap jenis tindak pidana baru yang akan mun-ul yang belum diatur dalam

Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana baru ini' pengaturannya tetap dapat dilakukan melalui

amandemen terhadap Kitab Undang!Undang ,ukum Pidana atau mengaturnya dalam

Undang!Undang tersendiri karena kekhususannya atas dasar Pasal #//


16/26

$ Rumah &enyimpanan *enda +itaan egara& juga dihapuskan' dengan memberikan

kewenangan pada masing!masing instansi yang melakukan penyitaan sesuai dengan tingkat

pemeriksaan.

3. 0enuu Sistem !dersarial.

Pasal RUU ,)P mengatur bahwa )-ara Pidana dilaksanakan se-ara CwajarC dan

Cperpaduan antara sistem hakim akti2 dan para pihak berlawanan se-ara berimbangC. %alam

Ran-angan Undang!Undang ketentuan bera-ara sudah mengarah ke sistem adversarial yang

menjamin keseimbangan hak para pihak yang berlawanan yakni antara penyidik' penuntut

umum dan *atau tersangka atau terdakwa dan penasihat hukumnya. %engan demikian' peran

akti2 hakim yang memimpin sidang berkurang. Peranan berita a-ara juga berkurang olehkarena kedua pihak penuntut umum dan terdakwa*penasihat hukum dapat menambah alat

bukti $saksi& baru di sidang pengadilan yang dapat ditolak oleh hakim' jika segalanya sudah

jelas dan terang. %engan sendirinya tidak diperlukan P!#/ $pernyataan Penuntut Umum

bahwa berkas telah lengkap& karena penuntut umum walaupun pada saat proses persidangan

sudah dimulai' masih dapat meminta bantuan penyidik untuk menambah pemeriksaan seperti

pengajuan saksi baru untuk melawan saksi yang diajukan penasihat hukum. Tujuan dari

sistem ini mengharuskan penuntut umum dan penyidik bekerjasama erat untuk suksesnya

penuntutan. )danya keberatan jika penuntut umum menambah sendiri pemeriksaan juga

menjadi tidak beralasan' karena pada saat sidang sedang berlangsung pun penuntut umum

dapat menambah alat bukti baru' terutama untuk menyanggah alat bukti baru a,de charge

yang diajukan terdakwa * penasihat hukum. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal /5#

Ran-angan' yang berbunyi

)yat $/& CPenuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum terdakwa diberi kesempatan

menyampaikan penjelasan singkat untuk menguraikan bukti dan saksi yang hendak diajukan

oleh mereka pada persidanganC1

)yat $#& C6esudah pernyataan pembuka' saksi dan ahli memberikan keteranganC1

)yat $& CUrutan saksi dan ahli ditentukan oleh pihak yang memanggilC1

)yat $& CPenuntut umum mengajukan saksi' ahli' dan buktinya terlebih dahuluC1

)yat $5& C)pabila hakim menyetujui saksi dan ahli yang diminta oleh Penasihat hukum untuk

dihadirkan' maka hakim memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk memanggil saksi dan

ahli yang diajukan oleh Penasihat ,ukum tersebutC1


17/26

)yat $/"& C6etelah pemeriksaan terdakwa' Penuntut Umum dapat memanggil saksi atau ahli

tambahan untuk menyanggah pembuktian dari penasihat hukum selama persidanganC.

Prinsip )d>ersarial yang terkandung dalam ketentuan ini pada prinsipnya telah sejalan

dengan pasal 5 Undang!Undang Nomor /? Tahun #"" tentang )d>okat yang menyatakan

bahwa C !dvokat berstatus sebagai penegak hukum# bebas# dan mandiri yang dijamin oleh

hukum dan peraturan perundang-undanganC. %alam ran-angan undang!undang ad>okat yang

saat ini sedang dalam pembahasan di %PR RI pun kembali menguatkan posisi ad>okat

sebagai pembela kepentingan hukum klien dan masyarakat demi kebenaran dan keadilan

serta kedudukan ad>okat sebagai salah satu pilar penegakan hukum yang bebas dan mandiri.

6ehingga semakin menguatkan dan menjamin keseimbangan hak diantara lembaga peradilan'

penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan' dan juga tersangka dan*atau terdakwa

termasuk ad>okat sebagai penasihat hukum tersangka dan*atau terdakwa.

