newsletter trust edisi 3

8
1 Edisi III | 2015 P andangannya nanar, tak jelas apa yang dilihatnya. Sesekali ia menghela nafas dengan berat, dan kemudian memandang selang infus yang menempel di lengan kirinya. “Kalau begitu Bapak pulang saja bu,” ujarnya kepada wanita yang berdiri di samping tempat tidurnya. Jiung, demikian biasa disapa. Pria paruh baya itu telah terbaring di bangsal sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah selama dua hari. Dokter memvonis typhus, dan ia harus dirawat cukup lama di rumah sakit, minimal satu pekan. Namun, tak mungkin bagi Jiung harus tinggal selama itu di rumah sakit. Yana, istri Jiung, mengeluh saat membesuknya di rumah sakit. Ia mengadu, persediaan beras dan makanan di rumah untuk anak-anak sudah menipis. Demikian halnya dengan uang belanja yang selama ini diberi suaminya. “Beras dan susu anak-anak sudah habis Pak,” ujarnya. Aduan Yana itulah yang membuat Jiung berketetapan hati meninggalkan rumah sakit. Semestinya, ia harus tinggal di rumah sakit untuk pemulihan penyakitnya. Memang benar, seluruh biaya perawatan di rumah sakit sudah ditanggung oleh pemerintah. Ia tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan karena ia termasuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). “Tapi saya tak mungkin tinggal di rumah sakit lebih lama dok. Saya harus bekerja lagi, istri dan anak-anak saya makan apa kalau saya tidak bekerja,” kilahnya saat meminta ijin pulang kepada dokter. Jiung hanya penarik becak yang penghasilannya tak menentu. Sebagian besar pendapatan yang diraih diserahkan sepenuhnya kepada istrinya, untuk kebutuhan belanja dan keperluan rumah tangga lainnya. *** Jiung adalah potret sebagian masyarakat kelas menengah bawah di perkotaan. Mereka adalah pekerja informal yang tak memiliki penghasilan pasti. Mereka yang memiliki nasib seperti Jiung adalah pedagang bakso, tukang ojek, buruh kasar, dan pedagang kaki lima lainnya. Meski memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah, belum ada yang menjamin penghasilan mereka ketika jatuh sakit. Berbeda dengan pekerja formal yang bisa tetap gajian ketika sakit, Jiung dan kawan-kawannya harus kehilangan kesempatan meraih penghasilan. Ketika sakit mereka tak bisa bekerja. Saat tak bisa bekerja, maka tak ada uang untuk menghidupi keluarga. Fenomena Jiung inilah yang Ketika Sakit Tak Membuat Panik Bungkesmas LAPORAN UTAMA

Upload: social-trust-fund

Post on 24-Jul-2016

228 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Trust adalah sebuah newsletter yang diterbitkan oleh Lembaga Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan sebagai bentuk tanggungjawab kami, serta jembatan informasi dan komunikasi dengan masyarakat maupun donatur STF UIN Jakarta terkait aktivitas sosial yang kami lakukan.

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter TRUST edisi 3

1

Edisi III | 2015

Pandangannya nanar, tak jelas apa yang dilihatnya. Sesekali

ia menghela nafas dengan berat, dan kemudian memandang selang infus yang menempel di lengan kirinya. “Kalau begitu Bapak pulang saja bu,” ujarnya kepada wanita yang berdiri di samping tempat tidurnya.

Jiung, demikian biasa disapa. Pria paruh baya itu telah terbaring di bangsal sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah selama dua hari. Dokter memvonis typhus, dan ia harus dirawat cukup lama di rumah sakit, minimal satu pekan. Namun, tak mungkin bagi Jiung harus tinggal selama itu di rumah sakit.

Yana, istri Jiung, mengeluh saat membesuknya di rumah sakit. Ia mengadu, persediaan beras dan makanan di rumah untuk anak-anak sudah menipis. Demikian halnya dengan uang belanja yang selama ini diberi suaminya.

“Beras dan susu anak-anak sudah habis Pak,” ujarnya. Aduan Yana itulah yang membuat Jiung berketetapan hati meninggalkan rumah sakit. Semestinya, ia harus tinggal di rumah sakit untuk pemulihan penyakitnya.

Memang benar, seluruh biaya perawatan di rumah sakit sudah ditanggung oleh pemerintah. Ia tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan karena ia termasuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). “Tapi saya tak mungkin tinggal di rumah sakit lebih lama dok. Saya harus bekerja lagi, istri dan anak-anak saya makan apa kalau saya tidak bekerja,” kilahnya saat meminta ijin pulang kepada dokter.

Jiung hanya penarik becak yang penghasilannya tak menentu. Sebagian besar pendapatan yang diraih diserahkan sepenuhnya kepada istrinya, untuk kebutuhan belanja dan

keperluan rumah tangga lainnya.

