nutri si

23
REFERAT Nutrisi Pada Pasien Post Neurosurgery Disusun Oleh : Andreas Kresna (11-2013-243) Ricky Johnatan (11-2013-275) Dicky Taruna ( 11-2013-279) Alexandro wiyanda (11-2014-317) Pembimbing : dr. Humisar J Sibarani , Sp.An KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTHESI 1

Upload: carlos-johnson

Post on 14-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nutriboost

TRANSCRIPT

REFERATNutrisi Pada Pasien Post Neurosurgery

Disusun Oleh :Andreas Kresna (11-2013-243)Ricky Johnatan (11-2013-275)Dicky Taruna ( 11-2013-279)Alexandro wiyanda (11-2014-317)

Pembimbing :dr. Humisar J Sibarani , Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTHESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAPERIODE 25 Mei 2015 13 Juni 2015RUMAH SAKIT IMANUEL, BANDAR LAMPUNG2015PendahuluanTujuan utama dari bantuan nutrisi pada pasien yang sedang sakit parah adalah untuk menyediakan pengganti protein dan kalori . diperkirakan bahwa sekitar 50% dari pasien yang dirawat dan 80% pasien dalam perawatan ICU mengalami malnutrisi. Adanya hambatan dari inisiasi pemberian bantuan nutrisi dapat mengakibatkan atrofi otot dan fungsi gastrointestinal, ketidak mampuan menyesuaikan dengan bantuan ventilator, dapat menyebabkan gagal jantung, imunitas badan turun dan dapat meningkatkan angka kejadian sepsis, lebih lama waktu perawatan dirumah sakit, angka kesakitan dan bahkan kematian. Maka dari itu pemberian bantuan nutrisi yang efektif dapat menciptakan oucome yang lebih baik untuk pasien

Ketika banyak perubahan dari adanya cedera sehabis neurosurgery, proses katabolisme dapat merugikan perbaikan dan pemulihan pasien. Proses katabolisme yang berat dapat menyebabkan pemecahan otot dan pengurangan berat badan, penyembuhan luka yang buruk, respirasi distress, dan meningkatkan angka kesakitan .

Aspek metabolisme pada pasien dengan cedera neuralEnergy ExpenditurePenelitian menduga bahwa pada pasien dengan cedera kepala membutuhkan energi lebih banyak sama dengan pasien dengan luka bakar 20-30%. Hipermetabolisme yang terjadi pada pasien cedera kepala juga meningkatkan proporsi dari keparahan kerusakan jaringan, lebih dari 170% RME ( resting metabolic expenditure ).

Hormonal ResponsePada cedera neuro akut, terjadi pelepasan simpatetik yang menyebabkan pelepasan katekolamin yang berlebihan dari adrenal, sehingga menyebabkan gangguan metabolisme diberbagai jaringan seperti glukeneogenesis di hati, pelepasan nitrogen di otot, dan pelepasan trigliserid, asam lemak dari jaringan adiposa. Peningkatan katekolamin dapat meningkatkan RME dan suhu tubuh dan mungkin dapat menyebabkan vasokontriksi serebral yang dapat memperparah cedera kepala.

Selain itu juga terjadi peningkatan sekresi hormon gastrin sehingga dapat menyebabkan strees ulcer pada pasien. Selain itu juga terdapat hiperamylasenemia pada pasien dengan cedera kepala berat , diduga karena adanya kerusakan pada daerah pusat autonomic pada ventrikel 4 dan hipotalamus.

Glucosa MetabolismeDapat terjadi peningkatan kadar gula darah, terjadi resistensi insulin yang mengakibatkan pengurangan konsumsi glukosa pada otak dan otot. Ada hubungan antara peningkatan laktat dengan adanya oksidasi dari glukosa yang tidak sempurna dan kegagalan dari metabolisme mitokondria . kadar gula yang tinggi bersama dengan kegagalan metabolisme glukosa dapat memproduksi laktat, yang mana akan memperburuk outcome dari pasien.

