nutrisi wadwadjwnjdwnakjdaw

14
Stroke atau penyakit perdarahan otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien yang pada akhirnya berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan diet khusus (Sunita Almatsier, 2010). Stroke Mempengaruhi Kemampuan Makan, tergantung dari tipe dan tingkat keparahan stroke, seseorang mungkin mengalami sedikit atau tidak mengalami perubahan pada kemampuan mereka untuk makan. Defisit motorik meliputi kelemahan otot lidah dan bibir, atau kerusakan saraf yang menimbulkan gangguan koordinasi otot mulut, lidah, dan tenggorokan. Menelan kemudian menjadi suatu proses yang sulit, bahkan membahayakan. Kemampuan mengunyah kemudian menjadi tantangan untuk mengubah tekstur makan. Defisit sensoris mungkin mempengaruhi kemampuan untuk membaui dan merasakan makanan yang kemudian dapat mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Defisit kognitif dapat menimbulkan gangguan dalam rentang perhatian, gangguan lapang pandang, dan pengambilan keputusan, seperti ketidakmampuan dalam mengambil makanan dari tempatnya. Gangguan penglihatan, pendengaran, dan berbicara dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memperoleh makanan. Semua keadaan ini pada akhirnya berakibat penurunan status gizi, oleh karena itu dibutuhkan diet khusus bagi penderita stroke. Diet 1

Upload: felix-santoso

Post on 11-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

wnajdnjwadnjwandlwanldwanwbfefolabyufabfbgrsaibfafueefnanfenlianofneabgeabfowufnwanfoangoannfwniodjoaihueanownafownguoaenjdwnduoabnfuabugowbaoulgbeouagnoeuafabgobagouebgeaugoabeougbwagwaujdwnaudnwadoaiwdowafhuahfouhaodwaodawofhaouwhfuwhfowaufouwhfowafwadwadwadwdwadawdwadwa

TRANSCRIPT

Stroke atau penyakit perdarahan otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi beberapa kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan pasien yang pada akhirnya berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan diet khusus (Sunita Almatsier, 2010).

