institut newsletter edisi opak 2015

8
INSTITUT NEWSLETTER Penyelenggaraan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2015 Universitas Islam Negeri (UIN) Sya- rif Hidayatullah Jakarta menuai kontro- versi. Senin (24/8) lalu, mahasiswa yang tergabung dalam Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menyatakan mengun- durkan diri (walk out) dari pelaksanaan OPAK 2015. Sikap itu mereka ambil lan- taran menilai ketidakjelasan sistem OPAK tahun ini. Selain itu, tidak adanya surat tugas dan ketetapan yang jelas tentang kepanitiaan dari UKM, Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), dan Dewan Mahasiswa Uni- versitas (Dema-U) membuat birokrasi OPAK kali ini dipertanyakan legalitasnya. Hal itu disampaikan Forum UKM dalam surat pengunduran diri dari pelaksanaan OPAK yang ditujukan kepada Wakil Rek- tor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak, Selasa (25/8). Ketua Sema-U, Eko Siswandanu juga mempertanyakan, susunan kepanitiaan yang tertera pada buku panduan OPAK 2015. Pasalnya, tidak ada perwakilan ma- hasiswa di dalamnya. “Hanya pimpinan, dosen, dan karyawan. Jelas mahasiswa tidak dilibatkan dalam kepanitiaan,” jelas Eko, Selasa (25/8). Padahal, dalam Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) tentang Pedoman Umum Orientasi Pengenalan Akademik Perguruan Tinggi Islam Bab I Pasal 1 (5) telah dijelaskan, panitia adalah penyeleng- gara OPAK yang terdiri atas unsur pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Eko bercerita, saat awal Juli lalu pihak kema- hasiswaan mengundang Sema-U dan Dema- U tanpa melibatkan UKM untuk membicara- kan evaluasi OPAK tahun lalu. Dan di bulan yang sama, juga membahas tentang isi dan kerangka buku pedoman OPAK 2015. “Pada 5 Agustus 2015, kami baru mengundang UKM untuk melakukan koordinasi terkait tempat dan dana yang diperlukan saat OPAK 2015,” paparnya. Kemudian, lanjut Eko, rapat diadakan kem- bali pada 19 Agustus 2015, yang dihadiri oleh Warek III, Wakil Dekan (Wadek) III setiap fakultas, ketua OPAK, Sema, Dema, dan UKM. Rapat ini membicarakan menge- nai checking akhir untuk OPAK. Saat itu, UKM belum memutuskan untuk walk out dari OPAK 2015. Hingga pada Senin, (24/8) UKM baru menyatakan mengundurkan diri dari pelaksanaan OPAK. Bendahara Korps Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI), Nida Ikrimah menga- takan, meski tidak mengikuti OPAK secara resmi, namun mereka tetap berada di sekre- tariat melihat jalannya OPAK. “Jika ada yang sakit bisa datang ke sekret kami. Tapi kita tidak akan memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) selama OPAK berlangsung,” ujarnya, Senin (24/8). Bersambung ke halaman 6 kolom 2 Dicky Prastya & Eli Murtiana Edisi Opak 2015 Editorial Belajar dari Kritik Pagelaran tahunan macam Orientasi Penge- nalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) memang kerap menyisakan persoalan yang tidak sederhana. Mulai dari aksi perploncoan yang be- lum lama ini juga hangat mengemuka di media, transparansi anggaran, maupun urgensi diadakan- nya orientasi akademik bagi mahasiswa baru (maba) ini. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada OPAK kali ini tentu menyoroti sikap mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menarik diri dari keterlibatan OPAK. Sikap itu tentu menjadi evaluasi bagi rektorat sebagai pe- mangku atas digelarnya rutinitas tahunan ini. Upaya menarik diri itu bukannya tanpa alasan. Apalagi dengan melihat sikap itu lantaran tidak dilibatkannya mereka sejak awal di kepanitiaan OPAK. Secara halus, hubungan antara rektorat dan mahasiswa tentu saja tak ubahnya hubungan antara seorang bapak dan anak. Dan jika melihat mahasiswa adalah anak yang tengah tumbuh de- wasa, seyogyanya semua perencanaan keluarga harus melibatkan suara anak pula. Bukan mem- beri keputusan sepihak dengan tanpa alasan. Sejak rektorat menerapkan sistem Senat Maha- siswa pada 2011 silam, harapan publik UIN Jakar- ta—khususnya rektorat—barangkali terciptanya suatu kondisi kondusif soal tata kelola dan jalan- nya roda organisasi kampus. Namun, hal itu bu- kan berarti merampas hak mahasiwa sepenuhnya. Jika memang begitu, apa urgensi keberadaan organisasi kampus? Bukankah itu merupakan ru- ang ekspresi mahasiswa di luar kelas. Lantas apa yang dibanggakan dari mahasiswa kalau ruang- ruang itu juga tetap dibatasi? Apalagi melihat sikap UKM dengan menarik diri sebagai bentuk kekecewaan atas sikap sepihak rektorat. Tentu perlu melihat secara objektif dalam melihat persoalan ini sebagai bahan evaluasi, dan bukan menjadi penghakiman sepihak bahwa itu merupakan sikap pembangkangan. Barangkali kita sepakat jika bangsa ini berhu- tang budi pada mahasiswa yang dulu tidak pernah diam melawan kediktatoran pemimpinnya sendi- ri. Selama 32 tahun kediktatoran itu berjalan, yang membuat bangsa ini mundur sebenarnya bukan hanya kebijakan yang salah, juga karena dibung- kamnya kritik. Tentu kita tak ingin sejarah kelam itu juga terjadi di UIN Jakarta. Meminjam pernyataan Marco Kartodikromo, seorang jurnalis Indonesia era kolonialisme, “Didik rakyat dengan pergerakan. Didik pengua- sa dengan perlawanan”. Hidup mahasiswa!!! Sistem Kalut, UKM Pilih Walk Out Foto: Kholis/Ins Pasukan pengibar hendak mengibarkan bendera saat upacara pembukaan OPAK 2015 di Lapangan Triguna, Rabu (26/8). Pasukan ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa baru dari semua fakultas. Karut-Marut Sistem OPAK Laporan Utama > Hal 2 FSDAL Tak Terima Mahasiswa Baru Laporan Utama > Hal 2 Zaenal Arifin: SK Tak Perlu Dipermasalahkan Wawancara > Hal 6

Upload: lpm-institut-uin-jakarta

Post on 23-Jul-2016

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

| 1

INSTITUT NEWSLETTER

Penyelenggaraan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2015 Universitas Islam Negeri (UIN) Sya-rif Hidayatullah Jakarta menuai kontro-versi. Senin (24/8) lalu, mahasiswa yang tergabung dalam Forum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menyatakan mengun-durkan diri (walk out) dari pelaksanaan OPAK 2015. Sikap itu mereka ambil lan-taran menilai ketidakjelasan sistem OPAK tahun ini.

