newsletter vi edisi november 2012

8
1 Diamma • NOVEMBER 2012 Diamma NEWS LETTER PROGRESIF MENGUKIR PERUBAHAN Rp. 1000,- UKM Diamma Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Telp 0877 8100 2014 Email: [email protected] Website: www.diamma.com Edisi VI/XI/2012 (bersambung ke hal 4) Atap Bocor, HMJ-HI Pindahan 3 Menilik Kotak Keluh Kesah 3 Mahasiswa Keluhkan Dosen Mangkir 4 Gelar Ksatria SBY Tuai Kontroversi 5 RUU Nasional, Solusi atau Masalah 6 Jalan Panjang Sang Leopard 7 Merekam Jejak Prof.Dr.Moestopo 8 INSIDE Foto : Mahesa Nur Syafe’I K otak aspirasi merupakan wadah di mana mahasiswa dapat memberi saran dan kritik perihal kebijakan kampus melalui surat. Jika aspirasi tersebut layak dan perlu ditindaklanjuti, maka surat tersebut akan disampaikan oleh pihak terkait ke fakultas demi kenyamanan bersama. Beberapa lembaga fakultas di UPDM(B) telah menggunakan kotak tersebut sebagai sarana penyalur aspirasi dari mahasiswa. Fikom dan FE, misalnya, kedua fakultas tersebut telah memiliki kotak aspirasi mahasiswa yang dibuat oleh lembaga perwakilan mahasiswa masing-masing fakultas. Menurut Gadis Hananda yang saat ini menjabat sebagai Komisi I DPM Fikom, kotak aspirasi tersebut berjalan dengan efektif. Ia mengatakan bahwa setiap minggunya kotak tersebut diperiksa, dirumuskan, dan kemungkinan ditindaklanjuti ke pihak fakultas. “Jika gak ada halangan, kita lanjutkan (aspirasi mahasiswa, -RED) ke Wadek III dan kita akan perjuangkan apa yang mahasiswa mau,” ujar Gadis ketika ditemui di perpustakaan pusat UPDM(B). Andi Wahyudi, ketua DPM Fikom juga membenarkan efektifitas kotak aspirasi di Fakultas Komunikasi tersebut. Ketika ditanya perihal penempatan kotak yang diletakan di dekat ruang kelas Fikom, Andi mengatakan hal tersebut guna menyuarakan kritik jika terdapat fasilitas yang kurang memuaskan. Masih menurut penuturan Andi, hingga saat ini Fakultas Komunikasi telah memiliki lima kotak aspirasi. Sama halnya dengan Fakultas Komunikasi, Fakultas Ekonomi juga Menilik Kotak Keluh Kesah Lahan parkir sempit, fasilitas kurang memadai, dan dosen sering telat masih menjadi sorotan kotak kecil mahasiswa. Bagaimana peran terkait menanggapinya? Salah satu kotak aspirasi milik Fikom D osen adalah sosok yang berpengaruh terhadap tingkat keintelektualitas mahasiswanya. Sehingga, kualitas dan efektivitas dosen menjadi penilaian utama sebelum diberikan tanggung jawab sebagai pengajar. Kedisiplinan juga menjadi hal utama yang harus diterapkan, dosen yang tidak menerapkan sikap disiplin dalam dirinya artinya tidak mampu menjadi panutan yang baik bagi mahasiswanya. Terkadang, sikap disiplin inilah yang sering diabaikan para dosen. Tidak adanya komitmen dari dosen dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai pengajar menjadi hal yang Mahasiswa Keluhkan Dosen Mangkir Tidak sedikit dosen yang kerap mangkir dalam tugasnya. Mahasiswa dirugikan, lalu dimana peran fakultas? (bersambung ke hal 3)

Upload: lpm-diamma

Post on 18-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Newsletter VI Edisi November 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter VI Edisi November 2012

1D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

DiammaNEWS LETTER

PROGRESIF MENGUKIR PERUBAHAN Rp. 1000,-

UKM Diamma Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Telp 0877 8100 2014 Email: [email protected] Website: www.diamma.com

Edisi VI/XI/2012

(bersambung ke hal 4)

