nutrisi
DESCRIPTION
Askep NutrisiTRANSCRIPT
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
“NUTRISI”
1. Pengertian
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk
fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara
asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkan menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energy.
2. Jenis-jenis nutrient
a. Karbohidrat
Karbohidrat dihasilkan dari sintesis CO2dan H2O dengan bantuan sinar matahari
dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Karbohidrat merupakan
sumber kalori bagi organisme heterotrof (makhluk hidup yang tidak dapat
membuat makanan sendiri). Karbohidrat dapat diperoleh dari nasi, jagung,
gandum, ubi jalar, ketela pohon, kentang, dan sagu. Fungsi karbohidrat yaitu
sebagai sumber energi untuk beraktivitas.
b. Protein
Protein terdiri dari asam amino esensial (tidak dapat dibuat di dalam tubuh) dan
asam amino non esensial (dapat dibuat di dalam tubuh). Protein berfungsi
sebagai zat pembangun dan pelindung tubuh, serta dapat pula menyediakan
energi. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit kwashiorkor. Menurut
sumbernya, protein terbagi menjadi protein nabati yang berasal dari tumbuhan,
misalnya kacang-kacangan, padi-padian, dan sayuran, dan protein hewani yang
diperoleh dari daging hewan.
c. Lemak
Berdasarkan sumbernya, lemak juga dibedakan menjadi lemak nabati dan lemak
hewani. Lemak nabati diperoleh dari kelapa, kemiri, zaitun, kacang tanah, dan
buah alpukat. Sedangkan lemak hewani diperoleh dari daging, keju, mentega,
telur, ikan segar, susu, dan minyak ikan. Lemak berfungsi sebagai penyedia
energi cadangan, pembawa zat-zat makanan yang esensial, dan sebagai
pelindung organ-organ tubuh yang lunak, serta melindungi tubuh dari suhu
rendah.
d. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan
dan fungsi biologis makhluk hidup. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
berbagai penyakit dan terjadinya avitaminosis.
e. Mineral
Mineral merupakan zat anorganik dan diperlukan oleh tubuh untuk membantu
berbagai aktivitas yang terjadi dalam tubuh, seperti kerja otot, peredaran darah,
pembekuan darah, dan lain-lain. Berbagai mineral yang diperlukan tubuh
dijabarkan dalam tabel berikut.
3. Masalah yang berhubungan dengan gangguan nutrisi (malnutrisi)
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner,
Kanker, Anoreksia Nervosa.
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
Berat badan 10-20% dibawah normal
Tinggi badan dibawah ideal
Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
Adanya penurunan albumin serum
Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakitinfeksi atau kanker
Disfagia karena adanya kelainan persarafan
Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
Nafsu makan menurun
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
Berat badan lebih dari 10% berat ideal
Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton
Kemungkinan penyebab :
Perubahan pola makan
Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit,
membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
g. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,
penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup
yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
4. Faktor resiko yang menyebabkan gangguan nutrisi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi
pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi gizi seseorang .
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
dapat mempengaruhi status gizi.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluarganya di bandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.
f. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal ini
sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia
tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.
g. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan dengan
wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9
kkal/kgBB/jam.
h. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas
permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan
metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.
i. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang nafsu
makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
j. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu
tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai nilai simbolik
yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging
menyimbulkan kekuatan).
k. Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi
nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan.
Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan
yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-
obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat
gizi di dalam intestine.
5. Penilaian kecukupan gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat,
yaitu penilaian secara langsung dan secara tidak langsung.
a. Penilaian secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing
adalah sebagai berikut :
1) Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk
indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan
yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka
yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun
adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan
( Depkes, 2004)
b) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran
keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur,
tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi
dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur),
atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Berat badan dan
tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
2) Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat/dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti
hati dan otot.
4) Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat
perubahan struktur jaringan.
b. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi . Adapun uraian dari ketiga
hal tersebut adalah sebagai berikut :
1) Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
6. Konsep pemberian nutrisi per oral, parenteral, enteral
a. Pemberian Nutrisi Per Oral
a) Pengertian
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara
sendiri dengan cara membantu memberikan melalui mulut.
b) Indikasi
Diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan mobilitas tetapi masih
sadar.
c) Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien koma, CA nasoparing, CA mandibularis.
b. Pemberian Nutrisi Parenteral
a) Pengertian
Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan
infus yang di masukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk
nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan
(Wiryana,2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena
sesuatu hal, misalnya: Malformasi Kongenital Intestinal, Enterokolitis
Nekrotikans, dan Distres Respirasi Berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan
apabila usus dapatdipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi
untuk pemeliharaan dan pertumbuhan (Setiati, 2000).
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang tidak dapat
di penuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral
b) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
Tujuannya yaitu mempertahankan kebutuhan nutrisi
c) Metode pemberian Pemberian Nutrisi Parenteral
1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui
intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi
melalui enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa
atau cairan asam amino
2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika
kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan
yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti
Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin
G, dan cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat
melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena
jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral
melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan
kaki
c. Pemberian nutrisi enteral
a) Pengertian
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak
dapatmemenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi
diberikanmelalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), ataujejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin (Setiati,2000).
b) Indikasi
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa
makan, makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan,
pasien dengan luka bakar yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma
berat, luka bakar dan status katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral
sebaiknya sesegera mungkin dalam 24 jam.
c) Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral adalah keadaan dimana
saluran cerna tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kelainan anatomi
saluran cerna, iskemia saluran cerna, dan peritonitis berat. Pada pasien dengan
pembedahan, pemberian nutrisi enteral harus dikonfirmasikan dengan tanda
munculnya flatus.
Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai dosis maksimum
dalam waktu seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya
dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan
membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi
bakteri.
d) Route pemberian nutrisi enteral
1. Nasogastrik: pemberian melalui nasogastrik memerlukan fungsi gaster
yang baik, motilitas dan pengosongan gaster yang normal.
2. Transpilorik: pemberian transpilorik efektif jika ada atoni gaster.
3. Perkutaneus: bila bantuan nutrisi secara enteral dibutuhkan lebih dari 4
bulan. Jejunostomi diberikan bila ada GER, gastroparesis, pankreatitis.
e) Halangan yang mungkin terjadi pada pemberian nutrisi enteral
Pemberian nutrisi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa
hambatan yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Gagalnya pengosongan lambung,
2. Aspirasi dari isi lambung,
3. Diare,
4. sinusitis,
5. Esofagitis,
6. Salah meletakkan pipa.
f) Komposisi formula untuk makanan enteral
Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori
non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%; bisa merupakan
polisakarida, disakardida mapun monosakarida. Glukosa polimer merupakan
karbohidrat yang lebih mudah diabsorpsi. Sedangkan komposisi kalori non
protein dari sumber lemak berkisar antara 30-40%; bisa merupakan lemak
bersumber dari Asam Lemak Esensial (ALE/EFA). Lemak ini mempunyai
konsentrasi kalori yang tinggi tetapi sifat abrsorpsinya buruk. Lemak MCT
merupakan bentuk lemak yang mudah diabsorpsi. Protein diberikan dalam
bentuk polimerik (memerlukan enzim pankreas) atau peptida. Protein whey
terhidrolisis merupakan bentuk protein yang lebih mudah diabsorpsi daripada
bentuk asam amino bebas.