***

Jiung adalah potret sebagian masyarakat kelas menengah bawah di perkotaan. Mereka adalah pekerja informal yang tak memiliki penghasilan pasti. Mereka yang memiliki nasib seperti Jiung adalah pedagang bakso, tukang ojek, buruh kasar, dan pedagang kaki lima lainnya. Meski memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah, belum ada yang menjamin penghasilan mereka ketika jatuh sakit.

Berbeda dengan pekerja formal yang bisa tetap gajian ketika sakit, Jiung dan kawan-kawannya harus kehilangan kesempatan meraih penghasilan. Ketika sakit mereka tak bisa bekerja. Saat tak bisa bekerja, maka tak ada uang untuk menghidupi keluarga.

Fenomena Jiung inilah yang

Ketika Sakit Tak Membuat PanikBungkesmasLAPORAN UTAMA

Page 2: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015TRUST

2

kemudian menjadi landasan Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggulirkan program Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas).

Bungkesmas adalah program advokasi dan edukasi yang dilakukan STF UIN Jakarta guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Program ini didesain dengan memadukan unsur tabungan dan asuransi kesehatan dalam satu paket produk. STF UIN Jakarta menggandeng Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau BMT sebagai mitra atau provider. “Pemilihan BMT dan koperasi sebagai pelaksana program ini karena lembaga ini bekerja di level akar rumput,” ujar Dr. Amelia Fauzia, penggagas utama program Bungkesmas.

Melalui program ini masyarakat miskin diajarkan untuk menyisihkan pendapatan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu mengalami musibah, sakit, atau kecelekaan. Cadangan tabungan ini penting, agar mereka tak perlu menjual asset ekonomi karena musibah yang dialami. “Dengan begitu mereka bisa melewati masa-masa sulit dengan mengandalkan tabungan kesehatan yang dimiliki,” tambahnya.

Sejak digulirkan empat tahun lalu, perkembangan program Bungkesmas cukup menggembirakan. Per Juli 2015, tercatat ada 7.469 masyarakat yang notabene berasal dari kalangan ekonomi rendah menjadi penerima manfaat program ini.

Keberadaan program Bungkesmas bisa dikatakan sebagai pelengkap program JKN. Karena, berdasarkan riset yang dilakukan, kebanyakan warga miskin yang di-cover JKN, mereka masih tetap membutuhkan uang tunai untuk obat tambahan, ongkos transportasi keluarga yang menjaga, lebih-lebih kebutuhan keluarga yang ditinggalkan karena pengobatan di rumah sakit.

Program mikro asuransi Bungkesmas ini adalah terobosan agar masyarakat miskin atau kalangan ekonomi rendah dapat terproteksi. Saat ini, program Bungkesmas

telah berjalan di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Banten, dan Jabodetabek, dengan mitra provider 99 lembaga keuangan mikro seperti BMT atau koperasi.

Dengan infaq 100 ribu peserta mendapatkan manfaat seperti tabel di bawah ini

Tabel Manfaat Bungkesmas

Selain itu, beberapa keunggulan program ini adalah tidak ada masa tunggu. Artinya, saat masyarakat mendaftar, saat itu pula ia sudah terjamin. Jika dalam waktu yang tidak begitu lama yang bersangkutan mengalami musibah, maka pada saat itu ia sudah bisa di-cover oleh Bungkesmas.

Dari sisi pendidikan dan penyadaran, peserta diwajibkan menabung Rp.2 ribu per hari atau Rp.60 ribu per bulan. Tabungan ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu, melainkan hanya untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti biaya sekolah, ongkos ke rumah sakit, maupun obat tambahan.

“Dengan demikian, masyarakat yang ekonominya rentan, terutama pekerja informal tak perlu panik ketika jatuh sakit. Selain mereka sudah memiliki tabungan, penghasilan mereka juga terlindungi dengan asuransi Bungkesmas,” tukas Amelia.

Jakiyah“Alhamdulillah, saya mendapat santunan Bungkesmas Rp7.500.000.“

Manfaat program Bungkesmas benar-benar dirasakan oleh Jakiyah (51), saat suaminya Mulyadi jatuh sakit. Ibu yang tinggal di bilangan Pondok Cabe Tangerang Selatan ini mengaku sangat terbantu dengan program Bungkesmas ketika harus bolak-balik ke rumah sakit mengurus suaminya yang terkena kanker tulang.

“Di Rumah Sakit Fatmawati hampir satu bulan, terus di Bogor, pernah juga di Bakti Husada Gaplek,” ceritanya kepada Trust saat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu.

Jakiyah dan suaminya telah menjadi peserta Bungkesmas sejak tahun 2011. Ia didaftarkan oleh tetangganya. “Saya hanya diminta KTP dan KK,” katanya.