Fat MetabolismeDengan meningkatnya kadar gula darah, juga terjadi pelepasan dari lemak dan asam lemak dan trigliserida untuk menyediakan energi. Sehingga menyebabkan kadar Kolestrol dan phospolipid meningkat .

Protein dan Nitrogen MetabolismeHormon-hormon katabolik ( seperti glukagon, cortisoldan katekolamin ) merupakan mediator utama untuk memobilisasi glukosa dan deaminasi dari otot skeletal membentuk asam amino. Pada awalnya dapat terjadi hypoalbuminemia, setelahnya terjadi konversi yang progresif protein otot viseral dengan mengorbankan masa otot somatik. Hilangnya nitrogen dapat dikurangi sampai batas tertentu dengan pemberian karbohidrat dengan insulin eksogen apabila diperlukan. Hati dapat memanfaatkan alanin dan glutamin untuk glukoneogenesis . asam amino ini mewakili 35% total output dari protein otot. Selain itu terjadi penurunan sinstesis arginin , dan menyebabkan menurunya imunitas. Selain itu juga terjadi peningkatan sintesis fibrinogen hati, C-reaktif protein, dan faktor koagulasi. Pada pasien dengan spinal cord injury, nitrogen akan terbuang terutama pada 10 hari pertama

PatofisiologyPada pasien post operasi, trauma atau sakit berat dapat mengaktifkan sistem saraf dan endokrin. Sebagai hasilnya terjadi peningkatan simpatetik yang menyebabkan lipolisis, proteolisis dan pengurangan uptake glukosa . selain itu terja di peningkatan katabolisme jaringan dan mobilisasi dari protein, lemak dan karbohidrat. Ketidak mampuan dan hambatan pada administrasi bantuan nutrisi menyebabkan peningkatan rangsang simpatik ini. Selain itu dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang lama, pengurangan serum protein, peningkatan produksi karbon dioksida (CO2) , penglepasan mediator imflamasi dan penurunan fungsi imunitas.

Setelah adanya trauma neurologic, menyebabkan keadaan kardiak hiperdinamis, yaitu peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan kalori. Penelitian menggunakan kalorimetri indirek menunjukan bahwa pasien dengan cedera kepala berat menunjukan hipermetabolik dan hiperkatabolik. Resting Energy Expenditur (REE) dapat meningkat sekitar 40%-165% . peningkatan ini telah didemonstrasikan pada pasien yang mendapatkan atau tidak mendapatkan terapi steroid. Sebagai akibatnya terjadi keterlambatan pengosongan lambung, translokasi bakteri, dan malabsorpsi.

Pasien dengan kerusakan neurologi menunjukan perubahan yang konsisten dengan hipermetabolisme, hiperkatabolisme, hiperglycemia, supresis imun, dan generalisasi respon inflamatory. Pasien dengan stroke menunjukan keadaan hipermetabolik, makanya itu pemberian suplemen protein yang berlebih untuk bantuan nutrisi dapat meningkatkan outcome. Pasien yang obesitas memiliki penyulit seperti hipertensi , penyakit jantung koroner, diabetes melitus, pulmonary disease, dan gout. Diduga pada pasien yang obesitas mungkin mempunyai keuntungan dari diet hipocalori. Tujuan utama suplai nutrisi pada pasien obesitas adalah untuk menyediakan protein intake yang adekuat. Pada umumnya suplemen nutrisi akan mengandung cukup protein untuk menjaga pasien pada positif nitrogen balance, dan tidak kekurangan total body fat yang berlebihan.

Pemeriksaan FisikKecukupan intake kalori pasien dapat diperiksa dengan kadar lemak pada ekstremitas, bokong dan lipatan lemak pada wajah. Pada pasien dengan intake protein yang adekuat dapat dievaluasi dari lipatan otot, kekuatan genggam, dan ukuran dari otot ekstremitas. Defisiensi vitamin dapat di manifestasikan sebagai perubahan pada tekstur kulit, kualitas rambut dan tekstur. Pemeriksaan pada kepala dan leher mungkin didapatkan xerostomia, malocclusion, odnophagia, dysphagia, esophagitis dan lain sebagainya

AntropometriPengukuran antopometri bertujuan untuk memperkirakan kadar total lemak dan protein pada pasien. Lemak tubuh di aplikasikan dengan ketebalan dari Triceps skin fold (TSF) dan status protein diestimasikan dengan lingkar lengan tengah ( Mid Arm Circumference (MAMC)) . untuk mengukur lingkar lengan dapat digunakan rumus lingkar lengan dikurangi dengan lipatan lemak.