Stroke Mempengaruhi Kemampuan Makan, tergantung dari tipe dan tingkat keparahan stroke, seseorang mungkin mengalami sedikit atau tidak mengalami perubahan pada kemampuan mereka untuk makan. Defisit motorik meliputi kelemahan otot lidah dan bibir, atau kerusakan saraf yang menimbulkan gangguan koordinasi otot mulut, lidah, dan tenggorokan. Menelan kemudian menjadi suatu proses yang sulit, bahkan membahayakan. Kemampuan mengunyah kemudian menjadi tantangan untuk mengubah tekstur makan. Defisit sensoris mungkin mempengaruhi kemampuan untuk membaui dan merasakan makanan yang kemudian dapat mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi. Defisit kognitif dapat menimbulkan gangguan dalam rentang perhatian, gangguan lapang pandang, dan pengambilan keputusan, seperti ketidakmampuan dalam mengambil makanan dari tempatnya. Gangguan penglihatan, pendengaran, dan berbicara dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memperoleh makanan. Semua keadaan ini pada akhirnya berakibat penurunan status gizi, oleh karena itu dibutuhkan diet khusus bagi penderita stroke. Diet stroke adalah diet yang diberikan khusus untuk pasien yang menderita penyakit stroke (AHA, 2011).Tujuan DietMenurut Sunita Almatsier (2010) tujuan umum penatalaksanaan diet pada stroke adalah:1.Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.2. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal dan dekubitus.3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.Syarat Diet1. Energi cukup, yaitu 24-25 Kkal/kg BB. Pada fase akut energi diberikan 1100-1500 Kkal/hari.2. Protein cukup, yaitu 0,8-1 gr/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, protein diberikan 1,2-1,5 gr/kgBB. Apabila penyakit disertai komplikasi Gagal Ginjal Kronis (GGK), protein diberikan rendah yaitu 0,6 gr/kgBB.3. Lemak Cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan Energi total. Utamakan sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu < 10% dari kebutuhan energi total. Kolesterol dibatasi < 300 mg.4. Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan Energi total. Untuk pasien dengan diabetes mellitus diutamakan karbohidrat kompleks.5. Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, Cdan E.6. Mineral cukup, terutam kalsium, magnesium dan kalium. Penggunaan natrium dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1,5 sendok teh per hari (setara dengan + 5 gram garam dapur atau 2 gram natrium).7. Serat diberikan cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah konstipasi.8. Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, kecuali pada keadaan edema dan asites, cairan dibatasi. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan dapat dihabiskan. Untuk pasien dengan disfagia, cairan diberikan secara hati-hati. Cairan dapat dikentalkan dengan gel atau guarcol.9. Bentuk makanandisesuaikan dengan keadaan pasien.10. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.Jenis Diet dan Indikasi PemberianMenurut Sunita Almatsier (2004) berdasarkan tahapannya diet stroke dibagi menjadi 2 fase, yaitu:1. Fase Akut (24-48 jam)Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun. Pada fase ini diberikan makanan parenteral (nothing per oral / NPO) dan dilanjutkan dengan makanan enteral (naso gastric tube / NGT). Pemberian makanan parenteral total perlu dimonitor dengan baik. Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi pada NPO total adalah AMB x 1 x 1,2; protein 1,5 gr/kgBB; lemak maksimal 2,5 gr/kgBB; dekstrosa maksimal 7gr/kgBB.2. Fase pemulihanFase pemulihan adalah fase dimana pasien sudah sadar dan tidak mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan peroral secara bertahap dalam bentuk Makanan cair, Makanan saring, Makanan lunak dan Makanan biasa.Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai gabungan makanan NPO, peroral dan NGT sebagai berkut:1. NPO2. bagian per oral (bentuk semi padat) dan bagian melalui NGT3. bagian per oral (bentuk semi padat) dan bagian melalui NGT4. diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT5. diet lengkap per oralApabila makanan melalui NGT bertahan selam 6 minggu, perlu dipertimbangkan kemungkinan pemberian makanan melalui gastrostomi atau jejunostomi.Bila ada tukak lambung akibat sekresi asam lambung dan gastrin meningkat (terutama pada stroke hemoragik), makanan diberikan secara bertahap dengan syarat:1. Bila tidak ada perdarahan lambung dan cairan Maag Slang (CMS) < 200 ml maka dapat diberikan makanan enteral.2. Bila ada perdarahan, untuk sementara diberikan makanan parenteral sampai perdarahan berhenti dan CMS < 200 ml dalam 6 jam.3. Bila CMS sudah jernih, makanan parenteral dapat diubah menjadi makanan enteral.Sesuai dengan fase penyakit diberikan diet Stroke I atau II.1. Diet Stroke IDiet stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental yang diberikan secara oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Makanan diberikan dalam porsi kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan pasien. Bahan makanan yang dianjurkan disajikan dalam Tabel Tabel Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Diet Stroke IBahan MakananDianjurkan

Sumber karbohidratMaizena, tepung beras, tepung hunkwe dan sagu

Sumber protein hewaniSusu whole dan skim, telur ayam 3-4 btr/minggu

Sumber protein nabatiSusu kedelai, sari kacang hijau dan susu tempe

Sumber lemakMargarin, minyak jagung

BuahSari buah yang dibuat dari: jeruk, pepaya, tomat, sirsak dan apel

MinumanTeh encer, sirup, air gula, madu dan kaldu

2. Diet Stroke IIDiet stroke II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet stroke I atau kepada pasien pada fase pemulihan. Bentuk makanan merupakan kombinasi Cair jernih dan Cair kental, Saring, Lunak dan Biasa. Pemberian diet pada pasien stroke disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu:Diet Stroke II AMakanan cair + Bubur saring1700 Kalori