Selain itu, tidak adanya surat tugas dan ketetapan yang jelas tentang kepanitiaan dari UKM, Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), dan Dewan Mahasiswa Uni-versitas (Dema-U) membuat birokrasi OPAK kali ini dipertanyakan legalitasnya. Hal itu disampaikan Forum UKM dalam surat pengunduran diri dari pelaksanaan OPAK yang ditujukan kepada Wakil Rek-tor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak, Selasa (25/8).

Ketua Sema-U, Eko Siswandanu juga mempertanyakan, susunan kepanitiaan yang tertera pada buku panduan OPAK 2015. Pasalnya, tidak ada perwakilan ma-hasiswa di dalamnya. “Hanya pimpinan, dosen, dan karyawan. Jelas mahasiswa tidak dilibatkan dalam kepanitiaan,” jelas Eko, Selasa (25/8).

Padahal, dalam Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) tentang Pedoman Umum Orientasi Pengenalan Akademik

Perguruan Tinggi Islam Bab I Pasal 1 (5) telah dijelaskan, panitia adalah penyeleng-gara OPAK yang terdiri atas unsur pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa.

Eko bercerita, saat awal Juli lalu pihak kema-hasiswaan mengundang Sema-U dan Dema-U tanpa melibatkan UKM untuk membicara-kan evaluasi OPAK tahun lalu. Dan di bulan yang sama, juga membahas tentang isi dan kerangka buku pedoman OPAK 2015. “Pada 5 Agustus 2015, kami baru mengundang UKM untuk melakukan koordinasi terkait tempat dan dana yang diperlukan saat OPAK 2015,” paparnya.

Kemudian, lanjut Eko, rapat diadakan kem-bali pada 19 Agustus 2015, yang dihadiri oleh Warek III, Wakil Dekan (Wadek) III setiap fakultas, ketua OPAK, Sema, Dema, dan UKM. Rapat ini membicarakan menge-nai checking akhir untuk OPAK. Saat itu, UKM belum memutuskan untuk walk out dari OPAK 2015. Hingga pada Senin, (24/8) UKM baru menyatakan mengundurkan diri dari pelaksanaan OPAK.

Bendahara Korps Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI), Nida Ikrimah menga-takan, meski tidak mengikuti OPAK secara resmi, namun mereka tetap berada di sekre-tariat melihat jalannya OPAK. “Jika ada yang sakit bisa datang ke sekret kami. Tapi kita tidak akan memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) selama OPAK berlangsung,” ujarnya, Senin (24/8).

Bersambung ke halaman 6 kolom 2

Dicky Prastya & Eli Murtiana

Edisi Opak 2015

EditorialBelajar dari Kritik

Pagelaran tahunan macam Orientasi Penge-nalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) memang kerap menyisakan persoalan yang tidak sederhana. Mulai dari aksi perploncoan yang be-lum lama ini juga hangat mengemuka di media, transparansi anggaran, maupun urgensi diadakan-nya orientasi akademik bagi mahasiswa baru (maba) ini.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada OPAK kali ini tentu menyoroti sikap mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menarik diri dari keterlibatan OPAK. Sikap itu tentu menjadi evaluasi bagi rektorat sebagai pe-mangku atas digelarnya rutinitas tahunan ini.

Upaya menarik diri itu bukannya tanpa alasan. Apalagi dengan melihat sikap itu lantaran tidak dilibatkannya mereka sejak awal di kepanitiaan OPAK. Secara halus, hubungan antara rektorat dan mahasiswa tentu saja tak ubahnya hubungan antara seorang bapak dan anak. Dan jika melihat mahasiswa adalah anak yang tengah tumbuh de-wasa, seyogyanya semua perencanaan keluarga harus melibatkan suara anak pula. Bukan mem-beri keputusan sepihak dengan tanpa alasan.

Sejak rektorat menerapkan sistem Senat Maha-siswa pada 2011 silam, harapan publik UIN Jakar-ta—khususnya rektorat—barangkali terciptanya suatu kondisi kondusif soal tata kelola dan jalan-nya roda organisasi kampus. Namun, hal itu bu-kan berarti merampas hak mahasiwa sepenuhnya.

Jika memang begitu, apa urgensi keberadaan organisasi kampus? Bukankah itu merupakan ru-ang ekspresi mahasiswa di luar kelas. Lantas apa yang dibanggakan dari mahasiswa kalau ruang-ruang itu juga tetap dibatasi?

Apalagi melihat sikap UKM dengan menarik diri sebagai bentuk kekecewaan atas sikap sepihak rektorat. Tentu perlu melihat secara objektif dalam melihat persoalan ini sebagai bahan evaluasi, dan bukan menjadi penghakiman sepihak bahwa itu merupakan sikap pembangkangan.

Barangkali kita sepakat jika bangsa ini berhu-tang budi pada mahasiswa yang dulu tidak pernah diam melawan kediktatoran pemimpinnya sendi-ri. Selama 32 tahun kediktatoran itu berjalan, yang membuat bangsa ini mundur sebenarnya bukan hanya kebijakan yang salah, juga karena dibung-kamnya kritik. Tentu kita tak ingin sejarah kelam itu juga terjadi di UIN Jakarta.

Meminjam pernyataan Marco Kartodikromo, seorang jurnalis Indonesia era kolonialisme, “Didik rakyat dengan pergerakan. Didik pengua-sa dengan perlawanan”.

Hidup mahasiswa!!!

Sistem Kalut, UKM Pilih Walk Out

Foto

: Kho

lis/I

ns

Pasukan pengibar hendak mengibarkan bendera saat upacara pembukaan OPAK 2015 di Lapangan Triguna, Rabu (26/8). Pasukan ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa baru dari semua fakultas.