MAMC = mid arm circumference fatMAMC = mid arm circumference ( 0.314 x TSF )

Dari data ini dapat dibandingkan dengan angka normal yang menggambarkan keadaan status nutrisi pasien. Atau juga bisa diukur dengan Index body weight yang dihitung melalui pengukuran tinggi dan berat badan

Biochemical measurementsPemeriksaan biokimia yang dapat digunakan sebagai gambaran status nutrisi pada pasien adalah Plasma protein . Kandungan plasma protein bergantung pada fungsi sintetik hati dan keberadaan dari substrat nya. Albumin memiliki waktu paruh sekitar 18 hari. Ini adalah tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis kekurangan gizi protein-kalori. Pada penyakit kritis, albumin juga tetap rendah pada respon terhadap inflamasi meskipun asupan gizi yang memadai. Tingkat serum albumin telah terbukti menjadi prediktor yang baik dari sepsis dan infeksi utama pada pasien bedah. Namun, serum albumin belum berkorelasi dengan baik morbiditas atau mortalitas dalam pengaturan cedera neurologis berat.

Transferin memiliki waktu paruh sekitar 8 hari. Oleh karena itu, tingkat transferin mencerminkan perubahan akut pada status gizi lebih akurat daripada albumin. Transferin serum yang rendah merupakan indikasi dari kekurangan gizi protein. Besi kekurangan, kehamilan, dan hipoksia merangsang sintesis transferin sedangkan infeksi kronis, sepsis, dan kelebihan zat besi tingkat penurunan transferin.

Terapi NutrisiStatus malnutrisi terjadi apabila intake nutrisi tidak memenuhi kebutuhan nutrisi.ketika 10% dari Lean Body Mass (LBM) berkurang , maka akan terjadi malnutrisi protein moderate, sekitar 20% kehilangan LBM maka diindikasikan sebagai protein malnutrisi berat dan menggambarkan pasien dalam keadaan underweight berat. Ketika lebih dari 35% LBM hilang, status nutrisi pasien sudah tidak dapat diperbaiki dan dapat menyebabkan kematian.

Memberikan bantuan nutrisi dimulai dengan penilaian status nutrisi pasien. Sangat penting untuk mengidentifikasi status kalori, protein, vitamin. Dalam beberapa kasus kehilangan LBM dalam 1 bulan atau 10% LBM dalam 6 bulan dapat meningkatkan kemungkinan malnutrisi. Pasien dengan gagal ginjal kehilangan asam amino, vitamin dan mineral dalam proses dialisis.

Tujuannya memberikan nutrisi tambahan adalah untuk mengoptimalkan dukungan sampai homeostasis yang diinginkan kembali dan pasien sembuh. Pemberian nutrisi yang berlebih juga harus dihindari. Untuk periode lebih lama dari beberapa hari, bantuan ahli gizi yang berkualitas adalah wajib. Pada penyakit akut, dukungan nutrisi harus diperkenalkan ketika operasi telah selesai, meskipun hiperglikemia harus dikontrol. Kerugian utama adalah eksaserbasi hiperglikemia, yang berhubungan dengan hasil buruk setelah cedera otak dan stroke. Oleh karena itu sebagian orang akan lebih memilih untuk makan terlambat, dan mempertaruhkan kegagalan sistem imun

Kebutuhan energi setiap pasien ditentukan oleh usia, jenis kelamin, dan luas permukaan tubuh. Para wanita memiliki kebutuhan energi yang lebih rendah , dan ada peningkatan 10% dalam pengeluaran metabolik per derajat Celcius kenaikan suhu tubuh. Berat badan mungkin indeks yang paling berharga dan paling sering digunakan bersama dengan ketebalan lipatan kulit. Untuk alasan yang jelas, pengukuran berat badan sulit pada pasien neurologis .