Diet Stroke II BLunak1900 Kalori

Diet Stroke II CBiasa2100 Kalori

Tabel Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Pada Diet Stroke IIBahan makananDianjurkanTidak dianjurkan

Sumber KarbohidratBeras, kentang ubi, singkong, terigu, hunkwe, tapioka, sagu, gula, madu serta produk olahan yang dibuat tanpa garam dapur atau soda/baking powder, seperti makaroni, mi, bihun, roti, biskuit dan kue kering.Produk olahan yang dibuat dengan garam dapur atau soda/baking powder; kue-kue yang terlalu manis dan gurih.

Sumber protein hewaniDaging sapi dan ayam tak berlemak, ikan, telur ayam, susu skim dan susu penuh dalam jumlah terbatas.Daging sapi dan ayam berlemak, jerohan, otak, hati, ikan banyak duri, susu penuh, keju, es krim dan produk olahan protein hewani yang diawet seperti daging asap, ham, bacon, dendeng dan kornet.

Sumber protein nabatiSemua kacang-kacangan dan produk olahan yang dibuat dengan garam dapur, dalam jumlah terbatas.Pindakas dan semua produk olahan kacang-kacangan yang diawet dengan garam natrium atau digoreng.

SayuranSayuran berserat sedang dimasak, seperti bayam, kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat, tauge dan wortel.Sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi, kol, kembang kol dan lobak; sayuran berserat tinggi, seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, daun pare; sayuran mentah.

BuahBuah segar, dibuat jus atau disetup, seperti pisang, pepaya, jeruk, mangga, nenas dan jambu biji (tanpa bahan pengawet).Buah yang menimbulkan gas, seperti nangka dan durian; buah yang diawet dengan natrium seperti buah kaleng dan asinan.

LemakMinyak jagung dan minyak kedelai; margarin dan mentega tanpa garam yang digunakan untuk menumis atau setup; santan encer.

Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit; margarin dan mentega biasa; santan kental, krim dan produk gorengan.

MinumanTeh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas dan encer.Coklat, kopi dan teh kental.

Bumbu-bumbuBumbu yang tidak tajam, seperti garam (terbatas), gula, bawang merah, bawang putih, jahe, laos, asem, kayu manis dan pala.Bumbu yang tajam, seperti cabe, merica dan cuka; yang mengandung bahan pengawet garam natrium, seperti kecap, maggi, terasi, petis, vetsin, soda dan baking powder.

Perawatan Nutrisi pada Pasien Stroke

Perawatan nutrisi pada pasien stroke berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan stroke tersebut. Misalnya, perawatan nutrisi pada pasien yang menjalani perawatan di ICU berbeda dengan pasien yang hanya mengalami disartria ringan.

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kalorimetri indirek menunjukan REE pada pasien pasca stroke 10 % lebih tinggi dari perhitungan energy melalui rumus Harris Benedict.

Asupan gizi yang diperlukan untuk pasien stroke dalam keadaan stabil dan memiliki fungsi ginjal yang normal (Corrigan, 2011) : asupan protein harian sebesar > 1 g/ kg BB untuk mencapai rasio karbohidrat/ protein < 2.5 dibutuhkan asupan energi sebesar 25 kkal/ kgBB untuk pasien non obesitas untuk menjaga berat badannya. Pada pasien obesitas, kebutuhan energinya < 25 kkal / kg dan rasio karbohidrat / protein < 2.5

Terapi nutrisi Beberapa makanan dapat menurunkan kadar kolesterol, sehingga berguna untuk menurunkan potensi seseorang terkena stroke. Contohnya saja, bayam, wortel, daun selada, polong-polongan, dan nanas. Suplay makanan yang disarankan bagi penderita stroke adalah vitamin C, vitamin E, vitamin B6, Fasilitas Rehabilitasi, asam folat, bioflavonoids, dan lechitin. Penderita stroke juga sebaiknya mengkonsumsi asam lemak esensial yang terdapat pada minyak ikan, borage, evening prime rose, dan flaxsees oil, sedangkan makanan yang harus dihindari adalah protein tinggi lemak, produk susu (seperti mentega, dan keju), gula, garam, goreng-gorengan.Percutaneus Endoscopic Gastrostomy (PEG)