Atap Bocor, HMJ-HI Pindahan 3 Menilik Kotak Keluh Kesah 3

Mahasiswa Keluhkan Dosen Mangkir 4 Gelar Ksatria SBY Tuai Kontroversi 5

RUU Nasional, Solusi atau Masalah 6 Jalan Panjang Sang Leopard 7

Merekam Jejak Prof.Dr.Moestopo 8

INSIDE

Foto : Mahesa N

ur Syafe’I

Kotak aspirasi merupakan wadah di mana mahasiswa dapat memberi saran dan

kritik perihal kebijakan kampus melalui surat. Jika aspirasi tersebut layak dan perlu ditindaklanjuti, maka surat tersebut akan disampaikan oleh pihak terkait ke fakultas demi kenyamanan bersama. Beberapa lembaga fakultas di UPDM(B) telah menggunakan kotak tersebut sebagai sarana penyalur aspirasi dari mahasiswa. Fikom dan FE, misalnya, kedua fakultas tersebut telah memiliki kotak aspirasi mahasiswa yang dibuat oleh lembaga perwakilan mahasiswa masing-masing fakultas. Menurut Gadis Hananda yang saat ini menjabat sebagai Komisi I DPM Fikom, kotak aspirasi tersebut berjalan dengan efektif. Ia mengatakan bahwa setiap minggunya kotak tersebut

diperiksa, dirumuskan, dan kemungkinan ditindaklanjuti ke pihak fakultas. “Jika gak ada halangan, kita lanjutkan (aspirasi mahasiswa, -RED) ke Wadek III dan kita akan perjuangkan apa yang mahasiswa mau,” ujar Gadis ketika ditemui di perpustakaan pusat UPDM(B). Andi Wahyudi, ketua DPM Fikom juga membenarkan efektifitas kotak aspirasi di Fakultas Komunikasi tersebut. Ketika ditanya perihal penempatan kotak yang diletakan di dekat ruang kelas Fikom, Andi mengatakan hal tersebut guna menyuarakan kritik jika terdapat fasilitas yang kurang memuaskan. Masih menurut penuturan Andi, hingga saat ini Fakultas Komunikasi telah memiliki lima kotak aspirasi. Sama halnya dengan Fakultas Komunikasi, Fakultas Ekonomi juga

Menilik Kotak Keluh KesahLahan parkir sempit, fasilitas kurang memadai, dan dosen sering telat masih menjadi sorotan kotak kecil mahasiswa. Bagaimana peran terkait menanggapinya?

Salah satu kotak aspirasi milik Fikom

Dosen adalah sosok yang berpengaruh terhadap tingkat keintelektualitas

mahasiswanya. Sehingga, kualitas dan efektivitas dosen menjadi penilaian utama sebelum diberikan tanggung jawab sebagai pengajar. Kedisiplinan juga menjadi hal utama yang harus diterapkan, dosen yang tidak menerapkan sikap disiplin dalam dirinya artinya tidak mampu menjadi panutan yang baik bagi mahasiswanya. Terkadang, sikap disiplin inilah yang sering diabaikan para dosen. Tidak adanya komitmen dari dosen dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai pengajar menjadi hal yang

Mahasiswa Keluhkan Dosen MangkirTidak sedikit dosen yang kerap mangkir dalam tugasnya. Mahasiswa dirugikan, lalu dimana peran fakultas?

(bersambung ke hal 3)

Page 2: Newsletter VI Edisi November 2012

2 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Editorial

Setiap reporter Diamma diberikan tanda pengenal berupa kartu pers. Tidak dianjurkan untuk memberikan insentif dalam bentuk apapun ketika

reporter kami bertugas.

Dari RedaksiPemimpin Redaksi

Tri Susanto Setiawan

Redaktur PelaksanaBagus Prayogo

Redaktur Dila Putri

Kordinator DesainKevin Erens Giri

LayouterAslan La Ode & Dila Putri

Pemimpin PerusahaanNovita Uli Utami

IklanFadhis Abby Putra

PemasaranKharis Karim

PercetakanKarlina Nur Hayati

ReporterFitriana Hidemi, Kharis Karim, Maria Ulfha, Rafiq Achmad, Dewi Savitri,

Mahesa Nur Syafe’i

Salam Mahasiswa!

