obat obesitas 3

15
Bagaimana mengatasi obesitas? Yang pertama sekali tentu adalah pembatasan makan dan meningkatkan aktivitas fisik, sehingga asupan kalori dan penggunaannya terjadi seimbang. Namun jika ini sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka perlu bantuan obat-obatan, yaitu obat anti obesitas. Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat badan, dengan cara menekan nafsu makan, mempengaruhi metabolisme, atau mengurangi absorpsi makanan/kalori. Obat-obat anti obesitas bekerja dengan beberapa mekanisme: 1. menekan nafsu makan. 2. Meningkatkan metabolisme tubuh 3. Menurunkan kemampuan tubuh untuk mengabsorpsi nutrien tertentu dari makanan, utamanya lemak, misalnya dengan cara menghambat peruraian lemak sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh. Ada beberapa contoh obat anti obesitas, antara lain adalah: Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

Upload: cintia-pebri

Post on 04-Apr-2016

110 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ff

TRANSCRIPT

Page 1: obat obesitas 3

Bagaimana mengatasi obesitas?

Yang pertama sekali tentu adalah pembatasan makan dan meningkatkan aktivitas fisik, sehingga asupan kalori dan penggunaannya terjadi seimbang. Namun jika ini sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka perlu bantuan obat-obatan, yaitu obat anti obesitas.

Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat badan, dengan cara menekan nafsu makan, mempengaruhi metabolisme, atau mengurangi absorpsi makanan/kalori.

Obat-obat anti obesitas bekerja dengan beberapa mekanisme:

1. menekan nafsu makan.

2. Meningkatkan metabolisme tubuh

3. Menurunkan kemampuan tubuh untuk mengabsorpsi nutrien tertentu dari makanan, utamanya lemak, misalnya dengan cara menghambat peruraian lemak sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh.

Ada beberapa contoh obat anti obesitas, antara lain adalah:

Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.

Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake-nya) dan fluoksetin.

Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin (menginhibisi reuptake serotonin dan NE).

Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).

Page 2: obat obesitas 3

Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah penggolongan obat berdasarkan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya maka semakin bahaya untuk disalahgunakan.

Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA:

 

Nama Generik Nama Dagang DEA Schedule Lama Penggunaan

Disetujui

Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999

Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997

Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973

Fentermin Adipex, Ionamin IV Jangka pendek 1973

Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961

Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960

Orlistat adalah yang paling aman digunakan karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.

Page 3: obat obesitas 3

Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar (lebih dari 75 mg sehari), ternyata menyebabkan peningkatan kejadian stroke. Karena itu, indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg sehari sebagai dekongestan.

Fenfluramin sebagai obat antiobesitas telah ditarik dari peredaran karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung.

Obat antiobesitas yang diizinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran golongan noradrenergik dan golongan serotonergik, yaitu sibutramin; dan golongan gastrointestinal lipase inhibitor, yaitu orlistat.

1. Orlistat (Xenical)

Orlistat merupakan turunan hidrogenasi dari lipstatin yang diproduksi oleh bakteri Streptococcus toxytricini. Senyawa ini bersifat sangat lipofilik dan merupakan penghambat potensial untuk sebagian besar enzim lipase mamalia. Lipase dibutuhkan untuk menghidrolisis trigliserida dari makanan menjadi asam lemak bebas yang bisa diserap. Dalam intestinal, orlistat secara ireversibel menghambat enzim

lipase melalui ikatan kovalen dengan residu serine pada sisi aktif.

Dengan menggunakan orlistat, hingga 30% lemak yang dimakan tidak diserap. Inilah penyebab utama timbulnya efek yang paling sering dikeluhkan pada penggunan orlistat, yakni ketidaknyamanan gastrointestinal dan fecal urgency. Ada yang mengklaim bahwa untuk memperoleh manfaat terbaik obat ini, maka pasien diupayakan agar beralih pada diet rendah lemak untuk menghindari efek demikian.

Pada terapi jangka pendek dengan orlistat, kehilangan lemak melalui feses akan meningkat dalam beberapa hari pengobatan, dan kembali ke level semula bila terapi dihentikan. Kehilangan lemak melalui feses meningkat secara cepat dengan kenaikan dosis hingga 200 mg/hari dan kemudian mencapai plateau untuk dosis diatas 400 �600 mg/hari. Pada plateu diperkirakan sekitar 32% lemak dari makanan keluar melaui feses.

