newsletter 2

2
Musim semi dan musim panas menandai dedikasi PPI Lyon untuk mempromosikan budaya Indonesia. Dimulai dari bulan April 2014, PPI Lyon menyelenggarakan acara pentas kebudayaan Soiree Culturelle Indonesienne. Dua bulan kemudian, kemeriahan budaya Indonesia dipersembahkan para pelajar Indonesia lewat parsipasi di acara Fete des Bannieres du Monde yang diadakan oleh Kota Lyon. Soirée Culturelle Indonésienne Akhir pekan tanggal 19 April 2014, bertempat di CCO Villeurbanne, PPI Lyon sukses menggelar Soiree Culturelle Indonesienne yang menarik tak kurang dari 150 warga Lyon untuk hadir. Di penyelenggaraan keempatnya, panggung budaya Indonesia tahun ini mengusung tema “Bhinneka Tunggal Ika”, karakter bangsa yang menunjukkan kesatuan dalam keragaman budaya Indonesia. Tema tersebut diejawantahkan dalam suguhan utama yaitu pentas teater yang menceritakan tentang sejarah Indonesia melalui mata ga anak muda yang berbeda latar belakang suku dan budayanya. Tak hanya itu, penonton juga diajak untuk melihat tari tradisional Indonesia dari Sabang hingga Merauke lewat persembahan Tari Saman dari Aceh, Tari Lenggang Nyai dari Jakarta, serta Tari Belibis dan Manuk Rawa dari Bali. Identas bangsa Indonesia juga ditampilkan lewat seremoni upacara bendera lengkap dengan Paskibra yang menjadi penutup cerita. Selain pertunjukan, penonton juga dimanjakan dengan kuliner khas Indonesia. Louis, seorang warga Lyon yang datang menyampaikan apresiasinya, Pentas yang bagus sekali, menghibur, dan memberi pengetahuan tentang Indonesia”. Tidak hanya bagi warga asing, Ketua Pelaksana SCI, Lygia juga merasa bahwa ia belajar banyak dari acara ini. “SCI mengajarkan saya untuk lebih mencintai Indonesia”, ujarnya. PPI Lyon sebagai penyelenggara juga mengucapkan terima kasih kepada KBRI Paris, KWRI Unesco, Indonesian Trade Promoon Center, dan Anim’ Entracte yang telah mendukung jalannya acara ini. Fête des Bannières du Monde Fete des Bannieres merupakan fesval budaya tahunan yang diselenggarakan oleh Kota Lyon dengan mengundang asosiasi warga asing yang ada di Lyon. Berlokasi di Place Bellecour, tanggal 14 Juni 2014, acara yang mengambil tema “Seluruh Dunia dalam Solidaritas” ini menyuguhkan stand seap negara, panggung budaya, serta defile baju adat internasional. Tahun ini, PPI Lyon kembali menjadi wakil Indonesia untuk mengenalkan seni budaya dan serta mempromosikan pariwisata nusantara. Sejak dibuka, stand Indonesia sudah dipada pengunjung yang berdiskusi dan bertanya mengenai Indonesia sambil mencicipi jajanan khas Indonesia, wingko babat dan lumpia. Dekorasi stand yang memadukan ornamen Bali dan wayang, menarik perhaan pengunjung, ditambah dengan prakk membak serta paduan musik angklung. Kebanyakan pengunjung antusias