Akhirnya, November ini Diamma kembali menerbitkan Newsletter edisi ke-enam. Di edisi kali ini, kami mencoba meningkatkan kepedulian mahasiswa

terhadap isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan.Tidak hanya berkutat pada dinamika kampus, kali ini kami coba mengangkat

isu-isu nasional bahkan internasional. Mulai dari polemik RUU Kamnas, hingga pengadaan alutsista baru sebagai pendukung pertahanan Indonesia. Bahkan,

pemberian gelar dari Ratu Inggris pun tak lepas dari sorotan kita.Sebagai bagian dari keluarga besar UPDM (B), tak lengkap rasanya jika kita

tak membahas isu kampus. Mengingat bahwa kebijakan yang dibuat pihak kampus berdampak langsung terhadap mahasiswa.

Mahasiswa adalah tingkatan tertinggi dalam jenjang pendidikan. Tugasnya pun berbeda dengan siswa. Tak hanya belajar, mahasiswa juga ‘penyambung lidah’

antara masyarakat dengan pemerintah. Oleh karena itu, kurang rasanya jika kita tidak membuka mata atas peristiwa yang sedang terjadi di dalam dan luar

kampus. Semoga berita yang kami sajikan bermanfaat bagi pembaca.

Selamat membaca!

Asiknya Belajar Jurnalis Di LPM DiammaOpen RecruitmentTersedia : Reporter, Editor, Kameramen, Fotografer, Ilustrator, Layouter, IT (Information Technology)Stsss ...... Khusus Angkatan 2011 & 2012

Page 3: Newsletter VI Edisi November 2012

3D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Kupas Kampus

Ruangan yang merupakan sarana penunjang aktifitas dalam kegiatan

keorganisasian, keefektifan kinerja dan kelangsungan untuk merencanakan program-program kerja. Lalu apa jadinya jika ruangan yang ada hanya dapat dimuati sebanyak empat orang? Terlebih, sering terjadi kebocoran yang dirasa sangat mengurangi kenyamanan bagi Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HMJ-HI), wadah kegiatan khusus mahasiswa FISIP ini. Himpunan mahasiswa yang memiliki anggota sebanyak 20 orang ini memutuskan untuk pindah ruang kegiatan. Menurut Novita Rakhmawati, guna mendapatkan ruangan yang lebih luas dan nyaman. “Alasannya yang utama, ruangan yang ada

Atap Bocor, HMJ-HI PindahanRuangan sempit, atap bocor, dan terdapat banyak tikus, menjadi alasan utama kepindahan markas Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional

buat mereka itu sudah tidak representative lagi untuk kegiatan mereka. Kegiatannya banyak, jumlah anggotanya juga banyak, secara kuantitas dan kualitas. Kuantitas dari jumlah lebarnya ruangan itu tidak cukup, secara kualitasnya juga tidak layak. Sudah bocor dan suka ada tikus,” ujar Kepala Program Studi HI tersebut. Pembenaran datang dari Ketua HMJ-HI periode 2012-1013, Fella Suvah, mengatakan tidak mungkin semua anggota dapat masuk ke ruangan yang berukuran 3x3 meter. “Ruangan kecil gak efektif juga,” ujarnya. Selain sempitnya ruangan, yang menjadi faktor ketidakefektifan kinerja HMJ-HI, kebocoran yang berasal dari toilet gedung Fakultas Ekonomi yang merembes ke dalam ruangan menyebabkan rusaknya dokumen-dokumen penting milik HMJ-HI.

Lanjutnya, karena terlalu sering bocor yang selalu direparasi oleh pihak management building, maka pihak HMJ-HI berencana untuk melakukan relokasi ke ruangan yang saat ini telah menjadi gudang, yakni ruangan yang bertempat di antara ruang 331 dan 332. “Karena kita lihat di situ lebih luas dari ruangan kita,” ucapnya.

Kondisi atap ruang HMJ-HI yang kerap bocor

Sambungan halaman 1

Kotak Apirasi, Efektifkah?