Page 4: obat obesitas 3

Studi farmakodinamik menunjukkan bahwa orlistat tidak mempengaruhi farmakokinetik dioxin, phenytoin, warfarin, glyburide, kontrasepsi oral, atau alkohol. Orlistat juga tidak mempengaruhi dosis tunggal dari obat antihipertensi berbeda, furosemide, kaptopril, nifedipine, atau atenolol. Absorpsi vitamins A dan E serta -carotene sedikit berkurang selama penggunaan orlistat. Namun untuk terapi jangka panjang, ada risiko defisiensi vitamin larut lemak tersebut. Antara 1999 dan 2008, ada enam kasus gagal hati yang dilaporkan oleh pasien yang menggunakan orlistat pada FDA's Adverse Event Reporting System. Laporan ini dan laporan lainnya terkait penggunaan orlistat masih diselidiki, dan hingga kini belum ada hubungan yang jelas antara efek tersebut dengan penggunaan orlistat.

Cara kerja orlistat

Orlistat, merupakan anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan, tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna. Dengan cara kerja sebagai ‘penghambat lemak’ tersebut, maka 30% dari lemak yang dikonsumsi tidak dapat diserap. Dengan demikian, terjadi defisit kalori yang akan menghasilkan penurunan berat badan secara signifikan.

Seperti yang kita ketahui, lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang mengandung satu molekul monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas.

Sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil, duodenum – yang benyak mengandung cairan pankreatik – dimana reaksi ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan diemulsifikasi (dipecah menjadi butiran-butiran kecil) membentuk ‘tiny fat globules’ yang berdiameter 200 sampai 5000nm.

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini

Page 5: obat obesitas 3

harus berikatan terlebih dahulu dengan garam empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan.

Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang disebut lacteal, untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke dalam sistim sirkulasi.

Bagaimana Orlistat bekerja

Orlistat bekerja secara lokal di saluran cerna dengan cara menghambat kerja enzim lipase dan mencegah 30% penyerapan lemak.

Orlistat mempunyai struktur molekul unik yang akan mengikat bagian aktif dari enzim lipase dan menghambat aktivitasnya. Dengan demikian, enzim ini tidak dapat memecah trigliserida menjadi komponen penyusunnya – maka 30% lemak tidak dapat dicerna dan diserap. Sedangkan, sebanyak proporsi yang signifikan dari sisa asupan lemak yang tidak tercerna dan tidak terabsorpsi akan melewati saluran pencernaan dalam keadaan tidak berubah. Sedangkan 70% lemak tetap dapat mengalami penyerapan secara normal, hal ini penting guna memastikan kelarutan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Dengan cara kerja yang lokal (non sistemik) ini, orlistat tidak menimbulkan efek samping terhadap sistem saraf pusat dan kardiovaskular seperti pada golongan appetite supresant.

Dengan rata-rata 40% asupan lemak dari asupan total energi per hari, walaupun angka yang direkomendasikan adalah 30% per hari.

Orlistat – dosis 120 mg tiga kali sehari – dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar kurang lebih 30%.

Dengan menghambat penyerapan lemak tersebut, akan terjadi defisit kalori secara nyata, namun demikian, zat-zat gizi lain yang larut dalam lemak tetap akan diserap - guna memastikan kecukupan zat-zat gizi tersebut bagi tubuh.

Berkurangnya jumlah lemak yang diserap, secara efektif dapat mengurangi masukan energi, sehingga penurunan berat badan secara nyata dapat dicapai.

Page 6: obat obesitas 3

Dosis

Pemberian orlistat dengan dosis 120 mg yang diberikan segera sebelum, saat, dan hingga 1 jam setelah setiap makan besar (maksimal 360 mg/hari). Pemberian dosis tersebut memberikan hasil  yaitu lemak dapat berkurang sampai 30%. Maksimal terapi pengobatan 2 tahun. Tidak direkomendasikan bagi anak-anak.

 

Efek samping

Efek samping dari orlistat antara lain: feses lunak, nyeri abdomen, flatus, fecal urgency atau incontinence yang paling sering terjadi selama 1-2 bulan pertama dengan derajat ringan sampai sedang dan cenderung membaik seiring berlanjutnya penggunaan.

 

Kontraindikasi

Kontraindikasi dari pemberian orlistat antara lain: sindrom malabsoprsi kronik, kolestasis, kehamilan dan menyusui.