4. !lat "ukti

)lat bukti dalam RUU ini mengubah jenis!jenis alat bukti sebelumnya' sehingga berdasarkan

Pasal /B5 Ran-angan alat bukti yang sah men-akup

a. barang bukti

b. surat!surat1

-. bukti eletronik1

d. keterangan seorang ahli1

e. keterangan seorang saksi1

2. keterangan terdakwa1

g. pengamatan hakim

5. Penyadapan

Penyadapan diperkenalkan dalam Ran-angan' akan tetapi diberi persyaratan yang ketat. Pasal

? ayat $/& Ran-angan berbunyi CPenyadapan pembi-araan melalui telepon atau alat

telekomunikasi yang lain dilarang' ke-uali dilakukan terhadap pembi-araan yang terkait

dengan tindak pidana serius atau diduga keras akan terjadi tindak pidana serius tersebut' yang

tidak dapat diungkap jika tidak dilakukan penyadapanC. 6ehingga pada prinsipnya

penyadapan dilarang. Penyadapan dengan demikian bersi2at penge-ualian. Tindak pidana

serius dijelaskan dalam Pasal ? ayat $#& Ran-angan adalah tindak pidana


18/26

a. Terhadap Keamanan Negara $


19/26

melimpahkan perkara ke sidang a-ara pemeriksaan singkat. Pidana yang dijatuhkan tidak

boleh lebih dari #* dari maksimum. %i sinilah letak pengakuan yang memberi keuntungan

$sema-am plea bargaining &. ,akim dapat menolak pengakuan ini dan meminta penuntut

umum mengajukan ke sidang pemeriksaan biasa.

7. !sas )portunitas


20/26

b. tindak pidana yang dilakukan dian-am dengan pidana penjara paling lama $empat& tahun1

-. tindak pidana yang dilakukan hanya dian-am dengan pidana denda1

d. umur tersangka pada waktu melakukan tindak pidana di atas tujuh puluh tahun1dan*atau

e. kerugian sudah diganti.

Eleh karena Pasal # Ran-angan menyebut maksimum pidana empat tahun penjara' maka

sebagai -ontoh tindak pidana pen-urian yang an-aman pidananya lima tahun penjara tidak

termasuk penyelesaian di luar pengadilan' ke-uali pelaku yang berumur B" tahun atau lebih.

Penyelesaian di luar pengadilan ini termasuk peradilan restorati2 $restorati>e justi-e&. ,ukum

Islam mengenal restorati-e justi-e bahkan sampai delik berat seperti pembunuhan yang

disebut diat. )kan tetapi ada perbedaan karena penyelesaian di luar pengadilan $a2doening

buiten pro-es& hanya untuk delik ringan dan moti2nya pun harus ringan.

9. Penahanan

%engan dirati2ikasikannya $nternational Covenant on Civil and &olitical Rights $I33PR&

yang menunjukkan pada Pasal 9 bahwa jika Penyidik melakukan penangkapan' maka

promptly harus membawa tersangka $se-ara 2isik& ke hakim yang akan melakukan

penahanan. %alam RUU dipertegas bahwa penahanan $termasuk juga penangkapan'

penggeledahan' dan penyitaan& memerlukan perintah tertulis dari pejabat yang berwenang.

Jangka waktu penahanan perlu disesuaikan dengan I33PR' yang menentukan bahwa

seseorang yang ditangkap dan ditahan berdasarkan tindak pidana wajib segera dibawa se-ara

2isik ke depan hakim untuk disidangkan atau dibebaskan. %alam Pasal 8" RUU ini'

disepakati jangka waktu yang wajar adalah 5 $lima& hari dengan ketentuan waktu tempuh

perjalanan tersangka ke tempat penahanan tidak dihitung.