Saat suaminya jatuh sakit dan harus berulangkali dirawat di rumah sakit,

ia pun mendapat kemudahan dalam mengurus klaim. Dirinya mengaku hanya diminta surat keterangan rawat inap dari rumah sakit tempat suaminya dirawat. Tak menunggu lama, pihak STF sudah datang ke rumahnya mengantar uang santunan rawat inap.

Demikian pula ketika suaminya akhirnya dipanggil Sang Maha Kuasa. Jakiyah kembali mendapat santunan kematian dari Bungkesmas sebesar Rp. 2.500.000.

“Kita sudah bersyukur banget. Merasa terbantu dan terharu banget. Saya gak duga, gak nyangka mendapat santunan dari STF, total semuanya yang saya terima sebesar Rp7.500.000. Namanya musibah, gak ada yang tahu kapan datangnya,” tukasnya.

Untuk Pendaftaran Bungkesmas, hubungi:Kantor STF UIN Jakarta (021 7499531)PIC: Rahma (081296979262)

MANFAAT JUMLAH

1. Santunan harian rawat inap RS akibat sakit maupun ke-celakaan

Rp. 100.000 per-hari(max 90 hari) per tahun

2. Penggantian biaya pembedahan atau operasi akibat sakit maupun kecelakaan

Rp. 2.500.000/tahun

3. Santunan catat tetap total

Rp. 7.500.000 (max)/tahun

4. Santunan mening-gal dunia, santunan pendapatan keluarga dan santunan pe-makaman mening-gal dunia akibat kecelakaan

Rp. 20.000.000 (max)

5. Santunan meninggal dunia sebab apapun

Rp. 2.500.000

Page 3: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015 TRUST

3

CIDOKOM – Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta mengadakan kegiatan camp di bulan Ramadhan yang berlangsung dari 26-28 Juni, 2015. Bertemakan Ramadhan Edu-Fun Camp dengan konsep pesantren kilat (sanlat), acara ini bertujuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan toleransi sesuai dengan ajaran Islam rahmatan lil‘alamin kepada anak-anak Desa Cidokom, Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Center for Rural Community Development and Sosial Entrepreneurship (Cercondeso), Cidokom, Bogor.

Diperbantukan oleh 15 orang mahasiswa UIN Jakarta – umumnya adalah relawan STF UIN Jakarta – acara ini berjalan dengan lancar dan sukses. Para relawan tersebut bertugas bukan hanya sebagai panitia pelaksana, tetapi juga menjadi peracik konten acara agar anak-anak yang menjadi peserta bisa menikmati belajar yang mengasyikan.

Dr. Amelia Fauzia selaku wakil direktur STF UIN Jakarta dalam

sambutannya berharap agar anak-anak Cidokom yang ikut Ramadhan Edu-Fun Camp bisa memiliki pemahaman Islam yang rahmatan lil‘alamin. Yakni Islam yang toleran, damai, dan saling menghormati. Doktor sejarah lulusan Melbourne University tersebut juga mengatakan bahwa dalam sanlat ini, anak-anak akan dibekali dengan pemahaman akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam sambutannya, Sain Putra, SE., selaku Pak Lurah Desa Cidokom menyampaikan terima kasih kepada STF UIN Jakarta yang bersedia membuat acara sanlat di aula Cercondeso untuk anak-anak Cidokom. Ia berharap, kedepannya STF UIN Jakarta bisa terus memberikan banyak maanfaat bagi masyarakat Cidokom.

Kemudian, di akhir sambutan yang diberikan Pak Lurah, acara ini dibuka secara simbolik dengan penyematan name tag kepada salah satu peserta sanlat oleh Pak Lurah. Kegiatan dibuka dengan diikuti oleh anak-anak berusia sekolah dasar yang jumlahnya sebanyak 30 anak dan bertempat tinggal di sekitar Aula Cercondeso.

Sesuai rencana, kegiatan ini akan dilaksanakan selama dua gelombang. Gelombang pertama berlangsung pada tanggal 26-28 Juni dan gelombang kedua berlangsung pada tanggal 2-4 Juli, 2015. Rina Syaprianti selaku Koordinator Acara Ramadhan Edu-Fun Camp mengatakan, “Acara ini akan dibagi menjadi dua term, pada 26-28 Juni 2015 dan 2-4 Juli 2015”.

Pada gelombang pertama beragam acara yang menarik telah disajikan. Diantaranya yaitu penyampaian materi tentang Everything About Ramadhan, Ramadhan di Luar Negeri, Belajar Bahasa Arab dan Inggris, Pemutaran Film Kisah Nabi-nabi serta kegiatan rutin seperti sholat berjamaah yang dilanjutkan dengan tahsin Al-Quran.

