nktt
DESCRIPTION
xxxxxTRANSCRIPT
Laporan kasus
NYERI KEPALA TIPE TEGANG
Oleh : Muhammad Saadillah B
SUPERVISOR
Dr.dr. Jumraini Tamasse, Sp. S
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
IDENTITAS
Nama : Farida, NYNo Rekam Medik : 4 5701Umur : 50 tahun/ 31 Desember 1966..Kelamin : PerempuanAgama : IslamSuku/Bangsa : Bugis/ IndonesiaPekerjaan : PNSAlamat : Masuk Rumah Sakit : 03 Januari 2016Jam : 09.07
I. ANAMNESIS Keluhan utama : Sakit kepalaAnamnesis terpimpin : Nyeri kepala bagian belakang , menjalar ke tengkuk , rasa tegang di tengkuk , mulai berkurang rasa nyerinya terutama jika minum obat , riwayat mual dan muntah di sangkal .Fotofobia dan fonofobia di sangkal
II. PEMERIKSAAN FISIK Status umum :Kondisi Umum :Nyeri sedang , gizi baikTanda-tanda vital BP : 124/90 mmHgHR : 90 kali/menit RR : 21 kali/menitT : 36,5o C
Pemeriksaan Dalam Kepala : Anemia (-), icterus (-), sianosis (-)Leher : dalam batas normal Dada : Jantung : bunyi jantung pekak, murmur (-), gallop (-)
Paru –paru : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)Abdomen : tidak ada pembesaran pada Hepar dan Lien
Status Neurologi GCS : E4M6V5(Compos mentis )FKL : NormalRangsang Menings : Kaku kuduk (-), Kernign’s sign (-)Nervi Cranialis :Pupil bundar, isokor, diameter 2 mm/2mm . Refleks cahaya
langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+. Gerakan bola mata : horizontal (+)/ horizontal (+) satu arah. Nervi cranialis lain : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
Pergerakan : Kekuatan : Tonus : N N 5 5 N N
N N 5 5 N N
Reflek fisiologis :BPR N N KPR N N
TPR N N APR N N
Reflex patologis :
Tes Keseimbangan :
Tes Romberg : (-)
Fungsi sensoris : dalam batas normal
Fungsi Autonom : BAK : normal
BAB : normal
III. DIAGNOSIS KERJA- Diagnose klinis : Tension Type Headache- Topis : - Etiologis : Tension Type Headache
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
V. PENGOBATAN Paracetamol 500mg 3x1 + Diazepam 1 mg 3x1 + Amitirptilin 6.25mg (dalam bentuk kapsul) 3x1Neurodex tablet 1x1
VI. ANJURAN
Banyak istirahat , kurangi stress
VII. PROGNOSADubia
VIII. RESUMESeorang perempuan 50 tahun datang ke poli klinik rumah sakit dr. wahidin sudirohusodo dengan keluhan utama nyeri kepala, mengaku nyeri kepala bagian belakang , menjalar ke tengkuk , yang dirasakan baik secara spontan maupun ketika sedang beraktifitas . durasi nyeri dirasakan sekitar 30 menit , riwayat mual dan muntah disangkal , fotofobia dan fonofobisa di sangkal , riwayat hipertensi di sangkal , riwayat penyakit jantung di sangkal , status neurologis dalam keadaan normal .