 

Pengawasan Jangka Panjang4

Pasien yang menjalani terapi obat antiobesitas akan diawasi pula berat badannya (setiap bulan atau tidak kurang dari sekali dalam 2 bulan), diperhatikan nadi dan tekanan darahnya, risiko terkait obesitas dan penyakit lainnya (misal: dislipidemia, diabetes tipe 2), serta kemajuan dari penurunan berat badan dan penyesuaiannya terhadap dosis obat yang dikonsumsi.

2. Sibutramin (Meridia, Reductil)

Page 7: obat obesitas 3

Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan neurotransmiter di otak, yaitu menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk jamu pelangsing oleh Badan POM karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya. Buat mereka yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler tentu sangat riskan menggunakan jamu ini karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya stroke.

Cara kerjanya hampir mirip seperti obat-obat golongan katekolamin dan turunannya. Ini mengingatkan pada salah satu obat yang cukup terkenal dan menghebohkan, yaitu fenilpropanolamin (PPA), yang juga banyak dijumpai pada komposisi obat flu. Sudah pernah aku tuliskan somewhere di blog ini bahwa di Amerika, PPA banyak dipakai sebagai pelangsing dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis yang dipakai untuk efek pelega hidung tersumbat. Dan ternyata, PPA ini meningkatkan risiko kejadian stroke hemoragik. Saat ini PPA tidak lagi dipakai sebagai obat pelangsing di sana.

Sibutramine Hydrochloride

Page 8: obat obesitas 3

Sibutramine hydrochloride merupakan golongan OBAT KERAS yang digunakan dalam pengobatan obesitas, dimana obat ini hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan resep dokter. Namun kenyataannya, obat ini banyak ditemukan dijual bebas di pasaran.

Sibutramine direkomendasikan untuk pasien obesitas dengan index massa tubuh ≥ 30 kg/m2, atau ≥ 27 kg/m2 untuk pasien dengan resiko diabetes, dislipidemia, dan hipertensi.

Mekanisme Aksi

Sibutramin hydrochloride menghambat reuptake noradrenaline dan serotonin oleh sel saraf setelah kedua neurotransmiter ini menyampaikan pesan diantara sel saraf yang ada di otak. dihambatnya reuptake membuat kedua neurotransmitter ini bebas menjelajah di otak. saat itulah keduanya menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan untuk makan.

Obat ini terbukti menurunkan asupan makanan dan meningkatkan thermogenesis. Secara invivo, sibutramine bekerja melalui 2 metabolit aktif yaitu M1 dan M2. Efikasinya untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian klinis.

Farmakokinetika :

Page 9: obat obesitas 3

Sibutramine diabsorpsi cepat di saluran gastroinestinal (77%). Sibutramin terdistribusi luas ke jaringan terutama di hati dan ginjal. Metabolit M1 dan M2 terikat sebanyak 94% pada protein plasma sedangkan sibutramine terikat 97% pada protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa volume distribusi (Vd) sibutramin, metabolit M1 dan M2 kecil didalam tubuh. Sibutramin mengalami first pass metabolisme di hati oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 mengahasilkan dua metabolit aktif, M1 dan M2. Kedua metabolit ini selanjutnya mengalami konjugasi dan hidroksilasi menjadi metabolit inaktif, yaitu M5 dan M6. T1/2 eliminasi sibutramin adalah 1 jam , Metabolite: M1 : 14 jam, M2 : 16 jam. Tmaks sibutramin 1,2 jam, Metabolit : M1dan M2 : 3-4 jam. Sibutramin dan metabolitnya dieksresikan terutama lewat urine (77%) dan feses.

Efek samping :

Sebagaimana obat lainnya,

penggunaan Sibutramin bukan

tanpa efek samping. Efek samping

yang dapat timbul dari penggunaan

sibutramin meliputi peningkatan

denyut jantung, palpitasi (jantung

berdebar), peningkatan tekanan

darah, sakit kepala, kegelisahan,

kehilangan nafsu makan,

konstipasi, mulut kering, gangguan

pada alat perasa, vasodilatasi,

insomnia, pusing, paraaesthesia,

berkeringat dan lain-lain.

Sakit kepala, isomnia, konstipasi, migrain, depresi, hipertensi, takikardia, mulut kering. Kebanyakan terjadi selama 4 minggu pertama terapi, tingkat keparahan dan frekuensi berkurang

seiring waktu. Hentikan pengobatan jika berat badan dapat kembali ≥3 kg.