Di akhir sanlat ini, Rina berharap bahwa anak-anak yang ikut kegiatan ini bisa mendapatkan pelajaran yang berharga. “Aku berharap anak-anak Cidokom yangs ikut Edu-Fun Camp bisa senang belajar dan bermain dengan kakak-kakak dari STF UIN Jakarta”, ujar Rina saat penutupan acara ini, Minggu (28/6). (DEW/EAG).

Menanamkan Nilai Islam Rahmatan Lil’alamin Sejak DiniUntuk Pendaftaran Bungkesmas, hubungi:Kantor STF UIN Jakarta (021 7499531)PIC: Rahma (081296979262)

Page 4: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015TRUST

4

BOGOR-- Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta mendapat kepercayaan mengelola wakaf berupa tanah seluas 2.213 m2 dan bangunan seluas 100 m2 dari Prof . Dr. H. Ridlo Masduki. Wakaf yang berlokasi di Jl. Intan I RT 01/RW 03, Cidokom, Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat ini dimanfaatkan sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dan Wirusaha Sosial Center for Rural Community & Social Entreprenuership (Cercondeso) UIN Jakarta.

“Alhamdulillah kita beroleh kepercayaan mengelola wakaf yang disampaikan Prof. Ridlo. Insya Allah ini akan kita manfaatkan sebaik mungkin, sehingga bisa berdampak positif bagi sivitas akademik UIN Jakarta maupun masyarakat sekitar lokasi wakaf,” ujar Dr. Amelia Fauzia, Wakil Direktur STF UIN Jakarta, Sabtu (25/4).

Acara peresmian dan simbolisasi penyerahan wakaf dilakukan pada hari Sabtu (25/4) lalu. Turut

CIPUTAT- Selasa (2/6), Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta mengadakan Pelatihan Fundraising bagi para Truster, sebutan untuk para penerima beasiswa STF UIN Jakarta di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM). Acara tersebut bukan hanya sekedar pelatihan tapi juga pembinaan yang harus diikuti bagi mahasiswa penerima beasiswa STF UIN Jakarta.

Muhammad Mulyana S.T, Manager Fundraising STF UIN Jakarta mengatakan, tujuan dari acara ini adalah membekali Truster tentang fundraising. Pada pelatihan tersebut Truster yang hadir ada sekitar 80 orang, mereka mendapatkan teori tentang fundraising, baik retail fundraising maupun corporate fundraising.

Selain teori, Mulyana juga meminta peserta untuk praktik langsung. Peserta dibagi kedalam 15 grup

yang masing-masing grup bersisi sekitar enam orang dan mereka juga mendapat target fundraising.

Mulyana yakin banyak hal yang bisa dipelajari dari pelatihan fundraising ini. Meski target belum mampu dicapai mereka sudah belajar

bagaimana menjalin komuikasi di hadapan orang banyak. Melalui fundraising juga diharapkan dapat semakin mengenalkan STF UIN Jakarta kepada masyarakat luas. “Terlebih, mereka adalah penerima beasiswa dari kita. Jadi terlihat sekali kegiatan STF UIN Jakarta,” ujarnya.

STF UIN Jakarta Resmikan Cercondeso

STF UIN Jakarta Gelar Pelatihan Fundraising

Penanggungjawab: Prof. Dr. Jamhari | Dewan Redaksi : Dr. Amelia Fauzia, Emi Ilmiah, Wilda Farah, Rosita, Sri Hidayati| Pemimpin Redaksi: Amirul Hasan | Redaktur: Asia Tarjamah, Intan Widhy Astuti, Dorifah, Gerhana Ika Saraswati, Dewi Maryam| Sekretaris Redaksi: Fuzi Fauziah | Distribusi dan sirkulasi : Baryati | Design dan Lay Out : Kasyfiyullah | Alamat Redaksi : Gd Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution Lt Dasar, Jl Ir H Juanda No 95 Ciputat 15412. Telp 021-7499531 Fax 021-749 9531 email: [email protected] web : www.socialtrustfund-uinjkt.org

Dewan Redaksi

Page 5: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015 TRUST

5

menghadiri acara tersebut, Direktur STF UIN Jakarta Prof. Dr. Jamhari, Wakil Rektor Bidang Kerjasama UIN Jakarta Prof. Dr. Murodi MA, Ketua MUI Kabupaten Bogor Dr. KH. Ahmad Mukriaji MA, Kepala Desa, tokoh, dan alim ulama se- Desa Cidokom.

Dalam sambutannya, Jamhari mengapresiasi Prof. Ridlo atas wakaf yang diberikannya. Menurutnya, STF UIN Jakarta akan mengelola titipan wakaf tersebut bagi pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program wirausaha sosial, pendidikan, dan keagamaan. “Insya Allah, tanah ini akan bermanfaat bagi umat,” katanya.