memiliki sistem penyaluran aspirasi yang sama. Bedanya, lembaga di FE memeriksa kotak tersebut setiap tiga minggu sekali. Untuk proses selanjutnya, lembaga mahasiswa FE pun akan menindaklanjuti aspirasi tersebut ke pihak fakultas. “Setelah satu minggu kemudian, kita tanyakan lagi ke pihak fakultas soal aspirasi tersebut,” ungkap Yoga Luqman Hukkama yang kini menjabat sebagai ketua BPM FE. Menurut Yoga, rata-rata yang dikeluhkan mahasiswa

saat ini adalah lahan parkir yang sempit, fasilitas, juga dosen yang sering telat. “Kalau soal lahan parkir gak mungkin terealisasi dengan cepat. Tapi untuk dosen yang sering telat itu sudah tercapai, sekarang sudah berkurang dosen yang sering telat,” tambahnya. Tanggapan positif perihal pengadaan kotak aspirasi mahasiswa datang dari Anindita Putri. Mahasiswi Fikom 2011 ini mengatakan bahwa kotak aspirasi tersebut adalah wadah untuk menampung keluh kesah dan apresiasi mahasiswa tentang kualitas fasilitas yang disediakan oleh pihak kampus. Ia juga

berharap agar semua aspirasi yang telah ditampung dapat disalurkan dengan baik. Sayangnya, FISIP belum memiliki fasilitas tersebut. Ketika dimintai konfirmasi, Wulan yang baru menjabat sebagai ketua BPM FISIP mengatakan bahwa kotak aspirasi telah menjadi salah satu program kerjanya. Menurutnya, kotak yang akan menjadi media penyampaian suara mahasiswa tersebut akan ditempatkan di titik yang telah ditentukan, sehingga mahasiswa dapat menyampaikan aspirasnya kapanpun.

D Dewi Savitri

D

Mahesa Nur Syafe’I

Foto : Dew

i Savitri

Page 4: Newsletter VI Edisi November 2012

4 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Kupas Kampus

Sambungan halaman 1

merugikan bagi mahasiswa. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya mahasiswa yang mengeluhkan kinerja dosen di dalam kelas, terutama jika ditinjau dari tingkat kehadiran dosen yang masih perlu disorot untuk menjadi bahan evaluasi bagi pihak fakultas. “Masih ada sebagian dosen yang jarang masuk karena melanjutkan studi S2-nya. Tapi balik lagi, seharusnya dipilih dosen yang fleksibel biar mahasiswa bisa lebih efektif dalam belajar,” ujar Uray Anggi Diah Prima, mahasiswi Fikom 2009. Senada dengan anggi, Heny K. Wulan, mahasiswi FISIP 2010 juga menyampaikan keluhannya. “Masih banyak dosen yang kinerjanya nggak bagus dan seenaknya aja,” tuturnya. Ketidakhadiran dosen tanpa pemberitahuan sebelumnya dengan alasan yang tidak jelas sering juga diterima mahasiswa, “Ada beberapa dosen yang suka telat, dan kadang nggak ngasih pemberitahuan sebelumnya. Kebanyakan pemberitahuannya mendadak hari itu saja,” ujar Amaliana Kartika mahasiswi FE 2010. Untuk menanggulangi kekurangan tersebut, Paiman Raharjo selaku Wakil Dekan III FISIP menuturkan bahwa mekanisme fakultas dalam menilai kinerja dosen ada dua, dengan evaluasi menggunakan angket pada setiap semester dan dengan aduan tertulis dari mahasiswa melalui BPM atau Senat Mahasiswa. Pengaduan tersebut akan ditindaklanjuti oleh pihak fakultas agar dosen yang bersangkutan diberi teguran. Aturan mengenai kedisiplinan untuk para dosen juga

telah diterapkan oleh fakultas, “Jadi untuk dosen yang tiga kali berturut-turut tidak masuk, tidak diijinkan untuk mengajar. Contohnya sudah terbukti, ada beberapa dosen yang sampai sekarang tidak diberi ijin mengajar karena berturut-turut tidak masuk,” jelas Paiman. Tidak hanya di FISIP saja, FE juga memiliki aturan-aturan tertentu untuk dosen. Hal tersebut diakui oleh Agung Setyo Hadhi, selaku Wakil Dekan III FE. “Ada ketentuan-ketentuan untuk dosen, jika dosen sering tidak masuk maka akan diganti dan sudah banyak kasusnya,” ujarnya. Agung berharap dosen bisa mengikuti aturan yang berlaku dan harus bersikap sesuai visi misi fakultas sendiri, yaitu melayani mahasiswa dengan baik. Mungkin aturan ini juga diterapkan Fakultas Komunikasi. Namun ketika disambangi di ruangannya untuk dimintai keterangannya, Prasetya Yoga Santosa selaku Wakil Dekan III Fikom sedang tidak berada di ruangan. Walaupun pihak-pihak terkait mengaku sudah menetapkan beberapa ketentuan mengenai kedisiplinan tersebut, tetap saja masih ada dosen yang mengabaikannya, sehingga wajar bila masih banyak mahasiswa yang kecewa terhadap kinerja beberapa dosen yang mengajarnya.