Kebutuhan energiPada Dasarnya individu yang normal membutuhkan sekitar 26Kcal / kg / hari. mereka dengan GCS 6-7 membutuhkan sekitar 20% lebih dan orang-orang dengan GCS 4-5 membutuhkan sekitar dua kali lipat kebutuhan normal. Mereka dengan GCS lebih dari 8, mereka pada ventilator, lumpuh dan pasien pasca kraniotomi rumit mungkin tidak perlu tambahan kalori.

Kebutuhan proteinDisarankan bahwa asupan protein 2 - 2,5 g / kg / hari adalah cukup, baik pada pasien cedera kepala atau cedera tulang belakang. Tujuannya huntuk mengurangi kerugian nitrogen harian di bawah 10g. Jenis protein mungkin perlu perhatian. Protein terdiri dari persentase besar BCAA (asam amino rantai bercabang) tampaknya meningkatkan retensi nitrogen. BCAA dioksidasi oleh otot rangka, Infus BCAA dapat menurunkan katabolisme otot rangka. Alanin dan glutamin yang tersedia secara endogen dengan mengorbankan protein otot dapat digunakan untuk meningkatkan sintesis protein baru untuk proses koagulasi, penyembuhan luka dan glukoneogenesis. Selain itu, glutamin adalah sumber energi utama untuk saluran cerna.

Kebutuhan lemakPada umumnya manusia membutuhkan 10-20 gram lemak per hari. Lemak adalah molekul penting karena mereka berfungsi sebagai cadangan energi yang tersimpan dan sebagai pembawa asam lemak esensial dan vitamin yang larut dalam lemak dan memiliki aksi hemat protein.

Kebutuhan mikronutrienVitaminAmountVitaminAmount

Vit A1000 mcgVit D5 mcg

Vit E10 mgVit K80 mcg

Vit C60 mgFolate200 mcg

Riboflavin1.7 mg

Vit B62 mg

Vit B122 mcg

Menghitung kebutuhan kaloriPersamaan Harris-Benedict. REE adalah kebutuhan energi saat istirahat dan dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict sebagai berikut:Wanita: REE (kcal / hari) = 65 + 9.6W + 1.8H - 4.7APria: REE (kcal / hari) = 66 + 13.7W + 5H - 6.8AKeterangan : W = ABW dalam kilogram atau IBW dalam kilogram jika pasien edema; H = tinggi dalam sentimeter; dan A = umur dalam tahun

Pemberian NutrisiMeskipun beberapa pasien dengan aman dapat mentolerir protein dan kekurangan kalori selama beberapa hari, dukungan nutrisi tidak boleh ditunda pada pasien yang sakit kritis dan tidak diharapkan untuk memiliki asupan oral dalam waktu lama. Dukungan nutrisi juga harus diberikan segera kepada pasien yang akan memiliki kebutuhan kalori besar seperti luka bakar, sepsis, trauma, atau cedera kepala. Penting untuk diingat bahwa makanan enteral dan parenteral feeding tidak saling eksklusif atau kombinasi sering tepat. Masing-masing memiliki kelebihan dan komplikasi tertentu, tapi secara keseluruhan, tampak bahwa dukungan nutrisi dini lebih penting daripada rute yang dipilih.