Mewakili Rektor UIN Jakarta,

Murodi juga turut memberikan apresiasi dan menyatakan dukungan pengelolaan wakaf tersebut. Dukungan akan dilakukan dengan mendorong Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) untuk menyelenggarakan program pengabdian kepada masyarakat para mahasiswa UIN Jakarta. “Nanti saya minta PPM agar mengarahkan mahasiswa ke sini,” katanya.

Mengacu pada lokasi dan pengalaman kegiatan pengabdian masyarakat para mahasiswa selama ini, sambungnya, UIN Jakarta mendesain program pengabdian mahasiswa secara terintegrasi. Dalam setiap kelompok pengabdian misalnya, para mahasiswa dicampur dari berbagai

fakultas bidang keilmuan ekonomi, psikologi, sains dan teknologi, kedokteran, dan agama. “Dengan demikian, masyarakat merasakan betul manfaatnya,” terangnya lagi.

Memulai kegiatan pengabdiannya, STF UIN Jakarta melalui Pusat Pengabdian Masyarakat Perdesaan dan Wirusaha Sosial-nya melaksanakan kegiatan bakti sosial pada hari minggu (26/4). Bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis yang melibatkan dokter dan perawat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta memberi pelayanan kesehatan gratis bagi 248 masyarakat setempat. (zm)