Pada formula juga perlu ditambahkan serat; serat akan mengurangi risiko
diare dan mengurangi risiko konstipasi, memperlambat waktu transit makanan
pada saluran cerna, merupakan kontrol glikemik yang baik. Serat juga
mempromosikan fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA yang
merupakan faktor trofik. SCFA menyediakan energi untuk sel epitel untuk
memelihara integritas dinding usus.
g) Pemberian nutrisi enteral pada keadaan khusus
Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak adekuat),
maka nutrisi yang diberikan sebaiknya tinggi lemak (50%) serta rendah
karbohidrat. Pada penyakit hepar, sebaiknya menggunakan sumber protein
tinggi BCAA, asam amino rendah aromatik. Bila ada ensefalopati hepatik,
protein sebaiknya diberikan <0.5 g/kgBB/hari.
Pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan rendah protein,
padat kalori, rendah PO4, K, Mg. Pemberian protein dengan menggunakan
patokan GFR sebagai berikut: GFR >25: 0.6-0.7 g/kgBB/hari, bila GFR <25:
0.3 g/kgBB/hari.
7. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Ny S
Umur : 35 th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Gerokgak Gede, Tabanan
Tanggal masuk : 15/8/2011 , pukul 19:00 WITA
Tanggal pengkajian: 17/8/2011 , pukul 16:00 WITA
No. Register : 13 241 21
Diagnosa Medis : Thypoid Fever
b) Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny SM
Umur : 50 th
Hubungan dgn pasien : Ibu kandung
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tunjuk, Tabanan
b. Status Kesehatan
a) Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Saat MRS
Pasien datang dengan keluhan suhu tubuh panas
Saat pengkajian
Pasien mengatakan badannya panas
2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
Pasien berobat jalan dipuskesmas dan menggunakan obat tradisional
(jamu)
b) Status Kesehatan Masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit seperti : panas, pilek, batuk dan
maag.
2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa dirinya belum pernah dirawat dirumah sakit
sebelumya
3. Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, baik alergi
terhadap obat dan makanan
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien Mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan , seperti: Hipertensi , DM ,dan Jantung
5. Kebiasaan
Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan minum kopi 2 x sehari
c) Diagnosa Medis dan Therapy
Diagnosa Medis : Thypoid fever
Therapy : -RL 20 tts/mnt mempunyai fungsi untuk
mengatasi kehilangan cairan ektraseluler abnormal yang akut
PCT 3x350 mg mempunyai fungsi sebagai anagesik dan antipeuretik
dengan sedikit efek anti inflamasi dan juga dapat menghilangkan rasa
sakit dan suhu tubuh yang tinggi
c. Pola Kebutuhan Dasar
a) Pola Bernafas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bernafas dengan normal
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak sesak
b) Pola Makan dan Minum
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x seharidengan menu nasi,
daging/ikan, dan sayur-sayuran. Pasien minum air putih±9 gelas/hari (1
gelas± 200cc)
Saat sakit : Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang
sehingga pasien hanya makan setengah porsi dengan bubur nasi atau
bubur sumsum. Pasien mengatakan mual muntah.
c) Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari ,
pada pagi hari dengan konsistensi lembek , berwarna kuning dan
bau khas feses, tidak terdapat darah dalam feses.
Saat sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek dan berwarna kuning, baunya khas feses, tanpa
darah dan lender.
BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya BAK ± 4-6 kali
dengan warna kekuningan dan bau khas urine dengan jumlah urine
tiap berkemih ± 300 ml
Saat sakit : Pasien mengatakan sudah kencing sebanyak 5x
dengan warna kuning pekat, bau khas urine dan tidak terdapat
darah dalam urine dengan jumlah urine tiap berkemih ± 300ml
d) Pola Aktifitas dan Latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasa beraktifitas sehari-hari
seperti pergi kesawah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Saat sakit : Pasien mengatakan mampu untuk mobilitas di atas
tempat tidur berpindah dan mobilitas secara mandiri.
e) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur± 10 jam /hari dgn kualitas
baik (nyenyak).
Saat sakit : Pasien mengatakan tidur hanya ± 5 jam /hari dgn
kualitas tdk nyenyak dan sering terbangun malam hari.
f) Pola Rasa Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan nyaman tinggal dirumahnya karena
pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius.
