ok sige nasi

25
A. KONSEP DASAR OKSIGENASI MANUSIA 1. Definisi Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007) Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006). . NILAI-NILAI NORMAL

Upload: putra-sanchaya

Post on 11-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

medicine

TRANSCRIPT

Page 1: Ok Sige Nasi

A. KONSEP DASAR OKSIGENASI MANUSIA

1. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau

fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat

dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon

dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal

pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

(Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara

melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)

sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia melibatkan

oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antar udara

di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi yakni ventilasi,

perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994 dalam Potter & Perry, 2006).

. NILAI-NILAI NORMAL

Tujuan pemberian oksigen adalah:

Untuk menyediakan dan merawat keamanan jalan udara.

Untuk memastikan adanya oksigenasi dan ventilasi yang adekuat.

Untuk menghindari terjadinya aspirasi

Untuk melindungi spinal servikal.

Parameter Nilai normal

Tidal Volume (TV)

Volume Cadangan Inspirasi (VCI)

Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)

Volume Residu

Kapasitas Inspirasi (KI)

Kapasitas Residu Fungsional (KRF)

Kapasitas Vital

Kapasitas Total Paru

500 cc

3000 ml

1100 ml

1200 ml

3500 ml

2400 ml

4800 ml

6000 ml

Page 2: Ok Sige Nasi

2. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan

Indikasi dari oksigenasi:

Hipoksemia, kekurangan oksigen dalam darah

Hiperventilasi, peningkatan jumlah O2 dalam paru-paru sehingga nafasnya lebih

cepat.

Hipoventilasi, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan O2

Hipoksia, tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi

oksigen yang diinpirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat

seluler.

Masalah pernapasan seperti asma dan pneumonia

Bronchitis

Penyakit jantung

Kontraindikasi dari oksigenasi:

Kelainan paru

Riwayat operasi paru

Infeksi saluran nafas atas

Cedera paru

Tumor ganas

Penyakit menular

Pengidap gaustrophobia

Kehamilan

Pneumothorax

Komplikasi dari oksigenasi:

Depresi pernapasan

Toksisitas oksigen

Penyerapan atelektasis

3. Penyebab/faktor predisposisi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami gangguan

oksigenasi, sebagai berikut:

a. Faktor fisiologis

Page 3: Ok Sige Nasi

Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung akan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Klasifikasi umum gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi,

kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi – kondisi kardiomiopati

dan hipoksia jaringan perifer.

b. Faktor perkembangan

Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi

oksigenasi jaringan.

1. Bayi prematur

Bayi prematur beresiko terkena penyakit memberan hialin, yang diduga

disebabkan oleh defisiensi surfaktan.

2. Bayi dan todler

Bayi dan todler mengalami infeksi saluran napas atas sebagai hasil

pemaparan yang sering pada anak – anak lain dan pemaparan asap dari

rokok yang diisap orang lain.

3 Anak usia sekolah dan remaja

Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan

faktor – faktor risiko pernapasan, misalnya menghisap asap rokok dan

merokok.

2. Dewasa muda dan dewasa pertengahan

Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar pada

banyak faktor risiko kardiopulmonar, seperti : diet yang tidak sehat,

kurang latihan fisik, obat – obatan dan merokok.

3. Lansia

Sitem pernapasan dan sistem jantung mengalami perubahan sepanjang

proses penuaan

c. Faktor prilaku

Prilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Faktor

– faktor gaya hidup yang mempengaruhi fungsi pernapasan meliputi nutrisi,

latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi dan stres.

d. Faktor lingkungan

Page 4: Ok Sige Nasi

Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi

di daerah yang berkabut dan di daerah perkotaan dari pada di daerah pedesaan.

4. Patofisiologi/Pathway

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada

asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi

dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada

sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan

brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka

antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang

telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan

berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat

(yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal

pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam

lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan

tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter

bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena

peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan

selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan

inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal

ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru

menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Page 5: Ok Sige Nasi

5. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu

ventilasi, difusi, dan transportasi.