21/26

,akim Pemeriksa Pendahuluan merupakan re>italisasi dari ,akim Praperadilan. Inilah hal

yang mungkin menjadi isu paling krusial dalam RUU ini untuk dikaji lebih mendalam. 6alah

satu wewenang hakim Pemeriksa Pendahuluan >ersi Ran-angan ialah menentukan layak

tidaknya suatu perkara diajukan ke pengadilan atas permohonan jaksa $ pretrial &. %engan

demikian' jika jaksa tidak menuntut dan terjadi desakan masyarakat awam' jaksa dapat

menunjuk putusan hakim Pemeriksa Pendahuluan. Namun demikian' jika kemudian

ditemukan bukti baru' dapat diajukan lagi ke hakim Pemeriksa Pendahuluan agar penuntutan

dapat dilakukan. %alam pemeriksaan itu' tersangka dan saksi dapat didengar keterangannya

begitu pula konklusi penuntut umum. %engan dibentuknya lembaga ,akim Pemeriksaan

Pendahuluan ini' maka diharapkan dapat di-apai tujuan hukum a-ara pidana due process of

la. atau behoorlijk procesrecht . Tujuan hukum a-ara pidana ialah men-ari kebenaran

materiel $objective truth& dan melindungi hak asasi terdakwa jangan sampai terjadi orang

tidak bersalah dijatuhi pidana di samping perhatian kepada korban kejahatan. =ewenang

,akim Pemeriksa Pendahuluan diatur di dalam Pasal /// ayat $/& Ran-angan berupa

menetapkan atau memutuskan

a. sah atau tidaknya penangkapan' penahanan' penggeledahan' penyitaan atau penyadapan1

b. pembatalan atau penangguhan penahanan1

-. bahwa keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggar hak untuk

tidak memberatkan diri sendiri1

d. alat bukti atau pernyataan yang diperoleh se-ara tidak sah tidak dapat dijadikan alat bukti1

e. ganti kerugian dan*atau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahan se-ara

tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita se-ara tidak sah1

2. tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi oleh penga-ara1

g. bahwa penyidikan atau Penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah1

h. penghentian Penyidikan atau penghentian Penuntutan yang tidak berdasarkan asas

oportunitas1

i. layak atau tidak layak suatu perkara untuk dilakukan Penuntutan ke pengadilan1

j. pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahap penyidikan.

k. 6ebenarnya' hampir semua wewenang ini sudah dimiliki oleh hakim praperadilan' ke-uali

yang tersebut pada butir -' d. 2' g' i.


22/26

selanjutnya diperpanjang oleh hakim Pengadilan Negeri selama tiga kali " $tiga puluh& hari'

walaupun 2ormulir diisi dan diajukan oleh penuntut umum.

l. 6elama menjabat' hakim Pemeriksaan Pendahuluan dibebaskan dari tugas mengadili semua

jenis perkara dan tugas lain yang berhubungan dengan tugas Pengadilan Negeri $Pasal //9

Ran-angan&. Inilah perbedaan antara hakim Pemeriksa Pendahuluan dan hakim praperadilan.

6elama menjabat hakim Pemeriksa Pendahuluan lepas dari kaitan dengan ketua Pengadilan

Negeri.

11. &paya 'ukum

Upaya hukum Peninjauan Kembali $PK& juga diubah menjadi hanya dua alasan' yaitu ada

no>um atau putusan yang saling bertentangan. 6alah atau keliru penerapan hukum bukanalasan PK. Jika benar!benar terjadi keliru penerapan hukum kemudian terdakwa dijatuhi

pidana atau salah kuali2ikasi sehingga dijatuhi pidana lebih berat daripada seharusnya' maka

upayanya ialah permohonan grasi kepada Presiden yang dapat diajukan oleh Jaksa )gung

yang mewakli masyarakat. Kewenangan Jaksa )gung mengajukan PK kepada (ahkamah

)gung. Terhadap putusan bebas' tidak dapat dilakukan banding atau kasasi' ke-uali terhadap

putusan lepas dari segala tuntutan hukum. %alam RUU ini dipertegas kembali bahwa putusan

bebas adalah murni atau tidak ada lagi putusan bebas tidak murni' dan terhadap putusan

bebas tidak dapat dilakukan upaya hukum. %itegaskan pula dalam Ran-angan' hanya jika

terdakwa dijatuhi pidana dapat diajukan PK' artinya putusan bebas dan lepas dari segala

tuntuan hukum tidak dapat diajukan PK. Ketentuan ini bersi2at uni>ersal.