Periode: MEI 2015

DONATUR DONASI

Nanang Syaikhu, Drs. Rp 50,000

Rahmi Purnomowati Rp 200,000

Emi Ilmiah Rp 100,000

Amalia Rp 600,000

Rusmaeni Rp 500,000

Nurlena, MA Rp 200,000

Rini, SE,Ak.,M.Si Rp 20,000

Fadilah Mathar Rp 300,000

Dr. Amelia Fauzia, MA Rp 200,000

Siti Napsiyah Rp 50,000

Amirul Hasan Rp 300,000

Nurhadi Subroto Rp 2,000,000

Wilda Rahmah Rp 100,000

Kotak Amal RS UIN Rp 416,000

Ade Abdul Hak, S.Ag Rp 10,000

Dr. Agus Salim, M.Si Rp 100,000

Arief Subhan, Dr., MA Rp 100,000

Amirul Hasan Rp 500,000

Sharing Fee Affinity Rp 535,519

Lily Fachriyah Rp 100,000

Prof.Dr. Jamhari Rp 100,000

Drs. Subarja, M.Pd Rp 175,000

Hamba Allah (Us-man Shihab,MA) Rp 50,000

Fuzi Fauziah,S.Sos Rp 50,000

Fundrising Expo JCC Rp 833,000

Husnul Khitam Rp 100,000

Drs. Edy Suandi Rp 150,000

Roosita MD Rp 100,000

Total Rp 7,939,519

Periode: JUNI 2015

DONATUR DONASI

Nanang Syaikhu, Drs. Rp 50,000

Ahmad Abrori Rp 100,000

Emi Ilmiah Rp 100,000

Sri Hidayati, MD Rp 100,000

Rusmaeni Rp 500,000

Prof.Dr. Jamhari Rp 1,000,000

Nurlena, MA Rp 200,000

Rini, SE,Ak,M.Si Rp 20,000

Dr. Amelia Fauzia, MA Rp 200,000

Siti Napsiyah Rp 50,000

Ade Abdul Hak, S.Ag Rp 10,000

Dr. Agus Salim, M.Si Rp 100,000

Dr. Arief Subhan, MA Rp 100,000

Kotak Amal RS UIN Rp 359,650

Paket Sembako Rp 3,502,000

Cek Kesehatan Rp 180,000

Lily Fachriyah Rp 100,000

Prof.Dr. Jamhari Rp 100,000

Drs. Subarja, M.Pd Rp 175,000

Wilda Farah, M.Si Rp 150,000

Hamba Allah Rp 50,000

Hamba Allah Rp 65,000

Husnul Khitam Rp 100,000

Gerakan Islam Cinta (Bpk. Irfan Amali) Rp 1,000,000

Al Azhar (Kegiatan Hypnowriting) Rp 500,000

Voucher Donasi (Pj. Firda) Rp 330,000

Amirul Hasan Rp 1,625,000

Roosita MD Rp 100,000

Voucher Donasi (Pj.Ganis) Rp 40,000

Wilda Rahmah Rp 100,000

Total Rp 11,006,650

Periode: JUNI 2015

DONATUR DONASI

Nanang Syaikhu, Drs. Rp 50,000

Ahmad Abrori Rp 100,000

Emi Ilmiah Rp 100,000

Lily Surayya E.P Rp 200,000

Sri Hidayati Rp 100,000

Muchlas Noor Hidayat, S.Sos

Rp 100,000

Kotak Amal Stand CS Rp 368,100

Rusmaeni Rp 500,000

Nurlena, MA Rp 200,000

Rini, SE,Ak,M.Si Rp 20,000

Fadhilah Mathar Rp 300,000

Dr. Amelia Fauzia, MA

Rp 200,000

Siti Napsiyah Rp 50,000

Ade Abdul Hak, S.Ag Rp 10,000

Agus Salim, M.Si Rp 100,000

Daud Effendy Rp 1,000,000

Prof. Ridlo Masduki Rp 5,000,000

Prof. Jamhari Rp 1,500,000

Amirul Hasan Rp 500,000

Ilmi A. Rp 765,000

Lily Fakhriyah Rp 100,000

Voucher Donasi Rp 130,000

Voucher Donasi Rp 230,000

Sharing Fee Affinity Rp 286,617

Voucher Donasi Rp 100,000

Voucher Donasi Rp 190,000

Reti Indarsih Rp 1,000,000

Refani Putri Rp 100,000

Prof. Jamhari Rp 100,000

Drs. Subarja, M.Pd Rp 175,000

Wilda Farah, M.Si Rp 150,000

Hamba Allah Rp 50,000

Fuzi Fauziah Rp 50,000

Hamid Nasuhi Rp 1,000,000

Dr. Artani Hasbi Rp 2,500,000

Husnul Khitam Rp 100,000

Roosita MD Rp 100,000

Voucher Donasi Rp 70,000

Total Rp 17,594,717

LAPORAN PENERIMAAN DONASI MEI-JULI 2015

Page 6: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015TRUST

6

Bangunan yang menyerupai masjid dan berwarna putih itu nampak kusam. Di sekelilingnya

tumbuh ilalang setinggi paha orang dewasa. Sampah pun berserakan di pojok depan bangunan. Sepertinya, sudah berbilang bulan bangunan itu tak dikunjungi oleh pemiliknya.

Bangunan beserta lahan seluas 2.213 meter persegi itu berlokasi di Jalan Intan Desa Cidokom, Gunung Sindur Bogor. Aset ini dimiliki oleh Prof. Dr. Ridlo Masduki, salah seorang guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejatinya, bangunan beserta lahan luas itu sudah “diserahkan” untuk kegiatan sosial keagamaan warga sekitar. Namun karena suatu dan lain hal, program yang dijalankan tidak berlangsung lama.

Prof. Ridlo juga sempat akan mewakafkan aset itu kepada salah satu lembaga wakaf terbesar di Indonesia. Namun, proses birokrasi yang rumit menjadikannya sedikit terhambat. Niat mulia Prof. Ridlo ini akhirnya disambut oleh STF UIN Jakarta, lembaga sosial kemanusiaan yang notabene berada di kampus tempatnya mengajar. Tak berpikir lama, Prof. Ridlo akhirnya mewakafkan aset ini untuk dikelola STF UIN Jakarta demi membangun umat melalui program-program yang dijalankannya.

Oleh STF UIN Jakarta, aset wakaf tersebut difungsikan sebagai Center for Rural Community Development and Social Entrepreneurship, yang disingkat Cercondeso. Bangunan yang tadinya kusam kini menjadi nampak rapi. Rumput dan ilalang yang tinggi tak beraturan pun dipangkas, berbagai kegiatan sosial keagamaan pun dilangsungkan di tempat ini.

Tercatat beberapa kegiatan seperti bakti sosial, bazar murah, layanan pengobatan gratis, ceramah agama, dan pesantren kilat pernah diselenggarakan di Cercondeso. Cita-cita untuk membina umat seperti yang diharapkan Prof. Ridlo pun perlahan mulai dipenuhi.

Menurut Prof. Ridlo, pemberian wakaf ini merupakan wujud nyata ingin membangun dan membina umat. Ia berharap aset wakaf tersebut bisa dimanfaatkan oleh warga di Desa Cidokom untuk membina umat yang sholeh. “Pemimpin kalau sholeh kan baik. Jadi petani ya petani yang sholeh, jadi guru juga guru yang sholeh,” katanya.

Prof. Ridlo menganggap STF UIN Jakarta sebagai lembaga terpercaya. Penyerahan tanah wakaf ini telah dilakukan pembacaan ikrar wakaf pada Rabu (17/6) di ruang meeting STF UIN Jakarta. Adapun akta wakaf masih menunggu proses pengesahan pejabat terkait.

memproses akta wakafnya sehingga telah sah di mata hukum.

Selain itu, Prof. Ridlo yang merupakan Guru Besar Sastra Arab di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta juga telah menjadi donator tetap STF UIN Jakarta. Beliau mengatakan, alasan berdonasi melalui STF UIN Jakarta karena memiliki visi yang sama yaitu dalam hal mengembangkan sumber daya manusia (sdm) melalui pemberian beasiswa. “Karena saya tidak bisa menyeleksi, maka saya bergabung dengan STF UIN Jakarta,” ujar Prof.Ridlo, Kamis (9/7).