1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke

dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi

oleh beberpa faktor, antara lain :

a. Adanya perbedaan tekanan antara udara semakin rendah. Demikian pula

sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.

b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan

ekspansi atau kembang kempis.

c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri

atas berbagi otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf

otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi

Page 6: Ok Sige Nasi

sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat

menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabakan vasokontriksi atau

proses penyempitan.

d. Adanya reflex batuk dan muntah. Adanya peran mucus siliaris sebagai

penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat meningkat

virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance recoil.

Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli yang

berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara

yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan

diproduksi saat terjadinya peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien

menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan

CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila compliance baik akan

terapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat dikeluarkan secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat mempengaruhi

proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat

pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik

merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari samadengan 80

mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru

dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru

b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstitial keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terkadi

proses penebalan.

c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,

dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga

alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, dalam darah vena pulmonaris, dan

paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan u tuk menembus dan saling mengikuti Hb.

Page 7: Ok Sige Nasi

3. Transpotrtasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusia antara O2 kapiler ke jaringan

tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Kardiak output

Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per

menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output akan

mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan. Umumnya, jantung

mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk

meningkatkan transport oksigen.

b. kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Secara langsung berpengaruh terhadap transport oksigen. Bertambahnya

latihan menyebabkan peningkatan transport O2, meningkatkan kardiak

output dan penggunaan O2 oleh sel.

7. Pemeriksaan Fisik

Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks (pucat,

biru, kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan

untuk menentukan kecukupan pertukaran gas.

- INSPEKSI. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang

nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung

mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot

asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya

ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal

ekspirasi – inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara. 

- PALPASI dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di

atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi

kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik

skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi.

- PERKUSI : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi

dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada

Page 8: Ok Sige Nasi

antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan

sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik.

- AUSKULTASI : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop.

Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut,

pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas

tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan.

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

a. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi

Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan

gas darah arteri, oksimetri dan hitung darah lengakap digunakan untuk

mengkaji keadekuatan ventilasi dan oksegenasi.

b. Pemeriksaan untuk memvisiualisasi struktur sistem pernapasan

Pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi dan pemindaian paru

digunakan untuk memvisualisasi struktur sistem pernapasan.

c. Pemeriksaan untuk menentukan sel – sel abnormal atau infeksi dalam

saluran napas. Pemeriksaan untuk menentukan apakah terpadat sel – sel

abnormal atau infeksi di dalam saluran pernapasan meliputi kultur

tenggorok, spesimen sputum, pemeriksaan kulit dan torasentesis.

9. Respiration rate pasien dalam keadaan normal

-Newborns: 30-40 breaths per minute

-Less Than 1 Year: 30-40 breaths per minute

-1-3 Years: 23-35 breaths per minute

-3-6 Years: 20-30 breaths per minute

-6-12 Years: 18-26 breaths per minute

-12-17 Years: 12-20 breaths per minute

-Adults Over 18: 12–20 breaths per minute.

10. Metode pemberian oksigen

a. Kanula nasal

Page 9: Ok Sige Nasi

Oksigen diberikan melalui kanula dengan kecepatan aliran sampai 6 liter/menit.

Kecepatan aliran lebih besar dari 4 liter/menit jarang digunakan karena efek yang

ditimbulkannya, yakni menyebabkan mukosa kering dan juga

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai

masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien,

perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang

dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien.

Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi tentang data

biografi, yang mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi kehidupan klien. Data

demografi biasanya dicatat pada formulir pengkajian rumah sakit atau klinik. Riwayat

pernapasan mengandung informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah-masalah

pernapasan sebelumnya. Wawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada manifestasi

klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi saat ini, riwayat

kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.

Gejala Saat Ini

a.Keluhan utama

Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan

dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini.

Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum,

hemoptisis, mengi, dan nyeri dada. Fokuskan pada manifestasi dan prioritaskan

pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisis gejala.

Data objektif :

1. Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan

bernapas, yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.

2. Batuk : refleks protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabang;

trakheobronkhial. 

Page 10: Ok Sige Nasi

3. Pembentukan sputum : Sputum secara konstan dikeluarkan ke atas menuju

faring oleh silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debris selular,

mikroorganisme, darah, pus, dan benda asing akai dikeluarkan dari paru-

paru dengan membatukkan atau membersihkan tenggorok.