IX. DISKUSI
Status Neurologi GCS : E4M6V5 (Compos mentis )FKL : NormalRangsang Menings : Kaku kuduk (-), Kernign’s sign (-)Nervi Cranialis : Pupil bundar, isokor, diameter 2 mm/2mm . Refleks cahaya
langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+. Gerakan bola mata : horizontal (+)/ horizontal (+) satu arah. Nervi cranialis lain : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
Pergerakan : Kekuatan : Tonus : N N 5 5 N N
N N 5 5 N N
Reflek fisiologis :BPR N N KPR N N
TPR N N APR N N
Reflex patologis :
Tes Keseimbangan :
Tes Romberg : (-)
Fungsi sensoris : dalam batas normal
Fungsi Autonom : BAK : normal
BAB : normal
DEFINISI
Nyeri kepala (cephalalgia) dapat dibagi berdasarkan penyebabnya menjadi nyeri kepala primer dan
nyeri kepala sekunder.[1] Nyeri kepala primer dapat berupa migraine, nyeri kepala tipe tegang
(tension-type headache), trigeminal autonomic cephalalgia, dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri
kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang disebabkan oleh penyakit lain seperti meningitis,
perdarahan intrakranial, tumor, arteritis temporal, dan glaukoma.[2,3]
Nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan nyeri kepala, biasanya bilateral, dengan kualitas nyeri
seperti tertekan atau terikat dengan intensitas nyeri ringan hingga moderat yang berlangsung
beberapa menit hingga beberapa hari. Nyeri yang terjadi tidak diperburuk dengan aktivitas fisik
dan tidak menimbulkan rasa mual/muntah, namun mungkin ditemukan fotofobia/fonofobia.[1]
Nyeri kepala tipe tegang dapat diklasifikasikan menjadi episodik (ETTH, episodic tension-type
headache) apabila terjadi <15 hari per bulan; dan kronik (CTTH, chronic tension-type headache)
apabila terjadi ≥15 hari per bulan. [1,3]
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Nyeri kepala merupakan kelainan neurologis dengan prevalensi yang tinggi dan merupakan salah
satu dari gejala klinis yang paling sering dijumpai.[4,5] Nyeri kepala tipe tegang merupakan nyeri
kepala primer yang paling sering, dengan prevalensi yang bervariasi tergantung populasi, subtipe,
usia, dan jenis kelamin.[3,5]
Sebuah survei di Amerika Serikat mendapatkan bahwa prevalensi 38.3% untuk NKTT episodik dan
2.2% untuk NKTT kronik. Prevalensi rata-rata untuk nyeri kepala tipe tegang usia dewasa adalah
46% (antara 12% hingga 78%), dengan prevalensi subtipe kronik yang cukup konsisten di seluruh
dunia sebesar 2-3%.[5] Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa NKTT lebih banyak terjadi
pada perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 5:4. Prevalensi puncak NKTT terdapat
pada usia 40-49 tahun, kemudian menurun dengan bertambahnya usia.[5,6]
Faktor resiko NKTT antara lain: jenis kelamin perempuan, stress, konsumsi alkohol, merokok,
kurang berolahraga, kurang tidur, kelelahan, serta faktor psikososial seperti rasa cemas, depresi,
broken home, dan pergaulan yang sempit.[5,6,7]
PATOMEKANISME
Sensasi nyeri terjadi jika nosiseptor perifer terstimulasi oleh kerusakan jaringan, distensi visceral
dan faktor lainnya, hal ini terjadi secara fisiologis.Namun, sensasi nyeri juga dapat terjadi apabila
jalur nyeri pada sistem saraf perifer atau sistem saraf pusat mengalami kerusakan atau teraktivasi
secara abnormal. Nyeri kepala dapat terjadi melalui salah satu atau kedua mekanisme tersebut.[2]
Struktur intracranial yang peka nyeri, antara lain: scalp, arteri meningea media, sinus dura matris,
falx cerebri, dan segmen proximal dari arteri pia mater. Struktur utama yang berperan dalam nyeri
kepala primer adalah:[2]
Pembuluh darah intrakranial, dura mater, dan ujung terminal n. trigeminus yang
menginervasi struktur tersebut
Bagian caudal dari nukleus trigeminus, yang juga menerima input dari C1 dan C2 (TCC,
trigeminocervical complex)
Ventroposteromedial thalamus dan cortex (rostral pain-processing region)
Sistem modulasi nyeri di otak yang memodulasi input dari nosiseptor trigeminal pada
semua level jalur rangsang nyeri
Patofisiologi nyeri kepala tipe tegang belum dipahami dengan sempurna.[2] Pada awalnya diusulkan
bahwa nyeri kepala tipe tegang terjadi akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi, dan
leher yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium, sehingga disebut “nyeri kepala kontraksi
otot”.[8]Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara nyeri kepala tipe
tegang dengan keadaan-keadaan stress , rasa cemas, kelelahan, atau tekanan emosional. Faktor
lingkungan lebih berpengaruh dibanding faktor genetik pada NKTT.[5]
Nyeri kepala tipe tegang terbagi menjadi NKTT episodik (ETTH) dan NKTT kronik (CTTH). [1,3]