untuk mengetahui desnasi wisata utama seper Bali, Lombok, Jogjakarta, dan Bromo. “Kami sekeluarga akan pergi ke Bali Agustus nan sehingga kami sangat senang bisa menemui orang Indonesia di sini sebelumnya”, tutur Henry, warga Lyon. Indonesia juga unjuk gigi lewat defile pakaian adat dari 15 provinsi. Iringan gendang dan tabuik senggi 7 m membuat barisan Indonesia paling meriah dan menarik perhaan. Corrinne, seorang Ibu yang hadir, menunjukkan kekagumannya, “Jujur saya dak terlalu tahu Indonesia sebelum ini, tapi menurut saya penampilan Indonesia adalah yang terbaik, juga dengan Pulau Komodo, saya pikir Indonesia adalah tempat yang spektakuler”. Anggota PPI Lyon pun merasa haru dan bangga. “Dengan adanya acara ini, orang-orang bisa mengenal budaya Indonesia langsung, dan lebih menyeluruh”, ujar Guska, ketua pania, di sela-sela persembahan Tari Pendet yang menjadi penutup parsipasi Indonesia. Berada jauh di negeri orang dak membuat para pelajar Indonesia di Lyon lantas apas dengan pesta demokrasi rakyat Indonesia. PPI Lyon mencatat sebagian besar pelajar Indonesia menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Presiden 9 Juli. Menurut Diani (20 tahun), pilihan untuk memilih lewat surat memudahkan pelajar di Lyon yang dak bisa datang ke Paris. Internet juga menjadi sarana bagi para pelajar untuk akf mencari informasi tentang kandidat ataupun berdiskusi tentang kondisi polik dalam negeri. Seper Citra (22 tahun) yang baru pertama kali mencoblos di luar negeri, “Aku baca banyak arkel dari website dan social media, juga diskusi dengan teman-teman dan keluarga” . Menanggapi adanya anggapan bahwa anak muda, apalagi yang berada di luar negeri, seringkali dicap dak peduli pada polik, Raphael (21 tahun) menyatakan hal sebaliknya. “Justru keka jauh, makin tumbuh nasionalisme, yang apas akhirnya jadi ikut kris dan peduli”, ujarnya. Sungguh, keka anak muda berniat jadi penggerak perubahan, jarak pun tak pernah jadi halangan. MERAYAKAN KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA PESTA DEMOKRASI DI INDONESIA: APATIS BUKAN PILIHAN PPI LYON • 4 Bis Rue Victor Jara 69100 VILLEURBANNE • [email protected]Aulia N (0615430556) - Ikhsan P (0605917468) SUARA PELAJAR BULETIN BIMESTRIAL DARI PERSATUAN PELAJAR-PELAJAR INDONESIA DI LYON (PPI LYON) #02 Edisi Musim Panas Sruktur PPI Lyon 2013-2014 Ketua : Ikhsan Putra Wakil ketua : Fathin Wicaksono Sekretaris : Btari Chandra Bendahara : Tiara Kurniasari Dewi Seksi internal : Diani Ayudya Seksi eksternal : Aulia Nas Seksi logisk : Riski Permana Media dan design : Jeremia Yonathan Badan musyawarah : Reyner AGENDAKAMI 29 Juli Perayaan Idul fitri 17 Agustus Hari Kemerdekaan Indonesia 23 September Forum des Langues du Monde 28 September Les Îles des Rêves