Enteral FeedingJika saluran pencernaan masih bekerja secara fungsional, makanan enteral lebih disukai karena lebih mudah, lebih aman, dan lebih murah. Auskultasi perut untuk usus terdengar sebagai indikasi fungsi usus bisa digunakan. Tidak adanya bising usus tidak berarti tidak adanya fungsi usus. Jika tidak ada udara hadir, tidak akan ada bising usus, tetapi usus kecil kemungkinan akan masih memiliki peristaltik dan fungsi serap. Kontraindikasi untuk penggunaan menyusui tabung termasuk ileus, obstruksi usus, dan kebutuhan untuk istirahat total usus. Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa villus atrofi meningkat permeabilitas usus, dan translokasi bakteri terjadi setelah gizi orangtua dan usus tidak digunakan. Meskipun ini masih harus dibuktikan pada manusia, terjadinya urutan telah diekstrapolasi dari kasus klinis di mana bakteri dari usus telah dibudidayakan pada pasien yang sakit kritis dan tidak fokus yang jelas infeksi perut.

Sebelum memulai makan enteral, penempatan yang tepat dari tabung enteral harus dipastikan radiografi. Sebuah rontgen perut dilakukan untuk menemukan bagian distal tabung enteral.

Solusi isotonik dapat mulai perlahan-lahan dengan kekuatan penuh dan kemudian tingkat maju sebagai ditoleransi sampai tingkat tujuan tercapai. Larutan hipertonik harus diencerkan untuk isotonisitas dan konsentrasi maju dengan kekuatan penuh sebelum tingkat infus meningkat. Strategi ini membantu menjaga terhadap diare dan gangguan elektrolit.

Pasien yang membutuhkan perawatan intensif sering tertunda waktu pengosongan lambung dan distensi lambung, yang mempengaruhi mereka untuk aspirasi. Makanan enteral dapat dimulai pada 10 sampai 15 mL / jam; dan angka ini meningkat sebesar 10 sampai 15 mL / jam setiap 8 jam sampai tingkat tujuan yang telah ditentukan tercapai. Jika feed dikirim ke perut, residu lambung harus diperiksa setiap 6 jam dan infus ditahan selama residual dari> 200 mL.

Komplikasi pemberian enteral feedingMechanicSelang makanan dapat berakhir di bronkus atau di otak pada pasien yang memiliki fraktur lempeng berkisi. Ada juga insiden yang lebih tinggi dari epistaksis dan sinusitis karena tabung melewati nares.

GastrointestinalMual dan muntah mungkin terjadi dari ileus postinjury dan atonia lambung. Diare dapat menjadi masalah karena konsentrasi, osmolaritas, atau volume administrasi tabung feed; kehadiran laktosa, lemak, atau gluten; residu rendah; atau kontaminasi bakteri. Diare juga dapat disebabkan baik oleh kurangnya serat atau obstruksi usus dan dapat menyebabkan baik defisit air bebas atau dehidrasi.

ParuAspirasi paru mungkin adalah serius, komplikasi fatal yang paling umum dari nutrisi enteral. Insiden yang dilaporkan sangat bervariasi (0% sampai 95%), tergantung pada populasi pasien yang diteliti dan definisi aspirasi karena bukti kimia aspirasi lebih umum daripada secara klinis didiagnosis pneumonia aspirasi. Kehadiran tabung feed dalam sekresi paru dapat dideteksi dengan memeriksa glukosa atau menambahkan pewarna makanan ke feed dan memeriksa sekresi untuk perubahan warna.Metabolisme

Osmolaritas dan status volume harus dimonitor untuk menghindari hyperosmolarity dan volume overload. Ketidakseimbangan elektrolit (misalnya, hiponatremia) adalah umum, terutama pada pasien yang memiliki cedera kepala dan beresiko untuk sindrom pantas sekresi hormon antidiuretik (SIADH) atau diabetes insipidus. Hipofosfatemia, hipokalemia, dan hipomagnesemia terjadi umumnya saat pemberian pakan dimulai lagi.

Terapi parenteral nutrisiTPN harus dimulai ketika kegagalan usus ditunjukkan. Sebelum memulai nutrisi parenteral, total kebutuhan energi pasien, total kebutuhan protein, kebutuhan cairan setiap hari, dan proporsi kalori yang akan disampaikan sebagai lemak harus ditentukan.