Diusulkan bahwa NKTT merupakan proses multifaktorial yang melibatkan faktor myofascial perifer
dan komponen sistem saraf pusat. Mekanisme myofascial perikranial berperan dalam ETTH,
sedangkan sensitisasi jaras nosiseptik SSP berperan dalam patomekanisme CTTH.[5]
Aktivitas myofascial merupakan salah satu sumber nyeri pada NKTT, dimana aktivasi terus-
menerus dari trigger point dapat menyebabkan sensitisasi nosiseptor perifer yang kemudian
merangsang TCC.[5]Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat metabolisme
otot perifer abnormal pada penderita NKTT.[9]Pemeriksaan dengan EMG menunjukkan peningkatan
aktivitas pada trigger point tertentu dari otot-otot perikranial. Aktivitas yang terus menerus dari
motor unit pada otot-otot tersebut dapat mengeksitasi nosiseptor perifer secara mekanik atau
melalui iskemia dan pelepasan mediator inflamasi.[5] Terdapat peningkatan mediator proinflamasi
seperti IL-8, monocyte chemoattractant protein-1 pada pasien dengan NKTT.[10]
Mekanisme sentral lebih relevan pada CTTH.Ambang nyeri normal ditemukan pada pasien ETTH
tipe jarang, namun menurun pada ETTH tipe sering dan CTTH. Penelitian juga menunjukkan bahwa
terdapat defisiensi jalur inhibisi nosiseptik pusat pada CTTH.[5]Sistem saraf pusat tersensitasi pada
level supraspinal dan TCC pada pasien dengan CTTH.[9]Sensitasi sentral pada CTTH dimulai dari
nosisepsi perifer pada trigger point otot perikranial yang kemudian menyebabkan referred-pain
melalui medulla spinalis dan TCC.[9,10] Gejala/Tanda
Nyeri kepala, dengan sifat: biasanya bilateral dan/atau mencakup daerah temporal [10], kualitas
nyeri seperti tertekan atau terikat, intensitas nyeri ringan hingga moderat, berlangsung beberapa
menit hingga beberapa hari, tidak diperburuk dengan aktivitas fisik.
Tidak ditemukan rasa mual/muntah, mungkin ditemukan fotofobia/fonofobia.[1]
Pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan selain nyeri tekan/tenderness pada otot-otot
leher dan temporal.[10]
DIAGNOSIS [1]
Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Jarang (Infrequent)
Episode nyeri kepala yang terjadi jarang, biasanya bilateral, dengan kualitas nyeri seperti tertekan
atau terikat dengan intensitas nyeri ringan hingga moderat yang berlangsung beberapa menit
hingga beberapa hari.Nyeri yang terjadi tidak diperburuk dengan aktivitas fisik dan tidak
menimbulkan rasa mual/muntah, namun mungkin ditemukan fotofobia/fonofobia.
Kriteria Diagnosis:
A. Setidaknya 10 episode nyeri kepala yang terjadi rata-rata <1 hari per bulan (<12 hari per
tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Berlangsung 30 menit hingga 7 hari
C. Setidaknya dua dari empat kriteria berikut:
1. lokalisasi bilateral
2. kualitas nyeri seperti tertekan atau terikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan hingga moderat
4. tidak diperburuk dengan aktivitas fisik seperti berjalan dan menaiki tangga
D. Memenuhi kedua kriteria berikut:
1. tidak ditemukan mual atau muntah
2. tidak lebih dari satu dari fotofobia atau fonofobia
E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 lain
Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Sering (Frequent)
Episode nyeri kepala yang terjadi sering, biasanya bilateral, dengan kualitas nyeri seperti tertekan
atau terikat dengan intensitas nyeri ringan hingga moderat yang berlangsung beberapa menit
hingga beberapa hari.Nyeri yang terjadi tidak diperburuk dengan aktivitas fisik dan tidak
menimbulkan rasa mual/muntah, namun mungkin ditemukan fotofobia/fonofobia.
Kriteria Diagnosis:
A. Setidaknya 10 episode nyeri kepala yang terjadi rata-rata 1-14 hari per bulan selama >3 bulan
(≥12 dan <180 hari per tahun) dan memenuhi kriteria B-D
B. Berlangsung 30 menit hingga 7 hari
C. Setidaknya dua dari empat kriteria berikut:
1. lokalisasi bilateral
2. kualitas nyeri seperti tertekan atau terikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan hingga moderat
4. tidak diperburuk dengan aktivitas fisik seperti berjalan dan menaiki tangga
D. Memenuhi kedua kriteria berikut:
1. tidak ditemukan mual atau muntah
2. tidak lebih dari satu dari fotofobia atau fonofobia
E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 lain
Nyeri Kepala Tipe Tegang Kronik
Kelainan yang berkembang dari nyeri kepala tipe tegang episodik sering, dengan episode nyeri
kepala setiap hariatau sangat sering, biasanya bilateral, dengan kualitas nyeri seperti tertekan atau
terikat dengan intensitas nyeri ringan hingga moderat yang berlangsung beberapa menit hingga
beberapa hari. Nyeri yang terjadi tidak diperburuk dengan aktivitas fisik dan tidak menimbulkan
rasa mual/muntah, namun mungkin ditemukan fotofobia/fonofobia.