Karut-Marut Sistem OPAK

Laporan Utama > Hal 2

FSDAL Tak TerimaMahasiswa Baru

Laporan Utama > Hal 2

Zaenal Arifin:SK Tak Perlu Dipermasalahkan

Wawancara > Hal 6

Page 2: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

2 |

Dalam buku pedoman OPAK 2015, dijelas-kan mengenai ketetapan pedoman pelaksan-aan kegiatan OPAK. Akan tetapi, ketetapan pedoman tersebut hanya disusun oleh pihak kemahasiswaan tanpa melibatkan mahasiswa. “Mekanisme pembuatan peraturan belum je-las. OPAK ini ranah rektorat atau mahasiswa?” tegas Ketua Sema-U, Eko Siswandanu, Selasa (25/8).

Padahal, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam (Pendis) Dj.I/254/2007 tentang Pedoman Umum Organ-isasi Kemahasiswaan (POK) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) menjelaskan, penyeleng-garaan OPAK harus disusun dengan melibatkan pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa.

Pelaksanaan OPAK tahun 2015 juga tak berbeda dengan tahun sebelumnya dalam tiga tahun terakhir. Ketua Pelaksana OPAK 2014, Muhammad Ulum menjelaskan, Dewan Ma-hasiswa Universitas (Dema-U) hanya pembantu pelaksana rektorat. “Sebenarnya sudah dievalu-asi. Bukan programnya, melainkan sistemnya,” katanya, Rabu (26/8).

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ketua Pelaksana OPAK mahasiswa 2015, Brian Muhammad. Menurut Brian, kedudukannya sebagai ketua pelaksana hanya menjalankan tugas di lapangan atas perintah Wakil Rektor

(Warek) Bidang Kemahasiswaan. Ia juga menyayangkan, tidak dicantu-mkannya surat keputusan (SK) rek-tor tentang Kepanitiaan OPAK yang melibatkan mahasiswa dalam buku pedoman OPAK.

Menanggapi hal itu, ketua pelak-sana OPAK 2015, Zaenal Arifin mengatakan, tidak dicantumkan-nya SK kepantiaan, lantaran waktu kejar cetak buku pedoman OPAK yang terlalu mepet. “Daripada nanti diprotes mahasiswa karena tidak ada buku pedoman?” ucapnya, Rabu

(26/8). Namun, saat dimintai keterangan Eko tidak merasa diberi batas waku untuk menyer-ahkan nama-nama panitia dari mahasiswa.

Memasuki hari kedua, Kamis (27/8) pelak-sanaan OPAK, pihak kemahasiswaa juga baru mengeluarkan revisi SK tentang kepanitiaan OPAK yang di dalamnya melibatkan maha-siswa. Padahal, tuntutan dikeluarkannya SK baru sudah sejak penyampaian kekecewaan mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dari akhir Juli lalu.

Walhasil, mahasiswa yang tergabung dalam Forum UKM menyatakan mengundurkan diri dari jajaran panitia pelaksana OPAK 2015 pada awal Agustus lalu. Dan secara resmi melalui surat pada Senin, (24/8) lalu. Ketua Komuni-tas Mahasiswa Fotografi (KMF) Kalacitra, Abdul Jalil mengatakan, ketidakjelasan sistem (OPAK) yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir menjadi penyebabnya. “Kami menginginkan adanya sosialisasi dan diskusi terkait sistem OPAK ini,” tanda Jalil, Rabu (26/8)

Senada dengan Jalil, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KPMLHK) Kembara Insani Ibnu Battu-tah (Ranita), Nur Hidayat mengatakan, UKM mengundurkan diri dari OPAK bukan hanya sebatas SK yang dikeluarkan rektor yang tidak mencantumkan nama mahasiswa. “Sistem (OPAK) yang kita pakai tidak jelas, hanya sege-lintir orang saja yang menganggap sistem ini jelas,” ujarnya, Rabu (26/8).

Terkait walk out UKM dari pelaksanaan Opak tahun 2015, Warek Bidang Kemaha-siswaan, Yusron Razak menghargai langkah yang diambil Forum UKM. “Saya mengapre-siasi langkah UKM terkait pengunduran diri dan minta maaf apabila ada kesalahan dalam sistem ini,” ujarnya dalam audiensi bersama perwakilan UKM di lantai 2 gedung Kemaha-siswaan, Senin (24/8).

Salam Redaksi Menyoal Sistem OPAKLia Syam Arif & Zainuddin

Laporan Utama

Pemimpin Umum: Adi Nugroho | Sekretaris Umum: Nur Hamidah | Pemimpin Redaksi: Thohirin | Redaktur Online: Syah Rizal | Pemimpin Perusahaan: Maulia Nurul Hakim | Pemimpin Litbang: Erika Hidayanti | Anggota: Arini Nurfadhilah, Aci Sutanti, Ika Puspitasari, Jeannita Kirana, M. Rizky Rakhmansyah, Triana Sugesti, Yasir Arafat

Koordinatur Liputan: Eli Murtiana Reporter: Aisyah Nursyamsi, Desi Fitria, Dicky Prasetya, Eko Ramdani, Eli Murtiana, Jannah Arijah, Kholis Bidayati, Lia Syam Arif, Novi Yulia Anggraini, Yayang Zulkar-naen, Zainuddin

Fotografer & Editor: INSTITUTERS Desain Visual & Tata Letak: Ika Puspitasari, Syah Rizal Karikaturis & Ilustrator: Syah RizalEditor Bahasa: Aci Sutanti, Nur Hamidah

Alamat Redaksi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gedung Student Center Lt. III Ruang 307, Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta Selatan 15419. Telp: 0838-123-125-91 Web: www.lpminstitut.com Email: [email protected].

Setiap reporter INSTITUT dibekali tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberikan insentif dalam bentuk apapun kepada wartawan INSTITUT yang sedang bertugas.

INSTITUT NEWSLETTER

INSTITUT NEWSLETTEREdisi OPAK 2015

Pembaca yang budiman.Salam sejahtera untuk kita semua. Sete-

lah usai menikmati momen liburan, kami jurnalis kampus UIN Syarif Hidayatul-lah kembali hadir menyajikan fakta-fakta yang ada. Meski euforia liburan masih tersisa, kiranya itu tidak membuat kami enggan untuk kembali ke sekretariat dan berkutat dengan kata-kata yang kami su-sun sepanjang deadline.