4. Hemoptisis : membatukkan darah, atau sputum bercampur darah. 

5. Mengi : dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas yang sebagian

tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.

Data subjektif :

1. Gelisah

2. Cemas

3. Nyeri dada

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan

klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi

pernapasan, misalnya batuk, dispnea, pembentukan sputum, atau mengi, karena kondisi

ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru.

Riwayat Psikososial

Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial klien yang mencakup

lingkungan, pekerjaan, letak geografi, kebiasaan, pola olahraga, dan nutrisi. Identifikasi

semua agens lingkungan yang mungkin mempengaruhi kondisi klien, lingkungan kerja

dan hobi. Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien, seperti jumlah anggota keluarga

yang tinggal serumah. Kondisi kehidupan yang sumpek meningkatkan risiko penyakit

per¬napasan seperti tuberkulosis. Kaji terhadap bahaya lingkungan seperti sirkulasi

udara yang buruk.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Contoh diagnosis yang mungkin muncul pada pasien gangguan oksigenasi adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obsruksi dari

saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

Page 11: Ok Sige Nasi

2. Gangguan pertukaran gas

Definisi : kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan atau eliminasi

karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler.

3. Ketidakefektifan pola nafas

Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

PERENCANAAN

INTERVENSI

RASIONAL

Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan

asma ditandai dengan

sputum dalam jumlah

berlebihan.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama … x 24 jam

diharapkan bersihan

jalan napas efektif

sesuai dengan kriteria:

Respiratory status :

airway patency

Frekuensi napas

dalam rentang normal

Irama napas dalam

rentang normal

Mampu

mengeluarkan sputum

dari jalan napas

Bebas dari

peningkatan suara

napas

Respiratory status :

Ventilation

Mudah dalam

bernapas

Airway

management

Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

oksigenasi

Ajarkan cara batuk

efektif

Auskultasi suara

napas, catat adanya

penurunan dan

peningkatan suara

napas

Monitor status

respirasi dan

oksigenasi bila

perlu

-

Diberikan

posisi

semi/fowler

tinggi atau

senyaman

pasien agar

merasa lebih

nyaman untuk

bernapas

Meminimalisir

nyeri saat

batuk

Memonitoring

keadaan

sebagai acuan

untuk tindakan

selanjutnya

Page 12: Ok Sige Nasi

Tidak terjadi

peningkatan suara

napas.

Tidak terjadi sesak

napas

Tidak ada napas

pendek.

Perkusi napas dalam

rentang normal.

Auskultasi suara

napas dalam rentang

normal.

Aspiration Control:

Mampu

mengidentifikasi

factor resiko

Mencegah factor

resiko.

Gangguan pertukaran

gas berhubungan

dengan ventilasi perfusi

ditandai dengan

pernafasan abnormal.

Setelah… x 24 jam,

pernafasan pasien

normal dengan

ventilasi dan perfusi

yang optimal ditinjau

dari kriteri hasil :

Respiratory status :

Ventilation

RR dalam rentang

normal.

Kedalaman

pernafasan normal.

Tidak terdapat suara

nafas tambahan

Manajemen asam

basa

Merawat kepatenan

jalan nafas

Monitoring arterial

blood gases (ABGs)

dan serum dan level

urin elektrolit jika

diperlukan

Monitoring

kehilangan asam

(e.g muntah,

keluaran nasogatric,

diare, dan dieresis) ,

Intervensi

manajemen

asam basa

dilakukan agar

pasien tidak

mengalami

asidosis dan

alkalosis.

Intervensi

monitoring

dilakukan

untuk

menghindari

dispnea.