A. Nyeri kepala yang terjadi rata-rata ≥15 hari per bulan selama >3 bulan (≥180 hari per tahun)
dan memenuhi kriteria B-D
B. Berlangsung beberapa jam hingga beberapa hati, atau tidak berhenti
C. Setidaknya dua dari empat kriteria berikut:
1. lokalisasi bilateral
2. kualitas nyeri seperti tertekan atau terikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan hingga moderat
4. tidak diperburuk dengan aktivitas fisik seperti berjalan dan menaiki tangga
D. Memenuhi kedua kriteria berikut:
1. tidak ditemukan mual atau muntah
2. tidak lebih dari satu dari fotofobia atau fonofobia
E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 lain
DIAGNOSIS BANDING [5]
Migraine
Nyeri kepala pasca trauma
Nyeri kepala tumor otak
Benign intracranial hypertension
Giant cell arteritis
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIK
Penatalaksanaan farmakologik untuk nyeri kepala tipe tegang dibagi menjadi penatalaksanaan
abortif dan penatalaksanaan profilaktif.
Penatalaksanaan Abortif
Penatalaksanaan lini pertama untuk nyeri kepala tipe tegang adalah acetaminophen (paracetamol)
500-1000 mg atau aspirin 500-1000 mg. Selain itu dapat juga digunakan NSAIDs lainnya seperti
naproxen (375-550 mg), ibuprofen (200-800 mg), ketoprofen (25-50 mg), diclofenac (12.5-100
mg), dan indomethacin[10]. Perlu diingat bahwa analgesik tersebut kurang efektif untuk CTTH dan
penggunaan obat yang terlalu sering dapat memperparah nyeri kepala (medication-overuse
headache).Dapat ditambahkan kafein (65-200 mg) untuk meningkatkan efektivitas dari analgesik
tersebut. Triptans, muscle relaxant, dan obat golongan opioid tidak direkomendasikan sebagai
penatalaksanaan NKTT.[5]
Penatalaksanaan Profilaktif
Penatalaksanaan preventif dapat diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri kepala selama
lebih dari dua atau tiga hari setiap minggu. Golongan obat yang digunakan adalah antidepresan
atau antikonvulsan.[5] Amitryptilline (30-75 mg) merupakan obat yang paling efektif dalam
mencegah terjadinya serangan NKTT.[10] Clomipramine, nortryptilline, mirtazapine, venlafaxine,
doxepin, atau botulinum toxin A, topiramate, memantine dapat digunakan apabila pasien tidak
dapat menerima amitryptilline.[5,9,10] Penatalaksanaan Non-Farmakologik[5,9,10]
Regulasi tidur, makanan, dan olahraga
Pengaturan stres
Fisioterapi
Terapi relaksasi
EMG-guided biofeedback
Cognitive behavior therapy
Transcutaneus electrical nerve stimulation
Akupunktur
PROGNOSIS
Prognosis buruk dihubungkan dengan CTTH, komorbiditas migraine, komorbiditas psikiatrik, onset
pada usia muda, gangguan tidur, dan status tidak menikah. Usia tua merupakan positive predictive
factor untuk remisi NKTT.[4,5]
REFERENSI
1. Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). 2013. The
International Classification of Headache Disorders, 3rd edition (beta version). Cephalalgia
2013;33(9):659-664.
2. Longo DL, Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. 2012. Harrison’s
Principles of Internal Medicine, 18th edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
3. World Health Organization. 2012. Headache Disorders: Fact Sheet.
4. International Association for the Study of Pain (IASP). 2011. Epidemiology of Headache.
5. Kaniecki RG. 2012. Tension-Type Headache. Continuum Lifelong Learning Neurol
2012;18(4):823-834.
6. Araki N, Takeshima T, Igarashi H, Shimizu T. 2013. Clinical Practice Guideline for Chronic
Headache 2013. Japan.
7. Schramm SH, Oberman M, Katzarava Z, Diener HC, Moebus S, Yoon MS. 2013.
Epidemiological Profiles of Patient with Chronic Migraine and Chronic Tension-Type
Headache. The Journal of Headache and Pain 2013;14:40.
8. Price SA, Wilson LM. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku EGC.
9. Yu S, Han X. 2015. Update of Chronic Tension-Type Headache. Curr Pain Headache Rep
2015;19:469.
10. Magazi DS, Manyane DM. 2015. Tension-Type Headache: A Review. South African Family
Practice 2015;57(1):23-28.