Upload: ppilyon

Post on 12-Aug-2015

106 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Musim semi dan musim panas menandai dedikasi PPI Lyon untuk mempromosikan budaya Indonesia. Dimulai dari bulan April 2014, PPI Lyon menyelenggarakan acara pentas kebudayaan Soiree Culturelle Indonesienne. Dua bulan kemudian, kemeriahan budaya Indonesia dipersembahkan para pelajar Indonesia lewat partisipasi di acara Fete des Bannieres du Monde yang diadakan oleh Kota Lyon.

Soirée Culturelle IndonésienneAkhir pekan tanggal 19 April 2014, bertempat di CCO Villeurbanne, PPI Lyon sukses menggelar Soiree Culturelle Indonesienne yang menarik tak kurang dari 150 warga Lyon untuk hadir. Di penyelenggaraan keempatnya, panggung budaya Indonesia tahun ini mengusung tema “Bhinneka Tunggal Ika”, karakter bangsa yang menunjukkan kesatuan dalam keragaman budaya Indonesia.

Tema tersebut diejawantahkan dalam suguhan utama yaitu pentas teater

yang menceritakan tentang sejarah Indonesia melalui mata tiga anak muda yang berbeda latar belakang suku dan budayanya. Tak hanya itu, penonton juga diajak untuk melihat tari tradisional Indonesia dari Sabang hingga Merauke lewat persembahan Tari Saman dari Aceh, Tari Lenggang Nyai dari Jakarta, serta Tari Belibis dan Manuk Rawa dari Bali. Identitas bangsa Indonesia juga ditampilkan lewat seremoni upacara bendera lengkap dengan Paskibra yang menjadi penutup cerita. Selain pertunjukan, penonton juga dimanjakan dengan kuliner khas Indonesia. Louis, seorang warga Lyon yang datang menyampaikan apresiasinya, “Pentas yang bagus sekali, menghibur, dan memberi pengetahuan tentang Indonesia”. Tidak hanya bagi warga asing, Ketua Pelaksana SCI, Lygia juga merasa bahwa ia belajar banyak dari acara ini. “SCI mengajarkan saya untuk lebih mencintai Indonesia”, ujarnya. PPI Lyon sebagai penyelenggara juga mengucapkan terima kasih kepada KBRI Paris, KWRI Unesco, Indonesian Trade

Promotion Center, dan Anim’ Entracte yang telah mendukung jalannya acara ini.

Fête des Bannières du MondeFete des Bannieres merupakan festival budaya tahunan yang diselenggarakan oleh Kota Lyon dengan mengundang asosiasi warga asing yang ada di Lyon. Berlokasi di Place Bellecour, tanggal 14 Juni 2014, acara yang mengambil tema “Seluruh Dunia dalam Solidaritas” ini menyuguhkan stand setiap negara, panggung budaya, serta defile baju adat internasional. Tahun ini, PPI Lyon kembali menjadi wakil Indonesia untuk mengenalkan seni budaya dan serta mempromosikan pariwisata nusantara. Sejak dibuka, stand Indonesia sudah dipadati pengunjung yang berdiskusi dan bertanya mengenai Indonesia sambil mencicipi jajanan khas Indonesia, wingko babat dan lumpia. Dekorasi stand yang memadukan ornamen Bali dan wayang, menarik perhatian pengunjung, ditambah dengan praktik membatik serta paduan musik angklung. Kebanyakan pengunjung

antusias untuk mengetahui destinasi wisata utama seperti Bali, Lombok, Jogjakarta, dan Bromo. “Kami sekeluarga akan pergi ke Bali Agustus nanti sehingga kami sangat senang bisa menemui orang Indonesia di sini sebelumnya”, tutur Henry, warga Lyon.

Indonesia juga unjuk gigi lewat defile pakaian adat dari 15 provinsi. Iringan gendang dan tabuik setinggi 7 m membuat barisan Indonesia paling meriah dan menarik perhatian. Corrinne, seorang Ibu yang hadir, menunjukkan kekagumannya, “Jujur saya tidak terlalu tahu Indonesia sebelum ini, tapi menurut saya penampilan Indonesia adalah yang terbaik, juga dengan Pulau Komodo, saya pikir Indonesia adalah tempat yang spektakuler”. Anggota PPI Lyon pun merasa haru dan bangga. “Dengan adanya acara ini, orang-orang bisa mengenal budaya Indonesia langsung, dan lebih menyeluruh”, ujar Gustika, ketua panitia, di sela-sela persembahan Tari Pendet yang menjadi penutup partisipasi Indonesia.

Berada jauh di negeri orang tidak membuat para pelajar Indonesia di Lyon lantas apatis dengan pesta demokrasi rakyat Indonesia. PPI Lyon mencatat sebagian besar pelajar Indonesia menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Presiden 9 Juli. Menurut Diani (20 tahun), pilihan untuk memilih lewat surat memudahkan pelajar di Lyon yang tidak bisa datang ke Paris. Internet juga

menjadi sarana bagi para pelajar untuk aktif mencari informasi tentang kandidat ataupun berdiskusi tentang kondisi politik dalam negeri. Seperti Citra (22 tahun) yang baru pertama kali mencoblos di luar negeri, “Aku baca banyak artikel dari website dan social media, juga diskusi dengan teman-teman dan keluarga” . Menanggapi adanya anggapan bahwa anak muda, apalagi yang berada di luar

negeri, seringkali dicap tidak peduli pada politik, Raphael (21 tahun) menyatakan hal sebaliknya. “Justru ketika jauh, makin tumbuh nasionalisme, yang apatis akhirnya jadi ikut kritis dan peduli”, ujarnya. Sungguh, ketika anak muda berniat jadi penggerak perubahan, jarak pun tak pernah jadi halangan.