Solusi parenteral, Ada empat unsur nutrisi dalam nutrisi parenteral yaitu :1. Dextrose tersedia dalam konsentrasi mulai dari 10% sampai 70%. Semakin tinggi persentase dekstrosa, semakin tinggi osmolaritas dan semakin besar kebutuhan untuk akses pusat. Hanya solusi dengan 900 mOsm / L dapat menyebabkan baik sclerosis atau flebitis.2. Asam amino menyediakan kebutuhan protein.3. Emulsi lemak yang kaya akan asam linoleat. Infus diberikan selama beberapa jam, dan tingkat infus harus disesuaikan untuk pasien yang menerima propofol untuk sedasi. Propofol adalah emulsi lemak dan memberikan setara dengan 1,1 kkal / mL kalori lemak.4. Aditif seperti elektrolit, vitamin, dan elemen ditambahkan langsung ke dekstrosa dan asam amino infus.

Rute dari makan parenteralKalori intravena dapat diberikan perifer atau pusat.1. Akses Peripheral untuk pemberian TPN harus digunakan hanya untuk dukungan nutrisi jangka pendek. The hyperosmolarity dan pH rendah TPN mempengaruhi pembuluh darah kecil untuk tromboflebitis. Hal ini juga sulit untuk menyediakan kebutuhan kalori yang diperlukan dengan cara rute ini karena keterbatasan yang ditetapkan oleh dekstrosa (maksimal 10%) dan konsentrasi asam amino. Garis perifer panjang yang meluas ke vena sentral dapat digunakan sebagai garis tengah dan tidak memiliki keterbatasan yang sama dari konsentrasi dekstrosa dan asam amino.2. akses Tengah harus digunakan bila waktu yang lebih lama dari makan parenteral diperlukan atau jika pasien sakit parah.

Inisiasi dan kemajuan. Nutrisi parenteral biasanya dimulai pada tingkat lambat infus dan kemudian tingkat maju setiap 12 sampai 24 jam sampai tingkat tujuan tercapai. Ketika infus dihentikan, tingkat harus meruncing sehingga hipoglikemia yang tidak dihasilkan dari peningkatan produksi insulin dirangsang oleh nutrisi parenteral.

KomplikasiMekanik : Trombosis vena yang signifikan, yang biasanya dapat didiagnosis dengan USG atau injeksi kontras radiopak, memerlukan penghapusan kateter dan heparinization. Infeksi kateter harus selalu dicurigai. Perawatan teliti kateter, indeks kecurigaan yang tinggi, dan ambang yang rendah untuk penghapusan sangat penting.

Gastro intestinal : Transaminase ditinggikan yang umum pada awal administrasi TPN, tapi mereka tidak harus bertahan lama. Fatty liver mungkin berkembang dari karbohidrat berlebih atau total kalori dalam diet. Cholelithiasis atau kandung empedu lumpur mungkin sekunder untuk perubahan komposisi empedu serta frekuensi penurunan kontraksi kandung empedu. Ini biasanya sembuh setelah alimentation enteral telah dimulai.

Metabolisme : Peningkatan glukosa dapat terjadi lebih awal dari resistensi insulin relatif dan mungkin memerlukan infus insulin. Hiperkapnia dapat hasil dari refeeding pasien gizi buruk yang tidak dapat secara memadai meningkatkan ventilasi menit. Penurunan kalori harian atau mengganti dextrose dengan lemak dapat mengurangi produksi karbon dioksida. Kelainan elektrolit dapat terjadi, sehingga penyesuaian setiap hari harus dilakukan dalam hubungannya dengan hasil laboratorium. Pedoman pemantauan laboratorium disarankan tercantum pada Tabel 21-4. Vitamin K adalah kekurangan vitamin yang paling umum, karena tidak terdapat dalam persiapan multivitamin.

PemantauanSaat menerima nutrisi enteral atau parenteral, pasien harus dipantau untuk perubahan komposisi tubuh, kimia darah, gula darah, trigliserida, dan sintesis protein.