Harapan untuk kinerja dosen yang lebih baik terus terlontar, baik dari mahasiswa maupun pihak fakultas sendiri. “Untuk kedepannya semoga dosen harus diberi teguran keras dari dekan atau rektor sekaligus agar tidak seenaknya” ujar Heny. Sama halnya dengan Heny, Paiman juga melontarkan harapan yang membangun untuk kinerja dosen kedapannya agar menjadi lebih baik. “Dosen juga harus punya komitmen. Sementara ini kan banyak alasan mungkin gaji di sini tidak cukup artinya namanya itu tanggung jawab ya harus tetap memiliki komitmen. Mahasiswa itu kan siswa, dosen itu kan sebagai contoh dulu,” ujar Paiman menutup perbincangan.

Paiman Raharjo, Wakil Dekan III FISIP

D

Maria Ulfha

Foto : Maria U

lfha

Page 5: Newsletter VI Edisi November 2012

5D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Fenomena

Dalam memenuhi undangan dari Ratu Inggris Elizabeht II, Presiden SBY yang tiba

di London pada selasa (30/10), menerima penghargaan ’Knight Grand Cross in the Order of the Bath’. Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, penghargaan yang diterima Presiden RI diberikan kepada mereka yang memiliki prestasi menonjol baik dari kalangan militer maupun masyarakat sipil. Selain itu, SBY juga dianggap mampu menjaga hubungan bilateral Indonesia-Inggris, proses demokratisasi, dan lingkungan hidup. Perihal penerimaan gelar tersebut, Presiden SBY sempat mengatakan bahwa rakyat Indonesia patut bangga akan penghargaan yang didapatnya tersebut. Namun, pernyataan itu menimbulkan persepsi Indonesia ada dibawah tangan Inggris. Banyak kejanggalan perihal pemberian gelar tersebut. Pertama, gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of the Bath’ ini sangat kental dengan istilah dan ritual agama Nasrani Cross yang berarti Salib, juga Bath yang terinspirasi dari ritual pembabtisan. Padahal, kita ketahui bersama bahwa Presiden Republik Indonesia memeluk agama Islam. Kedua, terkait dengan kerja sama pembangunan kilang LNG Tangguh. Sementara pemerintah dengan senang hati memberi kekayaan sumber daya alamnya ke pihak asing. Hal ini disinyalir

merupakan bentuk pembelaan SBY terhadap pihak Inggris. Ini jugalah yang semakin meredupkan citra Pemerintah Indonesia di mata masyarakatnya. Novita Rakhmawati, Kepala Program Studi Hubungan Internasional UPDM(B mengatakan bahwa citra Indonesia di luar negeri terbilang baik. Ketika ditanya apakah gelar tersebut dapat memperbaiki citra SBY di tanah air. Menurutnya, masyarakat sekarang ini sudah lebih pintar dalam menilai pemimpin seperti apa yang memang bagus dan citra pemimpin tidak dapat dinilai hanya dengan satu gelar. Lebih lanjut, Novita juga mengatakan bahwa Presiden Indonesia lebih mengikuti apa yang diinginkan oleh negara maju. Dalam beberapa kesempatan Presiden SBY terkesan lebih mengikuti keinginan negara maju dalam membentuk hubungan internasional yang baik, dari pada membentuk pendirian Indonesia yang dapat maju dengan mandiri. Terkait dengan perekonomian, pemberian gelar dan pujian oleh Ratu Inggris tersebut disinyalir sebagai icin untuk perusahaan asing asal Kerajaan Britania Raya ini. Seperti