Saat sakit : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena
kepalanya sering pusing dan sering terbangun dimalam hari.
g) Pola Produktifitas
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan seorang
petani. Px belum menopause.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak biasa mengerjakan tugas-
tugas sehari-hari dirumah dan pergi kesawah.
d. Pengkajian Fisik
a) Keadaan umum
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : E4 V5 M6
b) TTV saat pengkajian
TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 39 C
c) Antropometri
BB sebelum sakit : 55 kg
BB saat sakit : 50 kg
TB : 160 cm
IMT = BB/TB(m)
= 50/(1,6)
= 50/2.56
= 19.53 ( underweight )
e. Keadaan Fisik
a) Kepala
Kulit kepala bersih tanpa ketombe, rambut rontok, tampak kusam dan
kusut, tidak terdapat benjolan pada kepala, rambut berwarna hitam dan
tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
Bentuk mata simetris, sclera anicterik, konjungtiva anemis, pupil isokor,
terdapat kantong mata dikedua mata, mata tampak sayu.
c) Hidung
Bentuk hidung simetris, hidung tampak bersih, penciuman baik dan tidak
terdapat sekret.
d) Telinga
Telinga pasien tampak bersih, pasien tidak merasa nyeri pada kedua
telinganya, pendengaran pasien baik dan tidak terdapat benjolan pada
telinga pasien.
e) Mulut
Mukosa bibir kering, lidah pecah – pecah dan kotor, tonsil tidak membesar
dan terdapat stomatitis.
f) Leher
Tidak terdapat bendungan vena jugularis, tidak terjadi pembesaran limfe,
kulit leher tampak bersih dan tidak iritasi.
g) Thorak
Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi otot dada,luka tidak
ada,kemerahan tidak ada
h) Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak mengalami distensi, nyeri tekan ( - )
i) Integumen
Badan teraba panas, kulit terlihat kusam dan kotor, dan wajah nampak
kemerahan.
f. Analisa Data
DATA INTERPRETASI MASALAH
Ds : Px mengatakan badannya panas
Do : - Px terlihat lemas
- Badan px teraba panas
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 39 C
- RR : 20 x/mnt
- Nadi : 100 x/mnt
Hipertermi
Ds : - Px mengatakan mual dan muntah
Px mengatakan tidak nafsu makan
Px mengatakan bahwa mampu menghabiskan
setengah porsi
Do : - BB sebelum sakit : 55 kg
- BB saat sakit : 50 kg
- TB : 160
- IMT : 19,53 (underweight)
- konjungtiva anemis
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ds : Px mengatakan sering terbangun pada
malam hari
Px hanya tidur + 5 jam
- Terdapat kantong mata pada kedua mata
--Px Mata tampak sayu - Konjungtiva anemis
Gangguan pola tidur
Ds : -Px mengeluh badannya lengket dan kulit
terasa kotor
Do : - Px terlihat kusam dan kotor badan
Difisit self care ;
mandi
B. DAFTAR DIAGNOSE KEPERAWATAN
No.
Tanggal,Jamditemukan
Diagnosa Keperawatan Tanggal Teratasi
Ttd
1 17Agustus 2011 Hipertermi b/d proses penyakit d/d badan teraba panas, kondisi lemas,
dan suhu tubuh menigkat2 17 Agustus 2011 Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan b/d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologis, psikologi d/d mual, muntah
3 17 Agustus 2011 Gangguan pola tidur b/d suhu tubuh tinggi d/d adanya kantong mata, mata tampak sayu dan konjungtiva anemis.