ScheduleEnteralParenteral

BaselineElectrolytes, BUN, Cr, Ca, Mg, PO4, Glucose, AlbuminElectrolytes, BUN, Cr, Ca, Mg, PO4, glucose, liver function test, Triglycerides, cholestrol, albumin

DailyIntake and output, weightIntake and output, weight

Daily until stable , ( 2-3x/weeks )Eleectrolytes, BUN, Cr, GlucoseElectrolytes , BUN, Cr, Glucose

Every other day until stable (1-2 x/weeks)Ca, Mg, PO4Ca, Mg,PO4

WeeklyAlbuminLiver function test, albumin , triglycerides

Metabolisme ProteinSebagian besar zat makanan harus dipecahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum diabsorpsi dari saluran pencernaan. Perubahan kimia dalam proses pencernaan dilakukan dengan bantuan bantuan enzim saluran pencernaan yang mengkatalisis hidrolisis protein menjadi asam amino, pati menjadi monosakarida. Zat makanan yang mengandung protein masuk kedalam mulut dan dikunyah, kemudian masuk kedalam lambung maka enzim pepsin bersama denga HCL mengubah protein asli menjadi proteosa dan pepton yang masih merupakan derivat protein yang agak besar.

Didalam lambung ( kimus ) yang konsistensinya kental seperti susu rum, secara intermiten masuk ke dalam duodenum melalui spinter pilorus, sekresi pankreas dan empedu yang sangat basa menetralkan asam dalam kimus.

Getah pankreas yang mengandung enzim tripsin dan kimotripsin mengubah protein asli , proteosa dan pepton menjadi peptidase. Isi duodenum terus masuk kedalam usus, getah usus yang disekresikan oleh kelenjar bruner dan lieberkuhn juga mengandung enzim aminopeptidase dan dipeptidase. Proses hidrolis peptida akan terus berlanjut sampai protein makanan hampir seluruhnya berubah menjadi asam amino penyusunnya. Asam amino di absorpsi oleh mukosa usus halus dan kemudian beredar dalam sirkulasi darah.

Keseimbangan NitrogenProtein beredar dalam darah menuju satu tempat ke tempat lain untuk menyajikan bahan mentah untuk sintesis, perombakan dan interkonvenrsi metabolik. Kadar protein dalam serum bukan saja menyebabkan derajat proses sintetik spesifik juga persediaan homeostasis metabolik. Setiap harinya 20-30gr protein dirombak didalam tubuh. Jumlah ini adalah jumlah minimal yang harus masuk kedalam tubuh, guna mencapai keadaan metabolik yang baik. Keadaan ini disebut keseimbangan nitrogen ksesimbangan nitrogen disebut positif bila lebih banyak asam amino yang masuk kedalam tubuh daripada yang dieksresikan ( anabolik ), sedangkan sebaliknya disebut katabolik.

Peningkatan katabolisme protein jaringan disertai dengan keseimbangan nitrogen yang negatif terjadi pada pasien dengan demam, tirokotoksikosis, koma diabetikum, post op / operasi besar.

KesimpulanPada pasien dengan sakit berat terutama pada pasien dengan post neurosurgery membutuhkan asupan nutrisi yang baik dan benar. Umumnya pasien tidak bisa mendapatkan intake makanan yang baik , sehingga diperlukan bantuan pemberian nutrisi melalui enteral maupun panenteral. Selain memberikan gizi yang baik kita juga harus memperhatikan keadaan gizi pada pasien seperti pemeriksaan antopometri dan pemeriksaan biochemical rutin lainnya.

Daftar pustaka 1. Thamburaj AV. Nutrition in neurosurgery. India : Apollo Hospitals, chennai. Diunduh dari www.thamburaj.com pada tanggal 2 Juni 20152. Nutritional support in critical patient. Di unduh dari http://www.neuroicu.info/nutritionalsuport.htm, pada tanggal 2 Juni 20153. Hardiansyah, Riyadi H, Natitupulu V. Kecukupan energi protein , lemak dan karbohidrat. Jakarta : Departemen Gizi FK UI. 20104. Nasution B. Metabolisme protein dan npn. Di unduh dari ocw.usu.ac.id. pada tanggal 2 juni 2015

15