yang dilansir oleh berbagai media, perusahaan minyak asal Inggris, British Petroleum, akan meramaikan pasar perekonomian Indonesia dan siap bersaing dengan Pertamina, Shell, Petronas, Total dan Caltex. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Menteri ESDM Indonesia. Penandatanganan Perjanjian untuk British Petroleum yang dilakukan bersamaan dengan pemberian gelarnya disebut-sebut sebagai bentuk tukar-guling atas ijin eksploitas kekayaan alam Indonesia. Fadra dosen jurusan Hubungan Internasional UPDM(B) mempertanyakan prestasi Presiden SBY terkait pemberian gelar tersebut. “Masih banyak kemiskinan dan juga Tenaga Kerja Indonesia yang masih mengais nafkah di negara orang,” ujarnya. Terkait dengan prestasi SBY dalam hal demokrasi, Gerardus S. Kalis menilai bahwa Indonesia gagal, begitu pula dalam bidang lingkungan hidup. Buktinya, investasi yang dilakukan asing hingga saat ini cenderung merugikan masyarakat pribumi dan justru merusak lingkungan Indonesia.

Gelar Ksatria SBY Tuai KontroversiPresiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan gelar “Knight Grand Cross in the Order of the Bath”, tertinggi dari penghargaan Ordo Bath, Kamis (1/11) waktu setempat.

Presiden SBY bersama Ibu Negara ketika menghadiri undangan dari Ratu Inggris

Foto : Doc. G

oogle

DKharis Karim

Page 6: Newsletter VI Edisi November 2012

6 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Fenomena

Indonesia, meski telah 67 tahun merdeka, tak pelak berbagai konflik-konflik kerap terjadi.

Tak heran jika banyak masyarakat yang berharap Indonesia dapat menjadi bangsa yang damai di tengah multikulturalisme yang menyelimuti. Hal ini tentunya menjadi pusat perhatian karena keamanan adalah faktor penting dalam suatu negara. Pada (23/10), diadakan rapat di pansus RUU Kamnas di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Rancangan yang telah menjadi pembahasan sejak Maret 2011 tersebut hingga kini belum disahkan karena ada pembahasan yang tak kunjung rampung. Banyak masyarakat yang khawatir karena ada beberapa pasal yang mengandung kata-kata yang dianggap ‘berbahaya’ dalam proses pelaksanaannya jika RUU ini disahkan. Seperti Pasal 14 ayat 1, misalnya, berbunyi ‘status darurat militer diberlakukan apabila terjadi kerusuhan sosial’. Berbagai protes pun mencuat. Politisi PDI Perjuangan misalnya, menurut artikel salah satu situs berita, bahwa untuk kerusuhan sosial yang sifatnya rendah, tidak perlu diberlakukan darurat militer. Berbagai pasal lain pun turut menuai kontroversi, baik dari politisi maupun masyarakat. Pasal 17 ayat 24 yang berbunyi ‘ketentuan mengenai ancaman potensial dan aktual diatur dengan Peraturan Presiden’ pun turut menuai berbagai pendapat. Tapi salah satu pasal yang cukup

santer disuarakan penolakannya adalah Pasal 32 ayat 2 mengenai pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan keamanan nasional lewat komponen cadangan dan komponen pendukung. Banyak pihak yang khawatir pasal-pasal tersebut dapat menjadi landasan Pemerintah untuk kembali pada jaman pemerintahan Orde Baru. “Pemilihan Presiden tahun 2004 kan calonnya jendral semua, saya takut aja kalau nanti kembali ke jama Orde Baru,” ujar Nugroho Tri Kusumo, mahasiswa Fikom 2009. Dalam rancangan ini, Komisi I DPR juga pernah mengadakan pembicaraan mengenai Wajib Militer yang diajukan sebagai Rancangan Undang-undang Komisi Cadangan (RUU Komcad). Namun, hal tersebut ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan karena pembahasannya yang belum memadai. Wacana mengenai Wajib Militer inilah yang membuat masyarakat sipil kian gelisah dan tidak setuju akan dibentuknya RUU Kamnas. Menanggapi hal tersebut, Yudha Kurniawan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPDM(B) mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang dapat

disalahkan di sini. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya, kekhawatiran masyarakat sipil terhadap RUU Kamnas adalah hal yang wajar, menurut Yudha, dapat dikatakan bahwa hal ini justru cenderung sekresi (rahasia, -RED). “Semestinya, ketika RUU dikeluarkan sosialisasi kepada masyarakat juga harus jelas,” tuturnya. Lebih lanjut, Yudha juga mengatakan bahwa tidak dapat disalahkan jika pada akhirnya ada masyarakat yang khawatir akan dominasi dari pihak TNI. Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai RUU Kamnas ini. Karena, ketika ada pihak yang tidak setuju dengan Undang-Undang, maka ia bebas mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Konstitusi. Yudha berharap masyarakat bisa terus mengawal RUU Kamnas ini. Dan sudah selayaknya pengawalan tersebut tidak disertai prasangka buruk, karena pada dasarnya rancangan ini disusun atas dasar kebaikan walaupun masih ada yang perlu diperbaiki.