4 18 Agustus 2011 Difisit self care ; mandi b/d penurunan motivasi d/d bau badan, kulit kusam dan kotor.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/tgl NoDx
RENCANA KEPERAWATAN TtdTujuan & KH Intervensi Rasional
Rabu17/8/2011
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh px kembali normal dengan KH : Px tidak terlihat lemas Badan px teraba hangat TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt Nadi : 100 x/mnt Suhu : 36 C
-Observasi perubahan suhu px-Berikan kompres hangat-Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih-Anjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat-Delegatif pemberian antiperatik dan antiseptik
-Sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data-Untuk menurunkan suhu tubuh px-Agar tidak kekurangan cairan dan eletrolit-Agar keringat tidak mengendap dan penguapan lebih cepat-Untuk menurunkan panas serta memperkuat pertahanan tubuh px
Rabu17/8/2011
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi px terpenuhi dengan KH :BB meningkatPx tidak mualPx tidak muntahNafsu makan px meningkat IMT : 20 – 25Px mampu
-Kaji intake pxTingkatkan intake makan melalui : Kurangi gangguan dari luar Jaga privasi px Sajikan makanan dalam kondisi hangat, Selingi makan dengan minum Jaga kebersihan mulut px
-Sebagai informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data-Cara khusus tingkatakan nafsu makan-Memudahkan makanan masuk-Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan-Meningkatkan intake
menghabiskan makanan 1 porsi
Berikan makan sedikit tapi sering Kolaborasi dengan ahli gizi
makanan-Memberikan asupan diit yang tepat
Rabu17/8/2011
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan pola tidur px kembali normal dengan KH :Px dapat tidur + 8 -10 jamPx tidak terbangun pada malam hariTidak terdapat kantong mataKonjungtiva ananemis
1) Kaji masalah gangguan tidur px, karakteristik dan penyebab
-Bunyi hp/alarm dikecilkan-Lakukan massage pada daerah belakang leher, tutup jendela/pintu
-Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan-Mengurangi gangguan tidur-Mengurangi gangguan tidur
Kamis 18/8/2011
4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 20 menit diharapkan kebutuhan perawatan diri ; mandi px terpenuhi dengan KH :Tidak tercium bau badanPx terlihat bersihKulit px bersihPx Nampak segar
-Kaji kemampuan px dalam perawatan diri ; mandi-Berikan penjelasan sebelum tindakan-Lakukan mandi diatas tempat tidurJaga privasi dan keamanan-Observasi TTV px-Berikan HE tentang perawatan diri ; mandi, memotong kuku, dann oral hygiene
-Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan-Meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi-Untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri ; mandi-Memberikan keamanan dan kenyamanan
5) Mengecek perubahan keadaan px
M--Meningkatkan pengethauan dan motivasi dalam perawatan diri
8. Prosedur tindakan (sop) pemberian nutrisi melalui oral
a. Alat dan bahan
1) Piring
2) Sendok
3) Garpu
4) Gelas
5) Serbet
6) Mangkok cuci tangan
7) Pengalas
8) Jenis diet
b. Prosedur
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang dilakukan
3) Mengatur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi daripada badan
4) Membentangkan serbet dibawah dagu pasien
5) Anjurkan pasien untuk bedoa sebelum makan
6) Pasien tawari minum, jika perlu gunakan sedotan
7) Beritahu pasien jika makanan panas atau dingin anjurkan untuk mencicipi
makanan terlebih dahulu
8) Suapkan makanan sedikit demi sedikit untuk menghindari tersedak
9) Setelah selesai makan, pasien diberi minum, bersihkan mulut pasien, dan
dianjurkan dengan pemberian obat
10) Catat hasil atau respon pemenuhan terhadap makanan
11) Bersihkan alat dan cuci tangan.