Page 13: Ok Sige Nasi

(ronkhi basah, ronkhi,

mengi, friction rub)

PaO2 (80-100 mmHg)

dan PaCO2 (35-45

mmHg) dalam

rentang normal

Kualitas istirahat baik

yakni rentang 5

Tidak terdapat

sianosis

Tissue perfusion :

pulmonary

Tekanan darah

sistolik dan diastolic

dalam keadaan

normal (120/80

mmHg)

Tekanan arteri paru

dalam keadaan

normal

jika diperlukan

Oxygen therapy

Bersihkan mulut,

hidung, sekresi

trakeal, jika

diperlukan

Merawat kepatenan

jalan nafas

Monitoring posisi

alat-alat oksigen

Vital sign

monitoring

Monitor TD, nadi,

suhu dan

pernapasan

Monitor pola napas

tidak normal

(kusmaul, apnea,

dll)

Monitor warna,

temperature, dan

kelembaban kulit

Identifikasi

kemungkinan

penyebab

perubahan vital sign

Ketidakefektifan pola

nafas berhubungan

dengan keletihan otot

pernafasan ditandai

dengan penggunaan

Setelah … x 24 jam,

pasien dapat

mendapatkan asupan

oksigen yang baik

melalui ventilasi yang

Oxygen therapy

Bersihkan mulut,

hidung, sekresi

trakeal, jika

diperlukan

Intervensi

diberikan untuk

meminimalisas

i penggunaan

otot bantu

Page 14: Ok Sige Nasi

otot berlebih. optimal dengan criteria

hasil :

Respiratory status :

Ventilation

Respiration rate

pasien dalam keadaan

normal

Ritme pernafasan

dalam keadaan

normal (tidak

kusmaul, takipnea,

bradipnea, apnea,

hipernea, Cheyne

Stokes, Biot,

apneustik)

Kedalaman inspirasi

dari rentang 3

(rentang sedang dari

normal) menjadi 5

(tidak ada

penyimpangan

rentang normal :

eupnea)

Tidak terdapat

penggunaan otot

aksesoris

Merawat kepatenan

jalan nafas

Monitoring posisi

alat-alat oksigen

Energy Management

Kaji perasaan

verbal tentang

kecukupan energy

Kaji penyebab

kelelahan seperti

nyeri, pengobatan,

dll

Monitor intake

nutrisi secara

adekuat sebagai

sumber energy

Konsultasi dengnan

ahli diet tentang

cara peningkatan

intake dengan

makanan tinggi

energy

Monitor laporan

pola tidur pasien

serta lamanya tidur

berapa jam

Batasi stimulasi

lingkungan seperti

cahaya dan

kebisingan untuk

relaksasi

Anjurkan bedrest

pernafasan

Manajemen

energy untuk

mengkompensa

si energy yang

digunakan oleh

penggunaan

oto bantu.

Page 15: Ok Sige Nasi

atau batasi kegiatan

seperti

meningkatkan

waktu periode

tidur / istirahat

Ajarkan pada pasien

atau keluarga tanda

– tanda kelelahan

dan anjurkan

mengurangi

aktivitas.

EVALUASI

Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan

eksudat dalam alveoli

ditandai dengan sputum

dalam jumlah yang

berlebihan, batuk yang

tidak efektif

S : pasien tidak menunjukkan kegelisahan dan

kelelahan

O : pasien dapat batuk, mengeluarkan secret, tidak

terdapat suara nafas tambahan, RR dalam rentang

normal

A : terapi oksigen disesuaikan dengan kebutuhan

pasien, jalan nafas pasien dapat dibersihkan dengan

intervensi pengisapan

P : modifikasi lingkungan pasien dan edukasi kepada

keluarga pasien.

Gangguan pertukaran

gas berhubungan dengan

ventilasi perfusi ditandai

dengan pernafasan

abnormal.

S : pasien tidak mengeluh keletihan karena tidak dapat

tidur

O : pasien tidak menunjukkan gejala asidosis

respiratorik, suara nafas tambahan masih terdengar.

A : monitor tanda-tanda vital klien lebih intensif

P : edukasi klien dan keluarga untuk mengenali onset

dispnea

Ketidakefektifan pola

nafas berhubungan

S : pasien tidak mengeluh

O : ekspansi dada sudah maksimal

Page 16: Ok Sige Nasi

dengan keletihan otot

pernafasan ditandai

dengan penggunaan otot

berlebih.

A : pasien diberikan relaksasi otot lebih rutin.

P : pasien diberikan nutrisi yang adekuat untuk

pemenuhan energy.

Page 17: Ok Sige Nasi

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of

America : Mosby.

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification.

United States of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis

Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.

Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.