Salam sejahtera juga kami sampaikan bagi maba—akronim untuk mahasiswa baru, sapaan ini menandakan awal per-jumpaan kita sebagai mahasiswa. Sebuah masa di mana awal perjuangan baru dimulai, di mana idealisme dan nilai-nilai luhur dijunjung tinggi. Namun, se-belum sah menyandang gelar mahasiswa, para maba diwajibkan mengikuti Orien-tasi Pengenalan Akademik dan Kemaha-siswaan (OPAK).

Bagi kami, OPAK adalah satu momen-tum menarik, di mana banyak yang harus kami dokumentasikan. Selain pendoku-mentasian, banyak juga peristiwa penting pengiring OPAK tahun 2015 ini yang per-lu kami kawal. Mulai dari Walk Out yang dilakukan oleh setiap Unit Kegiatan Ma-hasiswa (UKM) dalam kegiatan orienta-sinya, anggaran yang tidak transparan, hingga nasib mahasiswa FSDAL yang tidak jelas tahun ini.

Tak belajar dari pengalaman, setiap tahunnya OPAK mengalami permasala-han-permasalahan yang berulang. Setiap masalah yang ada, akhirnya bermuara pada sistem yang belum baik. Adanya aturan dan pedoman yang bijak dapat menjadi salah satu komponen sistem yang baik.

Sistem OPAK yang dirasa perlu diper-baiki membuat kami para reporter kam-pus memuat beberapa tweet hashtag #saveOPAK2015; berisi keluhan, kekece-waan, dan suara mahasiswa atas burukn-ya sistem OPAK tahun ini.

Pada dasarnya, semua yang kami laku-kan karena semata-mata agar kampus menjadi lebih baik. Tidak ada maksud memojokkan atau menghina suatu pihak. Karena kami meyakini, dengan menulis kami akan melakukan suatu perubahan.

Tetap gelisah, baca tulis lawan!Selamat membaca.

Karut marut terjadi pada Orientasi Pen-genalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pasalnya, naskah rancangan pedoman OPAK yang dikeluarkan oleh Senat Mahasiswa Uni-versitas (Sema-U) hasil Majelis Perwakilan Mahasiswa Universitas (MPMU) Mei lalu di-tolak pihak kemahasiswaan . Tidak hanya itu, rektorat secara sepihak juga menerbitkan buku pedoman OPAK tanpa pertimbangan mahasiswa.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan sedang memberikan tanggapan terkait walkoutnya UKM, Senin (24/8). Dalam audiensi yang dilaksana-kan di gedung kemahasiswaan, dihadiri para ketua UKM dan perwakilan dari kemahasiswaan

Foto

: Rizk

y/In

s

Page 3: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

| 3Laporan Utama INSTITUT NEWSLETTEREdisi OPAK 2015

Eko Ramdani & Aisyah Nursyamsi

Berdasarkan rencana anggaran kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditandatangani pada 2 Agustus 2015, total anggaran OPAK mencapai Rp515 juta. Anggaran tersebut dialokasikan 20% atau Rp103 juta untuk OPAK tingkat universitas dan 80% atau Rp412 juta untuk OPAK tingkat fakultas. Namun, anggaran yang telah direncanakan untuk beberapa fakultas masih dianggap tak mencukupi.

Seperti yang terjadi di Fakultas Ilmu Tarbi-yah dan Keguruan (FITK). Bendahara Umum Dema-F FITK, Rahmawani Wulandari me-nuturkan, FITK pada awalnya mengajukan anggaran Rp78 juta untuk perkiraan 988 ma-hasiswa, tapi kenyataannya dana yang didapat hanya Rp68 juta untuk 1164 mahasiswa. Dana tersebut kemudian dialokasikan pada jurusan sebesar Rp20 juta dan dipotong pajak Rp6 juta.

Rahmawani menambahkan, meski dari pihak Dema-F FITK telah mengusulkan kembali rancangan anggaran dana guna me-menuhi kebutuhan OPAK, namun sampai sekarang dana yang diajukan belum juga cair. “Makanya kita (Dema-F) pakai uang pribadi dulu buat menutupi kekurangannya,” tam-bahnya, Rabu (26/8).

Kekurangan dana akibat melonjaknya jum-lah mahasiswa dirasakan pula oleh Fakultas

Syariah dan Hukum (FSH). Ketua Opak FSH, Reza Baihaqi mengatakan, FSH mendapat anggaran kurang lebih Rp47 juta. Tapi, dana yang sudah diterima baru setengah dari total keseluruhan.

Menanggapi persoalan tersebut, Wakil Ketua OPAK 2015, Subarja memaparkan, setelah mendapatkan sebagian anggaran, fakultas tetap dapat mengajukan kekurangan dana. Namun, dana tersebut tidak bisa langsung cair. “Anggaran yang sudah diajukan akan dirapat-kan terlebih dahulu karena saya tidak dapat memutuskan secara sepihak saja” ujarnya, Rabu (26/8).

Senada dengan Subarja, Sekretaris Pani-tia OPAK 2015, Masruri mengatakan, jika ada kekurangan dari anggaran yang telah direncanakan, pihak fakultas dapat menga-jukan anggaran baru setelah OPAK berakhir.

“Fakultas dapat mengajukan proposal yang berisikan rincian anggaran baru nantinya,” ujarnya, Rabu (26/8).

Lain fakultas, lain universitas. Dari Rp103 juta yang dianggarkan, Rp66 juta dialokasikan untuk keperluan Dewan Mahasiswa Univer-sitas (Dema-U), Rp5,6 juta untuk Senat Ma-hasiswa Universitas (Sema-U), dan sisanya digunakan untuk pihak kemahasiswaan seba-gai honor narasumber dan biaya operasional selama acara OPAK berlangsung.

Sedangkan, menurut Masruri, dana sebesar Rp20 juta yang awalnya dianggarkan untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dialihkan untuk biaya narasumber pengisi acara dan operasional selama pengenalan UKM. Hal ini dikarenakan UKM telah menarik diri dari OPAK dan tak melaksanakan demo UKM pada 26 Agustus 2015.

VISIT WWW.LPMINSTITUT.COMUpdate terus berita kampus

Mahasiswa baru Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) sedang melakukan mentoring di Hall Student Center Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Kamis (27/8). Mentoring adalah salah satu kegiatan dalam OPAK.