Page 10: obat obesitas 3

Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggi :

ð Berisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan penggunanya sulit tidur sehingga senyawa kimia itu tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan oleh orang yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke.

Interaksi

ð Jika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat oksidasi monoamine (MAOIs, seperti selegiline), sibutramine hydrochloride secara klinis akan menghasilkan interaksi yang bermakna karena meningkatkan resiko serotonin syndrome

ð Selain itu, penggunaan sibutramine bersamaan dengan obat-obat penghambat CYP3A4 seperti ketokonazol dan eritromisin dapat meningkatkan kadar sibutramine dalam plasma.

Kontraindikasi

Pasien berumur dibawah 18 tahun

Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan seperti : bulimia nervosa, anorexia nervosa, depresi serius

Pasien dengan riwayat predisposition to drug atau alcohol abuse

hipersensitivitas

pengobatan bersamaan dengan MAO inhibitor, antidepressant

hipertensi yang tidak dikontrol, pulmonary hypertension

Mengalami kerusakan katup jantung, jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmia serius, infark miokard

Stroke atau transient ischemic attack (TIA)

Hipertiroidisme., glaucoma, Seizure disorders , pembesaran kelenjar prostat dan retensi urin, pheochromocytoma

Wanita hamil dan menyusui (Pregnancy Risk Factor C)

Dosis

Page 11: obat obesitas 3

10 mg 1 kali sehari tiap pagi, bila setelah 4 minggu berat badan menurun < 2 kg, dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 15 mg per hari

Mengapa Perlu Pengawasan Dokter ???

Obat ini merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) memiliki resiko yang sangat besar untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan konsultasi mengenai riwayat penyakit pasien dengan Dokter sebelum memilih menggunakan sibutramine hydrochloride.

Sibutramine hydrochloride menghasilkan 2 metabolit aktif yang mekanisme kerjanya sama dengan senyawa induknya yaitu sibutramine hydrochloride. Hal ini dapat meningkatkan toksisitas dari obat tersebut jika dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak dikontrol.

Sibutramine hydrochloride merupakan obat golongan anoreksansia yang berdaya menekan nafsu makan secara efektif selama 4 sampai 6 minggu namun setelah digunakan 3 sampai 6 bulan efeknya akan sangat berkurang akibat terjadinya toleransi. Jika terjadi toleransi, maka ketika dilakukan peningkatan dosis (menjadi 15 mg , maksimal selama 1 tahun) perlu pengawasan ketat dari dokter untuk menghindari efek samping obat.

Efek samping sibutramine hydrochloride antara lain : meningkatkan debar jantung dan hipertensi, maka frekuensi jantung dan tensi darah perlu dimonitor selama 3 bulan pertama.

Resiko lain mengkonsumsi obat-obat diet tanpa pengawasan dokter adalah : membuat tubuh lemas dan sistem kekebalan tubuh menurun karena jarang makan (tetapi tidak merasa lapar), jantung berdebar-debar, dehidrasi, sulit tidur, diare, penurunan tekanan darah, nyeri kepala, dan gula darah menurun drastis. Namun, resiko yang timbul pada setiap orang tidak sama, karena itu konsumsi obat-obat diet harus di bawah pengawasan dokter.

Sibutramine hydrochloride sebenarnya direkomendasikan oleh Food Drug Association (FDA) sebagai obat pilihan dalam terapi obesitas, namun penggunaannya harus diawasi dan dikontrol serta diikuti dengan olahraga teratur dan diet….OK!!!

3. Obat-obat laksatif

Page 12: obat obesitas 3

Selain obat-obat di atas, obat-obat lain yang sering dipakai untuk mengurangi berat badan adalah golongan laksatif atau pencahar. Dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang ”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga sering dipakai sebagai pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan semacam “ketergantungan”.

4. Diuretik

Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat pelangsing. Tapi sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.

5. Obat-obat herbal pelangsing

Sekarang banyak sekali ditawarkan berbagai produk herbal yang diklaim memiliki efek pelangsing. Ada yang dikatakan bekerja melarutkan lemak, atau mengurangi penyerapan lemak di usus. Salah satu herbal yang terkenal sebagai pelangsing adalah Jati Belanda. Senyawa tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing.

Obat-obat herbal pelangsing memang lebih aman, tetapi efikasinya tentu perlu bukti-bukti penelitian lebih lanjut. Mungkin ada yang berhasil, mungkin pula tidak.