*asus *orupsi !ngelina Sondakh

/. *ronologi Terseretnya !ngelina SondakhTerseretnya )ngelina Patri-ia Pingkan 6ondakh atau )ngelina 6ondakh atau )ngie dalam

kasus korupsi Kasus =isma )tlet 60) ames Palembang dan Kemendikbud berawal dari

nyanyian para tersangka pendahulunya yang ditangkap terlebih dulu oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi $KPK&. Tersangka awal itu adalah (. Na+arrudin' (uhammad 0l

Idrus' (indo Rosalinda (anulang' =a2id (uharam. %an )ngelina 6ondakh diseret masuk

oleh (. Na+arrudin dan (indo Rosalinda (anulang.

Ke-uali )ngelina 6ondakh semua tersangka telah di>onis' masing!masing Rosa di>onis #'5

tahun dan denda Rp. #"" juta' (ohammad 0l Idris di>onis dua tahun dan denda Rp. #"" juta'


23/26

=a2id (uharam dihukum tiga tahun dan denda Rp. /5" juta' serta (uhammad Na+arudin'

dijatuhi hukuman empat tahun /" bulan penjara dan denda Rp. #"" juta.

Na+ar dalam pengakuannya di persidangan mengungkapkan' bahwa )ngie pernah mengaku

menerima sejumlah uang di depan Tim Pen-ari Hakta yang dibentuk Partai %emokrat. %alam

rapat Tim Pen-ari Hakta yang dihadiri


24/26

menerima petikan putusan atau ekstrak >onis. Tahap pertama eksekusi pidana pokok tentang

penjara. Untuk eksekusi amar putusan lain tentu harus dipelajari se-ara lengkap setelah

mendapatkan salinan putusan'A u-ap =arih.

6oal uang pengganti yang harus dibayarkan )ngie' =arih mengatakan' akan diupayakan agar

mantan Puteri Indonesia tersebut membayar uang pengganti dari hartanya yang sudah

diblokir atau disita. Namun' dia belum tahu se-ara detail berapa jumlah harta )ngie yang

telah diblokir dan disita KPK. AJika tidak mampu atau tidak men-ukupi' dilaksanakan pidana

penjara subsidernya'A lanjutnya.

Progresi dan menerakan

6e-ara terpisah' peneliti Indonesian Degal Roundtable' 0rwin Natosmal Eemar' menyatakan'

putusan majelis kasasi itu adalah putusan yang progresi2 dan mampu menjerakan koruptor.

Putusan tersebut harus menjadi tolok ukur dan standar bagi hakim!hakim dalam menjatuhkan

pidana terhadap terdakwa korupsi.

AKalau bi-ara e2ek jera dalam pemberantasan korupsi' -ara pandang hakim seharusnya seperti

-ara pandang hakim () dalam putusan )ngie ini. 02ekti2kan pidana tambahan. 6ita uang

hasil korupsi. Kalau tidak dilakukan' orang tidak takut korupsi karena hanya akan dikenai

hukuman badan $penjara& saja' sementara uang hasil korupsinya aman. 6etelah bebas' ia

masih bisa menikmati hasil korupsi. Ini yang ada di benak koruptor saat ini'A ungkap 0rwin.

%alam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jaksa KPK Kresno )nto =ibowo

mengatakan )ngelina dianggap bersalah telah menggiring anggaran proyek di Kemenpora

dan Kemendiknas. (ahkamah )gung $()& telah memperberat hukuman terpidana kasus

korupsi Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Pemuda dan Elahraga' )ngelina

6ondakh' dari empat tahun enam bulan penjara menjadi /# tahun penjara. )ngelina juga

diminta membayar uang pengganti sebesar Rp /#'5? miliar dan U6% #'5 juta. )pabila tidak

sanggup membayar maka diganti dengan pidana penjara selama dua tahun.(enurut Juru


25/26

Johan menjelaskan' hal itu merupakan bagian dari upaya terobosan yang

dilakukan KPK.%i mana tindak pidana korupsi berupa suap itu harus terdapat penyitaan dan

perampasan aset yang dilakukan kepada terpidana.

@Ini upaya untuk mengembalikan uang ke negara sekaligus juga e2ek jera.Jadiorang tidak

sembarangan korupsi karena bakal disita hartanya'A katanya.