Foto

: Jea

nny/

Ins

Anggaran OPAKMasih Dianggap Kurang

Page 4: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

4 |

Mahasiswa FSDAL angkatan 2014 usai upacara pembukaan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) sembari membawa pamplet bertuliskan FSDAL di lapangan Triguna samping kampus UIN Jakarta, Rabu, (27/8/2014)

FSDAL Tak Menerima Mahasiswa Baru

Meski izin belum turun, kegitatan perkulia-han mahasiswa FSDAL angkatan 2014/2015 tetap berjalan dan mengikuti kurikulum yang ada pada tahun ajaran 2015/2016. Kurikulum yang tetap sama dikarenakan pihak universitas masih memperjuangkan agar izin operasional segera turun dari Dikti.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Fadhilah Suralaga mengatakan, pihaknya harus segera mendapat kejelasan kapan izin turun dari Dikti. Jika tahun depan izin belum turun, ma-hasiswa FSDAL akan pindah ke Fakultas Sains

dan Teknologi (FST). “Program Studi (Prodi) Teknik Geologi masuk ke Jurusan Fisika, se-mentara Teknik Pertambangan dan Teknik Per-minyakan masuk ke Jurusan Kimia,” jelasnya, Selasa (25/8).

Dalam prosedur perizinan membuka prodi baru, seharusnya Dikti memberikan rekomendasi kepada UIN terlebih dahulu. Namun yang terjadi, UIN membuka prodi baru tanpa rekomendasi dan izin operasional dari Dikti. Sehingga, Dikti memberikan teguran kepada UIN untuk menu-tup tiga prodi baru tersebut.Sementara itu, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Agus Salim mengatakan, dalam proses perizinan pembentukan prodi baru, UIN sudah mengirimkan berkas sesuai persyaratan. Mulai dari pendaftaran secara on-line sampai persyaratan berupa berkas. “Sampai saat ini belum keluar izin operasional karena masih dalam proses penilaian lebih lanjut. Namun, UIN Jakarta juga tidak tahu persyaratan apa yang kurang,” tutur Agus, Rabu (26/8).

Agus berharap, Dikti segera memberikan izin operasional pada tiga prodi yang ada di FSDAL secepatnya. Sehingga mahasiswa FSDAL me-miliki status yang jelas. Terlebih, dalam waktu

dekat Badan Akreditasi Nasional Perguruan Ting-gi (BAN-PT) akan melakukan proses akreditasi.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Tim Pemben-tuk FSDAL, Untung Suryanto mengatakan, status mahasiswa FSDAL secara administratif mereka di bawah FST. Tetapi, pelayanan kegiatan akademis dilakukan oleh Tim Pembentuk FSDAL sam-pai ada kejelasan dari Dikti mengenai permoho-nan pembukaan prodi FSDAL.

Jika mahasiswa FSDAL masuk FST, kata Untung, belum ada kepastian mengenai pengembalian biaya semester yang telah dikeluar-kan. Mengingat jumlahnya yang hampir meng-injak Rp20 juta untuk biaya awal dan Rp10 juta per semester. “Tentu pihak rektorat akan mem-berikan yang terbaik bagi mahasiswa sehingga mereka tidak dirugikan,” ujar Untung, Kamis (27/8).

Mengetahui FSDAL tak juga memiliki izin, salah satu Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakhrul mengungkapkan kekecewaannya apa-bila izin operasional tak kunjung turun. Ia tak menginginkan prodinya berpindah ke FST. “Saya merasa keberatan kalau FSDAL harus digabung dengan FST,” ungkapnya, Kamis (27/8).

Berbeda dengan Fakhrul, mahasiswa FS-DAL, Aisyah mengatakan selama ini pembela-jaran berjalan lancar. “Perkuliahan berjalan sesuai dengan kurikulum, sehubungan dengan proses perizinan fakultas, pihak rektorat pun sedang berusaha memperjuangkan, sehingga kita tak perlu khawatir,” tutup Aisyah, Kamis (26/8).

Info Grafis

Desi Fitria & Yayang Zulkarnaen

INSTITUT NEWSLETTEREdisi OPAK 2015

Rp66,022,000Rp5,650,000 Rp31,328,000

Rp412,000,000

Dema Sema Kemahasiswaan Fakultas

Rencana Anggaran OPAK UIN Jakarta 2015Anggaran

Info Grafis: Jannah Arijah

Fakultas Sumber Daya Alam dan Lingkungan (FSDAL), Universitas Islam Negeri (UIN) Ja-karta tak melaksanakan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) pada tahun ajaran 2015/2016. UIN Jakarta menutup pendaftaran mahasiswa baru FSDAL karena izin operasional dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) belum juga turun.

Sum

ber:

Twitt

er F

SDAL

UIN

Jkt

Laporan Khusus

Sumber: Rencana Belanja Anggaran (RBA) OPAK UIN Jakarta 2015, Kemahasiswaan

Page 5: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

| 5Berita Foto INSTITUT NEWSLETTEREdisi OPAK 2015

Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada, meninggalkan lapangan upacara. Upacara tersebut menandakan dibukanya kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK), Rabu (26/8).

Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) tengah bersiap untuk tampil dalam upacara pembukaan OPAK 2015 UIN Jakarta. Sebelumnya, paskibra ini telah dilatih oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resi-men Mahasiswa (Menwa), Rabu (26/8).

Salah satu mahasiswa pingsan saat berlangsungnya upacara pembukaan OPAK 2015. Panitia OPAK pun segera melakukan pertolongan, Rabu (26/8).

Foto

: Eli/

Ins

Foto

: Kho

lis/I

nsFo

to: J

anna

h/In

s

Informasi danTempat Pendaftaran

Pendaftaran:Setiap Hari Kerja

Tempat Pendaftaran:Kantor U’L CEE (Depan UIN Jakarta)

Start Kajian Islam Komprehensif (free):07 September 2015

Start Belajar Kursus (Mahasiswa):14 September 2015

Contact Person :081374640859 WA/ 085223677218 WA

BBM:581F7292/ 7D2BEF74 (Yunal dan Denden)

Website:ulcee.damai.id : U’L CEE Institute

@U’L_CEE

Pilihan Hari Belajar: Senin s.d. Sabtu (08.00-17.30 WIB)

Biaya Pendaftaran: Rp. 50.000,-

Page 6: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

6 |

Senada dengan KSR PMI, UKM Pramuka juga tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan OPAK. Menurut ketua UKM Pramuka, Wahyudin, saat ini UKM Pramuka tidak terli-bat dalam proses upacara. Sebelumnya, pihak rektorat sudah menyampaikan kerjasama terkait pelaksanaan OPAK, hanya saja tidak melalui surat resmi.