RUU Keamanan Nasional, Solusi atau Masalah?Siapa sangka Undang- Undang yang bertujuan mengamankan Negara malah justru meresahkan masyarakat.

Aksi penolakan RUU Kamnas oleh mahasiswa beberapa waktu lalu

Foto : Doc. G

oogle

D

Fitri Hidemi

Page 7: Newsletter VI Edisi November 2012

7D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Goresan Mahasiswa

Setelah sekian lama melewati berbagai polemik baik di dalam maupun luar negeri,

disela-sela pameran Indo Defence 2012 di JIExpo Kemayoran, Jakarta pada 8 November 2012 akhirnya pemerintah Indonesia lewat Kementerian Pertahanan menandatangani MoU dengan pemerintah Jerman lewat perusahaan Rheinmetall AG. Sementara penandatanganan kontrak pembelian 150 unit tank dari perusahaan Rheinmetall, Jerman senilai US$ 280 Juta yang meliputi 40 unit tank Leopard 2A4, 63 unit tank Leopard 2 Revolution RI, 50 unit tank medium Marder 1A3 dan 10 unit tank pendukung, ditargetkan rampung pada bulan ini. Proses pengadaan Main Battle Tank Leopard 2 bagi TNI-AD diliputi polemik panjang, mulai dari ketidak setujuan anggota DPR akan kecocokan tank berbobot 60 ton itu untuk kondisi geografis Indonesia, penolakan dari LSM-LSM HAM serta penolakan dari berbagai pihak diluar negeri. Menurut beberapa anggota DPR dan pengamat militer diawal proses, pengadaan tank Leopard ini dinilai terlalu berat untuk medan di Indonesia sehingga dikhawatirkan akan mengganggu mobilitasnya. Namun pihak TNI-AD menyatakan sudah melakukan pertimbangan serius melalui serangkaian riset pra-pengadaan atas pemilihan Leopard 2 sebagai calon MBT TNI-AD dan menyimpulkan bahwa kondisi geografis Indonesia bukanlah halangan bagi operasional tank Leopard.

Pada awalnya TNI berencana membeli tank Leopard 2A6 milik AD Belanda yang menjual sebagian besar stok Leopard 2A6 miliknya untuk penghematan anggaran negara karena Belanda sedang terkena dampak krisis keuangan Eropa. Februari 2012 TNI sudah mengirimkan tim ke Belanda untuk menegosiasikan pembelian tank Leopard 2A6 milik AD Belanda secara langsung tanpa rekanan atau makelar. Negosiasi tersebut berjalan mulus dan dicapai kesepakatan antara keduabelah pihak. Namun ternyata kesepakatan tersebut tidak dapat berlanjut menjadi kontrak karena pada Juni 2012 Parlemen Belanda yang dikuasai Partai Buruh secara resmi menolak penjualan tank-tank Leopard tersebut ke Indonesia dengan alasan bahwa Indonesia masih beresiko tinggi dalam pelanggaran HAM. Ditengah ketidakpastian pembelian dari Belanda, Markas Besar Angkatan Darat memutuskan untuk menjalankan skenario kedua, yaitu membeli tank Leopard langsung dari negara pembuatnya, Jerman. Mengetahui hal ini Komisi I DPR-RI akhirnya melunak dan pada Agustus 2012 menyetujui rencana pembelian tank Leopard 2 dari Jerman. TNI pun memutuskan membeli dari Rheinmetall karena harga yang ditawarkan lebih rendah namun kemampuan tank yang ditawarkan lebih canggih yaitu Leopard 2 Revolution. Pembelian tank Leopard dari Jerman juga tidak lepas dari kontroversi, Partai Hijau