PEG digunakan pada pasien yang tidak dapat menelan setelah beberapa minggu serangan stroke. PEG lebih efektif dalam mempertahankan status gizi dibandingkan pemberian nutrisi melalui pipa nasogastrik dan berpotensi mengurangi risiko aspirasi penumonia. Namun, pemasangan PEG merupakan prosedur invasif dan waktu yang tepat untuk pemasangan PEG belum jelas. Dalam percobaan FOOD (Feed or Ordinary Diet) trial, pasien stroke akut dengan disfagia yang menggunakan PEG selama 1-2 minggu pertama setelah stroke akut memiliki hasil lebih buruk dibandingkan pasien yang makan melalui pipa nasogastrik.

Pengambilan keputusan pemasangan PEG dipengaruhi oleh tingkat keparahan stroke dan kebutuhan perawatan intensif. Pasien dengan skor NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) >16 tanpa pneumonia aspirasi atau pasien dengan skor NIHSS >12 dengan pneumonia aspirasi memerlukan pemasangan PEG lebih awal. Namun, baik pipa nasogastric maupun PEG dapat mengurangi resiko pneumonia aspirasi. Komplikasi dari pemasangan NGT dapat dikurangi dengan pemantauan yang baik, pemilihan formula enteral yang tepat, skrining status klinis dan kebutuhan gizi.

Formula Polimerik

Formula polimerik sering diberikan pada pasien yang menggunakan tube jangka panjang dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Formula ini terdiri dari protein, karbohidrat kompleks, asam lemak rantai panjang, dan beberapa trigliserida (Medium Chain Triglycerides/ MCT). Formula polimerik merupakan formula enteral tinggi protein dengan kadar protein 1 -1,5 kcal/ ml. Bubuk protein, polimer glukosa, atau minyak MCT dapat ditambahkan kedalam formula polimer untuk meningkatkan kandungan energi ataupun kandungan protein. Pada penambahan formula tinggi serat, asupan cairan yang cukup diperlukan untuk mencegah konstipasi.

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, Sunita. 2010. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

AHA. 2011. Dietary Guidelines Following a Stroke Available at : http://www.strokeassociation.org/presenter.jhtml?identifier=3018561 . Accessed on : 21 of April 2015

Bouziana SD, Tziomalos K. Malnutrion in Patients with Acute Stroke. Journal of Nutrition and Metabolism; 2011, 10.1155: 1 7. Available at: http://www.hindawi.com/journals/jnume/2011/167898/ . Accessed on : 21 of April 2015

Corrigan M, Escuro A, Celestin J, et al. 2011. Nutrition in the Stroke Patient. Availabe at : http://ncp.sagepub.com/content/26/3/242.short . Accessed on : 21 of April 2015

Nelms M, Sucher K, Lacey K. 2014. Nutrition Therapy and Pathophysiology. United States of America

NSF. 2010. Clinical Guidelines for Stroke Management 2010. National Stroke FoundatioN 2010. Available at : http://strokefoundation.com.au/site/media/clinical_guidelines_stroke_managment_2010_interactive.pdf . Accessed on : 21 of April 2015

Setyopranoto I. 2011. Stroke: Gejala dan Pentalaksanaan. Available at : http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_185Strokegejalapenatalaksanaan.pdf . Accessed on : 21 of April 2015

BMR pria = 66.5 + (13.8 x BB) + ( 5 x TB) (6.75 x Umur)

BMR wanita = 655.1 + (9.56 x BB) + ( 1.85x TB) (4.68 x Umur)

9