Johan mengakui upaya Jaksa KPK menkontruksikan kembali mengenai uang pengganti

kerugian negara dalam memori banding itu merupakan tantangan tersendiri.

(engingat di pengadilan tingkat pertama' tuntutan itu tidak terbukti.AJadi kami -hallenge dan

uji di tingkat banding nanti. )pakah hakim nanti melihatnya berbeda ataukah sama nantinya'A

ujarnya.

Johan menambahkan' KPK juga tak menutup kemungkinan menjerat )ngelina 6ondakh

dengan pasal Tindak Pidana Pen-u-ian Uang $TPPU&.%ia menilai' hal tersebut terbuka lebar

tergantung dari >onis hakim nanti.

@Kemungkinan itu bisa saja tergantung dari >onis hakim nanti. Ini kan belum berkekuatan

hukum tetap. Nanti akan sejauh mana putusan' pertimbangan!pertimbangan kemudian yang

jadi a-uan hakim itu apa ini nanti bisa digunakan oleh KPK apa bisa menggunakan TPPU

atau tidak'A terangnya.

Karena tegas Johan' >onis terhadap )ngelina nantinya menjadi pintu masuk KPK dalam

mengembangkan kasus =isma )tlet terkait pembahasan anggarannya

)ngelina didakwa menerima uang itu dari grup Permai pada #"/" terkait pengurusan proyek

di sejumlah uni>ersitas di %irjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan termasuk

program pengadaan sarana dan prasarana di Kemenpora. Jaksa mengatakan hal!hal yang

memberatkan )ngelina adalah ia tidak mengakui perbuatannya dan tidak menyesal. Ia juga

dinilai tidak mendukung program pemberantasan korupsi atau memberi teladan pada

masyarakat.

,al yang meringankan adalah ia dinilai berperilaku santun dalam persidangan' belum pernah

dihukum dan memiliki anak balita. Tim kuasa hukum )ngelina mengatakan klien mereka

akan mengajukan nota pembelaan.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi )braham 6amad menilai putusan hakim () tersebut

telah memberikan rasa keadilan dalam masyarakat.Putusan seperti itu diharapkan lanjut

)braham dapat memberikan e2ek jera terhadap koruptor yang kerap mendapatkan hukuman

yang tidak setimpal.


26/26

%ia menyatakan putusan () terhadap )ngelina 6ondakh sudah sangat tepat di tengah

pusaran pemikiran hukum para penegak hukum yang masih jauh dari keadilan dan tidak

mampu menangkap kekhawatiran masyarakat terkait upaya pemberantasan korupsi.

)braham mengungkapkan putusan hakim () terhadap )ngelina 6ondakh harus menjadi

tolok ukur bagi hakim!hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap koruptor.

@Kita ingin setiap terdakwa kasus korupsi putusannya bisa memberikan e2ek jera sehingga

orang ber2ikir seribu kali untuk melakukan korupsi .Kita mengapresiasi putusan dari

(ahkamah )gung.Kita mengapresiasi telah memberikan keadilan di dalam masyarakat'A

kata )brahan 6ahad.

Komisioner Komisi 4udisial Tau2iMurrahman 6ahuri mengungkapkan bahwa putusan kasasi

() terhadap )ngelina 6ondakh $)ngie&' sebagai obat keke-ewaan publik terhadap putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi $Tipikor& Jakarta yang sebelumnya hanya menjatuhkan

pidana empat setengah tahun penjara.

@Putusan itu telah mengobati keke-ewaan masyarakat pada saat putusan di pengadilan negeri

yang menghukum empat tahun.%an ini saya rasa putusan yang terberat yang dikeluarkan

(ahkamah )gung terhadap koruptor pas-a putusan terhadap )bdullah Puteh /" tahun.

6etelah itu putusan terhadap koruptor turun!turun empat tahun' dua tahun' tiga tahun seperti

itu' nah ini barulah /# tahun'A kata Tau2iMurrahman 6ahuri

%alam putusan kasasi ()' )ngelina dinilai akti2 meminta dan menerima uang terkait

proyek!proyek di Kementerian Pendidikan Nasional serta Kementerian Pemuda dan Elahraga

kasus korupsi angelina sondakh case

Documents