MERAYAKAN KERAGAMAN

BUDAYA INDONESIA

PESTA DEMOKRASI DI INDONESIA: APATIS

BUKAN PILIHAN

PPI LYON • 4 Bis Rue Victor Jara 69100 VILLEURBANNE • [email protected] • Aulia N (0615430556) - Ikhsan P (0605917468)

SUARA PELAJAR BULETIN BIMESTRIAL DARI PERSATUAN PELAJAR-PELAJAR INDONESIA DI LYON (PPI LYON)

#02Edisi Musim

Panas

Sruktur PPI Lyon 2013-2014

Ketua : Ikhsan PutraWakil ketua : Fathin WicaksonoSekretaris : Btari ChandraBendahara : Tiara Kurniasari DewiSeksi internal : Diani AyudyaSeksi eksternal : Aulia NastitiSeksi logistik : Riski PermanaMedia dan design : Jeremia Yonathan Badan musyawarah : Reyner

AGENDAKAMI29 Juli Perayaan Idul fitri17 Agustus Hari Kemerdekaan Indonesia23 September Forum des Langues du Monde28 September Les Îles des Rêves

Printemps et l’été marquent le dévouement de PPI Lyon pour promouvoir la culture indonésienne. Au mois d’avril 2014, PPI organise des spectacles culturels, Soirée Culturelle Indonésienne. Deux mois plus tard, au juin, les étudiants Indonésiens continuent à diffuser les festivités à travers de la participation à la Fête des Bannières du Monde organisé par la Ville de Lyon.

Soirée Culturelle IndonésienneLe week-end du 19 Avril 2014, au CCO Villeurbanne, PPI Lyon a organisé avec succès la Soirée Culturelle indonésienne (SCI) grâce à la coopération avec l’Ambassade d’Indonésie, Consulat de l’UNESCO, ITPC de Lyon, et Anim’Entracte . En découvrant de la nouvelle culture intéressante, plus de 150 citoyens Lyonnaises sont venus. Dans sa quatrième fois de réalisation, cette année, le comité a apporté l’événement sous le thème “Bhinneka Tunggal Ika”, qui montre l’unité de la nation dans la diversité de la culture.Ce thème était incarné dans un spectacle de théâtre sur l’histoire de l’Indonésie,

raconté par trois jeunes Indonésiens en provenance de différentes origines ethniques et culturelles. Non seulement cela, le public est également invité à voir les danses traditionnelles de l’Indonésie de Sabang à Merauke : Saman de la province d’Aceh, Lenggang Nyai de Jakarta, ainsi que Belibis et Manouk Rawa de Bali. En représentant de l’identité nationale Indonésienne, à la fin de l’histoire, les étudiants ont mené la cérémonie de l’Independence avec Paskibra (Le Troupes des éleveurs de drapeau). Au-delà de l’art, il faut aussi souligner la particularité de la dégustation traditionnelle Indonésienne. Louis, l’un des habitants Lyonnais qui est venu, a exprimé sa satisfaction, “La soirée est très super, ça me faire la connaissance de l’Indonésie”. Non seulement pour les étrangers, chef du comité de SCI, Lygia, a également constaté qu’elle a beaucoup appris de cet événement. «SCI m’a appris à aimer l’Indonésie» , dit-elle.

Fête des Bannières du MondeLes 14 juin 2014, à la Place de Bellecour,

Lyon sera délibérément placée sous le signe de l’International dans La fête des Bannières du Monde. Dans cet événement culturel annuel, organisé par la Ville de Lyon, pas moins de 60 pays sont représentés. C’était un véritable tour du monde qui a rassemblé les peuples et les cultures dans un élan festif et solidaire. Quelques programmes ont eu lieu : stand, folklore, danse, musique, artisanat, gastronomie. Cette année, PPI Lyon a représenté l’Indonésie à introduire l’art et la culture ainsi qu’à promouvoir la tourisme de l’archipel.