di Parlemen Jerman menolak penjualan tank Leopard ke Indonesia lagi-lagi dengan alasan Indonesia masih rentan dengan pelanggaran HAM, namun hal ini tidak menjadi penghalang karena Partai Hijau merupakan partai minoritas di Parlemen Jerman sehingga suaranya tidak mewakili Parlemen Jerman secara keseluruhan. Menurut Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Syamsoeddin saat ini tank-tank Leopard pesanan Indonesia sudah dalam tahap produksi, sementara semua keperluan administrasi telah selesai dan disempurnakan dengan penandatangann MoU pada Kamis (8/11). Diperkirakan tank-tank Leopard 2 pesanan Indonesia akan mulai tiba pada awal tahun 2013 serta pengiriman ditargetkan akan selesai pada tahun 2014. Pembelian MBT Leopard 2 ini merupakan yang pertama dalam sejarah TNI-AD, selama ini TNI-AD hanya mengoperasikan tank ringan jenis AMX-13 buatan Perancis dan Scorpion buatan inggris. Sementara bila melihat peta kekuatan regional, negara-negara tetangga Indonesia sudah mengoperasikan MBT. Maka pengadaan Tank Leopard 2 merupakan sebuah kebutuhan bagi TNI-AD untuk mencapai Minimum Essential Force pada 2015, karena MBT merupakan elemen utama dan tulang punggung dalam perang kavaleri serta merupakan elemen bantuan yang handal dalam perang infanteri. Selain itu keberadaan tank Leopard 2RI menjadi tambahan kekuatan yang signifikan bagi kemampuan perang TNI-AD serta dapat menambah faktor deterrent bagi Indonesia di kawasan.

Jalan Panjang Sang Leopard

Penulis: Pandu Bias Ramadhan Mahasiswa FISIP-HI 2010

D

Page 8: Newsletter VI Edisi November 2012

8 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Merekam Jejak Prof. Dr. MoestopoBerdirinya Universitas

Prof.Dr.Moestopo (Beragama) tak lepas

dari sosok Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Alm. Prof. Dr. Moestopo Os.Orth Prosth Pedol DHE. Biol.Panc Spn yang lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur 13 Juli 1913 dan wafat di Bandung, Jawa Barat, 29 September 1986 pada usia 73 tahun. Menurut situs www.pahlawanindonesia.com, anak keenam dari Raden Koesoemowinoto ini pernah menempuh pendidikan di STOVIT (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi), Surabaya. Untuk lebih mengenal sosok pendiri kampus merah putih ini, kita lihat pandangan dari Rahmat (R) pedagang yang berjualan di sekitar UPDM (B) sejak 1963, Sofyan (S) Dosen yang mengabdi sejak 1974, dan Gerardus S. Kalis (G) mahasiswa Fikom 2009 mengenai sosok beliau. Bagaimana sosok Pak Moes dimata mereka?

R: “Moestopo kalau jajan dulu suka nebeng sama mahasiswa, walaupun pangkat bintangnya emas tetapi tidak sombong.” S: “Pak Moestopo itu sosok yang gagah, seorang pahlawan yang menggerakan para pemuda dalam menurunkan bendera belanda pada 10 November.”G: “Yang gue tahu pak Moestopo itu pernah memberikan kursus gratis kepada 2000 tukang gigi setiap seminggu sekali, karena menurutnya para tukang gigi itu punya kemampuan walaupun tidak memiliki title pendidikan.”

Perbedaan apa yang terasa ketika Pak Moes masih ada di kampus dengan saat ini?R: “Kalau dulu mahasiswanya lebih rapih, tertib, tidak ada yang memakai sandal dan celana pendek. Dulu itu semua mahasiswa dan dosen itu kalau masuk kampus harus memakai pin merah putih di dada kalau

Foto : Doc. G

oogle

DDewi Savitri

Selasar

tidak, disuruh pulang.”S: “Dulu kalau dosen tidak ada, mahasiswa yang sedang nongkrong-nongkrong langsung di tegur sama pak moestopo, disuruh ke perpustakaan untuk belajar karena kalau mahasiswa kesini itu untuk belajar bukan main.” Di tengah keadaan yang serba modern yang bisa melunturkan sikap-sikap pengamalan Pancasila yang sudah diajarkan dan dibiasakan dengan baik oleh Pak Mosetopo. Maka kita harus menjaga dan memelihara ajaran Pak Moestopo.

Mayjen (Purn) Alm. Prof. Dr. Moestopo