Pemberian beasiswa ini, menurut Prof. Ridlo dapat meningkatkan kualitas SDM agar menjadi lebih baik, yang jujur, pintar dan sholeh. Sifat sholeh yang dimaksud bukan hanya dalam hal ibadah, namun juga dalam kehidupannya. Ia juga melihat “STF UIN Jakarta juga memberikan beasiswa tidak untuk satu golongan, tapi untuk semua. Untuk siapa saja SDM yang diperkirakan akan berkembang.”

Prof. Dr. Ridlo Masduki

Wakaf Untuk Membina Umat

Sosok Donatur

Page 7: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015 TRUST

7

Memasuki semester sembilan pikirannya mulai tak karuan. Uang untuk membayar biaya SPP belum juga didapat. Ia tak mungkin meminta kepada orang tua, karena ia tahu mereka sedang tak memiliki uang. Ia pun mencoba mencurahkan kegundahan kepada teman sekelasnya melalui pesan singkat.

Ia tak menyangka, curhatannya kepada temannya memberinya jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya. Temannya menyarankan untuk mendatangi STF UIN Jakarta guna memohon dana talangan pendidikan.

Namanya Isna Fauziah, saat itu masih berstatus sebagai mahasiswi Program Studi Akutansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena amat membutuhkan uang itu untuk kelancaran studinya, ia tak berpikir panjang. Ia ikuti saran temannya. Ia pun melangkahkan kaki menuju kantor STF UIN Jakarta di lantai dasar Auditorium Harun Nasution, sesuai petunjuk temannya tadi.

Isna, gadis kelahiran Sukabumi 1 Desember 1991 berasal dari keluarga pas-pasan. Ayahnya seorang guru ngaji yang penghasilannya tak menentu. Sementara ibunya hanya beraktivitas di rumah saja. Ia memiliki seorang adik yang masih duduk di bangku SMA. Sejak awal, ia membiayai kuliah dan kebutuhan hari-harinya dengan biaya sendiri. Uang tersebut ia peroleh dari bekerja sebagai guru

bimbingan belajar dan private, dengan penghasilan rata-rata Rp500 ribu per bulan.

Sedikit demi sedikit, ia mencoba meringankan beban orangtuanya, uang jajan adiknya yang berkisar Rp 10 ribu rupiah per hari pun ia yang tanggung. Sisanya untuk biaya kuliah.

Isna tak ingin meminta-minta. Oleh karenanya ia hanya mengajukan dana pinjaman (talangan) ke STF UIN Jakarta. Ia berjanji akan membayar dengan cara mencicil pinjaman tersebut dalam beberapa bulan. Namun, karena pihak STF UIN Jakarta menilai Isna memiliki prestasi yang sangat bagus, ia justru dijanjikan beasiswa. “Wah waktu itu aku bersyukur banget,” ujarnya sambil mengenang masa-masa mengharukan itu.

Rasa syukur tersebut ia tunjukan dengan keseriusan belajar, di akhir masa studi ia mampun menyabet predikat cumlaude dengan IPK 3,61. Hal itu sangat membanggakan kedua orangtuanya. Pastilah tidak mudah bagi seorang mahasiswa mendapatkan predikat ‘lulus dengan kehormatan’.

Meski prestasinya amat gemilang, jangan dianggap Isna hanya seorang mahasiswi “kupu-kupu” alias kuliah pulang-kuliah pulang. Isna juga aktif di berbagai kegiatan organisasi. Ia bergabung dengan Komunitas Mahasiswa untuk Mushola (Komus) dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut telah mengasah softskill-nya.

Suatu hari di awal tahun 2014 ada pesan singkat masuk ke ponselnya, ternyata dari STF UIN Jakarta meminta para Truster sebutan lain bagi penerima beasiswa untuk datang ke kantor. Isna mengira kala itu terkait dengan berkas beasiswa. Ternyata pertemuan itu sedang membicarakan tentang rencana STF UIN Jakarta membuat Charity Store, sebagai program alternatif donasi bukan dalam bentuk uang namun barang bekas.

“Ini idenya bagus,” diam-diam ia mulai tertarik. Beberapa kali diadakan pertemuan guna mewujudkan Charity Store, Isna yang memiliki latar belakang sebagai mahasiswa ekonomi, merasa ini sangat cocok dengan program tersebut. Ia berusaha semaksimal mungkin turut bagian dalam mejuwudkan Charity Store. Hingga kini setelah lulus, buah dari kerja kerasnya adalah ia telah direkrut STF UIN Jakarta untuk mengelola program Charity Store.