Prinsipnya, kata Wahyu, UKM Pramuka bukannya tidak ingin membantu pelaksanaan OPAK. Dirinya hanya ingin kejelasan terkait surat perintah. “Sedangkan perintah dari ke-mahasiswaan hanya bersifat tersirat,” tegas pria yang kuliah di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) ini, Kamis (27/8).

Di sisi lain, Resimen Mahasiswa (Menwa) Satuan Wira Dharma tetap melakukan tu-gasnya dalam pelaksanaan OPAK. Peran-nya yakni protokoler dan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) saat upacara pembukaan

OPAK 2015.Menurut Ketua Menwa, Fahd Althaf

Machellio, hal ini dikarenakan keputusan dari komando pimpinan pusat Jayakarta bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. “Jika tahun lalu kita mengawal jalannya OPAK se-cara keseluruhan, tahun ini hanya di upacara saja, sisanya tidak,” ucap pria yang kuliah di Fakultas Syariah dan Hukum ini, Rabu (26/8).

Menanggapi sikap UKM yang memilih walk out dari OPAK 2015, Sekretaris OPAK, Masruri menyampaikan kekecewaannya. “Kami sudah memberi waktu dan angga-ran terkait pelaksanaan OPAK untuk pihak UKM, namun alasan mereka memilih mun-dur sangat tidak jelas (tidak masuk akal).

Namun di sisi lain, Yusron Rozak tetap menghargai sikap UKM yang memilih men-gundurkan diri dari pelaksanaan OPAK 2015. Pasalnya, perbedaan pendapat wajar saja terja-

Surat Keputusan (SK) Panitia Pelaksana Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemaha-siswaan (OPAK) dalam buku pedoman OPAK 2015 menuai perdebatan. Pasalnya, Senat Ma-hasiswa Universitas (Sema-U), Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tidak dilibatkan dalam kepanitiaan. Hal tersebut menjadi alasan UKM menarik diri (walk out) dari rangkaian acara OPAK.

Berikut hasil wawancara reporter Institut, Kholis Bidayati dengan Ketua Panitia Pelaksana OPAK 2015, yang juga menjabat Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Ker-jasama (AAKK), Zaenal Arifin, Rabu (26/8).

Sejauh ini, bagaimana menurut Anda pelaksanaan OPAK 2015?

Pelaksanaan OPAK 2015 ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pihak rektorat dengan mahasiswa sepakat tidak ada senioritas dan per-ploncoan. Pelaksanaannya pun lebih menekan-kan pada intelektualitas mahasiswa baru. Hal ini mengacu visi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yakni, Knowledge, Piety and Integrity. Tahun ini kita juga menyetak buku pedoman OPAK terbitan UIN sendiri.

Benarkah Pedoman OPAK dibuat tanpa sepengetahuan Dema-U, Sema-U, dan UKM?

Buku pedoman OPAK ini merupakan ide dari Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan.

Dema pun menyambut baik atas kehadiran buku ini. Dalam penyusunannya buku ini mengacu pada buku-buku terbitan tahun sebelumnya dari Kementrian Agama (Kemenag).

Dalam SK Rektor tentang Panitia Pelak-sana, kenapa tidak ada nama mahasiswa yang seharusnya dilibatkan?

Dalam Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 poin g Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) PTAI 2013 berisi, panitia pelaksana OPAK ter-diri dari pimpinan, karyawan, dosen dan ma-hasiswa. Tetapi, nama panitia dari mahasiswa belum dicantumkan dengan alasan kejar cetak. Bahkan jika diteliti ulang SK rektor mengenai panitia pelaksana OPAK jajaran karyawan juga

tidak memiliki nomor yang jelas. Namun, ada SK atau tidak semuanya harus

bekerja sesuai tugas dan kewajiban masing-masing. Oleh karena itu, hal ini harusnya tidak perlu dipermasalahkan. Mahasiswa harus tetap membantu (support) pelaksanaan kegiatan OPAK yang memang sudah menjadi kewa-jibannya.

Sebenarnya, SK panitia pelaksana dari pihak mahasiswa awalnya sudah ada. Hanya saja SK tersebut ditandatangani oleh Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan. Pertimbangan dari beberapa pihak menyebutkan bahwa SK itu harus ditandatangani langsung oleh rektor. Na-mun sampai hari pertama OPAK, SK terbaru dari rektor masih belum jadi.

UKM menyatakan walk out dari rangkaian OPAK, bagaimana tanggapan Anda?

Panitia sebenarnya sudah menyiapkan jad-wal sejak awal bulan puasa. Namun, keinginan untuk berpartisipasi atau tidak adalah hak warga UKM. Terkait penarikan diri dari acara OPAK, menurut saya, acara ini adalah kesempatan mereka untuk memperkenalkan UKM.

Misalkan saja, nama sudah tertera di SK, ya, harus bekerja sesuai dengan tugas. Jika tidak, dalam kepanitiaan selanjutnya dapat dihapus-kan namanya. Begitupun dengan mahasiswa, seharusnya mereka tidak bersikap demikian. Lalu, jika benar warga UKM tidak ikut berpartisipasi dalam acara OPAK, mereka dapat mengadakan acara roadshow UKM dan masalah dana, mere-ka dapat mencari melalui sponsor.

Adakah sidang Laporan Pertanggungjawa-ban (LPj) yang melibatkan mahasiswa, seperti yang mereka rekomendasikan?

Mengenai sidang LPj, saya sangat mengapre-siasi usulan tersebut. Tetapi, saya pun kurang tahu akan kelanjutannya karena proses ini su-dah ditangani langsung oleh bagian keuangan. Adanya pertanggungjawaban kegiatan OPAK dan transparasi dana itu perlu, namun tidak se-mua kalangan boleh tahu.

WawancaraEdisi OPAK 2015INSTITUT NEWSLETTER

Segenap pengurus, ang-gota, dan caang LPM

INSTITUTmengucapkan selamat datang

kepadamahasiswa baru UIN

Jakarta tahunajaran

2015/2016

Sambungan Sistem Kalut, UKM Pilih Walk Out

Zaenal Arifin:SK Tak Perlu Dipermasalahkan

di. “Sehingga ke depannya, hal tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi untuk OPAK 2016,” tutupnya, Rabu (26/8).