9. Prosedur tindakan (sop) pemberian nutrisi melalui NGT
a. Bahan Selang NGT
Pada umumnya, selang NGT yang digunakan terbuat dari bahan sebagai berikut :
1) Karet
2) Plastik
3) Silik
b. Jenis Ukuran NGT
Pada umumnya, ukuran selang NGT yang di gunakan yaitu sebagai berikut :
1) Ukuran untuk bayi yaitu no 5-7
2) Ukuran untuk anak yaitu no 8-16
3) Ukuran untuk dewasa yaitu no 14-20
c. Tujuan dan Manfaat
Memberikan nutrisi melalui NGT bertujuan untuk memenuhi,
memperbaiki dan mempertahankan kebutuhan nutrisi klien yang tidak mampu
makan dan minum secara normal. Sedangkan manfaatnya yaitu untuk
mempertahankan metabolisme tubuh dan mempercepat penyembuhan luka.
d. Prinsip
Adapun prinsip dari memberikan nutrisi melalui NGT adalah sebagai berikut :
1) Steril.
2) Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair dan makanan yang
berlendir halus.
3) Sebelum dan sesudah makan dianjurkan untuk memberi air hangat terlebih
dahulu.
4) Pastikan tidak ada udara yang masuk kedalam selang saat memberikan makan
dan minum.
5) Pastikan selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
e. Persiapan Alat dan Bahan
1) Spuit 20-60 cc
2) Tissue atau kassa
3) Handscoon ( Sarung tangan)
4) Bengkok
5) Klem
6) Baki atau pengalas
7) Mangkok yang berisi makanan dalam bentuk cair
8) Gelas yang berisi air minum ( Air hangat )
f. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap orientasi
(1) Memberikan salam dan menyapa klien
(2) Memperkenalkan diri
(3) Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai tindakan yang akan
dilakukan
(4) Menanyakan persetujuan mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Pelaksanaan
(1) Cuci tangan
(2) Siapkan peralatan, makanan dalam bentuk cair dan air minum hangat
diatas baki kemudian simpan disamping tempat tidur klien
(3) Posisikan klien dalam posisi semi fowler (setengah duduk)
(4) Jika posisi duduk merupakan posisi yang nyaman bagi klien atau posisi
miring kanan dengan kepala agak tinggi boleh dilakukan
(5) Gunakan handscoon (sarung tangan)
(6) Buka spuit yang telah terpasang, ketika akan membuka spuit pada
pangkal selang NGT, klem terlebih dahulu dengan cara menekuk
pangkal selang dengan menggunakan klem, kemudian lepaskan spuit
dari pangkal selang NGT, dan lepaskan kembali klem
(7) Kemudian lakukan aspirasi dengan menggunakan spuit yang telah
terpasang, untuk memastikan kadar residu lambung
(8) Selanjutnya ambil air minum hangat terlebih dahulu yang sudah tersedia
dalam gelas dengan menggunakan spuit dan masukan ujung spuit pada
ujung pangkal selang NGT, tinggikan 45⁰ dari atas klien hingga air
minum masuk
(9) Kemudian ambil makanan cair yang telah disediakan dalam mangkok
dengan menggunakan spuit , lap ujung spuit dengan menggunakan tissue
atau kassa dan masukan ujung spuit pada pangkal selang NGT, tinggikan
45⁰ dari atas klien hingga makanan masuk
(10) Terakhir beri air minum hangat kembali
(11) Buka handscoon (sarung tangan) buang pada bengkok
(12) Posisikan kembali klien kedalam posisi semula
3) Tahap terminasi
(1) Mengevaluasi dan mencatat hasil tindakan
(2) Berpamitan dengan klien dan keluarga
(3) Bereskan kembali peralatan yang telah digunakan
(4) Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Nutrisi
http://endra-ndru.blogspot.com/2011/08/membatu-memberikan-makanan-
melalui.html?m=1
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta:
EGC
Perry, dkk. 2005. Buku saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
https://idialisma93.wordpress.com/2012/01/11/faktor-penyebab-gangguan-gizi/
http://ndezz-ndezz.blogspot.com/2011/10/penilaian-kecukupan-nutrisi-nutrisi.html
http://ngurahjayaantara.blogspot.com/2014/04/sop-membantu-memberikan-makanan-
dan.html