Depuis son ouverture, les visiteurs sont enthousiastes à se rendre au stand d’Indonésie pour se renseigner sur l’Indonésie en dégustant la culinaire Indonésienne : «wingko babat» et «lumpia». La décoration composée de la mixte des ornaments Balinaises et des marionettes «wayang» ont attiré l’attention, et aussi la pratique de batik et musique traditionelle «angklung». La plupart des visiteurs ont envie de plus de connaître les destinations touristiques principals, telles que Bali, Lombok,

Jogjakarta, et Bromo. «On va aller à Bali cet été, donc on est heureux de savoir mieux Indonésie», a dit Henry, un habitant de Lyon.

Après-midi, l’équipe d’Indonésie a présenté son défile de costume traditionnelle. En proposant d’une ambiance colorée, rythmée et festive, accompagnement des tambours et «Tabuik», notre pays a attiré toute l’attention de public. Corrinne, une dame qui était là, montrant son admiration: «Honnêtement, je ne sais pas beaucoup l’Indonésie, mais vous avez presenté le meilleur défilé, c’était spectaculaire”. Les membres de PPI Lyon sentaient également l’émotion et la fierté. «Dans un jour, les gens, sourtout les étrangers apprennent à connaître la culture de l’Indonésie plus approfondie. Cet événement nous permets d’interragir mieux aussi», a déclaré Gustika, président de la commission, au milieu de spectacle de danse « Pendet ».

Vivant à l’étranger, loin de son pays, ne rend pas les étudiants indonésiens à Lyon, puis d’être apathie de la fête démocratique Indonésien. PPI Lyon note que la plupart des étudiants indonésiens a utilisé leur droit de vote lors des élections présidentielles le 9 Juillet 2014. Selon Diani (20 ans), l’Ambassade facilite bien les étudiants qui ne peuvent pas venir à Paris pour voter par la poste. Internet permet

les étudiants à rechercher activement des informations sur les candidats. Citra (22 ans), qui vote à l’étranger pour la première fois, a dit «Avant choisir, j’ai lu beaucoup d’articles sur les sites Web et les médias sociaux, ainsi que des discussions avec les amis et la famille ». Réponse au stigma que les étudiants à l’étranger souvent marquées ignorants de la politique, Raphael (22 ans) a déclaré

le contraire. « En fait, quand on est loin, le nationalisme est de plus en plus croissante, par exemple, beacuoup d’amis sont plus critiques dans leur compte Facebook ». En effet, lorsque les jeunes gens ont l’intention d’être un moteur de changement, la distance n’a jamais été un problème.

CÉLÉBRER LA DIVERSITÉ

CULTURELLE DE L’INDONÉSIE

ÉLÉCTION PRÉSIDENTIELLE EN

INDONÉSIE: APATHIE N’EST PAS UN

OPTION !

PPI LYON • 4 Bis Rue Victor Jara 69100 VILLEURBANNE • [email protected] • Aulia N (0615430556) - Ikhsan P (0605917468)

SUARA PELAJAR BULLETIN BIMESTRIEL DE L’ASSOCIATION DES ÉTUDIANTS INDONÉSIENS DE LYON (PPI LYON)

#02Édision

d’été

Sruktur PPI Lyon 2013-2014

Président : Ikhsan PutraVice-Président : Fathin WicaksonoSecretaire : Btari ChandraTrésorière : Tiara Kurniasari DewiMinistère l’Intérieur : Diani AyudyaMinistère l’Extérieur : Aulia NastitiSection Logistique : Riski PermanaMédia et design : Jeremia Yonathan Représentative : Reyner

NOTREAGENDA29 Juillet Fête d’Aïd Mubarak17 Aôut Independance de l’Indonésie23 Septembre Forum des Langues du Monde28 Septembre Les Îles des Rêves