Foto

: Lia

/Ins

Page 7: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

| 7Berebut OPAK

Oleh: Aditia Purnomo*Dari sekian banyak agenda tahunan Univer-

sitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Orientasi Pengenalan Akedemik dan Kema-hasiswaan (OPAK) adalah salah satunya. Tak berbeda dengan gelaran rutin tahunan lainnya, OPAK barangkali tak kalah penting. Baik bagi mahasiswa baru (maba) maupun mahasiswa lama.

Sebagai agenda wajib, OPAK juga terus me-nyisakan perkara yang tidak sederhana. Boleh jadi beberapa waktu lalu mahasiswa sibuk mem-bincangkan OPAK sebagai ajang perploncoan namun abai dengan mengabaikan beberapa perkara lain dari OPAK yang tak kalah seriusnya. Padahal, sebagai agenda rutin yang bersifat aka-demik, OPAK juga menjadi sebuah ajang politik oleh banyak pihak. Hal sederhana yang bisa dili-hat jelas adalah orientasi menarik simpati.

Dalam hal ini, OPAK menjadi ladang subur untuk mendulang suara. Sekalipun (biasanya) pe-milihan raya (pemira) yang menjadi momen un-tuk mendulang suara oleh kandidat perebut kursi kekuasaan di organisasi kemahasiswaan dilakukan pada akhir tahun atau awal tahun, yang artinya masih cukup lama, tapi pada OPAK, menarik simpati banyak pihak—khususnya maba—juga tak kalah penting. Bahkan mungkin lebih penting. Ini lumrah sebagai strategi politik di ranah kampus. Tidak cuma soal mendulang suara untuk pemira, yang lebih jelas, ini menjadi tradisi bagi organisasi dalam dan luar kampus menjaring kader baru.

Satu hal yang mungkin menjadi orientasi lain

pada OPAK, apalagi kalau bukan soal anggaran. Tentunya anggaran dalam jumlah besar yang disediakan untuk menjalankan OPAK. Sean-dainya saja, ada lima ribu mahasiswa baru yang diwajibkan membayar biaya OPAK sebesar 100 ribu, anggaran yang akan terkumpul keseluruhan bisa mencapai Rp500.000.000.

Dan dengan anggaran yang besar ini, hampir setiap tahunnya persoalan transparansi anggaran tidak pernah berjalan dengan benar. Laporan pertanggungjawaban pasca OPAK yang terlalu lambat dikerjakan, anggaran-anggaran yang tidak dapat dibuktikan, dan yang paling jelas adalah tidak adanya keterbukaan dalam penggunaan anggaran tersebut.

Ingat, menurut Bang Napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena ada kesempatan. Dari ketidakjelasan anggaran, bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mark up anggaran misalnya. Siapa tahu. Pun dengan anggaran sebesar itu, wajar saja jika mun-cul kecurigaan-kecurigaan yang berdasar pada ketidakterbukaan penggunaan anggaran.

Seandainya ada sisa anggaran, lantas akan dikemanakan anggaran tersebut? Apakah an-gka Rp45.000 untuk harga kaos seragam peserta sesuai dengan harga pasar? Apakah tidak terjadi mark up?

Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika ada keterbukaan anggaran dari pihak panitia. Tapi sekali lagi, apakah hal ini terjadi? Jangankan untuk terbuka soal anggaran, soal tema dan teknis

acara saja panitia tidak terbuka pada lembaga in-tra kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa.

OPAK tahun ini memang cukup bermasalah. Mulai dari keributan soal pedoman dan peratu-ran teknis acara yang ditolak oleh pihak kampus (padahal pedoman ini sudah disepakati dalam sidang senat mahasiswa Juli lalu) hingga UKM yang memilih mundur dan tidak terlibat sama sekali dalam OPAK tahun ini.

Ya, secara sederhana saya sangat memahami kenapa UKM memilih mundur, dan saya men-dukung penuh hal ini. Karena, perkara mundurnya UKM dari OPAK bukan hanya soal tidak dilibatkan sejak awal, hanya dijadikan pelengkap dalam OPAK, dan tidak banyak memiliki suara dalam OPAK. Tapi juga karena tidak terlihatnya kekuatan eksekutif ma-hasiswa dalam mempertahankan pedoman OPAK yang harusnya dijalankan, dan lebih memilih apa mau rektorat. Jelas lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.

Harusnya, sebagai pihak yang memiliki ban-yak kepentingan pada OPAK, lembaga eksekutif mahasiswa harus berani menghadapai kondisi ini sebagai sebuah tugas dan tanggung jawab mereka untuk kedaulatan mahasiswa. Jangan sampai, nantinya lembaga legislatif dan eksekutif mahasiswa lebih memilih diam dan dengan enteng bergumam “asal bapak senang”. Jangan sampai.

*Penulis adalah mahasiswa akhir yang tak kunjung lulus

Oleh: Erika Hidayanti*

Setiap tahun, orientasi mahasiswa baru (maba) menjadi agenda rutin. OPAK adalah istilah yang digunakan UIN Jakarta empat tahun terakhir un-tuk masa orientasi tersebut. Dari tahun ke tahun OPAK selalu menjadi ajang besar, acara sakral bagi maba untuk mengenal lingkungan kampusn-ya. Tak hanya akdemik tapi seharusnya juga ajang mengenal keseharian hingga ideologi yang ada di kampus.

OPAK tahun ini membawa pertanyaan besar, milik siapa dan akan dibawa ke manakah masa ori-entasi ini? Secara penuh pihak kampus merancang acara demi acara dalam perhelatan besar ini. Kini, mahasiswa hanya menjadi bagian teknis dari apa yang telah dirancang, tak diberi kesempatan un-tuk ikut menjadi otak dalam ajang pembentukan karakter maba ini.

Tahun ini, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menarik diri secara formal dalam kegiatan OPAK. Hal ini dilatarbelakangi oleh tak jelasnya sistem yang dipakai serta tak transparannya rasionalisasi dana dan waktu dalam OPAK.