Menurutnya, menjadi volunteer di STF UIN Jakarta tidaklah sia-sia. “Mungkin terlihatnya kita sedang membantu orang lain, padahal saat itu kita sedang membantu diri kita sendiri. Kalau kita sungguh-sungguh, orang juga bisa melihat kinerja kita ko,” pesannya untuk para Truster agar aktif dalam kegiatan volunteer.

Isna Fauziah

Lulus Cumlaude dan Aktifdi Berbagai Kegiatan Sosial

Sosok Penerima Donasi

Page 8: Newsletter TRUST edisi 3

Edisi III | 2015TRUST

8

CIPUTAT—Jumat 12 juni 2015 Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta membuka gerai baru Charity Store. Gerai ini berlokasi di Jl. Ibnu Khaldun III RT 03/08 komplek UIN. Di saat yang bersamaan, STF UIN Jakarta juga meluncurkan koperasi yang dinamai Sejahtera Terpercaya (SETARA).

Dalam salah satu rangkaiannya, peluncuran koperasi SETARA ini juga menggelar pasar murah berupa sembako untuk kebutuhan puasa. Sebanyak 150 buah kupon disebar kepada masyarakat sekitar UIN Jakarta dan karyawan UIN Jakarta agar mendapat layanan ini. Dalam

kesempatan itu pula diadakan cek kesehatan murah yang dipandu oleh Korps Suka Rela (KSR) UIN Jakarta.

Warga sekitar sangat antusias dengan program koperasi. Dr.

Amelia Fauzia, Wakil Direktur STF UIN Jakarta, dalam sambutannya mengatakan, harapannya gerai ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat kampus seperti buku-buku, pakaian, aksesoris dengan harga murah dan kualitas baik.

“Dana yang terkumpul dari program ini akan digunakan untuk beasiswa anak negeri,” ujarnya.

Sementara itu, koperasi SETARA ini akan menjadi wadah bagi masyarakat di sekitar lingkungan UIN Jakarta untuk peminjaman modal usaha. Mereka juga bisa menabung di koperasi ini.

STF UIN Jakarta LaunchingKoperasi SETARA dan Gerai Charity Store

STF UIN Jakarta-KZP Berikan Layanan Kesehatan Gratis

BOGOR—Jarak yang jauh, medan yang sulit, dan fasil-itas yang terbatas tak menyurutkan langkah mereka. Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat ibu berusia sepuh maupun seorang kakek renta tersenyum gembira, seraya mengucap syukur dan terimakasih. Disebut komunitas, mereka tak mau karena tak ada anggota maupun organ-isasi resmi. Namun mereka kerap bekerja bersama, bahu membahu membantu masyarakat kecil di pedesaan.

Mereka menyebutnya Kumpulan Zakat Pribadi, atau kerap disingkat KZP. Hampir setiap bulan ada saja ke-giatan amal sosial yang dikerjakan, semisal pengobatan gratis dan santunan. Kadang, mereka harus menyusuri jalanan terjal di desa terpencil, menginap di rumah pen-duduk yang sangat sederhana saat menjalankan kegiatan.

Om Bima, demikia ia akrab disapa menjelaskan, dirin-ya bersama beberapa temannya hanya menjalankan titi-pan amanah zakat dari teman-temannya. “Mereka inginn-ya langsung disalurkan ke masyarakat, jadi bisa langsung dinikmati orang-orang yang membutuhkan,” ujarnya di sela-sela acara pengobatan gratis atas kerjasama dengan STF UIN Jakarta di Centre for Rural Development and Social Entrepreneurship (Cercondeso), Gunung Sindur Bogor, April lalu.

“Jadi ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa menyaksikan (orang lain bahagia),” tambahnya.

Om Bima menambahkan, dirinya dan teman-temannya (terutama) satu sekolahan dulu rutin megeluarkan zakat-nya untuk disalurkan kepada orang yang membutuhkan. “Kebetulan mereka hidupnya sudah berkecukupan, jadi mereka selalu keluarkan zakat mal,” tukasnya.

Namun, karena keterbatasan sumber daya, saat ini ke-giatan KZP masih di kisaran Banten dan Jawa Barat. “Su-paya kita tidak terlalu banyak keluar biaya operasional,” katanya.

Pihak KZP biasanya bekerjasama dengan lembaga lokal dalam menyelenggarakan kegiatan bakti sosial pengobat-an gratis. Hal ini dilakukan untuk menjalin sinergi, dan lembaga setempat juga lebih mengenal lapangan. Daer-ah sasaran adalah desa-desa yang jauh dari fasilitas kes-ehatan seperti Puskesmas dan dokter. KZP menanggung semua biaya obat dan tim medis yang didatangkan untuk kegiatan tersebut.