Melihat kejadian ini, tampak seperti tak ada kerjasama yang baik dari pihak kampus pada ma-hasiswa. Sejatinya, OPAK adalah milik bersama untuk mengenalkan kampus pada maba. Pem-bentukan karakter dan mental mahasiswa perlu disiapkan dengan rasionalisasi yang jelas. Karena

pada nantinya mahasiswa harus keluar dengan pe-mikiran baru untuk menciptakan bukan lagi seka-dar menuruti sistem seperti siswa.

Lebih dari lima ribu maba akan menjadi bagian dari keluarga besar UIN Jakarta. Sebanyak itu pula mahasiswa yang akan dibentuk karakternya untuk menjadi ciri khas kampus kelak. Melihat banyakn-ya anak manusia yang harus dibimbing, rasanya tak akan cukup dengan waktu singkat dan acara berupa ceremonial belaka.

Konkritnya, masa orientasi seharusnya seba-gian besar ditujukan demi kepentingan maba. Dalam hal ini tentu elemen yang harus terlibat mulai dari tataran konsep hingga teknis adalah kerjasama antar kampus dan mahasiswa. Hal ini, sebenarnya juga sudah tercantum dalam Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) yang dikeluar-kan Direktorat Perguruan Tinggi Islam (Diktis).

Semua elemen wajib terlibat dalam perhelatan ini karena memang memiliki porsi dan kepentin-gan berbeda dalam membangun karakter maba. Secara akademik mungkin pihak kampus lebih mumpuni untuk mengenalkannya pada maba. Namun, konsep untuk pengenalan keseharian kampus akan lebih baik jika digarap langsung oleh mahasiswa. Terutama soal hobi, minat, dan bakat yang bisa disalurkan dalam keseharian kampus.

Dari tahun lomba untuk saling menguntung-

kan diri sendiri. Daripada ajang bimbingan dan perkenalan OPAK lebih terlihat sebagai ajang pamer dan bisnis. Ada yang salah dengan perhe-latan besar untuk maba di kampus ini. Mungkin karena masih buruknya kerjasama antar elemen yang sehausnya menjadi otak dari acara tersebut. Lalu seperti apa seharusnya?

Selama ini, tak pernah ada pembicaraan yang jelas terkait OPAK di antara pihak kampus dan mahasiswa. Evaluasi dari tahun ke tahun pun tak jelas. Mulai dari kegiatan hingga keuangan tak per-nah ada evaluasi yang jelas. Padahal, jika memang harus melibatkan semua elemen tadi penataan konsep laiknya dimulai dari evaluasi hingga kemu-dian mendapatkan konsep terbaik bagi OPAK.

Tak ada yang seharusnya menjadikan OPAK sebagai lahan basah bisnis. Bukan demi keuntun-gan material, tapi semata-mata untuk kemajuan kampus ke depannya. Bila kampus ini mengingin-kan masa orientasi yang humanis dan islami tentu harus dibangun dari bawah. Dijalankan bersama antar pihak kampus dan mahasiswa untuk maba. Bukan dirancang sepihak dan dijalankan sepihak pula, tak ada kesinambungan sistem yang jelas.

Opini Edisi OPAK 2015INSTITUT NEWSLETTER

*Penulis adalah Mahasiswa Keseha-tan Masyarakat, FKIK.

Memiliki OPAK Bersama

Page 8: INSTITUT NEWSLETTER  EDISI OPAK 2015

8 | Testimoni OPAK 2015

Fadillah Ahmad Narawi, Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum“OPAK FSH sangat menarik dan bisa punya ke-nalan banyak. Tapi berharap panitia agak sedikit dewasa dengan kata-kata, jangan memakai bahasa yang tidak baik.”

Desi Ayu Rosanti, Sejarah dan KebudayaanIslam, Fakultas Adab dan Humaniora“Tidak ada perploncoan seperti apa yang dibayang-kan. Tapi jadwal acara tidak sesuai dengan jam yang sudah ditetapkan. Kebersihannya juga kurang, ka-rena tempat sampah masih belum banyak.”

Leni Leanita, Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi“Acara OPAK di UIN Jakarta berbeda dari universitas lain karena materi yang sangat berguna. Tetapi, pani-tianya kurang rapi dalam berpakaian, padahal dia seba-gai panutan. Juga, ciri khas dari tiap-tiap fakultas kurang terlihat.”

Wafi Nursyifa, Keperawatan, Fakultas Kedok-teran dan Ilmu Kesehatan“Mirip MOS tapi lebih membuat kita menjadi dewasa dan berpikir lebih bagus. Sangat terlihat rasa nasionalismenya apalagi dari lagu-lagunya.”

Nurti Vani Ariana, Akidah Filsafat,Ushuluddin“Seru dan berkesan sekali menurut saya OPAK UIN Jakarta. Tapi acara seminar terlalu banyak memakan waktu dan membuat mengantuk. Tapi acaranya yang lain seru-seru aja.”

Arga Pratama Putra, Sistem Informasi, Fakul-tas Sains dan Teknologi“Banyak materi yang mendidik dan atributnya tidak terla-lu mengganggu untuk OPAK tahun ini. Tapi yang menja-di harapan adalah kakak panitia jangan sampai misscom-munication dan acaranya lebih diwarnai, agak bosan.”

Nadia Khawarul Aini, Fakultas Dirasat Islamiyah“OPAK itu orientasi pengenalan tentang kampus ya, jadi pengenalan kampus memang yang seperti ini, no bully. Sayangnya kakak panitia kadang bingung mau mengisi acara dengan apa, padahal waktunya sangat banyak.”

Vera Masfufah, Psikologi“Hukumannya sangat bagus dan memberi man-faat seperti membuat makalah, jadi malah harus belajar lagi.”

Ali Abdul Wahab, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan“Di sini saya mendapatkan pengalaman dan pendidikan yang belum pernah didapat di SMA. Acaranya juga terkontrol, tapi berharap acaranya lebih ada inisiatif lagi, jangan hanya yel-yel saja.”

Irna Mairani, Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan“Terlalu banyak bercanda sih, acaranya jadi kurang fokus. Tapi hal itu bikin seru.”

Nurjannah, Ilmu Ekonomi dan Studi Pemban-gunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis“Terlalu banyak duduk sih jadi capek. Juga waktu Ashar kadang dilupakan, pulang sore tetapi tidak ada jadwal shalat. Tapi acaranya sangat seru”

Verenia Paramita, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik“Mau lebih tau soal UKM, tapi gambarannya masih belum jelas.”